KB 2 BENANG TEKSTIL
13. Benang (Yarn) : jajaran serat yang
disatukan melalui proses pemintalan
(spinning), memiliki pilinan (twist) yang
menyebabkan serat serat tersebut satu
dengan
lainnya saling berkaitan secara kontinue
membentuk benang.
14. Benang Pintal (spun yarn) : berasal
dari serat staple
15. Benang Filamen (filament yarn) :
berasal dari serat berbentuk filament.
16. Benang Carded : benang garu (kasar)
dari hasil proses carding
17. Benang Combed : benang sisir (halus)
dari hasil proses combing
18. Benang Open End : benang dari hasil
akhir proses pembuatan benang
19. Benang Jet Spining, : benang dari
hasil pemintalan
20. Benang bertwist tinggi (high twist) :
untuk membuat kain crepe
21. Benang tekstur (textured yarn) ,
misalnya untuk pembuatan kain
georgette
22. Benang Rajut/knitting : digunakan
untuk membuat kain rajut
23. Benang Jahit (sewing thread) : yaitu
digunakan untuk menjahit
24. Benang Lusi/warp : yaitu benang yang
berfungsi sebagai benang lusi saat
proses penenunan
25. Benang Pakan/weft : benang yang
berfungsi sebagai benang pakan saat
proses penenunan
26. Benang Tunggal (single yarn) : produk
yang dihasilkan oleh mesin pintal dengan
jalan memintal serat tekstil yang pendek
atau benang satu filament atau memilin
dua atau lebih filament
27. Benang Rangkap (double yarn) : yaitu
benang yang dibuat dari dua atau lebih
benang tunggal yang disejajarkan dan
tidak dipintal benang yang dibuat dari
dua atau lebih benang tunggal yang
disejajarkan dan tidak dipintal.
28. Benang Gintir (ply yarn) : yaitu benang
yang dibuat dari dua atau lebih benang
tunggal yang dipintal bersama.
29. Benang kepang (cable yarn) : benang
yang diperoleh dengan memintal paling
sedikit dua benang gintir atau memintal
satu atau lebih benang gintir dengan satu
atau lebih benang tunggal.
30. Benang twist arah S : twist yang arah
membukanya ke kiri (berlawanan
arah jarum jam).
31. Benang twist arah Z : twist yang arah
membukanya ke kanan (searah jarum
jam).
32. TPM (Twist Per Meter) : banyaknya
twist pada benang setiap panjang satu
meter. Satuan ini biasanya digunakan
untuk benang-benang filament.
33. TPI (Twist Per Inch) : banyaknya twist
pada benang setiap panjang satu inch.
Satuan ini biasanya digunakan untuk
benang-benang spun.
34. Benang halus (fine count)
35. Benang kasar (coarse count)
36. Penomoran cara kapas (Ne1) :
penomoran menurut cara Inggris.
37. (PBTL) : Panorama Benang secara Tidak
Langsung
38. (PBL) : Panorama Benang secara
Langsung
39. POUND : Satuan berat yang
digunakan.
40. YARD : satuan panjang yang di gunakan
KB. 3 BAHAN TEKSTIL
41. Bahan tesktil : barang/benda yang
bahan bakunya berasal dari serat tekstil
yang dipintal menjadi benang dan
kemudian dianyam/ditenun atau dirajut
menjadi kain yang setelah dilakukan
penyempurnaan digunakan untuk
bahan baku produk tekstil (busana dan
lain-lain).
42. Non Woven : kain yang dibuat dari
benang kemudian ditenun atau dirajut
menjadi kain dan kain yang dibuat
langsung dari serat dengan system
kempa/pressing.
43. Kain : lembaran tekstil yang merupakan
bahan utama untuk pembuatan busana
yang dapat diperoleh dengan cara
menenun (weaving), merajut (knitting),
dan non woven
a. Kain Cotton : kain yang terbuat
dari serat kapas.
b. Kain Rayon : kain yang terbuat
dari serat rayon
c. Kain TR : kain yang komposisinya
terdiri dari tetoron dan rayon
d. Kain TC : kain yang komposisinya
terdiri dari tetoron dan katun
e. Kain Wool : kain yang terbuat dari
serat wool
f. Kain Sutera : kain yang terbuat
dari serat sutera
42. Weaving : menenun/menyilangkan
43. Benang lusi (warp) : benang yang
sejajar dengan pinggir kain
44. Benang pakan (weft, filling) : benang
yang tegak lurus terhadap pinggir kain.
45. Kain Rajut (Knitted fabric) : kain yang
dibuat dengan cara membentuk jeratan
dengan alat yang terdiri dari jarum-jarum
rajut (mesin rajut), atau jenis kain yang
diperoleh dengan cara merajut (knitting)
sehelai benang atau lebih sehingga
terbentuk jeratan (loops).
46. Kain Tule : kain yang dibuat dari sutera
asli, sutera tiruan, wol atau nilon, dan
pada umumnya bukan dari bahan kapas.
47. Kain Jala : kain yang dibuat dengan
cara mengikatkan benang satu sama
lainnya.
48. Kain berlapis : kain yang diperoleh
dengan menyatukan dua lembar atau lebih
dengan perekat atau pelapisan foam plastik
atau sheet.
49. Kain tidak ditenun (non woven fabric)
: kain yang dibuat dengan cara
pengepresan seratserat ke dalam bentuk
lembaran dengan bantuan perekat atau
plastik,
atau dapat juga dibuat dengan mengempa
langsung seratnya, contohnya kain kempa.
50. Trimfit, : tidak mudah kusut, memiliki
stabilitas bentuk yang baik, tidak perlu
disetrika, lebih cepat kering dibanding
bahan yang terbuat dari
100% cotton
51. Quick Dry : menyerap keringat dengan
cepat dari permukaan kulit dan kemudian
difusikan keluar melalui serat kapas dan
keluar melalui serat kain
52. Spandex : daya elastisitas kain bisa
mencapai 4-7 kali dari panjang
normalnya dan kembali ke ukuran normal
jika tarikan dihilangkan
53.Thermotron : fungsi kain yang mampu
mengubah sinar UV dari matahari menjadi
panas, mengumpulkan dan mengatur
panas dari
tubuh sehingga akan tetap terasa hangat
dan bahan ini cocok untuk jaket.
54. Pemilihan Bahan Pelapis (Underlying) :
bahan yang ditambahkan pada
pembuatan busana berupa kain yang
terletak dibawah atau dibelakang bahan
utama.
55. Lapisan Bawah (Underlining) : bahan
pelapis yang terletak di bagian bawah
(bagian buruk) bahan utama pakaian
(Garment fabric) biasa disebut lapisan
bawah atau lapisan pertama
56. Lapisan Dalam (Interfacing) : bahan
pelapis yang lebih kokoh dari lapisan
bawah yang dipergunakan untuk
menguatkan dan memelihara bentuk
pakaian.
57. Lapisan Antara (Interlining) : bahan
pelapis lembut dan ringan yang diletakkan
diantara interfacing dan lining pada suatu
pakaian untuk memberikan rasa hangat
selama dikenakan.
58. Bahan Pelapis (Lining) atau biasa
disebut furing : bahan pelapis yang
memberikan penyelesaian yang rapi, rasa
nyaman, kehangatan, kehalusan terhadap
kulit, biasanya disebut bahan pelapis
terakhir (furing) karena merupakan
penyelesaian terakhir pada pembuatan
busana untuk menutupi bagian dalamnya.