Anda di halaman 1dari 6

Pengaruh Penggunaan Gawai Terhadap Minat Literasi Baca Pada

Pembelajaran IPS Di Sekolah Dasar

Febby Nur Adhari1, Rika Hanipah2, Tin Rustini3, Muh. Husen Arifin4
1
Universitas Pendidikan Indonesia.
2
Universitas Pendidikan Indonesia.
3
Universitas Pendidikan Indonesia.
4
Universitas Pendidikan Indonesia.

E-mail: 1febbynuradhari9f@upi.edu, 2rikahanipah7upi.edu@upi.edu, 3tinrustini@upi.edu,


4muhusenarifin@upi.edu

Abstrak

Abad 21 disebut juga sebagai era revolusi industri 4.0. Pada era revolusi industri ini identik
dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang sangat pesat, yang mana
segala sesuatu bisa kita dapatkan dengan mudah, cepat dan praktis. Perubahan yang
signifikan ini tidak hanya membawa dampak yang positif saja dalam kehidupan masyarakat
akan tetapi di barengi dengan dampak negatifnya. termasuk dengan minat literasi pada
pembelajaran IPS di sekolah dasar. Dengan kecanggihan yang dapat membuat segala sesuatu
menjadi lebih praktis dan mudah, seperti mencari informasi, berkomunikasi, mencari jawaban
soal soal, membuat masyarakat terutama pada anak sekolah dasar menjadi malas untuk
membaca buku. Pembelajaran IPS pada tingkat sekolah dasar sangat memerlukan
kemampuan literasi, karena pada tingkat sekolah dasar materi IPS yang diajarkan, meliputi
materi-materi yang membangun peserta didik agar memiliki kemampuan memahami
materinya. Penggunaan gawai yang kurang bijaksana dapat menyebabkan kurangnya minat
literasi terhadap pembelajaran IPS. Penulisan karya ilmiah ini menggunakan metode kualitatif
deskriptif atau study pustaka yang menelaah jurnal-jurnal yang telah diterbitkan secara
nasional maupun internasional. Penulisan karya ilmiah ini juga bertujuan untuk mengetahui
pengaruh penggunaan gawai terhadap minat literasi baca pada pembelajaran IPS di sekolah
dasar.

Kata Kunci: Gadget, Literasi, Pembelajaran IPS

Abstract

The 21st century is also known as the era of the industrial revolution 4.0. In the era of the
industrial revolution, it is synonymous with the very rapid development of information and
communication technology, where we can get everything easily, quickly and practically. This
significant change does not only have a positive impact on people's lives but is accompanied
36
by a negative impact. including literacy interests in social studies learning in elementary
schools. With sophistication that can make everything more practical and easier, such as
finding information, communicating, finding answers to questions, making people, especially
elementary school children lazy to read books. Social studies learning at the elementary level
really requires literacy skills, because at the elementary level the social studies material taught
includes materials that build students' ability to understand the material. Unwise use of strings
can lead to a lack of literacy interest in social studies learning. The writing of this scientific
paper uses descriptive qualitative methods or literature study which examines journals that
have been published nationally and internationally.

