Anda di halaman 1dari 11

Tugas Nichi I Kankeishi

“Hubungan Jepang-Indonesia di Era Reformasi dan

Demokratisasi, Era Pemerintahan Presiden Habibie, dan


Era Pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid”

Disusun Oleh:
1. Muhammad Arya Putra P 1621900013
2. Sultan Maulana Malik Zidan 162190016
3. Andika Prasetyo Utomo 1621900018

FAKULTAS ILMU BUDAYA


PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya yang
berjudul “Hubungan Jepang-Indonesia di Era Reformasi dan Demokratisasi, Era Pemerintahan
Presiden Habibie, dan Era Pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid.”
Dengan selesainya makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang telah
memberikan masukan-masukan kepada penulis. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terimakasih
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari makalah ini, baik dari materi
maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan pengalaman penulis. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi tercapainya
kesempurnaan dari makalah ini.

Surabaya, 23 November 2020

Penulis

ii 
 
Daftar isi

Kata Pengantar .................................................................................................................... ii


Daftar Isi ............................................................................................................................. iii
Bab I Pendahuluan
Latar Belakang .................................................................................................................... 1
Rumusan Masalah ............................................................................................................... 1
Bab II Pembahasan
Hubungan Jepang-Indonesia di Era Reformasi Dan Demokratisasi ................................... 2
Era pemerintahan Presiden Habibi (pemilu, kemerdekaan, Timor-Timur,
mundurnya Presiden Habibie)............................................................................................. 5
Era Pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid ( Pemilihan Presiden dan Wapres) ....... 6
Bab III Penutup
Kesimpulan ......................................................................................................................... 7
Saran.................................................................................................................................... 7
Daftar Pustaka ..................................................................................................................... 8

iii 
 
Bab I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Hubungan Diplomatik merupakan hubungan yang dijalankan antara negara satu dengan
negara lainnya untuk saling memenuhi kebutuhan masing-masing negara, hal ini sudah
dilakukan sejak berabad-abad yang lalu. Untuk dapat menjalankan hubungan diplomatik
dengan negara lain perlu adanya pengakuan (recognition) terlebih dahulu terhadap negara
tersebut, terutama oleh negara yang akan menerima perwakilan diplomatik suatu negara
(Receiving State).
Tanpa adanya pengakuan terhadap negara tersebut, maka pembukaan hubungan dan
perwakilan diplomatik tidak bisa dilakukan. Karena itu hubungan diplomatik sangatlah
penting untuk berbagai negara dan kelompok kami akan membahas Hubungan Jepang-
Indonesia di Era Reformasi dan Demokratisasi, Era Pemerintahan Presiden Habibie, dan Era
Pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid.

2.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Hubungan Jepang-Indonesia di Era Reformasi Dan Demokratisasi?
2. Bagaimana Era pemerintahan Presiden Habibi (pemilu, kemerdekaan, Timor-Timur,
mundurnya Presiden Habibi)
3. Bagaimana Era Pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid ( Pemilihan Presiden dan
Wapres


