Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Manajemen, Ekonomi, Keuangan dan Akuntansi (MEKA)

Vol 3, No 1, Mei 2022, pp. 454-462


p-ISSN 2686-1372, e-ISSN 2686-4363
http://ejurnal.poltekkutaraja.ac.id/index.php/meka

Perlakuan Akuntansi Persediaan Bahan Baku, Persediaan Dalam


Proses, dan Persediaan Barang Jadi Berdasarkan SAK EMKM
Pada UD Teguh Raharjo Ponorogo
Yopie Diondy Kurniawan 1,VHalleina Rejeki Putri Hartono2
1
Jurusan Komputer Akuntansi, Prodi Komputerisasi Akuntansi, Politeknik Negeri Madiun
2
Jurusan Komputer Akuntansi, Prodi Akuntansi, Politeknik Negeri Madiun
Email: Yopie86@pnm.ac.id, halleina.hartono@gmail.com

Abstrak - UD Jenang Teguh Raharjo Ponorogo adalah sebuah perusahaan manufaktur yang bergerak di
bidang industri pembuatan makanan khususnya jenang. Jenang Teguh Raharjo beralamatkan di Jalan
Wibisono No. 90 Desa Kepatihan Kota, Kabupaten Ponorogo. UD Jenang Teguh Raharjo Ponorogo dalam
proses menjalankan usahanya menggunakan persediaan bahan baku, persediaan dalam proses, dan
persediaan barang jadi. Perlakuan akuntansi terhadap persediaan secara baik dan benar harus dilakukan
sesuai dengan standar yang berlaku di Indonesia. Perlakuan akuntansi yang baik dan benar bertujuan untuk
mempermudah pekerjaan dalam pengendalian persediaanya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
perlakuan akuntansi persediaan bahan baku, persediaan dalam proses, dan persediaan barang jadi
berdasarkan SAK EMKM. Seluruh data yang telah terkumpul akan dianalisis dan diolah. Penelitian ini
menggunakan metode penilaian FIFO (First In First Out) untuk mengetahui harga pokok penjualan seluruh
persediaan. Penggunaan metode penilaian FIFO (First In First Out) dipilih karena metode ini sering
digunakan. Metode pencatatannya menggunakan metode periodik karena lebih mudah digunakan. Hasil
dari penelitian ini adalah menyajikan perlakuan akuntansi persediaan bahan baku, persediaan dalam proses,
dan persediaan barang jadi berdasarkan SAK EMKM agar mempermudah pekerjaan perusahaan dalam hal
penilaian dan pencatatan persediaannya.

Kata Kunci : Persediaan, Perlakuan Akuntansi, SAK EMKM, Metode FIFO, Metode Periodik
Abstract - UD Jenang Teguh Raharjo Ponorogo is a manufacturing company engaged in the food
manufacturing industry, especially jenang. Jenang Teguh Raharjo's address is at Jalan Wibisono No. 90
Village of Kepatihan Kota, Ponorogo Regency. In the process of running its business, UD Jenang Teguh
Raharjo Ponorogo uses raw material inventory, work in process inventory, and finished goods inventory..
The accounting treatment of inventory properly and correctly must be carried out in accordance with
applicable standards in Indonesia. Good and correct accounting treatment aims to facilitate work in
inventory control. The purpose of this study was to determine the accounting treatment of raw material
inventory, work-in-process inventory, and finished goods inventory based on SAK EMKM. All data that
has been collected will be analyzed and processed. This study uses the FIFO (First In First Out) valuation
method to determine the cost of goods sold for all inventories. The use of the FIFO (First In First Out)
valuation method was chosen because this method is often used. The recording method uses the periodic
method because it is easier to use. The result of this research is to present the accounting treatment of raw
material inventory, work-in-process inventory, and finished goods inventory based on SAK EMKM in
order to facilitate the company's work in terms of evaluating and recording its inventory.

Keywords: Inventory, Accounting Treatment, SAK EMKM, FIFO Method, Periodic Method

1. Pendahuluan
Sebuah perusahaan pada dasarnya dibentuk karena memiliki tujuan utama yaitu untuk memperoleh
laba yang optimal (Efendi, 2015:1). Selain memperoleh laba, tujuan lain dibentuknya perusahaan adalah
untuk menjaga kontinuitas usaha agar perusahaan dapat berjalan dengan baik dan dapat berkembang. Laba
dapat diperoleh dari aktivitas operasi perusahaan yang dilakukan secara terus-menerus. Perolehan laba bagi
perusahaan jasa berasal dari jasa yang telah diberikan kepada customer atau pelanggan setelah dikurangi
beban. Bagi perusahaan dagang, laba dapat diperoleh dari penjualan barang dagang yang telah dibeli dari
pemasok tanpa perlu adanya pengolahan. Berbeda dari perusahaan dagang, perusahaan manufaktur
memperoleh laba dari penjualan barang jadi dengan melalui proses pengolahan setelah dikurangi oleh
beban-beban yang ada.
Banyak perusahaan terkadang dalam pencatatan maupun penilaian dari perlakuan akuntansi
persediaan suatu perusahaan belum dilakukan dengan baik atau belum sesuai dengan standar akuntansi
yang berlaku di Indonesia. Hal ini dikarenakan beberapa faktor diantaranya kekurangan informasi terhadap
metode pencatatan dan penilaian persediaan dari pihak perusahaan, ataupun perusahaan sudah merasa

