Anda di halaman 1dari 7

SATUAN ACARA PENYULUHAN

(SAP)
SCABIES

Topik : SCABIES
Sub Topik : - Pengertian penyakit Scabies
- Penyebaran Serta Penularan Penyakit Scabies
- Tanda dan gejala penyakit Scabies
- Cara penanggulangan penyakit Scabies
- Cara pencegahan penyakit Scabies

Hari/Tanggal : Jumat, 13 Mei 2022


Waktu / Jam : 15 Menit / 10.00 – 10.15 WIB
Tempat : BP Puskesmas Kotabumi 1
Penyuluh : Nurbaiti

I. LATAR BELAKANG
Scabies menurut WHO merupakan suatu penyakit signifikan bagi kesehatan
masyarakat karena merupakan kontributor yang substansial bagi morbiditas dan
mortalitas global. Prevalensi scabies di seluruh dunia dilaporkan sekitar 300 juta kasus
pertahunya (Nugraheni, 2016).
Di Indonesia pada tahun 2011 didapatkan jumlah penderita scabies sebesar
6.915.135 (2,9%) dari jumlah penduduk 238.452.952 jiwa. Jumlah ini mengalami
peningkatan pada tahun 2012 yang jumlah penderita scabies diperkirakan sebesar 3,6 %
dari jumlah penduduk (Depkes RI, 2012). Pada hasil penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya, dikabupaten Jember jenis kelamin laki-laki terkena scabies lebih besar dari
pada perempuan ditunjukkan dengan hasil penelitian laki-laki 24,89% dan perempuan
5,82% (zaelany, 2017)
Selain manifestasi klinik yang khas, skabies dapat menunjukkan manifestasi
klinis yang klasik atau dapat menyerupai penyakit lain seperti pioderma, dermatitis
atopik, dermatitis kontak, dan eksema dishidrotik. Berbagai manifestasi klinis yang
bervariasi sering menyebabkan kesalahan dalam mendiagnosis penyakit ini. Hal ini
dapat mengakibatkan penatalaksanaan yang tidak adekuat sehingga terjadi peningkatan
risiko penularan bahkan menjadi wabah yang dapat mengganggu aktivitas dan
menambah biaya untuk pengobatan penyakit ini (Stone et al., 2008).
Penularan terjadi akibat kontak langsung dengan kulit pasien atau tidak
langsung dengan benda yang terkontaminasi tungau. Skabies dapat mewabah pada
daerah padat penduduk seperti daerah kumuh, penjara, panti asuhan, panti jompo, dan
sekolah asrama (Stone et al., 2008). Penyebab skabies antara lain disebabkan oleh
rendahnya faktor sosial ekonomi, kebersihan yang buruk seperti mandi, pemakaian
handuk, mengganti pakaian dan melakukan hubungan seksual. Penyakit ini biasanya
banyak ditemukan di tempat seperti di asrama, panti asuhan, penjara, pondok pesantren
yang kurang terjaga personal hygienenya. Terdapat banyak faktor yang menunjang
perkembangan penyakit skabies antara lain turunnya imunitas tubuh akibat HIV, sosial
ekonomi yang rendah, higiene yang buruk, hubungan seksual yang sifatnya
promiskuitas (Murtiastutik, 2009).
Higiene atau biasanya disebut juga dengan kebersihan adalah upaya untuk
memelihara hidup sehat yang meliputi personal hygiene, kehidupan bermasyarakat dan
kebersihan bekerja. Kebersihan merupakan suatu perilaku yang diajarkan dalam
kehidupan manusia untuk mencegah timbulnya penyakit karena pengaruh lingkungan
serta membuat kondisi lingkungan agar terjaga kesehatannya. Personal hygiene atau
kebersihan pribadi merupakan perawatan diri sendri yang dilakukan untuk
mempertahankan kesehatan, baik secara fisik maupun psikologis. Personal hygiesne ini
dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya budaya, nilai sosial individu atau
keluarga, pengetahuan dan persepsi mengenai personal hygiene (Alimul, 2009).
Personal hygiene yang buruk dapat meningkatkan kejadian skabies.
Oleh sebab itu, kami menyusun satuan acara penyuluhan ini guna memberikan
informasi kepada masyarakat, yang nantinya diharapkan dapat menambah pengetahuan
untuk meningkatkan kebersihan tubuh agar mencegah timbulnya penyakit scabies.

