Anda di halaman 1dari 23

Analisis Perlakuan Akuntansi Persediaan pada PT.

Tongfong Indonesia

Oleh :

Nama : Rohayah
NIM : 100462201080
Jurusan : Akuntansi

ABSTRAK

Rohayah, 2016 :Analisis Perlakuan Akuntansi Persediaan pada PT.


Tongfong Indonesia, Skripsi, Tanjungpinang. Jurusan
Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Maritim Raja
Ali Haji.Pembimbing I Prima Aprilyani Rambe, SE., M.Sc
dan Pembimbing II Hj. Iranita, SE.,M.Sc

PT. Tongfong Indonesia adalah sebuah perusahaan yang bergerak dibidang industri,
kegiatan utama PT. Tongfong Indonesia adalah dalam bidang produksi Natural Gum
Base yaitu Bahan dasar Permen Karet. Setiap perusahaan yang memiliki manajemen yang
baik dalam akuntansinya maka diperlukan pencatatan dan penilaian persediaan yang
akurat sehingga menghasilkan laporan keuangan yang akurat sesuai dengan PSAK No.14,
karena metode yang digunakan dalam mencatat dan menilai persediaan membantu pihak
manajemen dalam membuat keputusan agar tidak terjadi kekurangan dan kelebihan
barang sehingga selalu dapat memenuhi kebutuhan pelanggan. Penelitian ini termasuk
jenis penelitian deskriptif kualitatif. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder
berupa data dokumentasi dari arsip-arsip perusahaan pada tahun 2013. Kemudian data
yang telah kumpulkan dari perusahaan selanjutnya dianalisis dengan menggunakan
metode deskriptif dengan cara mengumpulkan data, menyusun, dan menganalisis data
sehingga diperoleh gambaran masalah yang diteliti. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
perlakuan akuntansi pada penilaian dan penyajian pada PT. Tongfong Indonesia
telah sesuai dengan PSAK NO. 14 sedangkan Pengungkapan dan Pencatatan yang
dibuat oleh PT. Tongfong Indonesia tidak sesuai dengan PSAK NO.14 karena
pada saat terjadi transaksi penjualan perusahaan hanya membuat satu pencatatan
seperti pada penjualan Gum Base Tech 013 TF, Perusahaan mendebet rekenig Kas
dan mengkredit Gum Base Tech 013 TF sedangkan pada PSAK NO.14 pada saat
perusahaan melakukan transaksi penjualan dibuat dua pencatatan, yang pertama,
perusahaan mendebet rekening kas atau piutang dagang dan mengkredit penjualan
sebesar harga jual barang tersebut. Dan yang kedua, perusahaan mendebet
rekening harga pokok penjualan dan mengkredit rekening persediaan barang
dagangan.

Kata Kunci : Perlakuan Akuntansi Persediaan, PSAK 14 (Revisi 2013)


A. Pendahuluan
1. Latar Belakang Penelitian
Persediaan adalah salah satu syarat pokok yang harus dipenuhi dan
dimiliki oleh suatu perusahaan di dalam aktifitas perdagangan karena dalam
perdagangan yang diperdagangkan adalah persediaan tersebut, maka semua
aktifitas operasional perusahaan diprioritaskan pada usaha untuk melikuidasi
persediaan tersebut menjadi kas beserta keuntungan yang diperoleh dari harga jual
persediaan tersebut setelah dikurangi harga pokok penjualannya. Pada laporan
neraca saldo perusahaan dagang persediaan adalah salah satu aktiva lancar yang
mempunyai nilai investasi terbesar, sehingga dari hal tersebut di atas kita dapat
mengetahui betapa pentingnya persediaan bagi suatu perusahaan. Persediaan yang
ada pada sebuah perusahaan akan mempengaruhi neraca dan laporan rugi laba.
Didalam neraca sebuah perusahaan manufaktur maupun perusahaan dagang,
perusahaan seringkali merupakan bagian yang sangat besar jumlahnya dari
keseluruhan aktiva lancar yang dimiliknya, namun demikian jumlah dan
persentasenya berbeda-beda antara satu perusahaan dengan peusahaan yang
lainnya. Sementara itu pada laporan rugi laba, persediaan memegang peranan
yang sangat vital dalam menentukan hasil operasional perusahaan untuk satu
periode.
Penilaian persediaan dapat dilakukan dengan dua sistem yaitu sistem
periodik (fisik) dan sistem perpetual. Jika perusahaan menggunakan sistem
pencatatan periodik atau fisik, maka harus dilakukan perhitungan barang yang
masih ada tersisa pada akhir periode dan jika perusahaan menggunakan sistem
pencatatan perptual, maka perusahaan menggunakan catatan yang
berkesinambungan untuk setiap mutasi persediaan.Dalam pengakuan barang
persediaan terdapat dua syarat penyerahan barang yaitu syarat penyerahan barang
Free On Board (FOB) Shipping Poin dan Free On Board (FOB) Destination.
Syarat penyerahan barang FOB Shipping Point adalah hak kepemilikan barang
berpindah kepada pihak pembeli pada saat barang tersebut diserahakan pada
perusahaan pengangkut yang ditunjuk sehingga segala resiko yang mungkin
timbul akan menjadi tanggungan pihak pembeli. Sedangkan FOB Destination
adalah hak kepemilikan barang akan tetap berada ditangan penjual sampai barang
diserahkan kepada pembeli oleh pihak pengangkut dan segala resiko yang timbul
akan menjadi tanggungan penjual.
Menurut ketentuaun yang berlaku di indonesia, sebuah perusahaan dagang
maupun perusahaan manufaktur dalam melakukan kegiatan yang menyangkut
laporan keuangan harus memiliki atau mengikuti standar akuntansi yang ada yaitu
PSAK NO. 14 (2013) (revisi dari PSAK NO. 14 yang dikeluarkan DSAK) tahun
1994 dalam pembuatan laporan keuangan atau akuntansi persediaannya, namun
pernyataan ini tidak wajib diterapkan untuk unsur yang tidak material. Sebuah
perusahaan perlu menerapkan sistem akuntansi persediaannya sesuai dengan
standar yang berlaku. Hal ini perlu dilakukan dengan alasan sebagai berikut:
1. Perusahaan dapat mengatur perlakuan akuntansi untuk persediaanya.
2. Perusahaan dapat menentukan jumlah biaya yang diakui sebagai aset.
3. Perusahaan dapat menentukan pendapatan yang diakui sebagai laba.
4. Perusahaan memiliki panduan dalam menentukan biaya sebagai beban.
5. Perusahaan dapat menentukan biaya persediaannya dengan panduan rumus
biaya dari standar akuntansi yang diterapkan.
PT. Tongfong Indonesia yang terletak di Kawasan Industri sekupang, Sungai
Harapan, Sekupang, Batam adalah sebuah perusahaan yang bergerak dibidang
industri, perusahaan ini berdiri pada tanggal 10 Maret 1991 dan terus berkembang
hingga sekarang. Adapun kegiatan usahanya adalah dalam bidang produksi
Natural Gum Base (Bahan dasar Permen Karet).
Terinisiatif dari penjelasan masalah persediaan dan sistem akuntansi
persediaan di atas, maka penulis terdorong untuk mengadaan penelitian dan
membahas permasalahan tersebut dalam bentuk skripsi dengan judul “ANALISIS
PERLAKUAN AKUNTANSI PERSEDIAAN PADA PT. TONGFONG
INDONESIA”.

2. Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan dan uraian dari latar belakang masalah di atas, maka
perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah Pencatatan dalam persediaan PT. Tongfong Indonesia telah sesuai
dengan PSAK NO. 14?
2. Apakah metode penilaian Persediaan PT. Tongfong Indonesia telah sesuai
dengan PSAK NO. 14?
3. Apakah Penyajian dalam laporan keuangan PT. Tongfong Indonesia telah
sesuai dengan PSAK NO. 14?
4. Apakah pengungkapan dalam laporan keuangan PT. Tongfong Indonesia
telah sesuai dengan PSAK NO. 14?

3. Tujuan Penelitian
Setelah dilakukan perumusan masalah, maka dapat dijelaskan tujuan dari
penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pencatatan dalam persediaan PT. Tongfong Indonesia
telah sesuai dengan PSAK NO. 14.
2. Untuk mengetahui metode penilaian Persediaan PT. Tongfong Indonesia
telah sesuai dengan PSAK NO. 14.
3. Untuk mengetahui Penyajian dalam laporan keuangan PT. Tongfong
Indonesia telah sesuai dengan PSAK NO. 14.
4. Untuk mengetahui pengungkapan dalam laporan keuangan PT. Tongfong
Indonesia telah sesuai dengan PSAK NO. 14

4. Batasan Masalah
Dalam penelitian ini peneliti hanya membahas masalah perlakuan akuntansi
persediaan untuk bahan baku Pada PT. Tongfong Indonesia.
5. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian yang akan dilakukan adalah :
1.Perusahaan dapat memverifikasi antara praktek yang dilakuakan terhadap
laporan keuangan dengan melakukan pengukuran (measuremen), pengakuan
(recognition), pencatatan (record), dan pengungkapan (disclose) menurut standar
akuntansi yang ada.
2.Bagi penulis adalah untuk menambah pengetahuan dan wawasan dibidang
akuntansi, khususnya sistem akuntansi persediaan.
3.Bagi pihak perusahaan adalah untuk dijadikan bahan masukan dan
pertimbangan dalam penerapan sistem akuntansi persediaan guna meningkatkan
kinerja dan kegiatan perusahaan untuk lebih baik dimasa yang akan datang.
4.Bagi pembaca adalah untuk menambah wawasan dan pengetahuan khususnya
tentang sistem akuntansi persediaan dan dapat dijadikan sebagai bahan referensi
bagi penelitian selanjutnya.
6. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini sebagai berikut :
BAB I Pendahulaun
Dalam bab ini, penulis mnguraikan tentang latar belakang,
rumusan masalah, batasan masalah dan sistematika penulisan.

BAB II Kajian Pustaka, Landasan Teori


Dalam bab ini, penulis akan menguraikan tentang tinjauan teori
dan kerangka pemikiran.
BAB III Metodelogi Penelitian
Dalam bab ini, penulis akan menguraikan tentang lokasi penelitian,
teknik pengumpulan data, jenis dan sumber data, dan analisis data.
BAB IV Analisa Data
Dalam bab ini, penulis membahas tentang sejarah singkat
perusahaan, jenis-jenis barang yang digunakan, pencatatan
persediaan,penilaian persediaan dan penyajian persediaan.
BAB V Kesimpulan
Dalam bab ini penulis membahas tentang kesimpulan dari analisi
persediaan dan saran untuk perusahaan kedepannya.
B.Kajian Pustaka, Landasan Teori
1. Pengertian Persediaan (Inventory)
Pengertian Persediaan Menurut PSAK No. 14 (2013), persediaan adalah
aktiva :

1. yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal;


2. dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan; atau
3. dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam
proses produksi atau pemberian jasa.

Persediaan meliputi barang dibeli dan disimpan untuk dijual kembali.


Misalnya, barang dagang dibeli oleh pengecer untuk dijual kembali. Persediaan
juga mencakupi barang jadi yang telah diperoduksi, atau barang dalam
penyelesaianyang sedang diperoduksi perusahaan, dan termasuk bahan serta
perlengkapan yang akan digunaan dalam produksi.

