DOSEN PEMBIMBING
DI SUSUN OLEH
B. Persediaan.................................................................................................................................... 6
A. Kesimpulan ................................................................................................................................. 27
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persediaan bahan baku, bahan setengah jadi dan barang jadi adalah persediaan
yang dimiliki oleh perusahaan. Perusahaan manufaktur adalah perusahaan yang
memperoleh produk persediaan yang di olah dari bahan mentah menjadi bahan
setengah jadi maupun barang jadi. Pada laporan posisi keuangan terdapat akun
persediaan di perusahaan dagang dan perusahaan manufaktur.Sementara itu pada
laporan laba/rugi, harga pokok penjualan (HPP) memegang peranan yang
sangatpenting dalam menentukan hasil operasional perusahaan untuk satu periode.
Objek dalam makalah ini adalah PT.Intan Jaya Abadi, perusahaan ini bergerak di
bidang dagang dan manufaktur. Perusahaan merupakan distributor air minum dalam
kemasan (AMDK) dimana produknya berupa Cup, Botol, maupun Gallon. Alasan penulis
melakukan observasi pada PT. Intan Jaya Abadi adalah Perusahaan sudah menerapkan
PSAK NO. 14 tetapi dalam penerapannya belum maksimal dikarenakan Perusahaan
hanya mencatatat keseluruhan persediaan tanpa membedakan / membagi persediaan
berdasarkan bahan baku, bahan setengah jadi, dan barang jadi untuk mempermudah
suatu perusahaan melihat Persediaan yang tersisa di gudang seharusnya perusahaan
tersebut membedakan persediaannya berdasarkan Persediaan Bahan Baku, Persediaan
Bahan Setengah Jadi dan Persediaan Barang Jadi.
B. Fokus Observasi
C. Rumusan Masalah
D. Tujuan Observasi
Makalah ini bertujuan untuk melihat penerapan PSAK NO.14 pada PT Intan Jaya
Abadi.
BAB II
PEMBAHASAN
KAJIAN TEORITIS
A. Akuntansi Keuangan
B. Persediaan
Wibowo dan Arif (2013:166) persediaan pada perusahaan dagang adalah barang-
barang yang dimiliki untuk dijual dalam kegiatan normal perusahaan. Persediaan pada
perusahaan manufaktur terbagi atas barang jadi (Fineshed goods) barang dalam proses
(goods in proces) dan bahan baku(Raw material).
Martani, et al.(2012:245) suatu asset diklasifikasikan sebagai persediaan
tergantung pada nature business suatu entitas. Pada perusahaan properti misalkan,
property yang digunakan seperti apartemen, perumahan, dan gedung yang dijual dapat
diklasifikasikan sebagai persediaan karena property tersebut merupakan aset yang
dijual untuk kegiatan usahanya yang bergerak di bidang penjualan properti. Namun,
bagi entitas lain yang kegiatan usahanya bukan penjualan properti, kepemilikan atas
property tersebut tidak diklasifikasikan sebagai persediaan, melainkan sebagai aset
tetap atau property investasi atau aset tidak lancar yang dipegang untuk dijual,
tergantung pada tujuan kepemilikannya.
Menurut Kasmir (2013:41), ”Persediaan merupakan sejumlah barang yang
disimpan oleh perusahaan dalam suatu tempat (gudang). Persediaan merupakan
cadangan perusahaan untuk proses produksi atau penjualan saat dibutuhkan”.
Persediaan adalah bagian aset lancar yang paling tidak likuid.Disamping itu, persediaan
adalah aset dimana kemungkinan kerugian/kehilangan paling sering terjadi. Istilah
“persediaan” didefinisikan dalam PSAK NO 14:
1. Dimiliki untuk dijual dalam kegiatan usaha normal
C. Biaya Persediaan
Biaya persediaan menurut PSAK NO. 14 revisi (2014) adalah biaya yang harus
meliputi semua biaya pembelian, biaya konversi dan biaya lain yang timbul sampai
persediaan berada dalam kondisi dan tempat yang siap untuk dijual atau dipakai
(present location and condition).
