Anda di halaman 1dari 87

1

MODUL I

PENGERTIAN UMUM : Pengertian Resiko, Tingkat ketidak pastian,


Klompok umum resiko, Penggolongan resiko Murni, Hubungan Peril dan
Hazard.

Tujuan instruksional :

Tujuan pada modul satu ini secara umum akan menjelaskan


beberapa pengertian yang menjadi dasar bagi pemaham makna resiko
dalam kehidupam dan secara khusus akan dibahas beberapa macam
aspek tentang pengertian umum menyangkut resiko yaitu ;Pengertian
resiko menurut konsep Voughan & Elliot, Tingkat ketidak pastian dari
suatu resiko, Pengelompokan resiko secara umum dalam berbagai
bidang sudut pandang ilmu, Pengelompokan resiko menurut pengertian
resiko ekonomi, dan terakhir tentang Hubungan pengaruh antara hazard
dan peril.
.
Dengan memahami modul 1 ini diharapkan pembaca bisa menjelaskan :
.1. Penggolongan depinisi resiko menurut konsep Voughan & Elliot
kedalam lima macam kriteria resiko..
2. Ukururan ketidak pastian resiko dalam berbagai situasi dan
kondisi
3. Pengelmpokan resiko berdasarkan sudut pandangyang umum
dalam
berbagai ilmu..
4. Pengelompokan resiko ekonomi murni dan bagan penggolongan
resiko ekonomi menurut Bickelhoupt.
5. Bentuk hubungan sebab akibat antara Hazard dan Peril. .
2

KEGIATAN BELAJAR 1.

Topik 1.1. Pengertian Resiko.

Resiko memiliki beberapa macam konsep pengertian sesuai dengan


tujuan dari setiap konsepsi yang diinginkan. Suatu konsep pengertian
resiko menurut ahli bidang asuransi ialah dari Emmett J Vaughan &
Curtis M Elliot dalam buku “Fudamantal of Risk and insurance”
menyebutkan resiko itu dapat diartikan dalam beberapa kriteria sebagai
berikut :
a. Risk is the chance off loss.
b. Risk is the possibility of loss.
c. Risk is the Uncertainty.
d. Risk is the dispersion of actual from expected result.
e. Risk is the probability of any outcome different from the one
expected.

Ad. a.
The Chance of loss artinya kans kerugian yaitu dengan kemungkinan
timbulnya kerugian kerena berbagai faktor eksternal diluar dirinya .

Ad. b.
The Possibility of Loss yaitu kemungkinan kerugian yang mengandung
probabilitas untuk terjadinya kerugian terletak antara nol dengan satu.

Ad. c.
The Uncertainty adalah kesadaran seseorang bahwa tidak ada suatu
kejadian yang dapat dipastikan hasilnya karena terlalu banyak variabel
bebas yang ikut mempengaruhi proses kejadian maupun hasilnya,
Ad. d.
The dispersion of actual from expected result yaitu penyimpangan dari
kenyataan terhadap hasil yang diharapkan memberi arti bahwa secara
sadar betapa hebatnya teori yang digunakan dan baiknya perencanaan
yang dibuat namun kenyataannya tetap terjadi penyimpangan hasil dari
waktu kewaktu. Dalam ilmu statistik hal ini disebut deviasi dari nilai rata-
rata.

Ad. e.
The probability of any outcome different from the one expected yaitu
probabilitas dari berbagai hasil yang berbeda dari suatu yang
diharapkan.. Dengan menggunakan konsep standar deviasi terhadap
nilai rata-rata maka resiko diukur sebagai akar dari varian hasil yang
terjadi.
3

Topik 2.1. Penggolongan Menurut Resiko Ekonomi dari Bickelhoupt.

Dari berbagai macam jenis resiko yang banyak dikenali dalam


masyarakat maka penggolongan lain dalam melihat resiko adalah dari
aspek ekonomi. Menurut Bickelhoupt pengolongan resiko ekonomi
adalah :
1. Resiko Ekonomi.
2. Resiko Non Ekonomi.
3. Resiko Ekonomi Murni.
a. Resiko Ekonomi Murni Yang Dapat Diasuransikan.
b. Resiko Ekonomi Murni Yang Tidak Dapat
Diasuransikan.
4. Resiko Ekonomi Spekulatif.
a. Resiko Ekonomi Spekulatif Yang legal.
b. Resiko Ekonomi spekulatif yang illegal.
5. Resiko Ekonomi Yang dapat diasuransikan.
a. Resiko Proverty.
b. Resiko Personnal.
c. Resiko Liability.
6. Resiko Ekonomi Spekulatif Yang legal.
a. Resiko manajemen perusahaan.
b. Resiko Bisnis perusahaan.
c. Resiko investasi bagi investor.
d. Resiko lembaga keuangan.
4

Risk

1. Economic risk 2. Non Economic risk.

1.1. Fure Risk 1.2 Speculative risk

1.1.1. 1.1.2. Un 1.2.1. 1.2.2.


Insurable Insurable legal
Risk Risk. Risk
illegal
Risk

1111. Proverty risk 1211. Management risk


1112. Personal risk 1212. Bisnis risk.
1113. Liabilities risk 1213. Investment risk.
1214. Fin.institution risk
- Bank risk – insurance
risk
5

Hubungan peril dan hazard terlihat pada diagram berikut :

RANGKUMAN :

Resiko adalah sesuatu yang tidak diharap untuk terjadi namun jika akan terjadi
maka itu diharapkan telah dapat diramalkan sebelumnya dan telah dapat
deperkirakan kerugian yang akan dihadapi besarnya. Untuk meramalkan
besarnya resiko yang akan dihadapi itu maka perlu dikenali beberapa jenis
resiko dan penggolongan terhadap ancaman kerugian sesuai dengan jenis
resiko tersebut. Bebarapa para ahli telah mencoba menggolong-golongkan
resiko untuk memudahkan manusuia dalam meremalakan berbagai ancaman
kerugian bagi individu maupun bagi perusahaan.
6

RESIKO EKONOMI SPEKULATIF


Tujuan mempelajari resiko ekonomi sekulatif adalah untuk
memahami bahwa sebahagian besar resiko ekonomi itu adalah resiko
ekonomi spekulatif . Oleh karena itu resiko ekonomi spekulatif itu lebih
penting peranannya dalamdunia bisnis dan dunia investasi
Resiko Ekonomi Spekulatif sering diartikan sebagai kemungkinan
untuk terjadinya hasil negatif atau merugikan mempunyai kesempatan yang
sama dengan kemungkinan untuk terjadinya hasil positif atau
menguntungkan dalam suatu usaha atau kegiatan ekonomi perusahaan.
Kemungkinan hasil yang menguntungkan adalah berupa laba usaha atau
pendapatan investasi, sedangkan kemungkinan hasil yang merugikan
adalah berupa rugi usaha atau kehilangan hasil investasi.
Resiko ekonomi spekulatif pada dasarnya terbagi kedalam dua
golongan utama yaitu resiko ekonomi spekulatif di bidang bisnis
perdagangan ( jual beli ) yang akan dipelajari pada modul 5 ini serta resiko
ekonomi spekulatif dalam bidang investasi dana yang akan dipelajari pada
modul 6 nanti.

Dengan selesainya mempelajari modul 5 ini diharapkan pembaca dapat :


1. Memahami resiko spekulatif perdagangan bisnis perusahaan.
2. Memahami resiko spekulatif perdagangan valuta asing.
3. Memahami reswiko spekulatif perdagangan berjangka.
4. Memahami resiko spekulatif perdagangan perusahaan MNC.

PENGGOLONGAN RESIKO SPEKULATIF PERDAGANGAN

Kegiatan belajar ke 10. : Penggolongan resiko bisnis perdagangan.


7

Adalah resiko dalam kegiatan membeli dan menjual suatu aktiva


sehingga diperoleh hasil berupa laba atau rugi. Adapun jenis kegiatan yang
mempunyai resiko ekonomi spekulatif bidang usaha bisnis atau
perdagangan ini adalah ;

A. Resiko spekulatif bisnis perusahaan dagang lokal (Bisnis /trading


company).
B. Resiko spekulatif bisnis perdagangan valuta asing (Currencies
market)
C. Resiko spekulatif bisnis perdagangan berjangka (future trading).
D. Resiko spekulatif bisnis perdagangan perusahaan multi nasional.

Topik 10.1. Resiko spekulatif bisnis perusahaan dagang .

Resiko untuk memperoleh laba atau rugi dalam aktivitas


perusahaan dagang lokal ditentukan oleh dua factor yaitu factor total hasil
penjualan dan factor biaya-biaya operasi perusahaan. Adapun total hasil
penjualan dipengaruhi oleh jumlah volume barang yang dijual dikalikan
dengan harga perunit barang yang dijual tersebut. Sedangkan biaya-biaya
operasi perusahaan terdiri dari biaya harga pokok penjualan yang
mencerminkan biaya variable operasional, sedangkan biaya pemasaran,
biaya administrasi dan biaya umum mencerminkan biaya tetap operasional.

Pengukuran terhadap resiko spekulatif bisnis perdagangan ini


dapat dilakukan dengan dua metode analisis, yaitu :

1. Metode analisis Break Event Point (BEP).


2. Metode analisis Total Laverage.

Skema resiko spekulatif bisnis perdagangan adalah :

Resiko rugi atau laba = Total hasil penjualan - Biaya harga pokok penjualan - Biaya tetap operasionil.
( volume x harga/unit) (biaya variable/unit) (Biaya pmsrn,adm., umum)

Topik 10.2.: Metode Analisis Break Even Point

Metode Pertama pengukuran resiko bisnis perusahaan lokal adalah


Metode analisis BEP yaitu menggambarkan suatu tingkat dimana total hasil
penjualan bersih sama dengan total biaya-biaya yang dikeluarkan untuk
menghasilkan penjualan tersebut. Metode BEP ini dapat dihitung melalui
dua cara,

Pertama dengan metode matematis.


Kedua dengan metoda grafis.
8

Metode pertama untuk menghitung BEP adalah secara Matematis.


Untuk menghitung BEP secara matematis dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu :
a. Berdasarkan unit penjualan.
b. Berdasarkan penjualan dalam nilai rupiah.

Perhitungan break even point berdasarkan unit penjualan adalah :

Dimana :
FC = Fixed Cost
S = Total Sales
V = Variable Cost
BEP = BEP dalam unit penjualan.

Rumus diatas berasal dari konsep “constribution margin per unit”


yaitu ;
Sales Price x Quantity = Fixed Cost + (variable cost x Quantity)
S . Q = FC + VC . Q
S . Q - VC . Q = FC
( S - VC ) Q = FC

FC
BEP (Q) = ------------------------------
( S /unit - VC/unit )

Contoh :
PT. Kedukan Bukit adalah sebuah perusahaan industri meubel.
Penjualan meubel sebulan adalah 100 unit dengan harga Rp.
1.000.000,- per unit. Biaya variabel per unit Rp. 600.000,- dan
biaya
Tetap perbulan Rp. 20.000.000,- Pertanyaan : Hitung BEP ?

Jawab : Biaya tetap


BEP = -------------------------------------------
Penjualan /unit - Biaya variabel/unit

20.000.000
BEP = ------------------------------ ----
1.000.000 - 600.000

20.000.000.
BEP = ----------------------
400.000
9

BEP = 50 unit

Perhitungan break even point dalam nilai rupiah adalah :

Dimana :
FC = Fixed cost.
S = Total sales
VC = Variable cost total
BEP = BEP dalam nilai rupiah.

Rumus diatas berasal dari persamaan :

Sales BEP = Fixed Cost + Variable Cost

VC
Sales BEP = FC + ---------------- Sales BEP
Sales BEP

VC
Sales BEP - --------------- sales BEP = FC
Sales BEP

VC
Sales BEP ( 1 - ------------- ) = FC
Sales

FC
Sales BEP = ---------------------------
VC
1 - ----------
Sales

Analisa BEP ini digunakan untuk mengukur tingkat penjualan yang


dibutuhkan agar bisa menutupi semua biaya operasi perusahaan. BEP ini
dapat diukur baik dalam rupiah maupun dalam unit penjualan, apabila
tingkat penjualan berada di bawah BEP maka berarti perusahaan
mengalami kerugian dalam arti tingkat penjualan tersebut tidak dapat
menutupi biaya-biaya operasinya. Seabaliknya apabila penjualan berada di
atas BEP maka berarti laba perusahaan akan berada di atas nol (0).
Analisa resiko yang terkandung dalam konsep BEP seperti dalam
contoh diatas adalah bahwa apabila penjualan perunit berada dibawah 50
10

unit perbulan berarti perusahaan menanggung beban resiko kerugian


sebesar unit kekurangan dari BEP dikalikan dengan harga jual perunit..

Metode Kedua untuk menganalisa BEP adalah Metode Grafis yaitu


membuat gambar curve dari empat unsur variabel laporan laba rugi yang
akan membentuk titik Break even point (Yaitu: Fixed cost, Variable cost,
Total cost dan Total sales) sebagai berikut :

Rupiah Total Sales


!
! Total Cost
!
!
! Variable Cost
!
! ---------------------------------------------------------------- Fixed Cost
!
!_______________________________________ Quantity/Unit

Analisa BEP ini digunakan untuk mengukur tingkat penjualan yang


dibutuhkan agar bisa menutupi semua biaya operasi perusahaan. BEP ini
dapat diukur baik dalam rupiah maupun dalam unit penjualan, apabila
tingkat penjualan berada di bawah BEP maka berarti perusahaan
mengalami kerugian dalam arti tingkat penjualan tersebut tidak dapat
menutupi biaya-biaya operasinya. Seabaliknya apabila penjualan berada di
atas BEP maka berarti laba perusahaan akan berada di atas nol (0). BEP
ini sangan sensitive sekali terhadap perubahan-perubahan pada biaya tetap
dan biaya variable serta harga jual per unit dari produk yang dijual. Apabila
biaya tetap dan biaya variable naik maka BEP juga akan naik, sehingga
akan diperlukan penjualan yang lebih besar untuk bisa menghasilkan BEP
di atas nol (0). Sebaliknya apabila harga jual per unit meningkat maka BEP
akan turun sehingga penjualan untuk mendapatkan laba akan menjadi lebih
kecil. BEP juga dapat dihitung dengan menggunakan pendekatan grafis.

Topik 10.3.: Metode analisis total Leverage

Istilah leverage biasanya digunakan untuk menggambarkan


kemampuan perusahaan dalam menggunakan aktiva atau dana yang
mempunyai beban tetap, sehingga memperbesar tingkat pendapatan bagi
pemilik perusahaan. Apabila tingkat leverage diperbesar maka berarti
tingkat ketidakpastian dari penghasilan yang akan diperoleh akan menjadi
semakin tinggi, namun pada saat yang sama hal tersebut juga akan
memperbesar jumlah hasil yang akan diperoleh. Dengan kata lain
peningkatan leverage akan menyebabkan naiknya tingkat resiko
perusahaan bersamaan dengan naiknya harapan untuk memperoleh
penghasilan perusahaan yang lebih besar. Tingkat leverage ini akan
11

berbeda-beda dari satu periode ke periode lain, tapi jelas bahwa semakin
tinggi tingkat leverage maka semakin tinggi resiko yang dihadapi serta
semakin besar penghasilan yang diharapkan.
Leverage dibagi kedalam tiga jenis yaitu ; Operating leverage,
financial leverage dan total leverage . Ketiga jenis laverage ini dapat
dianalisa secara statis dan secara dinamis. Analisa laverage statis adalah
penilaian laverage untuk satu waktu tertentu saja, sedangkan analisa
laverage dinamis adalah untuk melihat perubahan nilai laverage
perusahaan dari waktu ke waktu. Operating laverage dan financial leverage
dapat digambarkan dengan menggunakan laporan rugi laba, dalam format
sbb :
EBIT
Pengukuran operating laverage statis adalah : -------------------------
Penjualan bersih

Pengukuran operating laverage statis adalah untuk mengetahui


seberapa besar tingkat keuntungan operasi bersih atau EBIT yang
diperoleh dari seluruh hasil penjualan bersih selama satu periode.

E A T : Jml Saham
Pengukuran Financial laverage statis adalah : ---------------------------
EBIT

Pengukuran Financial Laverage statis adalah untuk mengetahui


seberapa besar laba per lembar saham perusahaan yang dapat diberikan
oleh EBIT yang dihasilkan perusahaan pada periode tersebut.

Pengukuran Total Laverage Statis adalah :

Total laverage = Operating Laverage x Financial Laverage

Pengukuran Total Laverage statis adalah untuk mengetahui


seberapa jauh laba perlembar saham yang akan diperoleh setiap investor
yang memiliki saham perusahaan itu sebagai hasil dari penjualan bersih
yang diperoleh selama satu periode tertentu.

Contoh analisa Laverage Statis :

Penjualan Rp. 10.000.000.-


Harga pokok produk ,, 4.000.000.-
Laba kotor ,, 6.000.000.-
Biaya-biaya operasi ,, 3.000.000.-
Laba operasi bersih (EBIT) ,, 3.000.000.-
Bunga hutang ,, 1.000.000.-
Laba seblm pajak (EBT) ,, 2.000.000.-
Pajak perusahaan ,, 1.000.000.-
12

Laba bersih (EAT) ,, 1.000.000.-


EBIT
Operating Laverage Statis = -------------------------
Penjualan bersih

3.000.000
Operating Laverage Statis = ----------------- = 0,3 = 30 %
10.000.000

Operating laverage statis 0,3 artinya nilai EBIT yang diperoleh dari
hasil penjualan bersih adalah 30 %. Adapun biaya yang digunakan dalam
operasi adalah sebesar Penjualan bersih - EBIT = 70 % (yaitu 100 % - 30
%). Dengan demikian resiko operasi bisnis dapat dihitung yaitu ( 70 % - 30
% ) : 30 % = 1,25 Semakin besar nilai operating laverage statis berarti
semakin kecil nilai resiko bisnis.

E A T : jml Saham
Finacial Laverage statis = ------------------------------
EBIT

1.000.000 : 1000 lbr.


Financial Laverage statis = -------------------------------
3.000.000

= 1.000 : 3.000.000 = 0,0003

Financial laverage statis 0,0003 berarti nilai laba perlembar saham


adalah sebesar 0,0003 atau 0,03 % dari EBIT yang tersedia. Semakin
besar nilai financial laverage statis ini berarti semakin besar EBIT yang
tersedia untuk dibayarkan sebagai deviden bagi pemegang saham dalam
bentuk laba perlembar saham sehingga akan meperkecil resiko kerugian
bagi pemegang saham perusahaan.

EAT : jml Saham


Total Laverage statis = ----------------------------
Penjualan bersih

1.000.000 : 1.000 lbr


Total Laverage Statis = -----------------------------------
10.000.000

= 1.000 : 10.000.000 = 0,0001

Total laverage statis 0,0001 berarti nilai laba perlembar saham


adalah sebesar 0,0001 dari nilai penjualan bersuh yang terjadi dalam satu
13

periode . Semakin besar nilai total laverage statis ini berarti semakin besar
nilai laba perlembar saham yang dapat diperoleh dari hasil penjualan
bersih. Dan berarti semakin rendah resiko bisnis perusahaan secara
keseluruhan.

Pengukuran Laverage Dinamis adalah mengukur perkembangan


laverage dari suatu periode waktu tertentu ke suatu periode waktu yang lain
melalui persentase perubahan yang terjadi. Misalnya pengukuran
perubahan laverage dari tahun 2008 ke tahun 2009 sebagai berikut :
2008 2009 % perubahan
Penjualan bersih Rp. 10.000.000 Rp. 15.000.000 50 %
Harga Pokok prod. ,, 4.000.000 ,, 7.000.000 75 %
Laba kotor ,, 6.000.000 ,, 8.000.000 66 %
Biaya Operasi ,, 3.000.000 ,, 3.000.000 0%
EBIT ,, 3.000.000 ,, 5.000.000 66 %
Bunga hutang ,, 1.000.000 ,, 2.000.000 100 %
EBT ,, 2.000.000 ,, 3.000.000 50 %
Pajak Perseroan ,, 1.000.000 ,, 1.500.000 50%
EAT ,, 1.000.000 ,, 1.500.000 50 %

Pengukuran Operating Leverage dinamis disebut dengan Degree of


operating leverage (DOL) yaitu :

DOL = % perubahan EBIT : % perubahan penjualan

66,6 %
DOL = ------------------ = 1,332
50 %

DOL menggambarkan suatu keadaan dimana perusahaan yang


menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menutup biaya operasinya.
Sehingga akan menyebabkan tingkat BEP perusahaan menjadi bertambah
besar. Dengan demikian berarti meningkat pula resiko operasi perusahaan
bersamaan dengan meningkatnya harapan pendapatan.

Pengukuran Financial Leverage dinamis disebut degree of


financial laverage (DFL) yaitu:

DFL = % perubahan EPS : % perubahan EBIT

DFL = 50 % : 66 % = 0,75

Financial leverage bergerak dua arah yaitu akan memperbesar


pengaruh terhadap peningkatan atau penurunan EBIT, mempengaruhi
EPS. Pengaruh ini disebabkan oleh adanya kewajiban-kewajiban keuangan
perusahaan dalam membayar biaya tetap berupa bunga hutang dan
14

pembayaran deviden saham preferent. Tingginya DFL merupakan akibat


dari besarnya kewajiban financial perusahaan tersebut sehingga
menyebabkan semakin tingginya resiko keuangan perusahaan.

Pengukuran Total Leverage dinamis disebut degree of total


leverage (DTL) yaitu :

DTL = DOL x DFL

DTL = 1,332 x 0,75 = 0,999 dibulatkan = 1,0

Total leverage juga bergerak dua arah yaitu memperbesar


pengaruh kenaikan penjualan atau penurunan penjualan terhadap laba per
saham (EPS), besarnya DFL menunjukkan tingginya resiko total
perusahaan yang diakibatkan oleh tingginya biaya tetap opersional maupun
biaya keuangan. Total leverage merupakan penggabungan dari DOL dan
DFL sehingga mencerminkan total resiko yang dikaitkan dengan
kemampuan perusahaan un tuk menutupi biaya operasi dan biaya
keuangan. Apabila perusahaan tidak dapat menutupi kewajiban yang
bersifat tetap ini maka kemungkinan besar para kreditur akan memaksa
perusahaan untuk membayar bunga hutang serta pinjaman pokok dengan
segera. Hal ini akan menyebabkan perusahaan mendapatkan kesulitan
keuangan dan kemungkinan dinyatakan bangkrut.

Kegatan belajar 11. Resiko perdagangan valuta asing dan


perdagangan berjangka.

Topik 11.1. Resiko Spekulatif Perdagangan Valuta Asing.

Perdagangan valuta asing adalah pertukaran satu mata uang


dengan mata uang negara lainnya dalam suatu kurs tertentu dilakukan
dalam suatu pasar valuta asing dalam su atu bentuk transaksi tertentu yang
akan memberikan keuntungan financial bagi pihak investor yaitu institusi
atau individu.
Kurs tertentu adalah suatu sistim untuk melakukan pertukaran mata
uang asing atau valuta asing dengan menetapkan perbandingan nilai
antara satu mata uang asing (valas) dengan mata uang lokal. .

Ada tiga macam sistem kurs yang berlaku yaitu:


1. Sistim kurs tetap.
2. Sistim kurs mengambang.
3. Sistim kurs tertambat.

Sistem Kurs Tetap, yaitu menyatakan bahwa setiap mata uang anggota
IMF harus dikaitkan atau dapat ditukar dengan mas dalam nilai tertentu.
Misalnya ; US$ 1 = 0,35 gram mas, selanjutnya setiap mata uang
15

Negara lain dikaitkan dengan mata uang dolar sebagai mata uang
utama dunia. Misalnya US$ 1 = Rp. 450,- sistem ini berlaku sejak tahun
1945 sd 1971.

Sistem Kurs Mengambang, yaitu nilai tukar suatu mata uang ditentukan
oleh kekuatan permintaan dan penawaran di pasar valuta asing.
Peranan pemerintah tidak ada dalam mengatur kurs.

Sistem Kurs Tertambat, yaitu suatu nikai tukar yang mengaitkan nilai
mata uang suatu Negara dengan mata uang lainnya atau sejumlah
mata uang lainnya. Contoh; kurs mata uang dolar dikaitkan dengan
kurs mata uang EEC (European Economic Country) yang dikenal
sebagai ECU (European Currency Unit) yang berfluktuasi hanya dalam
batas 2,25 % dari kurs tengah.