Yopie| Page 454


Jurnal Manajemen, Ekonomi, Keuangan dan Akuntansi (MEKA)
Vol 3, No 1, Mei 2022, pp. 454-462
p-ISSN 2686-1372, e-ISSN 2686-4363
http://ejurnal.poltekkutaraja.ac.id/index.php/meka

cocok dengan metode yang telah diterapkan dan digunakan selama ini sehingga perusahaan enggan untuk
mengganti metode lama dengan metode baru yang sesuai dengan standar yang berlaku sebenarnya.
Penilaian terhadap persediaan akan menjadi suatu sarana untuk memberikan informasi yang dapat
digunakan dalam evaluasi perusahaan serta sebagai alat pengendalian intern yang baik. Pengendalian intern
atas persediaan mutlak diperlukan karena persediaan tergolong cukup lancar/likuid. Sesungguhnya ada dua
tujuan utama dari diterapkannya pengendalian internal tersebut, yaitu untuk mengamankan atau mencegah
aset perusahaan (persediaan) dari tindakan pencurian, penyelewengan, penyalahgunaan, dan kerusakan,
serta menjamin keakuratan (ketepatan) penyajian persediaan dalam laporan keuangan (Sambara, 2018:2).
UD Teguh Raharjo Ponorogo adalah sebuah perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang industri
pembuatan makanan khususnya jenang. UD Teguh Raharjo beralamatkan di Jalan Wibisono No. 90 Desa
Kepatihan Kota, Kabupaten Ponorogo. Perusahaan ini sedang berkembang pesat. Hal ini dibuktikan dengan
adanya perkembangan omset yang dimiliki oleh perusahaan tiga tahun terakhir. Omset pada tahun 2017
kurang lebih sebesar Rp110.000.000/bulan, tahun 2018 sebesar Rp120.000.000/bulan, dan pada tahun 2019
sebesar Rp130.000.000/bulan. Perkembangan perusahaan juga dapat dibuktikan dengan banyak peminat
yang menjadikan jenang sebagai oleh-oleh khas Ponorogo. Banyak peminat yang datang karena menyukai
berbagai variasi rasa jenang ini. Produk yang dimiliki perusahaan berjumlah 10 variasi rasa. Banyaknya
jenis persediaan yang ada di perusahaan dapat menyebabkan kesalahan dalam pencatatan dan penilaian
persediaan. Hal ini akan berdampak terhadap laporan keuangan perusahaan karena aktivitas perusahaan
melibatkan persediaan tersebut dimana berhubungan langsung terhadap pendapatan. Selain itu, persediaan
rentan terhadap kehilangan atau penyelewengan bagi perusahaan dalam menjalankan kegiatan
operasionalnya. Karena itulah perlu diterapkan standar akuntansi yang sesuai yaitu Standar Akuntansi
Keuangan Entitas Mikro, Kecil, dan Menengah (SAK EMKM) agar informasi akuntansi diperoleh dengan
benar. Informasi akuntansi yang benar dapat dijadikan sebagai alat pengendalian intern yang baik.

2. KERANGKA TEORI
Suwardjono, dkk (2015) mengatakan bahwa kata akuntansi berasal dari kata bahasa Inggris to account
yang berarti memperhitungkan atau mempertangungjawabkan. Kata akuntansi sebenarnya diserap dari
kata accountancy yang berarti hal-hal yang bersangkutan dengan accountant (akuntan) atau
bersangkutan dengan hal-hal yang dikerjakan oleh akuntan dalam menjalankan profesinya. Hery (2015:6)
mendefinisikan akuntansi sebagai sebuah sistem informasi yang memberikan laporan kepada para
pengguna informasi akuntansi atau kepada pihak-pihak yang memiliki kepentingan (stakeholder) terhadap
hasil kinerja dan kondisi keuangan perusahaan. IAI (Ikatan Akuntansi Indonesia) memiliki pendapat
akuntansi merupakan pengidentifikasian, pencatatan, dan melaporkan informasi ekonomi untuk
memungkinkan adanya penilaian-penilaian dan keputusan yang jelas serta tegas bagi mereka yang
menggunakan informasi.