Muljo (2007:54) menyatakan bahwa dalam setiap penentuan pemesanan barang
yang akan mempengaruhi besarnya jumlah persediaan, biaya-biaya variabel berikut ini
harus dipertimbangkan antara lain:
1. Biaya penyimpanan adalah biaya yang dikeluarkan berkenan dengan
diadakannya persediaan barang. Biaya penyimpanan dapat dinyatakan dalam
dua bentuk yaitu persentase dari unit harga/nilai barang, dan dalam bentuk
rupiah per unit barang, dalam periode waktu tertentu.
2. Biaya modal biasanya merupakan komponen biaya penyimpanan yang terbesar,
baik berupa biaya bunga jika modalnya berasal dari pinjaman maupun biaya
oportunitas apabila modalnya milik sendiri.
Adalah bahan baku yang akan digunakan untuk membuat barang jadi, bila kita
masuk kesebuah perusahaan industry garmen, maka bahan bakunya adalah
kain. Bila kita masuk kesebuah perusahaan industri prabot( mebel ), maka
bahan bakunya adalah kayu.
c. Persediaan Perlengkapan Pabrik ( supplies )
Adalah barang-barang yang juga menjadi bagian dari proses produksi yang
nilainya kecil-kecil, misalnya benang dan kancing pada produksi garmen atau
paku , mor pada industri perabot.
e. Persediaan Barang dalam Proses ( goods and process )
Adalah bahan baku yang sudah mulai diolah kedalam proses produksi tetapi
bahan baku ini belum selesai dikerjakan, misalnya kain yang baru selesai
digunting atau dijahit kerahnya pada industri garmen, atau papan yang sudah
diserut pada industri perabot.
f. Persediaan Barang Jadi ( finished goods )
Adalah barang-barang yang sudah selesai diproses menjadi barang dagang
yang siap dijual kepada konsumen.Misalnya, baju atau celana bagi industri
garmen, atau lemari, kursi, sofa bagi industri perabot. Biaya pembelian
persediaan meliputi harga pembelian, bea masuk dan pajak lainnya, biaya
pengangkutan dan biaya lainnya yang secara langsung dapat didistribusikan
pada perolehan barang jadi dan barang dagangan.
Persediaan dapat dikelompokkan menurut jenis dan posisi barang tersebut di
dalam urutan pengerjaan produk, yaitu
a. Persediaan Bahan Baku (Raw Material Stock)
Merupakan persediaan barang-barang yang terdiri dari parts yang diterima dari
perusahaan lain, yang secara langsung diassembling dengan parts lain tanpa
melalui proses produksi.
c. Persediaan Bahan-Bahan Pembantu (Supplies Stock)
Merupakan barang-barang yang belum berupa barang jadi, akan tetapi masih
diproses lebih lanjut sehingga menjadi barang jadi.
e. Persediaan Barang Jadi (Finished Good)
Merupakan barang-barang yang selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan
siap untuk disalurkan kepada distributor, pengecer, atau langsung dijual ke
pelanggan(Assauri, 2013:204).
Herjanto (2008: 77) persediaan dapat dikelompokkan ke dalam empat jenis, yaitu
1. Fluctuation stock, merupakan persediaan yang dimaksudkan untuk menjaga
terjadinya fluktuasi permintaan yang tidak diperkirakan sebelumnya, dan untuk
mengatasi bila terjadi kesalahan/penyimpangan dalam prakiraan penjualan, waktu
produksi, atau pengiriman barang.
2. Anticipation stock, merupakan persediaan untuk menghadapi permintaan yang
dapat diramalkan pada musim permintaan tinggi, tetapi kapasitas produksi pada
saat itu tidak mampu memenuhi permintaan. Persediaan ini juga dimaksudkan
untuk menjaga kemungkinan sukarnya diperoleh bahan baku sehingga tidak
mengakibatkan terhentinya produksi. Lot-size inventory, merupakan persediaan
yang diadakan dalam jumlah yang lebih besar daripada kebutuhan saat itu.