 
Bab II
Pembahasan

2.1 Hubungan Jepang-Indonesia di Era Reformasi Dan Demokratisasi


Runtuhnya Soeharto dari kursi kepemimpinannya menandakan bahwa era orde baru sudah
berakhir dan terjadi reformasi dalam pemerintahan. Rezim yang otoriter ala Soeharto berubah
menjadi sistem pemerintahan yang demokratis yang dijalankan oleh presiden-presiden
sesudah Soeharto yaitu BJ Habibie, Abdurahman Wahid, Megawati Soekarno Putri, Susilo
Bambang Yudhoyono, dan Joko Widodo.
Pergantian kepemimpinan tentunya ikut mengatur dan kemudian membentuk sebuah
kebijakan dan kerjasama luar negeri antarnegara yang berbeda dari sebelumnya. Kerjasama
Indonesia dengan Jepang, kedua negara ini kian menunjukkan hubungan yang akrab dari
waktu ke waktu. Selain pada pergantian masa kepemimpinan presiden Indonesia seperti Ir.
Soekarno, Soeharto, BJ Habibie, Abdurahman Wahid, Megawati, Susilo Bambang
Yudhoyono dan kemudian Joko Widodo, perubahan corak politik luar negeri Indonesia juga
dipengaruhi oleh isu-isu yang berkembang dan juga dialami oleh negara Indonesia.
Hubungan Indonesia-Jepang menjadi semakin baik memasuki dasawarsa 1980an. Persoalan
investasi, perdagangan, alih teknologi, dan bantuan keuangan ke Indonesia menjadi beberapa
contoh isu yang populer dalam dasawarsa ini (Bandoro, 1994). Persoalan ekonomi masih
menjadi isu utama, walaupun isu keamanan juga mulai menjadi perhatian bersama. Jepang
merupakan investor asing terbanyak pada dasawarsa ini. Tercatat 24,8% dari investasi asing
yang ada di Indonesia adalah investasi Jepang (Schwarz dan Vasikiotis, 1991 dalam Bahri,
2004). Hal ini menyebabkan Indonesia menjadi penting di mata Jepang. Terlebih, neraca
perdagangan Jepang-Indonesia menunjukkan defisit bagi Jepang. Pada 1989, ekspor Jepang
ke Indonesia hanya 3,3 milyar dolar AS. Jumlah itu tentunya lebih sedikit dibanding impor
Jepang dari Indonesia yang mencapai 11 milyar dolar AS (Schwarz dan Vasikiotis, dalam
Bahri, 2004). Meski defisit, Jepang tetap membutuhkan dan mengimpor bahan mentah
dari Indonesia untuk menjalankan produksinya8 (Bahri, 2004). Karena itu, Jepang mulai
memikirkan mengenai keamanan regional. Hal ini dilakukan tidak lain untuk melindungi
investasi Jepang di Indonesia. Meski demikian, baik Indonesia maupun Jepang terkadang
masih memiliki perbedaan persepsi mengenai isu keamanan ini9.
Bantuan pendanaan kegiatan pembangunan yang diberikan Jepang selama ini telah
menempatkannya sebagai negara penyumbang terbesar bagi Indonesia. Salah satu bentuk
bantuan tersebut adalah Official Development Assistance (ODA). Sejak tahun 1987,

 
Indonesia termasuk negara terbesar yang menyerap ODA Jepang. Analisa terhadap sejarah
keberadaan ODA menjadi bahasan yang menarik, dengan adanya fakta bahwa secara
kuantitatif menunjukkan nilai ODA meningkat namun secara kualitatif tidak demikian. Selain
itu dengan besaran nilai ekspor kekayaan laut Indonesia ke Jepang, perlu dicermati dengan
kemungkinan munculnya dampak negatif dan krisis kelangkaan kekayaan laut sebagai akibat
pemanfaatan yang tidak bijak.
Sebagai negara maju dengan pertumbuhan ekonomi dan bisnis yang cepat, Jepang dapat
menjadi wacana dalam pengelolaan ekonomi nasional Indonesia. Analisa tentang sistem
penyusunan anggaran belanja negara di Jepang menunjukkan adanya keunikan karena tidak
mengikuti standar internasional. Terlepas dari adanya kelemahan sistem ini, banyak kelebihan
yang bisa dipelajari dan dipikirkan kemungkinan pengembangannya di Indonesia.
Selain ODA, Jepang juga menawarkan proposal pembentukan Free Trade Agreement (FTA)
pada masa pemerintahan Presiden Megawati Soekarno Putri. Tawaran pembentukan FTA dari
Perdana Mentri Jepang Junichiro Koizumi tersebut membuahkan tindak lanjut kerjasama
Indonesia Japan economic Partnership Agreement (IJEPA). Kerjasama IJEPA ini rupanya
sangat didukung oleh kerjasama Jepang dengan ASEAN karena dengan merangkul ASEAN,
Jepang memiliki jalur masuk perdagangan ke negara negara Asia ternggara yang lebih mudah
dan menguntungkan. Selain itu, liberalisasi pasar di Indonesia membuat produk-produk
Jepang menjadi lebih mudah masuk ke Indonesia.
Setelah Presiden Megawati Soekarno Putri meninggalkan kursi kepresidenannya, tindak
lanjut economy partnership diteruskan oleh Presiden Susilo Bmbang Yudhoyono. Pada tahun
2004, menteri perdagangan Indonesia dan Jepang menyepakati Joint Study Group sebagai
upaya awal penjajakan kegiatan economi partnership. Akhirnya negosiasi akhir mengenai
IJEPA pada tahun 2007 ditandatangani oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan
Perdana Menteri Jepang Abe Shinzo.
Japan-Indonesia Partnership Agreement (JIEPA) pada bulan Agustus 2007, menandai era
baru yang memperkuat hubungan bilateral kedua negara. Tidak saja dalam tercapainya
kesepakatan pengaturan mobilisasi tenaga kerja kedua negara, tetapi cakupan kerjasama
meluas dengan perjanjian ini. Termasuk di dalamnya kerjasama dalam bidang teknologi.
Kupasan tentang transfer teknologi dari Jepang kepada Indonesia dikaitkan dengan budaya,
tradisi dan nilai-nilai sosial yang dimiliki kedua negara disajikan secara ringan
Tahun 2008 merupakan tahun persahabatan Indonesia-Jepang. Hal ini dikarenakan tahun
2008 merupakan peringatan 50 tahun hubungan Indonesia- Jepang. Peringatan 50 tahun ini
diawali dengan kunjungan Presiden SBY dan Ibu Ani Yudhoyono ke Jepang pada November
2007. Pada kesempatan itu, Presiden SBY dan Perdana Menteri Abe Shinzo menandatangani

