BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bandar udara adalah kawasan di daratan dan / atau perairan dengan batas-
batas tertentu yang digunakan sebagai tempat pesawat udara mendarat dan
lepas landas, naik turun penumpang, bongkar muat barang, dan tempat
Menurut Sartono (1992), bandara adalah kawasan daratan atau perairan yang
secara teratur digunakan untuk pendaratan dan lepas landas pesawat. Bandara
pacu (runway) dan letak daerah terminal relatif terhadap landasan pacu.
sementara orientasi landasan pacu tergantung pada arah angin dan terkadang
tergantung pada luas daerah yang tersedia untuk pengembangan bandar udara.
2.2 Apron
II-1
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II – Tinjauan Pustaka
pengisian bahan bakar dan parkir atau peremajaan pesawat. Pada umumnya
apron sudah diberi perkerasan tapi terkadang masih ada apron yang belum
Apron biasanya memiliki lokasi yang dekat dengan bangunan terminal dan
hangar. Ukuran dari apron tergantung dari faktor berikut ini (Sartono,1992):
pesawat. Area ini biasa diketahui sebagai gate position, yang termasuk di
dalamnya
Kemiringan apron harus tidak lebih dari 1%, di daerah pengisian bahan bakar
Berdasarkan ICAO (2005), terdapat lima tipe apron yang terdapat pada
Apron terminal penumpang adalah suatu daerah yang didesain untuk pesawat
bermanuver dan parkir secara berdekatan atau siap untuk diakses oleh
II-2
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II – Tinjauan Pustaka
Pesawat yang hanya membawa kargo dan surat akan disediakan apron
masing-masing apron terminal memiliki tipe fasilitas yang berbeda baik dari
Selain sebagai apron terminal, bandar udara juga membutuhkan sebuah apron
parkir yang terpisah dimana pesawat dapat parkir dalam periode yang cukup
sementara. Selama tempat parkir apron dipindah dari apron terminal, tempat
parkir apron harus tetap diletakkan dekat dengan apron terminal agar praktis
Sebuah apron servis adalah sebuah area yang tidak tertutupi yang berdekatan
II-3
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II – Tinjauan Pustaka
a. Itinerant apron
itinerant apron atau apron sementara sebagai fasilitas parkir pesawat dan
integral dari daerah area operator. Apron terminal pada umumnya juga
umum itinerant.
II-4
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II – Tinjauan Pustaka
bahan bakar atau loading dan unloading juga harus disediakan selama
dibutuhkan.
(2013) yang telah dikoreksi Sartono (2017), dalam menentukan panjang dan
lebar apron untuk sistem frontal pada parkir pesawat, diberikan persamaan
sebagai berikut:
dimana :
A = jarak antar pesawat yang parkir dan pesawat yang melakukan taxiing(m)
Menurut George Mason University (2009) dalam Rahman (2013), Center for
II-5
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II – Tinjauan Pustaka
kapanpun.
dimana :
II-6
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II – Tinjauan Pustaka
masuk dan keluar dari parking stand. SOT adalah waktu yang dihabiskan
pesawat di stand sesuai jadwal. SOT juga sama dengan Scheduled Turn-
arround Time (STT). SOT untuk pesawat kecil dan manuver biasanya adalah
20 menit. Dan untuk pesawat terbang yang besar dengan rute antar benua,
memosisikan pesawat keluar masuk posisi stand/gate. 2-4 menit untuk remote
∑ (2.5)
dimana :
II-7
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II – Tinjauan Pustaka
besarnya α :
α = 1 apabila N = 1-9
α = 2 apabila N = 10-18
α = 3 apabila N = 19-27
masuk dan meninggalkan tempat parkir pesawat (parking stand), baik dengan
yang ramai, dimana biaya operasi traktor dibenarkan agar penggunaan ruang
lebih efisien dengan lahan apron yang terbatas. Berikut adalah macam-macam
2.6.1 Nose-in
II-8
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II – Tinjauan Pustaka
(nose-in) tetapi pesawat diparkir tidak tegak lurus gedung terminal melainkan
bersudut.
dengan alat bantu (tractor assisted). Kerugian dari konfigurasi ini ialah
membutuhkan lahan yang lebih luas dari konfigurasi nose-in karena proses
2.6.3 Nose-out
belakang.
II-9
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II – Tinjauan Pustaka
Konfigurasi parkir ini serupa dengan konfigurasi parkir hidung ke luar (nose-
out) tetapi pesawat diparkir tidak tegak lurus gedung terminal melainkan
bersudut.
dengan alat bantu (tractor assisted). Kerugian dari konfigurasi ini ialah
membutuhkan lahan yang lebih luas dari konfigurasi nose-in maupun nose-
out karena proses maneuvering dan suara bising yang lebih tinggi serta
2.6.5 Parallel
konfigurasi yang paling mudah dalam hal manuver pesawat. Keuntungan dari
(maneuvering).
