Anda di halaman 1dari 18

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. LANDASAN TEORI

1. Pengertian Akuntansi
Secara umum, akuntansi dapat diartikan sebagai sistem informasi

yang menyediakan laporan untuk para pengemban kepentingan mengenai

aktivitas ekonomi serta kondisi perusahaan. Selain itu,ada beberap

pengertian Akuntansi menurut beberapa ahli yaitu

Menurut (Surwadjono 2015, 10) menyatakan bahwa:

“Akuntansi dapat didefinisikan sebagai seperangkat yang mempelajari


perekayasaan penyediaan jasa berupa informasi keuangan kuantitatif unit-
unit organisasi dalam suatu lingkungan negara tertentu dan cara
penyampaian (pelaporan) informasi tersebut kepada pihak yang
berkepentingan untuk dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan
ekonomik”.

Menurut (Sumangando dan Nangoi 2015, 9) mengatakan bahwa:

“Akuntansi adalah suatu aturan yang menyediakan informasi penting yang

dapat memungkinkan adanya pelaksanaan dan penilaian jalannya

perusahaan secara tepat”.

11
12

Menurut (Alvin A. Arens, Randal J. Elder, dan Mark S. Beasley

dalam Amir Abadi Jusuf 2015, 7) mengatakan bahwa:

“Akuntansi adalah proses pencatatan, pengklasifikasian, dan

pengikhtisaran peristiwa ekonomi dengan cara yang logis dengan tujuan

menyediakan informasi keuangan untuk pengambilan keputusan”.

Menurut (Mulyadi 2012, 1), mengatakan bahwa:

“Akuntansi adalah suatu proses mencatat, mengklasifikasi, meringkas,


mengolah dan meyajikan data, transaksi serta kejadian yang berhubungan
dengan keuangan sehingga dapat digunakan oleh orang yang
menggunakannya dengan mudah dimengerti untuk pengambilan suatu
keputusan serta tujuan lainnya”.

Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa definisi

akuntansi adalah suatu informasi yang diberikan perusahaan melalui

laporan keuangan dengan tujuan untuk memberikan gambaran yang jelas

mengenai keadaan suatu kondisi perusahaan.

2. Pengertian Audit
Auditing memberikan nilai tambah untuk laporan keuangan

perusahaan, karena akuntan publik sebagai pihak yang ahli dan independen

pada akhir pemeriksaannya dan akan memberikan pendapat tentang

kewajaran posisi keuangan, hasil usaha, perubahan modal dan laporan arus

kas. Peran audit sangat penting dalam suatu perusahaan, hal ini sejalan
13

dengan kebutuhan para investor dan pemerintah dalam mengevaluasi

setiap kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan.

Menurut (Soekrisno Agoes 2017, 4) mengatakan bahwa:

“Auditing adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara teliti dan


terstruktur, oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang
sudah disusun oleh manajemen, dengan catatan-catatan pembukuan dan
bukti-bukti pendukungnya, yang bertujuan untuk memberikan pendapat
tentang kewajaran laporan keuangan tersebut.”

Menurut (Hayes 2012, 4) mengatakan bahwa :

“Audit adalah suatu proses terstruktur secara objektif untuk mendapatkan


dan mengevaluasi bahan bukti mengenai pernyataan tentang kejadian dan
kegiatan ekonomi untuk meyakinkan tingkat keterkaitan antara pernyataan
tersebut dengan kriteria yang telah ditentukan dan menginformasikan
hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.”

Menurut (Alvin A. Arens, Mark S. Beasly, dan Randal J. Elder


2017, 28)
“Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about
information to determine and report on the degree of correspondence
between the information and established criteria. Auditing should bedone
by a competent, independent person”.
Sedangkan (Mulyadi 2014, 9) menyatakan bahwa:

“Secara umum auditing adalah suatu proses yang tersusun untuk


memperoleh dan megevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-
pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk
menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut
dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-
hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan”.
14

Dapat disimpulkan bahwa auditing adalah suatu proses yang

terstruktur untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif

mengenai pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang ditentukan

dan penyampaian hasil-hasilnya kepada pihak yang berkepentingan.

Laporan audit merupakan media yang dipakai oleh auditor dalam

berkomunikasi dengan masyarakat lingkungannya. Dalam laporan itu

auditor menyatakan pendapatnya mengenai kewajaran laporan audit.

