Anda di halaman 1dari 43

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang Masalah

Bolaang Mongondow terdiri dari kata “Bolaang” dan “Mongondow”.

Bolaang atau golaang berarti menjadi terang atau terbuka dan tidak gelap karena

terlindungi terlindung oleh pepohonan yang rimbun. Bila ada bagian yang

pohonnya agak renggang, sehingga seberkas sinar matahari dapat menembus

kegelapan hutan, itulah yang dimaksud dengan no bolaang atau no golaang.1

Desa Bolaang terletak di tepi pantai utara Bolaang Mongondow yang

pada abad 17 sampai akhir abad 19 menjadi kedudukan istana raja. Bolaang dapat

pula "berasal dari kata “bolango” atau “balangon” yang berarti laut. Mongondow

dari kata “momondow” yang berarti berseru tanda kemenangan. Desa

Mongondow terlerak sekitar 2 km selatan Kotamobagu, daerah pedalaman biasa

juga disebut rata Mongondow. Dengan bersatunya seluruh kelompok masyarakat

yang tersebar baik yang berdiam di pesisir pantai maupun yang berada di

pedalaman Mongondow di bawah pemerintahan raja Tadohe (Sadohe) maka

daerah ini menjadi daerah Bolaang Mongondow.2

Daerah Bolaang Mongondow terletak di utara pulau Sulawesi memanjang

dari barat ke timur dan di apit oleh 2 kabupaten lainnya, yaitu Gorontalo dan

Minahasa. Secara geegrafis daerah ini terletak antara 100,30” LU dan 0020” LU

serta antara 16024’0” BT dan 17054’0” BT. Sebelah utara di batasi laut Sulawesi
1
Anyllaoh, “Mengenal Bolaang Mongondow”
https://id.scribd.com/doc/12765584/Mengenal-Bolaang-Mongondow (diakses pada 10
April 2019)
2
Anyllaoh, “Mengenal Bolaang Mongondow”
https://id.scribd.com/doc/12765584/Mengenal-Bolaang-Mongondow (diakses pada 10
April 2019)

1
dan selatan dengan laut Maluku. Bolaang Mongondow merupakan daerah

landscape yang berdiri sendiri dan masih merupakan daerah tertutup sampai

dengan abad 19. Hubungan daerah luar hanyalah hubungan dagang yang di

adakan melalui kontrak dengan raja raja yang memerintah pada saat itu. Dengan

masuknya pengaruh pemerintahan bangsa asing (Belanda) pada tahun 1901, maka

secara administrasi daerah ini termasuk Onderafdeling Bolaang Mongondow yang

di dalamnya termasuk landscape Bintauna, Bolaang Uki, Kadipang besar dari

afdeling Manado. Batas pesisir dengan daerah Gorontalo di apit oleh 2 buah

sungai, di utara sungai Andagile dan di selatan oleh sungai Taludaa. Pada daerah

Minahasa, di utara sungai Poigar dan di selatan sungai Buyat. Medan terlebar

jaraknya sekitar 66 km antara sungai Poigar dan tanjung Flesko, yang tersempit

antara desa Sauk di utara dan desa Popudu di selatan3

Sama seperti daereah lain di Indonesia, Bolaang Mongondow juga

mengenal jenis jenis kesenian sejak dahulu kala. Beberapa di antaranya :

1. Seni Musik vokal dan instrumental

2. Seni Musik Tari

3. Seni Sastra

4. Seni Rupa

Dari sekian banyak musik tradisional yang pernah di kenal di daerah ini,

banyak yang telah punah dan tidak pernah dimainkan. Ada musik instrumental
3
Anyllaoh, “Mengenal Bolaang Mongondow”
https://id.scribd.com/doc/12765584/Mengenal-Bolaang-Mongondow (diakses pada 10
April 2019)

2
yang berasal dari luar daerah yang juga telah merakyat seolah olah musik asli

daerah, misalnya : gambus, rebana, kolintang, dan lain lain.4

Alat musik tradisional sebagai permainan rakyat salah satunya adalah

Rababo. Rababo dapat di samakan dengan Rebab di daerah lain. Alat musik yang

di gesek, juga resonansinya tempurung, berdawai satu, di mainkan dengan

menggesek.5

Rababo dapat ditinjau berdasarkan organologi musik. Penjelasan tentang

organologi dapat memberikan informasi tentang bentuk, cara memainkan,

kedudukan pada suatu ansambel musik, serta konteks galung kalung dalam

kehidupan masyarakat. Hal ini sesuai dengan penjelasan Sri Hendarto (1998:19)

bahwa organologi pada hakekatnya mempelajari pengetahuan tentang alat musik,

baik dilihat dari segi bentuk, suara, cara memainkan, konteksnya dalam kehidupan

manusia dan kedudukan alat musik tersebut pada suatu ensambel, dan bagaimana

sejarah serta perkembangan dari alat itu.6 Membahas organologi dari rababo

dalam penelitian ini dapat membantu memberikan informasi kepada masyarakat

tentang alat musik tradisonal Rababo terkhusus kepada masyarakat. Karena di Era

Globalisasi seperti saat ini informasi mengenai alat musik tradisional sangat

terbatas dan bahkan nyaris tidak ada dibandingkan dengan alat musik modern.

Keterbatasan pengetahuan masyarakat mengenai alat musik Rababo menjadikan

4
Anyllaoh, “Mengenal Bolaang Mongondow”
https://id.scribd.com/doc/12765584/Mengenal-Bolaang-Mongondow (diakses pada 10
April 2019)
5
Anyllaoh, “Mengenal Bolaang Mongondow”
https://id.scribd.com/doc/12765584/Mengenal-Bolaang-Mongondow (diakses pada 10
April 2019)
6
Sri Handarto, Organologi Dan Akustika I&II (Yogyakarta : ISI Yogyakarta, 1998) hlm.19

3
perkembangan dan penyebarluasan alat musik ini tidak tercapai. Banyak dari

masyarakat Bolaang Mongondow yang sudah asing dengan alat musik Rababo.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis berinisiatif untuk mengangkat

alat musik Rababo tersebut sebagai objek penelitian dengan harapan agar alat

musik tradisi tersebut dapat dikenal luas oleh masyarakat melalui karya dengan

judul: Rababo Sebagai Alat Musik Tradisi di Bolaang Mongondow : Sebuah

Tinjauan Organologi.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka masalah yang akan dikaji

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana proses pembuatan alat musik Instrumen Rababo tradisi

Bolaang Mongondow?

2. Bagaimana tekhnik permainan alat musik instrumen Rababo tradisi

Bolaang Mongondow?

C. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah diatas maka tujuan

dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana proses pembuatan alat musik Instrumen

Rababo tradisi Bolaang Mongondow.