2.1 Persediaan
Setiap perusahaan pasti memiliki persediaan yang dapat digunakan sebagai aset terpenting yang harus
dimiliki. Tanpa adanya persediaan, perusahaan tidak akan bisa menjalankan kegiatan operasionalnya
dengan lancar serta tidak akan memperoleh laba sesuai dengan target yang ingin dicapai. Perputaran arus
persediaan harus berjalan dengan lancar agar kegiatan perusahaan tidak terhambat dan menyebabkan
perusahaan tidak dapat menjalankan lagi usahanya. SAK EMKM (2016:21) mendefinisikan persediaan
adalah aset untuk dijual dalam kegiatan normal, dalam proses produksi untuk kemudian dijual, atau dalam
bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa. SAK EMKM
BAB 9 tentang persediaan (2016:21) ini juga berlaku untuk persediaan yang merupakan produk agrikultur,
yaitu hewan atau tanaman hidup, yang telah dipanen untuk kemudian dijual, atau untuk digunakan dalam
proses produksi dan kemudian dijual. Penulis dapat menjelaskan bahwa persediaan merupakan aset lancar
yang harus dimiliki oleh perusahaan untuk menjalankan aktivitas operasionalnya yang tersedia untuk dijual
maupun sebagai perlengkapan untuk proses produksi atau pemberian jasa.

2.2 Metode Penilaian Persediaan


Setiap kali dilakukan pembelian persediaan, harganya tidak selalu sama. Oleh karenanya arus fisik barang
seringkali tidak menggambarkan arus biaya. (Hariyati dan Handayani, 2019:40). Penilaian persediaan perlu
menggunakan metode yang tepat. Penggunaan metode ini digunakan untuk menetukan harga pokok
penjualan yang paling tepat dalam mencerminkan laba periodik. Terdapat beberapa metode yang dapat
digunakan; diantaranya FIFO (First-in First-Out), rata-rata, dan identifikasi khusus.

Yopie| Page 455


Jurnal Manajemen, Ekonomi, Keuangan dan Akuntansi (MEKA)
Vol 3, No 1, Mei 2022, pp. 454-462
p-ISSN 2686-1372, e-ISSN 2686-4363
http://ejurnal.poltekkutaraja.ac.id/index.php/meka

2.3 Metode FIFO (First-in First-Out)


Harga pokok dalam metode FIFO adalah dari barang yang pertama kali dibeli adalah yang akan diakui
pertama kali sebagai harga pokok penjualan. Penggunaan metode FIFO dalam penilaian persediaan yang
akan menjadi nilai persediaan akhir adalah harga pokok dari unit atau barang yang terakhir dibeli. Jika
perusahaan menggunakan metode FIFO dalam metode penilaiannya untuk menentukan harga pokok maka
pencapaian laba akan lebih maksimal (Aan Darwati dkk : 2015).

2.4 Metode Rata-Rata (Average Cost Method)


Jika menggunakan metode rata-rata, maka harga pokok penjualan barang per unit berdasarkan rata-rata
dari harga perolehan per unit barang yang tersedia untuk dijual. Metode Average akan memberikan
harga pokok penjualan yang lebih rendah daripada metode FIFO dan Metode Average akan memberikan
laba bersih yang lebih besar jika dibandingkan Metode FIFO.

2.5 Identifikasi Khusus


Metode ini memerlukan identifikasi untuk masing-masing barang dalam persediaan. Dalam kondisi harga
barang yang cenderung naik, penggunaan Metode LIFO(MTKP) oleh PT. Setia Makmur, Surabaya untuk
menilai persediaan Barang Dagangannya tidak tepat, karena akan cenderung menghasilkan penyajian
Beban Pokok Penjualan yang terlalu tinggi (overstated) (alosious, 2020).
Kemudian pada Uno 2019 Penyusunan laporan keuangan sesuai dengan SAK EMKM bagi pelaku UMKM
masih merupakan hal yang tabu karena pengenalan SAK EMKM di kalangan pelaku usaha ini belum pernah
dilakukan. Harga pokok dalam metode identifikasi khusus yang dibebankan sebagai beban pokok penjualan
dan harga pokok persediaan akhir merupakan harga pokok yang sebenarnya.