Pasar valuta asing adalah suatu pasar yang memperdagangkan


mata uang asing dan tempat bertemunya pembeli dan penjual valuta asing.
Pasar utama dalam valuta asing adalah bank-bank besar yangberoperasi
diseluruh dunia dengan menggunakan jaringan telekomunikasi yang sangat
maju dan canggih sehingga pialang-pialang berbagai bank dalam pasar
valas berkomunikasi secara langsung melalui telepon, faximile, terminal
computer atau telex. Ada dua tingkat pasar valas, yaitu pertama pasar
Enceran dimana individu atau lembaga keuangan membeli atau menjual
valuta asing kepada bank. Apabila bank tersebut tidak memiliki valuta asing
yang diinginkan maka bank tersebut memasuki pasar inter bank. Kedua
pasar Interbank, yaitu pembelian dan penjualan valas antara satu bank
dengan bank yang lain baik di dalam negeri maupun internasional, pasar
antara bank dilakukan dalam transaksi jumlah besar.
Para pelaku dalam pasar valuta asing dapat digolongkan yaitu: 1.
Individu 2. Lembaha Usaha 3. Bank-bank komersial 4. Bank sentral milik
pemerintah suatu Negara 5. Para spekulan 6. Pialang-pialang valuta asing.
Individu bermain di pasar valuta asing untuk kebutuhan bisnis atau
pribadinya, misalnya mengirim uang kepada keluarga atau untuk transaksi
wisata dsb. Lembaga usaha berada di pasar valuta asing untuk
menstransfer sejumlah besar dana untuk keperluan cabang-cabang
perusahaan keluar negeri. Bank komersial bermain di pasar valuta sing
untuk memenuhi permintaan para pelanggan dan merupakan suatu cabang
usaha kegiatan bank yang banyak mengguntungkan.
Bank sentral memasuki pasar uang karena untuk membeli mata
uang asing sebagai cadangan devisa yang dimilikinya atau menurunkan
nilai mata uang yang terlalu tinggi di pasar. Umumnya bank sentral tidak
bertujuan untuk memperoleh laba tapi bertujuan mempengaruhi mata uang
negaranya agar bergerak sesuai dengan kepentingan ekonomi negaranya.
Kaum spekulator bermain di pasar valuta asing semata-mata untuk
mengejar keuntungan melalui pembelian secara besar-besaran suatu mata
uang yang dinilai terlalu rendah dan menjualnya pada saat harga mata
uang tersebut naik.
16

Pialang valuta asing masuk ke pasar valas dalam rangka


menghubungkan antara pihak yang membutuhkan dan pihak yang
menawarkan valuta asing di pasar valuta asing. Pialang valuta asing
mengadakan kontak secara langsung dengan bank-bank melalui saluran
hotline. Mereka tidak memperdagangkan valuta asing milik mereka sendiri
tetapi hanya menjual jasa perantara yang disebut biaya brokerage.

Transaksi pada pasar valuta asing terbagi dalam dua jenis, yaitu ;
a. transaksi sport yaitu transaksi valas yang biasanya selesai dalam satu
hari atau maksimal dalam dua hari kerja. Transaksi sport terbagi tiga
jenis, (1) transaksi cash yaitu pembayaran suatu mata uang dan
pengiriman mata uang lain diselesaikan pada hari yang sama (2)
transaksi tom (tomorrow) yaitu transaksi pembayaran hari ini dan
pengiriman mata uang lain dilakukan pada hari berikutnya (3) sport
yaitu transaksi hari ini dan pengirimannya dilakukan dalam jangka
panjang.
b. transkai forward merupakan transaksi pada hari ini tapi pengiriman mata
uang dilakukan pada suatu tanggal tertentu dimasa mendatang.
Sedangkan kurs telah ditetapkan pada saat kontrak disetujui. Jangka
waktu kontrak bervariasi antara dua minggu sampai satu tahun, dalam
transaksi ini unsure resiko menjadi besar karena jatuh tempo yang
cukup lama.

Arbitrase Internasional adalah suatu keadaan dimana pelaku pasar


mempunya pelauang untuk membeli suatu mata uang dan menjualnya
kembali dipasar yang berbeda untuk tujuan mendapat keuntungan dari
selisih antara harga beli dan harga jual. Ada tiga macam jenis arbitrase
internasional, yaitu :

1. Arbitrase lokasi (locational arbitrase) terjadi apabila kurs berbeda antar


suatu lokasi pasar valas.
2. Arbitrase segitiga (triangular arbitrase) terjadi apabila terdapat
perbedaan pada tiga lokasi yang berbeda.
3. Arbitrase suku bunga yaitu mencari laba dari adanya perbedaan suku
bunga antara dua negara.

Mengantisipasi Resiko Bisnis Valuta Asing.

Beberapa alat yang berguna untuk mengantisipasi adanya resiko


bisnis valuta asing adalah :

1. Kontrak futures, yaitu kontrak yang berisi kewajiban utnuk


memperdagangkan valuta asing dengan tingkat kurs yang telah
ditetapkan sebelumnya untuk dipakai pada saat jatuh tempo dimasa
datang. Dalam kondisi ini pedagang valuta asing yang berkewajiban
membeli valuta asing tersebut disebut berada dalam posisi long,
17

sedangkan yang berkewajiban menjual valuta sing itu disebut dalam


posisi sort. Kontrak futures ini dilakukan dilantai bursa dengan standar
nilai perdagangan yang telah ditentukan oleh lembaga bursa.
Sebaliknya apabila kontrak ini dilakukan diluar bursa dan bersifat lebih
bebas maka kontrak tersebut di sebut kontrak forward.

2. Kontrak Options, yaitu kontrak yang berisi hak untuk membeli suatu
valuta asing (call oprtions) atau kontrak untuk menjaul suatu valuta
asing (put options) pada harga tertentu per unit valas untuk suatu
periode tertentu sampai jatuh temponya. Sedangkan pihak pemegang
hak options tidak mempunyai kewajiban untuk melaksanakan hak
tersebut apabila tidak memperoleh keuntungan dari pelaksanan options
tersebut. Untuk hal ini pembeli mengeluarkan sejumlah biaya sebagai
premi harga. Options diperdagangkan di tiga jenis pasar yaitu ; (1)
pasarantar bank (2) bursa untuk options (3) international monetary
market.

Topik 11.2. Resiko spekulatif Perdagangan di Bursa Berjangka.

Perdagangan bursa berjangka adalah adalah suatu sistem


perdagangan terhadap suatu komoditi tertentu yang dilakukan dalam suatu
kontrak berjangka yang persetujuannya dibuat sekarang namun
penyerahan komoditinya dilakukan pada saat jatuh tempo dan tempat
perdagangannya dibursa komoditi berjangka. Disamping itu
diperdagangkan pula Opsi atas kontrak berjangka tersebut baik berupa call
option maupun put option. Adapun pengertian opsi (option) dalam kontrak
berjangka adalah suatu kontrak yang memberikan hak kepada pembeli
untuk membeli (pada call option) atau memberi hak kepada penjual untuk
menjual (pada put option) kontrak berjangka atas komoditi tertentu pada
tingkat harga, jumlah barang, dan jangka waktu tertentu yang telah
ditetapkan terlebih dahulu dengan membayar sejumlah premi tertentu.
Tujuan mencari laba pada perdagangan berjangka ini lebih
dipengaruhi oleh unsur spekulasi dibandingkan dengan perdagangan biasa,
sehingga ancaman kerugian akan lebih besar kemungkinan untuk terjadi,
oleh karena itu untuk melindungi perusahaan dari kemungkinan rugi maka
pengusaha dapat melakukan hedging.

Hedging pada pasar berjangka adalah suatu proses pengambilan


posisi (long atau short) pada pasar phisik dan pada saat yang sama
mengambil posisi sebaliknya pada pasar berjangka dengan tujuan untuk
memperkecil kerugian dalam pemasaran bagi pihak penjual maupun
kerugian dalam penyediaan barang bagi pihak pembeli akibat dari fluktuasi
harga di pasar phisik. 0
18

Perbedaan antara harga dipasar phisik dengan harga dipasar


berjangka dapat dipakai sebagai indicator bagi penentuan harga pokok
barang karena biasanya harga dipasar phisik lebih rendah dari pada harga
dipasar berjangka. Tingginya harga dipasar berjangka disebabkaqn oleh
adanya biaya penyimpanan, bioaya asuransi, bunga bank, dan sebagainya

Perbedaan antara harga phisik disuatu tempat dengan harga


berjangka didalam bursa disebut “basis” Yang disebabkan oleh adanya
factor-faktor biaya sebagai berikut :
1. Tingkat permintaan dan penawaran komoditi tersebut dan tingkat
permintaan dan penawaran pada komoditi subtitusi.
2. Letak goegrafis lokasi permintaan dan lokasi penawaran.
3. Sarana dan transportasi yang tersedia uantuk penyelengaraan
transaksi berjangka.
4. Komponenbiaya transportasi untuk mengangkut barang.
5. Tersedianya ruangan untuk penyimpanan dalam skala yang diinginkan.
6. Kapasitas produksi untuk memenuhi kontrak .
7. Faktor kualitas komoditi yang dapat ditawarkan.

Praktek Hedging didalam pasar berjangka pada dasarnya cukup


mudah untuk dilakukan yaitu misalnya apabila suatu perusahaan yang
memiliki jumlah persediaan bahan baku yang cukup besar lalu
memperkirakan akan terancam rugi karena akan terjadinya penurunan
harga di pasar phisik. Pada situasi ini perusahaan lalu mengambil posisi
jual dengan harga lebih tinggi dipasar berjangka dan pada saat kebutuhan
bahan baku nanti maka perusahaan dapat membeli dengan harga yang
lebih rendah di pasar phisik.

Praktek hedging sebaliknya dapat terjadi misalnya jika perusahaan


memperkirakan bahwa harga komoditi akan cenderung naik maka
perusahaan harus mengambil posisi beli yaitu mempersipkan pembelian
kontrak berjangka dengan harga serendah mungkin dan kemudian
menjualnya pada saat harga lebih tinggi. Dengan demikian keuntungan
yang diperoleh dari pasar berjangka akan dikompensasikan dengan
kerugian karena kenaikkan harga yang terjadi.

Jenis – jenis Hedging dipasar Berjangka.

Ada beberapa jenis hedging yang dapat diterapkan pada pasar


berjangka, yaitu :

1. Hedging Penjualan (selling Hedging)


a. Menghadapi harga pasar phisik dan pasar berjangka
cenderung turun.
b. Menghadapi harga pasar phisik dan pasar berjangka
cenderung naik
19

c. Harga pada pasar phisik naik tetapi harga pada pasar


berjangka turun.
d. Harga pada pasar phisik turun tetapi harga pada pasar
berjangka naik.

2. Hedging Pembelian (Buyiing Hedging).


a. Menghadapi harga pada pasar phisik dan pasar berjangka
naik.
b. Menghadapi harga pada pasar phisik dan pasar berjangka
turun.
c. Menghadapi harga pada pasar phisik naik tapi pada pasar
berjangka turun.
d. Menghadapi harga pada pasar phisik turun tapi pada pasar
berjangka naik.

1.a. Hedging penjualan menghadapi harga pasar phisik dan pasar


berjangka turun.

Apabila harga komoditi pada pasar phisik dan pasar berjangka


sama-sama turun maka turunnya harga pada pasar phisik belum tentu akan
menyebabkan perusahaan akan menderita kerugian karena perusahaan
dapat memamfaatkan keuntungan dari adanya penurunan harga dipasar
berjangka, sehingga secara keseluruhan transaksi dan hedging akan
menghasilkan pengurangan kerugian sampai menjadi nol., contoh sbb :

Perusahaan X pada tanggal 1 januari memiliki 10 ton tembakau


dengan harga a’ Rp.5.000,-/kg pada pasar phisik dan pada saat yang sama
melakukan hedging dengan cara melakukan penjualan 10 ton tembakau a’
Rp. 5.500,-/kg melalui pasar berjangka dengan kontrak penyerahan untuk
awal bulan maret, melalui kedua kondisi ini diperoleh keuntungan pejualan
sebesar Rp.500,-/kg.

Perusahaan X pada tanggal 20 februari menjual 10 ton tembakau a’


Rp. 4.500,-/kg di pasar phisik dan pada saat yang sama membeli 10 ton
tembakau dengan harga a’ Rp.5.000,-/kg.dengan penyerahan awal Maret di
pasar berjangka, melalui kedua transaksi ini diperoleh kerugian Rp.
500,-/kg.

Pada awal maret perusahaan x menerima penyerahan 10 ton


tembakau dari kontrak pembelian tanggal 20 februari dengan tampa
mengalami kerugian karena harga pasar phisik turun. Hal ini disebabkan
perusahaan memperoleh keuntungan dari hedging penjualan Rp.500,-/kg
pada tanggal 1 januari dikurangi kerugian transaksi Rp. 500,-/kg pada
tanggal 20 februari.
20

1.b. Hedging penjualan menghadapi harga pasar phisik dan pasar


berjangka naik.

Apabila harga komoditi pada pasar phisik dan pada pasar


berjangka sama-sama naik maka perusahaan tidak terlalu mengalami
keuntungan karena setiap keuntungan yang diperoleh dari kenaikkan harga
di pasar phisik akan diimbangi oleh kerugian yang akan diterima melalui
kenaikkan harga dipasar berjangka , contoh sbb:

Perusahaan x pada tanggal 1 agustus membeli 10 ton tembakau


dengan harga Rp. 5.000,-/kg.pada pasar phisik dan pada saat yang sama
menjual 10 ton tembakau dengan harga Rp.5.500,-/kg melalui pasar
berjangka dengan kontrak penyerahan awal bulan oktober. Melalui kedua
transaksi ini perusahaan memperoleh keuntungan Rp.500,-/kg.

Perusahaan x pada tanggal 15 september menjual 10 ton


tembakau dengan harga a’Rp 5.500,-/kg dipasar phisik dan pada saat yang
sama membeli 10 ton tembakau dengan harga a’Rp.6.000,-/kg di pasar
berjangka dengan penyerahan awal bulan oktober, melalui kedua transaksi
ini diperoleh kerugian sebesar Rp. 500,-/kg.

Pada awal oktober perusahaan menerima penyerahan 10 ton


tembakau dari kontrak pembelian tanggal 15 september dengan tampa
mengalami keuntungan dari kenaikkan harga phisik.

1.c. Hedging penjualan bila harga pasar phisik naik dan harga pasar
berjangka turun.

Perubahan harga dipasar phisik seringkali berlawanan dengan


dengan perubahan harga dipasar berjangka tergantung pada situasi
permintaan dan penawaran pada kedua jenis pasar tersebut. Apabila
terjadi kemungkinan keadaan demikian maka akan ada peluang
keuntungan bagi perusahaan untuk melakukan hedging penjualan,.Contoh
sbb :

Perusahaan x pada tanggal 1 september memiliki 10 ton


tembakau dengan harga pasar phisik a’ Rp.5.000,-/kg. pada saat yang
sama perusahaan menjual tembakau itu dengan harga Rp. 6.000,-/kg
melalui pasar berjangka dengan kontrak penyerahan awal nopember. Dari
kedua keadaan ini perusahaan mengalami keuntungan Rp.1.000,-/kg.

Pada tanggal 15 oktober perusahaan menjual tembakau tersebut


dengan harga Rp.5.500,-/kg di pasar tunai dan bersamaan dengan itu
perusahaan membeli 10 ton tembakau melalui pasar berjangka dengan
harga Rp. 5.500,-/kg. Dari kedua transaksi ini perusahaan tidak
memperoleh hasil.
21

Secara keseluruhan hedging penjualan akan memberikan


penghasilan kepada perusahaan sebesar Rp. 1000,-/kg.

1.d. Hedging penjualan bila harga pasar phisik turun dan harga pasar
berjangka naik.

Contoh ini adalah merupakan kebalikan dari situasi yang dialami


oleh contoh diatas dan situasi ini adalah akibat tingkat permintaan dan
penawaran yang berkebalikan dari contoh di atas. Akibat umum dari situasi
seperti ini adalah bahwa perusahaan akan mengalami kerugian melalui
transaksi dipasar phisik dan akan mengalami kerugian yang lebih besar jika
tidak mengadakan hedging penjualan melalui pasar berjangka,. Contoh
sbb:

Perusahaan X pada tanggal 1 nopember memiliki 10 ton


tembakau dengan harga pasar phisik Rp.6000,-/kg dan pada saat yang
sama perusahaan menjual 10 ton tembakau dengan hrga Rp.6000,-/kg
melalui pasar berjangka dengan penyerahan pada awal januari.

Kedua situasi ini belum menghasilkan apa-apa bagi perusahaan.


Pada tanggal 10 desember perusahaan x menjual 10 ton
tembakau itu dengan harga kontan Rp. 5.500,-/kg dipasar phisik dan pada
saat yang bersamaan perusahaan membeli 10 ton tembakau melalui pasar
berjangka dengan harga Rp.6.500,- untuk penyerahan januari.

Dari kedua transaksi ini perusahaan menderita kerugian sebesar


Rp.1.000,-/kg. Secara keseluruhan hedging penjualan ini menghasilkan
laba Rp.1.000,-/kg.

Pihak – pihak yang terlibat di pasar berjangka

Ada beberapa pihak yang terlibat dalam kegiatan pasar berjangka ,


yaitu :
1. Bank .
Bank adalah pihak yang memberikan kredit bagi perusahaan yang
akan membeli komoditi di pasar berjangka dan sekaligus juga
bertindak sebagai penjamin keuangan bagi perusahaan yang ingin
mengadakan hedging pembelian atau hedging penjualan terhadap
comoditi dipasar berjangka.

2. Spekulator.
Para speculator memasuki bursa komoditi atau pasar berjangka ini
adalah untuk mengambil mamfaat dari fluktuasi perubahan harga yang
terjadi di masa datang sehingga dapat menghasilkan keuntungan pada
transaksi spekulatif. Kehadiran speculator ini sangat diperlukan untuk
meningkatkan likuiditas pasaar berjangka yang ada dan untuk
selanjutnya akan meningkatkan efisiensi bursa komoditi.
22

3. Lembaga kliring (clearing house).


Lembaga kliring adalah lembaga yang bertugas untuk menyelesaikan
persoalan keuangan dari setiap transaksi yang terjadi termasuk
kesepakatan kontrak yang dibuat dilantai bursa komoditi.
Cakupan kerja dari lembaga kliring ini adalah sbb:
 Tata usaha keuangan meliputi penyelesaian administrasi
semua jaminan bank berbentuk uang maupun bank garansi
berdasarkan pera turan bursa tersebut.
 Melakukan subtitusi yaitu menjamin kenerja pembeli maupun
penjual yang telah terdaftar sebagi anggota kliring.
 Melakukan penagihan kewajiaban pada saat akhir jam
perdagangan dan menghitung saldo uang para anggota.
Apabila seorang anggota mengalami deficit transaksi maka
lembaga kliring malakukan penagihan sisa kekurangan
tersebut, sebaliknya apabila seorang anggota mengalami
surplus transaksi maka lembaga kliring akan membayar
kelebihan transaksi tersebut.

Kegiatan belajar ke 12. Resiko Perdagangan


Internasional pada MNC.
23

Topik 12.1. Perdagangan MNC dan peramalan kurs valuta asing.

Perdagangan internasional dilakukan oleh perusahaan


multinasional corporations (MNC) yang mempunyai cabang diberbagai
negara di dunia. Sehingga masalah resiko yang dihadapi MMC di dalam
perdagangn internasional ini adalah bertumpu pada resiko perubahan kurs
valuta asing. Oleh karena itu peramalan terhadap perubahan kurs valuta
asing merupakan langkah strategis yang paling penting bagi suksesnya
bisnis internasional.

Pentingnya peramalan kurs valuta asing bagi MNC adalah :

1. untuk keputusan hadging terhadap tindakan untuk melindungi hutang


dan piutang valuta asing dari ancaman resiko perubahan kurs dimasa
depan.

2. untuk keputusan pembiayaan jangka pendek yaitu ketika sebuah


perusahaan ingin mengambil hutang jangka pendek dalam pembayaran
valuta asing dengan harapan hutang jangka pendek mengandung suku
bunga yang rendah dan kurs valuta tersebut mengalami deprisiasi dari
waktu ke waktu.

3. untuk keputusan investasi jangka pendek yaitu bagaimana deposito


dan tabungan dalam bentuk valuta asing harus terjamin mengandung
suku bunga yang tinggi dan selalu mengalami apresiasi dari waktu ke
waktu.

4. untuk keputusan penganggaran modal, peramanalan arus kas masa


depan dalam proses penganggaran modal terhadap nilai valuta asing
dimasa depan. Peramalan ini terjadi karena (1) arus kas valuta asing
memerlukan konversi ke dalam valuta asal (2) pengaruh nilai tukar
dimasa depan terhadap permintaan produk perusahaan.

5. untuk keputusan pembiayaan jangka penjang yaitu penerbitan obligasi


untuk mendapatkan hutang jangka panjang mungkin ingin
mendenominasi obligasi dalam valuta asing sehingga perusahaan lebih
menyukai valuta asing tersebut mengalami depresiasi terhadap valuta
yang mereka terima dari penjualan obligasi.

6. untuk penilaian laba perusahaan pada saat laba dari anak perusahaan
dikonsolidasikan dan ditranslasikan ke dalam valuta yang
mendenominasi laporan keuangan perusahaan induk.

Untuk melakukan peramalan kurs valuta asing dilakukan dengan


tiga cara :
1. Peramalan Teknis,
24

2. Peramalan Fundamental.
3. Permalan Berbasis Pasar.

1. Peramalan teknis, yaitu peramalan yang didasarkan pada pemakaian


data-data nilai tukar histories untuk memperediksi nilai tukar masa
depan sehingga terlihat trend atau kecenderungan pergerakan harga
valuta asing tersebut. Berdasarkan data-data historis tersebut dengan
menggunakan rumus persamaan trend yaitu Y = a + b X dimana Y
adalah variabel Waktu dan X adalah variabel Kurs. Dengan
menggunakan garis trend berdasarkan rumus least Square maka akan
dapat dilakukan peramalan nilai kurs valuta asing dimasa yang akan
datang.

2. Peramalan pundamental ialah peramalan yang didasarkan hubungan


fundamental antara variable-variabel ekonomi serta dampak historisnya
terhadap valuta asing yang diketahui. .
Peralatan yang digunakan untuk mengukur variabilitas kurs valuta asing
ialah analisa model persamaan regresi yaitu Y = a + b X1 + c X2 + d
X3 + . . . . +e. Dimana Y adalah variabel Kurs valuta
asing ,sedangkan X1, X2, X3, ... adalah variabel–variabel ekonomi
yang relevan antara lain; X1 adalah Tingkat suku bunga relatif, X2
adalah tingkat inflasi relatif, X3 adalah tingkat pertumbuhan ekonomi
relatif dan lain sebagainya dan e adalah nilai residual dalam persamaan
regresi tersebut. .
Cara menghitung suku bunga relatif ialah suku bunga di Indonesia
dikurangi dengan suku bunga di Ameraka serikat, Cara menhitung
inflasi relatif ialah inflasi di Indonesia dikurangi dengan inflasi di
Amerika Serikat, Cara menghitung GNP relatif ialah GNP indonesia
dikurangi GNP di Amerika Serikat.

3. Peramalan Basis Pasar, yaitu pemakaian nilai tukar yang ada di pasar
yang diindikasikan oleh kecenderungan kurs sport dan kurs forward
untuk meramalkan perkembangan kurs di masa depan. Dengan
memperhatikan perkembangan kurs spot yang terjadi dipasar valuta
asing maka dapat diramalkan kecenderungan pergerakan harga valas
dan ekspetasi terhadap perubahan kurs dalam waktu pendek dimasa
depan. Contoh , jika kurs spot rupiah memiliki kecenderungan menguat
terhadap dollar Amerika maka para spekulan akan menjual dollar dan
menggantinya dengan memegang rupiah sampai suatu saat kurs spot
US dollar kembali menguat maka investor akan membeli kembali dollar.

Topik 12.2. Jenis-jenis eksposure resiko perusahaan MNC.


25

Adanya resiko fluktuasi perubahan nilai tukar valita asing terhadap


keuangan perusahaan MNC dalam kegiatan perdagangan internasional
dapat diamati melalui tiga bentuk eksposure resiko, yaitu:

1. Ekposure resiko transaksi.


2. Eksposure resiko ekonomi.
3. Eksposure resiko translasi atau resiko akuntansi.

(ad.1) Eksposure Resiko Transaksi.

Eksposure resiko transaksi adalah seberapa jauh nilai dari


transaksi kas masa depan perusahaan MNC dipengaruhi oleh fluktuasi kurs
valuta asing. Eksposure transaksi yang berasal dari kemungkinan
diperolehnya keuntungan atau kerugian usaha akibat dari transaksi yang
menggunakan mata uang asing sebagai denominasi. Pusat perhatian
eksposure transaksi adalah perubahan aliran kas sebagai akibat kontrak
yang telah ditanda tangani.