2. Untuk mengetahui tekhnik permainan alat musik instrumen Rababo tradisi

Bolaang Mongondow.

D. MANFAAT PENELITIAN

4
Berdasarkan tujuan penelitian ini, manfaat yang diharapkan muncul dari peneliti

adalah:

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi yang bermanfaat

sebagai pengembangan ilmu pengetahuan, juga dapat menjadi referensi dan

literatur dalam memperluas wawasan mengenai musik tradisi yang ada di

Sulawesi Utara khususnya di Kabupaten Bolaang Mongondow tentang alat musik

tradisional Rababo

2. Manfaat praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini bermanfaat untuk memberikan

informasi kepada masyarakat dan sebagai bahan pertimbangan serta perbandingan

bagi pihak-pihak yang berkompoten dengan pelestarian nilai-nilai seni budaya

dalam pengembalian arah dan kebijakan, memperkokoh ketahanan budaya, juga

dapat dijadikan sebagai salah satu penggambaran konkrit bagi masyarakat tentang

alat musik tradisional Rababo di Kabupaten Bolaang Mongondow sebagai salah

satu aset budaya lokal.

E. TINJAUAN PUSTAKA

5
Penelitian mengenai tinjauan organologi, terdapat hasil penelitian yang

memiliki relevansi baik langsung maupun tidak langsung. Hasil penelitian

tersebut adalah sebagai berikut:

1. Roy Arya Wijaya dalam penelitiannya Studi Analisis Fungsi Biola

dan Rebab dalam Sebuah Langgam Jawa Yen Ing Tawang Ana Lintang (2012

UNY),

2. Kriswanto dalam penelitiannya Model Dasar Pembelajaran

Instrument Rebab Bagi Anak Anak Tingkat Sekolah Dasar: Sebuah Upaya

Menggali Nilai Nilai Pendidikan Karakter melalui Karawitan Jawa (2016

Institut Seni Indonesia Yogyakarta).

3. Suparman dalam penelitiannya Pembelajaran Rebab Gaya Uloh di

Soreang Kabupaten Bandung (2013 UPI).

Melihat dari beberapa penelitian yang relevan di atas dapat diambil

kesimpulan bahwa adanya beberapa hubungan yang terkait dalam penelitian

mengenai Rababo sebagai alat musik tradisi Bolaang Mongondow : Sebuah

Tinjauan Organologi, artinya penelitian tersebut dapat dijadikan bahan referensi

untuk penelitian.

BAB II

6
LANDASAN TEORI

A. Musik

Arifin, 1995 Musik adalah “salah satu cabang seni budaya yang dijadikan

sarana komunikasi untuk menyampaikan maksud dari dalam kalbu melalui

keindahan suara dalam bernyanyi.”7 Lebih lanjut Suhastjarja, dosen senior

Fakultas Kesenian ISI Yogyakarta, lulusan peabody institut dari Amerika

(https://cerdika.com/pengertian-seni-musik/), bahwa “ Musik ialah ungkapan rasa

indah manusia dalam bentuk suatu konsep pemikiran yang bulat, dalam wujud

nada-nada atau bunyi-bunyi lainnya yang mengandung ritme dan harmoni, serta

memmpunyai suatu bentuk dalam ruang waktu yang dikenal oleh diri sendiri dan

manusia lain dalam lingkungan hidupnya, sehingga dapat dimengerti dan

dinikmati.”8

Banu, 1994 Salah satu batasan musik yang dituliskan dalam buku

pengetahuan alat musik mengatakan bahwa: Musik adalah “sekumpulan nada

yang mengandung ritme, melodi serta merupakan satu pernyataan ide, musikal

tertentu.”9 Menurut perkembangan musik dunia pada abad ke-2 dan ke-3 SM,

penjelasan yang terutama ialah suara manusia (vokal tanpa iringan atau dengan

iringan instrumen yang sederhana10 (Depdikbud, 1983).

Aorond Copland berpendapat bahwa: Musik adalah gerakan dan dalam

totalitasnya ; musik merupakan sifat-sifat yang ritmis, melodis, harmonis, dan

7
Arifin, Pelatihan Musik Instrumental Daerah Sulawesi Selatan (Ujung Pandang : Taman
Budaya, 1996) hlm.1
8
Yugi Al, “Pengertian Seni Musik” https://cerdika.com/pengertian-seni-musik/ (diakses
pada 10 April 2019)
9
Banu, Pengetahuan Alat Alat Musik (Jakarta : Balai Pustaka,1994) hlm.5
10
Depdikbud, Sejarah Musik Jilid I (Jakarta : Depdikbud, 1983) hlm 51

7
sebagai suatu energi psikis yang segera menyatakan diri keluar dari farmasi nada-

nada tertentu. Copland juga berpendapat bahwa “musik terdiri dari empat unsur

pokok yaitu ritme, melodi, harmoni dan tone color / warna nada.11 (Depdikbud

1983).

Musik adalah salah satu media ungkapan kesenian, musik mencerminkan

kebudayaan masyarakat pendukungnya. Di dalam musik terkandung nilai dan

norma-norma yang menjadi bagian dari proses enkulturasi budaya, baik dalam

bentuk formal maupun informal. Musik itu sendiri memiliki bentuk yang khas,

baik dari sudut struktual maupun jenisnya dalam kebudayaan. Demikian juga

yang terjadi pada musik dalam kebudayaan masyarakat melayu.12

(musiktopan.blogspot.com). Musik adalah seni pengungkapan gagasan melalui

bunyi, yang unsur dasarnya berupa melodi, irama, dan harmoni. Unsur pendukung

berupa bentuk gagasan, sifat, dan warna bunyi. Dalam penyajiannya, sering masih

berpadu dengan unsur-unsur yang lain, seperti bahasa, gerak, ataupun warna.13

(Muhammad Syafiq, 2003). Dalam buku Pendidikan Musik Antara Harapan dan

Realitas, Dieter Mack (2001) mendefenisikan bahwa Musik adalah suatu bentuk

kesenian yang dapat mengeluarkan aneka perasaan dan gelora jiwa melalui suara.
14

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia15 (1990: 602) Musik adalah: ilmu

atau seni menyusun nada atau suara diutarakan, kombinasi dan hubungan

11
Depdikbud, Sejarah Musik Jilid I (Jakarta : Depdikbud, 1983) hlm 9
12
Topan, “Pengertian Musik” https://musiktopan.blogspot.com/pengertian-musik/ (diakses
pada 10 April 2019)
13
Syafiq Muhammad, Ensiklopedia Musik Klasik (Yogysksrts : Adi Cits, 2003) hlm 203
14
Dieter Mack, Pendidikan Musik Antara Harapan dan Realita (Bandung : Gelaran Pasir
Muncang 2001) hlm 19
15
Ali, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta : Balai Pustaka 1990) hlm 602

8
temporal untuk menghasilkan komposisi (suara) yang mempunyai keseimbangan

dan kesatuan, nada atau suara yang disusun sedemikian rupa sehingga

mengandung irama, lagu dan keharmonisan (terutama yang dapat menghasilkan

bunyi-bunyi itu). Sedangkan M. Suhartono, (1992) menyatakan bahwa musik

adalah seni pengungkapan gagasan melalui bunyi yang unsur dasarnya berupa

melodi, irama, dan harmoni dengan unsur pendukung berupa bentuk gagasan,

sifat, dan warna bunyi (Timbre), namun dalam penyanyinya sering berpadu

dengan unsur lain.16

Berdasarkan pengertian diatas, dapat saya simpulkan musik adalah

sekumpulan nada yang memiliki beberapa unsur dasar yakni melodi, irama, dan

harmoni yang berdasar pada nada-nada yang mengandung ritme, terbentuk dalam

suatu kesatuan yang utuh.

