(SAP)
SCABIES
Topik : SCABIES
Sub Topik : - Pengertian penyakit Scabies
- Penyebaran Serta Penularan Penyakit Scabies
- Tanda dan gejala penyakit Scabies
- Cara penanggulangan penyakit Scabies
- Cara pencegahan penyakit Scabies
I. LATAR BELAKANG
Scabies menurut WHO merupakan suatu penyakit signifikan bagi kesehatan
masyarakat karena merupakan kontributor yang substansial bagi morbiditas dan
mortalitas global. Prevalensi scabies di seluruh dunia dilaporkan sekitar 300 juta kasus
pertahunya (Nugraheni, 2016).
Di Indonesia pada tahun 2011 didapatkan jumlah penderita scabies sebesar
6.915.135 (2,9%) dari jumlah penduduk 238.452.952 jiwa. Jumlah ini mengalami
peningkatan pada tahun 2012 yang jumlah penderita scabies diperkirakan sebesar 3,6 %
dari jumlah penduduk (Depkes RI, 2012). Pada hasil penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya, dikabupaten Jember jenis kelamin laki-laki terkena scabies lebih besar dari
pada perempuan ditunjukkan dengan hasil penelitian laki-laki 24,89% dan perempuan
5,82% (zaelany, 2017)
Selain manifestasi klinik yang khas, skabies dapat menunjukkan manifestasi
klinis yang klasik atau dapat menyerupai penyakit lain seperti pioderma, dermatitis
atopik, dermatitis kontak, dan eksema dishidrotik. Berbagai manifestasi klinis yang
bervariasi sering menyebabkan kesalahan dalam mendiagnosis penyakit ini. Hal ini
dapat mengakibatkan penatalaksanaan yang tidak adekuat sehingga terjadi peningkatan
risiko penularan bahkan menjadi wabah yang dapat mengganggu aktivitas dan
menambah biaya untuk pengobatan penyakit ini (Stone et al., 2008).
Penularan terjadi akibat kontak langsung dengan kulit pasien atau tidak
langsung dengan benda yang terkontaminasi tungau. Skabies dapat mewabah pada
daerah padat penduduk seperti daerah kumuh, penjara, panti asuhan, panti jompo, dan
sekolah asrama (Stone et al., 2008). Penyebab skabies antara lain disebabkan oleh
rendahnya faktor sosial ekonomi, kebersihan yang buruk seperti mandi, pemakaian
handuk, mengganti pakaian dan melakukan hubungan seksual. Penyakit ini biasanya
banyak ditemukan di tempat seperti di asrama, panti asuhan, penjara, pondok pesantren
yang kurang terjaga personal hygienenya. Terdapat banyak faktor yang menunjang
perkembangan penyakit skabies antara lain turunnya imunitas tubuh akibat HIV, sosial
ekonomi yang rendah, higiene yang buruk, hubungan seksual yang sifatnya
promiskuitas (Murtiastutik, 2009).
Higiene atau biasanya disebut juga dengan kebersihan adalah upaya untuk
memelihara hidup sehat yang meliputi personal hygiene, kehidupan bermasyarakat dan
kebersihan bekerja. Kebersihan merupakan suatu perilaku yang diajarkan dalam
kehidupan manusia untuk mencegah timbulnya penyakit karena pengaruh lingkungan
serta membuat kondisi lingkungan agar terjaga kesehatannya. Personal hygiene atau
kebersihan pribadi merupakan perawatan diri sendri yang dilakukan untuk
mempertahankan kesehatan, baik secara fisik maupun psikologis. Personal hygiesne ini
dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya budaya, nilai sosial individu atau
keluarga, pengetahuan dan persepsi mengenai personal hygiene (Alimul, 2009).
Personal hygiene yang buruk dapat meningkatkan kejadian skabies.
Oleh sebab itu, kami menyusun satuan acara penyuluhan ini guna memberikan
informasi kepada masyarakat, yang nantinya diharapkan dapat menambah pengetahuan
untuk meningkatkan kebersihan tubuh agar mencegah timbulnya penyakit scabies.