2. Klasifikasi Persediaan
Persediaan pada setiap perusahaan berbeda dengan kegiatan bisnisnya.
Persediaan diklasifikasikan sebagai berikut:
a.Persediaan barang dagang
Barang yang ada digudang dibeli oleh pengecer atau perusahaan dagang
untuk dijual kembali. Barang yang diperoleh untuk dijual kembali diperoleh
secara fisik tidak diubah kembali, barang tersebut tetap dalam bentuk yang yang
telah jadi ketika meninggalkan pabrik pembuatnya. Dalam bebrapa hal dapat
terjadi beberapa komponen yang dibeli untuk kemudian dirakit menjadi barang
jadi. Misalnya, sepeda yang dirakit dari kerangka, roda gir dan sebagainya serta
dijual oleh pengecer sepeda adalah salah satu contoh.
b.Persediaan Bahan Baku (Raw Material)
Adalah bahan baku yang akan digunakan untuk membuat barang jadi. Bila
kita masuk kesebuah perusahaan industri garmen, maka bahan bakunya adalah
kain. Bila kita masuk kesebuah perusahaan industri prabot (mebel), maka bahan
bakunya adalah kayu.

c.Persediaan Perlengkapan pabrik (supplies)


Adalah barang-barang yang mempunyai fungsi melancarkan proses
produksi,misalnya oli mesin, bahan pembersih mesin, dan lain-lain.
d.Persediaan Bahan Penolong Pabrik (Indirect material)
Adalah barang-barang yang juga menjadi bagian dari proses produksi yang
nilainya kecil-kecil, misalnya benang dan kancing pada produksi garmen, atau
paku, mor pada industri perabot.
e.Persediaan barang dalam proses (goods and Process)
Adalah bahan baku yang sudah mulai diolah kedalam proses produksi
tetapi bahan baku ini belum selesai dikerjakan, misalnya kain yang baru selesai
digunting atau dijahit kerahnya pada industri garmen, atau papan yang sudah
diserut pada industry prabot.

f.Persediaan barang Jadi (Finished Goods)


Adalah barang-barang yang sudah selesai diproses menjadi barang dagang
yang siap dijual kepada konsumen. Misalnya, baju atau celana bagi industri
garmen, atau lemari, kursi, sofa bagi industri perabot. Biaya pembelian persediaan
meliputi harga pembelian, bea masuk dan pajak lainnya, biaya pengangkutan dan
biaya lainnya yang secara langsung dapat didistribusikan pada perolehan barang
jadi dan barang dagangan.

3. Biaya-biaya Persediaan

Biaya persediaan harus meliputi semua biaya pembelian, biaya konversi


dan biaya lain yang timbul sampai persediaan berada dalam kondisi dan tempat
yang siap untuk dijual atau dipakai (presen location and condition).

a.Biaya Pembelian

Biaya pembelian meliputi harga pembelian, bea masuk dan pajak lainnya
kecuali yang dapat ditagih kembali kepada kantor pajak.

b.Biaya konversi

Biaya konversi meliputi biaya yang secara langsung terkait dengan unit
yang diproduksi dan biaya overhead produksi tetap dan variable yang
dialokasikan secara sistematis.

4. Sistem Pencatatan Persediaan


Menurut PSAK NO. 14 Pencatatan persediaan dibedakan menjadi dua
macam yaitu :
1. Sistem Periodik
Dalam sistem ini untuk mencatat pembelian rekening persediaan tidak
didebet dan pada saat terjadi penjualan tidak dikredit. Pada saat terjadi transaksi
penjualan yang didebet adalah rekening kas atau rekening piutang dagang dan
dikredit rekening penjualan, sedangkan pada saat terjadi transaksi pembeliaan,
maka yang didebet adalah rekening pembeliaan dan dikredit rekening kas atau
rekening utang dagang. Dalam sistem periodik atau fisik, jika terjadi teransaksi
pembeliaan dan penjualan maka rekening persediaan tidak digunakan untuk
mencatat pertambahan dan pengurangan. Sedangkan informasi mengenai masalah
persediaan fisik yang ada pada saat tertentu dapat diketahui dengan cara
melakukan peprhitungan fisik terhadap persediaan yang ada digudang.
2. Sistem Perpetual
Didalam sistem ini, perusahaan menggunakan catatan yang
berkesinambungan untuk setiap mutasi persediaan. Catatan yang
berkesinambungan akan memperlihatkan saldo persediaan sepanjang watu
sehingga memudahkan dalam penyusunan laporan keuangan bulanan kuartal
ataupun tahunan. Setiap terjadi pembelian barang dagang dicatat dalam perkiraan
persediaan barang dagang, dan setiap terjadi penjualan barang dagang selalu
dicatat harga pokoknya, sehingga harga pokok penjualan dapat diketahui sewaktu-
waktu.
Didalam sistem perpetual perusahaan akan mendebet rekening persediaan
pada saat terjadi transaksi pembelian. Sedangkan pada saat perusahaan melakukan
transaksi penjualan, maka akan dibuat dua pencatatan, yang pertama, perusahaan
mendebet rekening kas atau piutang dagang dan mengkredit penjualan sebesar
harga jual barang tersebut. Dan yang kedua, perusahaan mendebet rekening harga
pokok penjualan dan mengkredit rekening persediaan barang dagangan.

