Anda di halaman 1dari 8

Economic Diplomacy and

Economic Security under Abe


Critical Review – Ujian Tengah Semester
(UTS) Ekonomi Politik Global Jepang

Nama : Fatimah Az Zahra


NIM : 07041181924014
Dosen Pengampu : Nurul Aulia S.IP., MA

CRITICAL REVIEW

Pendahuluan

Bahan bacaan dan referensi berjudul "Economic Diplomacy and Economic Security

under Abe" merupakan sebuah jurnal artikel bersifat eksplanatif dan informatif karya Shiro

Armstrong dan dipublikasikan oleh institusi penelitian Japan Center for Economic Research

(JCER) dan kemudian diunggah dalam perpustakaan online Asian Economic Policy Review

pada tahun 2021. Dalam bahasa Indonesia, judul artikel ini akan berarti "Diplomasi Ekonomi

dan Keamanan Ekonomi di bawah (pemerintahan) Abe" di mana hal ini tentunya sangat

menunjukkan bahwa artikel ini akan mengangkat tema perekonomian Jepang. Dengan itu,

dapat dipahami bahwa tujuan utama artikel ini adalah untuk menjelaskan dan menilai diplomasi

ekonomi internasional Jepang dan bagaimana perdagangan dan kebijakan ekonomi

internasional terhubung dengan keterbukaan dan daya saing ekonomi Jepang selama masa

jabatan perdana menteri Shinzo Abe.

Artikel ini tidak memaparkan kerangka teori atau konsep dan metode penelitian yang

digunakan di dalamnya secara terang-terangan, namun pembaca dapat mengambil pemahaman

dengan observasi sendiri bahwa artikel ini kemungkinan besar menggunakan dasar dari konsep
atau teori interdependensi dalam menjelaskan poin-poin serta materi di dalamnya. Hal ini

dapat dilihat dari bagaimana penulis kerap menghubungkan suatu aksi atau tindakan negara

lain seperti Amerika Serikat, China, Korea Selatan, dsb dengan bagaimana Jepang bereaksi dan

juga mengambil sebuah keputusan. Tak hanya itu, artikel ini juga membicarakan banyak

bentuk kerjasama yang dijalin Jepang dengan negara lain, di mana interaksi-interaksi dan

kesepakatan kerjasama ini menunjukkan sebuah timbal balik atau hubungan saling

ketergantungan satu sama lain dalam hubungan bilateral maupun multilateral yang terlibat.

Untuk metode penelitian, cukup terlihat jelas bahwa artikel ini menggunakan metode

eksplanatif/deskriptif kualitatif jika dinilai dari cara penulis untuk menjelaskan argumen dan

data yang ia muat di dalamnya.

Sebagai penulis, Shiro Armstrong terbilang sangat informatif dan jelas dalam

menyampaikan poin-poin di dalam tulisannya. Banyak sekali hasil penelitian atau temuan

bermanfaat yang kita sebagai pembaca dapatkan dari artikel ini, mulai dari pengulasan keadaan

keterlibatan ekonomi internasional Jepang dalam 3 tahun pertama masa jabatan perdana

menteri Abe, dengan fokus pada kebijakan perdagangan, keterbukaan terhadap investasi asing,

dan ekspor investasi infrastruktur. Artikel ini kemudian juga mengkaji respon Jepang terhadap

ketidakpastian yang disebabkan oleh agenda American First dan perilaku China yang lebih

asertif dengan peran kepemimpinan Jepang dalam perdagangan multilateral. Kemudian, artikel

ini juga menjelaskan dan membahas kebijakan keamanan ekonomi yang diperkenalkan pada

tahun terakhir masa jabatan perdana menteri Abe dan memperlihatkan berbagai tantangan yang

dihadapi Jepang.

Untuk struktur atau susunan artikel ini sendiri, menurut saya Armstrong sebagai penulis

sudah cukup menjabarkannya dengan baik di mana setiap materi dan sub-materi di dalamnya

memiliki poin dan objektif yang menarik untuk dibaca dan juga dijelaskan dengan cukup
komprehensif. juga dijelaskan. Jika diringkas, struktur penulisan atau susunan materi di dalam

artikel ini merupakan:

1. Introduction

2. Economic First: from Rhetoric to Action

2.1. Economic Partnership for Freer Trade

2.2. Invest Japan

2.3. Exporting Infrastructure

3. International Uncertainty and Japanese Leadership

3.1. Responding to ‘America First’

3.2. Repairing the China Relationship

3.3. Regional Leadership and Its Challenges

4. The New Economic Posture

4.1.Protecting Technology and Innovation

4.2. Exports Control and South Korea

4.3. Supply Chain and Economic Security During the Pandemic

5. The Legacy of Abe’s International Economic Policy

Isi

Pada bagian awal, penulis langsung memaparkan abstrak yang kemudian dilanjutkan

dengan pendahuluan. Di bagian ‘Introduction’ atau pendahuluan, penulis menyebutkan

revitalisasi ekonomi dengan strategi perdana menteri Shinzo Abe yang kemudian dikenal