Pendapat auditor tersebut disajikan dalam suatu laporan tertulis yang

umumnya berupa laporan audit baku.

a. Tipe Audit

Menurut (Mulyadi 2014, 30-32) auditing umumnya digolongkan

menjadi tiga golongan yaitu :

a) Audit Laporan Keuangan (Financial Statement Audit)

Audit laporan keuangan adalah audit yang dilakukan oleh

auditor independen terhadap laporan keuangan yang disajikan

oleh kliennya untuk memberikan pendapat mengenai

kewajaran laporan keuangan tersebut. Dalam audit laporan

keuangan ini, auditor independen menilai kewajaran laporan

keuangan atas dasar kesesuaiannya dengan prinsip akuntansi

yang berlaku umum. Hasil auditing terhadap laporan keuangan

tersebut disajikan dalam bentuk tertulis berupa laporan audit,

laporan audit ini diberikan kepada para pemakai informasi


15

keuangan seperti pemegang saham, kreditur dan Kantor

Pelayanan Pajak.

b) Audit Kepatuhan (Compliance Audit)

Audit kepatuhan adalah audit yang bertujuan untuk

menentukan apakah yang diaudit sesuai dengan kondisi atau

peraturan tertentu. Hasil audit kepatuhan umumnya dilaporkan

kepada pihak yang berwenang membuat kriteria.

c) Audit Operasional (Operational Audit)

Audit operasional merupakan review secara terstrukur pada

kegiatan organisasi, atau bagian daripadanya, dalam

hubungannya dengan tujuan tertentu. Manajemen atau pihak

ketiga merupakan pihak yang memerlukan audit operasional.

Hasil audit operasional diserahkan kepada pihak yang meminta

dilaksanakannya audit tersebut.

b. Jenis-Jenis Audit

Dalam melakukan pemeriksaan, ada beberapa jenis audit yang

dilakukan oleh para auditor sesuai dengan tujuan pelaksanaan

pemeriksaan. Menurut (Soekrisno Agoes 2012, 13-16) ditinjau dari

jenis pemeriksaannya, audit bisa dibedakan menjadi 4 jenis yaitu:


16

a) Pemeriksaan Umum (General Audit)

Suatu pemeriksaan umum atas laporan keuangan yang

dilakukan oleh KAP independen bertujuan untuk bisa

memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan

secara keseluruhan. Pemeriksaan tersebut harus dilakukan

sesuai dengan Standar Profesional Akuntan Publik atau ISA

atau Panduan Audit Entitas Bisnis Kecil dan memperhatikan

Kode Etik Akuntan Indonesia, Kode Etik Profesi Akuntan

Publik serta Standar Pengendalian Mutu.

b) Pemeriksaan Khusus (Special Audit)

Suatu pemeriksaan terbatas (sesuai dengan permintaan

Auditee) yang dilakukan oleh KAP yang independen, dan pada

akhir pemeriksaannya auditor tidak perlu memberikan

pendapat terhadap kewajaran laporan keuangan secara

keseluruhan. Pendapat yang diberikan terbatas pada pos atau

masalah tertentu yang diperiksa, karena prosedur audit yang

dilakukan juga terbatas. Misalnya KAP diminta untuk

memeriksa apakah terdapat kecurangan terhadap penagihan

piutang usaha di perusahaan.


17

c) Pemeriksaan Intern (Internal Audit)

Pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal audit

perusahaan, baik terhadap laporan keuangan dan catatan

akuntansi perusahaan, maupun ketaatan terhadap kebijakan

manajemen yang telah ditentukan. Pemeriksaan yang

dilakukan internal auditor biasanya lebih rinci dibandingkan

dengan pemeriksaan umum yang dilakukan oleh KAP dan

tidak memberikan opini terhadap kewajaran laporan keuangan,

karena pihak-pihak diluar perusahaan menganggap bahwa

internal auditor, yang merupakan orang dalam perusahaan atau

tidak independen.

d) Pemeriksaan Komputer (Computer Audit)

Pemeriksaan oleh KAP terhadap perusahaan yang memproses

data akuntansinya dengan menggunakan Electronic Data

Processing (EDP) System.

Ada 2 (dua) metode yang dilakukan oleh auditor:

a) Audit Arround The Computer

Dalam hal ini auditor hanya memeriksa input dan

output dari EDP system tanpa melakukan tes

terhadap proses dalam EDP system tersebut.


