PENDAHULUAN
Bolaang atau golaang berarti menjadi terang atau terbuka dan tidak gelap karena
terlindungi terlindung oleh pepohonan yang rimbun. Bila ada bagian yang
pada abad 17 sampai akhir abad 19 menjadi kedudukan istana raja. Bolaang dapat
pula "berasal dari kata “bolango” atau “balangon” yang berarti laut. Mongondow
yang tersebar baik yang berdiam di pesisir pantai maupun yang berada di
dari barat ke timur dan di apit oleh 2 kabupaten lainnya, yaitu Gorontalo dan
Minahasa. Secara geegrafis daerah ini terletak antara 100,30” LU dan 0020” LU
serta antara 16024’0” BT dan 17054’0” BT. Sebelah utara di batasi laut Sulawesi
1
Anyllaoh, “Mengenal Bolaang Mongondow”
https://id.scribd.com/doc/12765584/Mengenal-Bolaang-Mongondow (diakses pada 10
April 2019)
2
Anyllaoh, “Mengenal Bolaang Mongondow”
https://id.scribd.com/doc/12765584/Mengenal-Bolaang-Mongondow (diakses pada 10
April 2019)
1
dan selatan dengan laut Maluku. Bolaang Mongondow merupakan daerah
landscape yang berdiri sendiri dan masih merupakan daerah tertutup sampai
dengan abad 19. Hubungan daerah luar hanyalah hubungan dagang yang di
adakan melalui kontrak dengan raja raja yang memerintah pada saat itu. Dengan
masuknya pengaruh pemerintahan bangsa asing (Belanda) pada tahun 1901, maka
afdeling Manado. Batas pesisir dengan daerah Gorontalo di apit oleh 2 buah
sungai, di utara sungai Andagile dan di selatan oleh sungai Taludaa. Pada daerah
Minahasa, di utara sungai Poigar dan di selatan sungai Buyat. Medan terlebar
jaraknya sekitar 66 km antara sungai Poigar dan tanjung Flesko, yang tersempit
3. Seni Sastra
4. Seni Rupa
Dari sekian banyak musik tradisional yang pernah di kenal di daerah ini,
banyak yang telah punah dan tidak pernah dimainkan. Ada musik instrumental
3
Anyllaoh, “Mengenal Bolaang Mongondow”
https://id.scribd.com/doc/12765584/Mengenal-Bolaang-Mongondow (diakses pada 10
April 2019)
2
yang berasal dari luar daerah yang juga telah merakyat seolah olah musik asli
Rababo. Rababo dapat di samakan dengan Rebab di daerah lain. Alat musik yang
menggesek.5
kedudukan pada suatu ansambel musik, serta konteks galung kalung dalam
kehidupan masyarakat. Hal ini sesuai dengan penjelasan Sri Hendarto (1998:19)
baik dilihat dari segi bentuk, suara, cara memainkan, konteksnya dalam kehidupan
manusia dan kedudukan alat musik tersebut pada suatu ensambel, dan bagaimana
sejarah serta perkembangan dari alat itu.6 Membahas organologi dari rababo
tentang alat musik tradisonal Rababo terkhusus kepada masyarakat. Karena di Era
Globalisasi seperti saat ini informasi mengenai alat musik tradisional sangat
terbatas dan bahkan nyaris tidak ada dibandingkan dengan alat musik modern.
4
Anyllaoh, “Mengenal Bolaang Mongondow”
https://id.scribd.com/doc/12765584/Mengenal-Bolaang-Mongondow (diakses pada 10
April 2019)
5
Anyllaoh, “Mengenal Bolaang Mongondow”
https://id.scribd.com/doc/12765584/Mengenal-Bolaang-Mongondow (diakses pada 10
April 2019)
6
Sri Handarto, Organologi Dan Akustika I&II (Yogyakarta : ISI Yogyakarta, 1998) hlm.19
3
perkembangan dan penyebarluasan alat musik ini tidak tercapai. Banyak dari
masyarakat Bolaang Mongondow yang sudah asing dengan alat musik Rababo.
alat musik Rababo tersebut sebagai objek penelitian dengan harapan agar alat
musik tradisi tersebut dapat dikenal luas oleh masyarakat melalui karya dengan
Tinjauan Organologi.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka masalah yang akan dikaji
Bolaang Mongondow?
