Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PATTERN MAKER
1.1 Pengertian Pattern Maker
Pattern maker secara umum merupakan bagian sample yang bertugas membuat pola/pattern.
Pola/pattern yang dibuat harus sesuai dengan ketentuan dan styling pada techpack dan tentunya sesuai
dengan keinginan buyer. Sebagai seorang pattern maker dibutuhkan ketelitian, ketepatan dan mampu
menyelesaikan pekerjaan tepat waktu. Jika seorang pattern maker tidak memiliki keahlian tersebut
maka akan menunda pekerjaan bagian departemen lain seperti cutting, sewing, finishing, hingga
produk yang dipesan buyer tidak bisa kirim tepat waktu. Hal tersebut akan mengakibatkan hilangnya
kepercayaan dari seorang buyer terhadap perusahaan. Pattern maker sebelum membuat pola perlu
melakukan analisa styling dan spek. Hal tersebut dilakukan supaya pattern maker tidak membuat
kesalahan dalam membuat pattern nantinya. Seorang pattern maker harus memahami segala informasi
yang ada di techpack (Technical Package). Pattern maker juga harus memahami keseluruhan proses
dari awal order masuk hingga sample dikirim ke buyer.
1.2 Hal – hal yang perlu diperhatikan pattern maker
- Sesering mungkin menanyakan order baru kepada IE sample.
- Membaca techpack, comment, DO (Detail order) dengan cermat dan teliti.
- Membuat skala prioritas sesuai dengan permintaan shipment.
- Tidak menunda-nunda waktu, ada order langsung dikerjakan.
- Jika size spec dari buyer terdapat hasil pola yang kurang bagus, komunikasikan dengan buyer melalui
PPMC.
- Memperhatikan kelengkapan pattern, membuat lembar checklist.
- Memahami karakteristik fabric yang dipakai.
- Pelaksanaan PP Meeting harus setelah mendapatkan comment approval dari buyer.
Jika pada sample terdapat reject yang perlu diperbaiki, maka pattern maker harus segera mengecek dan
memperbaiki pattern.
- Techpack, comment, DO dan lainnya dalam satu style order, harus disusun dalam satu file sesuai
urutan yang pertama kali diterima.
-Pattern maker bertanggungjawab atas pattern yang dibuat dari proto sample hingga shipment sample
ke buyer.
- Membuat pattern berdasarkan hasil tes shrinkage per colour dikarenakan hasil shrinkage dari masing-
masing warna berbeda tidak bisa disamakan.
1.3 Tahapan utama pembuatan pattern
- Membuat basic pattern 0% sesuai size spec, yang dapat digunakan untuk membuat sample maupun
pilot produksi
- Grading pattern sesuai size spec
- Skala shrinkage, yang disesuaikan dengan hasil persentase dari test shrinkage
- Standar operational procedure pattern pilot (memperhatikan jenis fabric)
- memberi seam allowance sesuai dengan SOP pada pattern yang telah siap
1.4 Hubungan kerja pattern maker
Pattern maker memiliki hubungan kerja yang berbeda-beda dengan masing-masing bagian di
sample room. Berikut ini hubungan kerja pattern maker dengan departemen lainnya :
1.Hubungan pattern maker dengan PPMC (Production Planning & Material Control)
- Saling mengingatkan jika ada instruksi dari PPMC yang kurang jelas
- Komunikasi mengenai fabric yang berkaitan dengan centre line (CL), printing, dll
- Jika ada material yang belum datang, pattern maker mempunyai kewajiban untuk memfollow up ke
PPMC
2. Hubungan pattern maker dengan buyer
- Memastikan bahwa fitting dan size specnya bagus
- Dapat memberi saran ke buyer bila terdapat ukuran yang kurang cocok
3. Hubungan pattern maker dengan GGT
- Pattern maker harus memastikan sebelum merelease pattern perlu mengecek keseluruhan pattern,
seperti penempatan, grading, styling, kuantiti, material, dan description pada pattern
- GGT bertugas membuat marker dari pola yang sudah di release oleh pattern maker
4. Hubungan pattern maker dengan cutting
- Cutting meminta posisi untuk embroidery maupun printing
- Pattern maker memberikan informasi mengenai center line (CL) dan standar matching yang
disampaikan melalui PP Meeting
- Jika ada revisi manual, maka harus segera diperbaiki dan diinformasikan
5. Hubungan pattern maker dengan sewing
- Pattern maker menerangkan cara ukur agar persepsi sama
- Pattern maker harus membuat pattern mudah untuk dijahit
- Jika ada perubahan styling harus review styling lagi
- Pattern maker harus banyak berkomunikasi dengan produksi terkait sample yang sedang dikerjakan.
- Pattern maker membuat mock up sebagai acuan di produksi. Mock up /trial adalah contoh jahitan
yang tidak utuh seperti garmen (panel).Mock up dibuat apabila ada permintaan dari produksi. Mock up
biasanya digunakan sebagai alat bantu untuk produksi yang dijadikan sebagai acuan dalam
mengerjakan garmen.
6. Hubungan pattern maker dengan finishing
- Menyampaikan tentang cara ironing dan temperaturnya
- Memahami karakteristik fabric sehingga dapat memberikan instruksi yang sesuai
- Mencari feedback dari hasil folding berdasarkan pattern.
7. Hubungan pattern maker dengan Quality Control (QC)
- Pattern maker menyajikan pola yang dibuat sesuai size spec dan SOPnya
- Pattern maker menyajikan pola sesempurna mungkin untuk menghindari dan mengantisipasi
comment dari Quality Control (QC)
- Menyiapkan tiga size spec untuk washing :
• size spec dari buyer
• size spec pattern
• size spec before wash
- Memberikan info mengenai hasil dari test shrinkage
- Samakan persepsi untuk cara mengukur garment (how to measure), tidak semua buyer cara
mengukurnya sama sehingga harus diperhatikan
8. Hubungan pattern maker dengan IE sample
- IE sample yang akan membantu pattern maker untuk berhubungan dengan PPMC
- Pattern maker selalu memfollow up ke IE sample terkait update terbaru atau order terbaru dari buyer
- IE sample akan membantu mencetakkan tech pack order kepada pattern maker
- IE sample akan membuat plan sample begitu juga dengan pattern maker
- Setelah pattern maker realease pola/pattern IE sample akan mengupdate/ merecord dibantu oleh
record sample
PP Meeting dilakukan untuk membahas semua order/styling yang akan dijalankan di produksi
dan antisipasi segala bentuk masalah agar style jalan dengan lancar. Berikut adalah hal-hal yang
disampaikan saat PP Meeting :
1. Jenis marker yang dibuat berdasarkan PPS approval terakhir dan standart matching dari buyer
2. Detail spec pada garment, detail stitching, dan comment-comment dari buyer
3. Jenis interlining yang dipakai dan penempatan sesuai dengan detail order (DO)
4. Saat PP Meeting pastikan bahwa spec yang dibahas adalah spec update terbaru.
Pilot sample merupakan sample yang dibuat dengan tujuan untuk dianalisa segala kendala dan
kesulitan yang dialami dan solusi mengatasinya selama proses pembuatan garmen dari cutting hingga
finishing. Pilot sample dikerjakan sebelum jalan produksi massal. Hal tersebut dilakukan untuk
mengurangi tingkat kesalahan saat jalan produksi massal. Dari masing-masing departemen akan
menuliskan kendala yang dialami dan cara terbaik dalam mengerjakannya. Dengan begitu, pada saat
berjalan produksi massal operator dapat berjalan dengan lancar tanpa terhambat.
Sample garmen merupakan suatu produk yang dibuat sebelum dilakukan produksi secara
massal. Ada prinsip yang perlu dilakukan saat mengerjakan sample suatu garmen, berikut diantaranya :