B. Tradisional

Tradisional berasal dari kata “tradisi” sedangkan tradisi berasal dari

bahasa latin “ traditio” yang artinya mewariskan. Rendra memberikan batasan

tentang pengertian tradisional bahwa tradisi adalah kebiasaan yang turun temurun

dalam sebuah masyarakat. Ia merupakan kesadaran kolektif sebuah masyarakat ;

sifatnya luas sekali, meliputi segala kompleks kehidupan sehingga sukar

disisihkan dalam perincian yang tetap dan pasti17 (Rendra, 1984)

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata Tradisional mengandung arti:

“Sikap dan cara berfikir serta bertindak yang selalu berpegang teguh pada norma

dan adat kebiasaan yang ada secara turun temurun”18 (Ali, 1990:959). Pendapat
16
M.Soehartono, Kamus Musik (Jakarta : Gramedia 1992) hlm 86
17
Rendra, Mempertimbangkan Tradisi (Jakarta : Gramedia 1984) hlm 3
18
Ali, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta : Balai Pustaka 1990) hlm 959

9
lain (Moeliono, 1989) yang berpendapat bahwa tradisional adalah: “Sesuatu yang

berkembang dalam masyarakat luas serta mengikuti pola-pola secara turun

temurun dan cenderung untuk memperhatikan kemurnian sebagai warisan.”19

Dalam perkembangan musik Indonesia mengatakan bahwa: musik tradisional

yaitu musik yang lahir dari budaya daerah yang biasanya bersifat sederhana baik

alat musik maupun lagunya20 (Sunarko, dkk, 1989:33). Dalam buku Tradisi dan

Inovasi Sal Murgiyanto menjelaskan bahwa tradisi berasal dari kata “traditium”

pada dasarnya berarti segala sesuatu yang diwarisi dari masa lalu. Tradisi

merupakan hasil cipta dan karya manusia objek material, kepercayaan, khayalan,

kejadian, atau lembaga yang diwariskan dari suatu generasi berikutnya. 21 (Sal

Murgiyanto, 2004 : 2)

Secara etimologis tradisional berasal dari kata “tradisi” sedangkan tradisi

berasal dari bahasa latin “traditio” yang artinya mewaris. Jadi demikian,

tradisional adalah tata cara atau adat istiadat yang diwariskan secara turun-

temurun22 (Suwaji, 1986: 44). Edy sedyawati mendefenisikan pengertian

tradisional sebagai berikut: “segala sesuatu yang sesuai tradisi, sesuai dengan

kerangka, pola, bentuk, maupun penerapan yang selalu berkembang,” 23 (Edy

Sedyawati, 1981)

Kesenian tradisional lahir dari masyarakat secara spontan, sehingga tidak

dapat dipisahkan dengan adat istiadat dengan tata kehidupan didalam masyarakat

19
Moelino, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta : Balai Pustaka 1989) hlm 1069
20
Hadi Sunarko dkk, Seni Musik (Klaten : PT Intan Pariwara 1989) hlm. 33
21
Sal Murgiyanto, Tradisi dan Inovasi (Jakarta : Wedatama Widya Sastra 2004) hlm. 2
22
Bastomi Suwaji, Apresiasi Kesenian Tradisional. (Semarang : IKIP Semarang Press 1988)
hlm 44
23
Edi Sedyawati, Seni Dalam Masyarakat Indonesia (Jakarta : Gramedia 1981) hlm. 48

10
itu. Sifat kesenian tradisonal menggambarkan arti kedaerahan sesuai dengan

kebudayaan lingkungannya. Kesenian tradisional lahir bukan dari konsep

seseorang tetapi lahir dari spontanitas kehidupan dalam masyarakat. Maka dapat

disimpulkan bahwa musik tradisonal adalah cermin watak dan jiwa dari suatu

daerah yang lahir dan tumbuh dalam masyarakat dan mengikuti lajunya kemajuan

di bidang seni budaya khususnya musik.

C. Musik Tradisional

Seperti yang dikutip oleh Prier (dalam Susantina, 2004) menuliskan

mengenai Aristoteles yang berpendapat bahwa musik adalah curahan kekuatan

tenaga batin dan kekuatan tenaga penggambaran (visualisasi) yang berasal dari

gerak rasa dalam suatu rentetan suara (melodi) yang berirama 24. Sedangkan Christ

dan Richard Delone (dalam Hanevi 1998) mengemukakan tentang elemen elemen

dasar bunyi musikal berupa : Pitch yaitu tinggi rendahnya kualitas bunyi;

duration, berhubungan dengan panjang-pendeknya nada dan faktor menentukan

pula pada gerak suatu ritme (long-short duratinal relation) dari sekuen bunyi;

volume, berhubungan dengan intensitas bunyi atau dinamika; timbre berhubungan

dengan warna bunyi (tone color)25. Tradisional berasal dari kata Tradisi (Bahasa

Latin: traditio, “diteruskan”) atau kebiasaan, dalam pengertian yang paling

sederhana adalah sesuatu yang telah dilakukan sejak lama dan menjadi bagian dari

kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu negara, kebudayaan,

waktu, atau agama yang sama. Hal yang paling mendasar dari tradisi adalah

adanya informasi yang diteruskan dari generasi ke generasi baik tertulis maupun
24
Sukatmi Susantina, Nada-Nada Radikal (Yogyakarta : Panta Rhei Books 2004) hlm. 8
25
Hanevi,Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia (Bandung : Sastraya-Masyarakat Seni
Pertunjukan Indonesia 1998) hlm.12