5. Sistem Penilaian Persediaan


Menurut PSAK NO. 14 Penilaian terhadap persediaan adalah menentukan
nilai persediaan akhir yang akan dicantumkan dalam neraca. Pada akhir periode
akuntansi, total biaya persediaan harus dialokasikan dalam persediaan yang masih
ada untuk dilaporan di neraca sebagai aset dan dalam persediaan yang terjual
selama periode tersebut untuk dilaporkan laba rugi sebagai beban “harga pokok
penjualan” Ada beberapa metode untuk menentukan nilai persediaan yaitu
sebagai berikut :
a.Metode FIFO (First in First Out)
Metode FIFO mengasumsikan bahwa barang-barang digunakan (dikeluarkan)
sesuai urutan pembeliannya. Dengan kata lain, metode ini mengasumsikan bahwa
barang pertama yang dibeli adalah barang pertama yang digunakan (dalam
perusahaan manufaktur) atau dijual (dalam perusahaan dagang). Dalam semua
kasus Fifo, persediaan dan harga pokok penjualan akan sama pada akhir bulan
terlepas dari apakah yang dipakai adalah sistem persediaan perpetual atau
periodik.
b.Metode LIFO (Last In First Out)
Metode LIFO membandingkan biaya dari barang-barang yang paling akhir dibeli
terhadap pendapatan. Jika yang digunakan adalah persediaan periodik, maka akan
diasumsikan bahwa biaya dari total kuantitas yang terjual atau dikeluarkan selama
satu bulan berasal dari pembelian yang paling akhir.
c. Metode Rata-Rata (Average)
Menurut metode biaya rata-rata didasarkan pada anggapan bahwa barang tersedia
untuk dijual adalah homogen (sejenis). Pada metode ini harga perolehan barang
yang tersedia untuk dijual dilakukan atas dasar harga perolehan rata-rata
tertimbang. Metode ini didasarkan pada suatu asumsi bahwa nilai persediaan akhir
merupakan himpunan harga pokok rata-rata dari persediaan itu sendiri, sehingga
baik nilai persediaan maupun harga pokok barang yang dijual selalu akan
mempunyai bagian yang sama terhadap harga pokok yang terhimpun dari
persediaan tersebut. Metode biaya rata-rata (average cost method) menghitung
harga pos-pos yang terdapat dalam persediaan atas dasar biaya rata-rata barang
yang sama yang tersedia selama suatu periode.

C. METODOLOGI PENELITIAN
1. Objek Penelitian
Objek penelitian ini dilaksanakan pada PT. Tong Indonesia yang berada di
Kawasan Industri sekupang, Sungai Harapan, Sekupang. Batam.

2. Jenis dan Sumber Data


a. Data Primer
Data Primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari menejer
perusahaan melalui wawancara atau pengamatan secara langsung yang dilakuakan
oleh peneliti.
b.Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari PT. Tongfong Indonesia
berupa faktur pembelian dan buku-buku atau materi pembahasan.

3.Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Observasi ( observation )
Teknik observasi adalah metode pengumpulan data dengan melakukan
pengamatan langsung dan mengumpulkan data-data secara langsung
dengan mencatat dan melihat kegiatan-kegiatan yang dilakukan terhadap
objek yang diteliti.
b. Wawancara (Interview)
Wawancara adalah sebuah dialog atau komunikasi secara langsung dengan
pihak-pihak yang berwenang untuk diminta keterangan dan pendapatannya
secara umum mengenai objek penelitian dan masalah yang akan di teliti.
4. Analisis Data

Variabel penelitian ini adalah dengan membandingkan atau


menyesuaikan penerapan variabel tersebut pada perusahaan yang diteliti
dengan teori akuntansi. Analisis yang digunakan adalah analisis kualitatif,
dilakukan dengan membandingkan antara teori dengan pelaksanaan di
lapangan sehingga diketahui seberapa besar pengaruh perbedaan tersebut
terhadap objek penelitian.
D. ANALISA DATA
1. Sistem Pencatatan Persediaan
Dalam sebuah perusahaan, persediaan akan mempengaruhi neraca maupun
laporan laba rugi. Dalam neraca perusahaan dagang, persediaan pada umumnya
merupakan nilai yang paling signifikan dalam aset lancar. Dalam laporan laba
rugi, persediaan bersifat penting dalam menentukan hasil operasi perusahaan
dalam periode tertentu. Metode pencatatan persediaan pada dasarnya dibedakan
menjadi dua, yaitu metode periodik (sistem fisik) dan metode perpetual.
Pada PT. Tongfong Indonesia, pencatatan persediaan dilakukan dengan
menggunakan sistem pencatatan perpetual dimana perusahaan merekap pembelian
dan penjualan persediaan setiap terjadi transaksi. Berikut jenis-jenis persediaan
yang digunakan perusahaan untuk mengolah Natural Gum Base :

Tabel 4.1
Gum Base Tech 013 T F

S/N Raw Material Contry Of Quantity Unit Price Amount


Orgin Kgs (USD) (USD)
1 Pollyisobutylene HM.5H Japan 5,000 2.00 10,000.00
2 Super Softener Singapore 3,008 4,500 13,536.00
3 Gohsenyl NZ-2 Japan 2,000 1.79 3,580.00
4 Gohsenyl NZ-5 Japan 3,000 1.79 5,370.00
5 Vinnapas B1-5 Sp Germany 3,000 1.65 4,950.00
6 Pollybutene HV-300F Japan 1,020 1.05 1.071.00
7 Refined Jelutung (G) Singapore 20.000 3.35 67,000.00
8 Talcum Fowder Japan 16.000 0.48 7,680.00
9 Ester Gum.RE Japan 2,000 1.65 3,300.00
10 Microwac Himix 1080 Japan 6,160 0.94 5,790.40
11 Microwac Himix 1070 Japan 5,400 0.90 4,860.00
12 Type-P(T) Kosher Singapore 2,000 3,250 6,500.00
Total Value : USD 133,637.40
Sumber : PT. Tongfong Indonesia
Tabel 4.2
Gum Base GCBW

S/N Raw Material Contry Of Quantity Unit Price Amount


Orgin Kgs (USD) (USD)
1 Vinnapas B1-5 Sp Germany 3,000 1.65 4.950.00
2 Vinnapas B-14 Sp Germany 11,000 1.65 18,150.00
3 Vinnapas B-17 Germany 3,000 1.65 4.950.00
4 Vinnapas B-30 Germany 3,000 1.65 4.950.00
5 Pollyisibutylene HM.5H Japan 7,000 2.00 14,000.00
6 Talcum Powder Japan 16.000 0.48 7,680.00
7 Super Softener Singapore 3,008 4.500 13,536.00
8 Microwax Himic 1070 Japan 6,190 0.90 5,571.00
9 Type P(V) Singapore 2,000 2.250 4,500.00
Total Value : USD 78,287.00
Sumber : PT. Tongfong Indonesia

