4067-Article Text-8301-1-10-20141024
4067-Article Text-8301-1-10-20141024
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jsm
Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang, Indonesia
Abstract
___________________________________________________________________
The purpose of this research is to know the form of performing, the composition and the presentation group
percussion PSH in semarang. This research is exercised by descriptive qualitative approach.Body-bagged this
research is located in percussive group PSH TBRS Semarang. Engineering data used in this research
observation, techniques interview techniques and engineering documentation. In this research are qualitative
data obtained. Analysis of data which includes three stages data, namely reduction cereal offering data, and
withdrawal conclusion / unverified. Result from research the performances are (PSH) percussion the
presentation of, presentation of time, the stage or stage, order and order; preparation, talent covering nucleus,
performances the openings, the contents, the sound lamp order hairdos and the fashion.And the composition of
instruments marks used jerusalem--the (PSH) use second-hand kibble like plastics kibble whilom, canned
tambourine, and saucepans kitchen appliance 've in-charge functions. Sensorial game song used Paguyuban
group Sayung Hore imbal, namely pattern sensorial dangdut and the disco. Used for game rhythmic
Paguyuban Sayung Hore at a single stroke, using patterns of double stroke, triplet and paradidle.
Alamat korespondensi: ISSN 2301- 4091
Gedung B2 Lantai 2 FBS Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
E-mail: Ferialhervanda@gmail.com
1
Ferial Riezky Herfanda / Jurnal Seni Musik 3 (1) (2014)
2
Ferial Riezky Herfanda / Jurnal Seni Musik 3 (1) (2014)
3
Ferial Riezky Herfanda / Jurnal Seni Musik 3 (1) (2014)
Teknik Analisis Data Tinto Percussion dan lain sebagainya. Dari tahun
Proses analisis data dengan menelaah 2000-an aliran seperti Rock, Pop, Jazz, Metal,
seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber dan Reagge terus menjadi sebuah peluang bagi
yang telah diperoleh dari penelitian di lapangan, kalangan remaja di Semarang. Pada era
yaitu dari wawancara, pengamatan, dokumen sekarang sangat bervariatif dengan adanya
pribadi, dokumen resmi, gambar, foto, dan kelompok musik perkusi dan kontemporer. Hal
sebagainya (Moleong dalam Sumaryanto, 2010: ini yang menjadi jalan dan kegiatan kreatif
103). untuk menuju popularitas seperti yang
diinginkan oleh para musisi.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Sejarah PSH (Paguyuban Sayung Hore)
Letak dan Kondisi Geografis kota Semarang Paguyuban Sayung Hore singkatnya PSH
Posisi geografi Kota Semarang terletak di yaitu kelompok perkusi yang dibentuk sejak 15
pantai Utara Jawa Tengah, tepatnya pada garis agustus 2008 di Semarang, yang didirikan oleh
6º, 5' - 7º, 10' Lintang Selatan dan 110º, 35' Sandi Ari Wibowo warga Tegal Sari Raya
Bujur Timur. Sedang luas wilayah mencapai No.42 Semarang. Pada tanggal 1 desember
37.366.838 Ha atau 373,7 Km2. Letak geografi 2008, PSH resmi menjadi sebuah kelompok
Kota Semarang ini dalam koridor pembangunan musik perkusi. Peresmian ini dilakukan karena
Jawa Tengah dan merupakan simpul empat PSH ingin menjadi sebuah perkumpulan yang
pintu gerbang, yakni koridor pantai Utara, serius dan benar-benar fokus pada aliran yang
koridor Selatan ke arah kota-kota dinamis mereka mainkan.