sebagai Abenomics, menyinggung soal dua dekade stagnasi ekonomi Jepang dan bagaimana

periode ini mempengaruhi perdagangan, diplomasi ekonomi, serta ekspansi perusahaan

multinasional Jepang. Bagian ini juga membahas reformasi struktural di Abenomics; termasuk
membuka sektor Jepang yang protektif dan tidak kompetitif, dan menghubungkan diplomasi

internasional dengan prioritas ekonomi domestik hingga keketerbukaan dan daya saing

ekonomi Jepang selama masa jabatan perdana menteri Abe. Bagian pendahuluan ini juga

memaparkan secara general mengenai bagaimana keamanan ekonomi dan nasional Jepang

bergantung pada pengelolaan hubungan ekonomi, politik, dan keamanannya dengan penjamin

keamanan dan sekutunya, AS, dan mitra dagang terbesarnya, China; kemudian juga

menyinggung soal kebijakan luar negeri Jepang di bawah pemerintahan Abe kedua – yakni

berhubungan dengan masalah Korea Utara dan ancaman nuklir, penyelesaian wilayah yang

disengketakan dengan Rusia, dan kepentingan di Timur Tengah.

Masuk ke bagian atau susunan pembahasan, penulis mulai masuk ke bahasan pertama

yakni materi Economic First: from Rhetoric to Action dengan tiga sub materi yaitu Economic

Partnership for Freer Trade, Invest Japan, dan Exporting Infrastructure. Di bagian ini, penulis

fokus membahas mengenai 3 tujuan dalam Strategi Global Outreach in Abenomics yang

berhubungan dan membahas mengenai negosiasi perjanjian perdagangan (berhubungan dengan

keanggotaan Jepang dalam Trans-Pacific Partnership (TPP), reformasi pertanian, serta

pembukaan diri Jepang terhadap modal asing yang lebih banyak membawa persaingan

internasional ke dalam negeri), peningkatan Foreign Direct Investment (FDI) ke dalam negeri

(salah satu tujuan reformasi structural Abenomics adalah menarik lebih banyak investasi asing.

Namun hambatan utama untuk FDI di Jepang tampaknya hambatan kelembagaan domestil dan

faktor umum lainnya seperti "eksklusivitas dan kekhasan pasar Jepang", "standar tinggi yang

diminta pengguna dari produk dan layanan", "prosedur administrasi yang rumit", dan

"peraturan, izin, dan sistem lisensi yang ketat". Pertumbuhan FDI ke Jepang dalam nilai dan

sebagai bagian dari PDB saat itu menunjukkan beberapa keberhasilan pada kebijakan

"Investasi Jepang" atau Invest Japan dari Abenomics, namun eningkatan FDI karena

Abenomics cenderung memiliki efek kesejahteraan langsung yang kecil), dan yang terakhir
adalah ekspor infrastruktur (kekurangan infrastruktur global di negara-negara berkembang

berarti peluang besar bagi keuntungan komersial dan diplomatik Jepang, seperti kebutuhan

teknologi, pengetahuan, dan proyek Jepang lainnya yang dapat diekspor. Namun, Jepang

terlibat persaingan antara investasi infrastruktur dengan China di Asia).

Bagian selanjutnya dalam artikel ini membahas materi mengenai International

Uncertainty and Japanese Leadership dengan tiga sub materi yakni Responding to ‘America

First’ (Ketergantungan pada Jepang pada AS seiring dengan meningkatnya kekuatan dan

ketegasan China serta ancaman nuklir Korea Utara, menjadikan manajemen hubungan AS

adalah prioritas strategis utama Jepang), Repairing the China Relationship (Jepang secara

bertahap mampu memperbaiki hubungannya dengan China setelah kunjungan Abe ke Kuil

Yasukuni pada Desember 2013, mencerminkan kepentingan bersama dalam mengelola

hubungan ekonomi yang besar. Meningkatkan hubungan dengan China juga merupakan

strategi terhadap AS yang lebih tidak dapat diprediksi di masa pemerintahan Trump.) Regional

Leadership and Its Challenges (Dalam mengelola hubungan dengan Administrasi Trump yang

semakin tidak terduga dan Xi Jinping yang semakin tegas, Perdana Menteri Abe dan Jepang

menemukan sendiri dalam posisi kepemimpinan yang tidak biasa.)

Setelah itu, artikel ini melanjutkan pembahasan yakni mengenai The New Economic

Posture (lingkungan internasional yang semakin kompleks telah membuat ekonomi dan

keamanan menjadi lebih terjerat karena persaingan strategis dan pemisahan teknologi antara

AS dan China.) masih dengan 3 sub materi yakni Protecting Technology and Innovation

(Penecegahan dicurinya “teknologi penting” seperti kecerdasan buatan dan komunikasi 5G

Jepang ke non-sekutu, terutama China sebagai tujuan utama kebijakan keamanan ekonomi

