Anda di halaman 1dari 10

Gondang: Jurnal Seni dan Budaya, 4 (1) (2020): 28-37

DOI: https://doi.org/10.24114/gondang.v4i1.17768

Gondang: Jurnal Seni dan Budaya


Available online http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/GDG

Kajian Organologi Alat Musik Saluang Pauh Buatan


Zulmasdi di Kota Padang
Study Organology of Saluang Pauh by Zulmasdi in Padang
City
Try Wahyu Purnomo*& Sri Mustika Aulia
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Medan, Indonesia

Diterima: 14 April 2020; Disetujui: 07 Mei 2020; Dipublish: 11 Mei 2020


Abstrak
Tulisan ini bertujuan untuk membedah mengenai bahan, cara pembuatan dan teknik yang digunakan dalam
pembuatan instrument Saluang Pauh (versi Zulmasdi). Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang
bersifat deskriptif dimana dengan metode ini penulis dapat memaparkan proses pembuatan Saluang Pauh dengan
kajian organologi sebagai landasan untuk menganalisa objek tersebut. Hasil penilitian mengacu pada teori teknis
organologi yang meliputi pengukuran instrument, pendeskripsian, penggambaran dengan skala atau foto, metode
atau teknik pembuatan dan analisis bunyi yang dihasilkan. Kesimpulan dari penelitian ini dapat dilihat bahwa
dalam pembuatan Saluang Pauh, Zulmasdi menggunakan teknik tradisional (dalam hal pemotongan bahan,
pembuatan, pengukuran dan penjemuran instrument) yang dikombinasikan dengan teknik modern (menggunkan
media digital seperti proses penalaan nada instrument) untuk menghasilkan instrument tradsional inovatif yang
sesuai dengan perkembangan masyrakat pendukungnya.

Kata Kunci: Saluang Pauh, Organologi, Tradisional Minangkabau

Abstract
This paper discusses the materials, manufacturing methods and techniques used in making the Saluang Pauh
instrument (Zulmasdi version). This study uses a qualitative approach that is descriptive, where the researcher can
explain the process of making Saluang Pauh with the study of organology as a basis for analyzing the object. The
results of the research refer to the technical theory of organology which includes measurement instruments,
descriptions, depictions with scales or photographs, methods or techniques for making and analyzing the sound
produced. The conclusion of this research can be seen that in making Saluang Pauh, Zulmasdi uses traditional
techniques (in terms of cutting materials, making, measuring and drying instruments) combined with modern
techniques (using digital media such as the tuning of the instrument tone) to produce innovative traditional
instruments that in accordance with the development of the supporting community.

Keywords: Saluang Pauh, Organology, Traditional Minangkabau

How to Cite: Purnomo, T. W & Aulia, S. M (2020). Kajian Organologi Alat Musik Saluang Pauh Buatan
Zulmasdi di Kota Padang. Gondang: Jurnal Seni dan Budaya, 4(1): 28-37

*Corresponding author: ISSN 2599 - 0594 (Print)


E-mail: twahyu@unimed.ac.id ISSN 2599 - 0543 (Online)

