ANTARA
DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA BARAT
DENGAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MOHAMMAD NATSIR
TENTANG
PEMANFAATAN ALAT TES CEPAT MOLEKULER DAN PENGOBATAN
TUBERKULOSIS DALAM MENDUKUNG PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS
NOMOR :
NOMOR :
Pada hari ini Rabu tanggal dua bulan Januari tahun dua ribu sembilan belas, kami
yang bertanda tangan dibawah ini:
Pihak Pertama dan Pihak Kedua dalam Perjanjian ini yang juga disebut sebagai
Para Pihak jika disebut secara bersama-sama, bersepakat untuk mengadakan
Perjanjian Kerjasama dalam Penanggulangan Tuberkulosis (TBC), dengan
ketentuan dan persyaratan sesuai yang dimuat di dalam pasal-pasal Perjanjian
Kerjasama di bawah ini.
Pasal 1
1
Ketentuan Umum
2
Pasal 2
Dasar Hukum
Bahwa untuk mengatur lebih lanjut tentang teknis pelaksanaan kegiatan, perjanjian
kerja sama ini mengacu pada :
3
16. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 364/MENKES/SK/V/2009 tentang
Pedoman Penanggulangan Tuberkolosis;
17. Peraturan Gubernur Provinsi Suamatera Barat No.6 Tahun 2012 tentang
Regionalisasi Sistem Rujukan, sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Peraturan Gubernur Nomor 39 Tahun 2015;
18. Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Medik RI Nomor : HK.01.01.0.3.1946
tahun 1997 tentang Pedoman Kerja Sama Rumah Sakit Milik Departemen
Kesehatan dengan Pihak Ketiga;
19. Surat Edaran Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat tanggal 11 Februari
2014 Nomor 3441/429/UKM&RUJK/II/2014 Perihal Rujukan TB MDR
Pasal 3
1. Maksud Perjanjian ini adalah sebagai pedoman Para Pihak dalam memberikan
pelayanan pada pasien TBC yang dilayani RS Pihak Kedua
2. Tujuan Perjanjian ini untuk mewujudkan hubungan kerjasama bagi Para Pihak
dalam upaya penanggulangan TBC melalui diagnosis cepat dengan
menggunakan alat TCM TBC dan pengobatan serta pelayanan lainnya terhadap
pasien TBC sebagai pelaksanaan dari terobosan Penanggulangan TBC menuju
Indonesia Bebas Tuberkulosis.
Pasal 4
Ruang Lingkup
4
Pasal 5
Pelaksanaan
Pelaksanaan operasional alat TCM dan pengobatan pasien TBC dimulai setelah
semua persiapan dan faktor pendukung terpenuhi oleh Pihak Kedua antara lain:
1. Secara umum memenuhi syarat berdasarkan penilaian terpadu Program TBC
dari Para Pihak
2. Memiliki ruang laboratorium yang sesuai standar, tenaga laboratorium yang
sudah terlatih dan sumber daya lain yang dibutuhkan untuk melaksanakan
pemeriksaan TCM TBC.
3. Memiliki laboratorium pemeriksaan TCM TBC, ruang rawat jalan maupun rawat
inap, tenaga pengobatan dan pelayanan lainnya yang sudah terlatih dan sumber
daya lain yang dibutuhkan untuk melaksanakan pelayanan pasien TBC RO
4. Mempunyai jejaring dengan rumah sakit rujukan untuk menjamin pengobatan
pasien TBC terutama TBC RO, sesuai dengan Penanggulangan TBC.
5. Ikut aktif dalam Jejaring PPM dan Mekanisme Transportasi Sputum yang
dikoordinasikan oleh Dinkes Kabupaten Kota setempat.
6. Memiliki sistem rujukan spesimen ke laboratorium rujukan biakan dan uji
kepekaan yang ditetapkan dan berjalan dengan baik.
7. Sudah tersedia sistem manajemen logistik untuk perencanaan dan pemakaian
cartridge, OAT dan bahan pendukung lainnya.