Persediaan dilakukan untuk mendapatkan keuntungan dari harga barang (berupa
diskon) karena membeli dalam jumlah yang besar, atau untuk mendapatkan
penghematan dari biaya pengakutan per unit yang lebih rendah.
3. Pipeline inventory, merupakan persediaan yang dalam proses pengiriman dari
tempat asal ke tempat dimana barang tersebut akan digunakan. Msalnya, barang
yang dikirim dari pabrik menuju tempat penjualan, yang dapat memakan waktu
beberapa hari atau minggu.
Santoso (2012:240) mengemukakan pengelompokkan persediaan juga
didasarkan pada jenis perusahaannya. Bagi perusahaan dagang (merchandise
enterprise) di mana persediaan merupakan barang yang langsung diperdagangkan
tanpa mengalami proses lanjutan, maka persediaan disebut sebagai persediaan barang
dagangan (merchandise inventory). Sedangkan pada perusahaan industry di mana
persediaan bahan baku memerlukan proses lebih lanjut agar siap dijual dalam bentuk
barang jadi (finished goods), maka persediaan dikelompokkan menjadi:
1. Bahan baku
3. Barang jadi
4. Bahan pembantu
Dalam metode perpetual ini terdapat kelemahan pada saat menentukan nilai
dan jumlah barang, karena dengan metode pencatatan yang kontinyu ini
berarti saldo persediaan setiap saat dapat diketahui, namun perlu
diperhatikan bahwa dengan hanya menghitung jumlah barang bedasarkan
catatan akan mengakibatkan nilai persediaan overstatement, karena adanya
persediaan yang rusak dsb. Oleh karena itu yang lebih tepat dalam
menentukan jumlah inventory adalah kalau menggunakan metode gabungan
antara metode perpetual dengan stock opname.
c. Metode Agregatif
Dalam metode ini kesulitannya sama dengan kesulitan yang dialami metode
perpetual, kalau dalam hal pembahasannya adalah masalah penentuan harga
persediaan. Dalam metode ini juga lebih tepat kalau penentuan jumlah dan
nilai persediaan dikombinasi dengan stock opname.
G. Fungsi Persediaan
Persediaan merupakan aktivas yang sangat penting dalam suatu bisnis dan
biasanya merupakan aktiva lancar terbesar dalam perusahaan manufaktur atau
perussahaan dagang. Begitu pentingnya fungsi persediaan dalam suatu unit bisnis,
mengharuskan manajemen membuat perancanaan dan melakukan pengendalian
terhadap persediaan. Fungsi persediaan pada perusahaan:
1) Fungsi Decoupling Adalah persediaan yang memungkinkan perusahaan dapat
memenuhi permintaan pelanggan tanpa tergantung pada supplier.
2) Fungsi Economic Lot Sizing
Dalam proses pembelian barang, dapat saja terjadi dimana barang masih berada
dalam posisi transit belum diterima oleh pembeli tetapi sudah dikirim oleh penjual
pada akhir periode fiskal.
b. Penjualan konsinyasi
Sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan penjualan, banyak perusahaan yang
saat ini menggunakan metode konsinyasi dalam penjualannya. Pada kerja sama
penjualan konsinyasi ini pemilik barang (consignor) mengirim barang kepada penjual
(consignee), dimana penjual setuju untuk menerima barang tanpa ada kewajiban apa
pun, kecuali perawatan dan penjagaan terhadap kehilangan dan kerusakan, hingga
barang tersebut terjual kepada pihak lain.
c. Barang atas Penjualan dengan Perjanjian Khusus
Pembeli tidak dapat mengakui perjanjian tersebut sebagai penjualan dan tidak
mengurangi barang tersebut dari persediaanya.