Derajat eksposure resiko transaksi ditentukan oleh ;

1. Segala bentuk penerimaan maupun pembayaran dimasa datang


pada setiap valuta asing yang digunakan.
2. Potensi derajat pergerakan kurs pada setiap nilai mata uang asing
3. Korelasi pergerakan mata uang suatu negara dengan mata uang
asing dimana perusahaan terlibat.

Tingginya fluktuasi nilai tukar valuta asing diukur dengan;

a. Memprediksi ekposure transaksi dari arus kas netto, yaitu arus kas
masuk masa depan dalam satu valuta asing setelah dikurangi dengan
arus kas luar masa depan dalam nilai tukar relatif
b. Eksposure transaksi berbasis pariabilitas valuta asing yang diukur
dengan angka standar deviasi dari pergerakan nilai masing-masing
valuta asing.
c. Eksposure transaksi berdasarkan korelasi kurs antara valuta asing

Rentang waktu terjadinya eksposure transaksi dibagi dalam tiga


tahap, yaitu:

a. Quotation Eksposure yaitu mulai saat menjual menentukan nilai kurs


kepada pembeli sampai saat pembeli mengirim order kepada penjual
pada tingkat kurs yang ditawarkan.
b. Becklock Eksposure yaitu mulai saat pemebeli mengirim permintaan
barang kepada penjual sampai pada saat penjual mengirim produk
tersebut dan menagih pembayaran kepada pembeli
26

c. Billing Eksposure yaitu mulai saat penjual menagih pembayaran


kepada pembeli sampai pada saat pembeli membayar tunai sejumlah
valuta asing yang ditetapkan.

Eksposure resiko transaksi ini dapat di atasi dengan beberapa


teknik hedging yang bentuknya antara lain :

a. Tehnik Kontraktual yaitu menggunakan hedging dengan cara membuat


kontrak lindung nilai di pasar forward, pasar futures, pasar uang dan
pasar options serta pasar swap.

b. Strategi Operasi yaitu dengan melakukan tindakan perlambatan dalam


pembayaran valuta asing dan atau tindakan percepatan dalam
penagihan valuta asing.

c. Forward Market Hadging yaitu perusahaan yang berada pada posisi


long akan menjual valuta asing pada pasar forward sementara
perusahaan yang berada pada posisi short akan membeli forward
tersebut.

d. Money Market Hadging, yaitu melalui kegiatan meminjam dan sekaligus


meminjamkan dalam dua mata uang masing-masing yang berbeda
dengan tujuan untuk mengunci fluktuasi nilai valuta asing yang akan
merugikan aliran kas dimasa mendatang.

e. Risk Shifthing yaitu memindahkan resiko dengan cara mengekspor


barang dalam mata uang yang menguat nilainya dan mengimpor
barang dalam mata uang yang lemah nilainya.

f. Pricing Decision yaitu mengkompersi harga valuta asing dengan harga


dollar dengan menggunakan kurs forward bukan kurs sport. Bila harga
dolar cukup tinggi maka eksportir sebaiknya melakukan penjualan
dollar yang dimilikinya, sebaliknya jika harga dolar merendah maka
importis sebaliknya melakukan pembelian dollar di pasar valuta asing.

g. Eksposure Netting yaitu menghilangkan eksposure resiko dalam satu


mata uang dengan eksposure resiko yang sama atau mata uang
lainnya sedemikian rupa, sehingga laba atau rugi pada kedua posisi
mata uang akan dapat saling meniadakan resiko satu sama lain.

h. Currency risk sharing yaitu membagi resiko mata uang asing dengan
mengembangkan kontrak customized hedging yang melekat pada
transaksi perdagangan tersebut, biasanya ini berbentuk clausul
penyesuaian harga yang mencerminkan perubahan kurs tertentu,
dimana kedua belah pihak sepakat untuk membagi resiko valuta asing
bila telah melewati zona netral yaitu suatu zona dimana rentang kurs
resiko tidak dibagi.
27

i. Foreign Currency Options yaitu bila aliran kas keluar dari valuta asing
tidak diketahui maka dilakukan pembelian currency forward sebaliknya
bila jumlah aliran kas keluar dari valas tersebut diketehui sebaiknya
dibeli call options pada mata uang tersebut.

Apabila tekhnik hedging tidak tersedia atau terlalu mahal untuk


menghilangkan ekposure transaksi maka dapat digunakan alternative lain,
yaitu :

1. Leading and Lagging yaitu tindakan mempercepat waktu pembayaran


sebelum mata uang tersebut mengalami apresiasi atau tindakan
lagging untuk memperlambat pembayaran sampai deprisiasi mata uang
domestik terjadi. Strategi ini dilakukan antara perusahaan yang tidak
berada pada grup bisnis yang sama.

2. Cross hedging yaitu melakukan hegding posisi terbuka pada suatu


mata uang asing dan melakukan hedging posisi terbuka mata uang
lainnya yang mempuinyai korelasi erat antara mata uang tersebut.

3. Carrency Diversification yaitu menerima aliran kas masuk dimasa


datang dari valuta asing yang tidak berkorelasi positif

4. Reinvoising Center yaitu suatu cabang perusahaan mengelola semua


eksposure transaksi perdagangan di dalam perusahaan yang
mempunyai cabang di berbagai negara. Untuk menjamin kurs di masa
depan dan menentukan biaya dalam mata uang local.

(ad. 2) Eksposure Resiko Ekonomi

Eksposure resiko ekonomi adalah seberapa jauh nilai perusahaan


akan berubah apabila kurs valuta asing berubah kearah yang tidak
diharapkan. Perubahan ini tergantung pada pengaruh perubahan kurs
terhadap valume penjualan, harga penjualan, dan biaya-biaya di masa
depan sehingga dapat melihat nilai perusahaan dalam jangka panjang
dalam bisnis internasional dan dalam multi transaksi.

Faktor penentu drajat eksposure resiko ekonomi adalah :


a. Semua factor penentu pada eksposure transaksi
b. Ditambah dampak fluktuasi valuta asing terhadap aliran kas yang
didenominasi dalam mata uang negara induk perusahaan.

Eksposure ekonomi ini jauh lebih penting bagi kesehatan jangka


panjang pada suatu usaha bisnis MNC dibandingkan akibat dari eksposure
transaksi maupun eksposure translasi. Eksposure ekonomi ini merupakan
interaksi manajemen dalam mengelola strategi keuangan, strategi
pemasaran, strategi pembelian dan strategi produksi.
28

Eksposure ekonomi mencakup persoalan-persoalan antara lain :


a. Apresiasi mata uang local mempengaruhi eksposure ekonomi berupa
turunnya penjualan perusahaan untuk pasar local, hal ini disebabkan
meningkatnya persaingan karena konsumen memperoleh produk
pengganti dari luar negeri dari impor yang lebih murah.

b. Depresiasi mata uang lokal akan mempengaruhi penjualan lokal


menjadi meningkat akibat dari turunnya persaingan dari produk asing
karena harga produk asing menjadi lebih tinggi dimata konsumen lokal.

Dampak eksposure resiko ekonomi tergantung dari jangkauan


waktu yang digunakan untuk mengamati perubahan kurs yang
mempengaruhi aliran kas perusahaan. Dampak eksposure resiko ekonomi
ini terbagi dalam empat tahap waktu, yaitu :

1. Dampak jangka pendek, yaitu terhadap aliran kas perusahaan dalam


satu tahun. Kerugian atau keuntungan perusahaan tergantung dari
mata uang yang mendasari aliran kas yang diharapkan. Dlama jangka
pendek adalah sulit mengubah harga penjaulan maupun harga input.

2. Dampak jangka menegah dalam kondisi ekuilibrium, yaitu terhadap


aliran kas untuk masa dua hingga lima tahun dengan asumsi kondisi
ekuilibrium terjadi antara kurs valuta asing, inflasi, dan suku bunga
domistik, dimana perusahaan dapat menyesuaikan harga dan biaya
sepanjang waktu untuk mempertahankan aliran akas berada pada
tingkat yang diharapkan. Kebijaksanaan pemerintah di bidang moneter
fiscal dan neraca pembayaran amat menentukan terjadinya kondisi
ekuilibrium serta apakah perusahaan dapat menyesuaikan harga dan
biaya.

3. Kondisi jangka menegah dalam ketidak seimbangan, yaitu aliran kas


jangka menengah dengan asumsi terjadi ketidak seimbangan dimana
perusahaan tidak dapat menyesuaikan harga dan biaya yang
diakibatkan oleh perubahan kurs valuta asing, sehingga realisasi aliran
kas perusahaan akan berbeda dengan aliran kas yang diharapkan.

4. Dampak jangka panjang, yaitu periode di atas lima tahun dimana aliran
kas perusahaan akan dipengaruhi oleh reaksi para pesaing maupun
potensi perubahan kurs dalam kondisi ketidak seimbangan.

Metode mengukur eksposure resiko ekonomi dilakukan dengan


cara antara lain :

1. Metode sensitifitas penerimaan dan biaya terhadap perubaha kurs


valuta asing, yaitu dengan mengklasifikasikan aliran kas kedalam pos-
29

pos laporan laba rugi yang berbeda dan secara subjeksif memprediksi
masing-masing post tersebut berdasarkan ramalan kurs valuta asing.

2. Analisis regresi terhadap data histories dari aliran kas dan perubahan
kurs dari waktu ke waktu.

Metode mengantisipasi eksposure resiko ekonomi, dilakukan


dengan cara antara lain :

1. Metode defersifikasi operasi meliputi defersifikasi penjualan, lokasi


produksi dan defersifikasi sumber bahan baku.

2. Metode defersifikasi dasar pembiayaan yautu mendapatkan dana untuk


pembiayaan modal perusahaan melalui dua atau lebih pasar modal dan
pasar uang.

(ad. 3) Eksposure Resiko Translasi Atau Resiko Akuntansi

Eksposure resiko translasi adalah mengukur seberapa jauh laporan


keuangan konsolidasi dari suatu perusahaan dipengaruhi oleh fluktuasi kurs
valuta asing. Eksposure ini muncul karena proses mengkomversi laporan
keuangan dari operasi perusahaan diluar negeri yang menggu nakan mata
uang lokal atau mata uang fungsional ke dalam mata uang negara asal atau
mata uang reporting perusahaan.

Mata uang local atau mata uang fungsional adalah mata uang yang
digunakan dilingkungan tempat perusahaan beroperasi dan memperoleh
cash flownya. Sedangkan mata uang reporting adalah mata uang yang
dipakai perusahaan untuk menyusun laporan keuangannya.

Apabila dimisalkan semua anak perusahaan amerika serikat diluar


negeri menyusun laporan keuangan dalam mata uang US dollar maka
kegiatan translasi tidak diperlukan lagi. Sebaliknya apabila masing-masing
anak perusahaan menyusun laporan keuangan dalam mata uang local
masing-masing sebagai mata uang fungsionalnya. Ketentuan tentang
praktek translasi laporan keuangan anak perusahaan kedalam laporan
keuangan perusahaan induk di Amerika serikat diatur dalam Financial
Accounting Standard Board no.52 yang diterbitkan bulan desember tahun
1981.
Kegiatan translasi dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa
metode, antara lain :

1. Current rate method yaitu mentranslasikan semua komponen perkiraan


dalam laporan neraca disusun berdasarkan nilai kurs sekarang kecuali
untuk perkiraan modal sendiri dan laba ditahan yang disusun
berdasarkan kurs histories.
Contoh : Aktiva lancar berdasarkan kurs sekarang.
30

Aktiva tetap berdasarkan kurs sekarang.


Hutang lancar berdasarkan kurs sekarang.
Hutang jangka panjang berdasarkan kurs sekarang.
Modal saham berdasarkan kurs histories.
Laba ditahan berdasarkan kurs histories.

2. Temporal method yaitu memisahkan antara perkiraan moneter dengan


perkiraan non moneter dimana untuk setiap perkiraan moneter kecuali
modal sendiri dan laba ditahan harus ditranslasikan dengan
menggunakan kurs sekarang (current rate) sedangkan untuk perkiraan
non moneter yaitu inventori, aktiva tetap, modal sendiri dan laba
ditahan ditranslasikan denngan menggunakan kurs histories.

3. Current and non current method yaitu memisahkan perkiraan current


account bedasarkan current rate sedangkan perkiraan non current
account bedasarkan histories rate..

Beberapa factor yang mempengaruhi ekposure translasi adalah :

a. Tingkat keterlibatan anak perusahaan dalam bisnis di luar negeri.


Semakion tinggi tingkat ketrlibatan anak perusahaan sebuah MNC
diluar negeri maka akan semakin tinggi pula kepekaan suatu item
dalam laporan keuangan terhadap eksposure translasi.

b. Lokasi anak perusahaan.


Keberadaan anak perusahaan disuatu negara menyebabkan laporan
keuangan anak perusahaan itu harus dibuat dalam mata unag local
negara tersebut . Karena itu perusahaan induk haruslah membuat
laporan keuangan konsolidasi secara periodic.

c. Metode akutansi yang digunakan.


Merode akutansi yang digunakan sangat mempengaruhi hasil translasi
yang diperoleh sehingga mempengaruhi tingkat eksposure teranslasi
tersebut. Ada tiga metode translasi yaitu : 1. metode current rate, 2.
metode temporal, dan 3. metode current dan non current.

Mengelola eksposure translasi


Pada saat suatu perusahaan MNC akan menkonsolidasikan
laporan keuangan anak- anak perusahaan ke dalam laporan keuangan
perusahaan induk maka diperkirakan akan terja- di pengaruh merugikan
terhadap laba konsolidasi karena perbedaan kurs saat itu dengan kurs
histories yang terjadi pada saat pembuatan laporan keuangan. Untuk
mengurangi atau mengeliminir adanya kerugian terhadap laba konsolidasi
ini maka beberapa perusahaan MNC mencoba meng-hedging eksposure
translasi itu dengan menerapkan praktek penggunaan kontrak Forward .
Adapun jumlah yang akan dihedging adalah :
31

(kurs sekarang - rata-rata kurs)


Perkiraan laba = X . ---------------------------------------------
(kurs forward - perkiraan kurs spot)

Rangkuman Modul 5 :

Resiko ekonomi spekulatif bidang perdagangan terbagi dalam 4


jenis yitu resiko bisnis perusahaan, resiko bisnis valuta asing, resiko bisnis
perdagangan berjangka, dan resiko bisnis internasional MNC.
Resiko bisnis perusahaan dagang meliputi penilain analisa break
event point, dan analisa faktor laverage.
Resiko bisnis valuta asing meliputi aspek kurs valuta asing, jenis
transaksi valas dan aktivitas arbitrase internasional.
Resiko bisnis perdagangan berjangka meliputi biaya –biaya
perdagangan, dan jenis-jenis hedging perdagangan berjangka.
Resiko bisnis internasional MNC meliputi eksposure transaksi
perdagangan, ekspusure ekonomi, dan eksposure translasi.

Pertanyaan Modul 5 :
2. Apa yang dimaksud dengan resiko ekonomi spekulatif ?
3. Sebutkan 2 golongan utama resiko ekonomi spekulatif !!
4. Sebutkan 4 jenis resiko ekonomi spekulatif perdagangan !!
5. Apa yang dimaksud resiko spekulatif bisnis perusahaan dagang ?
6. Jelaskan 2 metode mengukur resiko bisnis perusahaan dagang ?
7. Buatlah 2 macam rumus BEP yang biasa dikenal !!
8. Buatlah gambar curve BEP yang normatif !!
9. Apa yang dimaksud dengan metode analisa laverage ?
10. Jelaskan 3 jenis laverage sebagai pengukur resiko !!
11. Apa yang dimaksud resiko spekulatif perdagangan valuta asing ?
12. Sebutkan 3 jenis sistim kurs yang pernah berlaku didunia !!
13. Sebutkan 6 pelaku dalam pasar valuta asing !!
14. Jelaskan transaksi spot dan transaksi forward pada valuta asing !!
15. Apa yang dimaksud arbitrase internasional pada valuta asing ?
16. Jelaskan 3 jeinis arbitrase internasional di pasar valuta asig !!
Jelaskan alat-alat antisipasi resiko bisnis valuta asing
32

MODUL 6 .

RESIKO EKONOMI SPEKULATIF BIDANG INVESTASI

Tujuan instruksional :

Tujuan untuk mempelajari resiko ekonomi spekulatif bidang


investasi ialah untuk memahami bagaimana mendapatkan hasil dan
mengendalikan resiko kerugian yang akan menimpa suatu investasi.
Dimulai dari pengenalan arti investasi sampai dengaqn mengenal cara-cara
pengendalian resiko untuk sejumlah dana investasi.
Investasi adalah suatu aktivitas dalam menanamkan sejumlah dana
untuk membeli sejumlah aktiva atau menanamkan dana untuk mengerjakan
suatu proyek pada suatu waktu tertentu untuk memperoleh sejumlah
penghasilan berulang –ulang dimasa depan.
Melalui pengendalian reswiko kerugian terhadap jenis investasi
yang dipilih maka pembaca dapat memamfaatkan pengetahuannya untuk
keperluan sendiri maupun untuk keperluan sebagai konsulatn suaqtu
proyek investasi.
Setelah mempelaqjari modul ini diharapkan pembaca dapat :
1. Memahami jenis-jenis investasi pada financial asset.
2. Memaham faktor-faktor yang mempengaruhi resiko nvestasi
yang tergolong resiko sistimatis dan resiko tidak sistimatis.
3. Menghitung resiko melalui standar deviasi dan hasil investasi.
4. Menghitung resiko investasi saham individual.
5. Menghitung resiko investasi pada portofolio.
6. Menghitung reswiko investasi menggunakan pendekatan
CAPM.
7. Memahami resiko investasi pada surat berharga obligasi.
8. Memahami resiko investasi pada sertifikat reksadana.
9. Memahami resiko investasi pada sekuritas derivatif.
33

Kegiatan belajar ke 13.: RESIKO INVESTASI PADA SAHAM.

Topik 13.1. PENGOLONGAN INVESTAS DAN FAKTOR-FAKTOR YANG


MEMPENGARUHI INVESTASI.

Investasi berdasarkan jenisnya dapat digolongkan kedalam dua


golongan, yaitu :

1. Investasi pada financial assets yaitu investasi pada surat-surat


berharga. Ada beberapa jenis bentuk investasi pada surat-surat
berharga, yaitu :
a. investasi pada Saham.
b. investasi pada Obligasi
c. investasi pada Reksadana.
d. Investasi pada Swap.
e. Investasi pada Derivated securites.

2. Investasi pada Fixed assets yaitu investasi pada aktiva tetap yang
memiliki langka waktu penanaman modal dalam jangka menengah
atau jangka panjang Ada dua jenis investasi pada fixed assets ini,
yaitu :
a. Investasi jangka menengah pada Leasing.
b. Investasi jangka panjang pada Aktiva tetap.

Faktor-faktor yang mempengaruhi resiko suatu investasi adalah :

1. Resiko sistimatis yaitu berbagai jenis resiko yang secara proforsionil


akan menimpa setiap jenis investasi sesuai dengan besarnya investasi
yang dilakukan berkaitan dengan keadaan perkonomian dan
masyarakat secara umum. Oleh karenanya resiko sistimatis ini tidak
bias didiversivikasikan secara portofolio. berapa jenis penyebab resiko
sistimatis adalah :
a. Resiko inflasi yaitu naiknya harga –harga pada bahan baku dan
upah.
b. Resiko suku bunga yaitu naiknya tingkat suku bunga yang
berlaku dipasar.
c. Resiko daya beli yaitu turunnya daya beli masyarakat karena
pertumbuhan ekonomi yang rendah.
d. Resiko Politik yaitu perubahan kebijaksanaan pemerintah .

2. Resiko tidak sistimatis yaitu jenis resiko yang secara khusus menimpa
setiap bentuk investasi sesuai dengan karakteristik dari investasi
tersebut. Oleh karena itu jenis resiko ini dapat dieliminir melalui
diversifikasi investasi pada portofolio.
Bentuk resiko tidak sistimatis ini adalah :
34

a. Resiko Likuiditas keuangan yaitu perusahaan


mengalamikesulitan untuk melaksanakan kewajiban keuangan
yang jatuh tempo.
b. Resiko manajemen yaitu kesalahan manajemen dalam
mengambil keputusan .
c. Resiko Pemasaran yaitu perubahan selera dan minat konsumen
untuk membeli
d. Resiko lokasi yaitu perubahan jalur lintasan jalan dan arah
kepadatan kota.

Fungsi investasi dipengaruhi oleh expected return variable dan risk


variable yang artinya adalah bahwa perkiraan terhadap hasil dari suatu
investasi akan ditentukan oleh hubu-ngan antara hasil yang diharapkan
atas investasi tersebut dengan tingkat resiko yang dihadapi oleh investasi
tersebut. Secara matematis model fungsi investasi ini dinyatakan dengan
persamaan :
I = f ( Risk, Retturn).

Expected return variable atau variabel keuntungan yang diharapkan


adalah rata-rata tertimbang dari probabilitas dikalikan keuntungan yang
diharapkan pada berbagai situasi sedangkan Risk variable dinyatakan
sebagai standar deviasi (atau akar varian) dari expected return tersebut.

Contoh :
Situasi Probabilitas Expected return

Baik 0,3 20 %
Sedang 0,4 10 %
Buruk 0,3 -10 %

Maka penghitungan expected return sbb :

E(r) = P1 r1 + P2 r2 + ..…. + Pn rn = P t rt

E(r) = 0,3 x 20 % + 0,4 x 10 % + 0,3 x -10 % = 0,10 %

Risk variable atau variable resiko dalam investasi adalah standar


deviasi atau variance dari distribusi probabilitas keuntungan yang
diharapkan atau yang terjadi pada suatu investasi. Pengukuran distribusi
probabilitas terhadap keuntungan yang diharapkan dilakukan secara
subjektif berdasarkan kemapuan seseorang untuk memprediksi tingkat
keuntungan yang diha rapkan pada berbagai situasi yang diharapkan.
Pengukuran distribusi probabilitas terhadap ke untungan yang telah terjadi
dilakukan secara objektif yaitu dengan menggunakan data histories.
35

Resiko dapat diartikan sebagai kemungkinan bahwa keuntungan


yang diperoleh dari investasi akan menyimpang dari keuntungan yang
diharapkan, semakin besar arah penyimpangan dari keuntungan yang
diharapkan maka semakin besar ukuran standar deviasinya dan semakin
tinggi pula resiko investasi tersebut.

Menghitung standar deviasi adalah dengan menghitung akar dari


variance dengan rumus sebagai berikut :

σ =

dimana :
Ri = keuntungan pada situasi ke i
∑ ( Ri – R ) 2 = expected return value.
Pi = probability pada situasi ke i

Maka standar deviasi untuk expected return diatas adalah :

σ = [( 20 % - 10 %) 2 0,3 +(10 % - 10 %)2 0,4 +(-10 % - 10 %)2 0,3 ]½

= [ 1,5 % ]½

= 12,25 %

Topik 13.2. Penilaian Resiko Investasi Saham individual.

Apabila seorang membeli suatu saham berarti ia telah melakukan


investasi pada suatu jenis financial assets dengan harapan akan
memperoleh suatu penghasilan yang lebih besar dimasa yang akan datang
berupa dividen saham tersebut disamping dia juga mengharapkan
memperoleh capital gain (loss) berupa kenaikkan harga saham itu dipasar.

Dengan demikian pengukuran expected return saham tersebut


adalah :

Dividen + ( harga sekarang - harga waktu beli )


E (R) = --------------------------------------------------------------------
Harga waktu beli

maka jadi rumus Present Value sbb:

D1 Pn
36

Po = ---------- + ----------
1 + E(R) 1 + E(R)

Apabila dianggap investor akan memegang saham untuk dua tahun dan
akan memperoleh dividen tahun kedua,- maka :

maka present value dari expected return tersebut sbb:

D1 D2 Pn
Po = ------------- + ----------- + -----------
1 + E(R)1 1 + E(R)2 1 + E(R)n

Apabila dividen diterima untuk waktu yang tak terbatas maka


rumusnya menjadi :

D1 D2 Dn
Po = ----------- + ---------- + …….. + -----------
1 + E(R)1 1 + E(R)2 1 + E(R)n

Apabila kedua belah ruas persamaan ini dikalikan dengan 1 + E(R)


maka :

D1 [1+E(R)1] D2 [1+E(R)2] Dn [1+E(R)n]


Po [1+E(R)] = -------------- + --------------- + …. + ---------------
- 1 + E(R)1 1 + E(R)2 1 + E(R)n

Karena n dividen tersebut tidak terhingga sehingga D1 / 1+ E(R) =


nol maka :

Po [1 + E(R)] - Po = D

Po + Po (E(R)] - Po = D

Po [E(R)] = D

D
E (R) =
-------
Po
Kesimpulan diatas ini menunjukkan bahwa tingkat keuntungan
yang disyaratkan adalah sama dengan jumlah dividen yang diterima dibagi
dengan harga beli saham tersebut. Namun demikian bagi investor yang
ingin menjual kembali saham akan mengharapkan harga saham itu akan
naik jauh melebihi harga pembeliannya ditambah dengan harapan
keuntungan yang diperoleh dari deviden yang akan diterima. Berdasarkan
37

pengharapan inilah seorang investor selalu mau membeli saham yang


harganya naik.