11
(sering kali) lisan, karena tanpa adanya ini, suatu tradisi dapat punah. Dipertegas

lagi oleh Esten (1993) bahwa tradisi adalah kebiasaan turun temurun sekelompok

masyarakat berdasarkan nilai-nilai budaya masyarakat yang bersangkutan.26

Adapun pengertian dari musik tradisi menurut Adhiono (dalam Yanti,

2009, dengan penelitiannya orgonologi alat musik Pui Puik Serunai) adalah musik

yang kumpulan komposisinya, strukturnya, idiomnya, instrumentasinya serta gaya

maupun elemen-elemen dasar komposisinya yaitu ritme, melodi, modus atau

tangga nada yang bersifat khas, artinya system musikalnya tidak terpengaruh oleh

unsur unsur yang berasal dari luar kebudayaan masyarakat pemiliknya. Dengan

kata lain, sebuah musik tradisi hanya berakar pada tradisi dari kebudayaan salah

satu atau beberapa suku yang berada pada suatu wilayah tertentu. 27 Sementara

Mustopo (1983) juga menambahkan mengenai ciri musik tradisional diantaranya

adalah :

1. Karya musik tersebut berkembang dalam suatu komunitas.


2. Karya tersebut menggambarkan kepribadian komunal.
3. Karya tersebut menyuarakan semangat dan spirit kebersamaan komunitas yang
bersangkutan.
4. Karya tersebut senantiasa berkaitan dengan kehidupan sehari-hari anggota
komunitas.
5. Sifatnya fungsional, dan
6. Proses pewarisannya tidak mengenal cara-cara tertulis. 28
Dari penjelasan yang ada di atas dapat dikatakan bahwa musik sangat

berperan penting dalam kehidupan bersosialisasi, sebab musik dalam suatu tradisi

26
Mursal Esten, Struktur Sastra Lisan (Jakarta : Yayasan Obor 1993) hlm. 11
27
Misra Yanti, “Organologi Alat Musik Pui Puik Sarunai” Skripsi S1 (Yogyakarta: Program
Studi Seni Musik, FBS UNY)
28
Habib Mustopo, Ilmu Budaya Dasar : Kumpulan Essay (Surabaya : Usahan Nasional
1983) hlm. 67

12
merupakan ungkapan pemikiran dan perasaan untuk menggambarkan kehidupan

dalam suatu masyarakat.

D. Organologi

Organologi adalah salah satu cabang kegiatan studi dalam

etnomusikologi yang mengkhususkan diri mempelajari instrumen, ricikan atau

alat musik baik mengenai aspek fisiknya maupun aspek non fisiknya. Aspek fisik

misalnya bahan, bentuk, kontruksi, cara pembuatan, penggolongan fisik,

penalaran dan lain sebagainya. Sedangkan aspek non fisik misalnya fungsi dalam

musik, hubungannya dengan kedudukan musisi, sejarah, penyebaran,

perbandingan, perkembangan teknik penyajian dan sebagainya 29 (Sri Hendarto,

1998:2)

Selain itu menurut Hood, organologi merupakan bagian dari

etnomusikologi yang meliputi semua aspek diantaranya ukuran dan bentuk

fisiknya, pola hiasannya, alat, bahan, dan prinsip pembuatannya 30. (Hood, 1982)

Bersandar pada pengertian organologi yang dijabarkan oleh Sri Hendarto dan

Hood di atas maka penilis menarik kesimpulan tentang unsur-unsur tinjauan

organologi sebagai berikut:

a. Aspek non fisik yang meliputi

1) Sejarah atau latar belakang instrumen


29
Sri Handarto, Organologi Dan Akustika I&II (Medan: Lubuk Agung 2011) hlm. 2
30
Mantle Hood, The Ethnomusicologist (Ohio: The Kent State, University Press . 1982) hlm.
124

13
2) Fungsi instrumen dalam musik

3) Bentuk penyajian serta kedudukannya.

b. Aspek fisik yang meliputi

1) Alat dan bahan

2) Bentuk dan konstruksi

3) Cara pembuatan dan penalaan nada

E. Rababo

Rababo dapat disamakan dengan rebab di daerah lain, Alat musik gesek

juga resonansinya tempurung, berdawai satu dimainkan dengan menggesek. Pada

sebuah Rebab terdapat senar dan tali, hal tersebut merupakan pengibaratan

sebagai seorang bidadari, sedangkan alat untuk penggeseknya diibaratkan sebagai

orang yang selalu merindukan bidadari tersebut. 31

(https://id.scribd.com/doc/12765584/Mengenal-Bolaang-Mongondow)

Alat musik ini berkembang cukup pesat di beberapa daerah di Indonesia

seperti di daerah Sumatera dan Jawa. Alat musik ini juga sering digunakan dalam

gamelan sunda yang sering disebut sebagai Rebab Sunda, biasanya sinden

bernyanyi dengan diiringi dengan alunan musik yang berasal dari Rebab Sunda.

Berbeda dengan Indonesia, Rebab di malaysia biasanya digunakan atau dimainkan

saat merasakan kesedihan karena anggota keluarganya meninggal secara

sembunyi-sembunyi, selain itu biasanya alat ini digunakan untuk meratapi diri.

Hampir disetiap daerah bentuk Rebab berbeda-beda, biasanya alat musik ini di

31
Anyllaoh, “Mengenal Bolaang Mongondow”
https://id.scribd.com/doc/12765584/Mengenal-Bolaang-Mongondow (diakses pada 10
April 2019)

14
daerah Jawa digunakan sebagai pelengkap untuk mengiringi gamelan jawa yaitu

mengiringi sinden yang sedang menyanyi32. (https://percepat.com/alat-musik-

rebab/)

Rebab biasanya digunakan sebagai berbagai macam ansambel musik dan

genre, permainan tersebut disesuaikan dengan penyebarannya yang cukup luas

penyesuaian tersebut dilakukan karena memang setiap daerah memiliki ciri khas

musiknya masing-masing. Khususnya di Asia Tenggara, alat musik Rebab

merupakan instrumen musik yang cukup besar yang mempunyai kesamaan

hampir seperti viola dan gamba, sedangkan instrumen yang penyebarannya

mendekati ke barat cenderung lebih kecil dan lebih tinggi yang melengking.

Bentuk dari badannya pun sangat bervariasi ada yang terdiri dari banyak ukiran

pada bagian badannya seperti yang ada di Daerah Jawa. Selain itu ada juga yang

memiliki bentuk yang sangat sederhana yaitu “biola sungai Nil” yang berasal dari

mesir yang hanya memiliki dua buah senar dan badan yang terbuat dari setengah

tempurung kelapa. Selain memiliki bentuk yang sederhana Rebab juga memiliki

versi yang cukup canggih yaitu wadah resonansi yang terbuat dari logam, tembaga

dan menggunakan kulit sapi.33 (https://id.wikipedia.org/wiki/Rebab)

Musik rabobo/rebab juga termasuk musik tradisional yang disajikan secara

instrumental. Siapa pencipta dan penemunya, tidak diketahui. Jenis musik ini ada

32
Pristiangga, “Sejarah Alat Musik Rebab dan Cara Memainkannya”
https://percepat.com/alat-musik-rebab/ (diakses pada 10 april 2019)
33
“Rebab” https://id.wikipedia.org/wiki/Rebab (diakses pada 10 april 2019)

15
persamaan dengan musik arababu di Sanger Talaud. Dimainkan dengan cara

menggesek. Bunyinya sangat sederhana dan hanya merupakan permainan pengisi

waktu senggang. Pemain menggesek rababo sambil menyanyikan lagu-lagu

tradisional (kombinasi vokal dan instrumental).