3. METODE PENELITIAN
3.1 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dapat didefinisikan sebagai proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang
diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dengan mengorganisasikan data ke
dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, meyusun ke dalam pola, memilih mana
yang penting dan yang akan dipelajari kemudian membuat kesimpulan (Sugiyono 2016:244). Teknik
analisis data yang digunakan penulis adalah sebagai berikut.
1. Mengelompokkan seluruh bukti transaksi yang berkaitan dengan persediaan selama tahun 2019.
2. Seluruh persediaan diakui dengan cara membuat ayat jurnal yang sesuai. Ayat jurnal dicatat
menggunakan metode periodik.
a. Persediaan bahan baku
Persediaan bahan baku diakui pada saat perusahaan melakukan transaksi untuk pembelian
bahan baku baik secara tunai maupun kredit.
Jurnal pembelian tunai persedian bahan baku yaitu persediaan bahan baku di posisi debet dan
kas di posisi kredit. Hal ini berarti bahwa kas perusahaan berkurang dan persediaan bahan
baku bertambah. Persediaan bahan baku bertambah di posisi debet karena saldo normal
persediaan bahan baku adalah pada debet. Kas berkurang di posisi kredit karena saldo normal
kas adalah pada debet. Jurnal pembelian kredit persedian bahan baku yaitu persediaan bahan
baku di posisi debet dan hutang di posisi kredit. Hal ini berarti bahwa persediaan bahan baku
bertambah dan hutang bertambah. Hutang bertambah pada posisi kredit karena saldo normal
hutang berada di posisi kredit.
b. Persediaan dalam Proses
Persediaan dalam proses diakui pada saat bahan baku telah diubah menjadi barang setengah
jadi/barang dalam proses dan belum selesai proses produksinya. Barang dalam proses ini
walaupun belum selesai proses produksinya dan belum menjadi barang jadi untuk dijual
melibatkan biaya produksi dalam pembuatannya.
c. Persediaan Barang Jadi
Persediaan barang jadi diakui pada saat bahan baku yang telah diolah menjadi barang jadi dan
belum terjual. Barang jadi ini diperoleh dari barang dalam proses yang selesai
pembuatannya dan memiliki harga pokok produksi.
3. Pengukuran persediaan menurut SAK EMKM terdapat dua metode. Entitas harus memiih salah satu
dari metode tersebut. Metode yang digunakan untuk mengukur atau menilai persediaan dalam
penelitian ini adalah metode FIFO.
a. Persediaan bahan baku diukur berdasarkan nilai perolehan.

Yopie| Page 456


Jurnal Manajemen, Ekonomi, Keuangan dan Akuntansi (MEKA)
Vol 3, No 1, Mei 2022, pp. 454-462
p-ISSN 2686-1372, e-ISSN 2686-4363
http://ejurnal.poltekkutaraja.ac.id/index.php/meka

b. Persediaan dalam proses diukur berdasarkan biaya yang digunakan dalam pembuatan barang
dalam proses/barang setengah jadi.
c. Persediaan barang jadi diukur berdasarkan seluruh biaya yang terjadi pada proses produksi mulai
dari pembuatan hingga terbentuk menjadi barang jadi.
4. Penyajian Persediaan
a. Persediaan bahan baku disajikan dalam laporan posisi keuangan serta laporan laba rugi.
b. Persediaan dalam proses disajikan dalam laporan posisi keuangan serta laporan laba rugi.
Persediaan barang jadi disajikan dalam laporan posisi keuangan serta laporan laba rugi.
c. Persediaan barang jadi yang terdapat pada laporan posisi keuangan merupakan nilai persediaan
barang jadi yang dimiliki oleh perusahaan.
5. Pengungkapan Persediaan
a. Persediaan bahan baku diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.
b. Persediaan dalam proses diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.
c. Persediaan barang jadi diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.

4. HASIL
Persediaan dalam proses merupakan akun yang menunjukan nilai bahan baku, tenaga kerja, dan overhead
pabrik yang telah digunakan dalam proses produksi tetapi belum selesai sebagai barang jadi. Nilai
persediaan dalam proses ini adalah sebesar biaya- biaya yang telah digunakan dalam proses produksi barang
jadi.
1. Pengakuan Persediaan Bahan Baku
Persediaan bahan baku pada UD Jenang Teguh Raharjo diakui pada saat perusahaan melakukan
transaksi pembelian secara tunai maupun kredit.. Total pembelian bahan baku secara tunai yang
dilakukan oleh UD Teguh Raharjo pada tahun 2019 sebesar Rp99.275.000. Jurnal pembelian
persediaan bahan baku secara tunai ini menunjukan pembelian bahan baku bertambah pada debet
sebesar Rp99.275.000 dan kas berkurang pada kredit sebesar Rp99.275.000. Pembelian bahan
baku ini dilakukan dua sampai tiga kali dalam sebulan.Total pembelian bahan baku secara kredit
yang dilakukan oleh UD Teguh Raharjo pada tahun 2019 sebesar Rp45.900.000. Jurnal pembelian
bahan baku secara kredit ini menunjukan pembelian bahan baku bertambah pada debet sebesar
Rp45.900.000 dan hutang bertambah pada kredit sebesar Rp45.900.000.
2. Pengakuan Persediaan dalam Proses
Persediaan dalam proses diakui pada saat bahan baku telah diubah menjadi barang setengah jadi
atau barang dalam proses dan belum selesai proses produksinya. Walaupun belum selesai proses
produksinya dan belum menjadi barang jadi untuk dijual, barang dalam proses ini melibatkan biaya
produksi dalam pembuatannya. Biaya produksi ini antara lain biaya bahan baku, biaya tenang kerja
langsung, dan biaya overhead pabrik.
3. Pengakuan Persediaan Barang Jadi
Persediaan barang jadi meliputi semua barang yang telah selesai dari proses produksi dan siap
untuk dijual. Harga pokok penjualan UD Jenang Teguh Raharjo tahun 2019 adalah
Rp1.076.520.560 yang terdapat pada kolom debet. Persediaan barang jadi akhir tahun 2019 adalah
Rp10.724.647 juga terdapat pada kolom debet. Persediaan barang jadi awal tahun 2019 senilai
Rp13.408.007 dan harga pokok produksi tahun 2019 senilai Rp1.073.837.200 yang terdapat pada
kolom kredit. Penjualan yang terjadi selama tahun 2019 pada UD Jenang Teguh Raharjo adalah
Rp1.600.427.500. Seluruh persediaan barang jadi dijual secara tunai, jadi kas bertambah pada
debet sebesar Rp1.600.427.500 dan penjualan bertambah di kredit sebesar Rp1.600.427.500. UD
JenangTeguh Raharjo tidak menjual barang jadinya secara kredit.