Keywords: Gadgets, Literacy, Social Studies Learning

Pendahuluan lebih senang menonton dan mengikuti siaran


Abad 21 ini merupakan zaman yang televisi dari pada membaca.
sangat identik dengan perkembangan ilmu Rendahnya budaya literasi membaca
pengetahuan dan teknologi yang sangat ini sangat mengkhawatirkan karna dengan
pesat, yang mana segala sesuatu bisa kita rendahnya minat literasi membaca pada
dapatkan dengan mudah dan praktis. Dengan siswa membuktikan bahwa proses
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi pendidikan belum mengembangkan potensi
pun dapat memudahkan manusia untuk dan minat peserta didik terhadap
berinteraksi dalam jarak yang sangat jauh pengetahuan. Praktik pendidikan yang
dan juga bisa menolong manusia dalam dilaksanakan di sekolah selama ini juga
kehidupan sehari hari. (Andriyani et al., memperlihatkan bahwa sekolah belum
2021) Kemajuan ini pula yang menyebabkan berfungsi sebagai organisasi pembelajaran
banyaknya perubahan dalam tatanan yang menjadikan semua warganya sebagai
kehidupan manusia baik dalah aspek pembelajar sepanjang hayat. Tuntutan abad
ekonomi, hukum, budaya, sosial bahkan ini mengharuskan generasi muda haus akan
pendidikan sekalipun. (Yunita Andriyani, bacaan baik bacaan yang datang dari dalam
Muh. Husein Arifin, 2021) Perubahan yang negeri maupun luar negeri. Dunia yang kian
signifikan ini tidak hanya membawa dampak kompetitif ini, menuntut generasinya untuk
yang positif saja dalam kehidupan cerdas, kreatif dan inovatif yang bisa
masyarakat akan tetapi di barengi dengan upayakan dengan menanamkan minat
dampak negatifnya. Pengaruh negatif yang literasi membaca yang tinggi pada
bisa kita lihat secara langsung terjadi dalam anak.(Rinawati et al., 2020)
hal pendidikan. Hal ini tercermin dalam Permasalahan yang kita hadapi
sistem praktis pendidikan, permasalahan terkait rendahnya minat literasi membaca
pendidikan yang sedang di alami oleh pada anak harus mendapatkan penyelesaian
bangsa Indonesia yakni rendahnya minat yang preventif. Menurut Amri dan Rochman
literasi baca siswa. Literasi seharusnya untuk meningkatkan budaya literasi ini
sudah menjadi budaya bagi generasi muda pemerintah berupaya melalui gerakan
Indonesia, akan tetapi dengan rendahnya hal literasi sekolah (GLS), (Amri & Rochmah,
tersebut banyak sekali masyarakat yang 2021) tercantum dalam Peraturan Menteri
lebih mudah menyerap budaya berbicara dan Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23
mendengar, dari pada membaca dan Tahun 2015. Dalam konteks itu,
menuangkannya dalam bentuk tulisan. pembelajaran literasi di sekolah-sekolah
Masyarakat Indonesia masih sangat menampakkan peranannya yang amat
didominasi oleh budaya komunikasi lisan penting. GLS ini memiliki tujuan yaitu untuk
atau budaya tutur. Masyarakat cenderung menumbuh kembangkan budaya literasi
yang dijalankan disetiap jenjang pendidikan

37
khususnya pendidikan di sekolah dasar dijumpai kalimat yang harus dipahami oleh
(Akbar, 2017) .Literasi lebih dari sekadar siswa yang mana didalamnya terdapat
membaca dan menulis, namun mencakup pengetahuan dalam menyelesaikan
keterampilan berpikir menggunakan permasalahan yang dialami oleh siswa
sumber-sumber pengetahuan dalam bentuk sesuia dengan topik bacaan yang di baca.
cetak, visual, digital, dan auditori. Pada abad Pemahaman yang harus di miliki bukan
21 kemampuan ini disebut sebagai literasi hanya memahami kalimat yang bersifat
informasi dalam konteks Indonesia, literasi kualitatif saja, namun kalimat yang bersifat
dini diperlukan sebagai dasar pemerolehan kuantitaf juga harus dipahami dalam
berliterasi tahap selanjutnya. Komponen pembelajaran IPS. Untuk itu dapat kita
literasi tersebut yakni, 1) Literasi Dini pahami bahwa literasi yang baik sangat
(Early Literacy), 2)Literasi Dasar (Basic berperan penting dalam pembelajaran IPS
Literacy), 3) Literasi Perpustakaan (Library dalam meningkatkan kualitas belajar siswa.
Literacy), 4) Literasi Media (Media (Marlina & Ardiyaningrum, 2021)
Literacy), 5) Literasi Teknologi (Technology Berdasarkan paparan latar belakang
Literacy), 6) Literasi Visual (Visual diatas, tujuan yang akan di capai dalam
Literacy).(Devi et al., 2019) penelitian ini adalah untuk mengetahui
Kegiatan literasi sangat penting pengaruh pengunaan dawai terhadap minat
dilakukan dan ditingkatkan di sekolah dasar literasi baca pada anak sekolah dasar.
untuk meningkatkan kemampuan siswa Sebagaimana yang kita ketahui bahwa
dalam mengahadapi permasalahan literasi membaca adalah literasi dasar yang
khususnya dalam pembelajaran IPS. Banyak harus dimiliki oleh setiap orang, karna
siswa yang berpendapat bahwa IPS adalah dengan literasi inilah akan memudahkan
pelajaran yang membosankan, baik dalam dalam pencapain literasi lainnya terutama
menerima penjelasan dari guru maupun pada anak sekolah dasar, Kurangnya minat
membaca materi yang ada di buku ajar. literasi baca pada anak sekolah dasar dapat
Pembelajaran IPS seharusnya dibuat atau kita upayakan dengan membudayakan
dirancang sebaik mungkin agar siswa kebiasaan membaca pada anak mulai dari
termotivasi saat mengikuti kegiatan belajar usia dini agar menjadi sebuah kebiasaan
mengajar. Selain itu juga siswa harus yang membudaya dalam diri bangsa
diransang untuk aktif dalam pembelajaran Indonesia.
agar terlksananya pembelajaran yang
Metode
kondusif dan efektif.(Hassanuddin, 2013).
Dalam pembelajaran IPS siswa patutnya Metodologi penelitian
aktif baik secara fisik maupun mental dalam yang digunakan pada penelitian
mengikuti pelajaran. Hal itu dapat di adalah dengan menggunakan
upayakan dengan guru memberikan perdekatan kualitatif deskriftip atau
kesempatan yang seluas-luasnya bagi murid study literatur dengan menganalisis
untuk mengoptimalkan dan menggunakan jurnal-jurnal yang telah
semua indranya untuk belajar, dengan cara dipublikasikan baik secara nasional
mengaktifkan kerjasama, komunikasi, serta maupun secara internasional. Penelitian
kolaborasi yang berhubungan dengan kualitatif adalah metode dalam
pelajaran dengan siswa lain. Kegiatan penelitian untuk menghasilkan data
tersebut dapat menguatkan daya ingat siswa, berupa gambaran atau deskripsi tentang
memudahkan dan mempercepat siswa untuk permasalahan yang sedang diamati.
memahami segala sesuatu yang Penelitian kualitatif harus
berhubungan dengan materi, meningkatkan berdasarkan fakta yang terjadi di
keterampilan siswa, dan meningkatkan sikap lapangan dalam bentuk teori. Selain itu
positif siswa dalam pembelajaran mata data-data yang didapatkan akan dianalisis
pelajaran IPS. Dalam Pelajaran IPS sering untuk menerik kesimpulan.

