Anda di halaman 1dari 5

19 Tari Klasik Gaya Yogyakarta dari Yayasan Pamulangan Beksa Sasminta

Mardawa

Posted on: April 19, 2010  |  Category: Asides  |  View Comments

Ke-19 tari klasik tersebut adalah:

Golek: Tarian ini menampilkan daya tarik dan keindahan seorang perempuan yang
mempercantik diri.
Sekar Pudyastuti: Tarian ini merupakan tarian penyambutan yang khusus dan juga
menampilkan gerakan tarian gaya perempuan Yogyakarta yang anggun.
Golek Retno Adaninggar: Ditampilkan dengan gaya Golek Menak yang diadaptasi dari
wayang golek. Tarian Solo ini menggambarkan masa ketika putri China, Retno
Adaninggar menyadari penangkapan orang-orang yang dikasihi oleh musuhnya. Mulai
dari itu dia bersiap-siap untuk ikut ke medan pertempuran.
Topeng Putri Kenakawulan: Tari topeng ini diadaptasi dari kisah Panji pada abad ke-
15 dan menggambarkan putri Kenakawulan yang jatuh cinta dengan Carangwaspa.
Klono Alus Jungkungmandeya: Tarian ini diadaptasi dari kisah Mahabarata yang
menggambarkan pangeran muda Jungkungmandeya yang jatuh cinta dengan istrinya
tercinta Srikandi. Tarian ini merupakan contoh yang bagus untuk tari gaya alus.
Klono Gagah Dasawasisa: Tarian ini diadaptasi dari kisah Mahabarata dan
menggambarkan Raja Dasawasisa yang sedang dimabuk cinta pada Wara Sumbadra.
Topeng Klono Alus: Tari topeng ini diadaptasi dari cerita Panji abad ke-15 dan
menggambarkan pangeran muda Gunungsari yang sangat jatuh cinta dengan Ragil
Kuning.
Topeng Klana Gagah: Tari topeng ini diadaptasi dari cerita Panji abad ke-15 dan
menggambarkan Raja Sewandana yang sedang dimabuk cinta pada Candrakirana.
Beksan Topeng Gunungsari-Surawasesa
Jaka Tarub – Nawangwulan: Pada suatu hari anak
muda yang bernama Jaka Tarub berburu burung dan
melihat bidadari cantik turun dari khayangan mandi
di danau di hutan. Dia bersembunyi dan mengintip
bidadari Nawangwulan dan jatuh cinta. Ketika
Nawangwulan sedang mandi Jaka Tarub mencuri
pakaiannya. Dia kembali ke tempat
persembunyiannya dan membuat keonaran untuk menakuti Nawangwulan. Tetapi
Nawangwulan tidak bisa menemukan pakaiannya dan tidak bisa kembali ke khayangan.
Merasa sedih dan kesepian dia menangis. Jaka tarub mengembalikan pakaiannya dan
memeri nama Nawangwulan. Cerita ini merupakan bagian dari legenda rakyat.
Retna Dumilah – Panembahan Senopati: Pada abad ke 7 di Jawa, Panembahan
Senopati Kerajaan Mataram berperang. Tarian ini berdasar pada suatu peperangan. Raja
Madiun yang kalah memberi anak perempuannya Retno Dumilah sebuah keris ampuh
untuk membunuh Senopati. Retno Dumilah hampir melaksanakan tugasnya sampai
ketika dia menghunus kerisnya. Senopati tidak melawan menggunakan senjata. Dia
mendekati Retno Dumilah dengan penuh perasaan. Hal ini mematahkan kekuatan keris
Retno Dumilah dan dia menjadi istri Senopati.
Srikandi – Larasati: Selama masa menjelang pernikahannya dengan Arjuna dia setuju
untuk melakukan kontes untuk membuktikan kekuatannya. Larasati menantangnya dan
dalam kekalahannya Srikandi memaksanya untuk menikah dengan Arjuna.
Srikandi – Suradewati: Karena termakan gosip Srikandi menjadi cemburu pada putri
Suradewati dan menantangnya bertanding. Suradewati kalah dan Srikandi menang.
Sirtupilaeli – Sudarawerti: Dalam pertempuran untuk memutuskan siapa yang akan
menikah dengan Menak kedua ksatria perempuan ini kalah ataupun menang keduanya
akan menjadi istrinya Menak.
Rengganis – Widaninggar: Putri China Widaninggar mau membalas dendam atas
kematian saudaranya yang mati dalam pertempuran memperebutkan cinta Menak. Tetapi
Widaninggar dikalahkan oleh saudara ipar pembunuh saudaranya yaitu Rengganis.
Umarmaya – Umarmadi: Raja Umarmadi pertama harus mengalahkan Kepala
penasehat Umarmaya  sebelum dia dapat mengalahkan Menak. Umarmadi kalah tetapi
kemudian dia dan Umarmaya menjadi teman yang baik.
Beksan Senggana – Saksadewa: Tarian ini merupakan bagian dari Ramayana yang
disebut “Senggana Duta”. Sri Rama memberi Senggana, monyet putih tugas untuk
mencari istri Rama, Dewi Sinta. Senggana menemukan Sinta dan agar bertemu dengan
Rahwana dia menghancurkan Argasaka. Raksasa Saksadewa anak Rahwana menjadi
marah dan ingin menangkap Senggana tetapi terbunuh selama pertempuran.
Beksan Gathutkaca – Pregiwa: Menggambarkan bagian dari kisah Mahabharata.
Gathutkaca mengungkapkan pada Pregiwa bahwa dia jatuh cinta padanya. Pregiwa
menerima cintanya dan berjanji untuk setia sehidup semati.
Beksan Carangwaspa – Kenakawulan: Cerita ini diambil dari cerita Panji. Dewi
Kenakawulan dari Manggada ingin menguji kekuatan Raden Panji Carangwaspa. Jika
dapat mengalahkannya dia akan menjadi istrinya.
Beksa Umarmaya – Jayengpati: Tarian ini merupakan bagian dari cerita Menak. Prabu
Jayengpati Raja dari Tunjungyaban telah mencuri pusaka “Sonsong Tunggalnaga” dari
pemiliknya Wong Agung Jayengrana. Adipati  Umarmaya dari negeri Puserbumi
mencoba untuk merebut pusaka dan mengembalikan pada Wong Agung Jayengrana. Dia
berhasil melakukannya dengan mengalahkan Prabu Jayengpati Raja.
Sumber: Yayasan Pamulangan Beksa Sasminta Mardawa (YPBSM), Yogyakarta.
  Jogja Keris