Pasal 6
5
2. Pihak Kedua, memiliki hak dan kewajiban:
a. Mengirim tim yang relevan dan kompeten (petugas teknis lab, supervisor lab,
klinisi, perawat, tenaga farmasi) untuk mengikuti pelatihan alat TCM TBC dan
pelayanan pasien TBC melalui Pihak Pertama.
b. Menggunakan alat TCM TBC hanya untuk keperluan pemeriksaan diagnostik
TBC atau untuk peruntukan lain sesuai kebijakan Program Nasional
Penanggulangan TB serta tidak meminjamkan kepada pihak lain.
c. Mensosialisasikan keberadaan dan pemanfaatan atau fungsi alat TCM TBC
pada semua tenaga dokter baik umum maupun spesialis dan tenaga terkait
lain di rumah sakit Pihak Kedua
d. Mengembangkan jejaring internal rumah sakit Pihak Kedua sehingga semua
terduga dan pasien TBC tercatat dan terpantau di Unit/Poli DOTS dan TBC
RO
e. Menerima dan memeriksa rujukan spesimen dan pasien, termasuk
pengobatan dan pelayanan lainnya bila diperlukan baik dari di dalam
lingkungan maupun dari luar rumah sakit Pihak Kedua tanpa melihat batas
wilayah dan status pasien
f. Menyediakan sarana prasarana, suberdaya manusia dan bahan pendukung
lainnya sesuai standar untuk pelayanan TBC
g. Mengikuti algoritme diagnosis dan pedoman pengobatan pasien TBC.
h. Melaksanakan rujukan spesimen, dan pasien TBC sesuai yang ditetapkan
oleh Pihak Pertama.
i. Melakukan pencatatan dan input data pada sistem informasi yang ada sesuai
aturan dari Pihak Pertama
j. Mengupayakan agar data Unit/Poli DOTS dan TBC RO dapat dibandingkan
dengan data dari SIMRS, rekam medis dan atau data lain meliputi semua
pasien TBC dalam jangka waktu tertentu di rumah sakit Pihak Kedua
k. Mengikuti secara aktif Jejaring PPM dan Mekanisme Transportasi Sputum
dibawah koordinasi Dinkes Kabupaten Kota setempat dalam proses
pelayanan dan koordinasi dengan mitra PPM lain.
l. Memberikan laporan hasil pemeriksaan dan pengobatan TBC serta laporan
pemanfaatan alat TCM TBC termasuk penggunaan cartridge, OAT dan bahan
pendukung lainnya sepanjang disediakan oleh Pihak Pertama setiap bulan
secara rutin kepada Pihak Pertama.
m. Mengajukan usulan kebutuhan cartridge, kalibrasi, OAT dan kebutuhan
lainnya sesuai prosedur yang berlaku .
n. Melaporkan bila terjadi kerusakan dan/atau gangguan teknis alat TCM TBC
ke Pihak Pertama
o. Mengajukan klaim pembayaran biaya kepada Pihak Pertama melalui Dana
Global Fund Komponen TBC Provinsi Sumatera Barat.
6
Pasal 7
1. Pasien atau spesimen wajib lengkap dengan surat pengantar sebagai terduga
atau spesimen atau terdiagnosis TBC dari Fasilitas Layanan Kesehatan
dibawahnya. Khusus pasien terdiagnosis TBC RO dapat langsung bila dari
fasyankes beberapa tingkat dibawahnya (tidak berjenjang). Kelengkapan rujukan
BPJS sesuai dengan standar BPJS merupakan jaminan Pihak Pertama
2. Spesimen terduga TBC diperiksa Pihak Kedua dengan memanfaatkan TCM TBC
sesuai prosedur Penanggulangan TBC. Data semua pasien yang spesimennya
mendapat pemeriksaan TCM diinputkan Pihak Kedua ke dalam sistem informasi
Penanggulangan TBC.