Bolaang Mongondow?
C. TUJUAN PENELITIAN
Bolaang Mongondow.
D. MANFAAT PENELITIAN
4
Berdasarkan tujuan penelitian ini, manfaat yang diharapkan muncul dari peneliti
adalah:
1. Manfaat teoritis
tradisional Rababo
2. Manfaat praktis
dapat dijadikan sebagai salah satu penggambaran konkrit bagi masyarakat tentang
E. TINJAUAN PUSTAKA
5
Penelitian mengenai tinjauan organologi, terdapat hasil penelitian yang
dan Rebab dalam Sebuah Langgam Jawa Yen Ing Tawang Ana Lintang (2012
UNY),
Instrument Rebab Bagi Anak Anak Tingkat Sekolah Dasar: Sebuah Upaya
untuk penelitian.
BAB II
6
LANDASAN TEORI
A. Musik
Arifin, 1995 Musik adalah “salah satu cabang seni budaya yang dijadikan
indah manusia dalam bentuk suatu konsep pemikiran yang bulat, dalam wujud
nada-nada atau bunyi-bunyi lainnya yang mengandung ritme dan harmoni, serta
memmpunyai suatu bentuk dalam ruang waktu yang dikenal oleh diri sendiri dan
dinikmati.”8
Banu, 1994 Salah satu batasan musik yang dituliskan dalam buku
yang mengandung ritme, melodi serta merupakan satu pernyataan ide, musikal
tertentu.”9 Menurut perkembangan musik dunia pada abad ke-2 dan ke-3 SM,
penjelasan yang terutama ialah suara manusia (vokal tanpa iringan atau dengan
7
Arifin, Pelatihan Musik Instrumental Daerah Sulawesi Selatan (Ujung Pandang : Taman
Budaya, 1996) hlm.1
8
Yugi Al, “Pengertian Seni Musik” https://cerdika.com/pengertian-seni-musik/ (diakses
pada 10 April 2019)
9
Banu, Pengetahuan Alat Alat Musik (Jakarta : Balai Pustaka,1994) hlm.5
10
Depdikbud, Sejarah Musik Jilid I (Jakarta : Depdikbud, 1983) hlm 51
7
sebagai suatu energi psikis yang segera menyatakan diri keluar dari farmasi nada-
nada tertentu. Copland juga berpendapat bahwa “musik terdiri dari empat unsur
pokok yaitu ritme, melodi, harmoni dan tone color / warna nada.11 (Depdikbud
1983).
norma-norma yang menjadi bagian dari proses enkulturasi budaya, baik dalam
bentuk formal maupun informal. Musik itu sendiri memiliki bentuk yang khas,
baik dari sudut struktual maupun jenisnya dalam kebudayaan. Demikian juga
bunyi, yang unsur dasarnya berupa melodi, irama, dan harmoni. Unsur pendukung
berupa bentuk gagasan, sifat, dan warna bunyi. Dalam penyajiannya, sering masih
berpadu dengan unsur-unsur yang lain, seperti bahasa, gerak, ataupun warna.13
(Muhammad Syafiq, 2003). Dalam buku Pendidikan Musik Antara Harapan dan
Realitas, Dieter Mack (2001) mendefenisikan bahwa Musik adalah suatu bentuk
kesenian yang dapat mengeluarkan aneka perasaan dan gelora jiwa melalui suara.