1. First time right,yaitu dalam mengerjakan sesuatu harus benar saat pertama kali proses, harus
penuh dengan hati-hati dan ketelitian yang tinggi supaya tidak terjadi kesalahan. Jika saat pertama
kali membuat sudah benar maka untuk proses seterusnya akan mengikuti.
2. No rework,yaitu dalam mengerjakan sesuatu diharapkan tidak terjadi kerja ulang/perbaikan
dikarenakan hal tersebut akan membuat waktu dan tenaga dalam mengerjakan terbuang sehingga
tidak efisien.
3. No rejection,yaitu tidak ada kecacatan/kesalahan.
4. Delivered on time, yaitu tepat waktu yang megerjakan suatu pekerjaan tidak menunda-nuda
dan selalu on time.
Dalam membuat sample ada beberapa tahapan yang harus dilakukan khususnya bagi pattern
maker/pembuat pola. Berikut beberapa hal yang harus dilakukan secara berurutan :
1. Techpack review
Tech pack merupakan suatu buku yang menjelaskan segala sesuatu baik ukuran, styling, color,
dan lain sebagainya terkait dengan garmen yang akan dibuat sesuai dengan permintaan buyer.
Techpack review merupakan menganalisa segala hal-hal penting mengenai garmen yang akan
dibuat. Memahami dan mengerti segala informasi dan teliti dalam membacanya sebelum proses
selanjutnya. Jika terdapat suatu hal yang tidak dimengerti dikomunikasikan dengan tim/
diklarifikasikan ke buyer.
2. Pattern review
Pattern review merupakan suatu kegiatan untuk menganalisa hasil pola yang sudah dibuat
sebelum ke proses selanjutnya yaitu cutting. Kebenaran suatu pola sangat penting, dikarenakan
pola adalah kunci dari suatu garmen. Jika terdapat kesalahan pada pola maka hasil garmen yang
dibuat tidak akan bagus. Pastikan pola sesuai dengan permintaan techpack. Mengecek pola dengan
cara mengukur semua ukuran di pola apakah sesuai dengan techpack atau tidak. Cek juga
keseimbangan dari pola tersebut.
3. Final (latest) approved sample review
Setelah sample dibuat maka akan dikirimkan kepada buyer dan akan di review untuk
mengetahui apakah ada comment atau tidak. Sample di fitting di mannequin untuk mengetahui
kecocokan dan styling yang dibust sudah sesuai atau belum.
4. Sample review & measure
Selesai membuat sample, pattern maker harus menganalisa bersama dengan sample-sewer,
technician terkait dengan ukuran, styling, konstruksi, dan workmanship. Sample harus diukur
sesuai dengan BUYER'S MEASURING MANUAL.
Proses membuat sample :
• cek kualitas fabric sebelum diproses
• sample harus 100% benar dengan kesesuaian good fit, construction, and workmanship.
Untuk dapat menghasilkan sampel yang baik maka seorang pattern maker, teknisi dan operator
jahit sampel harus memahami dengan benar techpack, pattern, fit and styling yang diinginkan oleh
buyer.
Standar operasional prosedur FITTING :
1. Meletakkan garmen pada mannequin. Ada beberapa kriteria saat fitting di mannequin,
diantaranya :
• Pasang garmen pada mannequin/dummy dengan benar sesuai dengan jatuhnya baju, tidak
boleh ditarik-tarik supaya kain tidak molor.
• Jatuhnya shoulder seam pada garmen harus sesuai dengan shoulder seam pada
mannequin/dummy.
• Jika shoulder seam pada garmen di desain forward/backward dari shoulder seam pada
mannequin/dummy harus dipastikan simetris.
• Jika tidak ada shoulder seam (yoke) tandai batas shoulder seam seharusnya terlihat
seimbang pada manekin/dummy.
• Lengan harus terlihat seimbang (balance)
• Front center harus match dengan manekin/dummy (batas tengah)
• Jika tidak ada potongan depan, tandai batas center nya dan harus seimbang sesuai dengan
manekin/dummy
• Side seam baju harus sesuai dengan side seam manekin/dummy
• Jika side seam di desain tidak pas dengan side seam pastikan tetap seimbang kanan dan kiri
2. Jika baju sudah balance pada garmen, proses fitting bisa dilanjutkan.
3. Jika baju sudah terlihat balance pada manekin/dummy, masih ada beberapa hal yang kurang
pas, harus di fitting dengan benar.
• Perbedaan style sportwear men shirt dengan dress shirt :
- Dress shirt size chartnya lebih banyak daripada sportwear
- Dress shirt dari buyer sudah memberikan blok pattern
- Dress shirt style nya tidak berubah banyak dan hanya merubah standar cutting nya saja
• Flow process pilot sample :
- detail order (DO) release ; pilot pattern making ; polit cutter pattern ; plot nest pattern ; check
cutter pattern using nest pattern ; cutter pattern OK ; plotting marker for cutting process ; cutting
; sewing component ; assembly ; finishing ; check MQA ; PP Meeting ; pilot result analysis ;
bulk pattern release ; production process sesuai request buyer.
• Pilot sample merupakan sample yang dibuat dengan tujuan untuk dianalisa segala kendala dan
kesulitan yang dialami dan solusi mengatasinya selama proses pembuatan garmen dari mulai
cutting hingga finishing. Pilot sample dikerjakan sebelum jalan produksi massal. Hal tersebut
dilakukan untuk mengurangi tingkat kesalahan saat jalan produksi massal.
• Detail order (DO) merupakan sebuah dokumen yang dikeluarkan oleh PPMC untuk referensi
produksi, store, QC, mechanic, dan shipping (pengiriman). DO merupakan suatu instruksi untuk
dimulainya proses produksi suatu order, menjelaskan detail spesifikasi order secara rinci dan
didistribusikan dalam bentuk soft copy dan hard copy.
• PP Meeting
PP Meeting adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk membahas style yang akan jalan di
produksi. PP Meeting ini dihadirkan dari seluruh perwakilan departemen untuk membahas
kesulitan yang dialami dan membahasnya untuk menemukan solusi sehingga pada saat produksi
tidak terjadi kesalahan yang fatal.Berikut adalah alur jalannya PP Meeting :
- PP Meeting dibuka oleh PPMC, PPMC akan menjelaskan detail order dari style yang akan jalan di
produksi
- IE akan menjelaskan tentang fabric in house date, fabric defect, fabric bowing, dan PCD (plan
cutting date) PSD (plan sewing date)
- GGT akan menjelaskan standar cutting/standar matching
- QC akan menjelaskan hasil cek dari pilot yang sudah dikerjakan oleh produksi.
Hasil ceknya yaitu dilihat dari measurement dan detail shape dari garment sesuai atau tidak dan juga
menyampaikan kesulitan yang ditemui pada saat proses sewing dan finishing.
- Pattern maker akan menjelaskan tentang detail stiching style yang akan jalan mulai dari SPI (stitch
per inch), kemudian detail stitch per bagian yaitu dari collar, shoulder seam, sleeve, dan
seterusnya. Kemudian pattern maker menjelaskan tentang placement label dan stitchingnya.
Kemudian menjelaskan jumlah button baik button front dan button cuff. Setelah menjelaskan
detail stitching dengan jelas pattern maker akan menyampaikan comment PPS dari
buyer.Kemudian menyampaikan teknik ironing nya atau washing nya sesuai yang sudah
ditentukan. Setelah menjelaskan detail stiching garmen, pattern maker akan membacakan
comment – comment PPS apparoval dari buyer. Sebelum mengakhiri pattern maker menanyakan
kembali kepada audiens apakah ada pertanyaan atau tidak, supaya pada saat sudah jalan
produksi bagian sewing tidak kebingungan atau bahwa ada kesalahan fatal.
- Dept. Store akan menjelaskan fabric inspection report, yaitu hasil cekking fabric yang inhouse di
store. Yang di cek adalah tanggal in house fabric nya, point defect , major defect, bowing, dan
lain lainnya.