28
Gondang: Jurnal Seni dan Budaya, 4 (1) (2020): 28-37

PENDAHULUAN Saluang dan seorang Pedendang. Di dalam


Pauh adalah salah satu Kecamatan di penyajian pertunjukan Saluang Pauh berisi
Kota Padang, Sumatera Barat. Total Luas tentang Kaba (cerita). Kaba dalah cerita
wilayah keseluruhan daerah di Kecamatan prosa berirama berbentuk narasi
Pauh adalah sekitar 146,26 Km. Secara (kisahan) dan tergolong pantun yang
geografis Kecamatan Pauh terletak pada panjang. Kaba (cerita) yang dibawakan
58° Lintang Selatan dan 100° 21′ 11′ Bujur pada umumnya merupakan cerita
Timur. Batas-batas daerahnya adalah kontekstual yang menyangkut fenomena-
sebagai berikut, sebelah Barat berbatasan fenomena yang terjadi di Masyarakat.
dengan Kecamatan Kuranji dan Padang Adapun beberapa judul Kaba yang
Timur, sebelah Timur berbatasan denagan dibawakan seperti: Kaba Urang Bonjo,
Kabupaten Solok, sebelah Utara Kaba Urang Batawi, Kaba Urang Batipuah,
berbatasan dengan Kecamatan Koto Kaba Urang Bukiktinggi, Kaba Urang
Tangah dan sebelah Selatan berbatasan Lubuak Sekajuang, Kaba Urang Makasar,
dengan Kecamatan Lubuk Kilangan dan Kaba Urang Mangilang Payokumbuah
Kecamatan Lubuk Begalung (Pemko- (Djamaris, 2002).
Padang, 2010) (Mayangsari, Indrayuda, & Selanjutnya untuk alat musik Saluang
Asriati, 2012). Masyarakat Pauh terdiri Pauh masih terdapat beberapa masyarakat
dari masyarakat asli dan masyarakat di Kota Padang yang memproduksi
pendatang. Masyarakat asli Pauh adalah Saluang Pauh secara mandiri, baik itu
masyarakat yang lebih dahulu datang ke untuk kebutuhan pribadi ataupun
daerah Pauh, mereka pada umumnya pemesanan bagi sesama seniman
mempunyai tanah ulayat yang cukup luas. tradisional. Salah satu seniman tradisional
Masyarakat pendatang adalah masyarakat yang masih eksis dalam pembuatan alat
yang datang lebih akhir yakni setelah musik Saluang Pauh adalah Zulmasdi, S.Sn.
daerah Pauh berkembang. Menurut nara Dalam penelitian ini akan difokuskan
sumber yang penulis temui (Indra Jaya, 29 kepada pengkajian mengenai organologi
Juli 2015) masyarakat asli Pauh pada Saluang Pauh (versi Zulmasdi) yang
umunya berasal dari Kabupaten Solok, hal bertujuan untuk membedah mengenai
ini dapat dilihat secara geografis bahwa bahan, cara pembuatan dan teknik yang
daerah perbukitan bagian Timur yang digunakan dalam pembuatan instrument
termasuk dalam Kecamatan Pauh Saluang Pauh. Hal ini sesuai dengan
berbatasan langsung dengan Kabupaten pendapat Ohi (2019) bahwa organologi
Solok. merupakan pengetahuan tentang alat
Masyarakat Pauh secara konsisten musik atau benda yang menghasilkan
masih mempertahankan alat musik suara musik beserta semua aspek yang
tradisioanl yang menjadi identitas terkait dengan alat musik. Proses
kelompoknya yaitu Saluang Pauh. Saluang pendeskripsian mengenai organologi
Pauh merupakan alat musik tradisional Saluang Pauh versi Zulmasdi ini diperkuat
yang tumbuh dan berkembang di dengan berbagai foto untuk mendukung
Kecamatan Pauh Kota Padang. Apabila kejelasan dari proses pembuatan
dilihat secara sekilas maka alat musik ini instrument yang dilakukan seara
menyerupai Bansi (alat musik tiup bertahap. Hal ini sesuai dengan pendapat
Minangkabau yang mempunyai tujuh Meriam (dalam Ploweri, 2008) yang
lubang nada) akan tetapi memiliki ukuran menyatkan bahwa kajian organologi dalam
yang lebih besar (Purnomo, Wimbrayardi, segi teknisnya, yaitu masing-masing
& Marzam, 2014). Dalam sebuah instrument diukur, dideskripsikan,
pertunjukan Saluang Pauh hanya terdiri digambarkan dengan skala atau foto,
dari dua pemain yaitu seorang pemain

