Anda di halaman 1dari 13

Nama : Nabila Adani

NIM : 04011181924049

Kelas : Alpha/Beta 2019

LI COVID-19

1. Komplikasi (Lienggonegoro, 2022)


Infeksi virus SARS-CoV-2 menimbulkan efek terhadap beberapa organ seperti paru,
jantung dan pembuluh darah, ginjal, gastrointestinal, liver, sistem saraf, mata, kulit bahkan
ke psikologis pasien. Sebagian besar kasus infeksi SARS-CoV-2 mengalami gagal nafas
sehingga harus dibantu dengan ventilator. Pada jaringan paru normal, ternyata 83% sel di
paru memiliki reseptor ACE-2 (Angiotensin Converting-Enzyme-2), karena ACE-2
merupakan jalur masuk virus ke dalam sel manusia, maka sel-sel yang memiliki ACE-2 akan
menjadi lokasi tempat virus memperbanyak diri. Akibatnya, akan terjadi juga kerusakan sel
yang luas dan peradangan. Akibat peradangan dan kerusakan dapat terjadi penumpukan
cairan di paru-paru dan mengurangi fungsi paru-paru.
Peradangan sistemik yang terjadi sebagai respon badai sitokin juga mengakibatkan
peradangan jantung hingga berefek ke gagal jantung atau gangguan irama jantung. 
Gangguan pada pembuluh darah yang terjadi dapat juga terjadi pada pembuluh darah di
berbagai organ, sehingga menyebabkan organ bersangkutan mengalami iskemia atau
turunnya suplai darah dan oksigen ke organ tersebut.
Reseptor ACE-2 juga terdapat di ginjal, sehingga virus SARS-CoV-2 juga dapat
menginfeksi sel-sel ginjal. Badai sitokin sebagai reaksi tubuh dapat menyebabkan turunnya
suplai oksigen dan nutrisi ke sel ginjal dan berakibat terjadinya Acute Kidney Injury (AKI).
Gejala pada saluran gastrointestinal dapat juga disebabkan invasi virus ke sel-sel di
saluran pencernaan, umumnya gejala yang timbul adalah mual, muntah, diare, sakit perut,
atau hilang nafsu makan. Sering didapatkan juga virus atau fragmen virus pada feses pasien.
Badai sitokin yang terjadi juga menyebabkan radang otak dan edema yang dapat
menimbulkan kejang. Stroke juga dapat terjadi karena adanya penyumbatan arteri serebral,
dimana penyumbatan ini disebabkan karena kondisi darah yang lebih kental dan adanya
cedera atau luka pada lapisan endotel pembuluh darah. Adanya konjungtivitis atau mata
merah karena radang juga dilaporkan pada sekitar sepertiga pasien rawat inap.