Berikut ini merupakan urutan detail konstruksi yang disampaikan oleh pattern maker. Detail
konstruksi perlu disampaikan dengan urut dan detail supaya yang mendengarkan tidak
kebingungan dan bisa fokus mendengarkannya. Diantaranya :
- SPI (Stitch per inch)
- Top stitch collar dan collar stay
- Top stitch neckband dan hem band
- Back yoke
- Shoulder
- Armhole topstitch, jika short sleeve (hemming sleeve)
- Side seam
- Bottom hem
- Cuff (top stitch, hem cuff, button cuff, placket length, placket witdh, under sl placket, button
placket, pleat sleeve (jarak dari tepi, depth )
- Front (top+under) placket
- Button position + jumlah button (first button & last button)
- Label position (main label, size label, care label, button spare)
• Kelengkapan pattern maker dalam merelease bulk pattern :
- Pola bulk
- plot nest pattern ; plot pola di cetak pada kertas coklat, fungsi dari nest pattern untuk mengecek
ukuran actual apakah sesuai atau tidak, dan untuk bagian cutting untuk mengcrosscheck hasil
cutting nya apakah amblong atau tidak.
- sketch revise ; isi dari sketch revise adalah keterangan style, problem measurement, report test
shrinkage, dan gambar sketch nya. Sketch revise disimpan di folder N/Project/Online
sketch/PA3. Sketch revise dibutuhkan untuk diakses semua departmen yang membutuhkan
untuk kebutuhan cekking dengan actual pattern nya apakah sudah sesuai atau belum.
- Pola YY ; pola YY yaitu pola yang dibuat secara keseluruhan untuk kebutuhan marker. Nanti
pola YY yang sudah di release akan diserahkan ke bagian GGT untuk diproses lebih lanjut
untuk marking nya dan penghitungan jumlah banyaknya kain yang dibutuhkan untuk satu
garmen.
BAB II
CUTTING