Tabel 4.3
Gum Base FM-T (Process Hard)

S/N Raw Material Contry Of Quantity Unit Price Amount


Orgin Kgs (USD) (USD)
1 Talcum Powder Japan 16.000 0.48 7,680.00
2 Vinnapas B-30 Germany 6,000 1.65 9,900.00
3 Vinnapas B-17 Germany 4,000 1.65 6,600.00
4 Vinnapas B-14 Sp Germany 10,000 1.65 16,500.00
5 Vinnapas B1-5 Sp Germany 3,000 1.65 4.950.00
6 Type-455 Netherland 19,873 1.80 35,771.40
7 Pollyisibutylene HM.5H Japan 9,000 2.00 18,000.00
8 Super Softener Singapore 3,008 4.500 13,536.00
9 Type P(V) Singapore 2,000 2.250 4,500.00
Total Value : USD 150,937.40
Sumber : PT. Tongfong Indonesia
Tabel 4.4
Gum Base MID (Process Hard 2)

S/N Raw Material Contry Of Quantity Unit Price Amount


Orgin Kgs (USD) (USD)
1 Talcum Powder Japan 16,000 0.48 7,680.00
2 Vinnapas B-30 Germany 8,000 1.65 13,200.00
3 Vinnapas B-17 Germany 5,000 1.65 8,250.00
4 Vinnapas B-14 Sp Germany 12,000 1.65 19,800.00
5 Vinnapas B1-5 Sp Germany 4,000 1.65 6,600.00
6 Type-4555 Netherland 19,873 1.80 35,771.40
7 Refined Jelutung (G) Japan 5,000 3.35 16,750.00
8 Pollyisibutylene HM.5H Japan 10,000 2.00 20,000.00
9 Super Softener Singapore 3,008 4.500 13,538.00
10 Type-P(V) Singapore 2,000 2.250 4,500.00
11 Pollybutene HV-1900 F Japan 4,080 1.05 4,284.00
Total Value : USD 150,373.40
Sumber : PT. Tongfong Indonesia

Berikut merupakan contoh jurnal dalam persediaan yang tercatat oleh perusahaan
pada tahun 2013 dalam sistem Perpetual :
1.Pencatatan dalam Transaksi pembelian
Tabel 4.5
Contoh jurnal Pencatatan Pembelian

Tanggal Keterangan Jurnal


1 Januari Refined Jelutung $ 67.000
Kas $ 67.000

14 Januari Vinnapas B1-5 Sp USD 4.950


Kas USD 4.950

24 Januari Microwax Himix 1070 USD 5,571


Kas USD 5,571

3 Februari Talcum Powder USD 7,680


Kas USD 7,680

20 Februari Pollyisobutylene HM.5H USD 10,000


Kas USD 10,000

2 Maret Vinnapas B-30 USD 13,200


Kas USD 13,200

13 Maret Super Softener USD 13,536


Kas USD 13,536

25 Maret Type-4555 USD 35,771


Kas USD 35,771

5 April Gohsenyl NZ-2 USD 3,580


Kas USD 3,580

16 April Vinnapas B-17 USD 6,600


Kas USD 6,600

26 April Super Softener USD 13,536


Kas USD 13,536

6 Mei Refined Jelutung (G) USD 67,000


Kas USD 67,000

17 Mei Type-455 USD 35,771


Kas USD 35,771

Sumber : PT. Tongfong Indonesia


Tabel 4.6
Contoh jurnal Pencatatan Pembelian (Lanjutan)

Tanggal Keterangan Jurnal


28 Mei Refined Jelutung (G) $ 67,000
Kas $ 67,000

11 Juni Vinnapas B-14 Sp USD 19,800


Kas USD 19,800

24 Juni Gohsenyl NZ-5 USD 5,370


Kas USD 5,370

2 Juli Pollyisobutylene HM.5H USD 20,000


Kas USD 20,000
12 Juli Ester Gum.RE USD 3,300
Kas USD 13,200
23 Juli
Super Softener $ 13,536
Kas $ 13,536
3 Agustus
Type P(V) $ 4,500
Kas $ 4,500
12 Agustus
Gohsenyl NZ-2 USD 3,580
Kas USD 3,580
30 Agustus
Pollybutene HV-1900 F USD 6,600
Kas USD 6,600
10 September
Gohsenyl NZ-2 USD 3,580
23 September
Kas USD 3,580

Super Softener $ 13,536


2 Oktober Kas $ 13,536

Ester Gum.RE USD 3,300


15 Oktober Kas USD 3,300

Vinnapas B1-5 Sp USD 6,600


Kas USD 6,600

Sumber : PT. Tongfong Indonesia


Tabel 4.7
Contoh jurnal Pencatatan Pembelian (Lanjutan)

Tanggal Keterangan Jurnal


25 Oktober Type-455 USD 35,771
Kas USD 35,771
5 November Gohsenyl NZ-5 USD 5,370
Kas USD 5,370
18 November
Microwax Himic 1070 USD 5,571
Kas USD 5,571

3 Desember Type P(V) $ 4,500


Kas $ 4,500

16 Desember Pollybutene HV-1900 F USD 4,284


Kas USD 4,284

Sumber : PT. Tongfong Indonesia

2. Pencatatan dalam Transaksi Penjualan

Tabel 4.8
Contoh Jurnal Pencatatan Penjualan

Tanggal Keterangan Jurnal


8 Januari Kas $120.000
Tech 013 TF $ 120.000

20 Januari Kas $ 26,500


FM-T $ 26,500

30 Januari $ 2,050
Kas
GCBW $ 2,050
10 Februari
Kas $ 87,000
FM-T $ 87,000

Sumber : PT. Tongfong Indonesia


Tabel 4.9
Contoh Jurnal Pencatatan Penjualan ( Lanjutan )