14
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia15 (1990: 602) Musik adalah: ilmu
atau seni menyusun nada atau suara diutarakan, kombinasi dan hubungan
11
Depdikbud, Sejarah Musik Jilid I (Jakarta : Depdikbud, 1983) hlm 9
12
Topan, “Pengertian Musik” https://musiktopan.blogspot.com/pengertian-musik/ (diakses
pada 10 April 2019)
13
Syafiq Muhammad, Ensiklopedia Musik Klasik (Yogysksrts : Adi Cits, 2003) hlm 203
14
Dieter Mack, Pendidikan Musik Antara Harapan dan Realita (Bandung : Gelaran Pasir
Muncang 2001) hlm 19
15
Ali, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta : Balai Pustaka 1990) hlm 602
8
temporal untuk menghasilkan komposisi (suara) yang mempunyai keseimbangan
dan kesatuan, nada atau suara yang disusun sedemikian rupa sehingga
adalah seni pengungkapan gagasan melalui bunyi yang unsur dasarnya berupa
melodi, irama, dan harmoni dengan unsur pendukung berupa bentuk gagasan,
sifat, dan warna bunyi (Timbre), namun dalam penyanyinya sering berpadu
sekumpulan nada yang memiliki beberapa unsur dasar yakni melodi, irama, dan
harmoni yang berdasar pada nada-nada yang mengandung ritme, terbentuk dalam
B. Tradisional
tentang pengertian tradisional bahwa tradisi adalah kebiasaan yang turun temurun
“Sikap dan cara berfikir serta bertindak yang selalu berpegang teguh pada norma
dan adat kebiasaan yang ada secara turun temurun”18 (Ali, 1990:959). Pendapat
16
M.Soehartono, Kamus Musik (Jakarta : Gramedia 1992) hlm 86
17
Rendra, Mempertimbangkan Tradisi (Jakarta : Gramedia 1984) hlm 3
18
Ali, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta : Balai Pustaka 1990) hlm 959
9
lain (Moeliono, 1989) yang berpendapat bahwa tradisional adalah: “Sesuatu yang
yaitu musik yang lahir dari budaya daerah yang biasanya bersifat sederhana baik
alat musik maupun lagunya20 (Sunarko, dkk, 1989:33). Dalam buku Tradisi dan
Inovasi Sal Murgiyanto menjelaskan bahwa tradisi berasal dari kata “traditium”
pada dasarnya berarti segala sesuatu yang diwarisi dari masa lalu. Tradisi
merupakan hasil cipta dan karya manusia objek material, kepercayaan, khayalan,
kejadian, atau lembaga yang diwariskan dari suatu generasi berikutnya. 21 (Sal
Murgiyanto, 2004 : 2)
berasal dari bahasa latin “traditio” yang artinya mewaris. Jadi demikian,
tradisional adalah tata cara atau adat istiadat yang diwariskan secara turun-
tradisional sebagai berikut: “segala sesuatu yang sesuai tradisi, sesuai dengan
Sedyawati, 1981)
dapat dipisahkan dengan adat istiadat dengan tata kehidupan didalam masyarakat
19
Moelino, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta : Balai Pustaka 1989) hlm 1069
20
Hadi Sunarko dkk, Seni Musik (Klaten : PT Intan Pariwara 1989) hlm. 33
21
Sal Murgiyanto, Tradisi dan Inovasi (Jakarta : Wedatama Widya Sastra 2004) hlm. 2
22
Bastomi Suwaji, Apresiasi Kesenian Tradisional. (Semarang : IKIP Semarang Press 1988)
hlm 44
23
Edi Sedyawati, Seni Dalam Masyarakat Indonesia (Jakarta : Gramedia 1981) hlm. 48
10
itu. Sifat kesenian tradisonal menggambarkan arti kedaerahan sesuai dengan
seseorang tetapi lahir dari spontanitas kehidupan dalam masyarakat. Maka dapat
disimpulkan bahwa musik tradisonal adalah cermin watak dan jiwa dari suatu
daerah yang lahir dan tumbuh dalam masyarakat dan mengikuti lajunya kemajuan
C. Musik Tradisional