Dalam keadaan yang tidak berkepastian harapan investor ini


seringkali tidak dapat terpenuhi karena ternyata bahwa keuntungan yang
sebenarnya tidak sesuai dengan keuntungan yang diharapkan. Semakin
besar penyimpangan nilai sebenarnya dari nilai yang diharap kan berarti
semakin tinggi resiko saham tersebut, seperti terlihat pada gambar dibawah
ini :

Untuk melihat hubungan antara expected return suatu saham


dengan tingkat resiko nya pada situasi ketidak pastian adalah dengan
menggunakan metode distribusi probabilitas pada expected return dan
standar deviasinya.

Rumus expected return adalah E(R) = Ri P i

Rumus Standar deviasi = σ =

Kegunaan informasi standar deviasi adalah untuk mengetahui


berapa persen kemung kinan bahwa keuntungan yang sebenarnya akan
kurang atau sama dengan nol. Untuk distribu si probabilitas yang normal
maka kurang lebih 68 % dari distribusi akan berada pada satu standar
deviasi dari nilai yang diharapkan, 95 % akan berada pada dua standar
deviasi dan 99 % akan berada pada tiga standar deviasi. Suatu distribusi
dengan standar deviasi yang kecil relative terhadap expected value nya
menunjukkan penyebaran yang sempit dan karenanya ada kepercayaan
yang cukup tinggi akan hasil investasi tersebut.

Dengan melihat perbedaan antara expected return dengan standar


deviasi maka kita bisa menentukan probabilitas bahwa berapa persentase
keuntungan yang sebenarnya akan lebih besar atau sama dengan suatu
nilai tertentu. Misalkan dari contoh diatas kita ingin menentukan berapa
probabilitas keuntungan yang sebenarnya akan lebih kecil dari nol.

Topik 13.3. Resiko investasi pada Saham Portofolio.


38

Portofolio adalah sekumpulan kesempatan investasi pada berbagai


jenis saham yang mempunyai karakteristik pendapatan dan karakteristik
resiko yang berbeda-beda antara satu jenis saham dengan jenis saham
yang lainnya. Sehingga dapat dilakukan diversifikasi invest asi untuk
meminimumkan resiko.

Dengan demikian Resiko saham portofolio ditentukan oleh


beberapa factor yaitu :

1. Resiko dari masing-masing saham yang membentuk portfolio tersebut.


2. Proporsi masing-masing saham dalam portfolio tersebut.
3. Covariance antara keuntungan suatu saham dengan keuntungan
saham lainnya
4. Jumlah saham yang membentuk portfolio tersebut.

Mengukur resiko saham portfolio.

Berdasarkan contoh diatas nampak bahwa rata-rata tertimbang dari


keuntungan investasi tidak dapat dipakai untuk menghitung standar deviasi
portfolio, karena itu untuk menghitung standar deviasi portfolio perlu
digunakan rumus lain yaitu :

σ (Pf) = ∑ Xi2 . σ2(Ri) + Xi Xj cov. (Ri, Rj).

dimana :
Xi , Xj = proporsi dana pada saham i dan Xj = proporsi dana pada
saham j
Cov.(Ri,Rj) = covariance keuntungan saham i dengan saham j

Karena koofisien korelasi antara saham i dan saham j =

Kij = . Maka Kij = σ (Ri,) σ (Rj) = cov. (Ri,Rj)

sehingga rumus diatas menjadi :

σ (Pf) = ∑ Xi2 . σ2(Ri) + Xi Xj Kij . σ (Ri,) σ (Rj)

Topik 13.4. Resiko Saham pada Capital Assets Pricing Model


(CAPM)
39

Dalam keseimbangan pasar suatu saham diharapkan dapat


memberikan keuntungan yang sesuai dengan resiko yang tidak sistimatis
yaitu resiko yang tidak bisa dihilangkan deng an diversifikasi. Konsep ini di
cetuskan oleh Sharpe dan Litner pada tahun 1960 an.
Dalam model ini harus memenuhi beberapa asumsi yaitu : pertama
dianggap pasar, modal sangat efisien yaitu para investor dapat memperoleh
informasi dengan lengkap, tidak ada biaya transaksi, tidak ada hambatan
untuk investasi, dan tidak ada investor yang cukup kuat untuk
mempengaruhi harga saham, disamping itu ada anggapan lain ialah bahwa
semua investor mempunyai kesepakatan yang sama tentang prestasi dan
resiko terhadap masing-masing surat berharga dan terhadap harapan
keuntungan berdasarkan periode waktu satu tahun.
Ada dua kesempatan investasi yaitu pertama investasi pada “risk
free asset” yang biasanya dinyatakan dalam bentuk obligasi pemerintah
dan SBI (sertifikat bank Indonesia) dan kedua adalah investasi pada
portfolio dari saham-saham yang beredar di pasar modal.
Dalam perbandingan antara keuntungan yang diharapkan dari
suatu saham dengan keuntungan dari market portfolio digunakan istilah
kelebihan keuntungan (excess returns) di atas tingkat bungan bebas resiko.
Dengan kata lain excess retrurns adalah merupakan keuntungan yang
diharapkan dari satu investasi dikurangi keuntungan dari risk free asset.
Kelebihan keuntungan ini dihitung berdasarkan data histories.

Gambar berikut menunjukkan titik-titik angka yang membandingkan


antara excess return dari suatu saham terhadap excess return dari market
portfolio dalam jangka waktu 60 bulan. Garis yang dipaskan pada titik-titik
tersebut menunjukkan hubungan histories antara excess return dari saham
terhadap excess return dari market portfolio, garis ini disebut garis
karekteristik (Charecteristic line).

Dari gambar tersebut terlihat bahwa semakin tinggi kelebihan


keuntungan yang diharapkan dari pasar maka semakin tinggi pula
kelebihan keuntungan untuk saham tersebut. Ada tiga factor yang penting
dalam penggambaran garis tersebut; pertama disebut ALFA yaitu
40

merupakan perpotongan garis karekteristik dengan sumbu tegak. Apabila


excess return pasar diharapkan sama dengan nol maka alfa tersebut akan
merupakan excess return dari saham. Kedua disebut BETA yaitu
menunjukkan kemiringan atau slope garis karakteristik tersebut. Kemiringan
inbi menunjukkan kepekaan excess return suatu saham terhadap excess
return portfolio pasar. Beta juga mempunyai arti sebagai alat pengukur
resiko yang sistematis dalam investasi pada portfolio pasar. Apabila
kemiringan beta adalah sama dengan satu itu berarti bahwa excess return
suatu saham bervariasi secara proporsional dengan excess return portfolio
pasar dengan kata lain saham tersebut mempunyai resiko sistematis yang
tak terhindarkan sebagaimana resiko pasar secara keseluruhan. Apabila
kemiringan beta lebih curam dari satu menunjukkan bahwa excess return
saham tersebut bervariasi lebih dari excess return pasar secara
keseluruhan. Saham jenis ini disebut saham agresif. Sebaliknya jika
kemiringan beta kurang dari satu berarti excess return saham tersebut
mempunyai resiko sistematis yang lebih kecil dari pada resiko pasar secara
keseluruhan, jenis saham ini disebut saham defensive. Dengan demikian
semakin besar kemiringan beta saham berarti semakin besar resiko
sistematisnya. Keadaan ini menyebabkan naik atau turunnya resiko pasar
akan menyebabkan naik atau turunnya resiko suatu saham.
Ketiga disebut resiko tidak sistematis (Unsystematic risk), yaitu
resiko yang dutunjukkan oleh penyebaran titik-titik observasi disekitar garis
karekteristik, dari jarak relative antara titik-titik tersebut dengan garis
estimasinya. Semakin besar penyebaran titik ini semakin besar pula
unsystematic risk suatu saat
Penggabungan antara systematic risk ditambah unsystematic risk
Standar deviasi portfolio

menghasilkan resiko total.


Resiko Total = resiko sistematis + resiko tidak sistematis

Resiko tidak sistematis

Resiko total Resiko sistematis

Jumlah Saham Portfolio

Resiko sitematis adalah resiko yang tidak bisa dihilangkan dengan


deversifikasi karena bersifat umum menimpa seluruh jenis investasi secara
proporsional, misalnya resiko inflasi, resesi ekonomi, perubahan tingkat
41

bunga, perubahan dalam perekonomian, peraturan pajak yang baru,


perubahan harga minyak dan lain sebaginya. Resiko ini mempengaruhi
semua perusahaan dan semua jenis infestasi, oleh karenanya tidak bisa
dihilangkan dengan deversifikasi.

Resiko tidak sistematis adalah resiko khusus untuk jenis investasi


tertentu, misalnya perubahan teknologi produksi, adanya persaingan antar
perusahaan, kekuatan permodalan perusahaan, manajemen perusahaan
dan lain sebaginya, sehingga menjadikan saham setiap perusahaan
mempunyai excess return dan resiko yang berbeda anatar satu dengan
yang lain. Oleh karena itu resiko tidak sistematis ini dapat dideversifikasikan
secara efisien untuk meminimumkan sebagian dari resiko.

Dengan demikian pengukuran keuntungan yang diharapkan untuk


suatu saham menurut model portfolio adalah dengan rumus sebagai berikut
:
Rj = Rf + (Rm - Rf) βj

Berdasarkan rumus di atas resiko suatu saham bukanlah pada


standar deviasi saham tersebut (resiko total) tetapi tambahan resiko yang
dimiliki saham tersebut kepada standar deviasi suatu portfolio yang
dideversifikasikan secara efisien sehingga meminimumkan resiko yang
tidak sistematis. Jadi konsep CAPM ini menunjukkan bahwa keuntungan
yang diharapkan dari suatu investasi saham haruslah dihubungkan dengan
tingkat resiko sistematisnya dan bukan dengan tingkat resiko totalnya
(standar deviasi saham).

Rf adalah risk free rate yaitu tingkat bunga bebas resiko, yang
dicerminkan oleh suku bunga SBI atau obligasi pemerintah.

Rm adalah return market portfolio yaitu tingkat keuntungan yang


diharapkan dari rata-rata return seluruh saham yang diperdagangkan di
pasar modal.

βj adalah coefisien Beta untuk saham j yaitu resiko yang tidak


sistematsis dan bisa dihindarkan atau di minimumkan melalui deversifikasi
investasi, dimana semakin besar beta maka semakin besar pula resikonya
dan semakin besar pula ekspectid return yang diharapkan demikian pula
sebaliknya.

Contoh : Keuntungan yang diharapkan dari investasi yang bebas


resiko (misalnya deposito) adalah 12 % setahun sedangkan keuntungan
yang diharapkan dari pasar saham adalah 15 % setahun dan koofisien beta
suatu saham adalah 1,2 (artinya resiko sistimatis saham itu lebih besar dari
resiko saham lain ). Berdasarkan data ini maka keuntungan yang
disyaratkan untuk saham adalah :
42

Ri = Rf + (Rm - Rf) Bi = 12 % + (15 % - 12 %) 1,2 = 15,6 %

Kegiatan Belajar ke 14. : Resiko investasi pada obligasi dan


reksadana.

Topik 14.1. Penilaian Resiko Investasi pada Obligasi.

Obligasi dalam bahasa Belanda disebut Obligaat yaitu kewajiban


yang tidak dapat ditanggalkan atau disebut pula Verplichting yaitu surat
hutang yang diterbitkan oleh negara atau lembaga pemerintah atau
perusahaan perseroan dengan pembayaran bunga secara tetap untuk
sipemegang obligasi. Menurut Brigham dan Houston mendepinisikan
Obligasi (bond) adalah suatu kontrak perjanjian jangka panjang dimana
sipeminjam dana setuju untuk membayar bunga secara periodik dan
membayar pokok pinjaman pada tanggal tertentu kepada pemegang
obligasi tersebut.
Dengan demikian Obligasi adalah surat berharga yang bersifat
hutang atau pengakuan hutang oleh pihak yang menerbitkan obligasi
(emiten atau issuer) yaitu dari pemerintah atau dari suatu perusahaan
kepada si pemegang obligasi. Suatu obligasi memiliki jangka waktu jatuh
tempo (maturity) serta nilai nominal (par value atau face value) dan
besarnya tingkat bunga (Interest rate) yang harus dibayar berdasarkan
caupon rate yang terlampir pada obligasi tersebut.
Mengenal emiten atau penerbit obligasi adalah penting bagi
investor yang akan membeli suatu obligasi , baik melalui prospektus yang
diterbitkan maupun melalui informasi pasar modal yang ada, maksudnya
agar bisa meramalkan resiko kemungkinan penerbit obligasi tidak dapat
membayar bunga kopon maupun membayar nilai pokok obligasi tepat
waktu (default risk). Biasanya setiap obligasi mendapat peringkat (rating)
terhadap kemampuan melakukan pembayaran tepat waktu yang dilakukan
oleh lembaga pemeringkat seperti PEPINDO (Pemeringkat effek
Indonesia)
Jangka waktu jatuh tempo (maturity) obligasi bervariasi, untuk
obligasi jangka menengah mulai dari satu tahun sampai lima tahun,
sedangkan untuk jangka panjang adalah diatas lima tahun. Semakin
pendek jangka waktu jatuh tempo maka semakin rendah resiko kegagalan
bayar (default risk) sebaliknya semakin lama jangka waktu jatuh tempo
maka semakin tinggi resiko gagal bayar sehingga mendorong semakin
tinggi tingkat bunga kupon yang dibayar.
Harga pasar obligasi berbeda dengan harga pasar saham, dimana
harga pasar obligasi tidak dinyatakan dalam bentuk uang melainkan dalam
bentuk persentase (%) dari nilai nominal (par value) obligasi tersebut. Oleh
karena itu ada tiga macam kecenderungan harga pasar obliogasi yang
terjadi dipasar modal , Yaitu :
43

10. Par Value, yaitu harga pasar obligasi sama denga nilai nominal.
11. At Premium Value, yaitu harga pasar obligasi itu lebih tinggi
dari nilai nominalnya.
12. At Discount Value, yitu harga pasar obligasi itu lebih rendah
dari nilai nominalnya.

Jenis obligasi dapat dibagi atas lima penggolongan, yaitu :


1. Jenis obligasi menurut cara peralihan yaitu :
a. obligasi atas unjuk (bearer bonds) yang bercirikan tanpa
nama pemilik, memiliki kupon bunga yang lepas, mudah
dialihkan pada orang lain, kertasnya berkualitas tinggi, bunga
dan pokok obligasi dibayarkan dengan menunjukkan kupon
dan sertifikat obligasi serta tidak ada penggantian bagi kupon
atau sertifikat yang hilang. Di Indonesia saat ini yang beredar
hanya obligasi jenis ini.
b. Obligasi atas nama yaitu obligasi yang mencantumkan nama
pemilik dalam sertifikat, kupon bunga serta pokok angsuran
terlekat pada sertifikat dan pembayaran atas pokok angsuran
serta bunga dikirimkan kepada pemilik.

2. Jenis Obligasi menurut jaminan yang diberikan (hak klaim) yaitu :


a. Obligasi dengan jaminan (secured bonds) yang terdiri dari:
 obligasi yang bergaransi yaitu obligasi perusahaan
kecil yang diberi gransi oleh perusahaan besar.
 Obligasi dengan jaminan aktiva tetap (mortgage
bonds), misalnya jaminan bangunan gedung.
 Obligasi dengan jaminan surat berharga (collateral
Trust bonds)
 Obligasi dengan jaminan perlengkapan ( Equipment
Trust bonds)
b. Obligasi tanpa jaminan (unsecured bonds) yaitu terdiri dari :
 Obligasi tanpa jaminan kekayaan apapun (debenture
bonds)
 Obligasi dengan klaim paling rendah dari hutang
perusahaan (subordinated bonds)

3. Jenis Obligasi menurut cara pembayaran bunga terbagi atas :


a. Obligasi dengan bunga tetap yang dibayar secara periodik
b. Obligasi dengan bunga tidak tetap disesuaikan dengan
tingkat bunga yang berlaku di pasar.
c. Obligasi tanpa bunga sehingga keuntungan yang diperoleh
pemilik hanya dari kenaikan nilai obligasi.
d. Obligasi tanpa nilai jatuh tempo.

4. Jenis obligasi berdasarkan kupon obligasi, yaitu


44

a. Obligasi dengan tingkat bunga mengambang (floating coupon


rate) adalah penentuan kupon obligasi berdasarkan tingkat
bunga yang berubah-ubah dari awktu kewaktu.
b. Obliogasi dengan tingkat bunga tetap (fixed Coupon rate)
adalah penentuan tingkat bunga obligasi yang tetap dari awal
sampai akhir periode jatuh tempo.

5. Jenis Obligasi yang dapat ditukarkan dengan saham perusahaan


(comvortible bonds) dan obligasi yang tidak dapat ditukar dengan
saham perusahaan.

Penilaian obligasi memerlukan empat unsur informasi yaitu :


1. Perkiraan stabilitas penerimaan bunga perperiodik
biasanya pertiga bulan atau per empat bulan atau per
enam bulan.
2. Perkiraan kemampuan bayar atau resiko kegagalan bayar
(default risk) sebesar Nilai nominal pada saat jatuh tempo
yaitu nilai yang tertera pada obligasi tersebut.
3. Tanggal jatuh tempo yaitu tanggal saat pelunasan obligasi
yang tertera pada lembar obligasi tersebut , artinya
semakin lama tanggal jatuh tempo berarti semakin besar
resiko investasi .
4. Keuntungan yang diharapkan pada obligasi tersebut yaitu
perkiraan perbedaan suku bunga real perbankan dengan
suku bunga obligasi, artinya semakin tinggi perbedaan
suku bunga real perbankan dibanding suku bunga obligasi
maka semakin rendah harga pasar obligasi dan berarti
semakin kecil keuntungan yang diharapkan.

Rumus umum dalam penilaian suatu obligasi yaitu :

b M
Vd = ∑ ------------- + -----------
(1 + r )t (1 + r )n
Vd = 1 (PVIFA r,n) + M (PIVP r,n)

Dimana :
Vd = nilai absolut obligasi
b = nilai kupon bunga
M = nilai nominal jatuh tempo
r = Keuntungan (return) yang diharapkan
PVIFA = Present value interest factor of annuity
PVIF = Present value intrest factor
45

Contoh : Obligasi yang diterbitkan PT. Bukit Siguntang memiliki


nilai nominal Rp. 1.000.000.- perlembar. Obligasi jatuh tempo 5
tahun dengan kupon rate Rp.50.000 perlembar sebanyak 10
lembar. Jika expected return perperiode 6 bulan = 5 %. Hitunglah
nilai absolut obligasi tersebut !?

Jawab :
50.000 50.000 1.000.000
Vd = --------------- + ………………+ --------------- + ---------------
(1 + 0,05)1 (1 + 0,05)10 (1 + 0,05)10

Vd =

Faktor-faktor lain yang mempengaruhi harga pasar obligasi atau


Yield to Maturity suatu obligasi adalah :

1. Jangka waktu sebelum obligasi jatuh tempo (Yield to Maturity).


2. Resiko untuk gagal menerima bunga atau pokok pinjaman
3. Status pajak dari pembeli obligasi
4. Adanya propisi yang memungkinkan obligasi dilunasi sebelum
jatuh tempo oleh penerbit obligasi
5. Jumlah kupon yang diterbitkan.

Penilaian Yield to maturity harga obligasi.

Pengaruh jangka waktu sebelum obligasi jatuh tempo terhadap


harga obligasi (Yield to Maturity) dapat dijelaskan dengan berbagai teori
yaitu :

1. Teori pasar yang tersegmentasi yaitu banyak investor dan emiten


(penerbit obligasi) yang mempunyai preferensi atas obligasi yang
mempunyai jangka waktu pelunasan yang pasti. Ada pihak yang
menyukai obligasi berjangka waktu lama tapi ada juga yang
menyukai yang berjangka waktu pendek.
2. Teori Pengharapan yaitu menyatakan bahwa tingkat keuntungan
dari obligasi dua tahun hendaknya sama dengan tingkat
keuntungan obligasi satu tahun di tambah dengan tingkat
keuntungan yang diharapkan dari obligasi satu tahun untuk tahun
yang akan datang, berarti diharapkan akan ada kenaikan suku
bungan jangka pendek. Teori ini dipakai untuk menjelaskan
mengapa suku bunga deposito 6 bulan justru lebih tinggi dari pada
deposito 12 bulan.
3. Teori Premium Likuiditas yaitu teori yang didasari atas asumsi
bahwa investor haruslah mendapat imbalan yang lebih besar untuk
memiliki obligasi yang berjangka waktu lebih lama dari yang
46

disukainya. Disamping itu hanya sedikit infestor yang bersedia


membeli obligasi jangka penjang sehingga perlu tambahan tingkat
keuntungan diberikan agar obligasi jangka penjang tersebut dibeli
investor.
4. Teori posisi pilihan yaitu menyatakan bahwa investor dapat
menyesuaikan jangka waktu investasi dengan kebutuhan dananya
dalam mendapatkan resiko yang paling kecil sampai dengan
kebutuhan dana dan kembalinya investasi dapat disesuaikan
dengan pilihannya

Resiko untuk gagal menerima bunga dan pokok pinjaman dapat


terjadi pada setiap investor dan resiko jenis ini dipisahkan dari resiko naik
turunnya suku bunga. Dalam hal ini semakin besar resiko gagal bayar
(default risk) maka semakin besar pula premi tidak terbayar yang diminta
oleh seorang investor. Dengan demikian ada tiga komponen unsur
penentuan tingkat keuntungan yang disyaratkan untuk setiap obligasi,
yaitu : pertama tingkat keuntungan untuk obligasi yang default free, kedua
premi resiko terhadap naik turunnya tingkat suku bunga dan ketiga premi
resiko terhadap gagal terbayarnya bunga dan pokok pinjaman.

Contoh penentuan tingkat keuntungan yang disyaratkan untuk


obligasi adalah :
Tingkat keuntungan untuk obligasi default free = 10 %
Premi resiko untuk volatility suku bunga = 1 %
Premi untuk resiko tidak terbayar (default risk) = 2 %
Jadi : Tingkat keuntungan yang disyaratkan = 10% + 1% + 2% = 13%

Indikator yang digunakan untuk menaksir kemungkinan adanya


default risk antara lain adalah a) proporsi hutang perusahaan, b) stabilitas
keuntungan perusahaan, c) earning power perusahaan, d) keberhasilan
investasi yang dilakukan perusahaan, dan lain sebagainya.

=========================================================
Di Amerika serikat ada lembaga keuangan seperti standard and poor’s
yang melakukan penyusunan peringkat (ranking) bagi obligasi yang beredar di
bursa efek. Di Indonesia ada PT. Pefindo (Pemeringkat efek Indonesia) yang
berdiri tahun 1994 dengan tugas untuk menyusun peringkat dari obligasi yang
beredar di bursa efek dan commercial paper yang beredar di pasar uang.
Diharapkan dengan peringkat yang dikeluarkan oleh PT. Pefindo ini maka para
investor dapat memperkirakan premi resiko yang wajar untuk setiap obligasi yang
diterbitkan oleh berbagai perusahaan.
Sampai akhir tahun 2000 belum ada obligasi perusahaan yang beredar di
pasar modal Indonesia yang mengalami kegagalan karena masih terbatasnya
jumlah perusahaan yang menerbitkan obligasi serta beberapa perusahaan yang
menerbitkan obligasi adalah perusahaan pemerintah. Akan tetapi dengan makin
banyaknya penerbitan obligasi yang dilakukan oleh perusahaan dewasa ini maka
ada kemungkinan terdapatnya obligasi yang gagal.
=========================================================
47

Topik 14.2. Jenis resiko investasi pada obligasi.

Beberapa Jenis Resiko Investasi pada Obligasi , antara lain :


1. Interest rate Risk.
2. Reinvestment Risk.
3. Call Risk.
4. Default Risk.
5. Liquidity risk.
6. Votality Interest rate Risk.
7. Excange Rate Risk.
8. Inflation Rate Risk.