b) Penjualan dengan tingkat pengembalian tinggi
Maka penjual memiliki dua pilihan, pertama adalah mencatat penjualan pada nilai
penuh dan membentuk akun penyisihan atas estimasi pengembalian penjualan,
kedua adalah tidak mencatat adanya penjualan hingga dapat diperkirakan tingkat
pengembalian oleh pembeli.
c) Penjualan dengan cicilan
Penjual akan mengakui adanya penjualan dan mengeluarkan penjualan dari
persediaannya apabila dapat diestimasikan secara baik nilai presentasi
kemungkinan penjualan tidak tertagih.
I. Biaya-biaya Persediaan
Biaya pembelian persediaan meliputi harha beli, bea impor, pajak lainnya
(kecuali yang kemudian dapat ditagihkan kembali kembali kepada otoritas
pajak), biaya pengangkutan, biaya penanganan, dan biaya lainnya yang secara
langsung dapat diatribusikan pada perolehan barang jadi, bahan dan jasa.
Diskon dagang rabat dan hal lain yang serupa dikurangkan dalam menentukan
biaya pembelian.
b. Biaya konversi
Biaya konversi merupakan biaya yang timbul untuk memproduksi bahan baku
menjadi barang jadi atau barang dalam produksi. Biaya ini meliputi biaya yang
secara langsung terkait dengan unit yang diproduksi, termasuk juga alokasi
sistematis biaya overhead produksi yang bersifat tetap ataupun variable,
maka biaya tersebut dialokasikan pada setiap unit produksi atas dasar
penggunaan actual fasilitas produksi.Sedangkan biaya overhead tetap
dialokasikan berdasarkan kapasitas fasilitas produksi normal.Apabila suatu
entitas mengalami produksi yang rendah, maka pengalokasian jumlah
overhead tetap per unit produksi tidak bertambah dan overhead yang tidak
teralokasi diakui sebagai beban pada periode terjadinya.Sebaliknya apabila
suatu entitas mengalami produksi yang tinggi di luar normalitas produksinya,
maka jumlah overheadtetap yang dialokasikan pada tiap unit produksi
menjadi berkurang sehingga persediaan tidak diukur di atas biayanya.
c. Biaya lainnya
Biaya lain yang dapat dibebankan sebagai biaya persediaan adalah biaya yang
timbul agar persediaan tersebut berada dalam kondisi dan lokasi saat ini.
Yang termasuk biaya lainnya misalnya biaya desain dan biaya praproduksi
yang ditujukan untuk konsumen yang spesifik. Sedangkan biaya-biaya seperti
penelitian dan pengembangan, biaya administrasi dan penjualan, biaya
pemborosan, biaya penyimpanan tidak dapat dibebankan sebagai biaya
persediaan(Martani, 2012:249).
Herjanto (2008: 77) Biaya persediaan terdiri dari seluruh pengeluaran, baik yang
langsung maupun yang tidak langsung, yang berhubungan dengan pembelian,
persiapan, dan penempatan persediaan untuk dijual. Biaya persediaan bahan baku
atau barang yang diperoleh untuk dijual kembali, biaya termasuk harga
pembelian, pengiriman, penerimaan, penyimpanan dan seluruh biaya yang
terjadi, merupakan persediaan yang dimaksudkan untuk menjaga terjadinya
fluktuasi permintaan yang tidak diperkirakan sebelumnya, dan untuk mengatasi
bila terjadi kesalahan/penyimpangan dalam prakiraan penjualan, waktu produksi,
atau pengiriman barang.
Herjanto dalam Tamodia (2013) menyatakan bahwa dalam setiap penentuan
pemesanan barang yang akan mempengaruhi besarnya jumlah persediaan, biaya-biaya
variabel berikut ini harus dipertimbangkan antara lain:
1. Biaya penyimpanan adalah biaya yang dikeluarkan berkenan dengan
diadakannya persediaan barang. Biaya penyimpanan dapat dinyatakan dalam
dua bentuk yaitu persentase dari unit harga/nilai barang, dan dalam bentuk
rupiah per unit barang, dalam periode waktu tertentu.