38
Hasil dan Pembahasan

1. Pengaruh Gadget Terhadap Minat malas untuk membaca dan ingin


Literasi mendapatkan hasil yang instan. Dengan
Revolusi Industri membawa memperoleh hasil yang instan inilah yang
pengaruh dan tantangan tersendiri untuk membuat turunnya minat literasi pada anak
kehidupan manusia. Oleh karena itu manusia anak. Hal ini juga dapat menurunkan
di era revolusi industry 4.0 harus bisa kualitas Pendidikan anak Indonesia.
membuka diri untuk segala perubahan yang
terjadi, termasuk pola kehidupan, kebiasaan 2. Literasi Pada Pembelajaran IPS
masyarakat bahkan pola pikir masyarakat
yang semakin maju. Pada era industri 4.0 Literasi merupakan kemampuan
yang berkembang pesat keterkaitan manusia dalam mengakses, memahami, dan
dan gadget tidak dapat dipisahkan. menggunakan informasi secara cerdas di
Pengunaan gadget sudah dianggap sebagai lingkungan sekolah. Sekolah, sebagai
suatu kebutuhan oleh masyarakat luas. organisasi pebelajar dapat mengembangkan
Gadget bisa kita temukan ditangan berbagai peserta didik melalui program Gerakan
kalangan, baik itu orang dewasa, remaja, dan Literasi Sekolah (GLS). Seperti halnya
anak-anak sekalipun. Gadget merupakan gerakan literasi sekolah adalah upaya
alat elektronik kecil yang mempunyai multi menyeluruh yang melibatkan semua warga
fungsi, seperti membuat dokumen, sekolah (guru, peserta didik, orangtua/wali
melakukan transaksi jual beli, melakukan murid) dan masyarakat sebagai bagian dari
komunikasi dengan ranah jangkauan yang dari ekosistem pembelajaran. Literasi
sangat luas, mencari dan memberikan memiliki cakupan pengertian yang sangat
informasi- informasi, bahkan di gunakan luas, seseorang tidak bisa dikatakan sebagai
untuk hiburan. Keberadaan gadget ini tidak literat jika hanya mampu untuk membaca
hanya membawa dampak positif nya saja dan menulis saja. Pada abad 21 ini
melainkan dengan dampak negatifnya Kemampuan literasipun harus berkembang
terutama untuk anak-anak yang belum cukup sesuai dengan tuntutan zaman dan juga
dewasa dan bijak dalam menggunakannya. dalam berbagai disiplin ilmu. Keterampilan
Jika tidak disertai oleh pengawasan orang literasi sangat penting untuk di miliki dan
dewasa maka penggunaan gadget ini akan diajarkan guna meningkatkan kemampuan
berdampak buruk bagi anak anak, terutama peserta didik yang berkaitan erat dengan
pada masa sekolah dasar. Terlebih setelah tuntutan keterampilan membaca yang
mengalami wabah pandemi covid 19 ini, berujung pada kemampuan memahami
pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk informasi secara analitis, kritis dan reflektif.
melakukan system pembelajaran jarak jauh
atau sering kita sebut PJJ. Sangat disayangkan minat literasi
generasi muda Indonesia sangatlah rendah.
Sebagaimana kita ketahui bahwa Berdasarkan hasil penelitian UNESCO
pembelajaran dilakukan melalui berbagai minat baca di Indonesia hanya 0,01%. Data
platform aplikasi seperti whatsapp, google ini dapat menggambarkan bahwa dari
classroom, youtube, google meet, dan zoom. 10.000 penduduk di Indonesia hanya satu
Informasi yang diperoleh pun melalui orang yang memiliki minat baca. Padahal
google, seperti brainly, roboguru, ruang guru apabila kita telaah kembali akan banyak
dan sebagainya. Hal ini tentunya akan manfaat yang bisa kita dapatkan dari
mepermudah kita mendapatkan informasi kegiatan literasi seperti dengan
yang lebih cepat, akan tetapi tidak hanya itu, membiasakan diri untuk melakukan literasi
disamping untuk mempermudah informasi wawasan dan ilmu pengetahuan akan
yang lebih cepat hal ini menimpulkan bertambah luas, dengan literasi pula dapat
ancaman bagi anak anak sekolah dasar, membuka pikiran kita. Manfaat yang sangat
karena dengan gadget ini anak anak menjadi besar sekali yang akan di rasakan oleh