1.1 Pengertian Cutting


Cutting merupakan salah satu bagian di sample produksi yang bertanggungjawab untuk proses
memotong fabric sample. Proses cutting dilakukan dengan cara manual dikarenakan kuantiti dari
produksi sample tidak sebanyak dengan di produksi. Bagian cutting memotong fabric sesuai dengan
pola yang sudah disiapkan oleh pattern maker.
1.2 Job Description Cutting
Berikut ini adalah job description bagian cutting :
- memotong fabric sesuai dengan pola yang sudah di marker.
- memplotkan pola diatas fabric sesuai dengan arah serat kain/grainline pada pola.
- menyalurkan fabric yang sudah dipotong ke bagian sewing.
1.3 Standar Operasional Produksi Cutting
Bagian cutting memiliki standar operasional produksi dalam melakukan pekerjaannya. Berikut
ini adalah SOP dari cutting :
- Bagian pattern akan mendapatkan sample request dari pattern maker yang terdapat YY (Yard Yield)
dan CAD. YY merupakan dokumen yang berisikan standar cutting yang diinginkan oleh buyer secara
detail. Di dalam YY akan dijelaskan per bagian beserta arah potong fabricnya contohnya : collar
dijelaskan dipotong cut on cross/ straight. Berbeda dengan CAD, CAD merupakan gambar bentuk
fabricnya yang menjelaskan bagaimana arah fabricnya one way atau two way. Dengan penjelasan
detail tersebut maka akan mempermudah bagian cutting dalam menjalankan tugasnya.
- Setelah membaca YY dan CAD dengan jelas, dilanjut ke proses cutting. Proses cutting dilakukan
dengan cara fabric diberikan alas kertas hal tersebut dilakukan supaya fabric tidak licin saat dipotong.
Proses cutting dilakukan dengan cara manual karena kuantiti sample yang dibuat tidak sebanyak di
produksi yang menggunakan mesin otomatis. Proses cutting di sample masih menggunakan jarum dan
cara menandai tanda pola menggunakan kapur jahit.
- Setelah proses cutting, dilanjutkan ke proses numbering atau pemberian tanda. Untuk fabric yang
bermotif akan dilabel menggunakan number supaya tidak tertukar karena motif terkadang bentuknya
tidak selalu sama. Sedangkan untuk fabric yang solid cukup diberi tanda menggunakan kapur jahit.
- Setelah di numbering, panel tersebut dibundling menjadi satu garmen yang utuh dan diserahkan ke
bagian sewing supaya dapat segera diproses jahit.
1.4 Hubungan kerja dengan pattern maker
Bagian cutting memiliki hubungan kerja dengan pattern maker, diantaranya :
- cutting akan berkomunikasi dengan pattern maker apabila terjadi kesulitan dalam matching dan arah
grainline atau terjadi sesuatu hal yang kurang dipahami.
- cutting akan menanyakan ke pattern maker terkait dengan styling.
1.5 Kendala yang dialami cutting
Berikut ini adalah beberapa kendala yang pernah ditemui oleh cutting :
- terkadang cutting menemukan fabric yang bowing, fabric yang motifnya tidak lurus atau seratnya
miring dan bergelombang sehingga kesulitan untuk penempatan polanya.
- marker dari pattern maker yang kurang rapi, mengakibatkan cutting dalam prosesnya menghabiskan
fabric lebih boros karena letak marker yang tidak rapi.
- terdapat beberapa fabric yang karakteristiknya susah diatur sehingga perlu kesabaran yang lebih
sehingga dapat dipotong sesuai dengan pola.

Istilah standar matching :


1. Full matching : yaitu standar matching yang motif fabricnya harus bertemu/matching di garmen.
Untuk matching terkadang terdapat permintaan matching front atau matching back yoke dan masih
banyak lagi.
2. Cut on cross : yaitu standar dalam memotong/ cutting yang arah gainline nya memanjang lurus
3. Cut on bias : yaitu standar dalam memotong/cutting yang arah grainline nya serong. Jika dari buyer
tidak terdapat permintaan berapa derajat kemiringannya maka dari perusahaan akan membuatkan 45
derajat. Terkadang ada buyer yang request untuk kemiringannya.
4. Straight cut : yaitu standar matching dalam memotong/cutting yang arah grainline nya melebar.
BAB III
TEST SHRINKAGE