BAB III

METODE PENELITIAN

16
A. Jenis penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif, Menurut Sugiyono

(2005) metode penelitian kualitatif adalah “metode penelitian yang digunakan

untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai

instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi

(gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih

menekankan makna dari pada generalisasi” 34. Dalam penelitian kuantitatif

peneliti menggunakan instrumen untuk meneliti data atau mengukur status

variabel yang diteliti, sedangkan dalam penelitian kualitatif peneliti menjadi

instrumen35 (Sugiyono, 2005:2). Peneliti harus mempunyai bekal teori dan

wawasan yang luas sehingga mampu bertanya, menganalisis, memotret, dan

mengkonstruksi objek yang diteliti menjadi lebih jelas dan bermakna.

B. Teknik pengumupulan data

Penelitian ini dilakukan oleh peneliti sendiri sebagai alat pengumpul data

(Instrumen Penelitian) agar data terkumpul sesuai dengan kepentingan penelitian

dan tujuan yang diharapkan. Adapun teknik pengumpulan data adalah sebagai

berikut:

1 Observasi

Teknik ini digunakan untuk mengamati secara langsung dan mencatat

seluruh data yang diperoleh dari lokasi penelitan. Data yang dikumpulkan dengan

34
Sugiyono,Memahami Penelitian Kualitatif ( Bandung: CV Alfabeta 2005) hlm.1
35
Sugiyono,Memahami Penelitian Kualitatif ( Bandung: CV Alfabeta 2005) hlm.2

17
harapan dapat tercapainya tujuan yang diharapkan dalam kegiatan observasi, yaitu

mengetahui situasi, kondisi, dan hal-hal yang dibutuhkan. Dalam hal ini data-data

mengenai proses pewarisan kesenian rababo pada generasi muda.

2 Wawancara

Teknik ini dilakukan dengan cara melakukan Tanya jawab secara

langsung, agar mendapatkan jawaban terhadap permasalahan peneliti secara

langsung melakuan wawancara terhadap narasumber. Pertanyaan mengacu

terhadap masalah yang akan diteliti diantaranya: bagaimana proses pembuatan alat

musik rababo dan teknik bermainnya.

3 Studi Literatur

Studi literatur dalam penelitian ini atau studi pustaka diperoleh dari

berbagai sumber diantaranya dokumen, karya ilmiah, buku referensi, naskah dan

skripsi yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Dalam penulisan penelitian

ini, penulis mencantumkan data yang diperoleh sebagai bahan referensi yang

ditulis bagian daftar pustaka.

4 Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi yang dilakukan peneliti yaitu dengan cara foto,

merekam audio dan visual. Dengan memperoleh data yang sesuai dimaksudkan

dengan tujuan untuk memperkuat penelitian.

C. Teknik analisis data

Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif yang terdiri dari

paparan yang menjelaskan dan menginterpretasi data yang di dapatkan dari nara

18
sumber yang berbeda-beda, serta bentuk deskriptif yang hanya menggambarkan

atau menyajikan apa adanya tentang alat musik rababo, maka untuk menganalisis

data ini akan digunakan data kualitatif dengan bentuk analisis non statistik dengan

langkah-langkah sebagai berikut:

1. Menelaah seluruh data yang di peroleh dari berbagai sumber.

2. Menggunakan analisis dengan rangkuman inti data.

3.Hasil reduksi disusun dengan membuat satuan-satuan kemudian di

kategorikan

D. Sistematika Penulisan

Penelitian ini akan ditulis dengan sistematika berikut:

Bab 1. Berisi latar belakang dan menjelaskan kabupaten bolaang mongondow,

alat musik rababo. Bab ini juga memaparkan permasalahan yang menjadi topik

utama penelitian ini sekaligus ditunjukan apa maksud dan tujuan serta manfaat

penelitian ini. Untuk menunjukan letak originalitas penelitian, dalam hal ini

penelitian tersebut juga diperlukan beberapa teori. Dalam bab ini ditunjukan

tinjauan pustaka yang ditinjau dan dikaji dari beberapa sumber yang akurat.

Pada bagian akhir ditunjukan landasan teori dan metode penelitian yang

digunakan untuk mengupas tuntas permasalahan yang menjadi topik utama

dalam penelitian ini.

Bab II. Menguraikan tentang teori dari musik tradisiona, organologi dan alat

musik rababo. Bab ini memuat tentang dasar dasar teori yang melandasi

peneliti untuk melakukan penelitian ini.

19
Bab III. Berisi tentang pendekatan yang dilakukan oleh peneliti dalam

melakukan tinjauan organologi dari alat musik rababo bolaang mongondow.

Bab IV. Berisi tentang organologi dari alat music rababo bolaang mongondow

mulai dari pemilihan bentuk, ukuran , dan bagian bagian instrument, serta

produksi bunyi nada.

Bab V. Berisi tentang kesimpulan dan saran

BAB IV

ORGANOLOGI

20
Rababo dapat disamakan dengan rebab di daerah lain, Alat musik gesek

juga resonansinya tempurung, berdawai satu dimainkan dengan menggesek. Pada

sebuah Rebab terdapat senar dan tali, hal tersebut merupakan pengibaratan

sebagai seorang bidadari, sedangkan alat untuk penggeseknya diibaratkan sebagai

orang yang selalu merindukan bidadari tersebut.36

Pembahasaan mengenai organologi meliputi beberapa hal, yaitu pemilihan bentuk,

ukuran , dan bagian bagian instrumen, serta produksi bunyi nada.