2. Biaya modal biasanya merupakan komponen biaya penyimpanan yang terbesar,
baik berupa biaya bunga jika modalnya berasal dari pinjaman maupun biaya
oportunitas apabila modalnya milik sendiri.
2) Asuransi
4) Biaya modal
3) Diskon
Metode ini berasumsi bahwa arus barang harus sama dengan arus biaya
,sehingga setiap kelompok barang diberi identifikasi dan dibuat kartu.dengan
demikian, harga pokok untuk setiap barang dapat diketahui, sehingga harga
pokok penjualan terdiri atas harga pokok barang yang dijual dan sisanya
sebagai persediaan akhir. Metode identifikasi khusus umumnya digunakan
untuk perusahaan yang mempunyai persediaan barang relatife sedikit tetapi
harga per unitnya besar. Sebagai akibat persediaan barangnya dapat
diidentifikasi secara khusus, perhitungan harga pokok penjualan dan harga
pokok persediaan menggunakan arus harga pokok sebenarnya ( actual ) dari
persediaan.
b. Metode Masuk Pertama Keluar Pertama ( FIFO )
Metode ini bias juga disebut sebagai motode FIFO ( first in first out )
.metode ini dikembangkan berdasarkan asumsi bahwa persediaan barang
dagang yang pertama dibeli adalah persediaan yang pertama harus dijual (
the first marchandiespurchased is the first maechandise sold ). Karena
persediaan yang terjual terdiri dari harga perolehan dari persediaan-
persediaan yang pertama masuk ,maka harga perolehan persediaan
barang dagang yang tersisa terdiri dari harga perolehan dari persediaan-
persediaan yang terakhir masuk.
c. Metode Rata-rata ( Average )
Metode penentuan harga perolehan ini merupakan metode rata- rata yang
diselenggarakan secara perpetual.Setiap terjadi transaksi pembelian atau
masuknya persediaan maka harus dihitung harga perolehan rata-rata yang
baru. Harga pokok penjualan merupakan hasil perkalian antara jumlah
persediaan yang terjual dengan harga perolehan rata-rata pada saat ini.
Menurut PSAK NO.14 revisi (2014), PSAK adalah standar yang harus diikuti dalam
pencatatan dan pelaporan akuntansi di Indonesia.PSAK ini merupakan aturan-aturan
yang harus ditaati oleh para akuntan agar pelaporan akuntansi di Indonesia ini menjadi
lebih efektif.
a. Pengukuran persediaan
Persediaan harus diukur berdasarkan biaya atau nilai realisasi bersih, mana
yang lebih rendah(present location and condition)
b. Pengakuan sebagai Beban
Harga Pokok Penjualan terdiri atas seluruh pengeluaran, baik langsung atau tidak
langsung, untuk memperoleh persediaan tersebut, dalam hal tertentu sebagai contoh
dalam perusahaan industri, persediaan dapat dikategorikan sebagai persediaan bahan
baku atau persediaan barang jadi. Selanjutnya dalam laporan keuangan, persediaan
disajikan di neraca atau di laporan laba rugi.Laporan keuangan yang harus dibuat
perusahaan harus memberikan informasi yang cukup untuk pihak-pihak didalam dan
diluar perusahaan.Sehingga baik manajemen dan pihak luar yang berkepentingan
dalam mengambil keputusan yang informatif.