seperti Kabupaten Magelang, Surakarta yang Mereka mulai latihan rutin di TBRS
dikenal dengan koridor Merapi-Merbabu, setiap hari jumat pukul 15.00 WBI, Latihan
koridor Timur ke arah Kabupaten dilakukan dengan santai tetapi serius. Pada
Demak/Grobogan dan Barat menuju dasarnya personil PSH sudah memiliki keahlian
Kabupaten Kendal. Dalam perkembangan dan memainkan alat musik Drum, sehingga pada
pertumbuhan Jawa Tengah, Semarang sangat saat latihan mereka hanya mengompakan materi
berperan, terutama dengan adanya pelabuhan, yang akan dipentaskan. Dengan berjalannya
jaringan transport darat (jalur kereta api dan latian demi latian, dari sanalah mereka mulai
jalan) serta transport udara yang merupakan meramaikan industri musik Semarang, mulai
potensi bagi simpul transport Regional Jawa banyak tanggapan untuk manggung disejumlah
Tengah dan kota transit Regional Jawa Tengah. tempat. Pentas yang sering kali mereka
Posisi lain yang tak kalah pentingnya adalah tampilkan sangat memukau penikmat musik,
kekuatan hubungan dengan luar Jawa, secara mulai dikenal banyak orang karena
langsung sebagai pusat wilayah nasional bagian menggunakan alat musik yang berbeda dari grup
tengah perkusi lainnya, dan sedikit tujuan tentang
http://www.scribd.com/doc/162784805/GEO pemanfaatan sampah itu sendiri dapat
REG-SEMARANG tersampaikan bahwa sampah tidak hanya
Kelompok musik Semarang memiliki merugikan namun dapat bermanfaat, yang salah
bermacam jenis kesenian, salah satunya satu manfaatnya dapat dijadikan sebagai alat
dibidang musik. Aliran musik popular di musik.
kalangan remaja. Rock, Pop, Jazz, Metal, dan
Reagge menjadi aliran terpopuler di kota ini. Profil PSH
Selain itu juga terdapat kelompok musik yang Pada bulan februari 2013 personil dari
membawakan karya-karya beraliran perkusi dan Paguyuban Sayung Hore (PSH) berjumlah 8
kontemporer. Contoh dari kelompok musik orang. Berikut nama para anggota kelompok
yang membawakan karya tersebut yaitu: (1) Paguyuban Syung Hore (PSH) : (1) Sandi Ari
Gamelan Funky, (2) Lady Percussion, (3) Copa Vino Wibowo, (2) Rio Prasetyo, (3) Rudi, (4)
4
Ferial Riezky Herfanda / Jurnal Seni Musik 3 (1) (2014)
Muhhamad Taufik, (5) Pandu, (6) Doni (Kaper), maju dalam perkembangan musik, khususnya
(7) Ardi, (8) Maulana Syarif H. musik perkusi.
Paguyuban Sayung Hore (PSH) adalah Penataan posisi pemain yang sudah diatur
sekelompok anak muda yang berkarya dan oleh para pemain, dimaksudkan agar pemain
mengekspresikan musikalitasnya dalam bentuk bisa berekspresi dengan tema atau materi yang
grup perkusi yang menggunakan peralatan mereka tampilkan. Selain itu, pemain bisa saling
seadanya, yaitu sampah atau barang-barang berkomunikasi satu sama lain. Dalam musik
yang sudah tidak terpakai. Seperti ember bekas, perkusi, komunikasi pemain sangatlah penting.
panci bekas, dan lain – lain, macam-macam alat Dengan adanya komunikasi itulah yang
perkusi yang menggunakan barang bekas pada memudahkan para pemain untuk saling ber
grup musik perkusi Paguyupan Sayung Hore eksplorasi, karena musik perkusi adalah musik
yaitu barang-barang bekas kebanyakan yang menggunakan ekspresi. Dengan adanya
menggunakan ember plastik dan panci bekas ekspresi pemain, maka biasanya penontonpun
alat dapur yang sudah beralih fungsinya. akan ikut hanyut dan menghentak-hentakkan
Semenjak kelompok Musik Perkusi kaki dan tangan dalam pola-pola ritmis yang
Paguyuban Sayung Hore (PSH) terbentuk, mereka bawakan.
kelompok ini juga sering kali mengadakan Pola ritmis yang biasa dimainkan group
pertemuan di Taman Budaya Raden Saleh musik perkusi Paguyuban Sayung Hore (PSH)
(TBRS), tempat biasanya para personil adalah pola ritmis imbal, dangdut dan disko.