generasi muda dengan membiasakan diri
39
untuk literasi akan terhindar dari hoax dan bacaan yang mereka minati. Dengan upaya-
juga hate speech. Akan tetapi minat baca upaya yang telah dilakukan maka kesadaran
generasi bangsa Indonesia sangat siswa terhadap membaca akan tumbuh
mengkhawatirkan terutama pada dengan sendirinya dalam diri masing-
pembelajaran yang memerlukan minat baca masing individu.
yang tinggi untuk memahami IPS.
Selain itu untuk lebih menguatkan
Materi pembelajaran IPS pada kembali budaya literasi di lingkungan
tingkat SD sangat memerlukan kemampuan sekolah, guru harus bisa memberi contoh
literasi, karena pada tingkat SD materi IPS yang baik untuk semua peserta didik nya.
yang diajarkan, meliputi materi-materi yang Pihak sekolah pun harus bisa menghindari
membangun peserta didik agar memiliki kurang nya bahan bacaan dengan
kemampuan menangkap materinya. menambahkan buku-buku baru di
Kemampuan tersebut ditunjukkan dengan perpustakaan. Setelah semuanya fasilitas
kemampuan mendeskripsikan yang tertulis dirasa mencukupi alangkah baiknya lagi jika
maupun secara oral (lisan). Peserta didik guru melakukan pembinaan dan pendidikan
harus didorong untuk menguasai konsep, terhadap kegiatan literasi di sekolah.
proses, konteks dan pensikapan dari bahan
ilmu pengetahuan sosial (IPS). Melihat Begitupula dengan pembelajaran
kondisi generasi muda Indonesia yang IPS kegiatan literasi ini dianggap menjadi
minim akan minat baca yang rendah, hal ini sesuatu yang sangat penting. Dengan literasi
dapat menjadi suatu masalah yang harus yang baik siswa akan mampu memecahkan
mendapatkan suatu penanganan yang masalah yang ia hadapi dan hendaknya pada
intensif. Perlunya upaya dari berbagai pembelajaran IPS melakukan kegiatan
kalangan baik dari pemerintah, masyarakat, membaca yang terus menerus, siswa juga
ataupun dalam diri setiap individu untuk tidak hanya sekedar membaca akan tetapi
mengatasi hal ini. Pemerintah sendiri telah siswa mampu memahami maksud ataupun
mengeluarkan sebuah upaya untuk informasi yang di sampaikan dalam bacaan,
mengatasi kurangnya minat literasi dengan sehingga dalam mengaplikasikan tidak
adanya Peraturan Menteri Pendidikan dan terjadi kesalahpahaman.
Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015. Hal ini
dapat kita lihat di beberapa sekolah telah Simpulan
menerapkan kegiatan 15 menit membaca
buku non pelajaran untuk melatih minat baca Pada era revolusi 4.0 ini identik
pada anak. dengan perkembangan teknologi informasi
dan komunikasi yang sangat pesat, termasuk
Dari pihak sekolah pun sangat di sistem pembelajaran pun berbasis teknologi.
perlukan adanya upaya untuk membantu Dengan gadget kita bisa mencari informasi
membangun minat literasi yang tinggi dengan cepat, mudah, dan praktis. Akan
dengan membudayakan kesenangan dalam tetapi penggunaan gadget tersebut bisa
membaca, guru dapat memberikan motivasi membuat kita menjadi malas untuk
dan stimulus agar siswa mengetahui manfaat membaca buku, dan lebih memilih hasil
dari membaca. Selain itu dapat juga yang instan. Hal ini akan mengakibatkan
memberikan waktu yang cukup agar siswa kurang nya minat literasi pada anak anak.
dapat membaca diluar topik pembelajaran, Untuk mengatasi hal ini pemerintah
karena apabila memaksakan siswa untuk mengeluarkan kebijakan yaitu Peraturan
terus membaca buku pelajaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor
dikhawatirkan akan menjadikan siswa 23 Tahun 2015, salah satu upaya dari
menjadi mudah bosan dalam membaca. kebijakan tersebut yakni kegiatan 15 menit
Guru bisa membawa siswa ke perpustakaan membaca buku non pelajaran agar kegiatan
untuk menemukan lebih banyak lagi buku tersebut melatih minat baca pada anak.