2. Pencegahan dan Pengendalian Penularan (Kemenkes RI, 2020)


2.1. Pada Masyarakat
2.1.1. Individu
a. Membersihkan tangan secara teratur dengan cuci tangan pakai sabun dan
air mengalir selama 40-60 detik atau menggunakan cairan antiseptik
berbasis alkohol (handsanitizer) minimal 20 – 30 detik. Hindari
menyentuh mata, hidung dan mulut dengan tangan yang tidak bersih.
b. Menggunakan alat pelindung diri berupa masker yang menutupi hidung
dan mulut jika harus keluar rumah atau berinteraksi dengan orang lain
yang tidak diketahui status kesehatannya (yang mungkin dapat
menularkan COVID-19).
c. Menjaga jarak minimal 1 meter dengan orang lain untuk menghindari
terkena droplet dari orang yang yang batuk atau bersin. Jika tidak
memungkin melakukan jaga jarak maka dapat dilakukan dengan berbagai
rekayasa administrasi dan teknis lainnya.
d. Membatasi diri terhadap interaksi / kontak dengan orang lain yang tidak
diketahui status kesehatannya.
e. Saat tiba di rumah setelah bepergian, segera mandi dan berganti pakaian
sebelum kontak dengan anggota keluarga di rumah.
f. Meningkatkan daya tahan tubuh dengan menerapkan pola hidup bersih
dan sehat (PHBS) seperti konsumsi gizi seimbang, aktivitas fisik minimal
30 menit sehari, istirahat yang cukup termasuk pemanfaatan kesehatan
tradisional. Pemanfaatan kesehatan tradisional, salah satunya dilakukan
dengan melaksanakan asuhan mandiri kesehatan tradisional melalui
pemanfaatan Taman Obat Keluarga (TOGA) dan akupresur
g. Mengelola penyakit penyerta/komorbid agar tetap terkontrol
h. Mengelola kesehatan jiwa dan psikososial
i. Apabila sakit menerapkan etika batuk dan bersin. Jika berlanjut segera
berkonsultasi dengan dokter/tenaga Kesehatan
j. Menerapkan adaptasi kebiasaan baru dengan melaksanakan protokol
kesehatan dalam setiap aktivitas.
2.1.2. Masyarakat
a. Upaya Pencegahan (Prevent)
1) Kegiatan promosi kesehatan (promote) dilakukan melalui sosialisasi,
edukasi, dan penggunaan berbagai media informasi untuk
memberikan pengertian dan pemahaman bagi semua orang, serta
keteladanan dari pimpinan, tokoh masyarakat, dan melalui media
mainstream.
2) Kegiatan perlindungan (protect) antara lain dilakukan melalui
penyediaan sarana cuci tangan pakai sabun yang mudah diakses dan
memenuhi standar atau penyediaan handsanitizer, upaya penapisan
kesehatan orang yang akan masuk ke tempat dan fasilitas umum,
pengaturan jaga jarak, disinfeksi terhadap permukaan, ruangan, dan
peralatan secara berkala, serta penegakkan kedisplinan pada perilaku
masyarakat yang berisiko dalam penularan dan tertularnya COVID-
19 seperti berkerumun, tidak menggunakan masker, merokok di
tempat dan fasilitas umum dan lain sebagainya.
b. Upaya Penemuan Kasus (Detect)
1) Deteksi dini untuk mengantisipasi penyebaran COVID-19 dapat
dilakukan semua unsur dan kelompok masyarakat melalui koordinasi
dengan dinas kesehatan setempat atau fasyankes.
2) Melakukan pemantauan kondisi kesehatan (gejala demam, batuk,
pilek, nyeri tenggorokan, dan/atau sesak nafas) terhadap semua
orang yang berada di lokasi kegiatan tertentu seperti tempat kerja,
tempat dan fasilitas umum atau kegiatan lainnya.
c. Unsur Penanganan Secara Cepat dan Efektif
1) Pembatasan Fisik dan Sosial
a) Dilarang berdekatan atau kontak fisik dengan orang mengatur
jaga jarak minimal 1 meter, tidak bersalaman, tidak berpelukan
dan berciuman
b) Hindari penggunaan transportasi publik (seperti kereta, bus, dan
angkot) yang tidak perlu, sebisa mungkin hindari jam sibuk
ketika berpergian.
c) Bekerja dari rumah (Work from Home), jika memungkinkan dan
kantor memberlakukan ini
d) Dilarang berkumpul massal di kerumunan dan fasilitas umum
e) Hindari bepergian ke luar kota/luar negeri termasuk ke tempat-
tempat wisata
f) Hindari berkumpul teman dan keluarga, termasuk
berkunjung/bersilaturahmi/mengunjungi orang sakit/melahirkan
tatap muka dan menunda kegiatan bersama. Hubungi mereka
dengan telepon, internet, dan media social
g) Gunakan telepon atau layanan online untuk menghubungi dokter
atau fasilitas lainnya
h) Jika anda sakit, dilarang mengunjungi orang tua/lanjut usia. Jika
anda tinggal satu rumah dengan mereka, maka hindari interaksi
langsung dengan mereka dan pakai masker kain meski di dalam
rumah
i) Untuk sementara waktu, anak sebaiknya bermain bersama
keluarganya sendiri di rumah
j) Untuk sementara waktu, dapat melaksanakan ibadah di rumah
k) Jika terpaksa keluar harus menggunakan masker kain
l) Membersihkan atau desinfeksi rumah, tempat usaha, tempat
kerja, tempat ibadah, kendaraan dan tempat tempat umum secara
berkala
m) Dalam adaptasi kebiasaan baru, maka membatasi jumlah
pengunjung dan waktu kunjungan, cek suhu pengunjung,
menyediakan tempat cuci tangan pakai sabun dan air mengalir,
pengecekan masker dan desinfeksi secara berkala untuk mall
dan tempat tempat umum lainnya
n) Memakai pelindung wajah dan masker kepada para
petugas/pedagang yang berinteraksi dengan banyak orang.