1.1 Pengertian Test Shrinkage


Test shrinkage merupakan proses perhitungan nilai kesusutan (shrinkage) ataupun kemoloran
(allongation) suatu fabric. Untuk fabric yang memiliki hasil shrinkage yang tidak konsisten, perlu
dilakukan cek shrinkage 100% dari kuantiti kedatangan roll.
1.2 Tujuan test shrinkage
Berikut ini adalah tujuan dari test shrinkage :
1. untuk mengetahui hasil nilai kesusutan (shrinkage) ataupun kemoloran (allongation) suatu
fabric sebagai data pendukung dalam pembuatan pola (pattern).
2. untuk memudahkan departemen cutting dalam menindaklanjuti proses spreading jika
terdapat pengelompokan pola dalam satu style.
1.3 SOP test shrinkage
1. kuantiti fabric yang digunakan untuk test shrinkage diambil dari 10% dari total kuantiti
kedatangan roll.
2. test shrinkage dilakukan menggunakan plastik template ukuran 50 x 50 cm.
3. plastik template digunakan untuk memastikan bahwa semua marking konsisten berbentuk
kotak dan juga mempercepat proses marking.
4. diperlukan meja yang datar dan tepat untuk proses marking fabric test shrinkage.
5. Dalam 1 yard terdapat 2 kotak marking 50 x 50 di kedua sisi, posisi penandaan test shrinkage
diambil 8 inch dari tepi kain
6. Grain line harus lurus dan posisi tanda harus akurat sesuai dengan template
7. Penandaan fabric test shrinkage tagging harus sesuai dengan serat kain
8. untuk order wash, fabric test shrinkage diproses washing dan harus didokumentasikan
formula proses washing sesuai dengan request washing dari buyer
9. untuk order non wash hanya perlu dilakukan treatmen ironing/steam setelah fabric di
marking dengan temperatur sesuai dengan permintaan buyer
10. setelah dilakukan washing dilakukan pengukuran dengan tepat.
11. untuk pengukuran shrinkage after ironing dilakukan relaksasi 4 jam dari finish ironing.
12. hasil pengukuran test shrinkage dimasukkan ke dalam form test shrinkage
13. input hasil test shrinkage dalam softfile untuk disimpan di folder public agar dapat diakses
semua departemen terkait.
14. data shrinkage diinput dikelompokkan per buyer dan dalam menginputnya di input per
colour dan style. Dalam satu style terdapat beberapa warna tidak boleh dijadikan satu
dokumen melainkan harus berbeda dokumen dikarenakan dari hasil shrinkage per colour
memiliki rata-rata yang berbeda. Nantinya pattern maker yang akan membuat pattern
berdasarkan hasil shrinkage per colour yang sudah diinput.
1.4 Skala shrinkage
Skala shrinkage berfungsi untuk mengetahui susut dan mulurnya suatu fabric. Pattern maker
harus menganalisa hasil dari test shrinkage tersebut. Jika ditemukan variasi pada shrinkage fabric
(unstabile) maka harus segera diklarfikasikan dan dibuat kategori – kategori tertentu untuk menentukan
persentase shrinkagenya untuk dimasukkan kategori yang mana.
Test shrinkage dilakukan 10% dari kedatangan fabric per colour.Contoh 100% roll shrinkage
berbeda, maka kategori diperoleh dari pengambilan rata – rata shrinkage, pembagiannya :
0% - kurang dari 2% = dibuat dalam 1 group pattern
2% - kurang dari 4% = dibuat dalam 1 group pattern
4% - kurang dari 6% = dibuat dalam 1 group pattern
6% - kurang dari 8% = dibuat dalam 1 group pattern
lebih dari 8% = reject
Contoh group shrinkage :
1. 0% - kurang dari 2%
Variasi shrinkage :
L = -1% L = -1,5% L = 0% L = -1.5%
W = 0% W = -1.5% W = -0.5% W = 0%
maka pattern yang dibuat adalah L = -1% ; W = -1.5%
2. 2% - kurang dari 4%
Variasi shrinkage :
L = -2% L = -1,5% L = -1% L= -0.5% L = -3%
W = -2% W = -3.5% W= -3% W = -3.5% W = -4%
maka pattern yang dibuat adalah L = -1.5% ; W = -3.5%
3. 4% - kurang dari 6%
Variasi shrinkage :
L = -4% L = -5% L = -5% L = -3% L = -5%
W = -4% W = -5% W = -4% W = -5% W = -6%
maka pattern yang dibuat adalah L = -4% ; W = -5%
Penerapan shrinkage pada pattern :
1. Jika hasil shrinkage -3%, maka pola harus dibuat +3%
2. Penambahan shrinkage pada pola diberikan setelah digrading dan sesuai styling. Pola yang telah
dishrinkage tidak boleh digrading.
3. Penambahan shrinkage pada pola prosesnya di optitex menggunakan skala, maka pola harus
diposisikan kearah length dan width, tidak boleh bias.
4. Penambahan shrinkage menggunakan optitex hasilnya lebih akurat dibanding manual.
5. Penempatan baseline di optitex, mutlak harus horizontal ( mengikuti arah panjang fabric).
6. Pemberian baseline, anak panahnya hanya satu.
7. shrinkage diberikan dalam kondisi pola finish (belum diberi seam allowance)
8. Setelah penambahan shrinkage yang arah length dan widthnya berbeda, maka yang dijadikan
patokan ukur adalah arah widthnya (seperti untuk yoke seam dan back body seam).
Karakteristik shrinkage fabric :
1. Cotton, shrinkage lebih dari 3%
2. Corduray, arah width shrinkage hingga 4%
3. Twill, arah width shrinkage kurang lebih 3% dan arah length allongation
4. Seersuckeer, width shrinkage tinggi dan length allongation
5. Spandex, width shrinkage 4 – 5%
1.5 Cara mengukur spek test shrinkage
Berikut ini adalah tata cara untuk marking test srinkage pada fabric :
- Fabric diletakkan di atas meja yang datar
- marking fabric menggunakan template yang berukuran 50 x 50 cm. Marking dilakukan dua kali pada
bagian length dan width fabric.
- Setelah di marking dilakukan proses ironing. Proses ironing dilakukan dengan menggunakan suhu
yang sesuai dengan karakter fabricnya. Untuk suhu normalnya 160 -170 derajat celcius.
- Setelah proses ironing fabric direlaksasi selama 4 – 6 jam.
- Setelah relaksasi, diukur kembali tanda yang sudah di marking di awal untuk mengetahui fabric
mengalami kesusutan (shrinkage) atau kemoloran (allongation).
Cara yang diatas merupakan test shrinkage untuk fabric dengan order non wash. Untuk fabric
dengan order wash tentunya memiliki proses yang berbeda dengan cara yang dijelaskan diatas. Berikut
ini adalah cara untuk mengukur spek pada fabric dengan order wash :
- Fabric diletakkan di atas meja yang datar
- Fabric di marking menggunakan template yang berukuran 50 x 50 cm. Marking dilakukan dua kali
menggunakan pen dan juga di tagging. Untuk tujuannya supaya tanda marking tidak hilang setelah di
washing.
- Setelah di washing, di ukur spek nya length dan widthnya fabric tersebut. Untuk fabric wash spek
diukur dua kali yaitu after washing dan after ironing.
- Setelah diukur speknya after washing kemudian dilakukan proses ironing dan diukur lagi speknya
untuk mengetahui fabric tersebut mengalami kesusutan (shrinkage) atau kemoloran (allongation).
- Untuk proses ironing, pihak sample mendiskusikan kepada departemen ironing (Finishing) terkait
suhu dan prosedur ironingnya. Dikarenakan tidak semua jenis fabric diperlakukan sama karena
memiliki karakteristik yang berbeda – beda.
- Untuk fabric yang di washing kemungkinan besar hasil shrinkage nya lebih banyak daripada non
washing. Metode washing yang digunakan juga bermacam-macam tergantung dengan permintaan
buyer seperti contohnya, 30 minute wash+ softener, 30 minute enzyme wash, dan masing banyak
metode washing lainnya.
Di PA 3 terdapat fabric khusus buyer ALFANI yang cara speknya berbeda dengan fabric buyer
yang lain. Untuk fabric buyer ALFANI diukur speknya 3 kali yaitu before ironing, after ironing, dan
relaxation after ironing. Yang membedakan dengan fabric buyer yang lainnya yaitu di after ironing, jadi
setelah proses ironing fabric langsung diukur speknya dan diukur lagi setelah dilakukan relaksasi. Hal
ini dilakukan dikarenakan dari pihak buyer menginginkan hal tersebut. Sehingga tidak menutup
kemungkinan untuk buyer – buyer yang lain juga mempunyai standar shrinkage test masing-masing.
Berikut ini adalah contoh cara menghitung nilai shrinkage pada fabric :
Contoh hasil shrinkage di dapat :
Length = 49,9 dan 49,8
Width = 49,8 dan 49,8
Jika terdapat dua hasil yang berbeda dicari rata-ratanya :
Length = 49,9 + 49.8 : 2 = 49,85
Kemudian dihitung selisihnya dengan ukuran yang seharusnya diawal yaitu 50 cm
Length = 50 – 49,85 = 0,15
Width = 50 – 49,8 = 0,2
Kemudian dihitung persentasenya :
Length = 0,15 : 50 x 100% = -0,3%
Width = 0,2 : 50 x 100% = -0,4%
Jadi dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa fabric mengalami kesusutan (shrinkage) untuk
length -0,3% dan width -0,4%. Jadi dalam membuat polanya perlu ditambah -0,3% untuk length nya
dan untuk width nya ditambah 0,4%. Begitu juga sebaliknya jika test shrinkage menunjukkan hasil
plus maka di pola nya akan di minuskan.
Fabric yang di spek test shrinkage ada dua jenisnya yaitu ada SY (shipping yard) fabric dan
bulk fabric. SY fabric merupakan fabric yang diukur shrinkagenya untuk kebutuhan sampel sehingga
yang dibutuhkan tidak sebanyak dengan bulk fabric. Sedangkan bulk fabric merupakan fabric yang
diukur shrinkagenya untuk kebutuhan produksi. Kuantiti yang dibutuhkan untuk shrinkage produksi
10% dari kedatangan roll fabric per colour.
Procedure test shrinkage for bulk fabric :
1. Cut bulk fabric from roll and send the fabric shrinkage to sample
Steps :
100% cotton + poliester/spandex
- register book store & write roll/yard on corner fabric bulk
- measure 1 yard
- cut use scissor
- 10% test shrinkage from roll fabric 1H
2. Register and relaxation after received shrinkage fabric from store
Steps :
- register book sample
- duration relaxation is 4 hours (100% cotton) for spandex 8 hours
- for spandex relaxation with spread for cotton half folded
3. Marking, template shrinkage and ironing
Steps :
- template use mould 50 x 50 cm
- ensure the shrinkage measurement 50 x 50 use metlin
- ironing process according with care label instruction
- ironing with normally press length direction
4. Relaxation after ironing
Steps :
- relaxation fabric after ironing for 4 until 6 hours
5. measure the shrinkage after relaxation
Steps :
- after relaxation measure use metline
- write the result on the fabric at corner side
6. Final measurement the result shrinkage fabric before release final pattern
Steps :
- measure the shrinkage fabric by pattern maker before release final pattern
- record the shrinkage bulk fabric on book fabric & bulk register on pattern maker side.
BAB IV
PATTERN FINISH