A. Bahan Dasar Instrumen

Pemilihan bahan dasar untuk alat musik instrumen rababo yaitu

menggunakan bahan dasar aog (bambu), uka’ (tempurung kelapa), dan kulit

hewan (kucing hitam/jaguar), untuk kulit kucing hitam/jaguar karena pengaruh

perubahaan zaman masyarakat bolaang mongondow sudah tidak menggunakan

bahan tersebut karena sudah termasuk hewan dilindungi jadi sebagai bahan

pengganti bisa juga menggunakan papan tripleks.37

Bahan bahan tersebut sebagai bahan dasar untuk instrument rababo,

menurut Chairun Mokoginta (wawancara, 31 oktober 2019) karena bahan bahan

dasar tersebut mudah ditemukan dan sudah menjadi bahan pokok untuk digunakan

sehari-hari di masyarakat Bolaang Mongondow contohnya bambu digunakan

untuk membuat rumah dan tempurung di jadikan gelas air minum, Bahan bahan

tersebut juga mempermudah untuk proses pembuatan musik instrument rababo.38

36
Anyllaoh, “Mengenal Bolaang Mongondow”
https://id.scribd.com/doc/12765584/Mengenal-Bolaang-Mongondow (diakses pada 10
April 2019)
37
Wawancara dengan Chairun Mokoginta 66 tahun, Budayawan Bolaang Mongondow,
tanggal 31 Oktober 2019 di Bilalang
38
Wawancara dengan Chairun Mokoginta 66 tahun, Budayawan Bolaang Mongondow,
tanggal 31 Oktober 2019 di Bilalang

21
Sebelum proses pembuatan instrument rababo, bambu yang sudah

ditebang dan dipotong sesuai panjangnya ruas bambu dikeringkan terlebih dahulu

dibawah terik matahari, tempurung kelapa dibersihkan atau diamplas terlebih

dahulu hingga halus. Kulit hewam (kucing hitam/jaguar) juga terlebih dahulu

dikeringkan dibawah terik matahari hingga kering.39

B. Bentuk dan Ukuran

Instrumen Rababo memiliki bentuk dan ukuran tersendiri sama halnya dengan

instrumen daerah lainnya yang masing-masing instrumen tersebut memiliki

karakteristik asal daerah itu sendiri. Adapun bentuk dan ukuran instrumen Rababo

dapat dilihat pada gambar di bawah :

Gambar 1
39
Wawancara dengan Chairun Mokoginta 66 tahun, Budayawan Bolaang Mongondow,
tanggal 31 Oktober 2019 di Bilalang

22
Ukuran instrumen Rababo sebenarnya tidak memiliki patokan standar, hal ini

tergantung kebutuhan si pembuatnya dan juga bergantung pada ruas bambu yang

di pakai. Akan tetapi, instrumen Rababo dalam penelitian ini memiliki ukuran

dengan panjang 1 m.40

C. Bagian Bagian Instrumen

Instrumen Rababo merupakan salah satu instrumen dari Bolaang Mongondow

yang menggunakan dawai atau senar. selain itu instrumen Rababo juga memiliki

bagian-bagian yang dapat dilihat pada gambar

40
Wawancara dengan Chairun Mokoginta 66 tahun, Budayawan Bolaang Mongondow,
tanggal 31 Oktober 2019 di Bilalang

23
1

6 c

2
5 c

4
c

Gambar 2

24
1. Telinga (Tuning Pegs)

Gambar 3

2. Badan (body)

Gambar 4

25
3. Resonansi Suara

Gambar 5

4. Morarag : Alat Gesek

Gambar 6

26
Cara Memegang Rababo

Memegang alat instrument rababo, bisa dalam posisi duduk ataupun

berdiri, dengan tangan kiri memegang alat instrument, dan tangan kanan

memegang alat gesek. Seperti pada gambar.

Gambar 7

27
D. Cara Pembuatan

 Pembuatan Bagian Resonansi Suara

Ambil 70% dari bagian dari tempurung kelapa, lalu tempurung kelapa di

bersihkan dari serabut kelapa yang masih tertinggal, dibersihkan dengan

menggunakan sabun hingga tempurung kelapa menjadi halus, kemudian di buat

lubang pada bagian atas dan bawah tempurung, lubang tersebut berfungsi sebagai

tempat di letakannya bambu.41

Gambar 8

41
Wawancara dengan Chairun Mokoginta 66 tahun, Budayawan Bolaang Mongondow,
tanggal 31 Oktober 2019 di Bilalang

28
Kemudian tempurung yang sudah di bersihkan tadi, pada bagian depan

tempurung yang terbuka, di tutupi dengan kulit kucing hutan (Bahasa mongondow

: kutai). Tempurung yang digunakan yang memiliki sudah memiliki lubang (3

buah) namun jika tempurung yang di temukan belum memiliki lubang, maka

tempurung tersebut bisa di lubangi sendiri dengan bor. Lubang belakang

tempurung tersebut berfungsi sebagai tempat resonansi suara.

Gambar 9

29
Kemudian pada alat instrumen rababo terdapat 2 fret yang terletak pada

bagian depan atas bambu dan pada bagian depan dari tempurung yang sudah di

tutupi kulit kucing hutan (kutai), 2 fret tersebut berfungsi sebagai pengangkat

senar atau dawai, agar senar atau dawai tersebut tidak terlalu rapat atau dekat

dengen bambu dan kulit kucing hutan.

Gambar 10

30
 Pembuatan Bagian Badan Rababo

Setelah itu bambu yang akan digunakan hanyalah bambu (bulu cui) yang

berdiameter kecil, panjang bambu yang di ambil hanya 1 ruas, bambu tersebut

digunakan sebagai tempat dawai dari instrumen rababo, 42

Gambar 11

Bambu yang dipakai berukuran 1 ruas, kemudian di potong menggunakan gergaji

42
Wawancara dengan Chairun Mokoginta 66 tahun, Budayawan Bolaang Mongondow,
tanggal 31 Oktober 2019 di Bilalang

31
Gambar 12

32
Kemudian di buat lubang kecil pada bagian atas di buat 3 lubang (depan,

kiri, dan kanan) pada bagian bawah 1 lubang, untuk melubangi bambu tersebut

harus menggunakan bor agar bambu tersebut tidak pecah. Lubang bagian atas

berfungsi sebagai tempat untuk di letakannya tunning untuk penyeteman.

Gambar 13

Keterangan :

Lubang bagian depan ditunjukan pada anak panah gambar di atas,

sedangkan 2 lubang lainnya berada di sisi kiri dan kanan dari lubang tersebut.

Alat untuk menyetem atau tunning terbuat dari kayu berukuran kecil

dengan bentuk persegi panjang seperti pada gambar, lalu alat untuk menyetem

tersebut di lubangi pada bagian tengah sebagai tempat untuk senar.

33
Gambar 14

Pada gambar 14 lubang pada alat penyetem tidak terlihat, karena alat

penyeteman sudah dimasukan ke dalam bambu, sedangkan lubang tersebut berada

di tengah tengah alat penyetem.

 Pembuatan Senar

Lubang bagian bawah dari bambu berfungsi sebagai tempat pengait dari

dawai atau senar, senar yang digunakan berasal dari serat daun nanas, nanas yang

di gunakan juga bukan nanas biasa, nanas yang digunakan adalah nanas hutan.