IV. METODE
Ceramah, dan diskusi/tanya jawab
V. MEDIA
Leaflet
VI. ISI MATERI (materi lengkap terlampir)
1. Pengertian penyakit skabies
2. Penyebaran serta penularan penyakit skabies
3. Tanda gejala penyakit skabies
4. Cara penanggulangan penyakit skabies
5. Cara pencegahan penyakit skabies
Cara :
Penanggulangan penyakit skabis. Memperhatikan
Cara pencegahan penyakit skabies Memperhatikan
3 Penutup :
Diskusi
Aktif bertanya 10 menit
Kesimpulan
Memperhatikan
Evaluasi
Menjawab
Memberikan salam penutup
pertanyaan
Menjawab salam
VIII. ORGANISASI
1. Moderator : Melya Nur Aziza
2. Penyaji : Nikmatul Husna
Fasilitator : Elvira Ade Pradita Enggal Widodo Mistin
Indah Safitri Agung Firmansyah Asmil Nurhayati M
Jaziluddin Eria Citra M Govinda Yanuar
IX. EVALUASI
1. Struktur :
a. Media yang digunakan dalam acara penyuluhan semuanya lengkap
b. Materi disiapkan dalam bentuk SAP dan dibuat dalam leaflet agar
penyampaian kepada masyarakat lebih mudah
2. Proses penyuluhan :
a. Penyuluhan kesehatan tentang penyakit skabies berjalan dengan baik,
masyarakat dapat memahami penyuluhan yang diberikan.
b. Di dalam proses penyuluhan diharapkan terjadi interaksi
3. Hasil penyuluhan
a. Peserta penyuluhan dapat memahami dan mengerti dari apa yang disampaikan
dan mampu menjawab pertanyaan yang diberikan oleh penyuluh
X. REFERENSI
Depkes RI. 2007. Profil Kesehatan 2007. Departemen Kesehtan RI Djuanda, Adhi.
2010. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia
Siregar. 2005. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Jakarta ; EGC Sudirman. T.
2006. Scabies : Masalah Diagnosis dan Pengobatan. Majalah
Kesehatan Damianus. Vol. 5, No. 3. September 2006. Hal : 177-
190
MATERI PENYAKIT SKABIES
A. Pengertian Skabies
Skabies adalah penyakit kulit akibat investasi dan sensitisasi oleh tungau
Sarcoptes scabei. Skabies tidak membahayakan bagi manusia. Adanya rasa gatal pada
malam hari merupakan gejala utama yang mengganggu aktivitas dan produktivitas.
Penyakit scabies banyak berjangkit di: lingkungan yang padat penduduknya, lingkungan
kumuh, lingkungan dengan tingkat kebersihan kurang. Skabies cenderung tinggi pada
anak-anak usia sekolah, remaja bahkan orang dewasa (Siregar, 2005).
c. Gama benzena heksa klorida (gameksan = gammexane) kadarnya 1% dalam krim atau
losio, termasuk obat pilihan karena efektif terhadap semua stadium, mudah digunakan,
dan jarang memberi iritasi. Pemberiannya cukup sekali, kecuali jika masih ada gejala
diulangi seminggu kemudian.
d. Krotamiton 10% dalam krim atau losio juga merupakan obat pilihan, mempunyai dua
efek sebagai anti skabies dan anti gatal. Harus dijauhkan dari mata, mulut, dan uretra.
e. Permetrin dengan kadar 5% dalam krim, kurang toksik dibandingkan gameksan,
efektifitasnya sama, aplikasi hanya sekali dan dihapus setelah 10 jam. Bila belum
sembuh diulangi setelah seminggu. Tidak anjurkan pada bayi di bawah umur 12 bulan.
a. Cuci sisir, sikat rambut dan perhiasan rambut dengan cara merendam di cairan
antiseptik.
b. Cuci semua handuk, pakaian, sprei dalam air sabun hangat dan gunakan seterika panas
untuk membunuh semua telurnya, atau dicuci kering.
c. Keringkan peci yang bersih, kerudung dan jaket. d. Hindari pemakaian bersama sisir,
mukena atau jilbab (Depkes, 2007).