Interest Rate Risk adalah resiko yang dihadapi investor pada


obligasi yang disebabkan oleh kenaikkan tingkat suku bunga perbankan
terutama oleh kenaikkan suku bunga SBI (Sertifikat Bank Indonesia). Dalam
hal ini kenaikkan suku bunga perbankan akan mendorong penurunan harga
pasar obligasi sehingga turunnya pandapatan real investor, sebaliknya
demikian pula jika terjadi penurunan tingkat suku bunga perbankan maka
akan mendorong kenaikan harga pasar obligasi dan akan menaikkan
pendapatan real investor.
Reinvestment Risk adalah resiko yang terjadi akibat investor
melakukan investasi ulang atas bunga yang diperoleh yang sifatnya untuk
menghilangkan pengaruh resiko kenaikkan tingkat suku bunga perbankan.
Cara ini disebut dengan strategi immunisasi (immunization Strategic).
Call Risk adalah resiko yang terjadi pada emiten selaku penerbit
obligasi yang mempunyai hak untuk membeli kembali terhadap obligasi
yang telah dijual dipasar perdana maupun sekunder dengan harga
nominal .Sedangkan ternyata kemudian tingkat bunga perbankan naik
diatas tingkat bunga kupon obligasi, sehingga harga pasar obligasi tersebut
turun dibawah harga nominal maka emiten selaku investor yang memiliki
hak membeli kembali mengalami defisit harga pembelian.
Default Risk adalah resiko yang diterima investor obligasi karena
emiten penerbit obligasi itu gagal membayar bunga secara periodek atau
gagal membayar nilai nominal tunai pada saat hari jatuh tempo. Dalam hal
ini dianjurkan agar investor senantiasa mempedomani informasi dari
lembaga Pemeringkat Effek Indonesia (PEI) yang secara berkala
menetapkan peringkat investasi (investment grade) mulai AAA sampai BBB.
Liquidity Risk dalah resiko yang diterima investor pada saat
menjual obligasi tersebut di pasar modal yaitu dengan melihat seberapa
jauh selisih antara harga beli dengan harga jual obligasi tersebut . Artinya
apabila harga beli obligasi berada diatas harga jual maka obligasi itu
pandang tidak liquid atau dikatakan resiko likuiditasnya tinggi. Sebaliknya
apabila harga jual obligasi itu berada diatas harga beli nya maka obligasi itu
dikatakan sebagai obligasi yang likuid atau dikatakan sebagai oligasi
dengan resiko likuiditas yang rendah.
48

Volatility Interest Rate Risk adalah resiko yang diterima investor


obligasi kerena naik turunnya tingkat suku bunga perbankan yang terjadi
dimasyarakat. Dalam kondisi ekonomi yang buruk suku bunga perbankan
seringkali berfluktuasi secara tidak menentu (Volatility) akibatnya harga
pasar obligasi menjadi sukar diramalkan sehingga resiko volatility menjadi
tinggi.
Exchange Rate Risk adalah resiko yang diterima oleh investor
obligasi pada obligasi yang didenominasi dengan valuta asing sehingga
apabila pengaruh perubahan nilai tukar mata uang lokal terhadap mata
uang asing yang didenominasi tersebut tinggi maka resiko kurs valuta asing
juga akan tinggi terhadap investasi pada obligasi tersebut.
Inflation Rate Risk adalah resiko yang dihadapi oleh investor
obligasi sebagai akibat dari naiknya tingkat inflasi yang terjadi dalam
perekonomian nasional dalam waktu yang relatif panjang, sehingga aliran
kas yang diterima (cash in flow) dari bunga obligsi yang dibayar secara
periodik akan memiliki nilai yang semakin menurun dari waktu ke waktu.

Metode pengukuran resiko obligasi.

Metode dan Alat pengukur resiko Obligasi antara lain :


1. Yield to Maturity.
2. Duration and Modified Duration.
3. Konvexity.

Yield to Maturity sebagai alat pengukur resiko obligasi adalah untuk


mengukur berapa besar tingkat hasil (retturn) yng akan diterima oleh
seorang investor apabila ia memegang suatu obligasi sampai saat jatuh
tempo obligasi tersebut atau dengan kata lain apabila seorang investor
membeli suatu obligasi dan memegang obligasi itu sampai saat jatuh tempo
sehingga ia menerima pembayaran seluruh kupon bunga sejak obligasi itu
dibeli dan menerima pelunasan nilai pokok obligasi (principal) maka ia
dianggap memperoleh hasil yang disebut Yield to Maturity. Karena itu yield
to maturity harus dihitung berdasarkan harga pasar obligasi dan biasanya
Yield to maturity ini digunakan untuk menghitung sisa maturity obligasi
yang masih berjalan. Seringkali terjadi sebelum maturity obligasi tiba
ternyata kurs obligasi berada diatas nilai pari atau berada dibawah nilai pari,
namun pada saat jatuh tempo kurs obligasi akan sama dengan nilai pari
yaitu sama dengan 100 karena emiten akan membayar investor sebesar
nilai nominal.

Yield to maturity dihitung dengan rumus :

{(Face Value - Purchase Price) / n} + Annual coupon interest paid


YTM = ----------------------------------------------------------------------------------------------
( Face value + Purchase value ) / 2

atau
49

Coupon + ( 100 – Kurs ) / Maturity


YTM = ----------------------------------------------------
( 100 + Kurs ) / 2

Ket : n adalah periode jatuh tempo.

Gambar kurva hubungan antara harga obligasi dengan YTM sbb:

Harga
Obligasi
|
|
|
|
|
___________________________________________ YTM

Duration atau durasi adalah ukuran rata-rata jatuh tempo dari arus
pembayaran kupon bunga yang terkait dengan obligasi atau rata-rata
tertimbang dari aliran pendapatan kupon bunga dari jangka waktu sejak
obligasi dibeli sampai sisa pembayaran dilakukan. Ada dua ukuran durasi
yaitu pertama menurut formulasi Frederick Macaulay yang diperkenalkan
pertama kali pada tahun 1938. Macaulay mendepinisikan durasi sebagai
rata-rata tertimbang dari arus kas sebuah sekuritas yang berpenghasilan
tetap sampai saat jatuh temponya. Adapun formula matematik durasi
menurut Macaulay adalah sebagai berikut :

Macaulay Duration = D = Σ t x Wt

CF t / (1 + y)
Dimana : Wt = ------------------------
Bond Price

Dimana : t = time atau jangka waktu sampai pembayaran.


W t = Rata-rata tertimbang aliran pendapatan obl.
y = Yield to Maturity.
CF t = Cash flow at periodical.

] Ukuran durasi yang kedua adalah durasi modifikasi (modifiied


duration) yang dikemukakan oleh Frank J Fabozzi dengan rumus sebagai
berikut :
50

D
Modified Duration = D * = -----------------------
(1+y)

Durasi obligasi selalu mempunyai hubungan terbalik dengan tingkat


kuponnya dalam arti bahwa jika semakin tinggi tingkat kupon obligasi
tersebut maka akan semakin rendah tingkat durasinya dengan penurunan
yang semakin kecil. Dalam rumus durasi modifikasi ini menempatkan yield
to maturity (atau y) sebagai discount factor bagi durasi, maka hal ini berarti
durasi digunakan untuk mengukur kepekaan harga pasar obligasi terhadap
perubahan tingkat hasil yang diharapkan (required rate of yield) pada suatu
obligasi. Dengan kata lain apabila tingkat suku bunga perbankan yang
terjadi dipasar digunakan sebagai pembanding (benchmark) terhadap hasil
investasi obligasi (yield) maka durasi bisa dipakai sebagai pengukur
sensitivitas harga obligasi terhadap perubahan tingkat suku bunga pasar.
Penurunan tingkat bunga obligasi selalu dinyatakan dengan istilah
basis point yaitu penurunan tingkat bunga sebesar 1 % akan dinyatakan
sama dengan turun 100 basis point dan ditulis turun 100 BP. Misal kan jika
tingkat bunga obligasi turun 50 BP itu artinya tingkat bunga turun 0,5 %atau
sebaliknya jika tingkat bunga obligasi naik 150 BP artinya naik 1,5 % .
Convexitas adalah curva yang menggambarkan hubungan antara
harga pasar terhadap hasil obligasi pada titik cembung maximum atau pada
titik singgung maximum dengan curva durasi obligasi.

Harga Pasar
Obligasi
| Harga aktual
|
| hasil y *
| Curva Convexitas
|
|
|
-----------------------------------------------------------------------Yield Obligasi.
Y*

Pada gambar curva diatas terlihat garis singgung antara garis


curva durasi yang menggambarkan harga obligasi/hasil yang berada
disebelah bawah telah bersinggungan dengan curva convexitas yang
berada disebelah atas pada titik y *. Slope atau kelandaian curva durasi ini
menunjukkan semakin kecil durasi dan sebaliknya semakin curam curva ini
menunjukkan semakin besar durasi. Oleh karena itu dalam harga awal
obligasi maka titik persinggungan itu menunjukkan besarnya durasi obligasi
dan menunjukkan besarnya perubahan harga obligasi.
Topik 14.2.: Penilaian Investasi pada Reksadana.
51

Pengertian reksadana adalah suatu kegiatan usaha dengan cara


mengumpulkan dana dari berbagai lembaga investor atau perorangan
kemudian menginvestasikannya kembali ke dalam berbagai media investasi
seperti pada pasar modal, pasar uang, pasar valuta asing dan properti.
Reksadana adalah istilah lain dari mutual fund yang dikenal di Amerika
Serikat atau unit trust yang dikenal di Inggris. Sedangkan perusahaan yang
mengelola reksadana disebut perusahaan investasi (investment company)
atau dana bersama (mutual fund).

Para investor membeli reksadana dari sebuah perusahaan


investasi dan nantinya para pemegang saham akan mendapat deviden dari
hasil pengelolaan dana reksa tersebut sehingga keuntungan investasi pada
reksadana ini terdiri dari; pertama deviden tunai untuk saham atau bunga
untuk obligasi, kedua dari capital gain atas sertifikat reksadana tersebut dan
ketiga perubahan nilai bersih dari capital gain dan deviden tunai yang tidak
dibagikan kepada pemegang reksadana. Dengan demikian tingkat
keuntungan reksadana pada satu periode adalah :

Ct + Dt (NAV t+1 - NAVt)


Rt = --------------------------------------------------
NAV t

Dimana : Rt adalah pendapatan investasi pada reksadana tahun


tertentu
Ct adalah capital gain tahun tertentu
Dt adalah deviden tunai tahun tertentu
NAVt adalah Net asset Value tahun tertentu

Jenis Reksadana berdasarkan tujuan investasi yang biasanya


tergantung pada prosfektus perusahaan, yaitu :

1. Dana pertumbuhan (growth funds) yang berusaha untuk


memperoleh capital gain yang besar.
2. Dana pertumbuhan agresif (aggregate growt funds) yaitu
reksadana yang bertujuan untuk mengejar pertumbuhan yang
agresif untuk menciptakan penghasilan (yield) yang tinggi.
3. Dana pertumbuhan pendapatan (growth income funds) yaitu
reksadana yang mendapatkan pendapatan serta capital gain dari
saham
4. Dana keseimbangan ( balanced funds ) yaitu reksadana yang
mengutamakan keragaman jenis surat berharga dalam satu
investasi untuk mendapatkan devident, bunga obligasi, dan capital
gain sekaligus.
52

5. Dana Pendapatan (income fund) yaitu reksadana yang


mengkhususkan kepada investasi kepada sekumpulan surat
berharga yang memberikan bungan dan deviden yang tinggi.
6. Dana Khusus Industri (industrial Specializated funds) yaitu
reksadana yang mengkhususkan investasi pada sekelompok
saham industri tertentu yang terpilih.
7. Dana Keuangan (Money funds) yaitu reksadana dengan sasaran
pasar uang jangka pendek untuk memperoleh pendapatan (yield)
dari instrument pasar uang jangka pendek.
8. Dana Internasional (International Funds) yaitu reksadana dengan
sasaran pasar modal internasional untuk memperoleh capital gain

Jenis Reksadana berdasarkan ciri-ciri umum adalah; pertama


reksadana tertutup (closed-end invesement funds) dan kedua reksadana
terbuka (open-end invesment funds)

Jenis reksadana tertutup ialah reksadana yang dikeluarkan tidak


bisa dibeli kembali oleh perusahaan yang mengeluarkan atau bersifat
tetap. Jadi bila seorang investor ingin membeli saham reksadana maka
investor tersebut harus membelinya melalui bursa efek sebaliknya bila ingin
menjual saham reksadana itu maka ia menjualnya melalui bursa efek
berdasarkan harga yang berlaku di lantai bursa saat itu. Selanjutnya
manager invesmen yang mengelola reksadana akan mengumumkan nilai
bersih perusahaan tersebut dari hasil pengelolaan portfolio investasi secara
teratur. Nilai bersih perusahaan tersebut dikonversikan kedalam harga
saham reksadana yaitu dengan menjumlahkan harga pasar
portfolioinvestasi saat itu dibagai dengan jumlah saham yang beredar.

Jenis reksadana terbuka ialah reksadana yang dapat dibeli kembali


oleh perusahaan penerbit reksadana sehingga perusahaan reksadana itu
tidak memiliki modal tetap karena modalnya akan berubah tergantung dari
hasil pembelian dan penjualan saham reksadana dari waktu ke waktu.
Perusahaan reksadana bisa menjual sahamnya kepada investor
berdasarkan harga saham per unit kemudian membeli kembali saham itu
dari masyarakat berdasarkan harga yang sesuai dengan nilai reksadana
per unit.

Manfaat reksadana dilihat dari sisi investor adalah :


1. Memperoleh penghasilan investasi untuk masa datang
2. Tempat mengakumulasikan kekayaan
3. Untuk mendeversifikasikan resiko investasi
4. Untuk meminimalkan resiko investasi

Manfaat reksadana dilihat dari pihak pemerintah antara lain adalah:


1. Memobilisasi dana masyarakat bagi investor dari segala lapisan
53

2. Meningkatkan peranan swasta dalam menghimpun dana


masyarakat
3. Mendorong perdagangan surat-surat berharga di pasar modal
Indonesia sehingga meningkatkan likuiditas bursa dan kapitalisasi
pasar
4. Dapat mengoreksi tingkat bunga yang berlaku di pasar melalui
pergeseran dana dari bank ke pasar modal

Manfaat reksadana bagi bursa efek antara lain adalah :


1. Terciptanya pasar modal yang lebih efisien dan perilaku investor
yang lebih rasional serta mampu menganalisa surat berharga mana
yang harus dibeli.
2. Mendorong partisipasi yang lebih besar bagi investor domistik
seperti yayasan dana pansiun, asuransi, perbankan, dan investor
individual seperti dokter, pengacara, ibu rumah tangga dan
eksekutif lainnya.
3. Meningkatkan aktifitas dan likuiditas bursa karena sebagian besar
dana masyarakat yang dihimpun reksadana diinvestasikan pada
saham dan obligasi yang akan menaikkan prekuensi perdagangan
serta capitalisasi pasar dan indeks harga saham gabungan.

Resiko Reksadana dapat terjadi sehingga investor perlu selalu


waspada, ada lima hal yang dapat menimbulkan resiko reksadana yaitu :
1. Salah dalam memilih salah satu diantara bentuk reksadana yang
ada. Pilihan itu mungkin cocok untuk kondisi ekonomi tertentu tapi
kurang berhasil untuk kondisi ekonomi yang lain sehingga hasil
yang diharapkan tidak sesuai dengan yang diharapkan.
2. Profektus yang diterbitkan oleh setiap reksadana pada masa
penawaran (initial Public Offering) bisa saja tidak sesuai dengan
keadaan perusahaan yang sebenarnya sehingga investor
melakukan kesalahan dalam memilih reksadana tersebut.
3. Kemungkinan perusahaan reksadana tidak menetapkan nilai
asset perusahaan pada tingkat harga pasar yang berlaku saat itu.
4. Kemungkinan perusahaan reksadana memiliki sebagian besar
asset yang mempunyai hak klaim hukum terhadap yang
menerbitkannya dan tidak mempunyai wujud fisik.
5. Kemungkinan investor tersebut menguasai sebagian besar asset
yang dapat mempengaruhi kebijaksanaan manajemen reksadana.

Memilih produk reksadana haruslah memperhatikan berbagai factor yang


dapat memaksimumkan keuntungan bagi investor, ada tiga factor yang
harus diperhatikan dalam memilih reksadana, yaitu :

1. Sasaran reksadana yang ingin dicapai yang dapat dilihat pada


prepektusnya dan mengetahui persentase dana yang tercantum
dalam uraian alokasi investasi. Ada beberapa alternative sasaran
yang ingin dicapai antara lain:
54

a. sasaran pendapatan, reksadana jenis ini tidak mementingkan


capital gain tapi memberikan perhatian pada surat berharga
yang secara histories memberikan deviden tunai yang tinggi,
jika investor memilih reksadana jenis ini ia akan memperoleh
pendapatan yang tinggi dari deviden tetapi nilai reksadana
tersebut tidak meningkat.
b. sasaran pertumbuhan pendapatan yaitu reksadana yang
secara terus menerus meningkatkan surat berharga yang
menjadi objek investasi untuk mendapatkan penghasilan
besar dalam jangka panjang. Strategi ini cenderung tidak
membagiakan deviden tunai sehingga akan menaikkan nilai
perusahaan dan akan menaikkan nilai net asset value.
c. sasaran kombinasi yaitu sasaran pertumbuhan dan sasaran
pendapatan sama-sama ditingkatkan tetapi besarnya
cenderung lebih kecil dibandingkan dengan reksadana
dengan sasaran khusus.
d. sasaran kecenderungan yaitu tergantung kepada situasi
pasar, apabila pasar dalam keadaan baik (bullish market)
maka dilakukan portfolio pada saham blue chips sebaliknya
apabila pasar dalam keadaan buruk (bearish market) maka
dilakukan portfolio pada obligasi.
2. Memilih sasaran khusus pada instrument investasi tertentu
berdasarkan kondisi ekonomi dan pertimbangan tertentu, misalnya
memilih industri yang memiliki prospek pasar yang cerah dan
sebagainya.
3. Memilih reksadana yang memiliki perkembangan indeks harga
saham terkemuka di dalam bursa efek, reksadana seperti ini akan
memilih perusahaan yang memiliki bobot indeks harga saham yang
tinggi untuk memperoleh keuntungan di atas rata-rata saham di
bursa efek.

Peranan manager investasi untuk mengelola portfolio efek bagi para


nasabah adalah penting, dalam struktur pasar modal Indonesia manager
investasi merupakan suatu perusahaan skuritas yang bertugas di samping
menjamin penerbitan surat perharga dan menjadi perantara perdagangan
surat berharga uga untuk mengelola serta mensponsori tumbuhnya
reksadana di pasar modal Indonesia dengan memperoleh imbalan yang
dihitung berdasarkan persentase tertentu dari nilai dana yang dikelolanya.
Pengelolaan yang dilakukan oleh manager investasi berdasarkan pada
kontrak antara manager investasi dengan nasabahnya. Manager investasi
tidak menerima langsung dana milik nasabahnya melainkan dititipkan pada
bank custodian yang ditunjuk oleh Bapepam untuk menerima instruksi
pembelian atau penjualan surat berharga dari manager investasi.

Kesimpulan Modul 6.
55

Resiko spekulatif terhadap investasi pada surat-surat berharga


yang dapat diperdagangakan meliputi resiko investasi pada saham,
investasi pada obligasi , investasi pada reksadana.
Penilain investasi pada saham dilakukan dengan melalui penilaian
saham secara individual, penilaian saham dalam portofolio dan penilain
saham menurut model CAPM.
Penilaian investasi pada obligasi dilakukan dengan metode yield to
maturity, metode duration dan modofikasi duration , dan metode konvexity.

Pertanyaan Topik Resiko Obligasi :

1. Apa yang dimaksud dengan obligasi ?


2. Siapa yang disebut emiten dan bagaimana mengenali kekuatan emiten
3. Apa yang menjadi ciri maturity obligasi ?
4. Apa perbedaan harga pasar obligasi dengan harga pasar saham ?
5. Bagaimana kecenderungan harga pasar obligasi ?
6. Sebutkan 3 jenis penggolongan obligasi !
7. Buatlah rumus umum penilaian obligasi !
8 Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi harga pasar obligasi !
9 Jelaskan 4 teori tentang harga obligasi !
10 Sebutkan 3 komponen penentu tingkat keuntungan yang disyaratkan !

Pertanyaan Topik Resiko Reksadana :


1. Apa pengertian umum reksadana itu ?
2. Sebutkan 3 keuntungan investasi pada reksadana !
3. Buatlah rumus umum keuntungan investasi pada reksadana !
4. Sebutkan 8 jenis investasi pada reksadana !
5. Sebutkan 2 ciri-ciri umum reksadana !
6. Sebutkan 4 mamfaat reksadana bagi investor !
7. Sebutkan 4 mamfaat reksadana bagi pemerintah !
8. Sebutkan 3 mamfaat reksadana bagi bursa effek !
9. Sebutkan 5 aspek resiko investasi pada reksadana !
10. Sebutkan 3 faktor perrtimbangan memilih investasi reksadana !

MODUL 7. PENILAIAN RESIKO PERBANKAN

Tujuan instruksional :

Tujuan mempelajari modul ini adalah untuk memehami ruang lingkup


resiko kegiatan bisnis perbankan dan mempelajari bagaimana aktivitas
perbankan dapat mengendalikan ancaman resiko keuangan yang sangat
sensitif terhadap krisis kepercayaan yang hendak dijaga bank
56

Depinisi Bank menurut uu perbankan nomor 10 tahun 1988 adalah


suatu badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada msyarajkat dalam bentuk kredit dan
atau dalam bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat
banyak.
Sehubungn dengan resiko yang dihadapi dalam aktivitas perbankan
maka ada dua aspek penting yang terkait dengan depinisi diatas yaitu
pertama Bank sebagai lembaga kepercayaan (agent of trust) masyarakat
dan kedua Bank sebagai pendorong pembangunan (agent of development)
perekonomian nasional.
Peranan bank sebagai lembaga kepercayaan masyarakat membuat
bank harus berhati-hati dalam berhadapan dengan resiko bisnis perusahaan.
Oleh karena itu depinisi resiko dalam sudut pandang perbankan adalah
berbagai peluang untuk terjadinya situasi yang buruk yaitu situasi yang dapat
menjadikan bank mengalami posisi negative bagi kegiatan operasinya.
Dalam pengertian ini ada dua aspek beruntun dari resiko perbankan yaitu
Pertama aspek “Risk event” dan kedua Kedua adalah “Risk Loss”.
Risk event adalah suatu peristiwa yang akan mendatangkan resiko
terjadinya potensi kerugian. Suatu peristiwa kegagalan teknis pada suatu
bank dapat berkembang menjadi isu yang luas dan tendensius berpotensi
menimbulkan turunnya tingkat kepercayaan nasabah terhadap bank tersebut.
Risk Loss adalah besarnya kerugian yang terjadi akibat dari peristiwa
yang mendatangkan resiko tersebut, baik sebagai akibat langsung dari risk
event maupun sebagai akibat tidak langsung, baik akibat berupa kerugian
financial maupun kerugian berupa non financial.

Setelah mempelajari modul ini pembaca diharapkan akan :


1. Memahami resiko pasar bagi perbankan.
2. Memahami resiko kredit penyaluran dana perbankan.
3. Memahami resiko operasional perbankan
4. Memahami resiko treasury risk.

Kegiatan belajar ke 15 : Resiko aktivitas perbankan. .

Topik 15.1. Resiko Pasar bagi aktivitas perbankan.

Yaitu resiko kerugian perbankan akibat terjadinya perubahan harga


pasar (market price) terhadap assets dan liabilities bank tersebut. Perubahan
harga pada asset dan liabilities bank itu terjadi karena perubahan faktor pasar
yaitu a, perubahan suku bunga bank ( Interest rate) b. Perubahan nilai tukar
valuta asing (foreign excenges rated). c. perubahan harga pasar
57

saham(market securitas) d.perubahan harga komoditas berjangka (future


trading comodity).

Faktor perubahan suku bank yang menyebabkan timbulnya resiko


pasar ini dapat terjadi dari berbagai kejadian antara lain :

a. Traded Market Risk.


Apabila bank ikut dalam bisnis instrumen pasar (market
instrument) tertentu seperti pada obligasi maka nilai pasar
obligasi ini sangat terpengaruh oleh perubahan suku bunga bank
karena tabungan dan deposito bank adalah saingan utama bagi
investasi pada obligasi. Dengan demikian naiknya suku bunga
bank akan menurunkan nilai pasar dari obligasi yang dimiliki oleh
bank tersebut dan selanjutnya akan menurunkan nilai aktiva yang
dihitung dari nilai obligasi tadi. Penurunan nilai aktiva ini tercatat
merupakan kerugian bagi bank
Peristiwa seperti ini dapat pula terjadi pada traded market risk
yang lain seperti misalnya bank ikut melakukan bisnis pada ; a)
perdagangan valuta asing, b) Perdagangan saham, dan c)
kontrak komodity berjangka.

b. Banking book value.