Serat nanas hutan diambil lalu dikeringkan dengan cara dijemur.43

Pada masa itu senar gitar belum ada sehingga digunakan serat buah nanas

sebagai dawai untuk instrumen rababo, untuk sekarang dawai atau senar yang

digunakan sudah bisa menggunakan senar yang biasanya di pakai pada alat

instrumen gitar, senar yang digunakan baisanya lebih dari 1, karena jika hanya

43
Wawancara dengan Chairun Mokoginta 66 tahun, Budayawan Bolaang Mongondow,
tanggal 31 Oktober 2019 di Bilalang

34
menggunakan 1 dawai atau senar suara dari instrumen rababo tidak akan keluar

atau muncul. 44

Gambar 15

 Pembuatan Alat Gesek

Pegangan untuk alat gesek terbuat dari rotan yang dibuat melengkung, lalu

senar atau dawai di kaitkan pada rotan tersebut, cara memegang alat gesek

instrumen rababo tidak di genggam melainkan dengan posisi 4 jari menghadap ke

atas dan jari jempol berada di samping.45

44
Wawancara dengan Chairun Mokoginta 66 tahun, Budayawan Bolaang Mongondow,
tanggal 31 Oktober 2019 di Bilalang
45
Wawancara dengan Chairun Mokoginta 66 tahun, Budayawan Bolaang Mongondow,
tanggal 31 Oktober 2019 di Bilalang

35
Gambar 16

Untuk menyetem instrumen rababo tidak menggunakan tangga nada hanya

tergantung pada tegangan senar tersebut, jika tegangan di rasa cukup maka alat

instrumen rababo sudah bisa di gunakan, nada untuk alat ini hanya mengikuti dari

suara sang penyanyi atau menyesuaikan dengan nada dari vokalis.46

46
Wawancara dengan Chairun Mokoginta 66 tahun, Budayawan Bolaang Mongondow,
tanggal 31 Oktober 2019 di Bilalang

36
E. Teknik Permainan Rababo

Untuk teknik permainan alat intstrumen rababo yaitu dengan di gesek,

menurut wawamcara dengan narasumber bapak Chairun Mokoginta, untuk

membuat alat instrumen rababo sangat mudah dan tidak membutuhkan alat dan

bahan yang banyak, namun berbanding terbalik dengan pembuatan alat instrumen

rababo, teknik permainan alat instrumen rababo ini sangat sulit dan menggunakan

keahlian khusus karena tidak memiliki tangga nada dan hanya menggunakan

feeling atau perasaan saja, menurut bapak Chairun Mokoginta saat ini beliau

sedang mengajarkan teknik permainan kepada pemuda pemuda yang tersebar di

Bolaang Mongondow Raya, pengajaran beliau berupa latihan, namun menurut

bapak Chairun Mokoginta dari beberapa pemuda yang di latih, belum ada yang

bisa memainkan alat tersebut.47

F. Produksi Suara

Instrumen Rababo merupakan salah satu instrumen melodis dalam

golongannya termasuk pada bagian kordofon artinya, instrumen yang sumber

bunyinya berasal dari dawai atau senar. Adapun instrumen Rababo tidak memiliki

tangga nada. Karena saat instrumen rababo ini dimainkan hanya mengikuti suara

dari sang penyanyi atau mengikuti nada dari alat musik lain yang berkolaborasi

dengan instrumen rababo ini. Berdasarkan keterangan tersebut, dapat disimpulkan

bahwa walaupun nada-nada yang dimiliki oleh instrumen Rababo tidak sama

dengan nada barat yang telah menjadi standarisasi nada barat, sebab pada saat

47
Wawancara dengan Chairun Mokoginta 66 tahun, Budayawan Bolaang Mongondow,
tanggal 31 Oktober 2019 di Bilalang

37
Tuning (menyetel) nada Rababo masih menggunakan feeling (perasaan) pemain

itu sendiri.48

G. Pembahasan

Mengingat pengertian organologi adalah ilmu yang mempelejari mengenai

suatu benda atau alat secara detail baik itu dilihat dari segi bentuk, ukuran, bahan

baku, dan produksi nada sebuah instrumen, dalam hal ini maka peneliti akan

membahas mengenai organologi instrument Rababo yang sesuai dengan hasil

pengamatan langsung saat mengadakan penelitian dilapangan. Instrumen Rababo

memiliki bentuk dan ukuran yang beragam artinya instrumen Rababo dalam

daerah Kabupaten Bolaang Mongondow tidak memiliki standarisasi ukuran

instrumen. Menurut Chairun Mokoginta (wawancara,31 oktober 2019) bahwa,

ukuran yang dimiliki dalam instrumen Rababo tergantung kebutuhan pembuatnya.


49

Rababo di mainkan saat perkenalan muda mudi. Seorang pemuda yang

telah berkenalan (menaruh cinta kepada seorang gadis), bila kembali dari

perantauan atau dari perkunjungan ke suatu tempat lain, biasanya kembali

membawa sesuatu untuk kekasihnya seperti buah buahan dan sebagainya, gadis

yang mengetahui bahwa pujaanya telah kembali, biasanya mengadakan suatu jenis

permainan yang disebut morudak. Gadis tersebut menyediakan serbuk wangi,

pada malam hari bersama beberapa kawannya, gadis tersebut membawa pedupaan

48
Wawancara dengan Chairun Mokoginta 66 tahun, Budayawan Bolaang Mongondow,
tanggal 31 Oktober 2019 di Bilalang
49
Wawancara dengan Chairun Mokoginta 66 tahun, Budayawan Bolaang Mongondow,
tanggal 31 Oktober 2019 di Bilalang

38
(kokuitan) berisi bara api menuju rumah sang pemuda. Di sana mereka masuk

kolong rumah, memperhatikan tempat duduk orang tua pemuda, lalu membakar

serbuk wangi wangian. Bila baunya tercium oleh tuan rumah, maka dapat

diketahui bahwa gadis pujaan pemuda di rumah itu sedang mengadakan

permainan (morudak) di kolong rumah. Pada saat itulah pemuda di rumah itu

memainkan kantung atau rababo membawakan lagu untuk gadis pujaannya yang

sedang morudak.50

Orang tua menyambutnya dengan meminta agar jari manis gadis itu di

keluarkan melalui lubang lantai yang sudah di sediakan. Pada jari manis itu

biasanya di masukkan cincin oleh orang tua. Demikian juga buah buahan atau

pemberian lain di berikan kepada gadis melalui lubang lantai itu. Pada saat sedang

di adakan morudak, tidak di perkenankan siapapun mengintip tempat gadis itu,

bila kedapatan akan di persalahkan oleh adat dan harus membayar denda

(momogoi) yang amat berat. Keesokan harinya si gadis akan menyuguhkan air

kopi kepada sang pemuda. Pada saat mototompiaam, mototabian bo mototanoban

itulah diketahui oleh orang tua, siapakah gadis yang menjadi kekasih anak

mereka. Bila gadis itu berkenan di hati orang tua dan bila di setujui oleh orang tua

pihak gadis, maka keduanya di pertunangkan untuk kemudian memasuki jenjang

perkawinan.51

Berdasarkan hasil penelitian, bahwa Rababo yang berkembang di daerah

bolaang mongondow raya tidak diketahui siapa yang mula-mula menciptakannya.