29
Try Wahyu Purnomo & Sri Mustika Aulia, Kajian Organologi Alat Musik Saluang Pauh

metode atau teknik pertunjukan dan bunyi Pengolahan data dilakukan secara
yang dihasilkan. deskriptif, sesuai dengan pendapat
Pengklasifikasian alat musik juga Moleong (dalam Tarmizi, 2010) yang
sangat penting dalam ranah kajian menyatakan bahwa penelitian kualitatif
organologi yaitu untuk menjelaskan bersifat deskriptif artinya data yang
berbagai perbedaan alat musik dianalisa dan hasil analisa juga akan
berdasarkan sumber bunyinya. Sach dan berbentuk deskriptif. Fenomena yang
Bostel (dalam Kadir, 2005) menjelaskan dijabarkan dengan berupa angka-angka
mengenai pembagian klasifikasi alat musik atau koefesien tentang hubungan antara
yang berdasarkan pada sumber bunyi. variabel data yang terkumpul berbentuk
Menurut klasifikasinya alat musik terbagi kata-kata atau gambaran (Moleong, 1981).
atas lima kelompok, yaitu Aerophone, Selanjutnya Vredeberg dalam (Astutik,
Moembranophone, Idiophone, Cordophone, 2019) menyebutkan bahwa tujuan utama
dan Elektrophone. (Sari & Desriyeni, 2019) dari penelitian deskripstif adalah
Sesuai dengan tinjauan penelitian melukiskan realita sosial yang kompleks
mengenai organologis alat musik Saluang dengan sedemikian rupa, sehingga
Pauh maka peneliti dapat relevansi sosiologis-antorpologis tercapai.
mengklasifikasikan alat musik ini ke dalam Dalam penelitian ini, mencoba untuk
kelompok aerophone. Terdapat beberapa mendiskripsikan mengenai proses
pembagian dari alat musik aerophone ada pembuatan Saluang Pauh dengan
yaitu, Blown Flute, End Blown Flute, Side menggunakan teori organologi teknis yang
Blown Flute, Rim Blown Flute, Wistle Flute meliputi pengukuran instrument secara
(Bahri, Wimbrayardi, & Kadir, 2012). detil, pendeskripsian mengenai pemilihan
Menurut sistem klasifikasi Curt Sach dan material atau bahan (talang) yang sesuai,
Eric Von Horn Bostel dalam buku penggambaran dengan skala atau foto,
Systematik Der Music Instumente Ein metode atau teknik pembuatan dan
Versuch, alat musik Saluang Pauh termasuk analisis bunyi yang dihasilkan. Teknik
ke dalam jenis wistle flute (mempunyai pengumpulan data dilakukan dengan cara
lidah), hal ini tentunya sangat berbeda observasi langsung dalam pembuatan
dengan beberapa Saluang di Minangkabau instrument Saluang Pauh mulai dari
yang cenderung termasuk jenis end blown pemilihan bahan, pemotongan,
flute (tidak mempunyai lidah) (Purnomo, pengeringan, pembuatan lobang sampai
2016). proses penalaan nada instrument.
Berdasarkan uraian di atas, tujuan Wawancara terstruktur dilakukan untuk
penelitian ini adalah untuk memperoleh aspek kontekstual (eksistensi
mendeskripsikan mengenai proses instrument, latar belakang masyarakat
pembuatan Saluang Pauh versi Zulmasdi pendukung dan perkembangan instrument
sesuai dengan tinjauan organologis. Saluang Pauh) dan aspek tekstual (tata
cara pembuatan secara spesifik).
METODE PENELITIAN Selanjutnya studi dokumentasi dilakukan
Penelitian ini menggunakan secara terstruktur untuk dapat
pendekatan kualitatif yang bersifat mendeskripiskan secara jelas mengenai
deskriptif, yaitu penlitian yang bertujuan tahapan dalam pembuatan instrument
untuk membuat gambaran deskriptif Saluang Pauh
berupa penjabaran jelas mengenai objek
penelitian yang diteliti yaitu pembuatan HASIL DAN PEMBAHASAN
Saluang Pauh dengan kajian oranologi Menurut informan yang penulis
sebagai landasan untuk menganalisa objek temui (Zamri/Malin Bungsu) Saluang Pauh
tersebut. yang kita temui pada saat sekarang ini