Jepang), Exports Control and South Korea (Jepang menghapus Korea Selatan dari "daftar

putih" negara-negara pilihan yang dapat mengekspor material berteknologi tinggi-- polimida

terfluorinasi, photoresist, dan hidrogen fluorida, yang merupakan input utama untuk produksi
chip memori Korea Selatan karena berbagai faktor keamanan nasional dan permasalahan

politik), dan Supply Chain and Economic Security During the Pandemic (rantai pasokan dan

keamanan ekonomi selama pandemi dan mengenai hubungan Jepang-China)

Di bagian terakhir artikel, penulis membahas materi terakhir yang layaknya sebuah

kesimpulan serta evaluasi, di mana judulnya adalah The Legacy of Abe’s International

Economic Policy, memaparkan mengenai warisan Kebijakan Ekonomi Internasional Abe,

umumnya bagaimana perdana menteri Abe bersinar adalah dalam diplomasi dan kebijakan luar

negeri Jepang dengan berbagai prestasi mulai dari kepemimpinan Jepang dalam penyelesaian

CPTPP, menjadi tuan rumah KTT G-20 di Osaka, dll.

Layaknya setiap karya tulis, jurnal artikel karya Armstrong ini memiliki kekurangan

dan kelebihannya tersendiri. Untuk kekurangannya, struktur penulisan artikel terbilang kurang

lengkap karena tidak menyatakan kerangka atau landasan teori penelitian, metode yang

digunakan, dan juga tidak ada bagian yang benar-benar dapat disebut kesimpulan yang

mencakup intisari dari materi secara keseluruhan. Di beberapa bagian, artikel juga menyajikan

materi langsung dari hasil kutipan dari referensi lain saja dan kurang dielaborasi; tidak ada

jarak dari satu kutipan ke kutipan lain yang keduanya juga berasal dari referensi yang berbeda.

Namun di sisi lain, artikel ini juga memiliki sangat banyak kelebihan. Mulai dari materi yang

sangat informatif, komprehensif, dan juga disajikan selalu dengan argumen logis berdasarkan

fakta dan contoh kasus yang nyata dan konkrit. Setiap materi juga dipecahkan lagi ke dalam

berbagai sub-materi yang tak kalah menarik, di mana masing-masing memiliki arah yang jelas

dan objektif bahasannya tersendiri. Walaupun ditulis full berbahasa Inggris, kebahasaan dan

pilihan kata yang digunakan artikel ini dalam menjelaskan poin-poinnya juga terbilang mudah

dimengerti tanpa harus diterjemahkan. Setiap materi dan sub-materi mampu menyajikan topik

menarik, mengulasnya dengan sangat baik, dan memberikan para pembaca wawasan serta
temuan-temuan baru yang sangat berguna mengenai kebijakan, gaya diplomasi, hingga

keamanan ekonomi di Jepang selama masa pemerintahan Shinzo Abe.

Secara keseluruhan, pembahasan dan isi dari jurnal artikel ini sangat relevan dengan

kajian Ekonomi Politik Global Jepang. Meski judulnya hanya menyebutkan dan terkesan akan

fokus pada aspek ‘ekonomi’ saja, namun di dalamnya juga terdapat penjelasan dengan unsur-

unsur politik yang melibatkan Jepang mulai dari diplomasi, negosiasi, jalinan kerjasama dan

kesepakatan dengan negara lain, arah kebijakan luar negeri, aksi dan reaksi politik yang

diperlihatkan pemerintahan Jepang di bawah Abe, dan sebagainya.

Kesimpulan

Menurut saya, walaupun memiliki beberapa kekurangan dalam struktur penulisannya,

jurnal artikel berjudul "Economic Diplomacy and Economic Security under Abe" karya Shiro

Armstrong ini masih berkualitas baik, juga memiliki banyak sekali kelebihan yang dapat

menjadi nilai tambah, dan pada akhirnya mampu menutupi beberapa kekurangan minor yang

dimuatnya. Seluruh pembahasan dan materi yang disajikan sangat menambah pengetahuan dan

meningkatkan pemahaman mengenai dinamika ekonomi politik global Jepang di bawah masa

pemerintahan Shinzo Abe dengan berbagai contoh peristiwa dan juga keterlibatan negara lain

di dalamnya- seperti Amerika Serikat, China, Korea Selatan, dan yang lainnya. Berangkat dari

adanya jurnal artikel ini, kita mungkin dapat melanjutkan penelitian lebih mendalam mengenai

diplomasi dan keamanan ekonomi di Jepang setelah Abe, mungkin di masa transisi ke era

singkat pemerintahan perdana menteri Yoshihide Suga, ataupun membahas/mengevaluasi

keberlanjutan dari kebijakan ekonomi Abe, meneliti dampak dan pengaruh Abe dalam orientasi

kebijakan Jepang, atau bahkan melakukan pendekatan komperatif dengan bagaimana keadaan

diplomasi ekonomi dan keamanan ekonomi Jepang di bawah Fumio Kishida saat ini.
DAFTAR PUSTAKA

Armstrong, S. (2021). Economic Diplomacy and Economic Security under Abe. Asian

Economic Policy Review, 16(2), 283–299. https://doi.org/10.1111/aepr.12335

Anda mungkin juga menyukai