Perusahaan harus melaporkan informasi mengenai kegiatan usahanya secara relevan,
dipercaya, dan dapat diperbandingkan.Pada laporan neraca persediaan disajikan
sebagai harta lancar pada laporan laba rugi, metode penilaian persediaan
berpengaruh dalam penentuan nilai persediaan awal, persediaan akhir harga pokok
penjualan dan penentuan laba kotor.Pengaruh pada laba rugi kadang-kadang sulit
dievaluasi karna adanya perbedaan selisih yang dapat dipengarui oleh suatu
kesalahan. Suatu penetapan persediaan awal yang terlalu tinggi (overstatement) akan
mengakibatkan overstatement barang yang bersedia dijual dan harga pokok
penjualan.selanjutnya penetapan harga pokok penjualan terlalu rendah
(understatement) akan menyebabkan laba bersih yang terlalu rendah (Waluyo,
2012:95)
R. Penelitian Relevan
S. Kerangka Berpikir
Kerangka Berfikir yang penulis gunakan dalam observasi ini adalah sebagai berikit:
Gambar 2.1
Kerangka Berpikir
a. Jenis-jenis Persediaan
Persediaan barang pada PT. Intan Jaya Abadi meliputi barang yang dibeli, dan
disimpan untuk dijual kembali dalam kegiatan usaha normal perusahaan, dan
mencakup barang jadi yang telah diproduksi. Dalam hal ini dapat diartikan bahwa
persediaan barang dagangan yang terdapat pada perusahaan PT Intan Jaya Abadi ini
memproduksi bahan mentah,bahan setengah jadi, bahan jadi kemudian menjualnya
kepada pemasok. PT. Intan Jaya Abadi tidak membedakan pencatatan persediaan
berdasarkan bahan mentah, bahan setengah jadi, bahan jadi sehingga kami tertarik
untuk melakukan observasi untuk menerapkan pencatatan persediaan pada PT.Intan
Jaya Abadi.
b. Metode Pencatatan Persediaan
Metode pencatatan persediaan yang dilakukan oleh PT. Intan Jaya Abadi
menggunakan metode pencatatan physical yang terkomputerisasi karena setiap
kegiatan pencatatan persediaan telah menggunakan komputer yang terkoneksi
secara online.Kegiatan pencatatan
persediaan yang ada di PT. Intan Jaya Abadi meliputi pembelian barang, penjualan
barang, biaya angkut .
Dalam kemajuan teknologi yang sangat pesat, dewasa ini masyarakat harus
dituntut dapat menghadapi perkembangan tersebut agar bisa bertahan hidup baik
perusahaan-perusahaan yang bergerak dibidang usaha dagang, jasa, maupun
perusahaan manufaktur. Khususnya untuk PT. Intan Jaya Abadi dalam kegiatan
usahanya bergerak dalam bidang manufaktur dan perusahaan Dagang. Dalam
perkembangan usahanya dari tahun ketahun PT Intan Jaya Abadi mengalami
kemajuan. Berikut ini adalah data persediaan, pembelian, penjualan, akun-akun
persediaan bahan baku, bahan setengah jadi dan barang jadi.
c. Penilaian Persediaan Pada PT Intan Jaya Abadi
Menurut pengamatan penulis, penilaian persediaan barang dagangan pada
PT. Intan Jaya Abadi AII belum menggunakan penilaian persediaan sesuai dengan
standar pencatatan akuntansi persediaan PSAK NO.
14. Aktivitas yang terjadi pada PT. Intan Jaya Abadi AII baik transaksi pembelian,
penjualan, pencatatan arus masuk dan keluar juga sudah menggunakan sistem
pengolahan data elektronik komputer tetapi belum maksimal dalam pencatatan
persediaannya sehingga pimpinan masih mengalami kesulitan dalam penyusunan
laporan keuangan di akhir periode.
d. Metode Penilaian Persediaan
Penilaian terhadap persediaan barang dagang pada PT. Intan Jaya Abadi AII
menggunakan metode FIFO (First In, First Out) atau yang dikenal juga dengan sebutan
Masuk Pertama, Keluar Pertama (MPKP) dimana metode ini dikembangkan
berdasarkan asumsi bahwa persediaan barang dagangan yang pertama dibeli adalah
persediaan yang pertama harus dijual (the first merchandise purchased is the first
merchandise sold). Karena persediaan yang terjual terdiri dari harga perolehan dari
persediaan-persediaan yang pertama masuk, maka harga perolehan persediaan
barang dagangan yang tersisa terdiri dari harga perolehan dari persediaan-
persediaan yang terakhir masuk.Untuk penentuan pendapatan, biaya-biaya
sebelumnya dicocokkan dengan pendapatan dan biaya-biaya yang baru digunakan
untuk penilaian.