 
pernyataan bersama RI- Jepang, yakni Kemitraan Strategis Menuju Masa Depan yang Damai
dan Sejahtera (Embassy of Japan in Indonesia, 2007). Dalam pernyataan tersebut, disebutkan
bahwa tahun 2008 merupakan kesempatan yang baik untuk memperkokoh hubungan
Indonesia-Jepang yang sudah berjalan selama 50 tahun. Pernyataan tersebut juga membahas
mengenai bagaimana hubungan tersebut berlangsung dalam 50 tahun selanjutnya.
Pengokohan hubungan 50 tahun selanjutnya tersebut diawali dan dilakukan pada tahun
persahabatan Indonesia- Jepang. Pada tahun 2008, diadakan berbagai kegiatan di bidang-
bidang seperti: Pendidikan, Kebudayaan, dan Ekonomi. Kegiatan tersebut bertujuan
untuk memperluas pertukaran antara rakyat kedua negara dan memperdalam pengertian antar
generasi11.Hubungan ekonomi Indonesia-Jepang semakin menguat yang ditandai dengan
meningkatnya volume perdagangan kedua negara. Nilai perdagangan Indonesia–Jepang
selama bulan Januari sampai dengan Agustus 2011 adalah sebesar USD 35,1
milyar,meningkat sebesar 29% dari periode yang samatahun 2010. Total nilai perdagangan
Indonesia-Jepang tahun 2010 dan 2009 masing- masing sebesar USD 42,7 milyar dan USD
28,4 milyar. Bagi Jepang, Indonesia masih merupakan sumber utama pasokan energi, yakni
gas dan batu bara untuk industri sertasumber daya alam lainnya seperti timah dan nikel.
Kerjasama Indonesia dan Jepang dalam sektor ekonomi terus berkembang. Pada akhir tahun
2013, di masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono, Indonesia dan Jepang semakin
mempererat hubungan dengan menyepakati kerjasama dalam bidang perdagangan,
penanaman modal, pembangunan infrastruktur agar dapat tumbuh bersama berdasarkan
kesepakatan pada tingkat menteri untuk lebih mendorong kerja sama Metropolitan Priority
Area (MPA) di wilayah Jabodetabek. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyambut baik
tren positif perdagangan bilateral dengan Jepang, yang mencatat pertumbuhan rata-rata lebih
dari 11% dalam lima tahun terakhir (2008-2013). Adapun total nilai perdagangan Januari-
Agustus 2013 telah mencapai US$ 31,24 miliar.
Berakhirnya masa jabatan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono digantikan oleh Presiden
Joko Widodo yang pada Maret 2015 melakukan kunjungan ke Jepang dan Tiongkok guna
mempererat hubungan kerjasama dalam sektor ekonomi. Di Jepang Presiden Joko widodo
menghadiri forum bisnis bersama dengan 1000 pengusaha Jepang. Di sana, Jepang
memandang Indonesia memiliki tingkat pertumbuhan perekonomian yang mantap serta
memiliki masyarakat kelas menengah yang terus tumbuh sehingga meningkatkan keinginan
Jepang menanamkan modalnya di Indonesia. Indonesia juga dianggap sebagai sosok
pemimpin ASEAN yang memegang peranan besar dalam stabilitas wilayah dan keakmuran
dengan populasi dan GDP Indonesia yang mencapai 40 % dari populasi dan GDP ASEAN.