Tanggal Keterangan Jurnal


26 Februari Kas $ 4,185
Tech 013 TF $ 4,185

8 Maret Kas $ 44,400


EXM $ 44,400

19 Maret $ 5,300
Kas
GCBW $ 5,300
30 Maret
Kas $ 12,610
11 April FM-T $ 12,610

Kas $ 9,690
EXM $ 9,690
22 April
Kas $ 4,250
FM-T $ 4,250
30 April
Kas $ 24,750
Tech 013 T F $ 24,750
12 Mei
Kas
GCBW $ 4,050
23 Mei $ 4,050
Kas
30 Mei FM-T $ 49,050
$ 49,050
Kas
17 Juni
Tech 013 T F $ 27,160
$ 27,160
29 Juni Kas
GCBW $ 2,909
$ 2,909
8 Juli Kas
Tech 013 T F $ 2,484
$ 2,484
Kas
FM-T $ 2,909
$ $ 2,909
Sumber : PT. Tongfong Indonesia
Tabel 4.10
Contoh Jurnal Pencatatan Penjualan ( Lanjutan )

Tanggal Keterangan Jurnal


19 Juli Kas $ 372
Tech 013 TF $ 372

29 Juli Kas $ 5,390


EXM $ 5,390

9 Agustus Kas $ 21,600


GCBW $ 21,600
20 Agustus
Kas $ 12,610
FM-T $ 12,610
30 Agustus
Kas $ 5,370
EXM $ 5,370

16 September Kas $ 6,300


Tech 013 T F $ 6,300

30 September Kas $ 1,903


FM-T $ 1,903

7 Oktober Kas $ 647


GCBW $ 647

21 Oktober Kas $ 32,000


FM-T $ 32,000
30 Oktober Kas $ 11,780
FM-T $ 11,780
11 November
Kas $ 2,909
Tech 013 T F $ 2,909

25 November Kas $ 17,250


GCBW $ 2,484
11 Desember
Kas $ 14,400
FM-T $ 14,400

22 Desember Kas $ 37,810


EXM $ 37,810
Sumber : PT. Tongfong Indonesia
Dalam kasus ini, pencatatan persediaan yang dilakukan oleh PT. Tongfong
Indonesia untuk setiap transaksi pembelian dicatat sesuai nama persediaan yang
akan dibeli seperti pembelian Refined Jelutung dijurnal dengan menggunakan
nama barang Refined Jelutung, serta dalam penjualan Gum Base Tech 013 TF
dijurnal dengan nama Gum Base Tech 013 TF. Dari data diatas dapat
disimpulkam bahwa Pencatatan yang dibuat oleh PT. Tongfong Indonesia tidak
sesuai dengan PSAK NO.14 karena pada saat terjadi transaksi penjualan
perusahaan hanya membuat satu pencatatan seperti pada penjualan Gum Base
Tech 013 TF, Perusahaan mendebet rekenig Kas dan mengkredit Gum Base Tech
013 TF sedangkan pada PSAK NO.14 pada saat perusahaan melakukan transaksi
penjualan dibuat dua pencatatan, yang pertama, perusahaan mendebet rekening
kas atau piutang dagang dan mengkredit penjualan sebesar harga jual barang
tersebut. Dan yang kedua, perusahaan mendebet rekening harga pokok penjualan
dan mengkredit rekening persediaan barang dagangan.

2. Sistem Penilaian Persediaan


Penilaian persediaan adalah menentukan nilai persediaan yang akan
disajikan dalam laporan keuangan. Penilaian persediaan mempunyai pengaruh
penting pada pendapatan yang dilaporkan pada posisi keuangan perusahaan. Oleh
karena itu penilaian persediaan harus sesuai dengan kenyataan sehingga
persediaan tersebut benar-benar menunjukkan jumlah atau nilai yang wajar
dicantumkan dalam laporan keuangan. Dalam hubungannya dengan persediaan,
harga pokok adalah jumlah semua pengeluaran-pengeluaran langsung atau tidak
langsung yang berhubungan dengan perolehan, penyiapan dan penepatan
persediaan tersebut agar dapat dijual.
PT. Tongfong Indonesia sebagai perusahaan manufaktur merupakan
perusahaan yang berorientasi pada laba. Penilaian persediaan sangat penting
karena dapat mempengaruhi secara langsung jumlah laba/rugi bersih yang
dilaporkan untuk priode tertentu. Adapun sistem penilaian yang digunakan oleh
PT. Tongfong Indonesia adalah sebagai berikut :
a. Penilaian Persediaan Bahan Baku
Adapun metode yang digunakan oleh perusahaan dalam menilai
persediaan bahan baku yaitu mengunakan metode FIFO dimana dalam metode ini
harga beli dari barang yang pertama kali masuk dalam persediaan akan menjadi
biaya yang pertama kali dibebankan pada harga pokok penjualan.
PT. TONGFONG INDONESIA
DAFTAR MASUK PERSEDIAAN
DALAM JANUARI – DESEMBER 2013