Perubahan nilai buku pada neraca bank dapat terjadi karena
berbagai kegiatan bisnis bank itu sendiri. Seperti kegiatan
memberi kredit kepada nasbah atau karena menerima simpanan
deposito dari nasabah. Misalnya pada saat bank memberi kredit
jangka menengah atau jangka panjang kepada nasabah dengan
bunga tetap sedangkan sumber dana untuk itu merupakan bunga
mengambang maka jika terjadi kenaikan suku bunga maka
margin dari bunga kredit yang diperoleh bank akan turun sebesar
selisih kenaikkan suku bunga tersebut. Sebaliknya apabila bank
menerima deposito dengan suku bunga tetap maka apabila suku
bungan bank turun berarti bunga depositi tatap harus dibayar
kepada nasabah lebih tinggi dari suka bunga bank yang dapat
diterima dari hasil penyaluran kredit.

Depinisi lain yaitu resiko yang terkait pada terjadinya ketidak pastian atas
earnig pada suatu institusi perbankan dalam trading fortfolio sebagai akibat
dari perubahan market conditions seperti assets price, interest rate, market
volatility dan market liquidity.

Prasyarat terjadinya Resiko Pasar pada bank antara lain:


1. Terjadi perubahan harga market instrument pada assets bank.
58

2. Terjadi gejolak (volatility) atas likuiditas pasar.


3. Adanya long or short position pada account valas.
4. Ada gap antara Rate Sensitive Assets (RSA) dan Rate Sensitive
Liabilities (RSL). Pada neraca bank.

Manajemen Assets dan liabilities perbankan adalah sasaran dasar


bagi pengendalian resiko pasar perbankan. Walaupun pembahasan tentang
asset dan liabilities dalam neraca keuangan bank terpisah namun keduanya
adalah satu kesatuan kendali karena sisi assets atau aktiva pada neraca
adalah keseluruhan sisi liabilities atau pasiva pada neraca tersebut. Sisi
Aktiva pada neraca merupakan seluruh asset (kekayaan) dari bank tersebut
dan sekaligus merupakan alokasi dari seluruh investasi yang berasal dari
dana yang terkumpul melalui sumber-sumber dana bank, sedangkan sisi
pasiva merupakan struktur sumber dana yang berasal dari berbagai pihak dan
wajib dipertanggung jawabkan kepada pemilik sumber dana tersebut.
Unsur-unsur pada pos aktiva dan pada pos pasiva yang terdapat
dalam neraca perbankan secara garis besar sebagai berikut :

Neraca Bank
PT. Bank Bagus Kuning
Per 31 Desember 2009
(dalam milyar rupiah)
---------------------------------------------------------------------------------------------
No. Pos Aktiva Rupiah Valas ! No. Pos Pasiva Rupiah Valas
------------------------------------------!--------------------------------------------------
1. Kas ... ... ! 1. Giro .. ..
2. Bank Indonesia .. .. ! 2. Call Money .. ..
3. Tagihan pd bank lain ! 3. Tabungan masy. .. ..
1. Giro .. .. ! 4. Deposito berjangka .. ..
2. Call money .. .. ! 5. Kewajiban lainnya .. ..
3. Deposito .. .. ! 6. Surat berharga .. ..
4. Kredit antar bank .. .. ! 7. Pinjaman yg diterima .. ..
4. Surat berhaga, dll. .. .. ! a. dr Bank Indonesia .. ..
5 Kredit yg diberikan .. .. ! b. Subordinasi. .. ..
6. Penyertaan modal .. .. ! c. Lainnya .. ..
7. Cadangan aktiva .. .. ! 8. Rupa-rupa pasiva .. ..
8. Aktiva tetap .. .. ! 9. Modal disetor .. ..
9. Rupa-rupa .. .. ! 10. Agio , cadangan. .. ..
! 11. Laba ditahan .. ..
--------------------------------------------------------------------------------------------
Dua jenis Resiko Pasar, yaitu :
1. Spesifik market risk, yaitu resiko yang diterima suatu bank akibat
perubahan harga pasar suatu sekuritas tertentu dikarenakan
pengaruh faktor tertentu pula. Contoh : turunnya harga pasar
obligasi A yang disebabkan oleh kemelut manajemen atau
turunnya nilai rating pada perusahaan issuer menyebabkan nilai
assets bank yang melakukan perdagangan pada obligasi A
tersebut ikut turun karenanya.
59

2. General market risk , yaitu resiko yang diterima bank akibat


perubahan harga instrument moneter tertentu yang akan
mempengaruhi harga pasar beberapa instrument sekuritas
lainnya. Contoh : perubahan suku bunga resmi bank (yaitu BI
rate) atau suku bunga official bank (yaitu sertifikat BI) akan
mempengaruhi tingkat suku bunga bank-bank lainnya (Yaitu
suku bunga kredit dan suku bunga deposito).
Ada empat jenis general market risk yaitu :
a. Interest rate risk (Resiko perubahan suku bunga).
b. Equity position risk (Resiko perubahan nilai saham)
c. Foreign exchange risk (Resiko perubahan nilai tukar)
d. Commodity position risk (Resiko perubahan nilai
komoditas.

a. Resiko Suku Bunga.


Yaitu resiko terjadinya potensi kerugian bank akibat dari berbagai
keadaan yang akan mempengaruhi tingkat suku bunga bank. Contoh :
treasurer yang mengambil posisi long atau short atas derivative interest rate
instrument untuk mencari keuntungan setelah memprediksi arah perubahan
tingkat suku bunga masa depan ternyata hasilnya merugikan bank.

b. Resiko Posisi Equitas.


Yaitu resiko terjadinya potensi kerugian bank akibat perubahan harga
saham dan jumlah saham yang diperdagangkan di pasar modal.
Contoh : treasure mengambil keputusan untuk menahan atau menjual suatu
saham tertentu karena mengharapkan adanya perubahan harga saham di
pasar modal ternyata ramalan itu meleset dan keputusan itu menimbulkan
kerugian pada bank.

c. Resiko kurs atau nilai tukar valuta asing.


Yaitu resiko terjadinya potensi kerugian bank akibat perubahan nilai
tukar valuta asing. Fluktuasi nilai kurs valuta asing tertentu dapat berpengaruh
buruk pada semua aspek yang terkait seperti pada hutang atau piutang dalam
valuta asing. Contoh : Krisis moneter dan perbankan bulan juli 1997 dimulai
dari turunnya nilai rupiah secara tajam terhadap valuta asing terutama
USD.diikuti dengan berbagai kesulitan moneter dan dunia usaha terutama
properti dan akhirnya krisis tersebut diikuti oleh krisis dunia perbankan.

d. Resiko komoditi pasar berjangka.


Yaitu resiko terjadinya potensi kerugian bank akibat perubahan harga
komoditi berjangka yang terkait kontrak dengan bank. Contoh : Kasus
terbongkarnya kebohongan sebuah perusahaan Kanada pada tahun 1997
yang mengklaim penemuan cadangan emas yang sangat besar di Busang
Kalimantan Ternyata klaim itu adalah palsu sehingga menyebabkan harga
saham perusahaan itu di Kanada merosot tajam dan akhirnya bangkrut, akibat
selanjutnya ialah banyak bank di Kanada dan Indonesia yang memiliki kontrak
keuangan dengan perusahaan Kanada tersebut terkena getahnya.
60

Faktor-faktor penyebab timbulnya resiko pasar.

Faktor penyebab timbulnya resiko pasar adalah akibat perubahan


atas empat market instrument moneter , yaitu:

a.. Faktor fundamental ekonomi seperti tingkat inflasi yang tinggi, kurs mata
uang lokal yang merosot, perkembangan sektor riil yang lambat, pertumbuhan
sektor ekonomi yang rendah, jumlah cadangan devisa nasional yang
mengecil, dan sebagainya yang akan mempengaruhi ekspektasi masyarakat
terhadap harga-harga berbagai market instrument yang ada.

b. Faktor peristiwa ekonomi dan politik internasional seperti perang teluk,


pemboman gedung trade center di Amerika serikat, nuklir Iran dan Korea
utara, Gelombang stunami di Asia tenggara, menurunnya pertumbuhan
ekonomi AS dan berbagai isu internasional lainnya akan mempengaruhi
market price dari berbagai market instrument yang ada.

c. Faktor Campur tangan otoritas moneter seperti devaluasi rupiah


terhadap USD sebanyak lima kali selama pemerintahan Orde Baru yang tidak
diikuti oleh perbaikan fundamental ekonomi yang kuat sehingga ketika terjadi
krisis moneter bulan juli 1977 maka kurs rupiah anjlok tajam dan indek harga
saham gabungan jatuh serta diikuti dengan krisis perbankan dan bankrutnya
banyak perusahaan.

d. Faktor Keseimbangan antara tingkat permintaan dan tingkat penawaran


terhadap market instrument yang ada. Naiknya jumlah permintaan terhadap
surat berharga di bursa efek akan menaikkan harga saham yang
diperdagangkan, Naiknya permintaan terhadap valuta asing tertentu karena
meningkat nya inport dibanding eksport akan menaikan kurs valuta asing.
Naiknya permintaan terhadap kontrak pembelian komoditi berjangka akibat
dari berbagai isu politik dan keramanan internasional menyebabkan harga
kontrak komoditi berjangka akan naik. Pengaruh terjadinya perobahan
tingakat permintaan atau penurunan tingakat penawaran terhadap harga-
harga market instrumen yang dioerdagangkan bisa terjadi dalam waktu
singkat namun adakalanya terjadi secara bertahap tergantung kepada kuat
lemahnya nilai yang mempengaruhi tersebut bagi bagi dunia bisnis.

e. Faktor Likuiditas pasar yaitu tingginya volume bisnis yang ada dipasar
modal akibat dari banyaknya market makers seperti jumlah broker, agen,
trading company, serta banyaknya transaksi atau dan dealing yang terjadi
perhari di bursa efek . Tersedianya pasar primer yang kuata,pasar sekunder
yang besar, pasar over the counter (OTC) yang luas dan pasar elektronik
yang berskala besar. Kesemuanya memungkinkan terjadinya likuiditas
perniagaan yang tinggi terhadap berbagai market instrumen yang
diperdagangkan.
61

f. Faktor kegiatan Arbitage yaitu tingginya perkembangan kegiatan


perdagangan valuta asing disuatu tempat (wilayah) dan banyaknya jumlah
brokers, pedagang, spekulan, investor, perusahaan keuangan yang terlibat
dengan menggunakan porasarana yang canggih akan menyebabkan terjadi
penyesuaian harga pasar yang cepat meskipun kegiatan arbitrage itu
berlangsung dalam tempo yang singkat.

Topik 15.2. ANALISA RESIKO KREDIT BAGI KEGIATAN PENYALURAN


DANA BANK.

Yaitu resiko kerugian bagi bank akibat dari counterparty gagal


memenuhi kewajibannya berupa pembayaran pokok pinjaman plus bunga
pada saat jatuh tempo. Resiko kredit dalam jumlah tertentu adalah wajar
bagi bank karena sifat bisnisnya adalah lending based business yaitu
aktivitas bisnis yang didasari pinjaman dari pihak ke dua untuk dipinjamkan
kepada pihak ke tiga. Karena itu bisnis bank memiliki tingkat laverage dan
debt-equity ratio yang tinggi sehingga akan memerlukan tingkat kepercayaan
masyarakat yang tinggi pula agar tidak terjadi krisis kepercayaan yang akan
menimbulkan rush yaitu pihak kedua secara bersamaan menarik dana yang
mereka simpan di bank. Jika hal ini terjadi maka dalam waktu singkat
permodalan bank dapat seketika menjadi terkuras atau bank itu akan
mengalami kebangkrutan.
Cobtoh yang terjadi pada krisis moneter tahun 1997. Pada waktu itu
hampir semua bank melakukan pelanggaran terhadap ketentuan
BMPK )Batas Maksimum Pemberian Kredit) yaitu ketika bank berlomba
lomba memberikan kredit kepada nasabah melebihi batas ketentuan BMPK
sehingga banyak bank mengalami kemerosotan CAR (capital Adequacy
Ratio) yang pada gilirannya timbulah krisis resiko kredit berupa lenaikkan
suku bunga yang tinggi dan bank mengalami kesulitan bayar serta
sebahagian bank dalam kondisi insolvensi .

Ada tiga golongan resiko berdasarkan counterparty pada kredit perbankan


yaitu :
1. Resiko kredit pada pemerintah suatu negara.(Sovereign risk or
country riks)
2. Resiko kredit pada perusahaan (Corporate credit risk)
3. Resiko kredit pada perorangan or Retail customer (Personal
credit risk).

Sovereign credit risk or country risk.

Yaitu resiko atas pemberian kredit kepada pemerintah (sovereign


loan) dan kredit kepada dunia usaha dinegara berkembang (country loan)
yang berupa kegagalan pemerintah suatu negara maupun dunia usaha
62

dinegara tersebut untuk melunasi pokok pinjaman atau bunganya kepada


suatu bank.
Pad tahun 1970-an, bank-bank komersial di Amerika Serikat dan
bank-bank di daratan Eropa barat berlomba-lomba memberikan kredit kepada
perusahaan-perusahaan di Eropa timur,Amerika latin dan dibeberapa negara
berkembang lainnya. Setelah lebihkurang sepuluh tahun berikutnya timbulah
masalah country risk atas kredit yangb diberikan tersebut. Mula-mula di awal
tahun1980-an Negara Polandia mengalami problem pembayaran hutang,
kemudian diikuti Negara Meksiko dan Brazilia. Masing-masing negara
menyampaikan Debt Moratorium yaitu permohonan penghapusan
pembayaran hutang atau bunga hutang kepada masing-masing bank kreditur
mereka karena negaranya dalam kesulitan keuangan. Berbagai kejadian ini
menyebabkan bank-bank terbesar pemberi kredit di Amerika Serikat dan
Daratan Eropah mengalami sovereign risk dan country risk exposure yang
besar yang jumlahnya mencapai 56 milyar dollar AS.Bandingkan besarnya
dengan APBN- RI tahun 1980an ?.
Country credit risk merupakan pengertian resiko yang lebih luas dari
soveregn credit risk karena meliputi juga resiko terhadap persoalan undang-
undang domestik, iklim politik, dan lingkungan ekonomi dalam suatu negara.
Countri Credit Risk merupakan resiko kerugian yang dapat diderita oleh bank
atau perusahaan dan investor lain disektor sosial karena adanya masyalah
hukum, undang-undang, politik,dan lingkungan ekonomi dalam suatu
nergara. Sedangkan Sovereign credit risk adalah resiko kerugian bank
berkaitan dengan kegagalan suatu negara melunasi pokok pinjaman atau
bunga hutang kepada bank.
Peranan lembaga keuangan internasional seperti IMF atau
International Monetery Fund dan Word Bank seringkali membantu suatu
negara dalam menyelesaikan masalah sovereign credit risk ini dengan cara
merundingkan kesepakatan penjadwalan kembali (rescheduling) atas
pinjaman suatu negara. Cara lain yang dilakukan IMF adalah dengan
memberikan pinjaman baru untuk memperkuat cadangan devisa serta
sekaligus untuk melunasi hutang-hutang yang jatuh tempo.
Exposure country credit risk yang paling berbahaya ialan jika suatu
negara mengalami default risk yaitu kegagalan suatu negara untuk membayar
hutang-hutang nya kepada bank yang mengakibatkan bank harus menghapus
tagihannya kepada negara atau swasta dinegara tersebut sehinga pertkiraan
piutang tak tertagih pada neraca bank menjadi tinggi.
Default risk pada hutang domestik yang berasal dari penerbitan
obligasi pemerintah yang pembayarannya dalam bentuk mata uang domestik
biasanya diatasi dengan kewenangan bank sentral negara tersebut untuk
mencetak uang baru Default risk pada hutang luar negeri yang berasal dari
penerbitan obligasi internasional dan harus dibayar dalam bentuk valuta asing
adalah sulit diatasi karena memerlukan cadangan devisa yang cukup atau
memiliki surplus pada neraca perdagangan.

Beberapa Indikator yang dapat digunakan sebagai alat pengukur


sovereign credit risk adalah :
63

1. Iklim dan kebijakan investasi yang dikembangkan pemerintah


disuatu negara hendaknya berjalan secara normal tampa adanya
situasi ekstrim akibat dari ekpektasi yang berlebihan. Misalnya
adanya rangsangan dan kemudahan pembiayaan investasi oleh
pemerintah menyebabkan investasi melebihi permintaan pasar
sehingga terjadi penggelembungan harga ekonomi jauh diatas
haga sebenarnya. Akhirnya debitur investor tidak mampu
menghasilkan return on investment yang semestinya dan
terjadilah default risk.
2. Tingkat efisiensi sisitm perbankan dalam mengalokasikan modal
untuk menumbuhkan kegiatan usaha yang produktif hendaknya
berkembang secara transparan dan prudential. Kertika terjadi
krisis moneter tahun 1997 pemerintah terpaksa melakukan
blanket guarantee atau paket penjaminan terhadap sektor
perbankan domestik dan juga pemerintah melakukan bail-out
hutang sektor swasta terhadap bank-bank nasional agar sistim
perbankan tidak hancur.
3. Tingkat efisiensi sistim perpajakan dalam menghimpun dana bagi
APBN akan mendorong pertumbuhan sektor riil menjadi baik.
Namun apabila sisitim perpajakan tidak mendorong pertumbuhan
investasi sektor riil dan tidak mendorong usaha bank sentral
untuk mengkonsolidasikan kekuatan perbankan melalui langkah
merger dan akuisisi antar bank maka kemampuan negara untuk
membayar kewajiban luar negerinya akan tetap kecil.
4. Kemampuan bank sentral negara itu mengendalikan fluktuasi
kurs valas agar menjadi stabil yang akan mempengaruhi neraca
perdagangan negara tersebut. Apabila bank sentral tidak berdaya
mengendalikan merosotnya mata uang lokal atau gagal
mengendalikan naiknya kurs valuta asing maka ekspor negara
itu akan terhambat dan pengumpulan cadangan devisa menjadi
sulit. Jikahal ini terjadi maka kreditur luar negeri akan
menganggap negara tesebut mengalami sovereign risk yang
tinggi
5. Tingkat suku bunga bank domestik yang tinggi mendorong
terjadinya kenaikan foreign currency borrowing dalam negeri yaitu
masyarakat demestik terdorong untuk memimjam lebih banyak
valuta asing dan mendorong perbaikkan kurs mata uang domestik
namun akibatnya kegiatan investasi di sektyor riil menjadi turun
karena naiknya biaya modal investasi dan ini sangat tidak
menunjang dunia usaha sektor riil.
6. Transparansi pengelolaan perekonomian dan dalam pengambilan
kebijakan dibidang dunia usaha yang akan membantu
mendorong perkembangan dunia usaha dan akan mengurangi
tekanan pada sovereign risk.

Metode menilai sovereign credit risk antara lain :


64

1. The debt service ratio (The DSR) yaitu memperbandingkan


interest plus amortization on debt dengan export value untuk
menggambarkan kemampuan nilai ekspor sebagai sumber
penghasil devisa dari perekonomian suatu negara untuk
membayar pokok pinjaman dan bunganya hutang negara
tersebut pada negara lain yang jatuh tempo. Apabila The DSR
nilainya meningkat berarti pemerintah gagal mendorong
kenaikkan ekspor dalam perdagangan luar negeri atau yang tidak
sebanding dengan kenaikkan jumlah hutang luar negeri sehingga
membuat soveregn risk menjadi naik.

Interest plus amortization on debt


The DSR = --------------------------------------------
Exports

2. The Import ratio (The IR) yaitu membandingkan total import


dengan total foreign exchange reserves untuk menggambarkan
kemampuan cadangan devisa yang ada pada bank sentral suatu
negara dalam membiayai import barang-barang penting dari luar
negeri. Naiknya nilai The IR akan memberi arti bahwa total
cadangan devisa yang ada pada bank sentral suatu negara turun
kualitasnya dalam membiayai pembelian keperluan barang-
barang penting bagi dunia usaha misalnya pembelian spare part
dan bahan baku pabrik. Naiknya nilai The IR berarti
meningkatnya tekanan untuk terjadinya sovereign risk terhadap
negara tersebut.

Total inport
The IR = -------------------------------------------
Total foreign exchange reserves

3. The Investment ratio (The Inv.R) yaitu perbandingan antara real


investment terhadap gross national product negara tersebut
untuk menggambarkan kemampuan negara itu dalam
mengalokasikan sumber-sumber pendapatan nasional untuk
memenuhi kebutuhan investasi riil dinegara itu. Semakin besar
The Investment ratio berarti terjadi kenaikkan nilai investasi real
lebih tinggi dari kenaikkan nilai GNP pada negara tersebut maka
hal ini akan menurunkan sovereing resiko negara tersebut.

Real Investment
The Inv. R. = ----------------------------
GNP
65

Corporate Credit Risk.

Adalah Resiko yang diderita oleh sebuah bank disuatu negara atas
terjadinya default dalam pelunasan kembali pokok pinjaman dan bunga
hutang oleh suatu badan usaha di dalam negeri akibat dari memburuknya
perekonomian negara tersebut
Contoh : Sebuah bank nasional di Indonesia memberi pinjaman pada
sebuah perusahaan textil di Indonesia, beberapa waktu kemudian
perekonomian Indonesia memburuk sehingga perusahaan textil tadi
mengalami kesulitan keuangan dan gagal memenuhi kewajibannya pada bank
pemberi kredit tersebut. Maka perusahaan tersebut mengalami default credits
risk dan bank itu mengalami corporate credit risk.
Pemberian kredit kepada badan usaha di dalam negeri dalam arti
sermpit berbentuk pemberian pinjaman yang secara tradisional digunakan
untuk modal kerja, untuk belanja barang dan untuk pembiayaan investasi.
Disamping itu pembeian kredit kepada badan usaha dalam arti luas juga
mencakup untuk pembelian surat berharga (sekuritas) seperti untuk
pembelian obligasi negara atau obligasi perusahaan dan surat saham.
Dalam situasi tertentu dapat pula terjadi dimana sovereign credit risk
akan menyebabkan terjadinya default credit pada hutang perusahaan,
misalnya sebuah bank di Amerika Serikat memberikan pinjaman kepada
sebuah perusahaan di Indonesia. Segala feasibility study atas kelayakan
kredit yang akan diberikan kepada perusahaan tersebut telah dilakukan
dengan lengkap dan disimpulkan bahwa perusahaan itu sangat layak tampa
catatan untuk menerima kredit bank Amerika Serikat itu. Namun dalam
perjalanan waktu kemudian perekonomian di Indonesia mengalami krisis yang
hebat sehingga indonesia mengalami sovereign credit risk yaitu pemerintah
Indonesia menghadapi default risk terhadap kreditor nya. Akibat selanjutnya
adalah pemerintah Indonesia akan melakukan pelarangan transper devisa ke
luar negeri terhadap semua perusahaan swasta, termasuk untuk pembayaran
hutang perusahaan kepada bank di AS.

Unsur-unsur yang penting diperhatikan dalam melakukan penilaian


terhadap Resiko Kredit perusahaan nasional (Corporate credit risk) antara
lain :
a. Kemampuan perusahaan melunasi pinjaman.
Gambaran kemampuan keuangan perusahaan yang memuaskan
dimasa lalu dengan asumsi kemampuan ini tidak akan menurun
dimasa depan dapat dijadikan acuan kemampuan perusahaan
melunasi pinjaman.

b. Kekuatan keuangan perusahaan yang meliputi :


1) Kekuatan memperoleh net earning atau
2) Kekuatan membayar deviden secara teratur dinilai cukup
tinggi
3) Perimbangan debt to equity ratio yang baik untuk memperoleh
profitablity yang tinggi.
66

c. Analisys Financial Statement yang meliputi :


1) Stuktur neraca perusahaan.
2) Perkiraan laba rugi perusahaan.
3) Cash flow perusahaan dan net working capital.
4) Kewajiban pajak perusahaan.

d. Analisys Ratio’s Financial Utama yaitu tentang :


1) Kinerja operasional yaitu Return on Equity (ROE) = EAT : Net
Worth adalah untuk mengukur besarnya absolut return yang
dapat dinikmati oleh stockholder, makin tinggi angka ROE maka
semakin besar pula peluang naiknya harga saham dipasar modal.
2) Investment turn over (ITO) = Total sales: Fixed Assets. Nilai
ITO ini mengambarkan besarnya tingkat kegunaan investasi
terhadap tingginya margin penjualan Semakinn tinggi ITO berarti
semakin cepat periode pay-back period atas investasi pada aktiva
tetap yang tertanan dalam perusahaan tersebut.
3) Debt service capability = operating profit plus depreciation
dibagi kewajiban bunga plus pokok pinjaman. Debt service
capability ini menggambarkan seberapa jauh perusahaan ini
mampu menghasilkan net cash flow yang akan digunakan untuk
membayar pokok pinjaman ditambah bunga hutang. Dengan
mengetahui hal ini bank akan memperoleh gambaran tentang
saat saat perusahaan mengalami penurunan kemampuan
membayar mencapai ambang minimum.
3) Struktur modal perusahaan diantaranya finacial laverage ratio
= total debt to total equity ratio. Nilai finacial laverage ini
menggambarkan besarnya kepentingan kreditor terhadap dana
miliknya yang berada dalam perusahaan dibandingkan dengan
kepentingan pemilik (ouwner) untuk mendapatkan diveden.
Semakain tinggi angka financial laverage ini berarti semakin
besar resiko keuangan perusahaan , namun selama biaya modal
hutang (cost of debt) lebih kecil dari biaya modal saham (cost of
equity) yang berupa dividen maka selam itu pula penggunaan
hutang sebagai modal perusahaan masih dapat dikatakan baik.
Namun sebaliknya bagi bank sebagai kreditor maka naiknya nilai
financial laverage berart semakin besarnya default risk
perusahaan itu.
4) liquiditas perusahaan berupa current ratio, quick ratio dan
working capital to sales ratio. Perkembangan angka Likuiditas
perusahaan sangat penting jika dilihat dari aspek resiko operasi
perusahaan karena apabila suatu saat perusahaan kesulitan
likuiditas untuk membayar kewajibannya yang jatuh tempo maka
akan mudah terjadi krisis financial. Bagian penting dari analisa
resiko likuiditas adalah penilaian Working capital to sales ratio
sebagai pengukur tersedianya kelebihan dana kas jangka pendek
untuk mendukung kegiatan operasional sehari-hari.
67

Teknik yang digunakan untuk pengukuran resiko kegagalan bayar


(risk default exposure) suatu perusahaan besar yang akan menerima kredit
dari suatu bank disebut sebagai eksposure resiko kredit perusahaan
(Corporate credit risk exposure). Bagi pemberiankredit berskala kecil untuk
perusahaan kecil bank dapat memperoleh informasi tentang default risk
perusahaan itu secara internal dan langsung dengan data yang lengkap dan
akurat. Namun apabila kredit yang akan diberikan bank kepada perusahaan
besar dengan skala kredit yang besar maka informasi langsung dan internal
tidak lagi mencukupi oleh karena itu perlu ditunjang oleh berbagai informasi
publik , laporan harga pasar saham atau obligasi yang diterbitkan
perusahaan, laporan para analis di pasar modal dan lain sebagainya.