18

b) Audit Through The Computer

Pendekatan audit ini penyesuaian komputer yang

secara langsung berfokus pada operasi pemprosesan

dalam sistem komputer dengan anggapan bila

terdapat pengendalian yang sesuai dalam

pemrosesan, maka kesalahan dan penyalahgunaan

dapat ditemukan. Pendekatan ini dapat

menggunakan perangkat lunak dalam bentuk

specialized audit software (SAS) dan generalized

audit software (GAS).

3. Audit Delay
Menurut (Shultoni 2012, 18) menyatakan bahwa:

“Audit delay adalah lamanya waktu antara berakhirnya tahun fiskal


perusahaan sampai dengan tanggal laporan audit yang diukur secara
jumlah hari. Audit delay ini akan menyebabkan dampak terhadap
ketepatan publikasi informasi, dan informasi yang dipublikasikan dapat
mempengaruhi penjualan kenaikan atau penurunan harga saham.”

Menurut (Subekti dan Widiyanti 2014, 113), menyatakan bahwa:

“Audit Delay adalah perbedaan waktu antara tanggal laporan keuangan

dengan tanggal opini audit dalam laporan keuangan menunjukan tentang

lamanya waktu penyelesaian audit yang dilakukan oleh auditor.”


19

Dari beberapa definisi di atas, sehingga dapat disimpulkan bahwa

waktu audit atau audit delay adalah lamanya waktu penyelesaian audit

laporan keuangan yang dilakukan oleh auditor terhitung mulai tanggal

tutup buku sampai tanggal penandatanganan oleh auditor pada laporan

auditor independen. Lamanya proses audit yang dilakukan oleh auditor

dapat berdampak pada audit delay dalam penyampaian informasi laporan

keuangan kepada publik.

Pelaporan Keuangan Bagi Perusahaan Publik Sebelum tahun 2003,

berdasarkan lampiran keputusan Ketua BAPEPAM Nomor Keputusan

80/PM/1996 tentang penyampaian laporan keuangan berkala, maka setiap

perusahaan publik yang pernyataan pendaftarannya telah efektif wajib

menginformasikan laporan keuangan berkala dan laporan auditor

independen kepada BAPEPAM selambat-lambatnya 120 hari setelah

tanggal laporan tahunan perusahaan. Tetapi sejak tanggal 30 September

2003, BAPEPAM merevisi peraturan tersebut, dengan dikeluarkannya

lampiran surat keputusan Ketua BAPEPAM Nomor: Keputusan

36/PM/2003 yang menyatakan bahwa laporan keuangan tahunan harus

disertai dengan laporan akuntan dengan pendapat yang sederhana dan

disampaikan kepada BAPEPAM selambat-lambatnya pada akhir bulan

ketiga (90 hari) setelah tanggal laporan keuangan tahunan.

Beberapa faktor yang kemungkinan menjadi penyebab Audit Delay

semakin lama, yaitu: Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Solvabilitas dan

Opini Auditor.
20

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay


Faktor-faktor yang berasal dari internal perusahaan yang

memengaruhi audit delay yaitu total pendapatan, tipe industri,

kompleksitas laporan keuangan, kompleksitas data elektronik, umur

perusahaan, pos-pos luar biasa, laba/rugi, kompleksitas operasi perusahaan

dan juga ukuran perusahaan.

Faktor yang berasal dari eksternal perusahaan yang memengaruhi

audit delay yaitu opini audit, reputasi auditor, dan kualitas auditor. Faktor

Internal yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu Ukuran

Perusahaan, Profitabilitas, Solvabilitas dan Opini Audit. Faktor eksternal

perusahaan yang akan digunakan yaitu Audit Delay.

5. Ukuran Perusahaan
Menurut (Hartono 2014, 460) mengatakan bahwa:

“Ukuran perusahaan (size) menjelaskan besar kecilnya suatu perusahaan

diukur dengan menggunakan logaritma natural dari total aset”.

Logaritma natural dari total aset dilakukan untuk mengubah data

total aset yang beragam. Pengukuran tersebut digunakan sebagai penanda

karena dianggap mampu menjelaskan ukuran suatu perusahaan.