kelompok musik perkusi Paguyuban Sayung Urutan Penyajian
Hore (PSH) berkumpul untuk berdiskusi Urutan penyajian pertunjukan musik
maupun berkarya. perkusi Paguyuban Sayung Hore (PSH) dapat
Seiring dengan berjalannya waktu dengan dijelasakan sebagai berikut:
banyaknya ragam aktifitas, kelompok musik a) Persiapan, meliputi tata panggung,
perkusi Paguyuban Sayung Hore (PSH) memilih soud system, alat musik perkusi dan lain-lain.
Taman Budaya Raden Saleh (TBRS) sebagai b) Pertunjukan inti, berisi: Bagian
tempat untuk berkumpul. Pembukaan, Bagian Isi, dan bagian inti. Aspek
penunjang lain dalam pertunjukan yang
Bentuk Penyajian dimainkan kelompok musik Sayung Hore yaitu:
Dari hasil pengamatan di lapangan, tata suara ( sound system ), tata lampu ( Lighting
dirumuskan bahwa pertunjukan musik perkusi ), tata Rias dan tata busana.
Paguyuban Sayung Hore (PSH) Semarang
meliputi beberapa unsur pokok waktu penyajian, Pola Ritmis
urutan penyajian, materi pertunjukan, instrumen Pola ritmis yang digunakan kelompok
musik, tata panggung, tata suara, dan tata musik Paguyuban Sayung Hore antara lain:
busana/kostum. Stroking (Cara pukul)
Penyajian ini dipertunjukan di kafe Pada dasarnya dalam bermain drum atau
maupun di tempat-tempat hang-out sebagai perkusi ada 5 tehnik dasar. Kelima tehnik
bintang tamu atau musik pembuka. Acara ini tersebut adalah :
cukup memberikan dampak yang positif dari Single Stroke adalah tehnik memukul
kelompok musik perkusi Paguyuban Sayung dengan tiap tangan masing-masing satu kali
Hore (PSH), dengan adanya acara-acara yang ketukan.
selalu mengundang atau melibatkan group Contoh : L R L R L R
musik Paguyuban Sayung Hore (PSH) Cara pukulan ini apabila diterapkan akan
diharapkan masyarakat mampu menerima, membentuk pukulan yang berganti antara
mengenal dan menghargai musik perkusi tangan kanan dan tangan kiri, yang masing-
terutama alat musik yang berasal dari sampah. masing dipukul sekali. Bentuk permainannya
Selain itu diharapkan Kota Semarang semakin dicantumkan dalam notasi sebagai berikut :
5
Ferial Riezky Herfanda / Jurnal Seni Musik 3 (1) (2014)
RLRRLL
Triplet/rough
R R L R R L atau L L R L L R
Keterangan : R (right/tangan kanan)
L (Left/tangan kiri)
a. Double Stroke adalah tehnik memukul Pada grup musik perkusi PSH
dengan tiap tangan masing-masing dua menggunakan tehnik Single Stroke, double stroke,
kali ketukan. dan triplet. Semua tehnik ini digunakan, dengan
Contoh : LL RR LL RR cara bermain sahut-sahutan, saling mengisi
Cara pukulan ini apabila diterapkan akan kekosongan. Yang paling sering mereka
membentuk pukulan yang berganti antara gunakan yaitu tehnik single stroke dan double
tangan kanan dan tangan kiri, yang masing- stroke, karena tehnik paling mudah diantara
masing dipukul duakali. Bentuk permainannya tehnik lainnya.
dicantumkan dalam notasi sebagai berikut : Teknik yang telah disebutkan didukung
dengan pola irama yang dimainkan berdasarkan
alat yang dimiliki oleh grup Paguyuban Sayung
Hore. Dalam hal ini pola irama ditulis
berdasarkan alat yang dimainkan. Contoh pola
irama tersebut antara lain: (1) Pola irama ember
satu sebagai bass, (2) Pola irama sebagai
b. Triple Stroke adalah memukul dengan pengganti snare, (3) Pola irama bunyi Instrumen
tiap tangan masing-masing tiga kali yang digunakan Paguyuban Sayung Hore cukup
ketukan. sederhana. Mereka membuat alat mereka sendiri
Contoh : LLL RRR LLL RRR dengan menggunakan sampah-sampah bekas
Cara pukulan ini jarang sekali diterapkan seperti ember cat, kaleng, panci, gelas besi, yang
pada grup musik perkusi PSH, karena dirasa di rangkai menjadi sebuah alat musik
cukup sulit untuk dimainkan, dan sulit Instrumen yang Digunakan Paguyuban
diterapkan untuk karakter masing-masing alat Sayung Hore (PSH)
musik sampah. Instrumen yang digunakan Paguyuban
c. Triplet adalah tehnik memukul Sayung Hore cukup sederhana. Mereka
menyilangkan pola ketukan pada membuat alat mereka sendiri dengan
masing-masing tangan. menggunakan sampah-sampah bekas seperti
Contoh LRL RLR LRL RLR ember cat, kaleng, panci, gelas besi, yang di
Cara pukulan ini apabila diterapkan akan rangkai menjadi sebuah alat musik. Untuk alat
membentuk pukulan yang berganti antara lain yang dibutuhkan, Paguyuban Sayung Hore
tangan kanan dan tangan kiri, yang masing- menggunakan alat musik tambahan seperti,
masing dipukul satukali, tetapi pada pukulan rebana, drum bekas minyak, ember plastik,
pertama memiliki aksen pukulan, aksen ada Djimbe,
disetiap tigakali pukulan. Beberapa instrumen musik perkusi yang
d. Paradiddle adalah tehnik memukul dimiliki oleh grup musik Perkusi PSH yang
dengan mengacak pola ketukan, dan berasal dari barang bekas diantaranya:
biasanya oleh para drummer disebut
dengan istilah “ngeroll”
Rebana
Contoh : LRR RLL RRL RLR LRL
Rebana merupakan alat musik ritmis,
RRLL LLRR
berasal dari Timur Tengah, terbuat dari kayu,
Paradiddle
memiliki membrane dari kulit hewan. Ciri khas
RLRRLRLL
lain pada alat musik rebana yaitu suara
Paradiddle-diddle
“kemricik” yang terbuat dari logam. Pada
6
Ferial Riezky Herfanda / Jurnal Seni Musik 3 (1) (2014)
umumnya rebana dimainkan dengan cara Bentuk pertunjukan Paguyuban sayung Hore
dipukul dengan telapak tangan, seiring dengan meliputi: (1) Bentuk penyajian, (2) Waktu
suara yang dihasilkan dari tepukan maka suara penyajian, (3) Tempat pentas atau tatanan
membran dan logam terdengar menjadi satu. panggung, (4) Urutan penyaji.
Berikut gambar instrumen Rebana yang Urutan penyajian meliputi; (1) Persiapan,
digunakan Paguyuban sayung Hore: (2) Pertunjukan inti, (3) Bagian pembuka, (4)
Bagian isi, (5) Tata suara, (6) Tatanan lampu,
Drum Kaleng (7) Tata rias, dan (8) Tata busana. Sedangkan
Drum Kaleng berfungsi sebagai tempat bentuk pertunjukannya terdiri dari berbagai
untuk menyimpan minyak/air. Pada musik komposisi instrumen yang digunakan
perkusi sampah, drum kaleng ini berubah fungsi Paguyuban Sayung Hore yaitu, rebana, drum
menjadi alat musik perkusi yang sama fungsinya bekas minyak, ember plastik, ember kaleng
dengan bass drum. Alat musik perkusi dalam bekas dan panci alat dapur yang sudah alih
penggunaan dan cara memainkan tidak hanya fungsinya.
sekedar dipukul, namun memiliki pola-pola, Berdasarkan keterangan tersebut,
tertentu. Berikut gambar drum minyak yang simpulan yang diambil bahwa grup perkusi
digunakan paguyuban sayung hore. Paguyuban Sayung Hore memiliki motivasi
berkarya dengan menciptakan alat musik
Ember perkusi yang terbuat dari barang bekas. Alat
Ember ialah sebuah alat kedap air musik tersebut secara tidak langsung ikut
berbentuk silinder maupun terpotong kedap air diperkenalkan dimasyarakat sebagi wujud
dan vertikal, dengan bagian atas terbuka dan pemanfaatan barang bekas. Selain itu sebagai
bagian bawah yang datar, biasanya dilengkapi inspirasi bahwa pemanfaatan barang bekas tidak
dengan timbaan. Pada instrumen dengan hanya dilakukan pada musik saja, dapat juga
menggunakan ember plastik dimanfaatkan dimanfaatkan untuk membuat karya-karya
sebagai alat musik perkusi, yang bunyinya tidak baru.
terlalu nyaring karena terbuat dari plastik, pada Paguyuban Sayung Hore secara
grup perkusi paguyuban sayung hore ember kelangsungannya memiliki sistem yang baik
plastik ini difungsikan sepertihalnya tom-tom untuk mempersiapkan pertunjukan. Hal ini
pada drum. Berikut gambar ember plastik yang diketahui berdasarkan persiapan yang dilakukan
digunakan paguyuban sayung hore sebagai pada saat akan melakukan pertunjukan. Dalam
instrumen: segi penyajiannya, Paguyuban Sayung Hore
juga dapat dikatakan kreatif, karena memiliki
Ember Kaleng persiapan penunjang berupa tata suara, tata
Ember Kaleng Pada grup perkusi lampu, tata busana dan tata rias. Hal ini
Paguyuban Sayung Hore ini dimanfaatkan memberikan pengetahuan bahwa Paguyuban
sebagai alat musik perkusi sepertihalnya “snare Sayung Hore memiliki daya apresiasi dan
drum”, namun tidak dilengkapi dengan motivasi yang tinggi dalam pemanfaatan barang
beberapa baris tali senare (terbuat dari bahan bekas.
kabel baja, atau plastik), bunyinya sangat
nyaring karena terbuat dari kaleng atau seng. Saran
Dengan adanya penelitian ini personil
PENUTUP grup Paguyuban Sayung Hore sangat berterima
Berdasarkan hasil penelitian dan kasih sehingga mengetahui pencapaian,
pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa kelangsungan, dan perkembangan grup hingga
kota Semarang memiliki kelompok musik saat ini. Berdasarkan kesimpulan diatas maka
Paguyuban Sayung Hore yang memainkan alat penulis memberikan saran pada pihak grup
musik perkusi yang terbuat dari barang bekas. Paguyuban Sayung Hore dan seluruh pihak
7
Ferial Riezky Herfanda / Jurnal Seni Musik 3 (1) (2014)
yang berkaitan dalam skripsi ini, antara lain: (1) Kesumah, Dloyana. 1995. Pesan-pesan Budaya Lagu
Bagi pembaca, dapat dijadikan refrensi untuk Pop Dangdut dan Pengaruhnya. Jakarta:
penelitian selanjutnya. (2) Untuk grup perkusi Panca Simpati.
Paguyuban Sayung Hore sebaiknya tambahkan
Kodiyat, Latifah, (1983), Istilah-istilah musik,
alat musik melodis untuk memperindah suasana
Depdikbud Jakarta.
musiknya. (3) Bagi para pemain, diharapkan Kuntowijoyo. 1990. Paradigma Islam: Interpretasi
dapat mempertahankan karya dan dapat untuk Aksi. Bandung: Penerbit Mizan.
memberikan motivasi untuk generasi muda
berikutnya.
Lohanda, Mona. 1991. ‘…‘ dalam Seni Dalam
DAFTAR PUSTAKA Masyarakat Indonesia, Edi Sedyawati dan
Sapardi Djoko Damono (eds.). Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Akhmad, Musyafiqul. 1995. Penelitian Pendidikan
Limantara, Cyprianus. 1990. Dasar-Dasar Teori
(Suatu Pendekatan Teori dan Praktek
Musik. Bandung: Justika.
Penulisan). Kediri: IKIP PGRI.
Moleong, J Lexy. 2002. Metodologi penelitian
kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu
Muttaqin, Moh.2003. “Musik Dangdut: Sebuah
Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
kajian Musikologis”: Tesis Pasca Sarjana.
Yogyakarta. Universitas Gajah Mada.
Banoe, Pono. 2003. Kamus Musik. Yogyakarta:
Kanisius.
Rohidi, Tjetjep Rohendi. 2000. Analisis Data
Camus, Albert. 1988. Modern Music. Jakarta:
Kualitatif. Jakarta: Penerbit UI.
Pustaka Sinar.
Samboedi. 1989. Dasar-dasar Pertunjukan Musik
Daryanto, S.S. 1997. Kamus Bahasa Indonesia
Kontemporer. Surabaya: Sinar Utama.
Lengkap. Surabaya: Apollo.
Dekdikbud, 1992. Ensiklopedi musik. Jakarta: Cipta
Soedarsono, RM. 2003. Seni Pertunjukan; Dari
Adi Pustaka.
Perspektif Politik, Sosial, dan
Diah, Latifah.1994. Musik Pop. Jakarta: Balai
Ekonomi.Soedarsono.1991. Perkembanagan
Pustaka.
Kesenian Kita. Yogyakarta.
Frederick, William H.. 1982. ‘Rhoma Irama and
Dangdut Style,‘Indonesia, No. 34, Itacha:
Sukohardi, 1987. Teori Musik Umum. Yogyakarta:
Modern Indonesia Project, Cornell University.
PML.
Sumaryanto, Totok. 2001. Diktat Kuliah Metodologi
Hardjana, S. 1983. Estetika Musik. Jakarta:
penelitian kualitatif. Semarang: IKIP Press.
Depdikbud.
Jamalus. 1988. Musik dan Praktek Perkembangan
Sunarko. 1985. Pengantar Pengetahuan Musik.
Buku Sekolah Pendidikan Guru. Jakarta: CV.
Jakarta: Dekdikbud.
Titik Terang.
Tim Perumus P3B. 1988. Kamus Besar Bahasa
1988. Pengajaran Musik Melalui Pengalaman Musik.
Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan
Jakarta. CV
dan Kebudayaan.
Rajawali.
Jazuli, M. 2001. Metode Penelitian Kualitatif.
Yasyin, Sulchan. 1995. Kamus Pintar Bahasa
Semarang: Jurusan Sendratasik Universitas
Indonesia. Surabaya : Amanah Surabaya
negeri Semarang.
8
Ferial Riezky Herfanda / Jurnal Seni Musik 3 (1) (2014)
(http://www.vembazax.com/2011/06/03/sejarah- http://www.scribd.com/doc/235027698/Geologi-
gamelan-jawa.xml) diakses pada hari Sabtu, Regional-Kota-Semarang
24 September 2011 pukul 19.45 WIB. http://www.scribd.com/doc/162784805/GEOREG-
(http://www.semarangkota.go.id\cms\index.php?op SEMARANG
toins=com_content&task=view&id=27&Itemi http://gusmau.wordpress.com/2010/08/23/sejarah-
d=48) diakses pada hari Minggu, 15 Oktober musik-indonesia/
2012 pukul 15.45 WIB. http://id.wikipedia.org/wiki/Instrumen_musik_perk
usi
(id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Semarang#Agam http://www.anneahira.com/perkusi-barang-
a) diakses pada hari Minggu, 15 Oktober 2012 bekas.htm
pukul 15.50 WIB. www.google.com.Gary D. Cook, Teaching
Percussion, p.2, 3rd edn, 2006, Thomson
http://www.scribd.com/doc/230419766/Final-Seni- Schirmer, ISBN 0 534 50990 8
Budaya