Kriteria khusus yang harus dijaga ketat ialah:

i. Berusia 60 tahun keatas


ii. Memiliki penyakit komorbid (penyakit penyerta) seperti
diabetes melitus, hipertensi, kanker, asma dan Penyakit Paru
Obstruksi Kronik (PPOK) dan lain- lain
iii. Ibu hamil
2) Penerapan Etika Batuk dan Bersin
a) Jika memiliki gejala batuk bersin, pakailah masker medis.
Gunakan masker dengan tepat, tidak membuka tutup masker dan
tidak menyentuh permukaan masker. Bila tanpa sengaja
menyentuh segera cuci tangan dengan sabun dan air mengalir
atau menggunakan pembersih tangan berbasis alcohol
b) Jika tidak memiliki masker, saat batuk dan bersin gunakan tisu
lalu langsung buang tisu ke tempat sampah tertutup dan segera
cuci tangan dengan sabun dan air mengalir atau menggunakan
pembersih tangan berbasis alcohol
c) Jika tidak ada tisu, saat batuk dan bersin tutupi dengan lengan
atas bagian dalam
3) Isolasi Mandiri di Rumah
a) Tempatkan pasien/orang dalam ruangan tersendiri yang
memiliki ventilasi yang baik (memiliki jendela terbuka, atau
pintu terbuka).
b) Batasi pergerakan dan minimalkan berbagi ruangan yang sama.
Pastikan ruangan bersama (seperti dapur, kamar mandi)
memiliki ventilasi yang baik.
c) Anggota keluarga yang lain sebaiknya tidur di kamar yang
berbeda, dan jika tidak memungkinkan maka jaga jarak minimal
1 meter dari pasien (tidur di tempat tidur berbeda).
d) Batasi jumlah orang yang merawat pasien. Idealnya satu orang
yang benar-benar sehat tanpa memiliki gangguan kesehatan lain
atau gangguan kekebalan. Pengunjung/penjenguk tidak
diizinkan sampai pasien benarbenar sehat dan tidak bergejala.
e) Lakukan hand hygiene (cuci tangan) segera setiap ada kontak
dengan pasien atau lingkungan pasien. Lakukan cuci tangan
sebelum dan setelah menyiapkan makanan, sebelum makan,
setelah dari kamar mandi, dan kapanpun tangan kelihatan kotor.
Jika tangan tidak tampak kotor dapat menggunakan
handsanitizer, dan untuk tangan yang kelihatan kotor
menggunakan air dan sabun.
f) Jika mencuci tangan menggunakan air dan sabun, handuk kertas
sekali pakai direkomendasikan. Jika tidak tersedia bisa
menggunakan handuk bersih dan segera ganti jika sudah basah.
g) Pasien menggunakan masker bedah jika berada di sekitar orang-
orang yang berada di rumah atau ketika mengunjungi fasyankes
untuk mencegah penularan melalui droplet. Anak berusia 2
tahun ke bawah tidak dianjurkan menggunakan masker.
h) Orang yang memberikan perawatan menggunakan masker bedah
terutama jika berada dalam satu ruangan dengan pasien. Masker
tidak boleh dipegang selama digunakan. Jika masker kotor atau