Menurut penelitian (Ardianti 2013) menjelaskan ukuran

perusahaan dapat dilihat dari kepemilikan jumlah total aset, jumlah total
21

penjualan tiap periode, jumlah karyawan, dan lain-lain. Semakin besar

nilainya maka akan semakin besar pula ukuran perusahaan. Dalam

penelitian ini ukuran perusahaan diukur menggunakan total aset yang

terdapat dalam laporan keuangan khususnya laporan posisi keuangan

(neraca). Ukuran perusahaan dapat dirumuskan sebagai berikut:

Sumber: Hery, 2015

6. Profitabilitas
Menurut (Kasmir 2016, 196) mengatakan bahwa:

“Rasio profitabilitas yaitu rasio yang menilai kemampuan perusahaan


dalam mencari keuntungan atau laba dalam suatu periode tertentu.
Profitabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bagi perusahaan
yang menunjukkan tingkat keberhasilan dan menilai sejauh mana kinerja
perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bagi investor. Semakin baik
rasio profitabilitas maka semakin baik menjelaskan kemampuan tingginya
keuntungan yang diperoleh perusahaan”.

Menurut (Prameswari dan Yustrianthe 2015, 122)

“ROA merupakan perbandingan antara jumlah laba yang dihasilkan


terhadap aset yang digunakan, sehingga menunjukkan jumlah perusahaan
yang mampu untuk menghasilkan laba dari sumber daya (aset) yang
dimiliki”.

Profitabilitas merupakan hasil dari sejumlah besar kebijakan dan

keputusan manajemen dalam menggunakan sumber dana perusahaan.


22

Dalam penelitian ini perhitungan profitabilitas diukur dengan Return on

Asset Rasio (ROA), rasio ini mengukur kemampuan perusahaan

menghasilkan laba berdasarkan tingkat asset tertentu.

Dari uraian di atas tampak bahwa tingkat Profitabilitas suatu

perusahaan mempengaruhi ukuran waktu penyelesaian audit dan

pemberitahuan laporan keuangan tahunan.

Menurut (Brigham dan Houston 2012, 148) Profitabilitas dapat dihitung

menggunakan rumus sebagai berikut :

Keterangan:

ROA : Return On Assets

Laba Bersih : Jumlah laba bersih perusahaan setelah pajak

Total Aktiva : Jumlah asset yang dimiliki perusahaan

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba

dengan periode tertentu. Semakin tinggi Profitabilitas maka semakin tinggi

pula kesesuaian perusahaan dalam memanfaatkan fasilitas perusahaan.

7. Solvabilitas
Menurut (Kasmir 2016, 150) mengatakan bahwa:
23

“Rasio solvabilitas atau leverage ratio merupakan rasio yang digunakan

untuk mengukur sejauh mana aktivitas perusahaan dibiayai dengan

hutang.”

Menurut (Fahmi 2014, 59) menyatakan bahwa :

“Rasio solvabilitas yaitu rasio yang menunjukkan bagaimana perusahaan


mampu untuk mengelola hutangnya dalam rangka memperoleh
keuntungan dan juga mampu untuk melunasi kembali hutangnya.
Perusahaan yang tidak solvabel adalah perusahaan yang utang totalnya
lebih besar dibandingkan total asetnya. Semakin tinggi rasio solvabilitas
maka semakin tinggi pula resiko kerugian atau kesulitan keuangan yang
dihadapi.”

Dengan demikian solvabilitas merupakan kemampuan suatu

perusahaan untuk membayar semua hutang-hutangnya baik jangka pendek

maupun jangka panjang. Tingginya rasio debt to equity mencerminkan

tingginya resiko keuangan perusahaan.

Solvabilitas dapat diukur dengan menggunkan total aset

perusahaan dan total ekuitas perusahaan. Dalam penelitian ini yang

menjadi tolak ukur Solvabilitas diukur dengan Total Debt to Total Asset

rasio, rasio ini membandingkan jumlah utang (baik jangka pendek ataupun

jangka panjang) dengan jumlah aset (total asset).

Menurut (Fahmi 2014, 62) Solvabilitas dapat dirumuskan sebagai

berikut:
24

8. Opini Audit
Menurut (Mulyadi 2013, 19) mengatakan bahwa:

“Opini auditor adalah pendapat yang dikeluarkan oleh auditor mengenai


kewajaran laporan keuangan auditan, dalam semua hal yang material, yang
didasarkan atas kesesuaian penyusunan laporan keuangan tersebut dengan
prinsip akuntansi berterima umum.”