Beberapa Metode pengukuran probability of default risk terhadap


resiko kredit korporasi perusahaan antara lain adalah :.

a. Qualitative models yaitu model sederhana yang hanya


berdasarkan informasi terbatas tentang kredit dan deposite file
perusahaan meliputi hal-hal seperti reputasi, laverage, capital
struktur, volatily earning, dan besarnya collateral serta resiko
pada faktor-faktor pemasaran perusahaan. Beberapa faktor
kunci yang perlu dijadikan bahan pertimbangan utama dalam
membuat keputusan pemberian kredit kepada suatu
perusahaan adalah :
a.1. Borrower-spesific faktor seperti faktor reputasi pemilik
modal mayoritas dan team manajer puncak yang menetukan
kebijaksanaan dan pembuat keputusan, faktor laverage yang
akan menentukan besarnya resiko financial dimesa depan,
Faktor gejolak (volatility) laba operasi dan laba bersih yang
dihasilkan setiap periode , dan faktor nilai anggunan
(Collateral) yang diberikan oleh perusahaan debitur.

a.2. Market-spesific factors yaitu yang berkaitan dengan


aspek business yang mendukung kesauksesan perusahaan
dalam menghasilkan penjualan dan berarti meminimumkan
resiko gagal bayar atas kredit yang diberikan. Misalnya jenis
produk yang dijual, posisi dalam pasar persaingan, jenis
segmen pasar yang dikuasai dan lain sebagainya.

b. Credit Scoring Models yaitu menyusun skore kuantitatifg


terhadap beberapa karakteristik kualitatif tertentu sehingga
menghasilkan rating terhadap aspek yang dinilai yang meliputi
1) skore pada probability of default terhadap calon debitur dan
2) pengelompokan default risk setiap perusahaan kedalam
kelompok risk depault masing-nasing.

Ada tiga jenis jenis Credit Scoring Model yaitu :


68

1. Linear probability model yang menggunakan data data


financial ratio masa lalu sebagai input model untuk
meregresikan Probability of default (PD) perusahaan.
Contoh rumus :
n
PD = ∑ Β X + e
j=1 j ij

Berdasakan data historis tiga perusahaan selama lima


tahun sebagai berikut :

Dengan menggunakan model regresi diatas maka diperoleh hasil :

Y = a + b 1 X1 + b 2 X2

contoh : Berdasarkan hasil regresi Probability of


Default terhadap data ferformance perusahaan
berupa faktor debt to equity ratio (D/E) dan faktor
Sales toAssets ratio (S/A) sbb:

PD = 0,5 (D/E) + 0,1 (S/A).

Apabila diketahui D/E sebuah perusahaan sebesar


0,3 dan S/A sebesar 2,0 maka PD = 0,5 (0,3) +
0,1 (2,0) = 0,35 atau 35 % kredit pada perusahaan
itu akan default.

2. Linear discriminant models yaitu :model yang


dikembangkan oleh E.I.Altman yang diterapkan pada trading
or manufacturing firm di Amerika Serikat dengan menetapkan
Z Score sebagai ukuran default of risk bagi si debitur.
Model ini berupa :

Z = !,2 X1 + 1,4 X2 + 3,3 X3 + 0,6 X4 + 0,99 X5

Dimana :
X1 = Net Working Capital to Total Assets Ratio.
X2 = Retained Earning to Total Assets Ratio.
X3 = Earning Before Interest and Taxes to Total assets Ratio.
X4 = Market value of Common stock to Long term debt Ratio.
X5 = Sales to Total Assets Ratio.

Apabila nilai Z Score berada diatas 2,6 berarti


perusahaan itu berada pada poisi free default risk sedangkan
69

apabila nilai Z score berada diantara nilai 1,1 sampai dengan


2,6 berarti perusahaan itu berada pada potensial default risk
dan bagi nilai Z score berada dibawah nilai 1,1 berarti
perusahaan telah berada pada posisi high default risk.
Secara umum dapat ditarik kesimpulan bahwa semakin tinggi
nilai Z score ini berarti semakin rendah the default of risk dari
calon debitur tersebut.
Terdapat beberapa kelemahan pada Altman’s Credit
Scoring Model ini sebagai berikut :
a. Model ini hanya mengenal dua kemungkinan bagi
calon debitur yaitu debitur yang default risk dan debitur yang
tidak akan default rik.
b. Tidak ada alasan yang kuat bahwa variabel
penimbang yang dipergunakan dalam fungsi diskriminant
akan tetap konstan dalam jangka waktu cukup panjang.
c. Tidak ada keyakinan bahwa variable diskriminan
itu akan stabil dalam menghadapi situasi persaingan yang
kuat dan pergolakan pasar modal terhadap nilai saham
perusahaan.
d. Model ini tidal memasukkan berbagai faktor
penting yang sulit dikuantifikasikan namun sangat
berpengaruh terhadap default risk perusahaan seperti aspek
reputasi calon debitur atau aspek hubungan kerjasama yang
baik dalam jangka panjang antara debitur dengan kreditur.

3, Credit Risk Models yang menggunakan teori-teori


keuangan dan pasar uang untuk menilai calon debitur
(borrower) besar disektor perusahaan.
Terdapat beragam model pengukuran resiko kredit ini al;
a. Term Structur of credit risk approach yaitu menganalisa
besarnya eksposure resiko kredit dan premi resiko yang
melekat pada struktur pendapatan (yields) atas bantuan
yang diberikan kepada setiap borrower
b. Mortality Rate Approach yaitu menganalisa besarnya
default risk dimasa lalu untuk menentukan besarnya
bantuan yang akan diberikan.
c. Risk Adjusted Return on Capital (RAROC) Model
(digunakan pertama kali oleh Deutshe Bank tahun 1998)
dan saat ini telah digunakan oleh hampir semua bank-
bank besar di Amerika Serikat dan Erofah. Model
RAROC ini melakukan evaluasi terhadap angka ROA
pada suatu pinjaman yang diberikan oleh bank, kemudian
bank membandingkan antara nilai expected interest dan
fee income dikurangi cost of fund dan biaya-biaya
lainnya. Semakin tinggi nilai RAROC ini dibandingkan
dengan nilai Return on Equity yang diharapkan oleh
70

bank tersebut maka permohonan kredit menjadi lebih


layak.

One year net income on a loan


RAROC = ------------------------------------------
Loan (Assets) risk

d. Credit Metrics (diperkenalkan tahun 1997 oleh JP


Morgan) yaitu suatu kerangka kerja untuk menilai value
of risk (VAR) terhadap risk non tradable assets dengan
jangka waktu penilaian setahun

VAR = P x 1,65 x σ

Dimana :
P adalah Loan market value dan
σ adalah st.deviasi loan value.

e. Option Models of Default Risk dari Robert C.Merton


(Pemenang Nobel) yaitu menghitung Expected Loss (EL)
dengan menghitung probability of credit default (PD) dan
Exposure at Default (EAD) serta Loss Given Default
(LGD) sbb:

EL = PD x EAD x LGD

. Personal Credit Risk.

Yaitu resiko kerugian yang terjadi pada bank karena pemberian kredit
kepada personal finance baik yang berjaminan real estate (mortgage lending)
maupun yang tampa jaminan (consumer lending) dan kredit bagi small
business activities
Berdasarkan pengamatan perbankan terhadap keadaan resiko yang
dihadapi perbankan menunjukkan perbandingan yang relatif sama besar
antara eksposure resiko kredit perusahaan dengan eksposure resiko kredit
personal. Kalau dilihat bahwa eksposure resiko kredit perusahaan tertinggi
dan terbanyak pada pembelian surat-surat berharga serta keikutsertaan
dalam sindikasi pijaman berskala besar maka eksposure resiko kredit
personak tertinggi dan terbanyak pada pembiayaan personal seperti
penerbitan kredit card. Mungkin itulah sebabnya bank sangat memperhatikan
kedua bidang resiko kredit ini.
Kebijaksanaan dalam pengambilan keputusan pemberian kredit
kepada nasabah pada bank-bank besar kini telah banyak berubah.
Sebelumnya kebijaksanaan pemberian kredit lebih banyak diserahkan kepada
kantor cabang dengan alasan kantor cabang lebih banyak mengetahui
71

informasi tentang nasabah. Namun sekarang dengan dilakukakannya


informasi nasabah terstandarisasi kedalam berbagai model skoring kredit
menyebabkan pengambilan keputusan pemberian kredit menjadi lebih
objektive dan effisien melalui pengendalian kantor pusat.
Perkembangan produk kredit perbankan untuk personal telah berubah
menjadi dua kelompok penting yaitu kelompok kredit konsumer berjaminan
dan kelompok kredit konsumer yang tidak berjaminan. Pada kelompok kredit
berjaminan ini dilakukan dengan dua cara yaitu pertama dengan kontrak
jaminan langsung pada assets nasabah yang berbentuk real estate dan cara
kedua dengan menjual atau membeli surat berharga yang beranggunan
assets yang diterbitkan oleh investor manajer profesional, investor manajer
perumahan, investor dana pension dan lain sebagainya. Pada kelompok
kredit personal tidak berjaminan terbanyak pada penjualan kredit card.
Secara umum ruang lingkup dari kredit personal ini digabungkan
dengan pemberian kredit untuk kegiatan bisnis berskala kecil dan didalam
dunia perbankan disebut sebagai kegiatan “Retail banking” yang meliputi
kegiatan pemberian kredit kepada :
1. Home mortgages loans adalah kredit yang dijamin oleh
anggunan berupa properti tempat tinggal yang dibiayai oleh
loan tersebut. Besarnya jumlah kredit yang diberikan biasanya
lebih kecil dari nilai proverty yang menjadi jaminan. Kredit
seperti ini ada yang berdasarkan tingkat bunga tetap (fixed
rate) dan ada yang berdasarkan tingkat bunga yang
disesuaikan (adjustable rate).
2. Home equity loans yaitu kredit konsumsi untuk memiliki rumah
atau proverty yang jumlah kreditnya sebesar nilai proverty
tersebut. Kredit ini juga dijamin oleh property yang dibiayai oleh
loan tersebut.
3. Installment loans dan Revolving loans merupakan kredit yang
diberikan kepada nasabah dalam batas jumlah tertentu untuk
digunakan berulang kali , seperti credit card, kredit pembelian
mobil dan sebagainya.
4. Small business loans yaitu kredit untuk pengusaha kecil yang
jaminannya adalah personal guarantees dari sipemilik
perusahaan .

Perkembangan jumlah kredit personal yang pesat dewasa ini


menyebabkan perlunya metode pengukuran resiko kredit personal terutama
untuk menilai personal credit standing dari calon debitur. Suatu model statistik
telah dikembangkan untuk pengukuran credit standing calon nasabah. Satu
model terpenting adalah “Individual Credit Scoring Model” terutama untuk
penilaian terhadap calon nasabah pemegang credit card.
Individual Credit Scoring model ini memerlukan informasi keuangan
yang cukup yaitu informasi tentang customer’s account pada bank yang
menjadi langganan si nasabah. Bank akan memasukkan semua data perihal
“person credit history” berrsama dengan data kelengkapan lain tentang
potensi si calon debitur kedalam suatu “credit scoring model” maka dapatlah
72

diperoleh credit worthiness dari si calon debitur tersebut untuk mendapatkan


suatu credit loans..
Aspek yang perlu diperhatikan untuk penyusunan credit scoring
model bagi seorang calon debitur yang pertama adalah Personal budget calon
debitur yaitu semua kesimpulan yang diperoleh dari analisa terhadap
custumer’s account pada bank calon debitur juga. Aspek kedua yang perlu
diperhatikan adalah data dari Credit Reference Agencies yaitu lembaga
pemerhati dan pencatat kredit history terhadap para nasabah bank. Aspek
yang ketiga adalah “lifetime income” dan “expenditure profile” yaitu meliputi
umur calon debitur saat ini, keadaan kesehatan, perkembangan karier, dan
sebagainya. Aspek yang ke empat yaitu “Net Assets” yaitu penilaian
kekayaan berupa properti atau surat berharga pasar modal dikurangi hutang
calon debitur kepada kreditur lain pada saat opname kredit tersebut. Aspek
yang keempat adalah jaminan asuransi yang dimiliki calon debitur seperti
asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan,asuransi kematian dan sebagainya.

Ada beberapa aspek yang mempengaruhi credit risk exposure yaitu :


1. The Risk return characteristic dari setiap individu
2. The Risk return overall loan fortfolio
3. Potential use portfolio dalam menetapkan maximum borrowing
limits seperti group usaha, sektor usaha, geografis, jenis usaha,
jenis collecteral.

Kegiatan Belajar ke 16. : Resiko aktivitas operational lain


pada bank.

Topik 16.1. OPERATIONAL RISK (RESIKO OPERASI)

Resiko operasional perbankan yaitu resiko kerugian yang ditanggung


oleh perbankan akibat dari inadequate atau faieled internal processes, people,
systems, dan akibat dari external events (Masyhud Ali,2006).
73

Resiko operasi sebagai akibat kegagalan operasi suatu bank dapat


dikenali melalui penggolongan kelompok resiko yang secara garis besar
dibagi kedalam tiga kelompok resiko operasi sebagai berikut :
1. Resiko proses internal.
2. Resiko eksternal.
3. Resiko legal.

Resiko Proses Internal adalah berupa resiko kerugian bank karena


proses kegiatan operasi bank yang tidak bertjalan sebagaimana seharusnya.
Hal itu terjadi karena adanya tiga kelompok ancaman kerugian berasal dari :
1) People risk.
2) Process risk.
3) System and Technology risk.

Poeple risk dapat berbentuk incompetency yaitu ketidak mampuan


dan ketidak layakan seorang karyawan bank dalam menjalankan
tugasnya,serta resiko fraud yaitu tindakan yang secara sengaja dilakukan oleh
seseorang untuk melakukan pelanggaran atas ketentuan-ketentuan yang
berlaku di suatu bank.
Processing risk dapat berupa metodologi risk dan model risk yaitu
kerugian karena pembuatan metodologi kerja yang salah atau pembuatan
model analisis permasalahan yang tidak tepat dan lain sebagainya dalam
proses penyusunan program operasi rutin dan berkala. Bentuk resiko
processing selanjutnya adalah berupa transaction risk yaitu kesalahan dalam
tindakan eksekusi, kerumitan penyusunan transaksi, kesalahan dalam
rekening pembukuan, kesalahan dalam isi perjanjian, resiko dukumentasi dan
lain sebagainya. Bentuk resiko processing yang lain adalah berupa
Operational control risk yaitu kerugian bank karena kelalaian dalam
pengawasan operasi seperti misalnya exceeding limits, lemahnya sistim
keamanan lingkungan, kesalahan dalam menghitung jumlah dan lain
sebagainya.
Systim dan Technologi risk yaitu kerugian yang menimpa bank karena
bererapa hal seperti misalnya lumpuhnya sistim komputerisasi atau sistim
imformasi yang sedang berjalan, kesalahan pembuatan program analisis,
kesalah pahaman pemahaman informasi yang diterima, lumpuhnya sistim
komunikasi karenagangguan listrik dan lain sebagainya.
Banyaknya keaneka ragaman yang harus dihadapi bank dalam
masalah resiko operasi bank ini maka berdasarkan data dan pengalaman
yang dsijalankan bank selama ini dapatlah disusun penggolongan resiko
operasi bank kedalam matrik dua baris dua kolom dengan empat ciri pokok
sebagai berikut :

1. Frekuensi rendah dan pengaruhnya kecil.


2. Frekuensi rendah dan pengaruhnya besar.
3. Frekuensi tinggi dan pengaruhnya kecil.
4. Frekuensi tinggi dan pengaruhnya tinggi.
74

Frekuensi rendah dan pengaruhnya kecil (Low frequency/Low infact)


yaitu eksposure yang jarang terjadi dan kalaupun terjadi hanya menimbulkan
pengaruh kerugian yang kecil nilainya. Untuk jenis resiko seperti ini mungkin
biaya pengendalian dan monitoringnya akan lebih besar dari resiko
kerugiannya, karena itu lebih menguntungkan untuk diabaikan saja.
Frekuensi rendah dan pengaruhnya besar (High frequency/High
infact) yaitu eksposure yang sering terjadi dan resiko kerugiannya pun besar,
maka pengendalian dan monitoring nya akan memerlukan biaya sangat besar
bahkan bisa melebihi jumlah keuntungan yang diperoleh sampai mencapai
tingkat kebangkrutan. Karena itu jenis resiko ini lebih baik diatasi dengan cara
menghindari resiko.
Frekuensi tinggi dan pengaruhnya kecil (high frequency/Low infact)
yaitu eksposure resiko yang sering terjadi dan mudah diindentifikasi dan
resiko kerugiannya mudahpun pula dikendalikan dengan biaya yang wajar.
Frekuensi rendah dan pengaruhnya besar (Low frequency/High infact)
yaitu eksposure resiko yang paling sulit diindentifikasi dan sulit diramalkan
namun perlu dilakukan langkah-langkah pencegahan terjadinyaresiko
tersebut.

Dari keempat ciri penggolongan resiko diatas, dua golongan dapatlah


diabaikan karena dua alasan yaitu : Petama pada resiko golongan frekuensi
rendah dan pengaruhnya kecil ini tidaklah cukup berbahaya bagi operasi bank
dan lagi biaya yang harus dikeluarkan untuk memonitoring dan
mengendalikan resiko ini kadangkala besarnya tidak sebanding dengan
jumlah kerugian yang akan diderita bank. Alasan Kedua adalah pada resiko
golongan frekuensi tinggi dan pengaruhnya tinggi adalah resiko operasi yang
sangat berbahaya dan mudah sekali terjadi misalnya kebijakan berbisnis
sekiritas yang beresiko tinggi disaat ekonomi memburuk dan lain sebagainya.
Oleh karena itu kegiatan bisnis seperti ini sebaiknya dihindari. Demikian pula
bagi jenis kegiatan lain yang tergolong dalam ciri-ciri seperti ini haruslah
dihindari.
Bagi resiko golongan frekuensi rendah dan pengaruhnya besar perlu
mendapatkan perhatian yang tinggi dengan cara berusaha secara maksimal
untuk mengindentifikasikan dan meramalkan akan terjadinya jenis resiko
oeperasi ini. Resiko golongan ini jarang terjadi namun jika sekali terjadi akan
membawa dampak yang sangat luas bagi masa depan bank tersebut.
Misalnya kejadian pada Bank Suma di awal tahun 90-an yang gagal clearing
sehingga menimbulkan krisis kepercayaan dari nasabah yang berakhir
dengan situasi rush yaitu penarikan dana nasabah secara besar-besaran dan
hal ini membuat bank tersebut menjadi pailit.
Bagi resiko golongan frekuensi tinggi dan pengaruhnya rendah
adalah jenis resiko yang sering ditemui dalam operasi bank sehari-hari oleh
karena itu jenis resiko ini harus dapat dikendalikan dengan baik sehingga
akan membantu untuk meningkatkan efisiensi biaya operasi bank secara
keseluruhan. Untuk pengendalian resiko golongan ini diperlukan biaya yang
memadai karena merupakan imbalan atas kelancaran operasi yang diperoleh
bank tersebut. Biasanya bank akan memberikan biaya tambahan atas setiap
75

transaksi yang dibuat untuk membiayai resiko golongan ini, misalnya


pemberian tambahan biaya administrasi dan operasi untuk pemegang kartu
ATM atau untuk pemegang kartu kredit.
Beberapa peristiwa yang merupakan kejadian yang berdampak
merugikan kegiatan operasi perbankan antara lain yaitu :
a. Internal Fraud.
b. Exsternal Frauid
c. Employment practises and workplace safety
d. Clients, product,and business practices .
e. Damage to physical assets
f. Bussiness disruption dan System failures
g. Execution, delivery, dan process management.

Internal fraud adalah tindakan yang sengaja dilakukan oleh orang


dalam organisasi bank itu untuk melanggar peraturan bank ,peraturan hukum
atau kebijasanaan yang ditempuh bank dengan tujuan untuk mencari
keuntungan pribadi secara tidak syah. Misalnya membuat transaksi fiktif,
membuat laporan palsu, merubah nilai transaksi, kejasama dengan sesama
orang dalam bank untuk meloloskan suatu transaksi yang akan merugikan
bank, dan lain sebagainya.
Exsternal fraud adalah tindakan yang sengaja dilakukan oleh orang-
orang diluar organisasi bank untuk melanggar peraturan bank , peratuan
hukum dan kebijaksanaan perbankan yang berlaku. misalnya melakukan
perampokan terhadap suatu bank, kejahatan pembobolan bank melalui
komputer dan sebagainya.
Employment practises and workplace safety yaitu berbagai kegiatan
karyawan yang tidak mengikuti peraturan hukum dan perundang-undangan
sehingga merugikan operasi bank atau kegiatan karyawan yang melanggar
kesepakatan kerja yang dibuat dengan bank. Misalnya menuntut kenaikkan
gaji dan upah, mengadakan demonstrasi menuntut sesuatu perubahan,
Mengadakan mogok kerja dan lain sebagainya.
Clients, products and business praktices yaitu kegagalan profesional
untuk memenuhi tuntutan yang diinginkan nasabah (Clients) bank, Tidak
sesuai antara gambaran produk dengan produk jasa bank yang ditawarkan.
Kegiatan bisnis sehari-hari yang menyalahi aturan.
Damage to physical assets adalah kerusakan pada asets bank yang
disebabkan oleh kejadian yang tidak diduga misalnya bencana alam,
serangan teroris, kebakaran, banjir, danl;ain sebagainya.
Business disruption and System failures adalah kegagalan bekerja
sistem komputer dalam bekerja atau kegagalam sistem telekominikasi dalam
beroperasi dengan baik sehingga menyebabkan kegagalan operasi bank
berjalan dengan baik.
Execution, delivery, and process management adalah kegagalan dari
petugas bank untuk melaksanakan proses transaksi banbk secara normal dan
baik. Misalnya proses memasukkan data yang gagal, proses pengelolaan
jaminan yang gagal, Ketidak-lengkapan dokumen yang legal dan lain
sebagainya.
76

Dalam menghitung kerugian pada operational risk bank diharuskan


untuk memperhitungkan terjadinya Expected Loss dan Unexpected Loss .
Expected Loss dimaksudkan adalah telah diramalkan bahwa kemungkinan
kerugian yang dapat diderita oleh sebuah bank dalam melakukan berbagai
kegiatan resmi sehari-hari secara normal dan merupakan biaya atas kegiatan
normal perbankan. Misalnya kerugian bank karena lokasi yang tidak
menguntungkan dan rawan lingkungan maka jalan keluarnya adalah menutup
operasi bank ditempat tersebut. Unexpected Loss adalah resiko kerugian
yang terjadi dalam nilai yang jumlahnya cukup jauh diatas nilai expexted loss
yaitu kerugian yang disebabkan oleh peristiwa janggal diluar kewajaran yang
biasa diperkirakan oleh bank.