tenaga batin dan kekuatan tenaga penggambaran (visualisasi) yang berasal dari
gerak rasa dalam suatu rentetan suara (melodi) yang berirama 24. Sedangkan Christ
dan Richard Delone (dalam Hanevi 1998) mengemukakan tentang elemen elemen
dasar bunyi musikal berupa : Pitch yaitu tinggi rendahnya kualitas bunyi;
pula pada gerak suatu ritme (long-short duratinal relation) dari sekuen bunyi;
dengan warna bunyi (tone color)25. Tradisional berasal dari kata Tradisi (Bahasa
sederhana adalah sesuatu yang telah dilakukan sejak lama dan menjadi bagian dari
waktu, atau agama yang sama. Hal yang paling mendasar dari tradisi adalah
adanya informasi yang diteruskan dari generasi ke generasi baik tertulis maupun
24
Sukatmi Susantina, Nada-Nada Radikal (Yogyakarta : Panta Rhei Books 2004) hlm. 8
25
Hanevi,Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia (Bandung : Sastraya-Masyarakat Seni
Pertunjukan Indonesia 1998) hlm.12
11
(sering kali) lisan, karena tanpa adanya ini, suatu tradisi dapat punah. Dipertegas
lagi oleh Esten (1993) bahwa tradisi adalah kebiasaan turun temurun sekelompok
2009, dengan penelitiannya orgonologi alat musik Pui Puik Serunai) adalah musik
tangga nada yang bersifat khas, artinya system musikalnya tidak terpengaruh oleh
unsur unsur yang berasal dari luar kebudayaan masyarakat pemiliknya. Dengan
kata lain, sebuah musik tradisi hanya berakar pada tradisi dari kebudayaan salah
satu atau beberapa suku yang berada pada suatu wilayah tertentu. 27 Sementara
adalah :
berperan penting dalam kehidupan bersosialisasi, sebab musik dalam suatu tradisi
26
Mursal Esten, Struktur Sastra Lisan (Jakarta : Yayasan Obor 1993) hlm. 11
27
Misra Yanti, “Organologi Alat Musik Pui Puik Sarunai” Skripsi S1 (Yogyakarta: Program
Studi Seni Musik, FBS UNY)
28
Habib Mustopo, Ilmu Budaya Dasar : Kumpulan Essay (Surabaya : Usahan Nasional
1983) hlm. 67
12
merupakan ungkapan pemikiran dan perasaan untuk menggambarkan kehidupan
D. Organologi
alat musik baik mengenai aspek fisiknya maupun aspek non fisiknya. Aspek fisik
penalaran dan lain sebagainya. Sedangkan aspek non fisik misalnya fungsi dalam
1998:2)
fisiknya, pola hiasannya, alat, bahan, dan prinsip pembuatannya 30. (Hood, 1982)
Bersandar pada pengertian organologi yang dijabarkan oleh Sri Hendarto dan
13
2) Fungsi instrumen dalam musik
E. Rababo
Rababo dapat disamakan dengan rebab di daerah lain, Alat musik gesek
sebuah Rebab terdapat senar dan tali, hal tersebut merupakan pengibaratan
(https://id.scribd.com/doc/12765584/Mengenal-Bolaang-Mongondow)
seperti di daerah Sumatera dan Jawa. Alat musik ini juga sering digunakan dalam
gamelan sunda yang sering disebut sebagai Rebab Sunda, biasanya sinden
bernyanyi dengan diiringi dengan alunan musik yang berasal dari Rebab Sunda.
sembunyi-sembunyi, selain itu biasanya alat ini digunakan untuk meratapi diri.
Hampir disetiap daerah bentuk Rebab berbeda-beda, biasanya alat musik ini di
31
Anyllaoh, “Mengenal Bolaang Mongondow”
https://id.scribd.com/doc/12765584/Mengenal-Bolaang-Mongondow (diakses pada 10
April 2019)
14
daerah Jawa digunakan sebagai pelengkap untuk mengiringi gamelan jawa yaitu
rebab/)
penyesuaian tersebut dilakukan karena memang setiap daerah memiliki ciri khas
mendekati ke barat cenderung lebih kecil dan lebih tinggi yang melengking.
