Anda di halaman 1dari 5

Nama : Nurul Hidayah

NIM : 08020322065
Kelas : Manajemen 3C

Tugas Manajemen Operasi Ke-2


1. Tahap-tahap yang khas diikuti oleh perusahaan dalam mengembangkan produk baru
adalah pengembangan konsep, disain produk, dan testing
1) Pengembangan konsep
Tahap ini berkenaan dengan pengembangan ide dan evaluasi atas
alternative ide-ide atas produk baru. Selama dalam proses ini beberapa konsep
produk baru akan dimunculkan dan dievaluasi. Diantara beberapa disain
konsep yang dipertimbangkan dan dievaluasi ini satu akan dipilih untuk tahap
berikutnya. Keputusan untuk meneruskan ke tahap disain produk memerlukan
persetujuan manajemen level puncak.
2) Desain produk
Tahap ini berkenaan dengan perancangan fisik dari produk baru. Pada
awalnya perusahaan memiliki ide yang umum atas produk apa yang akan
dibuat, tetapi tidak terlalu spesifik. Pada akhir tahap disain produk, perusahaan
telah menyusun spesifikasi produk dan gambar rekayasanya dengan cukup
detil dan prototype produk dapat dibuat dan diuji.
3) Testing
Produk-produk yang kompleks memerlukan testing atas prototype
produksi sebelum mereka benar-benar diproduksi. Beberapa produk kompleks
yang meliputi notebook, pesawat terbang, mobil, atau produk makanan dan
berbagai macam produk yang lain. Selama tahap ini, proses untuk produksi
difinalisasi.

2. QFD konsep, adalah suatu sarana yang digunakan untuk mengkaitkan kebutuhan
konsumen yang didefinisikan oleh konsumen ke spesifikasi tehnik.
QFD berguna dalam menterjemahkan bahasa asli yang berasal dari konsumen ke
kebutuhan tehnis yang dipahami oleh para ahli engineer.
QFD juga memudahkan kooperasi antar fungsi pemasaran, rekayasa dan manufaktur.
Informasi tentang keinginan dan kebutuhan konsumen ini merupakan dasar untuk
penyusunan matrik yang dikenal dengan sebutan “house of quality matrix”.
3. Performance Measures for Development Projects
PERFORMANCE MEASURES IMPACT ON
DIMENSION

Time to market Frequency of new Responsiveness to


product introductions customers/competitors
Time from initial concept Quality of design-close to
to market introduction market Frequency of
Number started and projects-model life.
number completed
Actual versus plan
Percentage of sales
coming from new
products.
Productivity Engineering hours per Number of projects-
project freshness and breadth of
line
Cost of materials and
Frequency of projects-
tooling per project
economics of
Actual versus plan.
development.
Quality Conformance-reliability in Reputation-customer
use loyalty
Relative attractiveness to
Design-performance and
customers market share
customer satisfaction Yield- Profitability-cost of
factory and field. ongoing service.

4. Analisis proses dalam perusahaan manufaktur furnitur:


1) Langkah 1: Identifikasi Proses
Identifikasi proses produksi utama dalam pembuatan furnitur, seperti
pemilihan bahan, perancangan, pemotongan, perakitan, pengecatan, dan
pengemasan.
2) Langkah 2: Dokumentasi Proses
Dokumentasikan setiap langkah dalam proses produksi furnitur, termasuk
urutan kerja, jenis bahan yang digunakan, alat-alat dan mesin yang digunakan,
serta tenaga kerja yang terlibat.
3) Langkah 3: Pemetaan Aliran Nilai
Buat peta aliran nilai untuk mengidentifikasi waktu dan sumber daya yang
terbuang dalam proses produksi. Contoh, adakah penumpukan bahan di satu
langkah yang membuat produksi menjadi lambat?
4) Langkah 4: Pengukuran Kinerja
Mengukur berbagai aspek kinerja, seperti tingkat keluhan pelanggan terhadap
kualitas furnitur, tingkat pemotongan bahan yang gagal, dan waktu yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan setiap furnitur.
5) Langkah 5: Analisis Data
Analisis data yang dikumpulkan untuk mengidentifikasi masalah atau peluang
perbaikan. Misalnya, jika tingkat pemotongan bahan yang gagal tinggi, Anda perlu
memeriksa prosedur pemotongan dan pelatihan operator.
6) Langkah 6: Identifikasi Perbaikan
Identifikasi perbaikan yang mungkin diterapkan, seperti peningkatan pelatihan
tenaga kerja, penggunaan bahan yang lebih berkualitas, atau perubahan dalam
prosedur perakitan untuk meningkatkan efisiensi.
7) Langkah 7: Implementasi Perbaikan
Terapkan perbaikan yang diidentifikasi dalam langkah sebelumnya. Misalnya,
jika Anda menemukan bahwa operator membutuhkan pelatihan tambahan dalam
perakitan, atur pelatihan yang sesuai.
8) Langkah 8: Pengukuran Kembali Kinerja
9) Setelah perbaikan diimplementasikan, kembali mengukur kinerja untuk
memastikan bahwa perubahan telah memberikan hasil yang diharapkan. Perhatikan
apakah tingkat keluhan pelanggan menurun dan efisiensi produksi meningkat.
10) Langkah 9: Pemeliharaan Berkelanjutan
11) Lanjutkan pemantauan dan pemeliharaan berkelanjutan terhadap proses produksi
furnitur untuk memastikan efisiensi dan kualitas tetap terjaga. Lakukan perbaikan
lebih lanjut jika diperlukan.
Melalui analisis proses ini, perusahaan manufaktur furnitur dapat meningkatkan
efisiensi produksi, mengurangi limbah, dan meningkatkan kualitas produk, yang pada
akhirnya akan meningkatkan kepuasan pelanggan dan profitabilitas perusahaan.