Pengukuran Persediaan
1. Pengukuran Persediaan Bahan Baku
Persediaan bahan baku diukur berdasarkan nilai perolehan. Persediaan bahan baku ini
ada tiga jenis yaitu tepung ketan, tepung beras, dan ketan. Penilaian persediaan bahan baku
menggunakan metode FIFO. Total pembelian bahan baku UD Jenang Teguh Raharjo Ponorogo
tahun 2019 senilai Rp145.175.000. Pembelian bahan baku tepung ketan tahun 2019 senilai
Rp104.400.000 dengan rincian unit yang dibeli berjumlah 11.600 kg dan harga/kg senilai Rp9.000.
Pembelian bahan baku tepung beras tahun 2019 senilai Rp22.750.000 dengan rincian unit yang
dibeli berjumlah 3.250 kg dan harga/kg senilai Rp7.000. Pembelian bahan baku ketan tahun 2019
senilai Rp18.025.000 dengan rincian unit yang dibeli berjumlah 1.350 kg dan harga/kg senilai
Rp13.352. Persediaan bahan baku akhir tahun 2019 diperoleh dari persediaan bahan baku awal
senilai Rp1.195.000 ditambah pembelian persediaan bahan baku senilai Rp145.175.000 dan
dikurangi pemakaian bahan baku senilai Rp142.275.000. Persediaan bahan baku akhir tahun 2019

Yopie| Page 457


Jurnal Manajemen, Ekonomi, Keuangan dan Akuntansi (MEKA)
Vol 3, No 1, Mei 2022, pp. 454-462
p-ISSN 2686-1372, e-ISSN 2686-4363
http://ejurnal.poltekkutaraja.ac.id/index.php/meka

adalah Rp4.095.000. Persediaan bahan baku akhir tahun 2019 akan disajikan dalam laporan
keuangan tahun 2019 UD Jenang Teguh Raharjo. Persediaan bahan baku akhir tahun 2019 ini akan
menjadi persediaan bahan baku awal tahun 2020.
2. Pengukuran Persediaan Barang dalam Proses
Persediaan dalam proses diukur berdasarkan biaya yang digunakan dalam pembuatan barang
dalam proses/barang setengah jadi. Biaya yang digunakan ini meliputi biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja langsung, dan Biaya Overhead Pabrik (BOP). Biaya-biaya ini masuk ke biaya
produksi pembuatan jenang. Total biaya produksi UD Jenang Teguh Raharjo Ponorogo tahun
2019 adalah Rp1.073.937.200. Rincian biaya produksinya adalah biaya pemakaian bahan baku
senilai biaya Rp142.275.000, biaya tenaga kerja langsung senilai Rp412.450.000, dan Biaya
Overhead Pabrik (BOP) senilai Rp519.212.200. Produksi yang dihasilkan pada tahun 2019
berjumlah 91.350 pack. Biaya produksi/pack pemakaian bahan baku senilai Rp1.557 tenaga kerja
langsung senilai Rp4.515, dan Biaya Overhead Pabrik (BOP) senilai Rp5.684
3. Pengukuran Persediaan Barang Jadi
Persediaan barang jadi diukur berdasarkan seluruh biaya yang terjadi pada proses produksi mulai
dari pembuatan hingga terbentuk menjadi barang jadi. Harga pokok produksi UD Jenang Teguh
Raharjo tahun 2019 adalah Rp1.073.937.200. Harga pokok produksi ini diperoleh dari biaya
produksi tahun 2019 senilai Rp1.073.937.200 ditambah persediaan dalam proses awal tahun
2019 senilai Rp1.200.000 dan dikurangi persediaan dalam proses akhir tahun 2019 senilai
Rp1.300.000. Harga pokok penjualan UD Jenang Teguh Raharjo tahun 2019 adalah
Rp1.076.520.560. Rincian perolehan harga pokok penjualannya adalah harga pokok produksi
ditambah persediaan barang jadi awal senilai Rp13.408.007 dikurang persediaan barang jadi
akhir senilai Rp10.724.647.

