Anda di halaman 1dari 4

SEMAR GUGAT

Penulis : Nano Riantiarno

Anggota kelompok :
1. Ahmad Nab’al Falah
2. Ida Puspita Sari
3. Angga

RINGKASAN KISAH
Ringkasan Cerita Semar Gugat

Semar Gugat adalah lakon panggung dengan 30 adegan. Lakon ini


menampilkan lagu pembuka tanpa judul dan lagu penutup berjudul
"Nyanyi Sunyi Jagat Raya".
Lagu-lagu lain, benar yang tanpa judul, diputar seiring
pementasan lakon berlangsung. Kisahnya melibatkan 25 tokoh
berucap dan sejumlah tokoh bisu anonim.
Dialog 559 barisnya berfokus pada delapan tokoh: Arjuna, Semar,
Gareng, Petruk, Bagong, Durga, Kalika (anak buah Durga), dan
Srikandi.

Sinopsis :

Kisah ini mengisahkan tokoh wayang Semar yang mencoba dan


gagal balas dendam terhadap Arjuna dan Srikandi karena telah
mempermalukannya dengan memotong sejumput rambutnya kala
mereka kesurupan ratu iblis Durga. Habis ditulis pada pertengahan
1995, kisah ini terdiri dari 559 baris dialog yang terbagi diproduksi
menjadi 30 bagian babak dalam lakon.
Semar Gugat diasumsikan sebagai kritik terhadap pemerintah
Orde Baru pimpinan Presiden Soeharto. Kisah ini pertama kali
dipentaskan tanggal 25 November 1995 setelah pemerintah
menunda izinnya selama beberapa bulan. Setelah Teater Koma
mementaskannya selama dua minggu, kisah ini diadopsi oleh
bermacam grup sandiwara amatir. Pada tahun 1998, Riantiarno
memenangkan S.E.A. Write Award atas karyanya yang satu ini.

Alur Cerita
Keseluruhan Cerita

Kerajaan Amarta sedang mempersiapkan pernikahan Arjuna dan


Srikandi. Keluarga Punakawan—Semar, istrinya Sutiragen, dan anak-
anaknya Gareng, Petruk, dan Bagong—bersiap untuk menghadiri
upacara pernikahan.

Sayangnya, calon pengantin wanitanya ragu-ragu. Arjuda sudah


dikenal lapang sebagai tukang rayu wanita dan dikabarkan menjalin
hubungan dengan banyak perempuan. Srikandi pun menguji cinta
Arjuna dengan memberinya sebuah tes. Kala itu pula, ratu iblis Durga
merasuki tubuhnya dan mengendalikan suara Srikandi. Beliau
berhasrat melihat Arjuna meski dilarang oleh tradisi. Atas bantuan
dua istri Arjuna lainnya, Sumbadra dan Larasasti, beliau sukses
menemui Arjuna dan rindu kuncur rambut Semar sebagai bukti
kesetiaannya. Arjuna mau tidak mau memainkannya dan upacara
pun berlangsung sesuai jadwal. Akan tetapi, Semar tidak mau
menerima perlakuan yang memalukan tersebut. Beliau menyatakan
bahwa dewa pun tidak berani menyentuh kepalanya. Keluarganya
tidak menghadiri

Pernikahan Arjuna meski mereka adalah pelayan istana dan Semar


menangis di rumah sepanjang hari. Sementara itu, saudara-saudara
Arjuna, termasuk Raja Yudistira, meninggalkan istana untuk
bermeditasi. Arjuna menggantikannya sebagai penguasa Amarta.

Semar memutuskan bahwa beliau sudah sangat cela. Meski beliau


sangat berkuasa, beliau sering dilecehkan oleh manusia dan dewa.
Bersama putra kesayangannya, Bagong, beliau pergi ke istana dewa
di Kayangan. Akan tetapi, hanya Semar yang diterima masuk,
sedangkan Bagong ditampik oleh dua penjaga. Semar berucap untuk
dewa Batara Guru dan Batara Narada dan rindu supaya wajah
tampannya dikembalikan lagi. Mereka memenuhi permintaannya
melewati bedah plastik. Semar diubah diproduksi menjadi manusia
dan diberikan kerajaannya sendiri, Simpang Bawana Nuranitis Asri.
Semar mengubah namanya diproduksi menjadi Prabu Sanggadonya
Lukanurani. Meski beliau sudah diproduksi menjadi pemimpin
kerajaannya sendiri, Semar tidak menemukan kebahagiaan. Istrinya,
yang tidak percaya bahwa beliau adalah Semar, meninggalkannya.
Hanya Petruk dan Gareng yang bertahan bersama Semar. Mereka
mulai mengembangkan kerajaan, namun kecewa setelah mengetahui
bahwa segala kekayaannya tidak cukup untuk menciptakan harmoni.

Sementara itu di Amarta, kepemimpinan Arjuna membuat rakyat


menderita. Di bawah pengaruh Srikandi (yang masih dirasuki Durga),
Arjuna berfokus pada pembangunan ekonomi dan meningkatkan
banyak impor. Beliau memberlakukan monopoli terhadap
komoditas-komoditas umum demi mengendalikan populasi dan
memanfaatkan kebiasaan masyarakat untuk memunculkan rasa
nasionalisme sukarela. Kebanyakan penduduk yang tertipu pindah
dari Amarta, sementara penduduk lainnya melayangkan surat protes
ke istana.

Penduduk yang bertahan dirasuki oleh iblis yang dipimpin Durga dan
diproduksi menjadi tahanan di dalam tubuhnya sendiri.

Di Simpang Bawana Nuranitis Asri, Larasati dan Sumbadra yang


tidak senang hidup di Amarta yang belakang sekalinya tiba. Mereka
berjumpa dua pendekar dari Amarta, putra Sumbadra Abimanyu dan
sepupunya Gatotkaca, yang memberitahukan penderitaan Amarta
untuk Semar. Tak terima dengan penderitaan rakyat, Semar
berangkat ke kampung halamannya dan menantang Arjuna dan
Srikandi yang dirasuki iblis. Ketika Semar menggunakan jurus "Kentut
Putih Ajian", yang katanya bisa mengakibatkan "lesus, angin puyuh,
banjir bandang, gempa bumi, [dan] gunung-gunung meletus",[1]
tidak terjadi apa-apa. Durga menertawakan ketidakbecusan Semar
dan membiarkannya hidup. Beliau menganggap itulah tindakan
paling memalukan yang pernah dilakukan Semar. Petruk dan Gareng
pun bergabung dengan Durga dan meninggalkan Semar sendirian.

Anda mungkin juga menyukai