Judul Kegiatan Belajar (KB) 1. Perencanaan Produksi
2. Persiapan Produksi 3. Pembuatan Busana Industri 4. Penyelesaian Akhir No Butir Refleksi Respon/Jawaban 1 Daftar peta konsep (istilah KB. 1 Perencanaan Produksi dan definisi) di modul ini 1. Divisi sampel garmen : divisi yang bertanggung jawab dalam proses pembuatan dan pengembangan sampel yang sangat penting. 2. Sampling : proses dimana pabrik mengembangkan sempel garment sesuai dengan desain tertentu dari buyer. 3. Proto Sample 4. Fit Sample : sample referensi pertama yang dikirim kebuyer yang kemudian diapproved menjadi PP Sample, yang nantinya buat acuan dalam membuat sample untuk Test Pattern dan selanjunya. 5. Counter Sampe : Semua jenis sampel dikirim ke Buyer, diambil salinan yang sama di pabrik untuk referensi di masa depan 6. Pre Production Sample : sample yang telah dapproved oleh buyer, sample ini akan menjadi acuan di bagian production. 7. Pattern : Sample pertama yang dibuat pertama untuk uji pattern yang di produksi 8. Size set sample : sample per size yang dibuat untuk membantu pengecekan semua size ketika melakukan Pre Production Meeting. 9. In Line Sample : sample yang mempesentasikan produksi massal di line sewing. 10. Marketing sample dibuat untuk dipajang di show room ritel. 11. FPP sample: yang dihasilkan dari revisi pattern / pola jika ada 12. Shipment sampel : sampel yang mencerminkan apa yang akan diterima pembeli hingga QC, termasuk pelipatan, penandaan, pengemasan, pelabelan, dan pengemasan akhir. 13. Pesanan pembelian : dokumen tertulis yang mencakup spesifikasi produk, harga produk (FBO), jumlah pesanan total, ukuran break – up, instruksi pengepakan dan alamat pengirim. 14. Lembar spesifikasi : dokumen yang berisi tentang detail kontruksi produks, diagram atau sketsa teknis produk, pengukuran produk. 15. Lembar spesifikasi : cetak biru suatu produk, kadang – kadang disebut sebagai paket teknis atau paket teknologi, dan harusselengkap mungkin dan mencakup semua aspek produk, termasuk paket dan pelabelan. 16. Pengukuran kerja : metode penetapan kesimbangan antara kegiatan manusia yang dikontribusikan dengan unit output yang dihasilkan (Wignjosoebroto,2000:169) 17. Metode studi : merupakan teknik pengukuran kerja secara kuantitatif yang paling pupuler. 18. Studi waktu : merupakan metode pengukuran kerja secara kuantitatif dengan mempertimbangkan peneyesuaian faktor kecepatan atau rantig faktor (RF) yang akan digunakan sebagai standar bagi organisasi secara keseluruhan (Handoko,1999:196) 19. Rating faktor : angka koefisien yang digunakan dalam pengukuran wwaktu standar agar diperoleh waktu standar yang sama bagi pekerja yang mempunyai kecepatan dibawah rata- rata. 20. Standar produksi : jumlah waktu yang diperlukan untuk melaksanakan suatu tugas atau kegiatan apabila operator terlatih yang bekerja dengan kecepatan normal dengaan menggunakan metode yang telah ditetapkan Schroeder (1994:141). 21. Standarisasi : proses penyusunan, pelaksanaan dan pengawasanpemakaian standar. 22. Standar waktu proses : Jumlah waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan suatu pekerjaan atau bagian dari pekerjaan itu. 23. Biaya istiah keuangan : pengorbanan sumber – sumber daya yang akan diadakan untuk mendapatkan keuntungan atau mencapai tujuan dimasa datang (ArmanHakim,2006:172) 24. Biaya langsung : biaya yang berhubungan langsung dengan kegiatan operasi / produksi. 25. Biaya bahan baku langsung : biaya pengadaan kain. 26. Biaya Tenaga kerja langsung : biaya untuk pengupahan tenaga kerja disektor produksi seperti tenaga pembuat pola (pattern maker), pemotongan (cutting), dan penjahitan (sewing) 27. Biaya tidak langsung : biaya yang tidak berhubungan langsung dengan kegiatan opersi/produksi. 28. Biaya tenaga kerja tidak langsung : upah tenaga kerja nonsektor produksi seperti tenaga cleaning service, satpam, maintenance. 