Total persediaan barang jadi akhir UD Jenang Teguh Raharjo tahun 2019 adalah Rp10.724.647. Persediaan
barang jadi akhir ini akan disajikan dalam laporan keuangan tahun 2019. Total persediaan barang jadi akhir
tahun 2019 akan menjadi persediaan barang jadi awal tahun 2020.

Penyajian Persediaan
Persediaan bahan baku, persediaan dalam proses, dan persediaan barang jadi disajikan dalam laporan posisi
keuangan serta laporan laba rugi. Seluruh persediaan yang terdapat persediaan bahan baku, persediaan
dalam proses, dan persediaan barang jadi yang dimiliki oleh perusahaan. Persediaan bahan baku, persediaan
dalam proses, dan persediaan barang jadi yang terdapat pada laporan laba rugi muncul dalam harga
pokok penjualan. Laporan Keuangan UD Jenang Teguh Raharjo menggunakan pedoman SAK EMKM.

Tabel 4.1: Laporan Posisi Keuangan UD Teguh Raharjo Tahun 2019

ASET 31-Dec-19
ASET LANCAR
Kas Rp 122.911.290
Kas di Bank Rp 657.270.801
Persediaan Bahan Baku Rp 4.095.000
Persediaan Barang Dalam Proses Rp 1.300.000
Persediaan Barang Jadi Rp 10.724.647
Perlengkapan Rp 1.126.000
Sewa Dibayar Dimuka Rp 875.000
Total Aset Lancar Rp 798.302.737

ASET TETAP
Tanah Rp 180.000.000
Bangunan Rp 80.000.000
Akumulasi Penyusutan Bangunan Rp -32.000.000
Mesin Rp 62.000.000
Akumulasi Penyusutan Mesin Rp -36.125.000
Kendaraan Rp 80.000.000

Yopie| Page 458


Jurnal Manajemen, Ekonomi, Keuangan dan Akuntansi (MEKA)
Vol 3, No 1, Mei 2022, pp. 454-462
p-ISSN 2686-1372, e-ISSN 2686-4363
http://ejurnal.poltekkutaraja.ac.id/index.php/meka

Akumulasi Penyusutan Kendaraan Rp -80.000.000


Peralatan Rp 29.890.000
Akumulasi Penyusutan Peralatan Rp -26.847.500
Total Aset Tetap Rp 256.917.500
TOTAL ASET Rp 1.055.220.237

LIABILITAS
Utang Usaha Rp 11.800.000
Utang Bank Rp 1.388.889
Utang Pajak Rp 656.163
TOTAL LIABILITAS Rp 13.845.051
EKUITAS
Modal Pemilik Rp 60.000.000
Saldo Laba Rp 981.375.186
TOTAL EKUITAS Rp 1.041.375.186
TOTAL LIABILITAS dan EKUITAS Rp 1.055.220.237

Tabel 4.2: Laporan Laba Rugi UD Teguh Raharjo Tahun 2019

31-Dec-19
PENDAPATAN
Penjualan Rp 1.600.427.500
HARGA POKOK PENJUALAN
Harga Pokok Produksi Rp 1.073.837.200
Persediaan Barang Jadi Awal Rp 13.408.007
Barang Jadi Tersedia Rp 1.087.245.207
Persediaan Barang Jadi Akhir Rp 10.724.647
TOTAL HARGA POKOK PENJUALAN Rp 1.076.520.561
LABA KOTOR Rp 523.906.939
BIAYA OPERASIONAL
Beban Gaji Rp 58.400.000
Beban Depresiasi Kendaraan Rp 1.000.000
Beban Depresiasi Peralatan Rp 4.480.000
Beban Pemeliharaan Kendaraan Rp 690.000
Beban Listrik, Air, & Telephone Rp 23.325.000
Beban Perlengkapan Rp 90.000
Beban Bahan Bakar Rp 6.687.500
Beban Sewa Rp 5.250.000
Beban Pajak Bumi dan Bangunan Rp 90.000
Beban Pajak Kendaraan Rp 1.600.000
TOTAL BIAYA OPERASIONAL Rp 101.612.500
PENDAPATAN/ BEBAN LAIN - LAIN
Pendapatan Bunga Rp 3.903.382
Beban Bunga Bank Rp 1.750.000
Beban Administrasi Bank Rp 168.000

Yopie| Page 459


Jurnal Manajemen, Ekonomi, Keuangan dan Akuntansi (MEKA)
Vol 3, No 1, Mei 2022, pp. 454-462
p-ISSN 2686-1372, e-ISSN 2686-4363
http://ejurnal.poltekkutaraja.ac.id/index.php/meka

TOTAL PENDAPATAN / BEBAN LAIN -


LAIN Rp 1.985.382
LABA BERSIH Rp 424.279.821
BEBAN PAJAK PENGHASILAN Rp 8.002.138

Pengungkapan Persediaan
Persediaan bahan baku, persediaan dalam proses, dan persediaan barang jadi diungkapkan dalam catatan
atas laporan keuangan. Seluruh persediaan diungkapkan berdasarkan kebijakan akuntansi perusahaan yang
memuat metode penilaian dan metode pencatatan persediaan. Catatan atas laporan keuangan juga
mengungkapkan total tercatat seluruh persediaan.