 
2.2 Era pemerintahan Presiden Habibi (pemilu, kemerdekaan, Timor-Timur, mundurnya
Presiden Habibie)
Pemerintahan BJ Habibie
Setelah Soeharto mundur, jabatan presiden diserahkan kepada wakilnya, yaitu BJ Habibie.
Hal tersebut dilakukan berdasarkan pasal 8 UUD 1945.
Presiden Republik Indonesia ketiga ini hanya menjabat selama 1 tahun 5 bulan. Hal ini karena
masa pemerintahan BJ Habibie dianggap sebagai perpanjangan tangan rezim Orde Baru.
Meskipun sebentar, pemerintahan BJ habibie mampu menyelamatkan krisis moneter yang
terjadi pada Orde Baru. Pemerintahannya disebut kabinet reformasi pembangunan.
BJ Habibie dan Sejarah Pembebasan Timor Leste
Tahun 1999 silam, Presiden Habibie kala itu memutuskan melepaskan Timor Timur dari
Indonesia. Dalam buku Detik-Detik yang Menentukan, Habibie mengatakan memerdekakan
Timor Timur merupakan jalan yang harus dipilih.
Menurut Habibie, penyelesaian status Timor Timur melalui jalan referendum sesungguhnya
sudah bertahun-tahun diajukan berbagai pihak dalam forum internasional. Alasan mendasar
yang disampaikan adalah karena setiap bangsa berhak untuk menentukan nasibnya sendiri.
Setelah 23 tahun bergabung dengan Indonesia, rakyat Timor Timur memilih menentukan
jalannya sendiri. Melalui jajak pendapat pada 30 Agustus 1999 sebanyak 78,5 persen
masyarakat Timor Timur menolak tawaran status khusus dengan otonomi luas.
Sesuai ketentuan pasal 6 Perjanjian New York, antara lain disebutkan bahwa apabila rakyat
Timor Timur menolak tawaran status khusus dengan otonomi luas, maka pemerintah
Indonesia harus mengambil langkah-langkah konstitusional untuk melepaskan Timor Timur
secara damai dan terhormat.
"Seperti telah saya nyatakan dalam pidato pertanggungjawaban betapa pun pahit dan pedihnya
kita menyaksikan kekalahan rakyat Timor Timur yang prointegrasi dalam jajak pendapat
tersebut, namun kita sebagai bangsa yang besar yang menjunjung tinggi nilai-nilai dasar yang
terkandung dalam Pembukaan UUD 1945- yang dalam era baru sekarang ini berketetapan hati
untuk memajukan demokrasi dan pelaksanaan hak asasi manusia- harus menerima dan
menghormati hasil jajak pendapat itu," kata Habibie.
Selanjutnya, kata Habibie, semua mengharapkan melalui jalan ini permasalahan Timor Timur
yang sudah sekian lama berlarut-larut dan yang menjadi beban di atas pundak bangsa
Indonesia akhirnya dapat diatasi.
Dengan demikian, jelas kiranya bahwa bukanlah Timor Timur atau rakyat Timor Timur yang
menjadi beban, tetapi permasalahan Timor Timur di forum-forum internasional.