30
Gondang: Jurnal Seni dan Budaya, 4 (1) (2020): 28-37

sangat berbeda dengan Saluang Pauh penulis mendiskripsikan mengenai


dahulunya. Saluang Pauh pada dahulunya pembuatan instrument Saluang Pauh dari
terbuat dari batang padi yang dibentuk mulai pengambilan bahan, proses
seperti alat musik Bansi akan tetapi pembuatan, sampai dengan hasil akhir dari
mempunyai empatlubangnada. Alat musik saluang Pauh yang dibuat. Adapun
tersebut tidak dinamakan Saluang Pauh peralatan yang digunakan untuk membuat
akan tetapi bernama Sodam, seiring Saluang Pauh adalah Pisau Sirawik kecil,
perkembangan zaman dilakukan Pisau Sirawik besar, ladiang (golok) dan
penambahan dua lubang nada sehingga gergaji besi. Peralatan yang digunakan
alat musik tersebut dapat memainkan oleh masing-masing orang untuk membuat
irama Dendang Pauh yang lebih banyak Saluang Pauh berbeda, hal ini tergantung
(Syeilendra, 2000). Selanjutnya kepada kenyamanan seseorang dalam
perkembangan alat musik Saluang Pauh menggunakan perlatan tersebut untuk
tidak lagi menggunakan batang padi bekerja.
sebagai bahan dasar pembuatannya akan
tetapi menggunakan bambu/talang
sebagai bahan dasar instrumentnya.
Dari aspek organologis Saluang Pauh
terbuat dari sepotong bambu/talang yang
sangat kering dan dibagian bawah ruas
dinamakan Katopoang. Pada bagian atas
terdapat enam buah lubang melodi dan
satu buahlubangudara yang dinamakan
Rakuak parian. Di daerah Surau Tuo, Gambar 1. Peralatan Yang Digunakan Untuk
Pembuatan Saluang Pauh
Kecamatan Nanggalo, Kota Padang (Dokumentasi Purnomo, 2016)
terdapat seorang ahli pembuat instrument
tiup khas Minangkabau yang sampai Saluang Pauh dibuat dari bahan
sekarang masih eksis dalam membuat talang, seperti instrument-instrument tiup
instrument tiup untuk berbagai Minangkabau pada umumnya. Pemilihan
kebutuhan. Zulmasdi, S.Sn, merupakan talang yang digunakan sebagai bahan
seorang pria kelahiran Padang, 15 Juli pembuatan Saluang Pauh harus lah talang
1979 yang menyelesaikan studi yang tua (kira-kira berumur 1 tahun).
terakhirnya pada Jurusan Karawitan di ISI Pertimbangan pemilihan talang yang tua
Padangpanjang pada tahun 2009. Zul di karenakan tekstur kulitnya yang keras
(sapaan akrabnya) aktif dalam berbagai dan juga tidak mudah pecah apabila
kegiatan kesenian yang di beberapa dilakukan proses penjemuran nantinya.
sanggar ataupun komunitas seni yang ada Selain itu talang yang berumur tua tidak
di Kota Padang. Selama beraktivitas seni memiliki miang yang banyak sehingga
Zul telah tampil di berbagai event seperti memudahkan kita untuk memotong talang
Festival Randai di Batusangkar (2014) dan tersebut. Di dalam rumpun pohon, talang
Pekan Budaya di Kota Padang (2014). yang tua biasanya terdapat di tengah-
Sebagai seorang yang mendapatkan ilmu tengah rumpun. Selain memiliki miang
karawitan secara akademis di ISI yang sedikit, ciri-ciri dari batang talang
Padangpanjang, dewasa ini Zul aktif yang sudah tua adalah terdapat buah
mengaplikasikan keahliannya melalui (seperti padi) pada ujung talang tersebut.
kegiatan pembuatan berbagai alat musik
tiup khas Minangkabau seperti bansi,
sarunai, saluang darek, sampelong, saluang
Pauh dan lain-lain. Bersama dengan Zul,

31
Try Wahyu Purnomo & Sri Mustika Aulia, Kajian Organologi Alat Musik Saluang Pauh

tersebut dilakukan agar semua bahan yang


di ambil dapat di manfaatkan secara efektif
sehingga tidak ada bahan yang banyak
terbuang.