Persediaan
Persediaan terdiri dari persediaan bahan baku, persediaan barang dalam proses dan persediaan
barang jadi. Sistem pencatatan persediaan menggunakan metode fisik, yaitu persediaan dicatat dan
dihitung pada awal serta akhir periode. Metode perhitungan persediaan adalah First In Firs Out
(FIFO)

Tabel 4.3: CLAK UD Jenang Teguh Raharjo Tahun 2019

PERSEDIAAN 2019

Bahan Baku Rp 4.095.000


Barang Dalam Proses Rp 1.300.000
Barang Jadi Rp 10.724.647
Jumlah Rp 16.119.647

Sumber: UD Teguh Raharjo, 2020

Analisis Penerapan Standar Akuntansi Keuangan Mikro, Kecil, dan Menengah (SAK
EMKM) pada Perlakuan Akuntansi Persediaan UD Jenang Teguh Raharjo Tahun 2019
Penulis melakukan penelitian terhadap perlakuan akuntansi persediaan UD Jenang Teguh Raharjo tahun
2019 dan telah dibahas pada subbab sebelumnya. Hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai
penerapan Standar Akuntansi Keuangan Mikro, Kecil, dan Menengah (SAK EMKM) pada perlakuan
akuntansi persediaan UD Jenang Teguh Raharjo tahun 2019 dapat dibuat analisis sebagai berikut.
1. Definisi
Persediaan adalah aset:
a. Untuk dijual dalam kegiatan normal
b. Dalam proses produksi untuk kemudian dijual; atau
c. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberi
jasa
Sedangkan Persediaan pada UD Jenang Teguh Raharjo terdiri dari persediaan bahan baku,
persediaan dalam proses, dan persediaan barang jadi. Persediaan bahan baku akan diolah menjadi
barang dalam proses, kemudian terbetuk persediaan jadi. Persediaan jadi akan dijual sebagai
barang dagang. Jadi untuk definisi dalam SAK EMKM sudah sesuai
2. Pengakuan
Entitas mengakui persediaan ketika diperoleh, sebesar biaya perolehannya. Biaya perolehan
persediaan mencakup seluruh biaya pembelian, biaya konversi, dan biaya lainnya yang terjadi
untuk membawa persediaan ke kondisi dan lokasi siap digunakan.
UD Jenang Teguh Raharjo mengakui persediaan bahan baku pada saat melakukan transaksi yaitu
sebesar nilai nominalnya. Biaya perolehannya yaitu biaya pembelian bahan baku, dan biaya BBM
diakui dalam BOP. Jadi untuk dalam hal pengakuan UD Jenang Teguh Raharjo masih belum
standart SAK EMKM.
3. Pengukuran
Teknik pengukuran biaya persediaan, seperti metode biaya standar atau metode eceran, demi
kemudahan dapat digunakan jika hasilnya mendekati biaya perolehan. Entitas dapat memilih
menggunakan rumus biaya masuk- pertama-keluar-pertama (MKKP) atau rata-rata tertimbang
dalam menentukan biaya perolehan persediaan.

Yopie| Page 460


Jurnal Manajemen, Ekonomi, Keuangan dan Akuntansi (MEKA)
Vol 3, No 1, Mei 2022, pp. 454-462
p-ISSN 2686-1372, e-ISSN 2686-4363
http://ejurnal.poltekkutaraja.ac.id/index.php/meka

Pengukuran biaya persediaan UD Jenang Teguh Raharjo menggunakan metode biaya standar.
Biaya-biaya yang berkaitan dengan kegiatan produksi diukur menggunakan biaya standar agar
efisien. UD Jenang Teguh Raharjo menggunakan rumus biaya masuk- pertama-keluar-pertama
(MKKP) dalam menetukan biaya perolehan seluruh persediaannya. Metode pencatatan yang
digunakan UD Teguh Raharjo adalah metode periodik/fisik. Untuk dalam pengukuran UD Jenang
Teguh Raharjo sudah sesuai dengan standart SAK EMKM
4. Penyajian
Persediaan disajikan dalam kelompok aset dalam laporan posisi keuangan. Jika persediaan dijual,
maka jumlah tercatatnya diakui sebagai beban periode dimana pendapatan yang terkait diakui.
UD Jenang Teguh Raharjo menyajikan seluruh persediaan dalam kelompok aset pada laporan
posisi keuangannya sebesar nilai saldo akhir persedian. Saat persediaan dijual UD Jenang Teguh
Raharjo mencatat jumlah penjualannya sebagai harga/beban pokok penjualan. Untuk dalam
penyajian UD Jenang Teguh Raharjo sudah sesuai dengan standart SAK EMKM
5. Pengungkapan
Pengungkapan persediaan tidak diatur dalam SAK EMKM. Pengungkapan diperlukan ketika
kepatuhan atas persyaratan tertentu dalam ED SAK EMKM tidak memadai bagi pemakai untuk
memahami pengaruh dari transaksi, peristiwa, dan kondisi lain atas posisi dan kinerja keuangan
entitas. Pengungkapan berdasarkan SAK. EMKM termuat dalam catatan atas laporan keuangan
(CALK). Catatan atas laporan keuangan mengatur prinsip yang mendasari informasi yang
disajikan dalam catatan atas laporan keuangan dan bagaimana penyajiannya.
UD Teguh Raharjo memiliki catatan atas laporan keuangan yang berisi informasi berkaitan dengan
keuangan perusahaan. Persediaan termuat dalam CALK yang terbagi dalam persediaan bahan
baku, persediaan dalam proses, dan persediaan barang jadi. Untuk dalam pengungkapan UD
Jenang Teguh Raharjo sudah sesuai dengan standart SAK EMKM.