29. Analisis Titik Impas atau Break Even Poin : merupakan suatu titik atau keadaan dimana perusahaan dalam operasinya tidak mendapatkan keuntungan dan tidak menderita kerugian. 30. Sales price / pcs : harga jual produk per 1 satuan (pcs). 31. Net sales : tingkat penjualan yaitu perkalian antara jumlah produk terjual dengan harga jualnya. 32. Tingkat pengembalian modal investasi (Return on Investment/ROI : modal investasi yang kembali pertahun. 33. Tingkat penngembalian aset (Return on Asset/ROA) : tingkat pengembalian atau keuntungan yang diperoleh dari setiap unit aset yang digunakan. 34. Tingkat pengembalian modal (Return on Equity/REO) : tingkat pengembalian atau keuntungan yang dipeoleh dari setiap unit modal yang disetorkan/digunakan dalam suatu bisnis. 35. Kesehatan kerja : suatu ilmu yang penerapannya untuk meningkatkan kualitas hidup tenaga kerja melalui peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit akibat kerja yang diwujdkan melalui pemeriksaan kesehatan, pengobatan dan asupan makanan yang bergizi. 36. Keselamatan kerja : sarana uaa untuk pencegahan kecelakaan, cacat dan kematian sebagai akibat kecelakaan kerja. 37. K3 : suatu ilmu pengetahuan dan penerapan guna mencegah kemungkinan terjadinnya kecelakaan dan penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan kerja. 38. Kecelakaan : kejadian yang tak terduga dan tak diharapkan. 39. Alat Pelindung Diri (APD) : merupakan kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja sesuai bahaya dan resiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan orang sekelilingnya.
KB.2 Persiapan Produksi .
1. Plotter : printer besar yang mampu mencetak hasil pola sesuia ukuran. 2. Paralel line : digunakan untuk membuat / menambahkan garis paralel/sejajar dengan garis yang ada. 3. Kolom pertama : jarak garis pertama / garis acuan ke garis kedua 4. Kolom kedua : jumlah garis yang akan ditambahkan. 5. Kolom ketiga : jarak antara garis kedua dengan garis ketiga, keempat dan seterusnya. 6. Ukuran Standar : ukuran tanpa mengukur tubuh pemakai. 7. Tujuan grading : untuk menciptakan pola dalam ukuran standar yang berbeda yaitu besar,sedang dan kecil atau ukuran standar lainnya misalnya ukuran 10,12,14, dan16 atau ukuran S, M, L, XL, XXL. 8. Marker : proses mengatur peletakan komponen pola yang terdiri beberapa ukuran busana untuk memproduksi satu model busana dalam satu hamparan untuk proses pemotongan bahan agar mendapatkan efisiensi penggunaan bahan dan kesesuaian motif. 9. Penataan pola : kebenaran arah serat sesuai desain dan selanjutnya baru memikirkan efisiensi penggunaan bahan. 10. Solid marker : merupakan penataan pada posisi bebas (arah lusi, pakan, maupun serong) tidak menjadi pertimbangan. 11. One Way Marker : cara penataan pola satu arah 12. Two Way Marker : penataan pola dapat dilakukan dua arah. 13. One Each Marker : penataan pola dua arah tetapi hasil dalam satu pakaian akan satu arah. 14. Special Marker : penataan pola dengan posisi khusus yang disebabkan oleh kualitas kain yang mempunyai cacat konsisten. 15. Spreading : proses penggelaran kain dengan panjang tertentu lembar demi lembar hingga kain menjadi tumpukan kain yang siap dipotong (cutting) 16. Proses spreading : untuk menghasilkan komponen –komponen pola sesuai dengan desain dengan jumlah tertentu berdasarkan jumlah order dalam satu kai atau beberapa kali pemotongan bahan. 17. Numbering : proses penomoran / pemberian tanda setiap cutting pieces yang disesuaiakan dengan jumlah layer yang telah di spreading. 18. Bundling : proses pengikatan dan pemberian keterangan / informasi atau data pada komponen – komponen pakaian sesuai dengan bagiannya sesudah dilakukan pemotongan (cutting) 19. Tujuan bundling : untuk mempermudah membedakan bagian – bagian potongan komponen pakaian maupun size. KB.3 Pembuatan Busana Industri 1. Sistem produksi secara umum : integrasi penangan bahan, proses produksi,personl, dan peralatan yang mengarahkan alur kerja dan menghasilkan produk busana. 