3. Pasien yang dinyatakan terduga TBC, pasien TBC, termasuk pasien yang
diputuskan Tim Ahli Klinis (TAK) terdiagnosis TBC RO akan mendapatkan
pelayanan kesehatan dan jaminan penanganan secara cepat, tepat, aman,
bermutu sesuai standar yang belaku di rumah sakit Pihak Kedua dan Program
Nasional Pengendalian TBC; dan untuk selanjutnya pengobatan lanjutan dapat
dilakukan di puskesmas atau fasyankes lainnya
5. Pasien terduga, spesimen atau terdiagnosis TBC peserta BPJS atau asuransi
kesehatan lainnya mendapat pelayanan di rumah sakit dengan dukungan
kemudahan sistem rujukan BPJS dan asuransi lainnya sesuai dengan surat
Edaran Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat nomor
3441/429/UKM&RUJK/II/2014;
7. Bila pasien TBC RO bukan peserta BPJS maka Pihak Pertama menanggung
biaya pasien tersebut sesuai dengan tarif INA-CBGs. Pihak Kedua mengajukan
tagihan pasien bukan peserta BPJS tersebut dengan tarif sama bila pasien
tersebut peserta BPJS
7
8. Dalam hal biaya pelayanan yang ditanggung oleh Pihak Pertama, maka Pihak
Kedua menyampaikan kepada Pihak Pertama tagihan biaya pelayanan
kesehatan yang telah diberikan kepada pasien, secara kumulatif per tiga bulan,
sebelum tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya setelah bulan ketiga tagihan.
Tagihan biaya pemeriksaan TCM melampirkan
a. Kwitansi asli, bila perlu bermeterai sesuai ketentuan
b. Daftar rekap nama pasien yang diperiksa TCM dengan hasil sesuai tertera
pada sistem informasi Penanggulangan TBC.
Tagihan pelayanan pasien TBC RO melampirkan :
a. Surat tagihan pembayaran rangkap dua;
b. Kwitansi asli bermeterai cukup;
c. Rekapitulasi biaya perawatan;
d. Lampiran surat pengantar/jaminan
e. Pasien yang tidak dibayarkan oleh BPJS dibuktikan dengan surat pernyataan
dari pasien bahwa biaya perawatannya tidak dibayarkan oleh BPJS.
10. Tagihan dari Pihak Kedua pada Pihak Pertama adalah selambatnya 3 bulan
setelah bulan pelayanan atau maksimal sebelum akhir bulan ke enam setelah
bulan pelayanan pasien, Pihak Pertama sudah melakukan pembayaran biaya ke
Pihak Kedua. Bila keterlambatan tagihan melebih 6 bulan setelah bulan
pelayanan maka pembayaran baru dapat dilakukan bila Pihak Kedua
melampirkan surat keterangan pengakuan dan penyebab keterlambatan tagihan.
Bila keterlambatan melewati tahun kalender maka pembayaran oleh Pihak
Pertama pada Pihak Kedua tidak lagi dapat dilakukan, kecuali ada ketentuan lain
dari Pihak Pertama.
11. Pembayaran tagihan oleh Pihak Pertama pada Pihak Kedua melalui mekanisme
transfer bank dengan bank dan nomor rekening ditetapkan oleh Pihak Kedua
12. Pihak Pertama wajib mengirimkan bukti transfer dengan keterangan nama pasien
yang dibayarkan kepada Pihak Kedua segera setelah transaksi dilaksanakan.
13. Pihak Pertama tidak dibenarkan membayar kepada Pihak lain sebagian atau
seluruhnya dengan cara apapun atas biaya pelayanan kesehatan pasien Pihak
Pertama yang ditagihkan oleh Pihak Kedua.
14. Apabila Pihak Pertama ternyata menghadapi sesuatu yang sifatnya diluar
kekuasaannya sehingga mengakibatkan pembayaran tagihan biaya pelayanan
kesehatan yang diajukan Pihak Kedua mengalami hambatan/keterlambatan,
Pihak Pertama wajib memberikan pemberitahuan dengan disertai alasan dan
bukti-bukti yang cukup kuat kepada Pihak Kedua.