Gambar 2. Pohon Talang Sebagai Bahan Dasar


Pembuatan Saluang Pauh
(Dokumentasi Purnomo, 2016)

Pemilihan talang yang tua sebagai


bahan pembuatan juga diikuti dengan Gambar 3. Pemilihan Batang Talang dan Bunga
Pada Ujung Talang
ukuran batang yang sesuai untuk dibuat (Dokumentasi Purnomo, 2016)
menjadi Saluang Pauh. Pangkal batang
talang yang dipilih tidak boleh terlalu Selanjutnya batang talang tersebut di
besar dan juga tidak terlalu kecil, oleh potong menjadi beberapa bagian dengan
karena itu dalam pemilihan batang talang menggunakan gergaji besi. Pemilihan
harus berdasarkan ukuran yang sesuai bagian talang yang akan di potong harus
dari mulai pangkal sampai ujung karena disesuaikan dengan ukuran ideal dari
dalam pembuatan Saluang Pauh bisanya sebuah Saluang Pauh pada umumnya.
bagian batang talang yang di ambil adalah Sebelum dipotong, pengrajin mengukur
bagian tengah ke ujung. lingkaran tengah dari batang talang yang
Apabila telah menemukan batang akan di jadikan Saluang Pauh dengan
talang yang sesuai mulai lah untuk menggunakan daun karambia (kelapa)
memotong talang tersebut dan kemudian atau tali plastik. Hal ini sesuai dengan
membersihkan bagian ruas batang yang hukum tradisi bahwa dalam sistem
memiliki cabang-cabang dengan pembuatan sebuah instrument tidak
menggunakan ladiang (golok). Bagian menggunakan ukuran baku (cm ataupun
pangkal talang biasanya di potong mm). Berdasarkan pengukuran lingkaran
sepanjang 1,5 ruas, karena memiliki tengah dari batang tersebut maka dapat
ukuran yang sangat besar. Biasanya dijadikan acun dalam pembuatan semua
seorang pembuat instrument tiup yang bagian dari Saluang Pauh seperti lubang
ahli, sangat mempertimbangkan efisisensi nada, lubang sumber bunyi, dan juga
dari bahan talang yang di potong. Apabila panjang Saluang Pauh.
dalam satu batang yang diambil hanya
sekitar dua ruas yang dipergunakan untuk
pembuatan Saluang Pauh, maka pengrajin
mengalihkan bahan tersebut untuk
membuat alat musik lain seperti Bansi,
Sarunai, Saluang darek dan lain-lain. Hal

32
Gondang: Jurnal Seni dan Budaya, 4 (1) (2020): 28-37

dibersihkan pada saat finishing


pembuatan. Proses pengeringan
berlangsung selama kurang lebih sebulan
sampai talang benar-benar kering dan
berubah warna menjadi kuning barulah
masuk kepada tahap pembuatan
selanjutnya.

Gambar 4. Pengukuran Bagian Tengah Talang


(Dokumentasi Purnomo, 2016)

Untuk panjang Saluang Pauh


biasanya menggunakan ukuran 5 lingkaran
batang, 5 ½ lingkarang, atau 6 lingkaran
(disesuaikan dengan anatomi tubuh si
pemain). Untuk bagian ujuang batang yang Gambar 6. Proses Pengeringan Talang
(Dokumentasi Purnomo, 2016)
akan di potong harus di lebihkan sedikit
dari ruas ujung, hal ini di sesuaikan dengan Sebelum membuat lubang, bagian-
bentuk instrument Saluang Pauh yang bagian ujung dan pangkal pada talang
memiliki bentuk mengecil hingga ke ujung. yang telah kering tersebut di haluskan
dengan menggunakan pisau srawik besar,
hali ini bertujuan agar bagian ujung dan
pangkal tersebut lebih rapi dan datar
sehingga memudahkan pengrajin dalam
membuat lubang tiupan nantinya. Tahap
Gambar 5. Proses Pemotongan Talang dan Hasil selanjutnya, menghaluskan ruas yang ada
Dari Pemotongan Talang (kiri-kanan) di bagian ujung talang dengan
(Dokumentasi Purnomo, 2016) menggunakan pisau sirawik besar.
Selanjutnya setelah talang di potong
maka masuk kepada tahap pengeringan
talang tersebut. Pengeringan talang
bertujuan untuk menghasilkan bunyi yang
lebih bagus. Dalam proses pengeringan
talang tidak boleh di tempat yang terkena
matahari langsung, apabila terkena
matahari langsung maka talang yang
dikeringkan akan mudah pecah, dalam
Gambar 6. Proses Merapikan Bagian Pangkal-Ujung
istilah tradisi Minangkabau disebutkan dan Bagian Ruas di Ujung Talang
sebagai di angai-angaikan. Talang yang (Dokumentasi Purnomo, 2016)
dikeringkan harus dalam posisi berdiri, hal
ini bertujuan agar talang yang dikeringkan Lubang pertama yang di buat pada
tidak terkena percikan air pada saat hujan. Saluang Pauh tersebut adalah lubang
Percikan air yang mengenai talang sumber bunyi atau menurut masyarakat
tersebut akan mengakibatkan jamur pada tradisional biasa menyebutnya sebagai
batang talang sehingga akan sulit untuk Rakuak Parian. Rakuak Parian (lubang