Bentuk dari badannya pun sangat bervariasi ada yang terdiri dari banyak ukiran
pada bagian badannya seperti yang ada di Daerah Jawa. Selain itu ada juga yang
memiliki bentuk yang sangat sederhana yaitu “biola sungai Nil” yang berasal dari
mesir yang hanya memiliki dua buah senar dan badan yang terbuat dari setengah
tempurung kelapa. Selain memiliki bentuk yang sederhana Rebab juga memiliki
versi yang cukup canggih yaitu wadah resonansi yang terbuat dari logam, tembaga
instrumental. Siapa pencipta dan penemunya, tidak diketahui. Jenis musik ini ada
32
Pristiangga, “Sejarah Alat Musik Rebab dan Cara Memainkannya”
https://percepat.com/alat-musik-rebab/ (diakses pada 10 april 2019)
33
“Rebab” https://id.wikipedia.org/wiki/Rebab (diakses pada 10 april 2019)
15
persamaan dengan musik arababu di Sanger Talaud. Dimainkan dengan cara
BAB III
METODE PENELITIAN
16
A. Jenis penelitian
untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai
(gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih
Penelitian ini dilakukan oleh peneliti sendiri sebagai alat pengumpul data
dan tujuan yang diharapkan. Adapun teknik pengumpulan data adalah sebagai
berikut:
1 Observasi
seluruh data yang diperoleh dari lokasi penelitan. Data yang dikumpulkan dengan
34
Sugiyono,Memahami Penelitian Kualitatif ( Bandung: CV Alfabeta 2005) hlm.1
35
Sugiyono,Memahami Penelitian Kualitatif ( Bandung: CV Alfabeta 2005) hlm.2
17
harapan dapat tercapainya tujuan yang diharapkan dalam kegiatan observasi, yaitu
mengetahui situasi, kondisi, dan hal-hal yang dibutuhkan. Dalam hal ini data-data
2 Wawancara
terhadap masalah yang akan diteliti diantaranya: bagaimana proses pembuatan alat
3 Studi Literatur
Studi literatur dalam penelitian ini atau studi pustaka diperoleh dari
berbagai sumber diantaranya dokumen, karya ilmiah, buku referensi, naskah dan
skripsi yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Dalam penulisan penelitian
ini, penulis mencantumkan data yang diperoleh sebagai bahan referensi yang
4 Studi Dokumentasi
merekam audio dan visual. Dengan memperoleh data yang sesuai dimaksudkan
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif yang terdiri dari
paparan yang menjelaskan dan menginterpretasi data yang di dapatkan dari nara
18
sumber yang berbeda-beda, serta bentuk deskriptif yang hanya menggambarkan
atau menyajikan apa adanya tentang alat musik rababo, maka untuk menganalisis
data ini akan digunakan data kualitatif dengan bentuk analisis non statistik dengan
kategorikan
D. Sistematika Penulisan
alat musik rababo. Bab ini juga memaparkan permasalahan yang menjadi topik
utama penelitian ini sekaligus ditunjukan apa maksud dan tujuan serta manfaat
penelitian ini. Untuk menunjukan letak originalitas penelitian, dalam hal ini
penelitian tersebut juga diperlukan beberapa teori. Dalam bab ini ditunjukan
tinjauan pustaka yang ditinjau dan dikaji dari beberapa sumber yang akurat.
Pada bagian akhir ditunjukan landasan teori dan metode penelitian yang
Bab II. Menguraikan tentang teori dari musik tradisiona, organologi dan alat
musik rababo. Bab ini memuat tentang dasar dasar teori yang melandasi
19
Bab III. Berisi tentang pendekatan yang dilakukan oleh peneliti dalam
Bab IV. Berisi tentang organologi dari alat music rababo bolaang mongondow
mulai dari pemilihan bentuk, ukuran , dan bagian bagian instrument, serta
BAB IV
ORGANOLOGI
20
Rababo dapat disamakan dengan rebab di daerah lain, Alat musik gesek
sebuah Rebab terdapat senar dan tali, hal tersebut merupakan pengibaratan
menggunakan bahan dasar aog (bambu), uka’ (tempurung kelapa), dan kulit
bahan tersebut karena sudah termasuk hewan dilindungi jadi sebagai bahan