8
15. Apabila Pihak Pertama mengalami hal-hal sebagaimana tersebut dalam ayat
satu nomor sebelum ini, maka Pihak Kedua dapat memberikan kelonggaran
penyelesaian pembayaran selama jangka waktu 30 (tiga puluh) hari terhitung
sejak tanggal surat pemberitahuan diterima oleh Pihak Kedua.
16. Pihak Kedua tidak diperbolehkan memungut biaya apapun (pembayaran dimuka
dan lain-lain) kepada pasien sesuai yang diatur dalam surat perjanjian ini untuk
setiap pemberian/tindakan pelayanan kesehatan.
17. Pihak Kedua juga mendapatkan bantuan logistik sesuai ketentuan Program
Nasional Pengendalian TBC, biaya operasional pemeriksaan TCM, biaya
pengiriman sampel untuk kultur dan resistensi obat TBC sebagaimana tertera
pada daftar kegiatan MTPRO yang ada pada Dana Hibah Global Fund
Komponen TBC Provinsi Sumatera Barat. Biaya OAT, cartridge TCM dan lain-
lain yang merupakan bantuan dari Program Nasional Pengendalian TBC tidak
dapat lagi dimasukkan dalam tagihan;
18. PIHAK KEDUA mengembangkan dan aktif dalam jejaring pelayanan dengan
mitra terkait Penanggulangan TBC. Dinas Kesehatan Kabupaten Kota setempat
akan mengkoordinasikan jejaring tersebut.
Pasal 8
Sumber Pembiayaan
Pasal 9
9
Pasal 10
Keadaan Memaksa
1. Dalam hal salah satu pihak, karena hal-hal di luar kendalinya dan hal-hal yang
tidak dapat diduga sebelumnya, tidak dapat melaksanakan kewajibannya sesuai
Perjanjian Kerjasama ini, maka dengan persetujuan dari pihak yang lain, dan
atas dasar Keadaan Memaksa pihak yang bersangkutan dapat dibebaskan dari
tanggung jawab pelaksanaan kewajiban tersebut, atau dapat menunda
pelaksanaan kewajiban tersebut sampai waktu yang ditentukan untuk
melaksanakan kewajiban itu kembali sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
2. Apabila kondisi Keadaan Memaksa berlangsung selama lebih dari 3 (tiga) bulan,
maka Pihak Pertama dapat mengakhiri Perjanjian Kerjasama ini.
Pasal 11
Pasal 12
Penyelesaian Perselisihan
1. Dalam hal terjadi perselisihan apapun di antara Para Pihak mengenai isi,
penafsiran dan/atau pelaksanaan Perjanjian Kerjasama ini, maka Para Pihak
sepakat untuk menyelesaikan perselisihan secara musyawarah untuk mencapai
mufakat.
2. Apabila cara penyelesaian sebagaimana ayat (1) Pasal ini tidak berhasil
mencapai kata sepakat, maka Para Pihak setuju untuk menyerahkan
penyelesaiannya kepada Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI) dan setiap
keputusannya merupakan keputusan akhir dan mengikat.
3. Segala biaya yang timbul untuk penyelesaian perselisihan tersebut pada ayat
(2) Pasal ini akan ditanggung oleh Para Pihak.
10
Pasal 13
Amandemen
Pasal 14
Penutup
1. Perjanjian kerjasama ini ditandatangani oleh Para Pihak pada hari dan tanggal
tersebut di atas, rangkap 3 (tiga), dan bermaterai cukup, serta mempunyai
kekuatan hukum yang sama untuk kepentingan Para Pihak dan Direktorat
Pengendalian Penyakit Menular Langsung.
2. Dalam hal Perjanjian Kerjasama ini berakhir sebagaimana yang dimaksud
dalam Pasal 8, maka segala sesuatu yang terkait dengan kelanjutan Perjanjian
Kerjasama ini akan diatur kemudian oleh Para Pihak.
3. Demikian Perjanjian Kerjasama ini dibuat dan disetujui oleh Para Pihak untuk
dilaksanakan sebagaimana mestinya dengan itikad baik dan untuk memberikan
upaya yang terbaik secara profesional demi tercapainya tujuan pembuatan
Perjanjian Kerjasama ini.
11