2. Memungkinkan pesawat untuk parkir dan keluar dari parking stand dengan
assisted).
3. Pesawat lebih mudah untuk masuk dan keluar dari parking stand.
II-10
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II – Tinjauan Pustaka
konfigurasi lain.
berdekatan.
II-11
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II – Tinjauan Pustaka
Konsep ini dapat diterapkan pada bandara dengan volume lalu lintas yang
antara tepi apron dengan sisi udara bagian depan terminal untuk mengurangi
dampak buruk dari semburan mesin jet. Jika tidak ada jarak bebas yang
cukup, harus disediakan pagar untuk menahan semburan mesin jet. Perluasan
Konsep linear dapat dikatakan sebagai tahap lanjutan dari pada simple
bebas minimum antara tepi apron dan terminal lebih sering digunakan pada
konsep ini karena penggunaan ruang apron yang lebih efisien dan penanganan
pesawat dan penumpang yang lebih mudah. Usaha untuk konfigurasi parkir
sampingnya. Namun, dapat diatasi oleh traktor penarik dan operator yang
terdidik. Pada bandara dengan lalu lintas yang padat, menjadi sebuah
II-12
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II – Tinjauan Pustaka
Koridor antara tepi apron dan bagian depan terminal dapat digunakan untuk
sirkulasi lalu lintas apron, dan pada daerah sekitar hidung pesawat yang
diparkir dapat digunakan untuk tempat parkir peralatan layanan dasar. Ketika
diperluas seperti pada simple concept dan hampir mirip dengan konsep apron
terbuka.
Ada beberapa variasi pada konsep ini, berdasarkan bentuk dari pier. Pesawat
dapat diparkir pada kedua sisi dari pier, baik bersudut (angled), parallel atau
tegak lurus (nose-in). Jika hanya ada satu pier, konsep parkir linear memiliki
keuntungan paling besar apabila diterapkan untuk aktivitas sisi udara dengan
yang terbatas. Ketika terdapat dua atau lebih pier, perlu diperhatikan untuk
memberi ruang yang cukup antara kedua pier. Jika masing-masing pier
melayani jumlah gate yang banyak, mungkin perlu disediakan taxiway ganda
di antara dua pier untuk menghindari konflik antara pesawat yang masuk dan
menyediakan ruang yang cukup antara dua atau lebih pier untuk melayani
Satellite concept merupakan sebuah unit satelit, yang dikelilingi oleh gate
II-13
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II – Tinjauan Pustaka
ruang apron yang lebih besar. Jika konfigurasi parkir pesawat berbentuk baji
peralatan dasar di sekitar satelit. Kekurangan dari konsep ini adalah kesulitan
dalam menambah ruang dimana berarti butuh membuat unit gedung satelit
Konsep ini mungkin dapat dikatakan sebagai apron terbuka atau apron jarak
jauh. Apron ini mungkin ideal untuk pesawat, dekat dengan runway dan jauh
untuk pengoperasian pesawat, seperti jarak taxiing yang lebih pendek, self
mengangkut penumpang, bagasi dan kargo yang lebih jauh dari dan ke
terminal sehingga konsep ini dapat membuat masalah kemacetan lalu lintas
dengan konsep lainnya untuk mengatasi jam puncak. Tempat parkir pesawat
II-14
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II – Tinjauan Pustaka
yang terletak jauh dari gedung terminal biasanya disebut sebagai remote
apron adalah:
II-15
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II – Tinjauan Pustaka
teknologi.
pengguna dari tiap komplek apron dan bandara sebagai sebuah sistem
keseluruhan.
sekelilingnya.
menggunakan apron;
II-16
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II – Tinjauan Pustaka
operasional pesawat.
configuration, berat pesawat, dan yang terakhir tipe mesin pesawat. Dari
apron terkait kapasitas, luas dan jumlah apron adalah karakteristik standar
a. Panjang pesawat
pesawat, atau badan utama pesawat, sampai ujung belakang bagian ekor,
b. Lebar pesawat
Bentang sayap atau lebar dari pesawat terbang didefinisikan sebagai jarak
dari ujung sayap ke ujung sayap pada sayap utama pesawat terbang.