1.1 Pengertian Pattern Finish


Pattern finish merupakan salah satu bagian di departemen sample yang bertanggungjawab
dengan segala kebutuhan pattern/pola yang dibutuhkan di produksi. Pattern finish membuat duplikat
pola dari pola bulk yang sudah dirilis oleh pattern maker kemudian dibuat duplikatnya sesuai dengan
kebutuhan di produksi.
1.2 Job description pattern finish
Berikut ini adalah job description bagian pattern finish :
- membuat pattern produksi (finish) sesuai dengan pola yang sudah di approval oleh incharge sample
dan pattern maker.
- pattern yang akan dikirim ke sewing produksi harus ditandatangani oleh pattern finish dan pattern
maker.
1.3 Standar Operasional Produksi Pattern Finish
Pattern finish memiliki standar operasional dalam melakukan pekerjaannya. Berikut ini adalah
SOP dari pattern finish :
- Pattern finish memiliki line plan dari produksi yang diberikan oleh departemen IE. Line plan produksi
tersebut untuk memantau style yang akan jalan di produksi sehingga pattern finish dapat menyiapkan
pola untuk produksi terlebih dahulu sebelum jalan.
- Setelah melihat line plan, kemudian pattern finish memplotkan pola sesuai style yang dibutuhkan dan
dicetak di algotex (PA 5).
- Setelah marker pattern sudah siap, pattern finish membuat menduplikat pola tersebut pada kertas
karton.
- Terdapat beberapa pola spesial untuk memudahkan produksi yaitu pola sandwiching, pola button hole,
pola button down, pola cut neck hole, pola label, pola pocket placement dan pola spesial lainnya.
- Dengan adanya pola spesial tersebut diharapkan dapat memudahkan produksi dalam menjahit serta
dapat mengurangi tingkat kesalahan dalam proses produksi sewing.
1.4 Hubungan kerja dengan pattern maker
Pattern finish memiliki hubungan kerja dengan pattern maker berikut diantaranya :
- pattern finish selalu berkomunikasi dengan pattern maker terkait dengan pattern dan style yang akan
diproduksi.
- pattern finish akan menanyakan ke pattern maker jika terdapat ukuran/spec yang tidak singkron/sesuai
antara pola dengan tech pack bisa jadi terdapat update terbaru yang tidak diketahui oleh pattern finish
sehingga perlu dipastikan spec ukuran yang benar yang mana..
- pattern finish dan pattern maker harus menyamakan persepsi dan pendapat sehingga tidak terjadi
kesalahpahaman yang akan mengakibatkan sewing produksi mengalami kesulitan.
1.5 Kendala yang sering dialami pattern finish
Berikut ini adalah beberapa kendala yang pernah ditemui oleh pattern finish, diantaranya :
- saat style yang jalan di produksi tidak sesuai dengan line plan sehingga membuat pattern finish
kesulitan dikarenakan acuan pattern finish yaitu mengerjakan pattern sesuai dengan line plan yang
sudah tersedia.
- saat produksi meminta pattern finish tanpa memesan terlebih dahulu, sehingga bagian pattern finish
kesulitan, SOP nya bagian produksi harus memesan satu hari sebelumnya supaya bagian pattern finish
dapat menyiapkannya.
Berikut ini adalah beberapa pola-pola finish yang dibuat oleh pattern finish untuk departemen
produksi sewing :
1.) Special Front :
- Kerungan
- Grading front
- Button hole front
2.) Special pocket :
- Pola finish
- Pola potong
- Pola gosok
- Pola hemming
- Pola posisi pocket/ pola L
3.) Special collar :
- Pola sandwiching
- Pola make collar
- Pola T
- Pola potong
- Pola notcher
- Pola grading
4.) Special cuff :
- Pola make cuff
- Pola grading
5.) Special case :
- Gussed : gussed make, gussed finish make, gussed finish
- Dog house variasi
- Flap pocket : pola finish, pola make
- Lappel, facing
- Epaluet
6.) Pola sewing :
- Grading backyoke, sleeve, collar, cuff, panjang sleeve
- Dog house
- Pleat dog house
- Pola label
- Side pleat, box pleat
- Button hole neck, button down
7.) Pola cutting :
- Copy yoke
8.) Pola finishing :
- Shape bottom hem front
- Shape bottom hem back
- Shape collar
- Shape pocket
- Batas letak chest, waist, bottom
Pattern finish juga memiliki tugas untuk meng-plot pola finish untuk ke algotex dan
mengambilnya di GGT. Untuk cara meng plot nya adalah sebagai berikut :
1.) Sebelum memulai ngeplot pola pattern finish melihat line plan terlebih dahulu, untuk
menyesuaikan dengan jalannya produksi yang akan datang
2.) Membuka file pattern pada folder T lalu folder PUBLIC kemudian SAMPLE PA 3 kemudian
mencari file pola di folder pattern maker dan dicari Buyer yang akan di plot kemudian pilih BULK.
Setelah menemukan file yang dicari langsung di copy terlebih dahulu, di copy di folder pattern finish.
3.) Setelah di copy, buka file optitex dan mulai mengeplot pola finish yang dibutuhkan. Pola yang
dibutuhkan pattern finish adalah; front finish, back finish, yoke top, sleeve finish, collar finish,
neckband finish, dan cuff finish.
4.) Pola yang selain disebutkan diatas dihapus dengan cara shift+del (hapus secara permanen)
5.) Untuk mengeplot klik file kemudian arrange for plot kemudian ukuran di sesuai width : 56,
length : 0 kemudian OK.
6.) Kemudian klik plot (ctrl + L) kemudiian akan muncul question box. Pilih output Algotex kemudian
simpan file name di folder O kemudian folder Algotex kemudian folder Sample PA 3 kemudian
simpan di folder Pattern finish kemudian klik Save.
7.) Kemudian untuk scale X = 1 , Y = 1
8.) Kemudian klik OK.
9.) Folder otomatis sudah berpindah di tim algotex dan siap untuk dicetak.
Kemudian untuk mengeplot nest pattern (pola coklat) caranya hampir sama dengan algotex
hanya berbeda settingannya :
ukuran width : 44 , length = 58, karena ukuran kertasnya lebih kecil daripada marker sehingga perlu
ditata sesuai dengan ukuran kertasnya.
kemudian beri ceklist pada on working area
untuk output pilih cutboard cutter
simpan file di folder O kemudian test cutboard cutter kemudian Sample PA 3
Scale X = 0,9846 ; Y = 0,9846
Membuat pola pattern finish yang dibutuhkan untuk di plot :
1.) Pola cut neck hole
- Klik point pada ujung neck center front (pola front body)
- Klik grading table
- Klik stuck point
- Hilangkan ceklist pada Y
- Klik OK
- Kemudian di copy paste
- Tarik garis grainline dari atas dan samping ke arah garis neck
- Kemudian tekan enter lalu tekan shortcut 4 kemudian apply
- Kemudian tekan shortcut B sampai tulisan/nama keterangan pola pindah ke cut neck hole
- Kemudian tekan D klik point kemudian F2 diubah ke 0 derajat
- Kecilkan font size di piece properties dan diubah angle nya
- Untuk membuat cut neck hole dibutuhkan semua size caranya klik grading kemudian creat pieces for
selected size kemudian ceklist size yang ingin dibuat
- Kemudian klik OK.
2.) Pola ½ front
- Tekan shortcut C (cut) kemudian klik point yang ingin dipotong. Pola ½ front kira- kira turun 1 inch
dari batas kerungan (armhole)
- kemudian tekan F2
3.) Pola back
- Klik pola back body
- Kemudian pieces properties
- Kemudian tanda ceklist pada half dihilangkan
4.) Pola sleeve full
( Tidak ada yang perlu diubah)
5.) Pola ½ sleeve
- Tarik garis grainline/garis bantu posisikan pada garis center sleeve
- Kemudian tekan C (cut)
- Kemudian klik point ujung center sleeve
- Kemudian tekan F2 klik sampai arah ke bawah sleeve
- Pola yang dipakai sleeve bagian front, pola sleeve bagian back dihilangkan
6.) Pola collar
- Pola collar yang dibutuhkan adalah size basic dan size grading yang terbesar
- Klik pola collar finish
- Klik grading kemudian pilih create piece for selected size
- Klik size yang dibutuhkan yaitu base size (M/15.5) dan size paling besar
- Klik Ok
7.) Pola cut collar
- Copy pola collar dengan size terbesar
- Tekan shortcut S (add seam)
- Klik point ujung bawah collar sampai point bagian center collar
- kemudian isikan angka + ¼ (0.25)
- klik OK
- Tekan F5 untuk memunculkan garis seam allowance
8.) Pola neckband/collarband
- Pola neckband yang dibutuhkan adalah size basic dan size grading yang terbesar
- Klik pola neckband finish
- Klik grading kemudian pilih create piece for selected size
- Klik size yang dibutuhkan yaitu base size (M/15.5) dan size paling besar
- Klik OK
9.) Pola grading neckband/collarband
- Klik pola neckband
- Aktifkan gradingnya dengan menekan F4
- Pola grading neckband yang dibutuhkan tidak dimirorkan
- Klik neckband tekan shift+H
- Klik 2 kali point yang terletak pada ujung pola
- Klik grading table
- Kemudian stuck point dan klik OK
BAB V
SHIPMENT/PENGIRIMAN

Shipment merupakan salah satu bagian yang bertugas untuk mengirimkan sample yang sudah
siap dikirm ke buyer. Proses shipment bagian sample tidak jauh berbeda dengan departemen shipment
di produksi. Berikut ini adalah alur proses shipment di sample :
1. Trimming, setelah garmen selesai dijahit dilakukan trimming terlebih dahulu. Trimming merupakan
proses untuk membersihkan garmen dari sisa-sisa benang setelah proses sewing.
2. Cek QC, setelah di trimming dengan bersih kemudian di cek QC. Cek QC ini dilakukan untuk
mengecek kualitas hasil jahitan dan kesesuaian stitch dengan style yang telah ditentukan.
3. Pasang aksesoris, setelah di cek QC dipasang aksesoris garmen. Aksesoris garmen meliputi: hantag,
label, price, dll. Aksesoris yang digunakan sudah tertera pada techpack sehingga tinggal menyesuaikan
sesuai kebutuhan.
4. Ironing, setelah di cek QC kemudian dilakukan proses ironing. Proses ironing dilakukan dengan
sesuai ketentuan pada techpack atau menyesuaikan dengan karakteristik fabricnya. Masing-masing
fabric memiliki karakteristik yang berbeda sehingga dalam proses ironingnya juga berbeda.
5. Cek QC spek, setelah proses ironing dilakukan cek QC spek. Cek QC spek merupakan proses
pengecekan garmen untuk melihat kesesuaian spek/ukuran yang diinginkan oleh buyer. Cek QC harus
diukur dengan benar dan ukuran/ spek yang diukur harus sesuai dengan techpack atau sesuai batas
toleransi.
6. Review pattern maker, review pattern maker dilakukan setelah cek QC spek, pattern maker harus
mengecek kembali garmen yang sudah siap akan dikirim. Cara pattern maker dalam mereview garment
dilakukan fitting menggunakan dummy. Jika setelah di cek sudah sesuai garmen siap dikirim. Namun,
apabila ada yang tidak sesuai maka akan dilakukan repair.
7. Folding/hanging, setelah di review dan sudah sesuai dan siap untuk dikirim maka garmen sampel
dilakukan foldng/hanging. Folding dan hanging dilakukan sesuai dengan kebutuhan pada techpack, ada
buyer yang menginginkan sample di folding ada juga yang di hanging. Komponan yang akan
dikirimkan ke buyer yaitu sample garmen, techpack spec, dan foto saat fitting (jika dibutuhkan).
8. Diberikan kepada PPMC untuk dikirim, setelah melalui beberapa proses diatas, garmen sample siap
untuk dikirim. Proses pengiriman sample tidak sama dengan di produksi. Jadi sample garmen
diserahkan ke PPMC, tidak langsung di berikan ke bagian pengiriman produksi. Dikhawatirkan akan
mengalami kesalahpahaman apabila diserahkan ke produksi. Sehingga untuk proses terakhir dari
shipment di sample diberikan ke PPMC.
BAB VI
IE SAMPLE (INDUSTRIAL ENGINEERING)