50
Anyllaoh, “Mengenal Bolaang Mongondow”
https://id.scribd.com/doc/12765584/Mengenal-Bolaang-Mongondow (diakses pada 10
April 2019)
51
Catatan Amun M. Jambo, Budayawan Bolaang Mongondow, Tinggal di Desa Matali

39
Namun satu hal yang pasti bahwa keberadaan Rababo sudah ada jauh sebelum

terjadinya penjajahan belanda di tanah bolaang mongondow. Instrumen musik

Rababo merupakan bagian dari kebudayaan masyarakat Kabupaten Bolaang

Mongondow raya yang tidak terpisah dengan sistem budaya lain yang ada dalam

masyarakat.

Kurangnya pelestarian kesenian yang ada di Bolaang Mongondow raya

mempengaruhi keberadaan alat musik Rababo, hal ini dikarenakan yang mampu

memainkan alat musik ini masih kurang khususnya para generasi muda. Generasi

muda yang ada di Bolaang Mongondow raya sebagai generasi pelanjut kurang

meminati kesenian tradisional karena pengaruh modernisasi yang sudah mulai

menyentuh daerah tersebut. Para pemuda menganggap seni musik tradisi sangat

sulit memainkannya disamping mereka juga menganggap bahwa hanya orang-

orang tua yang mampu memainkannya. Peranan pemuda untuk mengembangkan

dan menggali kembali keberadaan Rababo dan mengetahui proses pembuatannya

sangat kecil kemungkinan untuk dapat mengembangkan alat musik tradisional

tersebut.

Rababo menyebar ke beberapa daerah yang ada di Bolaang Mongondow

Raya. Hal ini sesuai dengan wawancara yang di lakukan dengan bapak chairun

mokoginta yang merupakan narasumber satu satunya yang sedang mengajarkan

beberapa pemuda yang tersebar di wilayah bolaang mongondow raya. Mereka

yang masih peduli dengan kesenian peninggalan nenek moyang masih

mempertahankan keseniannya, ini terbukti dengan adanya beberapa alat musik

khususnya Rababo yang sering dimainkan di rumah. Menurut narasumber,

40
seharusnya kesenian yang berasal dari Bolaang Mongondow dikembangkan,

namun masyarakat hanya menerimanya sebagai media hiburan untuk diri sendiri.

Khususnya Rababo jika diperkenalkan di beberapa daerah maka seni tradisi

Bolaang Mongondow bisa berkembang, tapi hal ini tidak dilakukan oleh

masyarakat yang menyebar ke beberapa daerah dengan alasan bahwa di daerah

Bolaang Mongondow sendiri tidak mengalami perkembangan atau tidak

dilestarikan jadi mereka merasa sulit untuk mengembangkannya di daerah lain.

Jika Rababo berkembang di Bolaang Mongondow maka dapat pula berkembang

di daerah lainnya. Pelestarian seni budaya di Bolaang Mongondow seharusnya

dapat dikembangkan oleh masyarakat itu sendiri. Melestarikan suatu budaya

tradisi diperlukan sikap konservatif yakni sikap cenderung mempertahankan akar

budaya tradisi yang telah mapan dan tetap mempertahankan nilai-nilai lama

seperti ajaran nenek moyang yang menghasilkan produk budaya yang berpijak

pada masa lalu sebagai bentuk-bentuk nostalgia52 (Tedi Sutardi, 2007).

52
Tedi Sutardi, Antropologi: Mengungkap Keragaman Budaya (Bandung: PT. Grafindo
Media Pratama 2007) hlm. 12

41
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Rababo dapat disamakan dengan rebab di daerah lain, Alat musik gesek juga

resonansinya tempurung, berdawai satu dimainkan dengan menggesek. Pada

sebuah Rebab terdapat senar dan tali, hal tersebut merupakan pengibaratan

sebagai seorang bidadari, sedangkan alat untuk penggeseknya diibaratkan sebagai

orang yang selalu merindukan bidadari tersebut.

Musik rabobo/rebab juga termasuk musik tradisional yang disajikan secara

instrumental. Siapa pencipta dan penemunya, tidak diketahui. Jenis musik ini ada

persamaan dengan musik arababu di Sanger Talaud. Dimainkan dengan cara

menggesek. Bunyinya sangat sederhana dan hanya merupakan permainan pengisi

waktu senggang. Pemain menggesek rababo sambil menyanyikan lagu-lagu

tradisional (kombinasi vokal dan instrumental).

Pemilihan bahan dasar untuk alat musik instrumen rababo yaitu menggunakan

bahan dasar aog (bambo), uka’ (tempurung kelapa), dan untuk kulit hewan

(kucing hitam/jaguar), untuk kulit kucing hitam/jaguar karena pengaruh

perubahaan zaman masyarakat bolaang mongondow sudah tidak menggunakan

bahan tersebut karena sudah termasuk hewan dilindungi jadi sebagai bahan

pengganti bisa juga menggunakan papan tripleks.

42
Adapun instrumen Rababo tidak memiliki tangga nada. Untuk menyetem

instrumen rababo tidak menggunakan tangga nada hanya tergantung pada

tegangan senar tersebut, jika tegangan di rasa cukup maka alat instrumen rababo

sudah bisa di gunakan, nada untuk alat ini hanya mengikuti dari suara sang

penyanyi atau menyesuaikan dengan nada dari vokalis.

B. Saran

Sebagai aerah yang memiliki kekayaan besar sudah sepatutnya pemerintah

mempertahankan kekayaan tradisional yang ada di Bolaang Mongondow sehingga

tidak punah.

Alat musik tradisional khususnya alat musik Rababo perlu mendapat perhatian

serius dari berbagai pihak termasuk pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow

agar kesenian tradisional ini dapat bertahan.

Dalam mempertahankan alat musik tradisional Rababo para tua tua kampong

dan kepala adat juga pemerintah setempat perlu untuk terus menerus mengajak

anak anak, remaja, dan pemuda untuk belajar memainkan alat music Rababo.

Selain itu, kiranya tulisan ini dapat bermanfaat untuk mata pelajaran muatan

local pada sekolah sekolah di daerah Bolaang Mongondow, sehingga kekayaan

music tradisional dapat dipelihara dengan baik, sebagai warisan yang perlu di

lestarikan.

43

Anda mungkin juga menyukai