d. Penerapan Persediaan barang Pada PT Intan Jaya Abadi
PT. Intan Jaya Abadi sebelumnya menggunakan sistem penilaian persediaan
dengan menggunakan sistem FIFO fisik, sehingga kami ingin observasi menggunakan
penilaian persediaan dengan sistem FIFO perpetual. PT. Intan Jaya Abadi sudah
menerapkan pencatatan persediaan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku
umum tetapi tidak dipisahkan berdasarkan bahan baku, bahan setengah jadi, barang
jadimenurut PSAK No. 14. Penulis memisahkan pencatatan persediaan berdasarkan
bahan baku, bahan setengah jadi dan barang jadi. Oleh sebab itu untuk menjaga
persediaan tertata dengan baik penulis melakukan observasi dengan menerapkan
medode Perpetual pada PT.Intan Jaya Abadi
.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pernyataan standar akuntansi keuangan PSAK Nomor 14 tentang
persediaan disetujui dalam rapat komite prinsip akuntansi Indonesia pada
tanggal 24 Agustus 1994 dan telah disahkan oleh pengurus pusat ikatan akuntan
indonesia pada tanggal 27 September 1994 pernyataan ini tidak wajib
diterapkan untuk unsur yang tidak material persediaan atau Inventory adalah
meliputi semua barang yang dimiliki perusahaan pada saat tertentu dengan
tujuan untuk dijual atau dikonsumsi dalam siklus operasi normal perusahaan
persediaan merupakan aktiva perusahaan yang menempati posisi yang cukup
penting dalam suatu perusahaan tujuan pernyataan ini adalah untuk
Merumuskan perlakuan akuntansi untuk persediaan menurut sistem biaya yang
harus diakui sebagai aktiva dan konversi selanjutnya sampai pendapatan yang
bersangkutan diakui pernyataan ini menyediakan pedoman praktis dalam
penentuan biaya dan pengakuan selanjutnya sebagai beban termasuk setiap
perumusannya menjadi nilai realisasi bersih atau net realisable value
pernyataan ini juga menyediakan pedoman rumus biaya yang digunakan untuk
membebankan biaya pada persediaan.
Berdasarkan hasil observasi PT. Intan Jaya Abadi Sudah menerapkan PSAK
NO.14 tetapi pencatatan yang dilakukan perusahaan belum maksimal
dikarenakan perusahaan tidak memisahkan persediaan berdasarkan Bahan
Baku, Bahan Setengah Jadi dan Barang Jadi.Perusahaan menggunakan metode
FIFO fisik sedangkan penulis menggunakan metode FIFO perpetual.Dari
observasi tersebut ketika menggunakan FIFO perpetual nilai persediaan dari
masing-masing persediaan dapat dibedakan berdasarkan jenis-jenis persediaan,
Sehingga lebih memudahkan untuk mengetahui nilai masing-masing jenis
persediaan tersebut. Sedangkan menggunakan FIFO fisik nilai persediaan yang
tercantum di laporan posisi keuangan hanya satu komponen persediaan saja,
sehingga susah menentukan nilai masing-masing dari persediaan.
DAFTAR PUSTAKA
DSAK IAI. 2014. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No 14 (revisi 2014). Jakarta: Selemba
Empat. Anwar, Nurul dan Herman Karamoy.2014.Analisis Penerapan Metode Pencatatan
dan Penilaian terhadap Persediaan Barang menurut PSAK No.14.jurnal Akuntansi dan keuangan
Indonesia 129-130.