33
Try Wahyu Purnomo & Sri Mustika Aulia, Kajian Organologi Alat Musik Saluang Pauh

sumber bunyi) dibuat dengan jarak 1/3 terlalu banyak pada saat memainkan
lingkaran dari pangkal Saluang Pauh. Saluang Pauh.
Rakuak Parian dibuat dengan menggunkan
ujung pisau sirawik kecil yang sangat
tajam.

Gambar 7. Proses Pembuatan Lubang Sumber


Bunyi (Rakuak Parian)
(Dokumentasi Purnomo, 2016)

Tahap selanjutnya yaitu membuat Gambar 8. Pembuatan Penyumbat Tempat Sumber


penyumbat tempat sumber tiupan dari Tiupan (Pakok)
(Dokumentasi Purnomo, 2016)
Saluang Pauh tersebut yang biasa disebut
dengan pakok. Setelah memperkirakan
Dalam menipiskan bagian penutup
besar pangkal dari talang, pengrajin mulai
(pakok) yang telah dijelaskan di atas,
untuk membuat penyumbat tempat
pengrajin tetap menggunakan pisau
sumber tiupan dari bahan kayu. Adapun
sirawik kecil. Hal ini dikarenakan pisau
beberapa bahan kayu yang sering di pakai
sirawik kecil memiliki dua sisi yang
adalah Sungkai, Pinus dan Batang Laban.
berbeda yaitu bagian cembung dan bagian
Kayu yang paling bagus untuk membuat
datar, berbeda dengan pisau biasa yang
penyumbat tempat tiupan tersebut adalah
memiliki dua sisi yang sama (cembung).
Batang Laban. Menurut seniman
Dengan memanfaatkan sisi pisau yang
tradisional pemilihan Batang Laban dipilih
datar, proses penipisan bagian pakok
karena serat kayunya yang rapat. Sebagai
tersebut akan lebih rapi dan dapat
sebuah pertunjukan yang memiliki durasi
menghasilkan permukaan yang lebih halus
yang panjang, tentunya sebuah alat musik
(tidak bergelombang). Adapun panjang
tiup akan menampung air liur yang banyak
dari pakok yang dibuat memiliki jarak yang
(karena dalam teknik memainkan alat
sama dengan lubang rakuak parian yaitu
musik Saluang Pauh tidak memiliki jeda
berjarak 1/3 lingkaran dari pangkal
untuk berhenti). Apabila dalam pemilihan
tiupan.
kayu yang terdapat dalam sumber tiupan
tersebut menggunakan kayu dengan serat
yang jarang maka air liur dari pemain
Saluang Pauh akan mudah untuk diserap
oleh kayu dan menyembabkan Saluang
tersumbat. Tekstur serat kayu Batang
Laban yang rapat mengakibatkan kayu
tersebut tidak mudah basah dan Gambar 9. Ukuran Pakok Dari Ujung Pangkal
Tiupan
menghambat penyerapan air liur yang
(Dokumentasi Purnomo, 2016)

34
Gondang: Jurnal Seni dan Budaya, 4 (1) (2020): 28-37

Selanjutnya pembuatan lubang nada nada yang di gunakan dalam Saluang Pauh
pertama yang dilakukan dari ujung talang. pada umumnya. Apabila terasa kurang,
Lubang nada pertama dibuat berdasarkan maka pengrajin hanya memperbesar bagai
ukuran 1 lingkaran, untuk mengukur lubang nada yang dirasa kurang tepat.
pembuatan lubang tersebut pengrajin
tetap memnggunakan daun kelapa sebagai
pedoman pengukuran.