40
Upaya meningkatkan minat literasi anak Lintas Disiplin Ilmu Ke-SD-an. Journal
harus didukung oleh berbagai pihak of Chemical Information and Modeling,
termasuk orang tua, sebagai orang tua kita 53(9), 1689–1699.
harus bisa mengawasi dan membimbing
anak agar mau dan membiasakan diri untuk Marlina, N. A., & Ardiyaningrum, M. (2021).
membaca buku. Sehingga, membaca dapat Hubungan Minat Membaca dengan
menjadi sebuah kebiasaan yang Prestasi Belajar Mata Pelajaran IPS
membudaya. Kelas III SD Karanggayam. LITERASI
(Jurnal Ilmu Pendidikan), 12(1), 1.
Daftar Pustaka https://doi.org/10.21927/literasi.2021
Akbar, A. (2017). Membudayakan Literasi .12(1).1-11
Dengan Program 6M Di Sekolah Dasar. Rinawati, A., Mirnawati, L. B., & Setiawan, F.
Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar, 3(1), (2020). Analisis Hubungan
42. Keterampilan Membaca dengan
https://doi.org/10.30870/jpsd.v3i1.10 Keterampilan Menulis Siswa Sekolah
93 Dasar. Education Journal : Journal
Amri, S., & Rochmah, E. (2021). Pengaruh Educational Research and
Kemampuan Literasi Membaca Development, 4(2), 85–96.
Terhadap Prestasi Belajar Siswa https://doi.org/10.31537/ej.v4i2.343
Sekolah Dasar. EduHumaniora | Jurnal Yunita Andriyani, Muh. Husein Arifin, Y. W.
Pendidikan Dasar Kampus Cibiru, (2021). PENGARUH MODERNISASI
13(1), 52–58. TERHADAP PERILAKU SISWA SEKOLAH
https://doi.org/10.17509/eh.v13i1.25 DASAR. 07.
916
Andriyani, Y., Arifin, M. H., & Wahyuningsih,
Profil Penulis
Y. (2021). DAMPAK NEGATIF
PENGGUNAAN GADGET TERHADAP Penulis pertama yaitu Febby nur
PERILAKU SISWA SEKOLAH DASAR DI adhari lahir di Bandung, 25 Februari 2002
ERA GLOBALISASI. VI. dan tinggal di kota kelahiran. Saat ini sedang
menempuh pendidikan di Universitas
Devi, K. S. T., Suarjana, I. M., & Bayu, G. W. Pendidikan Indonesia Kampus Cibiru
(2019). Korelasi Antara Literasi Baca jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
Tulis Dan Budaya Dengan Penguasaan Penulis kedua yaitu Rika hanipah
Kompetensi Pengetahuan Ips Siswa lahir di Cianjur, 03 Maret 2002 dan tinggal
Kelas Iv. Media Komunikasi FPIPS, di kota kelahiran. Saat ini sedang menempuh
18(1), 32–42. pendidikan di Universitas Pendidikan
https://doi.org/10.23887/mkfis.v18i1. Indonesia Kampus Cibiru jurusan
22237 Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Hassanuddin. (2013). Pembelajaran Literasi

41

Anda mungkin juga menyukai