dasar tersebut mudah ditemukan dan sudah menjadi bahan pokok untuk digunakan
untuk membuat rumah dan tempurung di jadikan gelas air minum, Bahan bahan
36
Anyllaoh, “Mengenal Bolaang Mongondow”
https://id.scribd.com/doc/12765584/Mengenal-Bolaang-Mongondow (diakses pada 10
April 2019)
37
Wawancara dengan Chairun Mokoginta 66 tahun, Budayawan Bolaang Mongondow,
tanggal 31 Oktober 2019 di Bilalang
38
Wawancara dengan Chairun Mokoginta 66 tahun, Budayawan Bolaang Mongondow,
tanggal 31 Oktober 2019 di Bilalang
21
Sebelum proses pembuatan instrument rababo, bambu yang sudah
ditebang dan dipotong sesuai panjangnya ruas bambu dikeringkan terlebih dahulu
dahulu hingga halus. Kulit hewam (kucing hitam/jaguar) juga terlebih dahulu
Instrumen Rababo memiliki bentuk dan ukuran tersendiri sama halnya dengan
karakteristik asal daerah itu sendiri. Adapun bentuk dan ukuran instrumen Rababo
Gambar 1
39
Wawancara dengan Chairun Mokoginta 66 tahun, Budayawan Bolaang Mongondow,
tanggal 31 Oktober 2019 di Bilalang
22
Ukuran instrumen Rababo sebenarnya tidak memiliki patokan standar, hal ini
tergantung kebutuhan si pembuatnya dan juga bergantung pada ruas bambu yang
di pakai. Akan tetapi, instrumen Rababo dalam penelitian ini memiliki ukuran
yang menggunakan dawai atau senar. selain itu instrumen Rababo juga memiliki
40
Wawancara dengan Chairun Mokoginta 66 tahun, Budayawan Bolaang Mongondow,
tanggal 31 Oktober 2019 di Bilalang
23
1
6 c
2
5 c
4
c
Gambar 2
24
1. Telinga (Tuning Pegs)
Gambar 3
2. Badan (body)
Gambar 4
25
3. Resonansi Suara
Gambar 5
Gambar 6
26
Cara Memegang Rababo
berdiri, dengan tangan kiri memegang alat instrument, dan tangan kanan
Gambar 7
27
D. Cara Pembuatan
Ambil 70% dari bagian dari tempurung kelapa, lalu tempurung kelapa di
lubang pada bagian atas dan bawah tempurung, lubang tersebut berfungsi sebagai
Gambar 8
41
Wawancara dengan Chairun Mokoginta 66 tahun, Budayawan Bolaang Mongondow,
tanggal 31 Oktober 2019 di Bilalang
28
Kemudian tempurung yang sudah di bersihkan tadi, pada bagian depan
tempurung yang terbuka, di tutupi dengan kulit kucing hutan (Bahasa mongondow
buah) namun jika tempurung yang di temukan belum memiliki lubang, maka
Gambar 9
29
Kemudian pada alat instrumen rababo terdapat 2 fret yang terletak pada
bagian depan atas bambu dan pada bagian depan dari tempurung yang sudah di
tutupi kulit kucing hutan (kutai), 2 fret tersebut berfungsi sebagai pengangkat
senar atau dawai, agar senar atau dawai tersebut tidak terlalu rapat atau dekat
Gambar 10
30
Pembuatan Bagian Badan Rababo
Setelah itu bambu yang akan digunakan hanyalah bambu (bulu cui) yang
berdiameter kecil, panjang bambu yang di ambil hanya 1 ruas, bambu tersebut
Gambar 11
42
Wawancara dengan Chairun Mokoginta 66 tahun, Budayawan Bolaang Mongondow,
tanggal 31 Oktober 2019 di Bilalang
31
Gambar 12
32
Kemudian di buat lubang kecil pada bagian atas di buat 3 lubang (depan,
kiri, dan kanan) pada bagian bawah 1 lubang, untuk melubangi bambu tersebut
harus menggunakan bor agar bambu tersebut tidak pecah. Lubang bagian atas
Gambar 13
Keterangan :
sedangkan 2 lubang lainnya berada di sisi kiri dan kanan dari lubang tersebut.
Alat untuk menyetem atau tunning terbuat dari kayu berukuran kecil
dengan bentuk persegi panjang seperti pada gambar, lalu alat untuk menyetem
33
Gambar 14
Pada gambar 14 lubang pada alat penyetem tidak terlihat, karena alat
Pembuatan Senar
Lubang bagian bawah dari bambu berfungsi sebagai tempat pengait dari
dawai atau senar, senar yang digunakan berasal dari serat daun nanas, nanas yang
di gunakan juga bukan nanas biasa, nanas yang digunakan adalah nanas hutan.