Gambar 10. Proses Pengukuran dan Pembuatan


Lobang Pertama
(Dokumentasi Purnomo, 2016)

Setelah lubang nada dibuat maka


dilanjutkan dengan pembuatan lubang
angin yang terdapat di bagaian bawah
(bagian ujung talang) dengan
menggunakan besi panas. Lubang angin
yang terdapat di bagian bawah tersebut
berfungsi untuk mengatur tinggi dan
rendahnya dari nada yang akan dihasilkan.
Menurut pengrajin semakin besar lubang
Gambar 12. Proses Pembuatan Lobang Nada
bunyi maka semakin tinggi nada yang (Dokumentasi Purnomo, 2016)
dihasilkan, sebaliknya semakin kecil
lubang bunyi maka semakin rendah nada Pada umumnya nada-nada yang
yang dihasilkan. terdapat pada alat musik Saluang Pauh
tidak memiliki ketetapan baku, hal ini
dikarenakan apabila seorang membuat
beberapa Saluang Pauh dengan ukuran
Talang yang berbeda maka tonalitas yang
dihasilkanpun berbeda. Oleh karena itu
kecendrungan nada yang terdapat pada
Gambar 11. Lobang Udara Yang Terdapat di Bagian Saluang Pauh dapat ditetapkan
Bawah
(Dokumentasi Purnomo, 2016) berdasarkan galua (interval) dari masing-
masing lubang. Walupun Saluang Pauh di
Proses pembuatan dilanjutkan Minangkabau memiliki tonalitas yang
dengan membuat enam lubang nada berbeda (tergantung ukuran talang) akan
berikutnya. Masing-masing lubang nada tetapi harus mengikuti galua (inetrval)
memiliki jarak yang sama yaitu 1/3 yang sama untuk menghasilkan karakter
lingkaran. Untuk ketepatan nada, biasanya dari Saluang Pauh secara khusus. Adapun
seniman tradisional hanya menggunakan bentuk interval nada dari masing-masing
rasa untuk mengukur frekuensi dari lubang dari salah satu instrument Saluang
masing-masing lubang tersebut. Menurut Pauh adalah sebagai berikut:
pengrajin, masing-masing nada yang
memiliki jarak yang sama (1/3 lingkaran)
tersebut, sudah mendekati terhadap nada-

35
Try Wahyu Purnomo & Sri Mustika Aulia, Kajian Organologi Alat Musik Saluang Pauh

basahi terlebih dahulu dan kemudian di


lakukan proses penggosokan secara
merata sampai noda-noda dan jamur yang
melekat pada talang tersebut hilang.
Menurut narasumber, apabila dalam
proses pembersihan menggunakan amplas
maka serat yang terdapat batang talang
Gambar 13. Interval (Galua) Nada Dari Masing- tersebut akan hilang sehingga tidak
Masing Lubang menghasilkan bentuk yang bagus.
(Dokumentasi Purnomo, 2016)

Berdasarkan interval tersebut maka


apabila ditranskripsi dengan sistem notasi
musik Barat maka akan di dapatkan
pendekatan seperti berikut:

Gambar 16. Jarak Ukuran Pada Pembuatan Saluang


Pauh
(Dokumentasi Purnomo, 2016)

SIMPULAN
Gambar 14. Interval (Galua) Manurut Notasi Barat Dewasa ini, dalam pembuatan alat
(Dokumentasi Purnomo, 2016) musik Saluang Pauh masih terdapat
beberapa masyarakat di Kota Padang yang
Dalam sistem transkripsi yang memproduksi Saluang Pauh secara
dilakukan pada penelitian ini tetap mandiri, baik itu untuk kebutuhan pribadi
menggunakan notasi grafik untuk melihat ataupun pemesanan bagi sesama seniman
tinggi-rendahnya nada serta interval dari tradisional. Salah satu seniman tradisional
masing-masing nada, adapun deskripsinya yang masih eksis dalam pembuatan alat
adalah sebagai berikut: musik Saluang Pauh adalah Zulmasdi.
Dalam pembuatan Saluang Pauh Zulmasdi
sendiri menggunakan teknik tradisional
(dalam hal pemotongan bahan pembuatan,
pengukuran instrument dan penjemuran
instrument) yang kombinasikan dengan
teknik modern (menggunkan media
Gambar 15. Notasi Grafik Interval digital) seperti proses penalaan
(Dokumentasi Purnomo, 2016)
instrument. Dalam pembuatan instrument
Saluang Pauh, Zulmasdi tidak hanya
Pada tahap akhir, setelah seluruh mempertimbangkan terhadap aspek
bagian dari Saluang Pauh selesai maka
organlogis saja, akan tetapi tinjauan
masuk ke tahap pembersihan Saluang tekstual (nada dan karakter) serta
Pauh. Proses pembersihan dilakukan kontekstual (sejarah, masyarakat
untuk melicinkan tekstur dari talang yang
pendukung dan filsofi instrument) juga
di jadikan bahan pembuatan Saluang Pauh menjadi hal yang penting untuk membuat
tersebut. Agar benar-benar licin, para sebuat instrument menjadi lebih
seniman tradisional tidak meggunakan
bermakna.
amplas untuk membersihkan permukaan
talang tersebut, akan tetapi menggunakan
pasir. Sebelum digosok, pasi tersebut di
36
Gondang: Jurnal Seni dan Budaya, 4 (1) (2020): 28-37