5. Tipe-Tipe Proses Produksi


a. Proses Multistage
Proses yang multi tahap bisa terdapat penyangga (buffering) didalamnya.
Penyangga ini bisa berupa area penyimpanan antar tahap dimana output dari satu
tahap ditempatkan untuk digunakan pada tahap lanjutannya. masalah potensial
yang akan muncul adalah blocking dan starving.
b. Proses Multistage dengan Buffer
Suatu pendekatan dalam manajemen rantai pasokan dan produksi di mana
produksi dibagi menjadi beberapa tahap atau langkah yang saling terkait, dan
antara setiap tahap terdapat buffer (penyimpanan sementara) yang memungkinkan
untuk mengatasi fluktuasi permintaan atau kelambatan dalam tahap produksi
tertentu. Pendekatan ini digunakan untuk meningkatkan efisiensi produksi,
mengurangi waktu tunggu, dan mengoptimalkan penggunaan sumber daya.
Beberapa karakteristik dari Proses Multistage dengan Buffer adalah:
1. Pembagian Tahap: Produksi dibagi menjadi beberapa tahap atau langkah yang
saling terkait. Setiap tahap memiliki fungsi khusus dalam proses produksi.
2. Buffer: Antara setiap tahap, terdapat buffer atau penyimpanan sementara.
Buffer ini dapat berupa stok bahan baku, stok produk dalam proses (WIP),
atau area penyimpanan khusus.
3. Aliran yang Teratur: Produk dipindahkan dari satu tahap ke tahap berikutnya
sesuai dengan kebutuhan produksi, tanpa terlalu banyak tergantung pada
kondisi langsung di tahap sebelumnya.
4. Fleksibilitas: Buffer memberikan fleksibilitas untuk mengatasi fluktuasi
permintaan atau masalah produksi yang tidak terduga. Ini dapat membantu
mencegah gangguan dalam aliran produksi.
5. Optimasi Sumber Daya : Buffer dapat membantu dalam pengelolaan sumber
daya secara lebih efisien, karena tidak selalu diperlukan untuk menjalankan
setiap tahap pada kapasitas penuh sepanjang waktu.
6. Pengurangan Waktu Tunggu: Dengan adanya buffer, waktu tunggu antara
tahap-tahap produksi dapat diminimalkan, yang dapat meningkatkan
throughput dan mengurangi waktu total produksi.
Proses Multistage dengan Buffer dapat diterapkan dalam berbagai jenis
industri, termasuk manufaktur, logistik, dan sektor jasa. Tujuan utamanya adalah
untuk meningkatkan efisiensi produksi, merespons perubahan permintaan dengan
lebih baik, dan mengurangi risiko gangguan dalam rantai pasokan. Namun,
pengelolaan buffer dengan benar juga merupakan tantangan tersendiri dalam
manajemen operasi.
Tipe-tipe produksi lainnya, di antaranya:
1. Job Shop : Produk unik, produksi disesuaikan dengan
pesanan.
2. Batch Production : Produksi dalam batch, spesifikasi sama,
peralatan mungkin diubah.
3. Flow Production : Produksi berkelanjutan, efisien, produk
seragam.
4. Process Production : Transformasi berkelanjutan, produk mungkin
bervariasi.
5. Repetitive Production : Produksi berulang, variasi produk mungkin
ada.
6. Custom Production : Sesuai spesifikasi pelanggan, produksi
disesuaikan.
7. Mass Production : Produksi besar, produk identik, seragam, sering
otomatis.

Anda mungkin juga menyukai