II. TUJUAN UMUM


Setelah diberikan penyuluhan diharapkan masyarakat dapat mengerti,
memahami, dan mencegah terjadinya scabies

III. TUJUAN KHUSUS


Setelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit diharapkan masyarakat dapat:

1. Mendefinisikan pengertian penyakit skabies


2. Mengatasi penyebaran serta penularan penyakit skabies
3. Menyebutkan ciri-ciri penyakit skabies
4. Menjelaskan tentang cara penanggulangan penyakit skabies
5. Menjelaskan tentang cara pencegahan penyakit skabies

IV. METODE
Ceramah, dan diskusi/tanya jawab

V. MEDIA
Leaflet
VI. ISI MATERI (materi lengkap terlampir)
1. Pengertian penyakit skabies
2. Penyebaran serta penularan penyakit skabies
3. Tanda gejala penyakit skabies
4. Cara penanggulangan penyakit skabies
5. Cara pencegahan penyakit skabies

VII. PROSES PELAKSANAAN


Respon
No Kegiatan Waktu
Pasien/Keluarga
1 Pendahuluan. Menjawab salam
Memberi salam Menyampaikan Menyimak
5
pokok bahasan Menyampaikan tujuan
menit
Melakukan apersepsi
2 Isi :
Pengertian penyakit skabies 15 menit
Memperhatikan
Penyebaran serta penularan penyakit
skabies Tanda gejala penyakit skabies

Cara :
Penanggulangan penyakit skabis. Memperhatikan
Cara pencegahan penyakit skabies Memperhatikan

3 Penutup :
Diskusi
Aktif bertanya 10 menit
Kesimpulan
Memperhatikan
Evaluasi
Menjawab
Memberikan salam penutup
pertanyaan
Menjawab salam

VIII. ORGANISASI
1. Moderator : Melya Nur Aziza
2. Penyaji : Nikmatul Husna
Fasilitator : Elvira Ade Pradita Enggal Widodo Mistin
Indah Safitri Agung Firmansyah Asmil Nurhayati M
Jaziluddin Eria Citra M Govinda Yanuar

IX. EVALUASI
1. Struktur :
a. Media yang digunakan dalam acara penyuluhan semuanya lengkap
b. Materi disiapkan dalam bentuk SAP dan dibuat dalam leaflet agar
penyampaian kepada masyarakat lebih mudah
2. Proses penyuluhan :
a. Penyuluhan kesehatan tentang penyakit skabies berjalan dengan baik,
masyarakat dapat memahami penyuluhan yang diberikan.
b. Di dalam proses penyuluhan diharapkan terjadi interaksi
3. Hasil penyuluhan
a. Peserta penyuluhan dapat memahami dan mengerti dari apa yang disampaikan
dan mampu menjawab pertanyaan yang diberikan oleh penyuluh

X. REFERENSI
Depkes RI. 2007. Profil Kesehatan 2007. Departemen Kesehtan RI Djuanda, Adhi.
2010. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia
Siregar. 2005. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Jakarta ; EGC Sudirman. T.
2006. Scabies : Masalah Diagnosis dan Pengobatan. Majalah
Kesehatan Damianus. Vol. 5, No. 3. September 2006. Hal : 177-
190
MATERI PENYAKIT SKABIES

A. Pengertian Skabies
Skabies adalah penyakit kulit akibat investasi dan sensitisasi oleh tungau
Sarcoptes scabei. Skabies tidak membahayakan bagi manusia. Adanya rasa gatal pada
malam hari merupakan gejala utama yang mengganggu aktivitas dan produktivitas.
Penyakit scabies banyak berjangkit di: lingkungan yang padat penduduknya, lingkungan
kumuh, lingkungan dengan tingkat kebersihan kurang. Skabies cenderung tinggi pada
anak-anak usia sekolah, remaja bahkan orang dewasa (Siregar, 2005).

B. Penyebaran Serta Penularan Penyakit Skabies


Penularan penyakit skabies dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung,
adapun cara penularannya adalah:
1. Kontak langsung (kulit dengan kulit)
Penularan skabies terutama melalui kontak langsung seperti berjabat tangan, tidur
bersama dan hubungan seksual. Pada orang dewasa hubungan seksual merupakan hal
tersering, sedangkan pada anakanak penularan didapat dari orang tua atau temannya.
2. Kontak tidak langsung (melalui benda)
Penularan melalui kontak tidak langsung, misalnya melalui perlengkapan tidur,
pakaian atau handuk dahulu dikatakan mempunyai peran kecil pada penularan. Namun
demikian, penelitian terakhir menunjukkan bahwa hal tersebut memegang peranan
penting dalam penularan skabies dan dinyatakan bahwa sumber penularan utama adalah
selimut (Djuanda, 2010).

C. Tanda Gejala Penyakit Skabies


Gejala yang ditunjukkan adalah warna merah, iritasi dan rasa gatal pada kulit
yang umumnya muncul di sela-sela jari, selangkangan dan lipatan paha, dan muncul
gelembung berair pada kulit (Djuanda, 2010).