basah segera ganti dengan yang baru. Buang masker dengan cara
yang benar (jangan disentuh bagian depan, tapi mulai dari
bagian belakang dengan memegang tali masker). Buang masker
bedah segera dan segera cuci tangan.
i) Gunakan sarung tangan dan masker bedah jika harus
memberikan perawatan mulut atau saluran nafas dan ketika
kontak dengan darah, tinja, air kencing atau cairan tubuh lainnya
seperti ludah, dahak, muntah dan lain-lain. Cuci tangan sebelum
dan sesudah membuang sarung tangan dan masker.
j) Jangan gunakan masker atau sarung tangan yang telah terpakai.
k) Pisahkan alat makan untuk pasien (cuci dengan sabun dan air
hangat setelah dipakai agar dapat digunakan kembali).
l) Bersihkan permukaan di sekitar pasien termasuk toilet dan
kamar mandi secara teratur. Sabun atau detergen rumah tangga
dapat digunakan, kemudian larutan NaOCl 0.5% (setara dengan
1 bagian larutan pemutih dan 9 bagian air).
m) Cuci pakaian, seprai, handuk, masker kain pasien menggunakan
sabun cuci rumah tangga dan air atau menggunakan mesin cuci
dengan suhu air 60-900 C dengan detergen dan keringkan.
Tempatkan pada kantong khusus dan jangan digoyang-goyang,
dan hindari kontak langsung kulit dan pakaian dengan bahan-
bahan yang terkontaminasi. Menggunakan sarung tangan saat
mencuci dan selalu mencuci tangan sebelum dan setelah
menggunakan sarung tangan.
n) Sarung tangan, masker dan bahan-bahan sisa lain selama
perawatan harusdibuang di tempat sampah di dalam ruangan
pasien yang kemudian ditutup rapat sebelum dibuang sebagai
kotoran infeksius.
o) Hindari kontak dengan barang-barang terkontaminasi lainya
seperti sikat gigi, alat makan-minum, handuk, pakaian dan sprei.
p) Ketika petugas kesehatan memberikan pelayanan kesehatan
rumah, maka selalu perhatikan APD dan ikut rekomendasi
pencegahan penularan penyakit melalui droplet.
d. Pelaksanaan Tindakan Karantina Terhadap Populasi Berisiko
1) Masyarakat harus diberikan pedoman yang jelas, transparan,
konsisten, dan terkini serta diberikan informasi yang dapat dipercaya
tentang tindakan karantina
2) Keterlibatan masyarakat sangat penting jika tindakan karantina harus
dilakukan
3) Orang yang di karantina perlu diberi perawatan kesehatan, dukungan
sosial dan psikososial, serta kebutuhan dasar termasuk makanan, air
dan kebutuhan pokok lainnya. Kebutuhan populasi rentan harus
diprioritaskan
4) Faktor budaya, geografis dan ekonomi mempengaruhi efektivitas
karantina. Penilaian cepat terhadap faktor lokal harus dianalisis, baik
berupa faktor pendorong keberhasilan maupun penghambat proses
karantina