2. Progressive Bundle System (PBS) : sistem produksi yang bersifat tradisional,sistem ini masih digunakan hingga saat ini, karena prosedurnya sederhana. 3. Unit Production System (UPS) : merupakan sistem produksi dengan pemindahan komponen busana secara otomatuis dari satu workstation beriktnya menggunakan sistem transprtasi overhead yang terkomputersasi. 4. Modular Productyion System (MPS): merupakan sistem dengan melibatkan kerja kelompok 4-17 orang operator. 5. Pelaksanaan produksi : assembling (perakitan) komponen sehinngga terwujud produk busana 6. Peta assembling : merupakan suatu diagram yang menggambarkan langkah – langkah proses penggabungan komponen busana dan kegiatan lain yang mendukung dari awal sampai akhir yang dilengkapi dengan informasi – informasi yang diperlukan untuk analisa lebih lanjut. 7. Kegiatan persiapan : urutan proses operasi dari masing – masing komponen sebelum dilakukan assembling. 8. Kegiatan penggabungan : urutan proses penggabungan dari komponen – komponen yang telah disiapkan menjadi busana. 9. Produksi busana secara indusri : proses mewujudkan prodk busana sesuai dsain dan ukran yang telah ditetapkan.
KB. 4 Penyelesaian Akhir
1. Label : merupakan salah satu media informasi kepada konsumen akan identitas prdukan prdusen suatu busana. 2. Cara label : merupakan petunjuk bagaimana teknik merawat busana baik dalam teknik pencucian ( cuci basah maupun kering), pengelantangan, pengeringan,hingga penyetrikaan. 3. Size label : berisi informasi ukuran busana trsebut sesuai dengan ukuran yang dikenal di negara tempat busana tersebut dipasarkan. 4. Hang tag : merupakan media informasi yang tergantung pada busana yang dapat berisi informasi tentang merk dagang, penggunaan, spesifikasi atau pengelompokkan jenis produk, kandungan, perlakukan atau komposisi khusus pada bahan baku yang ditambahkan, ataupu harga jual produk. 5. Pengepresan : proses pengubahan struktur geometrik kain dengan memberikan perlakuan dengan menggunakan panas, uap, maupun tekanan secara terkendali. 6. Pelipatan suatu produk garmen : dimaksudkan supaya efisien dalam pengepakan,menarik konsumen manakala didisplay dishowroom, dan dapat diterima konsumen dalam keadaan baik (tidak kusut). 7. Pengemasan : bagian penting dari produk, yang harus mendapat banyak perhatian. 8. Pengendalian kualitas : merupakan usaha untuk menjamin agar produk yang dihasilkan sesuai dengan standar yang ditetapkan sehingga dapat memuaskan pelanggan. 9. Pengendalian kualitas kain : memastikan kualitas kain berada dalam batas – batas toleransi yang diberikan pembeli / pmesan garmen sebelum diproses menjadi produk masal 10. Pengendalian kualtas pemotongan kain : pemeriksaan step proses pemotongan meliputi kain yang digelar. 11. Pengendalian kualitas penjahitan : memastiakan komponen potongan kain telah sesuai dengan sample dan toleransi dan memastikan hasil jahitan telah sesuai dengan standar yang ditetapkan. 12. Pengendalian kualitas akhir : merupakan bagian pengendalian kualitas yang mengevaluasi hasil pekerjaan secara keseluruhan 13. Mayor defect : merupakan cacat dari suatu produk garment yang mengakibatkan penurunan kualitas menjadi kualitas kedua. 14. Minor defect : cacat dari suatu produk garmen yang masih masuk dalam ambang toleransi sehingga tidak menimbulkan keluhan dari konsumen. 2 Daftar materi yang sulit 1.Analis Time Study dipahami di modul ini 2. Persiapan pembuatan pola menggunakan CAD 3.Teknik penyusunan peta perakitan komponen busana secara industri 4. Teknik pengepresan
3 Daftar materi yang sering 1. Penetapan harga jual
mengalami miskonsepsi 2. Pola dan grading menggunakan CAD 3. Alur pelaksanaan produksi busana secar industri 4. Pengendalian kualitas