DAFTAR PUSTAKA Moleong, L. P. (1981). Metode Peneltian Kualitatif.


Bandung: Rosda Karya
Anwar, K. (2006). Makna Interaksi Sosial Dalam
Ohi, R. (2019). Nilai Organologi Akustik Polopalo,
Penampilan Sastra Lisan Bagurau di
Selonding. Jurnal Musikologi. 15(1), 35-42
Minangkabau (Analisis Semiotik). Padang:
Pemko-Padang. (2010). Pauah Dalam Angka: Pauah
Repository UNAND.
in Figures 2010. Padang: Badan Pusat
Astutik, I. D. (2010). Budaya Jawa Dalam Novel
Statistik (BPS).
Tirai Menurun Karya NH. Dini (Kajian
Ploweri, F. (2008). Kesenian Al-Sikdah Di Sungai
Antropologi Sastra). Jurnal Sapala, 6(1), 1-11
Penuh Kerinci: Studi Kasus Gendang Gembe
Bahri, A., Wimbrayardi, & Kadir, T. H. (2012).
Dalam Kajian Organologis dan Musikologis.
Pembuatan Saluang Darek Versi Sabar St
Padang: Pendidikan Sendratasik FBS- UNP.
Mahajo Kayo Seniman Tradisional Di Nagari
Purnomo, T. W., Wimbrayardi, & Marzam. (2014).
Singgalang dan Versi Zainuddin Seniman
Gurau Pauah. E-Jurnal Sendratasik
Akademis di Nagari Kayu Tanam (Studi
Universitas Negeri Padang, 2(2), 24-34.
Komparatif Dari Sudut Tinjauan
Purnomo, T. W. (2016). Pengembangan Bahan Ajar
Organologis). E- Jurnal Sendratasik
Irama Pado-Pado Pada Alat Musik Saluang
Universitas Negeri Padang. 1(1), 76-83
Pauh Di SMKN 7 Padang. Bandung:
Djamaris, E. (2002). Pengantar Sastra Rakyat
Universitas Pendidikan Indonesia.
Minangkabau. Jakarta: Yayasan Obor
Sari, D. N, & Desriyeni (2019). Klasifikasi Alat Musik
Indonesia.
Tradisional Minangkabau. Jurnal Ilmu
Kadir, T. H. (2005). Buku Ajar Organologi. Padang:
Informasi Perpustakaan dan Kearsipan, 8(1),
Jurusan Sendratasik FBS UNP.
88-99.
Mayangsari, I., Indrayuda, & Asriati, A. (2012).
Syeilendra. (2000). Buku Ajar Musik Tradisi.
Pewarisan Tari Gandang di Nagari Pauh IX
Padang: Jurusan Sendratasik FBS-UNP.
Kecamatan Kuranji Kota Padang. E- Jurnal
Sendratasik Universitas Negeri Padang. 1(1). Tarmizi, P. (2010). Fungsi Kesenian Dendang
Dalam Upacara Adat Perkawinan Di Desa
49-58
Gunung Ayu Kota Manna Bengkulu Selatan.
Jurnal Penelitian UNIB, 16(1), 48-55

37

Anda mungkin juga menyukai