Resiko Eksternal yaitu resiko yang bersumber dari peristiwa yang


terjadi diluar kendali langsung manajemen perbankan baik kerugian terhadap
fasilitas maupun terhadap manajemen. Ciri lain adalah eksposure ini termasuk
dalam golongan resiko berfrekuensi rendah dan berpengaruh besar (Low
frequency/High infact) yang dapat menimbulkan kerugian besar serta
datangnya tak terduga. Adapun Resiko ini meliputi : Peristiwa moneter,
kejahatan yang direncanakan, Pencurian, Kebakaran besar, bencana alam,
Kebijakan baru pemerintah, Huru hara, Serangan teroris, Ganguan sistim
transportasi angkutan pegawai, kelumpuhan layanan jasa PLN (Utility service
failure) dan lain sebagainya.

Resiko outsourcing services terjadi pada kegiatan operasi bank


dinegara asing yang biasa dilakukan melalui kerjasama korespondensi
dengan berdasarkan suatu kontrak outsourcing dengan bank-bank lain diluar
negeri untuk menyelenggarakan aspek costumer service bank domestik
kepada bank-bank di luar negeri. Dalam resiko outsourcing ini termasuk yaitu
resiko karena perbedaan kondisi ekonomi antar negara, resiko karena
peraturan perbankan yang berbeda antar negara, resiko karena rendahnya
kemampuan fasilitas pelayanan bank yang menjadi outsourcer.
Resiko perampokan dan teroris sparatis juga dapat terjadi terhadap
kegiatan operasi bank dimanapun bank berada. Meskipun tergolong peristiwa
dengan frekuensi langka namun akibatnya yang ditimbulkanya bisa dalam
jumlah besar.
Resiko Global Market dapat terjadi karena pesatnya kemajuan arus
globalisasi dalam operasi bisnis perbankan dewasa ini , terutama akibat dari
pesatnya penggunaan teknologi informasi melalui jasa internet sehingga
nasabah bank dapat melakukan transasksi jasa perbankan dengan lebih
mudah dan tampa harus datang berkunjung ke suatu bank dikotanya.
Perubahan kearah semakin mudahnya (liberalisasi) pasar uang serta
kemajuan technologi dan outomatisasi peralatan yang digunakan
menyebabkan globalisasi operasi perbankan menjadi tumbuh pesat secara
dramatis. Hal ini disisi lain akan menimbulkan peningkatan ancaman
terjadinya resiko operasi bank
77

Meningkatnya kuantitas dan kualitas kejadian yang menimbulkan


resiko operasional pada bank terjadi karena meningkatnya kegiatan bisnis
perbankan dewasa ini seperti halnya :

1. Proses kegiatan yang atomatis (automated processes activity).


Kebanyakan kesalahan processing pada peralatan outomatis
lebih sukar untuk dideteksi dibandingkan kesalahan yang
dilakukan oleh pegawai.
2. Pegawai tidak bisa melakukan kesalahan yang sama berulang-
ulang namun peralatan mesin outomatis dapat melakukan
kesalahan yang sama berulang-ulang.
3. Kesalahan dalam program konputer akan membawa hasil yang
salah berulang-ulang sampai kesalahan program itu dapat
diketemukan.
4. Meningkatnya kepercayaan manajemen bank kepada
penggunaan mesin outomatis masal sampai pada mesin khusus
berteknologi tinggi.
5. Penggunaan teknologi mutakhir dalam pelayanan perbankan
telah mengubah cara nasabah dalam berhubungan dengan bank.
Beberapa peranan bank sebagai lembaga intermediaries
terhadap nasabah telah digantikan oleh operasi internet banking.

Resiko Legal yaitu resiko kerugian karena ketidak pastian


pelaksanaan peraturan dan undang-undang (legal actions) dan ketidak
pastian terhadap penafsiran isi suatu kontrak, undang-undang, dan peraturan-
peraturan pemerintah yang berlaku.

Perlu dilakukan langkah-langkah pencegahan terjadinya resiko


tersebut. Mengenali tujuh jenis Loss Event yang wajib diwaspadai manajemen
perbankan adalah :
1. Internal Fraud yaitu kerugian akibat dari tindakan sengaja yang
dilakukan pihak internal bank untuk melanggar peraturan
hukum dan kebijakan perbankan seperti misalnya;
missreporting, inside trading, dsb.
2. External Fraud yaitu kerugian akibat dari tindakan sengaja
pihak yang dilakukan pihak luar perbankan misalnya, Robbery,
Forgery, Check kitting, Computer hacking, dan sebagainya.
3. Employment and work place yaitu kerugian akibat tindakan
serikat buruh dan peraturan tentang kesehatan dan
keselamatan ditempat pekerjaan.
4. Claim and busines practices yaitu kerugian akibat kegagalan
dan ketidakmampuan dalam memenuhi kewajiban profesional.
5. Damage to fhysical assets yaitu kerugian akibat dari kerusakan
physik asset perusahaan akibat berbagai faktor; manusia, alam
,umur, konflik sosial,dll.
78

6. Business disruption and system failure yaitu kerugian akibat


kerusakan hard ware , kegagalan software, masalah peralatan
telekominikasi, dll
7. Failed transaction proses yaitu kerugian akibat kesalahan
dalam proses entry, kegagalan manajemen penjaminan,
ketidak lengkapan persyaratan hukum pada dokumen, ketidak
jelasan rekening nasabah, dll.

Adanya resiko kerugian yang terjadi akibat resiko operasi suatu bank
telah mengharuskan bank untuk melakukan kuantifikasi terhadap dampak dari
setiap kejadian selama bank melakukan operasi bisnisnya dan selanjutnya
dilakukan pengalokasian dana modal bank dalam jumlah tertentu untuk
melindungi bank dari ancaman kerugian yang diterima melalui resiko
operasional bank tersebut. Ketentuan tentang keharusan suatu bank untuk
melakukan penyisishan dana modal kusus untuk mengurangi kerugian akibat
dari resiko operasi suatu bank mulai efektif berlaku setelah tahun 2007.
Besarnya dana modal yang harus disisihkan oleh sebuah bank untuk
mengantisipasi kerugian akibat resiko operasional tersebut diharapkan rata-
rata sebesar 12 % dari jumlah modal bank. Namun karena pengukuran resiko
operasional bank itu bukanlah ilmu pasti disebabkan oleh dasar perhitungan
operasional risk itu berbeda-beda antara bank yang satu dengan bank yang
lain. maka besarnya persentase penyisihan dana modal itu berbeda-beda
pula antara bank yang satu dengan yang lainnya.
Pengukuran eksposure resiko operasional bank pada awalnya
dilakukan melalui penilaian Capital Adequacy ratio. Dalam perkembangan
selanjutnya (sejak 2001) disarankan untuk menggunakan tiga pendekatan
yang lebih menggunakan pendekatan statistik dalam menentukan besarnya
modal yang diperlukan untuk disisihkan sebagai perlindungan dari terjadinya
resiko operasional bank selama periode satu tahun.

Adapun ke tiga pendekatan baru itu adalah :


1. The Basic Indicator Approach.
2. The Standarisasi Approach.
3. The Advanced Management Approach.

The Basic Indicator Approach adalah suatu pendekatan yang


menyarankan agar bank secara rata-rata diharapkan akan dapat
mempertahankan 12 % dari jumlah modalnya untuk disisihkan sebagai dana
cadangan untuk menutupi kerugian yang akan diperoleh dari berbagai
kegiatan bisnis perbankan. Besarnya nilai 12 % ini diperoleh dari hasil survey
perbankan secara internasional oleh bank-bankbesar di dunia. Pada model
the Basic Indicator Approach ini diletakkan dasar perhitungan pada besarnya
Net Profit atau value added suatu bank, dimana :

Net Profit = Value Added = Net Interest income + Net Non Interest income
79

Selanjutnya dengan menggunakan angka net profit tersebut dilakukan


penentuan besarnya operational risk capital yang harus disisihkan
berdasarkan konsep the basic indicator approach ini, yaitu sebesar alpha
dikali net profit tersebut. Alpha disini berfungsi sebagai persentase dari net
profit yang akan dijadikan operating risk capital, maka :

Operational risk Capital = x Net Profit

Dimana : = alpha = 15 %
Net Prodfit adalah rata-rata selama tiga tahun.

The Standarization Approach adalah suatu pendekatan yang


mengelompokkan operational risk kedalam delapan kelompok business units
utama. Kedelapan business unit utama itu adalah :
1. Corporate finance capital factornya = β 1
2. Trading and sales capital factornya = β 2
3. Retail banking capital factornya = β 3
4. Commercial banking capital factornya = β 4
5. Payment and settlement capital factornya = β 5
6. Agency services and custody capital factornya = β 6
7. Retail brokerage capital factornya = β 7
8. Assets management. Capital factornya = β 8

Untuk setiap business units itu ditetapkan suatu besaran yang


merupakan specified broad indicator dengan notasi sebagai yang
mencerminkan besarnya skala resiko operasional tiap unit sesuai dengan
dengan volume kegiatan bank pada setiap business units tersebut.
Besarnya operating risk capital yang harus diperhitungkan dengan
pendekatan ini adalah sebesar nilai beta setiap business units itu dengan
masing-masing indikatornya dan kemudian seluruh komponennya
dijumlahkan.
Nilai beta setiap unit adalah merupakan persentase dari capital faktor
bagi setiap indicator pada business unit tersebut dan mencerminkan
besarnya peranan dari masing-masing kegiatan pada business units rata-rata
seluruh bank dengan cara menghitung angka rata-rata dari beberapa buah
bank sebagai data sampling untuk mewakili seluruh industri perbankan.
Contoh : Apabila gross income dari units bisnis suatu bank rata-rata
sebesar US $ 50 juta dan beta rata-rata bank adalah 15 % maka
hitunglah besarnya operating risk capital rata-rata untuk setiap unit
busines ?!.
Jawab :
Operating Risk Capital rata-rata untuk setiap unit =
= β x US $ 50 juta
= 15 % x US $ 50 juta
= US $ 7,5 juta
Diperolehnya nilai operating risk capital rata-rata sebesar US $ 7,5
juta itu berarti bank tersebut harus menyisihkan dana operasional
80

untuk melindungi kerugian dari resiko operasi adalah sebesar US $


7,5 juta dikali dengan 8 units business lines, sehingga jumlah
operating risk capital total adalah US $ 60 juta.

The Advanced Management Approach adalah cara menghitung


capital charge untuk operation risk yang lebih bebas yaitu
berdasarkan data internal dari masing-masing bank. Oleh karena itu
terdapat tiga metode yang penggunaannya masih dalam taraf
pengembangan, yaitu :
5. The internal Measurement approach
6. The Loss Distribution Approach
7. The Scored card Approach.

The Internal Measurement Approach adalah suatu cara penghitungan


capital charge dalam suatu kerangka kerja yang memisahkan ekposure resiko
suatu bank antara line of business dengan jenis resiko operasionalnya
masing-masing. Apabila bank menargetkan operasional risk sebesar 75 %
dari basic indicator approach maka capital charge ynag harus dicapai adalah
0,75 % x 12 % = 9 %.
Untuk menyusun risk exposure menurut line of busniss dan menurut
jenis operational risk masing-masing diperlukan tiga komponen data yaitu :
a. Operational risk exposure indicator (EI) yang ditetapkan oleh regulator.
b. Probability Events (PE) yaitu kemungkinan terjadinya suatu kerugian .
c. Loss given events (LGE) Yaitu besarnya kerugian dalam setiap peristiwa.

Berdasarkan ketiga aspek data tersebut maka dirumuskan Besarnya


expexted loss sebagai berikut :

E (L) = E I x P E x LGE

Karena modal bank adalah faktor penampung semua resiko kerugian


operasi bank maka ditetapkan faktor gamma ( ) sebagai faktor penghitung
terhadap besarnya capital charge. Sehingga rumus capital charge menjadi :

Capital charge = K = E ( L ) x

The Loss Distribution Approach adalah metode yang tidak


menggunakan faktor gama sebagai faktor penghitung kerugian melainkan
metode ini menghitung angka capital charge langsung yaitu melalui korelasi
terhadap besaran expected loss.

The Scorecard Approach adalah metode penetapan besarnya capital


charge berdasarkan data pengalaman kerugian operasional dimasa lalu yang
kemudian dijadikan suatu distribusi kerugian operasional. Berdasarkan
distribusi kerugian ini lalu dihitung kebutuhan modal berdasarkan confidence
level tertentu. Pada setiap business line level operasional ditentukan level
awal dari resiko modal operasional. Kemudian berdasarkan periode waktu
81

tertentu ditetapkan scorecards. Lalu dengan menggunakan scorecards


ditentukan rating dari setiap business line risk.

Topik 16.2. Treasury Risk

Yaitu resiko kerugian yang diderita suatu bank akibat dari kegiatan
yang dilakukan oleh departemen treasury yang terdapat pada bank itu sendiri,
Treasury risk merupakan resiko lintas sumber penyebab karena resiko
treasury ini mencakup kegiatan bank yang mencakup pengendalian atas
likuiditas bank serta resiko-resiko yang terkait dengan hal itu seperti
pengendalian interest rate risk dan liquidity risk serta capital management risk.
Fungsi Departement treasury pada sebuah bank pada umumnya
adalah fungsi pengendalian atas likuiditas bank serta pengendalian atas
segala resiko yang terkait dengan pengendalian likuiditas tersebut. Terutama
pengendalian atas resiko suku bunga pada catatan pembukuan bank serta
resiko atas likuiditas suatu bank.
Namun dalam hal bank melakukan kegiatan bisnis dalam finacial
instrumen seperti perdagangan saham, obligasi dan derivative sekurities
maka pengertian resiko treasuy menjadi lebih luas sebagai resiko manajemen
pengendalian assets dan liabilitiy perbankan
Pengertian yang lebih luas tentang cakupan Major treasury related
risk yaitu aktivitas gabungan manajemen resiko yang mencakup 1) Market
risk, 2) Credit risk,3) Operational risk 4) Liquidity risk.
Pelaksanaan terhadap manajemen treasury risk ini dilakukan melalui
penerapan Asset Liability Management (ALMA) yaitu suatu cakupan
pengendalian resiko departemen treasury yang melibatkan unsur-unsur lain
diluar treasury departement yang mencakup hampir semua dimensi kegiatan
operasional perbankan. Tujuan pokok penerapan Alma ini adalah untuk 1)
mengendalikan resiko perbankan 2) menjaga stabilitas bank 3) menjaga
business value bank.

Kesimpulan modul 7:

Resiko perbankan dapat digolongkan atas resiko operasi pasar,


resiko penyalurani kredit perbankan, resiko operasi teknis dan administrasi,
dan resiko treasury.
Resiko operasi pasar dapat digolongkan secara general risk dan
spesific risk. Secara general risk maka resdiko pasar dapat terjadi karena
resiko suku bunga, resiko perubahan nilai saham, resiko perubahan nilai
tukar. Dan resiko perubahan nilai komoditas.
Resiko penyaluran kredit bank terbagi atas resiko kredit negara,
resiko kredit perusahaan ,dan resiko kredit personal.
82

Resiko lainya adalah resiko teknis prosesing administrasi dan


teknologi, dan terakhir resiko treasury.

Pertanyaan Modul 7:
1. Apa yang dimaksud dengan resiko pasar perbankan ?
2. Apa prasyarat tejadinya resiko pasar
3. Sebutkan 2 jenis resiko pasar
4. Apa yang dimaksud resiko kredit perbankan
5. Sebutkan3 golongan resiko kredit perbankan
6. Jelaskan 3 metode menilai resiko kredit pada pemerintah !
7. Sebutkan 4 unsur penilaian resiko kredit pada perusahaan !
8. Jelaskan 3 model credit scuoring pengukur resiko kredit !
9. Jelaskan 3 aspek penilaian resiko kredit personal !
10. Jelaskan 3 kelompok resiko operasi perbankan
11. Jelaskan ciri-ciri 4 sel matrik resiko operasi perbankan !
12. Jelaskan 7 jenis loss Event yang wajib diwaspadai perbankan !
13. Apakah pengertian luas dari najor treasury related risk ?

..

DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii

Modul 1. : Pengertian Umum 1


Kegiatan belajar 1. : Pengertian Umum 1
Topik 1.1. : Depenisis dan pengertian resiko 1
Topik 1.2. : Tingkat ketidak pastian 3
Topik 1.3. : Kelompok umum resiko 5
Kegiatan belajar 2.: Penggolongan resiko 7
83

Topik 2.1. : Penggolongan resiko dari Bichkelhoupt 7


Topik 2.2. : Hubungan peril dan hazard 12
Rangkuman modul 1: 14
Pertanyaan modul 1. 15
Modul 2. : Mengindentifikasi, mengukur & mengelola resiko
Kegiatan belajar 3.: Mengindentifikasi resiko murni. 17
Topik 3.1. : Mengindentifikasi dengan cheklist 17
Topik 3.2. : Metode-metode pengisian cheklist 19
Kegiatan belajar 4.: Pengukuran resiko murni perusahaan. 23
Topik 4.1. : Pengukuran resiko murni 23
Topik 4.2 : Menggunakan metode matrik resiko 25
Kegiatan belajar 5.: mengelola resiko murni 26
Topik 5.1. : pendekatan pengendalian resiko murni 26
Topik 5.2. : pendekatan pembiayaan resiko murni 30
Rangkuman modul 2. 37
Pertanyaan modul 2. 37
Modul 3. : Eksposure kerugiaan resiko ekonomi murni 38
Kegiatan belajar 6.: jenis eksposure resiko properti 38
Topik 6.1. : eksposure resiko kerugian properti 39
Topik 6.2. : eksposure resiko kerugian tanggung jawab 47
Topik 6.3. : eksposure resiko kerugian personil 56
Rangkuman modul 3 64
Pertanyaan modul 3. 64
Modul 4. : managemen resiko fungsi perusahaan 65
Kegiatan belajar 7.: managemen resiko fungsi perusahaan 66
Topik 7.1. : sumbangan managemen resiko di perusahaan66
Topik 7.2. : managemen resiko fungsi inti perusahaan 67
Kegiatan belajar 8.: managemen resiko fungsi operasi perusahaan74
Topik 8.1. : resiko fungsi – fungsi operasi perusahaan 74
Topik 8.2. : resiko fungsi SDM 76
Topik 8.3. : resiko fungsi produksi 78
Kegiatan belajar 9.: managemen resiko fungsi pemasaran&keuangan
Topik 9.1. : resiko fungsi pemasaran 81
Topik 9.2. : resiko fungsi keuangan 84
Topik 9.3. : analisa resiko melalaui rasio keuangan 87
Rangkuman modul 4. 99
Pertanyaan modul 4. 99
Modul 5. :resiko ekonomi spekulatif bidang perdagangan100
Kegiatan belajar 10: resiko bisnis perdagangan 101
Topik 10.1. : resiko spekulatif bisnis perusahaan dagang 101
Topik 10.2. : metode analisis break even point 102
Topik 10.3. : metode analisis laverage 104
Kegiatan belajar 11.:resiko perdagangan valuta asing & berjangka108
Topik 11.1. : resiko spekulatif perdagangan valuta asing 108
Topik 11.2. : resiko spekulatif perdagangan berjangka 112
Kegiatan belajar 12.: resiko perdagangan internasional MNC 117
Topik 12.1. : perdagangan MNC & ramalan kurs valas 117
84

Topik 12.2. : jenis – jenis eksposure resiko MNC 118


Rangkuman modul 5. 124
Pertanyaan modul 5. 124
Modul 6. : resiko ekonomi spekulatif bidang investasi 125
Kegiatan belajar 13.: resiko investasi pada saham 126
Topik 13.1. : penggolongan investasi 126
Topik 13.2. : penilaian resiko investasi saham individual 127
Topik 13.3. : penilaian resiko investasi portofolio 130
Topik 13.4. : penilaian resiko investasi model CAPM 131
Kegiatan belajar 14.: resiko invesatasi pada obligasi & reksa dana136
Topik 14.1. : penilaian resiko investasi pada obligasi 136
Topik 14.2. : jenis resiko investasi pada obligasi 141
Topik 14.3. : penilaian invastasi pada reksa dana 145
Rangkuman modul 6. 149
Pertanyaan modul 6. 149
Modul 7. : penilaian resiko perbankan 150
Kegiatan belajar 15.: resiko aktifitas perbankan 151
Topik 15.1. : resiko pasar bagi aktifitas perbankan 151
Topik 15.2. : resiko kredit penyaluran dana bank 155
Kegiatan belajar 16.: resiko operasi & resiko treasury 167
Topik 16.1. : resiko operasi bank 167
Topik 16.2. : resiko treasury 175
Rangkuman modul 7. 176
Pertanyaan modul 7. 176

Daftar referensi. 177

KATA PENGANTAR

Segala puji dan sukur saya haturkan kepada Allah swt. Atas
segala rahmat dan karunianya yang berupa kesehatan dan
kesempatan untuk saya dapat menyelesaikan SAP, Sillabus dan
modul untuk mata ajar Manajemen resiko pada fakultas ekonomi
Universitas sriwijaya.
85

Resiko adalah bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan


manusia dan aktivitas institusi bisnis yang ada dalam
masyarakat. Resiko timbul karena adanya ketidak pastian masa
datang. Analisa peramalan dan prediksi masa datang hanya
merupakan sebahagian upaya manusia untuk menyonsong
resiko itu dan sebagian lagi berupa langkah dan tindakan untuk
mengendalika kerugian yang diterima.

Kepentingan mahasiswa fakultas ekonomi untuk


mempelajari manajemen resiko khususnya resiko murni dan
resiko spekulatif adalah untuk mempersiapkan mahasiswa agar
memilki kemampuan untuk mengindentifikasi, mengukur dan
mengelola adanya eksposure resiko yang akan menimbulkan
kerugian bagi individu dan bagi dunia usaha.

Modul ini disusun berdasarkan sillabus dan satuan acara


perkuliahan untuk mata kuliah manajemen resiko di fakultas
ekonomi Universitas sriwijaya. Kerangka pembahasan dibagi
dalam 7 modul dengan 16 kali kegiatan belajar. Setiap kegiatan
belajar terdiri dari dua atau lebih topik-topik pembahasan.

Karena modul ini masih banyak kekurangan maka dengan


ini kami mohon dikoreksi untuk diadakan perbaikan- perbaikan
dimasa depan. Dengan demikian atas segala kekurangan dan
kesalahan pada modul ini kami mohom maaf dan atas segala
perhatian kami ucapkan terima kasih.

Wassalam,
H.Samadi w.Bakar.

MODUL

MANAJEMEN RESIKO DAN ASURANSI


86

DISUSUN OLEH

DRS. H. SAMADI W. BAKAR, SU.

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

FAKULTAS EKONOMI

2012

DAFTAR REFERENSI.

Ali Hasmi ,Drs,.Manajemen Asuransi, 1982, Penerbit PT.Bumi Aksara, Jakarta.

Bramantyo Djohanputro, MBA, Ph.D, 2008., Managemen resiko korporat.,


penerbit PPM, Jakarta.

Bickelhoupt, David,L. 1979, General Insurance,.10th ed. 1979,. Business


Publication,inc.
87

Doherty, Neil,. 2000,. Integrated Risk Management,. Mc Graw Hill, New York,
USA.

Herman Darmawi,Drs., Manajemen Asuransi, 2004 , Penerbit PT. Bumi Aksara,


Jakarta.

Mark,R,Green,1978,.Risk and Insurance,. South-western Publishing,Co, 6 th


edt.

Mudrajat Kuncoro, DR., 1996, Manejemen Keuangan Internasional, Penerbit


BPFE, Jokyakarta.

Muhammad Muslich, M.B.A, DR, 2007, Managemen resiko operasional., PT


Bumi Aksara, Jakarta.

Sadgrove, Kit., 1997., The complete guide to business risk management,.


Gower publishing limited, England.

Sartono Kertonegoro,.1996,. Manajemen resiko dan asuransi,. Penerbit PT.


Gunung Agung, Jakarta.

Silalahi, Ferdinand,. 1997., Manajemen resiko dan Asuransi,. Penerbit


Gramedia Pustaka Utama., Jakarta.

Stulz, Rene M,. 2003,. Risk Managemen and Derivateves ,. Thomson-South


western Publishing, Co.

Voughan ,J,Emmett,. 1997., Risk Management ,.John Willey & sons, Inc,
Canada.l

Williams ,C, Athur, Michael Smith, & Peter C.Young., 1998., Risk Management
and Insurance ,. Mc Grow Hill, Boston , USA.

William C Athur & Richad M Heins., 1985., Risk management and


Insurance .,5th ed. John Willey and Sons , Canada

Anda mungkin juga menyukai