Pada masa itu senar gitar belum ada sehingga digunakan serat buah nanas
sebagai dawai untuk instrumen rababo, untuk sekarang dawai atau senar yang
digunakan sudah bisa menggunakan senar yang biasanya di pakai pada alat
instrumen gitar, senar yang digunakan baisanya lebih dari 1, karena jika hanya
43
Wawancara dengan Chairun Mokoginta 66 tahun, Budayawan Bolaang Mongondow,
tanggal 31 Oktober 2019 di Bilalang
34
menggunakan 1 dawai atau senar suara dari instrumen rababo tidak akan keluar
atau muncul. 44
Gambar 15
Pegangan untuk alat gesek terbuat dari rotan yang dibuat melengkung, lalu
senar atau dawai di kaitkan pada rotan tersebut, cara memegang alat gesek
44
Wawancara dengan Chairun Mokoginta 66 tahun, Budayawan Bolaang Mongondow,
tanggal 31 Oktober 2019 di Bilalang
45
Wawancara dengan Chairun Mokoginta 66 tahun, Budayawan Bolaang Mongondow,
tanggal 31 Oktober 2019 di Bilalang
35
Gambar 16
tergantung pada tegangan senar tersebut, jika tegangan di rasa cukup maka alat
instrumen rababo sudah bisa di gunakan, nada untuk alat ini hanya mengikuti dari
46
Wawancara dengan Chairun Mokoginta 66 tahun, Budayawan Bolaang Mongondow,
tanggal 31 Oktober 2019 di Bilalang
36
E. Teknik Permainan Rababo
membuat alat instrumen rababo sangat mudah dan tidak membutuhkan alat dan
bahan yang banyak, namun berbanding terbalik dengan pembuatan alat instrumen
rababo, teknik permainan alat instrumen rababo ini sangat sulit dan menggunakan
keahlian khusus karena tidak memiliki tangga nada dan hanya menggunakan
feeling atau perasaan saja, menurut bapak Chairun Mokoginta saat ini beliau
bapak Chairun Mokoginta dari beberapa pemuda yang di latih, belum ada yang
F. Produksi Suara
bunyinya berasal dari dawai atau senar. Adapun instrumen Rababo tidak memiliki
tangga nada. Karena saat instrumen rababo ini dimainkan hanya mengikuti suara
dari sang penyanyi atau mengikuti nada dari alat musik lain yang berkolaborasi
bahwa walaupun nada-nada yang dimiliki oleh instrumen Rababo tidak sama
dengan nada barat yang telah menjadi standarisasi nada barat, sebab pada saat
47
Wawancara dengan Chairun Mokoginta 66 tahun, Budayawan Bolaang Mongondow,
tanggal 31 Oktober 2019 di Bilalang
37
Tuning (menyetel) nada Rababo masih menggunakan feeling (perasaan) pemain
itu sendiri.48
G. Pembahasan
suatu benda atau alat secara detail baik itu dilihat dari segi bentuk, ukuran, bahan
baku, dan produksi nada sebuah instrumen, dalam hal ini maka peneliti akan
memiliki bentuk dan ukuran yang beragam artinya instrumen Rababo dalam
telah berkenalan (menaruh cinta kepada seorang gadis), bila kembali dari
membawa sesuatu untuk kekasihnya seperti buah buahan dan sebagainya, gadis
yang mengetahui bahwa pujaanya telah kembali, biasanya mengadakan suatu jenis
pada malam hari bersama beberapa kawannya, gadis tersebut membawa pedupaan
48
Wawancara dengan Chairun Mokoginta 66 tahun, Budayawan Bolaang Mongondow,
tanggal 31 Oktober 2019 di Bilalang
49
Wawancara dengan Chairun Mokoginta 66 tahun, Budayawan Bolaang Mongondow,
tanggal 31 Oktober 2019 di Bilalang
38
(kokuitan) berisi bara api menuju rumah sang pemuda. Di sana mereka masuk
kolong rumah, memperhatikan tempat duduk orang tua pemuda, lalu membakar
serbuk wangi wangian. Bila baunya tercium oleh tuan rumah, maka dapat