Opini audit adalah pendapat akuntan atas laporan keuangan

tahunan perusahaan yang telah diaudit. Auditor sebagai pihak yang

independen dalam pemeriksaan laporan keuangan suatu perusahaan akan

memberikan opini terhadap laporan keuangan yang diauditnya. Standar

Profesional Akuntan Publik (SPAP) mengharuskan pembuatan laporan

setiap kali kantor akuntan publik dikaitkan dengan laporan keuangan.

Laporan audit merupakan media yang digunakan auditor dalam

menginformasikan kepada masyarakat lingkungannya. Dalam laporan

tersebut auditor menyatakan pendapatnya tentang kewajaran laporan

keuangan yang diaudit olehnya. Pendapat auditor tersebut disajikan dalam

suatu laporan tertulis yang umumnya berupa laporan audit baku yang

terdiri dari tiga paragraf yaitu paragraf pengantar (introductory

paragraph), paragraf lingkup (scope paragraph), dan paragraf pendapat

(opinion paragraph). Laporan audit hanya dibuat jika audit benar-benar

dilakukan. Bagian dari laporan audit yang merupakan informasi utama dari

laporan audit adalah opini audit.


25

Untuk lebih rincinya, berbagai tipe opini auditor dapat dijelaskan

sebagai berikut :

a) Pendapat wajar tanpa pengecualian (Unqualified Opinion)

Pendapat wajar tanpa pengecualian menyatakan bahwa laporan

keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material,

posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai

dengan prinsip akuntansi yang berterima umum di Indonesia (IAI,

Standar Profesional Akuntan Publik 2001).

b) Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan

(Unqualified Opinion with Explanatory Language)

Menurut (IAI 2001) memuat penjelasan, bahwa keadaan tertentu

mungkin mengharuskan auditor untuk menambahkan suatu

paragraph penjelasan (atau bahasa penjelasan yang lain) dalam

laporan auditnya.

c) Pendapat wajar dengan pengecualian (Qualified Opinion)

Jika auditor menjumpai kondisi-kondisi berikut, ia akan

memberikan pendapat wajar dengan pengecualian dalam laporan

audit, yaitu:

a) Lingkup audit dibatasi oleh klien.


26

b) Auditor tidak dapat melaksanakan prosedur audit penting

atau tidak dapat memperoleh informasi penting karena

kondisikondisi yang berada di luar jangkauan kekuasaan

klien maupun auditor.

c) Laporan keuangan tidak disusun sesuai dengan prinsip

akuntansi berterima umum.

d) Prinsip akuntansi berterima umum yang digunakan dalam

penyususnan laporan keuangan tidak diterapkan secara

konsisten, kecuali untuk dampak hal-hal yang berhubungan

dengan yang dikecualikan (IAI, Standar Profesional Akuntan

Publik 2001).

d) Pendapat tidak wajar (Adverse Opinion)

Menurut (IAI 2001) menyebutkan, pendapat tidak wajar dimaknai

laporan keuangan tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan,

hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsip

akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

e) Pernyataan tidak memberikan pendapat (Disclaimer of

Opinion)

Auditor tidak melaksanakan audit yang berlingkup memadai untuk

memungkinkan auditor memberikan pendapat atas laporan

keuangan. Pernyataan tidak memberikan pendapat juga dapat


27

diberikan oleh auditor jika ia dalam kondisi tidak independen

dalam hubungannya dengan klien.

B. Kerangka Pemikiran

Menurut (Sugiyono 2017, 60) mengatakan bahwa:

“Kerangka berfikir merupakan suatu konsep tentang bagaimana teori

berhubungan dengan berbagai faktor yang telah dijelaskan sebagai

masalah yang penting”.

Penelitian ini akan menguji pengaruh ukuran perusahaan,

profitabilitas, solvabilitas dan opini audit terhadap audit delay pada

perusahaan property dan real estate yang terdaftar pada Bursa Efek

Indonesia pada tahun 2015-2018 yang digambarkan sebagai berikut:


28

Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran

X1
Ukuran Perusahaan

Profitabilitas X2

X3 Audit Delay
Solvabilitas

Y1
Opini Audit X4

Keterangan:

: Pengaruh interaksi masing-masing variabel independen ukuran


perusahaan, profitabilitas, solvabilitas dan opini audit terhadap
audit delay.

: Pengaruh interaksi variabel independen ukuran perusahaan,


profitabilitas, solvabilitas dan opini audit secara bersama-sama
(simultan) terhadap audit delay

Anda mungkin juga menyukai