IE ( Industrial Engineering) merupakan bagian departemen yang bertugas untuk membuat plan,
memonitoring jalannya produksi dan memantau. IE sample memiliki tugas- tugas sebagai berikut :
1. Membuat planning sample production
2. Memonitoring jalannya sample production
3. Mengontrol/memantau jalannya sample production agar sesuai dengan plan yang telah dibuat.
4. Membuat SMV (standar minute value), Standar minute value adalah waktu yang dibutuhkan untuk
membuat satu garmen
5. Selalu memfollow up pattern yang dibuat oleh pattern maker
6. Menghubungkan komunikasi antara pattern maker dengan PPMC.
7. Mengukur kinerja operator sewing sample, sesuai dengan SOP (standar operasional produksi)
operator per harinya mengisi LKH (Lembar Kerja Harian) untuk mengetahui berapa banyak output per
harinya. Target sewing sample produksi di PA 3 perhari nya tanpa over time 25-35 pcs.
8. IE sample bertugas menghitung (costing) konsumsi material fabric, thread, interlining, dll.
9. Membuat priority sample per harinya.
10. Mengupdate status perkembangan sample untuk dikirimkan kepada PPMC.
11. Jika terdapat sample yang keluar tidak sesuai dengan target maka IE sample akan melakukan
review terhadap tim sample yang meliputi sewing, cutting, dan pattern maker untuk mengetahui
penyebab/kendala yang mengakibatkan tidak sesuai dengan target.
12. Jika sample tidak sesuai target maka akan menyebabkan proses pengiriman mengalami delay,
sehingga membuat berkurangnya rasa kepercayaan buyer terhadap perusahaan sehingga harus tepat
waktu.
BAB VII
MEASUREMENT PATTERN

Mengukur pattern secara actual dan menggunakan optitex. Mengukur pattern yang actual
dilakukan untuk mengcross check kembali ukuran pattern yang dibuat apakah sudah sesuai atau belum
untuk mengurangi terjadinya kesalahan yang terlalu besar. Sebelum dipotong pola harus di cek
ukurannya. Macys ada 6 terdiri dari : INC, Clubroom, BAR III, Sun+stone, Alfani, Tasso Elba, dan
Karen Scoot.
Dalam mengukur spek pattern pada optitex dan actual berbeda caranya. Mengukur spek pattern
pada optitex dapat dilakukan menggunakan short cut 5 (measure length). Kemudian tekan titik point
satu hingga ke titik berikutnya pada bagian yang hendak diukur. Untuk mengukur spek pattern secara
actual dapat dilakukan dengan menggabungkan bagian body belakang dengan front kemudian di pas
kan garis center back bertemu dengan garis center front. Kemudian tandai batas allowance pada pola.
Ukur bagian yang hendak diukur yang sudah ditandai batas seam allowance nya.
Setelah diukur ukuran spek di cocok an dengan ukuran spek pada techpack. Biasanya ukuran
pada pola actual dengan ukuran pada techpack terdapat selisih tergantung dari besarnya presentase
shrinkage length dan width nya. Jadi, ukuran pada pola bisa minus atau plus dari ukuran yang tertera di
techpack. Oleh sebab itu, pattern maker juga harus membuat spek ukuran pola untuk diberikan kepada
QC yang terdiri dari 3 spek yaitu : spek techpack ( spek original), spek pattern ( spek ukuran +
persentase shrinkage + SOP pattern), kemudian yang terakhir spek before washing/after washing.
Untuk spek finish akan sesuai kembali dengan ukuran spek original atau spek yang ada di techpack.
Permintaan spek pada masing-masing buyer berbeda-beda ada yang point spek nya lengkap dan
ada yang spek nya tidak begitu lengkap. Untuk spek yang tidak begitu lengkap biasanya dari pihak
buyer akan mengirimkan blok pattern kepada pattern maker perusahaan sehingga hanya mengubah
ukuran dan pola sesuai style yang inginkan pada techpack.
Ukuran size spec pada pola/pattern biasanya ada yang minus dan ada yang plus dari ukuran
yang ada di techpack, hal ini dikarenakan hasil persentase shrinkage masing-masing fabric berbeda-
beda untuk bagian length dan width nya sehingga perlu adanya penambahan atau pengurangan ukuran
pada pola supaya pada saat garmen sudah selesai dan di cek hasil ukurannya/ size spec nya sesuai
dengan yang ada di techpack dan masih dalam batas toleransi.
BAB VIII
ISTILAH – ISTILAH GARMENT
Standart cutting
• Collar stripe = horizontal balance mengikuti grain line, dilihat dari instruksi buyer tentang
dominan stripenya
• Collar plaid = vertical horizontal balance (2 arah kain) mengikuti grainline balance block
repeat vertical horizontal (1 arah) mengikuti grainline
• Collar band = horizontal balance mengikuti grainline
• Top yoke = searah dengan collar (jika tidak ada request stripe dan plaid dibuat horizontal
balance mengikuti grainline
• Under yoke = bebas
• Front body = stripe dan plaid full matching
jika repeat plaid diatas 10 inch kanan kiri tidak matching
• Pocket = stripe dan plaid full matching
jika pocket ada dua di front dan ada permintaan bias, maka dibuat bias bebas, jangan di matchingkan
begitu juga dengan flap pocket sesuai dengan request buyer
• Sleeve = L/S : jika tidak ada permintaan, dibuat mirror (stripe dan plaid). Jika L/S tidak
ada standar matching dari buyer
S/S : plaid, horizontal balance mengikuti grainline
• Sleeve placket = bebas (jika tidak ada request dari buyer)
• Back body = searah dengan front body (stripe maupun plaid)
• Epaulet = horizontal balance (mirror) di shoulder
• Sleeve tab = bebas
• Welt pocket = bebas, tidak matching
• Front yoke = jika ada request bias, dibuat bias bebas
• Cuff = horizontal balance (stripe atau plaid) mengikuti grainline
• French seam = Front (CF) full matching horizontal balance mengikuti grainline. French
seamnya jangan di matchingkan tapi balance verticalnya bebas (jika tidak ada permintaan)
BAB IX
PENGENALAN OPTITEX