5. KESIMPULAN
1. Pengakuan persediaan UD Teguh Raharjo belum sesuai dengan SAK EMKM, dimana UD Teguh
Raharjo mengakui persediaan bahan baku berdasarkan nilai nominalnya yang seharusnya
mengakui berdasarkan nilai perolehan. Metode biaya standar dipilih agar biaya yang digunakan
dalam proses produksi dapat efisien. UD Teguh Raharjo menggunakan metode masuk-pertama-
keluar-pertama (MPKP) dalam mengukur persediaannya dan metode periodik dalam mencatat
persediaannya. Penyajian dan pengungkapan persediaan sudah sesuai dengan SAK EMKM
dimana UD Teguh Raharjo menyajikan persediaan pada laporan posisi keuangan dan
mengungkapakan pada catatan atas laporan keuangan. SAK EMKM tidak mengungkapkan
persediaan.
2. UD Teguh Raharjo menggunakan metode MPKP atau FIFO dalam menilai seluruh persediaannya.
Persediaan bahan baku dan bahan penolong pertama yang dibeli atau masuk gudang akan
digunakan terlebih dahulu dalam proses produksi. Persediaan barang jadi yang masuk toko
pertama akan dijual pertama. Metode ini dapat mencegah tingkat kadaluarsa barang jadi atau dapat
mencegah persediaan bahan baku membusuk.

DAFTAR PUSTAKA

Amanda Sambara, T. (2018). Analisis Pengendalian Internal Atas Persediaan Barang Dagang (Studi
Kasus di PT. XYZ)”. Universitas Sanata Dharma.
Darwati, A., Slamet, B., & Maimunah, S. (2015). Analisis Perlakuan Akuntansi Atas Persediaan Barang
Dagang Terhadap Penyajian Akun Persediaan Pada Koperasi Karyawan Goodyear. Jurnal Online
Mahasiswa (JOM) Bidang Akuntansi.
Efendi, R. (2015). Accounting Principles Prinsip – Prinsip Akusntansi Berbasis Sak Etap. Jakarta: Rajawali
Pers.
Hama, A. (2017). Perlakuan Akuntansi Persediaan Barang Dagangan Dan Pengaruhnya Terhadap Beban
Pokok Penjualan. Jurnal Bisnis Perspektif.
Hery. (2015). Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: Center for Academic Publishing Service.
Indonesia, D. S. A. K. I. A. Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil, dan Menengah (2016).
Indonesia.
Pujiwidodo, D. (2015). Analisa Perlakuan Akuntansi Persediaan Barang Dagangan Pada PT Tata Busana
Jakarta. Jurnal Akuntansi Dan Keuangan (MONETER).
Sari, D. I. (2018). Analisis Perhitungan Persediaan dengan Metode FIFO dan Average Pada PT. Harapan.
Jurnal Perspektif LPPM Universitas Bina Sarana Informatika.

Yopie| Page 461


Jurnal Manajemen, Ekonomi, Keuangan dan Akuntansi (MEKA)
Vol 3, No 1, Mei 2022, pp. 454-462
p-ISSN 2686-1372, e-ISSN 2686-4363
http://ejurnal.poltekkutaraja.ac.id/index.php/meka

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&B. Bandung: Alfabeta.
Sumual, M. (2017). Analisis Perlakuan Akuntansi Leasing Dan Pelaporan Nya Pada PT.Astra Sedaya
Finance. Jurnal Ekonomi Manajemen Bisnis Akuntansi.
Suwardjono, T. (2015). Intellectual capital : perlakuan, pengukuran, dan pelaporan (Sebuah Library
Search). Jurnal Akuntansi Dan Keuangan.
Uno, O., Kalangi, L., & Pusung, R. J. (2019). Analisis Penerapan Standar Akuntansi Keuangan Entitas
Mikro, Kecil, Dan Menengah (SAK EMKM) Pada Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah (Studi Kasus
Pada Rumah Karawo Di Kota Gorontalo). Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis Dan
Akuntansi.

Yopie| Page 462

Anda mungkin juga menyukai