II-17
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II – Tinjauan Pustaka
menentukan lebar dari area parkir pesawat terbang dan jarak antar
gerbang, serta untuk menentukan lebar dan jarak pemisah dari runways
c. Tinggi pesawat
jarak dari dasar tanah ke puncak atau bagian paling atas dari ekor
contohnya, tinggi maksimum Airbus Beluga ini dicatat sebagai jarak dari
dasar tanah ke bagian atas dari pintuk masuk bagian depan ketika
sepenuhnya terbuka.
d. Wheel base
Wheel base dari pesawat terbang ditentukan sebagai jarak antara pusat
roda pesawat utama dan pusat roda pada bagian depan pesawat, atau roda
didefinisikan sebagai jarak antara bagian luar roda utama pada pesawat
terbang. Wheel base dan wheel track pada pesawat terbang menentukan
off taxiways, persimpangan, dan daerah lain pada sebuah lapangan udara
e. Radius putar
Radius putar adalah fungsi dari sudut putar roda pada bagian depan
pesawat. Semakin besar sudut putar, semakin kecil jari-jari putar pesawat
II-18
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II – Tinjauan Pustaka
Radius putar minimum sesuai dengan maksimum sudut putar roda depan
Maksimum sudut putar pesawat terbang bervariasi dari 60o sampai 80o,
sekitar 50o.
II-19
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II – Tinjauan Pustaka
Untuk melayani penerbangan yang banyak dan memiliki rute yang berbeda-
ramping (narrow body) maupun pesawat berbadan lebar (wide body). Tabel
2.1, Tabel 2.2, dan Tabel 2.3 berikut memerlihatkan klasifikasi tiap pesawat
II-20
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II – Tinjauan Pustaka
Medium-range transports
C 24 ≤ WS < 36 6 ≤ OMG < 9
(B 727, B 737, MD-80)
II-21
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II – Tinjauan Pustaka
faktor yang memengaruhi ukuran gerbang (gate size). Besar kecilnya pesawat
kebutuhan ruang parkir yang berbeda-beda. Selain itu, besar kecilnya pesawat
keluar dari gate bermacam-macam. Pada gambar 2.5 disajikan denah pesawat
II-22
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II – Tinjauan Pustaka
oleh jumlah pergerakan pesawat terbang yang dapat dilayani selama satu jam.
pesawat terbang yang dapat dilayani selama waktu perencanaan dan jumlah
terbang yang beraktivitas di gates disebut sebagai gate occupancy time. Gate
flight).
II-23
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II – Tinjauan Pustaka
pesawat kecil. Hal ini dikarenakan pesawat yang lebih besar membutuhkan
waktu yang lebih lama untuk pelayanan, pengisian bahan bakar, dan
occupancy time yang dibutuhkan hanya 20-30 menit saja, sedangkan pesawat
B-707, B-757 45 50 60
B-747 - 60 120-180
II-24
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II – Tinjauan Pustaka
Jumlah parking stands ini sangat tergantung dengan pergerakan pesawat pada
jam puncak dan waktu selama setiap pesawat tetap di dalam gate position
(Sartono, 1992).
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk menentukan jumlah parking
(2.6)
dimana:
C = kapasitas runway
(2013) yang telah dikoreksi Sartono (2017), dalam menentukan panjang dan
lebar apron untuk sistem frontal pada parkir pesawat, diberikan persamaan
sebagai berikut:
dimana:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II – Tinjauan Pustaka
A = jarak antar pesawat yang parkir dan pesawat yang melakukan taxiing
(m)
Gambar 2.6 Dimensi apron dengan sistem frontal pada parkir pesawat
II-26
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II – Tinjauan Pustaka
b. Nose in
Lebar (m) - - 45 70 70 70
2. Slope/kemiringan
II-27
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II – Tinjauan Pustaka
II-28
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II – Tinjauan Pustaka
sebagai berikut:
sampai garis tengah runway (X3 = X1– jarak antar dua pesawat)
Sedangkan untuk jarak bebas di apron dapat dilihat pada tabel 2.6 dan tabel
Udara.
II-29
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II – Tinjauan Pustaka
A 3
B 3
C 4,5
D 7,5
E 7,5
F 7,5
Tabel 2.7 Jarak bebas pesawat di apron menurut Dirjen Perhub. Udara
Code Letter / Penggolongan Pesawat
Uraian
A/I B/II C/III D/IV E/V F/VI
II-30
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II – Tinjauan Pustaka
biasa dipakai dalam meramalkan lalu lintas udara mulai dari penilaian
mana peramalan diperlukan dan akan digunakan, dan tingkat presisi yang
diinginkan. Ada empat metode utama, yaitu: metode time series, metode
berbeda-beda.