 
Akhir Jabatan Presiden Habibie
Menurut pihak oposisi, salah satu kesalahan terbesar yang ia lakukan saat menjabat sebagai
Presiden ialah memperbolehkan diadakannya referendum provinsi Timor Timur (sekarang
Timor Leste). Ia mengajukan hal yang cukup menggemparkan publik saat itu, yaitu
mengadakan jajak pendapat bagi warga Timor Timur untuk memilih merdeka atau masih tetap
menjadi bagian dari Indonesia. Pada masa kepresidenannya, Timor Timur lepas dari Negara
Kesatuan Republik Indonesia dan menjadi negara terpisah yang berdaulat pada tanggal 30
Agustus 1999.
Kasus inilah yang mendorong pihak oposisi yang tidak puas dengan latar belakang Habibie
semakin giat menjatuhkannya. Upaya ini akhirnya berhasil saat Sidang Umum 1999, ia
memutuskan untuk tidak mencalonkan diri lagi setelah laporan pertanggungjawabannya
ditolak oleh MPR.
2.3 Era Pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid ( Pemilihan Presiden dan Wapres)
Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden tahun 1999 dilaksanakan oleh anggota Majelis
Permusyawaratan Rakyat yang merupakan perwakilan dari unsur-unsur Dewan Perwakilan
Rakyat, ditambah dengan utusan-utusan dari daerah-daerah dan golongan-golongan
masyarakat. Calon Presiden atau Wakil Presiden terpilih ditetapkan berdasarkan perolehan
suara terbanyak dari anggota Majelis. Pemilihan tahap pertama diikuti oleh dua calon Presiden
yaitu Abdurrahman Wahid dan Megawati Soekarnoputri, serta pemilihan tahap kedua diikuti
dua calon Wakil Presiden yaitu Megawati Soekarnoputri dan Hamzah Haz. Pemilihan ini
diwarnai dengan berbagai dinamika seperti Presiden petahanaBacharuddin Jusuf Habibie
yang memilih tidak maju kembali sebagai calon Presiden setelah laporan
pertanggungjawabannya ditolak oleh Majelis Permusyawaratan Rakyatpada 19 Oktober 1999
dan calon Presiden Yusril Ihza Mahendra yang mengundurkan diri beberapa saat menjelang
pemungutan suara.


 
Bab III
Penutup

3.1 Kesimpulan
Indonesia telah mengalami banyak peristiwa mulai dari era Orde Lama hingga Reformasi.
Seperti tidak akrabnya hubungan Indonesia dengan Jepang saat Presiden Soekarno memimpin
hingga dibuka selebar-lebarnya Kembali investasi asing pada era Presiden Soeharto, lalu pada
era Presiden Jokowi, bahwa Indonesia dianggap sebagai sosok pemimpin ASEAN yang
memegang peranan besar dalam stabilitas wilayah dan keakmuran dengan populasi dan GDP
Indonesia yang mencapai 40 % dari populasi dan GDP ASEAN.
Oleh karena itu, Kita sebagai Rakyat Indonesia harus selalu bekerja keras demi tercapainya
keberhasilan Negara Indonesia sebagai Negara yang Adil dan Makmur.
3.2 Saran
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak kesalahan dan
jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman
pada banyak sumber serta kritik yang membangun dari para pembaca.


 
Daftar Pustaka

1. https://m.cnnindonesia.com/internasional/20190911200504-106-429654/bj-habibie-dan-
sejarah-pembebasan-timor-leste diakses pada tanggal 23 November 2020 pukul 15.00 WIB.
2. https://id.m.wikipedia.org/wiki/Pemilihan_Presiden_Indonesia_1999 diakses pada tanggal
23 November 2020 pukul 15.10 WIB.
3. https://id.m.wikipedia.org/wiki/B._J._Habibie diakses pada tanggal 23 November 2020
pukul 15.25 WIB.


 

Anda mungkin juga menyukai