D. Cara Penanggulangan Penyakit Skabies


Menurut Sudirman (2006), penatalaksanaan skabies dibagi menjadi 2 bagian :
1. Penatalaksanaan secara umum.
Pada pasien dianjurkan untuk menjaga kebersihan dan mandi secara teratur
setiap hari. Semua pakaian, sprei, dan handuk yang telah digunakan harus dicuci secara
teratur dan bila perlu direndam dengan air panas. Demikian pula dengan anggota
keluarga yang beresiko tinggi untuk tertular, terutama bayi dan anak-anak, juga harus
dijaga kebersihannya dan untuk sementara waktu menghindari terjadinya kontak
langsung. Secara umum meningkatkan kebersihan lingkungan maupun perorangan dan
meningkatkan status gizinya.
Beberapa syarat pengobatan yang harus diperhatikan:
a. Semua anggota keluarga harus diperiksa dan semua harus diberi pengobatan secara
serentak.
b. Higiene perorangan : penderita harus mandi bersih, bila perlu menggunakan sikat untuk
menyikat badan. Sesudah mandi pakaian yang akan dipakai harus disetrika.
c. Semua perlengkapan rumah tangga seperti bangku, sofa, sprei, bantal, kasur, selimut
harus dibersihkan dan dijemur dibawah sinar matahari selama beberapa jam.
2. Penatalaksanaan secara khusus.
Dengan menggunakan obat-obatan (Djuanda, 2010), obat-obat anti skabies yang
tersedia dalam bentuk topikal antara lain:
a. Belerang endap (sulfur presipitatum), dengan kadar 4-20% dalam bentuk salep atau
krim. Kekurangannya ialah berbau dan mengotori pakaian dan kadang-kadang
menimbulkan iritasi. Dapat dipakai pada bayi berumur kurang dari 2 tahun.
b. Emulsi benzil-benzoas (20-25%), efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap
malam selama tiga hari. Obat ini sulit diperoleh, sering memberi iritasi, dan kadang-
kadang makin gatal setelah dipakai.

c. Gama benzena heksa klorida (gameksan = gammexane) kadarnya 1% dalam krim atau
losio, termasuk obat pilihan karena efektif terhadap semua stadium, mudah digunakan,
dan jarang memberi iritasi. Pemberiannya cukup sekali, kecuali jika masih ada gejala
diulangi seminggu kemudian.
d. Krotamiton 10% dalam krim atau losio juga merupakan obat pilihan, mempunyai dua
efek sebagai anti skabies dan anti gatal. Harus dijauhkan dari mata, mulut, dan uretra.
e. Permetrin dengan kadar 5% dalam krim, kurang toksik dibandingkan gameksan,
efektifitasnya sama, aplikasi hanya sekali dan dihapus setelah 10 jam. Bila belum
sembuh diulangi setelah seminggu. Tidak anjurkan pada bayi di bawah umur 12 bulan.

E. Cara Pencegahan Penyakit Skabies


Cara pencegahan penyakit skabies adalah dengan :
1. Mandi secara teratur dengan menggunakan sabun.
2. Mencuci pakaian, sprei, sarung bantal, selimut dan lainnya secara teratur minimal 2
kali dalam seminggu.
3. Menjemur kasur dan bantal minimal 2 minggu sekali.
4. Tidak saling bertukar pakaian dan handuk dengan orang lain.
5. Hindari kontak dengan orang-orang atau kain serta pakaian yang dicurigai terinfeksi
tungau skabies.
6. Menjaga kebersihan rumah dan berventilasi cukup.
Menjaga kebersihan tubuh sangat penting untuk menjaga infestasi parasit.
Sebaiknya mandi dua kali sehari, serta menghindari kontak langsung dengan penderita,
mengingat parasit mudah menular pada kulit. Walaupun penyakit ini hanya merupakan
penyakit kulit biasa, dan tidak membahayakan jiwa, namun penyakit ini sangat
mengganggu kehidupan sehari-hari. Bila pengobatan sudah dilakukan secara tuntas,
tidak menjamin terbebas dari infeksi ulang, langkah yang dapat diambil adalah sebagai
berikut :

a. Cuci sisir, sikat rambut dan perhiasan rambut dengan cara merendam di cairan
antiseptik.
b. Cuci semua handuk, pakaian, sprei dalam air sabun hangat dan gunakan seterika panas
untuk membunuh semua telurnya, atau dicuci kering.
c. Keringkan peci yang bersih, kerudung dan jaket. d. Hindari pemakaian bersama sisir,
mukena atau jilbab (Depkes, 2007).

Anda mungkin juga menyukai