permainan (morudak) di kolong rumah. Pada saat itulah pemuda di rumah itu
memainkan kantung atau rababo membawakan lagu untuk gadis pujaannya yang
sedang morudak.50
Orang tua menyambutnya dengan meminta agar jari manis gadis itu di
keluarkan melalui lubang lantai yang sudah di sediakan. Pada jari manis itu
biasanya di masukkan cincin oleh orang tua. Demikian juga buah buahan atau
pemberian lain di berikan kepada gadis melalui lubang lantai itu. Pada saat sedang
bila kedapatan akan di persalahkan oleh adat dan harus membayar denda
(momogoi) yang amat berat. Keesokan harinya si gadis akan menyuguhkan air
itulah diketahui oleh orang tua, siapakah gadis yang menjadi kekasih anak
mereka. Bila gadis itu berkenan di hati orang tua dan bila di setujui oleh orang tua
perkawinan.51
50
Anyllaoh, “Mengenal Bolaang Mongondow”
https://id.scribd.com/doc/12765584/Mengenal-Bolaang-Mongondow (diakses pada 10
April 2019)
51
Catatan Amun M. Jambo, Budayawan Bolaang Mongondow, Tinggal di Desa Matali
39
Namun satu hal yang pasti bahwa keberadaan Rababo sudah ada jauh sebelum
Mongondow raya yang tidak terpisah dengan sistem budaya lain yang ada dalam
masyarakat.
mempengaruhi keberadaan alat musik Rababo, hal ini dikarenakan yang mampu
memainkan alat musik ini masih kurang khususnya para generasi muda. Generasi
muda yang ada di Bolaang Mongondow raya sebagai generasi pelanjut kurang
menyentuh daerah tersebut. Para pemuda menganggap seni musik tradisi sangat
tersebut.
Raya. Hal ini sesuai dengan wawancara yang di lakukan dengan bapak chairun
40
seharusnya kesenian yang berasal dari Bolaang Mongondow dikembangkan,
namun masyarakat hanya menerimanya sebagai media hiburan untuk diri sendiri.
Bolaang Mongondow bisa berkembang, tapi hal ini tidak dilakukan oleh
budaya tradisi yang telah mapan dan tetap mempertahankan nilai-nilai lama
seperti ajaran nenek moyang yang menghasilkan produk budaya yang berpijak
52
Tedi Sutardi, Antropologi: Mengungkap Keragaman Budaya (Bandung: PT. Grafindo
Media Pratama 2007) hlm. 12
41
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Rababo dapat disamakan dengan rebab di daerah lain, Alat musik gesek juga
sebuah Rebab terdapat senar dan tali, hal tersebut merupakan pengibaratan
instrumental. Siapa pencipta dan penemunya, tidak diketahui. Jenis musik ini ada
Pemilihan bahan dasar untuk alat musik instrumen rababo yaitu menggunakan
bahan dasar aog (bambo), uka’ (tempurung kelapa), dan untuk kulit hewan
bahan tersebut karena sudah termasuk hewan dilindungi jadi sebagai bahan
42
Adapun instrumen Rababo tidak memiliki tangga nada. Untuk menyetem
tegangan senar tersebut, jika tegangan di rasa cukup maka alat instrumen rababo
sudah bisa di gunakan, nada untuk alat ini hanya mengikuti dari suara sang
B. Saran
tidak punah.
Alat musik tradisional khususnya alat musik Rababo perlu mendapat perhatian
Dalam mempertahankan alat musik tradisional Rababo para tua tua kampong
dan kepala adat juga pemerintah setempat perlu untuk terus menerus mengajak
anak anak, remaja, dan pemuda untuk belajar memainkan alat music Rababo.
Selain itu, kiranya tulisan ini dapat bermanfaat untuk mata pelajaran muatan
music tradisional dapat dipelihara dengan baik, sebagai warisan yang perlu di
lestarikan.
43