Date Product Quantity Unit Price Amount


Kgs ( USD ) ( USD )
2 Januari Tech 013 T F 31,000 2.00 62,000.00
14 Januari FM-T 13,000 1.65 21,450.00
24 Januari GCBW 1,020 1.05 1,071.00
4 Februari FM-T 20,000 3.35 67,000.00
20 Februari Tech 013 T F 2,000 1.79 3,580.00
2 Maret MID 32,000 0.48 15,360.00
13 Maret GCBW 2,000 1.65 3,300.00
25 Maret MID 6,160 0.94 5,790.40
5 April EXM 5,400 0.90 4,860.00
16 April FM-T 2,000 3,250 6,500.00
26 April Tech 013 T F 17,000 1.65 28,050.00
6 Mei EXM 2,000 2,250 4,500.00
17 Mei FM-T 12,032 4,500 54,144.00
28 Mei Tech 013 T F 39,746 1.80 71,542.80
11 Juni MID 4,080 1.05 4,284.00
24 Juni EXM 138 Pcs 18.00 2,484.00
2 Juli MID 19,930Sh 0.146 2,909.78
19,500Sh 0.161 3,139.50
12 Juli Tech 013 T F 10 Pcs 37.28 372,80
23 Juli EXM 6 Rolls 898.37 5,390.22
2 Agustus GCBW 12,000 1.65 19,800.00
12 Agustus EXM 6 Bottles 14.11 84.66
30 Agustus MID 10 Pails 20.00 5,370.00
10 September Tech 013 T F 3,000 1.79 200.00
23 September FM-T 156 Pcs 12.20 1,903.20
2 Oktober GCBW 2 Boxes 323.58 647.16
15 Oktober MID 33,000 1.65 54,450.00
25 Oktober FM-T 6,190 0.90 5,571.00
5 November Tech 013 T F 5,000 3.35 16,750.00
18 November GCBW 2,000 2,250 4,500.00
3 Desember FMT 32,000 0.48 15,360.00
16 Desember EXM 19,873 1.80 71,542.80

Total Value : USD 526,980.00


Sumber : PT. Tongfong Indonesia
PT. TONGFONG INDONESIA
DAFTAR KELUAR PERSEDIAAN
DALAM JANUARI – DESEMBER 2013

Date Product Quantity Unit Price Amount


Kgs ( USD ) ( USD )
8 Januari Tech 013 T F 30,000 4.00 120,000.00
20 Januari FM-T 10,000 2.65 26,500.00
30 Januari GCBW 1,000 2.05 2,050.00
10 Februari FM-T 20,000 4.35 87,000.00
26 Februari Tech 013 T F 1,500 2.79 4,185.00
8 Maret MID 30,000 1.48 44,400.00
19 Maret GCBW 2,000 2.65 5,300.00
30 Maret MID 6,500 1.94 12,610.00
11 April EXM 5,100 1.90 9,690.00
22 April FM-T 1,000 4,250 4,250.00
30 April Tech 013 T F 15,000 1.65 24,750.00
12 Mei EXM 1,800 2,250 4,050.00
23 Mei FM-T 10,900 4,500 49,050.00
30 Mei Tech 013 T F 9,700 2.80 27,160.00
17 Juni MID 4,080 1.05 4,284.00
29 Juni EXM 138 Pcs 1.00 2,484.00
8 Juli MID 19,930Sh 0.146 2,909.78
19,500Sh 0.161 3,139.50
19 Juli Tech 013 T F 10 Pcs 37.28 372.80
29 Juli EXM 6 Rolls 898.37 5,390.22
9 Agustus GCBW 12,000 1.80 21,600.00
20 Agustus EXM 6 Bottles 14.11 84.66
30 Agustus MID 10 Pails 20.00 5,370.00
16 September Tech 013 T F 3,500 1.80 6,300.00
30 September FM-T 156 Pcs 12.20 1,903.20
7 Oktober GCBW 2 Boxes 323.58 647.16
21 Oktober MID 20,000 1.60 32,000.00
30 Oktober FM-T 6,200 1.90 11,780.00
11 November Tech 013 T F 5,000 3.45 17,250.00
25 November GCBW 3,000 2,350 7,050.00
11 Desember FMT 30,000 0.48 14,400.00
22 Desember EXM 19,900 1.90 37,810.00

Total Value : USD 595,769.54

Sumber : PT. Tongfong Indonesia


Dari data diatas dapat disimpulkam bahwa Penilaian yang dibuat oleh PT.
Tongfong Indonesia telah sesuai dengan PSAK NO. 14.

3. Penyajian Persediaan dalam Laporan Keuangan


Didalam laporan keuangan, rekening persediaan disajikan pada laporan
laba rugi dan neraca. Pada PT. Tongfong Indonesia ini, perkiraan persediaan yang
disajikan dalam neraca diletakkan didalam kelompok aset lancar, yaitu setelah
perkiraan kas berdasarkan tingkat likuiditasnya. Sedangkan dalam laporan laba
rugi persediaan disajikan dalam rangka untuk penentuan harga pokok penjualan,
dimana harga pokok penjualan diperoleh dari persediaan awal ditambah
pembelian kemudia dikurangi dengan nilai persediaan akhir. Penyajian persediaan
ini harus dicatat dengan tepat agar fungsi laporan keuangan sebagai alat untuk
memberikan informasi kepada pengguna laporan keuangan dalam rangka
pengambilan keputusan dapat dicapai.
PT. Tongfong Indonesia yang merupakan perusahaan manufaktur yang
bergerak dibidang industry memiliki tiga jenis persediaan yaitu persediaan bahan
baku, persediaan dalam proses dan persediaan barang jadi yang mana didalam
neraca penyajian persediaan pada perusahaan ini disajikan secara keseluruhan dari
semua persediaan yang dimiliki tanpa dirinci satu persatu ketiga jenis persediaan
tersebut. Dalam hal ini penyajian laporan keuangan PT. Tongfong Indonesia telah
sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan.