Jogja Keris, Surganya Keris Pusaka


21/09/2006 14:52

Keris merupakan salah satu peninggalan budaya yang sangat bernilai. Bukan
hanya sebuah senjata, keris juga merupakan suatu hasil karya spiritual di
masa lampau. Berbicara soal keris, tentu tidak akan lepas dari sejarah keris
itu sendiri.

Keris dianggap sebagai tanda perjalanan suatu peradaban, dan suatu


kebudayaan dalam suatu bangsa dalam kurun waktu yang sangat lama.
Bahkan mencapai ribuan tahun. Keris juga kerap dikaitkan sebagai simbol-
simbol, mulai simbol kewibawaan, simbol kebijaksanaan, hingga simbol
kehidupan. Tak hanya itu, keris yang multifungsi ini rupanya pada jaman
dahulu juga diposisikan sebagai penglaris, dan suatu simbol kebesaran. Lihat
saja gambaran raja-raja Jawa, dan pahlawan-pahlawan Jawa, yang selalu
membawa keris.

Keris memang telah mengalami pergeseran fungsi. Tak lagi menjadi senjata
andalan, keris saat ini menjadi barang yang bernilai tinggi dan pantas untuk
dikoleksi. Bahkan tidak sedikit orang yang mencintai serta menekuni ilmu-
ilmu dan sejarah perkerisan.

Berawal dari kecintaan dan koleksi akan keris itulah berdiri Jogja Keris yang
berlokasi di Nagan Kulon No.1 Jogja. Meski bernama Jogja Keris, tapi ini
bukanlah tempat untuk kita bisa memesan keris, disini tidak ada empu-empu
yang menempa besi, pembuat keris sakti. Namun di sini kita bisa
mendapatkan bermacam model keris dari berbagai jaman dan berbagai
sejarah.
 
Keris yang diperjualbelikan umumnya terbuat dari bahan besi baja dan
meteor. Iya, meteor yang jatuh dari luar angkasa! Dan kebanyakan adalah
keris yang beraliran Jogja dan Solo. Untuk perbedaanya, menurut Mas Seno,
salah satu pengelola, dapat dilihat dari bentuk kerisnya. Keris Solo lebih
besar dan panjang dibandingkan keris Jogja yang bentuknya ramping. Keris
di Jogja Keris dipastikan merupakan keris pusaka dari jaman dahulu, jaman
kerajaan Jawa. Dan awalnya merupakan koleksi yang dikumpulkan dari
berbagai daerah di Indonesia.

Nilai sebuah keris tidak bisa dilihat hanya dari tangguh (asal usul keris dari
bentuk yang berasal dari suatu daerah atau jaman) keris tersebut, karena
menangguh (memperkirakan asal-usul keris) bukanlah suatu hal yang
mudah. Terkadang tiap orang mempunyai pendapat yang berbeda dalam
menangguh. Sebutan keris tua diperkirakan tangguh Mataram Tua, dan keris
muda tangguh Hamengkubuwono VII.

Mas Jumakir dan Mas Seno mengatakan, nilai keris sendiri lebih ditentukan
dari nilai estetikanya keseluruhannya yang antara lain dilihat dari pamor-nya
(motif pada sebilah keris), penggarapannya, dan bahan tambahannya,
misalnya emas dan berlian. "Ada keris yang sudah tua sekali, tapi pamornya
biasa dan keadaanya tidak begitu baik, ya nilainya juga turun. Tapi ada keris
tidak begitu tua, tapi pamornya bagus dan punya nilai estetika tinggi, nilainya
juga akan tinggi," ujar Mas Jumakir.

Untuk keris yang punya nilai sangat tinggi, Mas Jumakir menyebut keris
gajah singo. Keris ini merupakan keris hadiah dari raja untuk panglimanya
yang berhasil menang dalam medan peperangan pada jaman kerajaan
dahulu. Pada keris ini terdapat ukiran gajah dan singa dari bahan emas.

Untuk harga sebuah keris, dapat dilihat dari berbagai sudut penilaian berkisar
dari ratusan ribu hingga puluhan juta rupiah. Untuk saat ini, Mas Seno
mengatakan yang datang ke gerainya tak hanya orang lokal, tapi juga orang
manca, seperti Malaysia dan Belanda. Tak hanya itu, ternyata juga banyak
kaum muda yang tertarik dan mendalami dunia keris.

Meskipun berfokus pada keris, tapi Jogja Keris juga memberi pelayanan
untuk segala tosan aji, seperti tombak dan pedang. Selain melayani jual beli,
Jogja Keris juga melayani untuk perawatannya dan pemasangan aksesoris-
aksesoris. (opi)
GAMELAN SENDRO PELOG GAGRAK( CORAK)
YOGYAKARTA

Anda mungkin juga menyukai