Pada pelaksanaan karantina harus memastikan hal-hal sebagai berikut:

1) Tata Cara dan Perlengkapan selama Karantina


a) Orang-orang ditempatkan di ruang dengan ventilasi cukup serta
kamar tersendiri yang dilengkapi dengan toilet. jika kamar
tersendiri tidak tersedia pertahankan jarak minimal 1 meter dari
penghuni rumah lain. meminimalkan penggunaan ruang bersama
dan penggunaan peralatan makan bersama, serta memastikan
bahwa ruang bersama (dapur, kamar mandi) memiliki ventilasi
yang baik
b) Pengendalian infeksi lingkungan yang sesuai, seperti ventilasi
udara yang memadai, sistem penyaringan dan pengelolaan
limbah
c) Pembatasan jarak sosial (lebih dari 1 meter) terhadap orang-
orang yang di karantina
d) Akomodasi dengan tingkat kenyamanan yang sesuai
e) Bantuan bagi para pelaku perjalanan
f) Bantuan komunikasi dengan anggota keluarga
g) Jika memungkinkan, akses internet, berita dan hiburan
h) Dukungan psikososial
i) Pertimbangan khusus untuk individu yang lebih tua dan individu
dengan kondisi komorbid, karena berisiko terhadap risiko
keparahan penyakit COVID-19.
2) Tindakan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Minimal
a) Deteksi dini dan pengandalian
i. Setiap orang yang dikarantina dan mengalami demam atau
gejala sakit pernapasan lainnya harus diperlakukan sebagai
suspek COVID-19
ii. Terapkan tindakan pencegahan standar untuk semua orang
dan petugas
b) Cuci tangan sesering mungkin, terutama setelah kontak dengan
saluran pernapasan, sebelum makan, dan setelah menggunakan
toilet. Cuci tangan dapat dilkukan dengan sabun dan air atau
dengan handsanitizer yang mengandung minimal alkohol 70 %.
Penggunaan handsanitizer yang mengandung alkohol lebih
disarankan jika tangan tidak terlihat kotor. Bila tangan terlihat
kotor, cucilah tangan menggunakan sabun dan air
c) Pastikan semua orang yang diobservasi menerapkan etika batuk
d) Jangan menyentuh mulut, hidung dan mata
e) Pengendalian administratif
i. Pembangunan infrastruktur PPI yang berkelanjutan (desain
fasilitas) dan kegiatan
ii. Memberikan edukasi pada orang yang diobservasi tentang
PPI. Semua petugas yang bekerja perlu dilatih tentang
tindakan pencegahan standar sebelum pengendalian
karantina dilaksanakan. Saran yang sama tentang tindakan
pencegahan standar harus diberikan kepada semua orang
pada saat kedatangan. Petugas dan orang yang diobservasi
harus memahami pentingnya segera mencari pengobatan
jika mengalami gejala
iii. Membuat kebijakan tentang pengenalan awal dan rujukan
dari kasus COVID- 19
f) Pengendalian lingkungan
i. Bersihkan dan disinfeksi permukaan yang sering disentuh
seperti meja, rangka tempat tidur, dan perabotan kamar
tidur lainnya setiap hari dengan disinfektan rumah tangga
yang mengandung larutan pemutih encer (pemutih 1
bagian hingga 99 bagian air). Untuk permukaan yang tidak
mentolerir pemutih maka dapat menggunakan etanol 70%
ii. Bersihkan dan disinfeksi permukaan kamar mandi dan
toilet setidaknya sekali sehari dengan disinfektan rumah
tangga yang mengandung larutan pemutih encer (1 bagian
cairan pemutih dengan 99 bagian air)
iii. Membersihkan pakaian, seprai, handuk mandi, dan lain-
lain, menggunakan sabun cuci dan air atau mesin cuci di
60–90°C dengan deterjen biasa dan kering
iv. Harus mempertimbangkan langkah-langkah untuk
memastikan sampah dibuang di TPA yang terstandar, dan
bukan di area terbuka yang tidak diawasi
v. Petugas kebersihan harus mengenakan sarung tangan
sekali pakai saat membersihkan atau menangani
permukaan, pakaian atau linen yang terkotori oleh cairan
tubuh, dan harus melakukan kebersihan tangan sebelum
dan sesudah melepas sarung tangan.

3. Prognosis (Susilo, dkk., 2020)


Prognosis COVID-19 dipengaruhi banyak faktor. Studi Yang X, dkk. melaporkan
tingkat mortalitas pasien COVID-19 berat mencapai 38% dengan median lama perawatan
ICU hingga meninggal sebanyak 7 hari. Peningkatan kasus yang cepat dapat membuat
rumah sakit kewalahan dengan beban pasien yang tinggi. Hal ini meningkatkan laju
mortalitas di fasilitas tersebut. Laporan lain menyatakan perbaikan eosinofil pada pasien
yang awalnya eosinofil rendah diduga dapat menjadi prediktor kesembuhan.
Reinfeksi pasien yang sudah sembuh masih kontroversial. Studi pada hewan
menyatakan kera yang sembuh tidak dapat terkena COVID-19, tetapi telah ada laporan yang
menemukan pasien kembali positif rRT-PCR dalam 5-13 hari setelah negatif dua kali
berturut-turut dan dipulangkan dari rumah sakit. Hal ini kemungkinan karena reinfeksi atau
hasil negatif palsu pada rRT-PCR saat dipulangkan. Peneliti lain juga melaporkan deteksi
SARS-CoV-2 di feses pada pasien yang sudah negatif berdasarkan swab orofaring.

4. SNPPDI
Menurut KKI (2019), pemetaan kompetensi pendidikan profesi dokter Indonesia
belum menjabarkan klasifikasi COVID-19 tetapi dalam pedoman tatalaksana dijabarkan
mengenai penanganan dan pencegahan COVID-19.
ANALISIS MASALAH

Masalah 1 3 4 5 (-)

Masalah 2

a. Siapa yang beresiko terpapar COVID-19?