4.Pengungkapan
Pengungkapan yang terdapat pada PT. Tongfong Indonesia adalah :
1). Pada PT. Tongfong Indonesia pengukuran persediaan menggunakan biaya
pembelian. Dengan rumus biaya : Pembelian = Jumlah Barang x harga Satuan.
2). Pada PT. Tongfong Indonesia Total jumlah harga persediaan menurut jenisnya
dicatat yaitu persediaan bahan baku.
3). Pada PT. Tongfong Indonesia Jumlah persediaan dicatat dengan nilai yang
sebenarnya.
4). Pada PT. Tongfong Indonesia Jumlah persediaan yang diakui sebagai biaya
selama periode berjalan.
5). Pada PT. Tongfong Indonesia apabila terjadi penurunan harga jual produk,
maka kerugian tersebut akan diakui sebagai beban dalam priode berjalan.
6). Pada PT. Tongfong Indonesia apabila terjadi kerusakan kualitas Produk maka
produk tersebut akan diganti dengan produk yang baru.
7).Pada PT. Tongfong Indonesia Perusahaan tidak memiliki pemulihan nilai
persediaan.
8). Pada PT. Tongfong Indonesia Perusahaan memiliki persediaan yang nilainya
diperuntukkan sebagai jaminan kewajiban.
Dalam hal ini dapat ditarik kesimpulan bahwa pengungkapan yang
terdapat pada PT. Tongfong Indonesia tidak sesuai dengan PSAK NO. 14.
Berdasarkan hasil pembahasan tersebut, dapat dibuat sebuah tabel
perbandingan antara perlakuan akuntansi persediaan pada PT. Tongfong Indonesia
dengan PSAK NO. 14 sebagai berikut :

Analisis kesesuaian PSAK NO. 14 dengan hasil penelitian di


PT. Tongfong Indonesia

No Analisis PSAK NO. 14 PT. Tongfong Indonesia Sesuai Tidak Sesuai

1 Pencatatan Metode pencatatan persediaan Pada PT. Tongfong


pada dasarnya dibedakan Indonesia, pencatatan
menjadi dua, yaitu metode persediaan dilakukan
periodik dan metode dengan menggunakan
perpetual. Pada metode sistem pencatatan 
periodik transaksi dicatat perpetual. Pada saat
diakhir periode sedangkan terjadi transaksi
pada metode perpetual pada penjualan perusahaan
saat perusahaan melakukan hanya membuat satu
transaksi penjualan dibuat dua pencatatan.
pencatatan.

2 Penilaian Penilaian persediaan adalah Pada PT. Tongfong


menentukan nilai persediaan Indonesia Penilaian
yang akan disajikan dalam persediaan perusahaan
laporan keuangan. Penilaian dalam menilai persediaan
persediaan mempunyai bahan baku yaitu
pengaruh penting pada mengunakan metode
pendapatan yang dilaporkan FIFO dimana dalam 
pada posisi keuangan metode ini harga beli
perusahaan. Oleh karena itu dari barang yang pertama
penilaian persediaan harus kali masuk dalam
sesuai dengan kenyataan persediaan akan menjadi
sehingga persediaan tersebut biaya yang pertama kali
benar-benar menunjukkan dibebankan pada harga
jumlah atau nilai yang wajar pokok penjualan.
dicantumkan dalam laporan
keuangan.
3 Penyajian Didalam laporan keuangan, Pada PT. Tongfong
rekening persediaan disajikan Indonesia, persediaan
pada laporan laba rugi dan yang disajikan dalam 
neraca. neraca diletakkan
didalam kelompok aset
lancar, Sedangkan dalam
laporan laba rugi
persediaan disajikan
dalam rangka untuk
penentuan harga pokok
penjualan.

4 Pengungkapan Pengungkapan dalam laporan


keuangan :
a.Kebijakan akuntansi yang Pada PT. Tongfong 
digunakan dalam pengukuran Indonesia pengukuran
persediaan, termasuk rumus persediaanmenggunakan
biaya yang digunakan. biaya pembelian.

b.Total jumlah tercatat Pada PT. Tongfong


persediaan dan jumlah nilai Indonesia Total jumlah 
tercatat menurut klasifikasi harga persediaan
yang sesuai bagi entitas. menurut jenisnya dicatat.

c. Jumlah tercatat persediaan Pada PT. Tongfong


yang dicatat dengan nilai Indonesia Jumlah
wajar dikurangi biaya untuk persediaan dicatat 
menjual. dengan nilai yang
sebenarnya

d.Jumlah persediaan yang Pada PT. Tongfong


diakui sebagai beban selama Indonesia Jumlah
periode berjalan. persediaan yang diakui 
sebagai biaya selama
periode berjalan.

e. Jumlah setiap penurunan Pada PT. Tongfong


nilai yang diakui sebagai Indonesia apabila terjadi
pengurang jumlah persediaan penurunan harga jual 
yang diakui sebagai beban produk, maka kerugian
dalam periode berjalan. tersebut akan diakui
sebagai beban dalam
priode berjalan.
f.Jumlah dari setiap Pada PT. Tongfong
pemulihan dari setiap Indonesia apabila terjadi
penurunan nilai yang diakui. kerusakan kualitas 
Produk maka produk
tersebut akan diganti
dengan produk yang
baru.

g. Kondisi atau peristiwa Pada PT. Tongfong


penyebab terjadinya Indonesia Perusahaan
pemulihan nilai persediaan. tidak memiliki 
pemulihan nilai
persediaan.

h. Nilai tercatat persediaan Pada PT. Tongfong


yang diperuntukkan sebagai Indonesia Perusahaan
jaminan kewajiban. memiliki persediaan

yang nilainya
diperuntukkan sebagai
jaminan kewajiban.

E. KESIMPULAN
1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian, analisis dan pembahasan maka dari penulisan skripsi
ini dapat ditarik kesimpulan bahwa perlakuan akuntansi pada penilaian dan
penyajian pada PT. Tongfong Indonesia telah sesuai dengan PSAK NO. 14
sedangkan pencatatan dan Pengungkapan pada PT. Tongfong Indonesia tidak
sesuai dengan PSAK NO. 14.

2. Saran
Penulis menyarankan agar PT. Tongfong Indonesia membuat catatan atas
laporan keuangan untuk dapat memperjelas maksud dari laporan keuangan dan
agar dapat menguraikan kebijakan atau hal-hal penting yang di anut oleh
perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai