Abstract: UKM Bydevina is an online-based home industry that focuses on hijab and muslim
clothing. However, the company has not implemented proper inventory management in running the
business. The order quantity of raw materials is only based on estimaste and there is no inventory
costs calculation. This study aims to determine UKM Bydevina’s policy in managing raw material
inventory, managing raw material inventory using the EOQ method and comparing inventory costs
before and after applying the EOQ method. A descriptive-quantitative method is employed in this
research. The data was collected thorugh documentation, interview and observation. The result shows
that the EOQ for Diamond Fabric is 2.731 yards/order, Moscrepe Fabric is 2.581 yards/order,
Rayon Fabric is 763 yards/order and Bubble Pop Fabric is 1.978 yards/order. Then, the company
can save inventory costs for Diamond Fabric by Rp 2.102.678 or 12,2%, Moscrepe Fabric by Rp
1.266.937 or 9,6%, Rayon Fabric by Rp 394.052 or 6,2% and Bubble Pop Fabric by Rp
372.426 or 5,3%.
Keywords: Inventory, Inventory Cost, Economic Order Quantity
1. Pendahuluan
Memperoleh keuntungan dengan mendapatkan laba yang maksimal merupakan tujuan
didirikannya perusahaan agar usahanya dapat berlangsung lama. Hal tersebut menuntut perusahaan
untuk dapat menerapkan kebijakan dan strategi yang tepat dalam menjalankan kegiatan
operasionalnya. Salah satunya adalah terkait dengan persediaan yang menjadi faktor penting dalam
proses produksi dan penjualan perusahaan. Adanya pengendalian terhadap persediaan dapat
meminimalisasi biaya dalam pengadaan persediaan sesuai kebutuhan perusahaan (Sudana dalam
Subekti, 2016). Selain itu, pengendalian persediaan juga dapat dijadikan sebagai tindakan preventif
terhadap masalah persediaan yang mungkin akan timbul di masa mendatang baik kelebihan
persediaan (overstock) maupun kekurangan persediaan (out of stock). Dimana kedua masalah tersebut
mempunyai akibat yang dapat merugikan perusahaan (Syaifuddin, 2008:32). Kelebihan persediaan
menyebabkan biaya penyimpanan dan biaya pemeliharaan meningkat dan peluang barang
mengalami kerusakan menjadi tinggi. Kekurangan persediaan menyebabkan kegiatan operasi
menjadi kurang efisien karena kegiatan produksinya terganggu dan perusahaan menjadi kehilangan
kesempatan penjualan dan kepercayaan pelanggan.
UKM Bydevina adalah home industry berbasis online yang bergerak di bidang tekstil (kerudung
dan pakaian muslim). Tingginya minat konsumen terhadap produk UKM Bydevina menuntut
perusahaan harus dapat memenuhi permintaan konsumen dengan menghasilkan produk yang
menggunakan bahan baku berkualitas. Namun, dalam pengelolaan persediaan bahan baku, UKM
Bydevina hanya mengandalkan perkiraan dan catatan yang dibuat karyawan untuk melakukan
pembelian tanpa mengetahui jumlah pembelian sudah optimal atau belum dan selalu melakukan
pembelian lebih dari sekali dalam sebulan. Catatan penjualan yang dibuat pun hanya berdasarkan
jumlah paket terjual, tanpa ada informasi jelas mengenai produk apa saja yang terdapat di dalam
setiap paket. Hal tersebut terlihat pada grafik berikut:
perusahaan tidak dapat langsung menerima hasil dari penjualan karena dalam hal ini perusahaan
menggunakan Shopee sebagai marketplace dan setiap pendapatan yang dihasilkan akan masuk ke
rekening perusahaan setelah pembeli menerima pesanannya sehingga perusahaan membutuhkan
waktu untuk mendapatkan pendapatannya. Hal ini menunjukkan adanya ketidakseimbangan antara
kas yang masuk dari hasil pendapatan dan kas yang keluar untuk melakukan pembelian bahan baku.
Selain itu, UKM Bydevina juga belum melakukan pengelompokkan dan perhitungan yang
tepat terkait biaya persediaan seperti biaya pemesanan dan biaya penyimpanan. Akibatnya, UKM
Bydevina tidak mengetahui apakah biaya yang dikeluarkan tersebut menimbulkan kerugian atau
justru dapat memaksimalkan keuntungan yang akan didapat oleh UKM Bydevina.
Penerapan metode manajemen persediaan yang tepat perlu dilakukan oleh perusahaan agar
pengendalian dapat dilakukan dengan baik. Salah satunya ialah metode Economic Order Quantity
(EOQ) yang diartikan sebagai metode untuk menentukan jumlah pembelian dengan biaya
minimum sehingga pengelolaan persediaan lebih optimal (Sutrisno, 2013:91). Metode ini
memberikan jawaban atas masalah perusahaan baik mengenai besarnya persediaan yang harus
tersedia, jumlah biaya yang dikeluarkan dan kapan waktunya pemesanan ulang dilakukan. Dari hasil
penjelasan di atas, maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul “Analisis Manajemen
Persediaan Dengan Metode Economic Order Quanitity (EOQ) Pada Persediaan Bahan
Baku UKM Bydevina”.
2. Kajian Pustaka
2.1. Persediaan
2.1.1. Pengertian Persediaan
Persediaan ialah bahan baku, barang dalam proses, atau barang jadi yang disediakan
perusahaan agar kegiatan operasi dapat berjalan lancar dalam memenuhi permintaan konsumen
(Margaretha, 2011:38).
2.1.2. Jenis Persediaan
Margaretha (2011:38-39) menjelaskan bahwa perusahaan dagang hanya memiliki persediaan
barang jadi. Sedangkan, perusahaan industri memiliki persediaan bahan baku (raw materials),
persediaan barang dalam proses (work in process) dan persediaan barang jadi (finished goods).
2.1.3. Fungsi Persediaan
Menurut Rusdiana (2011:378-379) fungsi persediaan dibagi menjagi tiga antara lain:
1. Fungsi Decoupling, memberikan peluang untuk memenuhi permintaan konsumen tanpa
bergantung kepada pemasok.
2. Fungsi Economic Lot Sizing, agar dapat melakukan kegiatan produksi dan memanfaatkan
sumber daya yang tersedia sehingga biaya produk per unit dapat berkurang.
3. Fungsi Antisipasi, menghadapi ketidakpastian permintaan konsumen.
2.1.4. Faktor yang Mempengaruhi Besarnya Persediaan
Syaifuddin (2008:305) mengungkapkan bahwa bagi perusahaan manufaktur, besar kecilnya
persediaan dipengaruhi oleh lead time, frekuensi pemesanan, jumlah pembelian dan jenis bahan baku
(ketahanannya).
2.2. Biaya
2.2.1. Pengertian Biaya
Biaya ialah pengorbanan sumber ekonomi baik yang telah atau akan terjadi guna tujuan
tertentu dan diukur dengan satuan uang (Mulyadi, 2015:8).
Terdiri dari biaya sewa, biaya keusangan, asuransi, pajak, listrik, dan biaya lainnya. Meskipun
sebagian biaya simpan bersifat tetap, tetapi diasumsikan sebagai biaya variabel (Sartono,
2017:447).
Selanjutnya, Sartono (2017:447-448) menyatakan bahwa apabila kuantitas pemesanan kecil
maka biaya simpan kecil, tetapi biaya pesan besar, begitu pun sebaliknya. Dengan demikain, antara
biaya simpan dan biaya pesan terdapat trade-off.
2.4.4. Frekuensi dan Periode Pemesanan
Frekuensi pemesanan diartikan sebagai jumlah pembelian yang perlu dilakukan selama satu
periode sebagai tindakan preventif saat adanya pesanan mendadak sehingga kekurangan bahan
baku dapat dihindarkan dan proses produksi tidak terhambat (Suryanto & Sadjiarto, 2012:119).
Periode pemesanan adalah rentang waktu antara pembelian pertama dengan pembelian selanjutnya
dalam suatu periode (Suryanto & Sadjiarto, 2012:119).
2.4.5. Titik Pesan Ulang (Reorder Point)
Menurut Margaretha (2011:42) reorder point merupakan kondisi disaat perusahaan perlu
melaksanakan pemesanan ulang untuk mengisi persediaan.
3. Metode Penelitian
3.1. Langkah-langkah dan Metodologi Penyelesaian Masalah
Tujuan penelitian adalah untuk memberikan solusi terhadap suatu permasalahan dengan
menggunakan langkah-langkah yang disebut metode penelitian. Metode penelitian adalah langkah
ilmiah atau cara guna memperoleh data untuk tujuan tertentu (Sugiyono, 2017:2). Metode yang
digunakan ialah metode penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian
dengan maksud untuk mencari tahu nilai variabel mandiri tanpa membandingkannya dengan
variabel lain (Agung & Anik, 2019:4). Adapun pendekatannya bersifat kuantitatif karena
menggunakan data berupa angka dalam proses penelitiannya.
3.2. Jenis Data
Penelitian ini menggunakan data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif ialah data
berbentuk kata atau kalimat, juga dapat berbentuk gambar atau rekaman video (Siyoto & Sodik,
2015:68). Data kualitatif dalam penelitian ini berupa sejarah dan informasi perusahaan yang
mendukung proses penelitian. Adapun, data kuantitatif ialah data berbentuk bilangan dan dapat
dihitung secara matematis (Siyoto & Sodik, 2015:68). Data kuantitatif yang digunakan berupa
catatan pemesanan bahan baku tahun 2020, frekuensi pemesanan dan biaya yang dikeluarkan terkait
pengelolaan bahan baku selama tahun 2020.
3.3. Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer ialah data yang
didapatkan melalui wawancara, angket atau observasi kepada objek penelitian secara langsung dan
digunakan untuk kepentingan penelitian (Julian, et al., 2014:65). Data primer yang digunakan
peneliti diperoleh melalui wawancara dengan pihak UKM Bydevina yang berkaitan dengan
pengelolaan dan pengendalian persediaan bahan baku. Adapun, data sekunder ialah data yang telah
ada yang kemudian dikutip untuk kepentingan penelitian (Julian, et al., 2014:66). Data sekunder
pada penelitian ini adalah teori yang berasal dari buku dan sumber internet serta dokumen keuangan
UKM Bydevina yang relevan dengan penelitian.
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan teknik wawancara, observasi dan dokumentasi dalam proses
pengumpulan data.
Keterangan:
F : Frekuensi pemesanan
D : Jumlah permintaan selama satu periode tertentu
Q : Kuantitas pemesanan setelah diterapkan metode EOQ
6. Perhitungan Periode Pemesanan
Laksana dalam Nurliawati (2018) mengungkapkan bahwa periode pemesanan dapat dihitung
sebagai berikut:
Jumlah Hari
T= ......................................................................................................................................(6)
F
Keterangan:
T : Periode pemesanan
F : Frekuensi pemesanan
7. Perhitungan Reorder Point (ROP)
Ristono dalam Nurliawati (2018) menyatakan bahwa ROP dapat dihitung dengan rumus:
a. Tidak Terdapat Safety Stock
EOQ
ROP= Lama perputaran produksi x lead time............................................................................................(7)
b. Terdapat Safety Stock
EOQ
ROP= (Lama perputaran produksi x lead time) +Safety stock..................................................................(8)
Keterangan:
ROP : reorder point
Lama perputaran produksi : hari efektif kerja perusahan selama setahun dibagi dengan
frekuensi pemesanan selama setahun
Lead time : waktu tunggu
Safety stock : persediaan pengamanan (berdasarkan keputusan perusahaan)
3.6. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di UKM Bydevina yang terletak di Jl. H. Umar Nomor 52,
RT.02/RW.05, Pasir Impun, Kec. Mandalajati, Kota Bandung, Jawa Barat 40194. Penelitian
berlangsung dari bulan Mei hingga Agustus 2021, mulai dari pengumpulan data hingga selesainya
tugas akhir.
kebijakan UKM Bydevina dalam pengelolaan dan pengendalian persediaan bahan baku antara lain:
1. Kuantitas pemesanan bahan baku disesuaikan dengan kebutuhan produksi.
2. Bahan baku dipesan dari supplier yang berlokasi di daerah Bandung.
3. Lead time selama dua hari.
4. Biaya pemesanan hanya terdiri dari biaya pengiriman yang sudah menyatu dengan harga beli
bahan baku.
5. Tidak ada safety stock karena persediaan masih mudah untuk dijangkau.
4.2.2. Perhitungan Biaya Persediaan Sebelum Penerapan Metode EOQ
1. Biaya Pemesanan (Ordering Cost)
Berdasarkan hasil wawancara, perusahaan mengasumsikan bahwa biaya pengiriman sebesar
1% dari harga beli per yard.
Tabel 1. Perhitungan Biaya Pemesanan
Kebutuhan Harga Biaya Biaya
Kuantitas/ Frekuensi
Jenis Kain Dalam Beli/Yard Pemesanan/ Pemesanan/
Pesan Pemesanan
Setahun (Rp) Pesan (Rp) Tahun (Rp)
Diamond 102.562 12.500 1.603 200.375 64 12.824.000
Moscrepe 79.165 12.000 1.616 193.920 49 9.502.080
Rayon 23.406 18.500 509 94.165 46 4.331.590
Bubble Pop 35.809 13.000 1.432 186.160 25 4.654.000
Sumber: UKM Bydevina (data diolah), Juli 2021
2. Biaya Penyimpanan (Carrying Cost)
UKM Bydevina belum menggolongkan biaya yang termasuk ke dalam biaya penyimpanan,
sehingga saya melakukan identifikasi dengan menggunakan data perusahaan yang kemudian
diketahui bahwa untuk biaya penyimpanan terbagi menjadi tiga yaiti biaya untuk sewa
gudang, listrik dan tenaga kerja. Berikut adalah alokasi biaya penyimpanan setiap kain dalam
setahun:
Tabel 2. Alokasi Biaya Penyimpanan/Tahun
Diamond Moscrepe Rayon Bubble Pop
Jenis Biaya Penyimpanan
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
Biaya Sewa 2.728.511 2.106.068 622.682 952.646
Biaya Listrik 306.957 236.933 70.052 107.173
Biaya Tenaga Kerja 1.380.000 1.380.000 1.380.000 1.380.000
Total Biaya Penyimpanan/Tahun 4.415.468 3.723.001 2.072.734 2.439.819
Sumber: UKM Bydevina (data diolah), Juli 2021
Dengan menggunakan rumus biaya penyimpanan menurut Sartono (2017:447), maka biaya
penyimpanan/yard dapat diketahui dengan rumus: biaya penyimpanan/tahun dibagi
(kuantitas/pesan : 2). Hasilnya adalah sebagai berikut:
Tabel 3. Perhitungan Biaya Penyimpanan
Kebutuhan Biaya Biaya
Kuantitas/
Jenis Kain Dalam Penyimpanan/ Penyimpanan/
Pesan
Setahun Yard (Rp) Tahun (Rp)
Diamond 102.562 1.603 5.509 4.415.468
Moscrepe 79.165 1.616 4.608 3.723.001
Rayon 23.406 509 8.144 2.072.734
Bubble Pop 35.809 1.432 3.408 2.439.819
Sumber: UKM Bydevina (data diolah), Juli 2021
Berdasarkan perhitungan di atas, maka biaya persediaan sebelum penerapan metode EOQ
adalah sebagai berikut:
2.581
= (31 x Rp 193.920) + ( 2 x Rp 4.608)
= Rp 6.011.520 + Rp 5.946.624
= Rp 11.958.144
Berikut biaya persediaan setelah penerapan metode EOQ dalam bentuk tabel:
Tabel 7. Biaya Persediaan Setelah Penerapan Metode EOQ
Biaya Biaya Total Biaya
Jenis Kain Pemesanan/ Penyimpanan/ Persediaan
Tahun (Rp) Tahun (Rp) (Rp)
Diamond 7.614.250 7.522.540 15.136.790
Moscrepe 6.011.520 5.946.624 11.958.144
Rayon 3.013.280 2.996.992 6.010.272
Bubble Pop 3.350.880 3.370.512 6.721.392
Sumber: UKM Bydevina (data diolah), Juli 2021
4.2.4. Perbandingan Biaya Persediaan Bahan Baku Sebelum dan Setelah Penerapan
Metode EOQ
Penerapan metode EOQ memberikan perubahan terhadap kuantitas, frekuensi dan biaya
persediaan. Berikut hasil perbandingan kuantitas dan frekuensi pemesanan yang disajikan dalam
bentuk tabel:
Tabel 8. Perbandingan Kuantitas Pemesanan & Frekuensi Pemesanan
Sebelum dan Setelah Penerapan Metode EOQ
Kuantitas/Pesan Frekuensi Pemesanan
Jenis Kain
Sebelum EOQ Setelah EOQ Sebelum EOQ Setelah EOQ
Diamond 1.603 2.731 64 38
Moscrepe 1.616 2.581 49 31
Rayon 509 736 46 32
Bubble Pop 1.432 1.978 25 18
Sumber: UKM Bydevina (data diolah), Juli 2021
Adapun perbandingan biaya persediaan (biaya pemesanan+biaya penyimpanan) seperti pada
tabel berikut:
5. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijelaskan di atas, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwaUKM Bydevina belum melakukan pengelolaan persediaan bahan baku secara
optimal karena belum adanya suatu metode yang dapat dijadikan sebagai alat pengendalian.
Pembelian bahan baku didasarkan kepada perkiraan serta catatan yang dibuat karyawan serta
dilakukan dalam rentang waktu yang berdekatan sehingga menjadi tidak efektif. UKM Bydevina
juga belum melakukan penggolongan biaya persediaan.
Dengan menerapkan metode EOQ maka pengendalian persediaan menjadi lebih baik. Hal
itu dikarenakan perusahaan dapat mengetahui secara pasti jumlah kuantitas pesanan optimal dan
kapan harus dilakukannya pesanan ulang sehingga biaya persediaan dapat diminimalkan dan
keuntungan yang diperoleh perusahaan menjadi lebih maksimal.
Perbandingan antara biaya persediaan sebelum dan setelah diterapkan metode EOQ
menghasilkan selisih yang cukup besar dimana biaya persediaan setelah EOQ mengalami
penurunan. Hal ini menunjukkan bahwa dengan diterapkannya metode EOQ dalam pengelolaan
persediaan terbukti dapat memberikan keuntungan yang lebih maksimal kepada perusahaan karena
biaya persediaan yang dikeluarkan menjadi lebih hemat.
Daftar Pustaka
Agung, A. P., & Yuesti, A. (2019). Metode Penelitian Bisnis Kuantitatif dan Kualitatif. Bali: CV Noah
Aletheia.
Heizer, J., & Render, B. (2011). Manajemen Operasi, Edisi 9 Buku 2. (Chriswan Sungkono, Penerj).
Jakarta: Salemba Empat.
Juliandi, A., Irfan, & Manurung, S. (2014). Metodologi Penelitian Bisnis: Konsep & Aplikasi. Medan:
UMSU Press.
Margaretha, F. (2011). Manajemen Keuangan untuk Manajer Nonkeuangan. Jakarta: Erlangga.
Mulyadi. (2015). Akuntansi Biaya, Edisi 5, Cetakan Ke 13. Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan
Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN.
Nurliawati, L. (2018). Analisis Manajemen Persediaan Dengan Metode Economic Order Quantity (EOQ)
Pada Persediaan Bahan Baku UKM (Usaha Kecil Menengah) Musim Indonesia. Bandung:
Politeknik Negeri Bandung.
Rusdiana. (2014). Manajemen Operasi. Bandung: CV Pustaka Setia.
Sartono, R. (2017). Manajemen Keuangan: Teori dan Aplikasi, Edisi 4, Cetakan Ke 9. Yogyakarta: BPFE-
Yogyakarta.
Siyoto, S., & Sodik, M. A. (2015). Dasar Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Literasi Media Publishing.
Subekti, M. (2016). Penerapan Pengelolaan Persediaan Bahan Baku Dengan Metode Economic Order Quantity
(EOQ) Pada CV Karunia Makmur (CV KM). Bandung: Politeknik Negeri Bandung.
Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: CV ALFABETA.
Suryanto, M. R., & Sadjiarto, A. (2012). Efisiensi Penggunaan Model EOQ (Economic Order
Quantity) Pada PT Puspa Madu Sari Salatiga. Jurnal Ilmiah Among Makarti Vol.5 No.10, 110-
134.
Sutrisno. (2013). Manajemen Keuangan: Teori, Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta: Ekonisia.
Syaifuddin, D. T. (2008). Manajemen Keuangan (Teori dan Aplikasi). Kendari: Unhalu Press.
Vikaliana, R., Sofian, Y., Solihati, N., Adji, D. B., & Maulia, S. S. (2020). Manajemen Persediaan.
Bandung: Media Sains Indonesia.