Jawab: Berusia 60 tahun keatas, memiliki penyakit komorbid (penyakit penyerta) seperti
diabetes melitus, hipertensi, kanker, asma dan Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) dan
lain- lain serta Ibu hamil.
b. Apakah terdapat hubungan antara keluhan utama dan riwayat perjalanan penyakit
serta kontak erat pada skenario ini?
Jawab: Terdapat hubungan dikarenakan keluhan utama serta riwayat tersebut merupakan
salah satu penyebab dan gejala akan terjadinya kasus pada scenario ini.
c. Bagaimana pengaruh usia dan jenis kelamin terhadap prognosis COVID-19?
Jawab: Prognosis COVID-19 dipengaruhi banyak faktor. Usia termasuk salah satu pribadi
riskan dalam terkena COVID-19. Studi Yang X, dkk. melaporkan tingkat mortalitas pasien
COVID-19 berat mencapai 38% dengan median lama perawatan ICU hingga meninggal
sebanyak 7 hari. Peningkatan kasus yang cepat dapat membuat rumah sakit kewalahan
dengan beban pasien yang tinggi. Hal ini meningkatkan laju mortalitas di fasilitas tersebut.
Laporan lain menyatakan perbaikan eosinofil pada pasien yang awalnya eosinofil rendah
diduga dapat menjadi prediktor kesembuhan. Reinfeksi pasien yang sudah sembuh masih
kontroversial.
d. Bagaimana kriteria kontak erat dengan pasien COVID-19?
Jawab:
a. Kontak tatap muka/berdekatan dengan kasus konfirmasi dalam radius 1 meter selama 15
menit atau lebih
b. Sentuhan fisik langsung dengan pasien kasus konfirmasi (seperti bersalaman,
berpegangan tangan, dll)
c. Orang yang memberikan perawatan langsung terhadap kasus konfirmasi tanpa
menggunakan APD yang sesuai standar
d. Situasi lainnya yang mengindikasikan adanya kontak berdasarkan penilaian risiko lokal
yang ditetapkan oleh tim penyelidikan epidemiologi setempat
e. Bagaimana cara melakukan isolasi mandiri yang benar?
Jawab:
a. Selalu memakai masker dan membuang masker bekas di tempat yang ditentukan
b. Jika sakit (ada gejala demam, flu dan batuk), maka tetap di rumah. Jangan pergi bekerja,
sekolah, ke pasar atau ke ruang publik untuk mencegah penularan masyarakat
c. Manfaatkan fasilitas telemedicine atau sosial media kesehatan dan hindari transportasi
publik. Beritahu dokter dan perawat tentang keluhan dan gejala, serta riwayat bekerja ke
daerah terjangkit atau kontak dengan pasien COVID-19
d. Selama di rumah, bisa bekerja di rumah. Gunakan kamar terpisah dari anggota keluarga
lainnya, dan jaga jarak 1 meter dari anggota keluarga
e. Tentukan pengecekan suhu harian, amati batuk dan sesak nafas. Hindari pemakaian
bersama peralatan makan dan mandi dan tempat tidur.
f. Terapkan perilaku hidup sehat dan bersih, serta konsumsi makanan bergizi, mencuci
tangan dengan sabun dan air mengalir dan lakukan etika batuk dan bersin.
g. Jaga kebersihan dan kesehatan rumah dengan cairan desinfektan. Selalu berada di ruang
terbuka dan berjemur di bawah sinar matahari setiap pagi (±15-30 menit)
h. Hubungi segera fasilitas pelayanan kesehatan jika sakit berlanjut seperti sesak nafas dan
demam tinggi, untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.

DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes RI. (2020). Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (COVID-
19). Jakarta Selatan: Kementerian Kesehatan RI.

Lienggonegoro, Lisa Andriani. (2022). Komplikasi dan Kematian Akibat COVID-19. Diakses di
Komplikasi dan Kematian Akibat Covid-19 | Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan (kemkes.go.id) pada 27 Juli 2022 pukul 08.00 WIB.

Susilo, Adityo, dkk.,. (2020). Coronavirus Disease 2019: Tinjauan Literatur Terkini. Jakarta:
Jurnal Penyakit Dalam Indonesia

Anda mungkin juga menyukai