Analisis time series atau ekstrapolasi didasarkan pada suatu pengujian pola
II-31
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II – Tinjauan Pustaka
variasi lalu lintas di masa lalu akan terus menunjukkan hubungan serupa di
masa mendatang. Teknik ini memanfaatkan data tipe rangkaian waktu (time
indikasi yang jelas dari suatu kecenderungan kejenuhan dari waktu ke waktu.
membutuhkan batas atas dan bawah yang ditempatkan pada peramalan dan
proyeksi yang spesifik diharapkan menjadi valid. Dari variasi dalam tren dan
batas atas dan batas bawah ditempatkan pada ramalan yang biasanya
pola pada aktivitas yang dinyatakan menunjukkan tren atau pola siklus dalam
jangka panjang.
penerbangan berskala besar ke tingkat yang lebih rendah atau lokal disebut
market share, rasio, atau model top down. Yang berkaitan dengan
skala besar yang dapat diserahkan kepada tingkat lokal adalah kuantitas yang
II-32
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II – Tinjauan Pustaka
teratur dan dapat diprediksi. Metode ini telah menjadi teknik yang
dan metode ini yang paling umum digunakan dalam menentukan pangsa total
aktivitas lalu lintas nasional yang akan digunakan oleh wilayah tertentu, lalu
lintas, atau bandara. Data historis diperiksa untuk menentukan rasio lalu lintas
bandara setempat terhadap total lalu lintas nasional dan tren yang dipastikan.
Berdasarkan sumber yang berasal dari luar, tingkat proyeksi aktivitas nasional
berdasarkan tren yang diamati dan diproyeksikan. Metode rasio ini paling
bandara.
operasional. Oleh karena itu, untuk menilai dengan benar dampak dari
II-33
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II – Tinjauan Pustaka
time series karena merupakan metode yang paling mudah, sederhana untuk
digunakan, dan akibat keterbatasan data yang diperoleh dari PT. Angkasa
2.13.1 Regresi
Menurut Usman dan Akbar (2006), Regresi merupakan suatu alat ukur yang
juga dapat digunakan untuk mengukur ada atau tidaknya korelasi antar
variabel. Jika kita memiliki dua buah variabel atau lebih maka sudah
mendapatkan hubungan fungsional antara dua variabel atau lebih. Selain itu
sedangkan hubungan fungsional yang lebih dari satu variabel disebut analisis
II-34
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II – Tinjauan Pustaka
korelasi, karena pada analisis itu kesulitan dalam menunjukkan slop (tingkat
demikian maka melalui analisis regresi, peramalan nilai variabel terikat pada
nilai variabel bebas lebih akurat pula. Persamaan regresi linier dari Y
(2.7)
dimana:
Y = variabel terikat
X = variabel bebas
b = koefisien regresi/slop
tinggi, maka harga b juga tinggi sebaliknya bila koefisien korelasi rendah
maka harga b juga rendah (kecil). Selain itu bila koefisien korelasi negatif
maka harga b juga negatif, dan sebaliknya bila koefisien korelasi positif maka
harga b juga positif. Selain itu harga a dan b dapat dicari dengan rumus
berikut:
∑ (∑ ) ∑ ∑
(2.8)
∑ ∑
∑ ∑ ∑
(2.9)
∑( ) ∑
dimana:
II-35
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II – Tinjauan Pustaka
2.13.2 Korelasi
Untuk menganalisis hubungan antara dua variabel atau lebih yang bersifat
korelasi.
a. Koefisien korelasi
mempunyai makna jika nilai X naik, maka nilai Y turun dan berlaku
sebaliknya.
∑ ∑ ∑
(2.10)
√{ ∑ ∑ }√{ ∑ ∑ }
b. Koefisien determinasi
∑
(2.11)
∑
II-36
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II – Tinjauan Pustaka
Nilai sama dengan satu (perfect explanation) dan nilai sama dengan nol
antara kedua batas limit ini ditafsirkan sebagai persentase total variasi
Nilai koefisien permintaan angkutan lalulintas pada jam sibuk (Cp) perlu
(2.11)
(2.12)
√
(2.13)
dimana:
Besarnya jumlah penumpang jam sibuk pada sebuah bandar udara baru dapat
System berikut:
II-37
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II – Tinjauan Pustaka
satu tahun dan jumlah pergerakan pesawat pada bulan puncak dalam satu
terhadap jumlah pergerakan pesawat total satu tahun. Dapat dilihat pada
persamaan berikut:
(2.15)
dimana:
(2.16)
dimana:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II – Tinjauan Pustaka
(2.17)
dimana:
(2.18)
dimana:
Ada tiga faktor yang menentukan luas apron, yang pertama jumlah parking
stand, lalu ukuran parking stand, dan yang terakhir adalah layout parkir
pesawat pada setiap parking stand. Ukuran parking stand tergantung pada
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II – Tinjauan Pustaka
Jumlah parking stand yang dibutuhkan tergantung dari jumlah pesawat yang
harus ditampung pada jam rencana dan lamanya si pesawat parkir pada suatu
parking stand.
komposisi tersebut.
optimalisasi.
II-40
http://digilib.mercubuana.ac.id/