A. TOOLBAR/SHORT CUT PADA OPTITEX BESERTA FUNGSINYA

Draft (D) = untuk membuat garis/gambar


Move point (M) = untuk memindahkan titik/point
Add point (O) = untuk menambahkan point/titik (add point on countour)
Add seam (S) = untuk menambahkan allowance jahitan
Add point (Shift+O) = untuk menambahkan titik/point pada pola (add point)
Open file (Ctrl +O) = untuk membuka file yang ingin dibuka
Backspace (delete) = untuk menghapus garis atau pola tidak secara permanen
Shift + delete = untuk menghapus pola secara permanen tidak bisa dikembalikan lagi
Alt + backspace = undo
Shift + alt+backspace = redo
Ctrl + insert = copy
Shift + insert = paste
Measure (Ctrl+D) = untuk mengukur pola secara manual
Ctrl + M = untuk memindahkan lebih dari satu titik/point secara proportional
Align point (G) = untuk mengatur titik yang tidak sejajar atau tidak lurus (secara vertikal maupun
horizontal) menjadi sejajar atau lurus.
Fold out (ctrl+shift+F) = untuk membuka lipatan yang ditandai
Point to point fold = untuk melipat satu bagian di pola
Trace zone (shift+Z) = untuk membuat pecahan pola menggunakan zona (area) masing-masing.
Wave = untuk membuat garis pola dengan bentuk gelombang contohnya untuk
membuat pola shape armhole sleeve
Remove seam (shift+S) = untuk menghapus seam/allowance pada pola
Cut seam angle = untuk memotong sudut jahitan/allowance pada pola
Paste seam = untuk meletakkan atau menampilkan seam yang sudah dicopy ke bagian pola
yang lainnya
Dart (ctrl+alt+D) = untuk memberikan tanda dart/kupnat pada pola
Round corner = umtuk membuat sudut pola yang awalnya berbentuk siku menjadi bulat
B. MEMBUAT PATTERN MENGGUNAKAN OPTITEX

Sebelum membuat pola, pattern maker harus menganalisa styling sesuai dengan permintaan
buyer terlebih dahulu. Maka dari itu pattern maker harus mengetahui bagian/panel yang terdapat dalam
satu garment. Panel tersebut antara lain :
1. Back body
2. Yoke
3. Front kiri
4. Front kanan
5. Front placket
6. Sleeve
7. Cuff
8. Top sleeve
9. Collar dan collar band
10. Pocket

Dalam pembuatan pattern, terdapat tahapan-tahapan pengerjaan pattern yang mutlak harus
dilakukan secara berurutan, yaitu :
A. BASIC PATTERN

1. Back body panel


Langkah - langkah :
Piece – new piece – creat a rectangural piece

Lenght = Back length (CB) + Back neck drop


Widht = ¼ ukuran badan terbesar (chest)
A – A' = Back neck drop
A – A” = ½ back neck width
D – D' = shoulder slope
beri garis bantu vertical
A' – D' = ½ across shoulder
beri garis bantu horizontal, titik koordinat dari garis bantu shoulder slope dan accros shoulder
merupakan letak point across shoulder yang sesungguhnya.
D – E = ½ armhole – 1 ½
letak across back ½ D' – E (jika tidak terdapat keterangan across back position
C – G = shirt tail
letak waist ½ E – G jika tidak terdapat keterangan waist position from HPS
beri poin 2 inch setelah point B berfungsi untuk mengunci bentuk pada bottom hem.
A' – J = Back yoke depth kemudian tarik garis lurus
O – O' = turun ½
posisi D' naik ½, perpindahan dari pengurangan pada O – O'
Copy bagian back body yang sudah terpotong dengan yoke ( Ctrl + B)

2. Back
yoke
Berdasarkan pola back yang telah dipotong, yoke hanya diubah arah baselinenya saja, karena
posisi yoke pada pattern dan garment dibuat berlawanan arah dengan arah back body. Pada garis across
shoulder dinaikkan sesuai jatuhnya untuk ukuran forward shoulder. Menaikkan garis shoulder tidak
boleh merubah ukuran sebelumnya. Geser paralel menggunakan ctrl + shift + M.

3. Front body panel

Copy pola dari

across shoulder dan potongan yoke pada pola front Geser secara paralel garis shoulder kebawah sebesar
ukuran forward shoulder (ctrl + shift + M).

4.

Sleeve
Langkah – langkah :

buat new pieces dengan ukuran :


A – B = Sleeve length fr CB – ½ across shoulder – cuff height
B – C = ½ upperarm at armhole

D – D' = sleeve cap height


B – C' = sleeve opening + seam allowance – (top sleeve placket + under) + pleat : 2
E = elbow position = ( A – B) + sleeve cuff height : 2
F = forearm position from bottom of sleeve – sleeve cuff height

Beri shape pada armhole untuk bagian front dan back sesuai ukuran armhole around ditambah ¼.
Penambahan ¼ pada armhole around di sleeve adalah stay stitch. Fungsi stay stitch adalah untuk
mempertahankan shape armhole sesuai pola sehingga tidak mudah mulur.

Kemudian buka sleeve menjadi satu sleeve utuh menggunakan shift + H. Buat shape armhole pada
bagian back. Beri tanda dye cut pada sleeve back dibagian sleeve opening, ¼ dari ukuran cuff opening
dari tepi sleeve. Ukuran length dye cut diperoleh dari top sleeve placket length – box stitch + 1/8 .
Beri tanda letak pleat dengan tanda notch. Setelah proses selesai copy bagian sleeve menggunakan ctrl
+ B.
Fungsi pemberian tanda dye cut untuk sebagai tanda belahan sleeve, sebagai petunjuk potongan, dan
fungsi tanda untuk mengurangi proses diproduksi.

5. Cuff
Langkah – langkah :
Buat new pieces dengan ukuran :
Length = ½ cuff opening (edge to edge) / overall length
width = cuff height
Bentuk shape cuff sesuai ketentuan pada techpack. Kemudian di half.

Beri garis bantu dari A naik 1 3/8 sebagai button and button hole placement.
Beri garis bantu dari A – C mundur ½ sebagai button placement pertama kemudian ¾ sebagai button
placement kedua.
Standar posisi button dan button hole di cuff =
buttonhole cuff dari tepi adalah lebar sleeve placket : 2 – 1/8
button cuff dari tepi adalah lebar sleeve placket :2
6. Sleeve placket dan under placket

Langkah – langkah :
buat new pieces dgn ukuran length = sleeve placket length
witdh = ½ sleeve placket witdh

A = box
stitch ; B =
1/3 box
xtitch
(sesuai

styling) kemudian di half.


Buat new pieces untuk under placket dengan ukuran top sleeve placket length – box stitch
kemudian join pieces antara top sleeve placket dan under sleeve placket.

8. Collar band

Langkah – langkah :

buat new
piece
dengan
ukuran :
length
= ½ neckband length + ½ front placket
width = neckband height + ¼

beri garis bantu horizontal dengan jarak masing-masing ¼ kemudian bentuk shape yang bagus pada
keliling collar band. Beri perintah half agar collar band terbuka.
9. Collar

Langkah – langkah :

Buat new

pieces dengan ukuran :


length = ½ V to V (½ neckband – ½ tie space – ½ front placket)
witdh = collar height + collar depth (½)

C – C' = collar depth naik ½


A – B = ½ collar spread – ½ tie space – collar depth
C' – B' = collar point
tarik garis lurus dari point C' sampai B' melewati point B bentuk shape yang bagus kemudian half

10. Pocket
Langkah – langkah :
buat new pieces dengan ukuran :
length = pocket length
witdh = pocket width
Bentuk sudut round pada pocket dengan radius 11/16 atau sesuai dengan ketentuan style pada techpack.

11. Pocket placement

Letakkan garis bantu vertical dan horizontal pada neck seam.


Ukur garis bantu vertical dan horizontal sesuai permintaan buyer.
Template pocket pada body sesuai dengan titik koordinat dari garis bantu.
Kemudian copy pocket ke dalam body dengan cara :
Klik design – piece to hole – copy piece to hole with internal), klik pocket dan hilangkan tanda
centang pada perintah hole.

Anda mungkin juga menyukai