Anda di halaman 1dari 12

SAP (SATUAN ACARA PENYULUHAN)

MARI MENGENAL KUSTA


Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultan Keperawatan
Institut Kesehatan Deli Husada Delitua

SATUAN ACARA PENYULUHAN


MARI MENGENAL KUSTA

Judul : Mari Mengenal Kusta


Sasaran : Masyarakat Desa Sukamkmur Kecamatan Delitua Kabupaten
Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara
Pokok Bahasan : PenKes tentang Penyakit Kusta
Sub Pokok Bahasan : Pengertian, Penyebab, Faktor Penyebab, Tanda dan Gejala,
Cara Penularan, dan Akibat bila tidak berobat dini dan teratur
Penyakit Kusta
Hari/Tanggal : Kamis / 24 Mei 2018
Tempat : Balai desa Sukamakmur
Waktu : + 30 menit

I. Tujuan
a. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan selama 30 menit diharapkan peserta
dapat mengerti tentang Pendidikan Kesehatan Penyakit Kusta
b. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
1. Kognitif : Masyarakat Desa Sukamakmur mampu menyebutkan kembali
pengertian, penyebab, faktor penyebab, tanda & gejala, cara penularan, cara
mengobati, dan akibat bila tidak berobat dini dan teratur pada penyakit kusta
dirumah dan keluarga mampu menjelaskan kembali langkah-langkah
pembuatan obat tradisional herbal untuk mengatasi kusta yang dialami
masyarakat desa sukamaju.
2. Afektif : Masyarakat Desa Sukamakmur menyatakan kesediaannya untuk
melakukan Pendidikan Kesehatan dirumah untuk mengatasi masalah
dkusta yang dialami masyarakat Desa Sukamaku
3. Psikomotor : Adanya perubahan perilaku masyarakat desa sukamaku setelah
diberikan penyuluhan kesehatan mengenai cara mengobati kusta dengan cara
bahan alami setiap hari dengan obat tradisional herbal

II. Materi Pembelajaran


a. Terlampir (Mari Mengenal kusta)

III. Metode
a. Ceramah
b. Diskusi
c. Tanya jawab
d. Demonstrasi

IV. Media dan Alat Peraga


a. Power Point
b. Leaflet
c. Proyektor
V. Kegiatan Belajar Mengajar
V. Kegiatan Belajar Mengajar

No Tahapan Kegiatan Mahasiswa Kegiatan Waktu


1 Pendahuluan
a. Perkenalan a. Mengucapkan salam, a. Menjawab 5 menit
b. Tujuan memperkenalkan diri salam,menden
c. Kontrak waktu b. Menjelaskan tujuan umum dan garkan
tujuan khusus b. Menyimak
b. Memberitahu waktu yang akan c. Menyimak
digunakan dan strategi pelaksanaan
2 Kegiatan
a. Pengertian kusta a. Menyebutkan pengertian kusta a. Menyimak 20 menit
b. Penyebab kusta b. Menyebutkan penyebab kusta b. Menyimak
c. Faktor penyebab kusta c. Menyebutkan faktor penyebab c. Menyimak
d. Tanda dan gejala kusta d. Menyimak
kusta d. Menyebutkan tanda dan gejala e. Menyimak
e. Cara penularan kusta kusta f. Menyimak
f. Cara mengobati kusta e. Menyebutkan cara penularan g. Menyimak
g. Akibat bila tidak kusta
berobat dini dan f. Menyebutkan cara mengobati
teratur kusta
g. Akibat bila tidak berobat dini dan
teratur
3 Penutup 5 menit
a. Tanya jawab a. Menanyakan kembali kepada peserta a. Diharapkan
memberikan apabila ada materi yang belum peserta mau
kesempatan kepada dipahami bertanya
peserta untuk bertanya b. Memberikan pertanyaan secara lisan materi yang
tentang materi yang c. Mengucapkan salam belum
belum dimengerti dimengerti
b. Evaluasi mengajukan b. Menjawab
pertanyaan secara pertanyaan
lisan yang diberikan
c. Mengucapkan salam penyuluh
c. Menjawab
salam
Evaluasi
1. Evaluasi Struktur :
 Penyuluh dapat memberikan materi penyuluhan yang baik
 Media dan alat ,memadat
 Setting sesuai dengan kegiatan
2. Evaluasi proses :
 Pelaksanaan sesuai dengan alokasi waktu
 Peserta mengikuti dengan aktif materi penyuluhan
 Peserta dapat hal-hal yang tidak dapat dimengerti pada saat diskusi
3. Evaluasi akhir :
 Masyarakat dapat menjelaskan tentang pengertizn penyakit kusta
 Masyarakat dapat menjelaskan tentang penyebab penyakit kusta
 Masyarakat dapat menjelaskan tentang faktor penyebab penyakit kusta
 Masyarakat dapat menjelaskan tentang tanda dan geja;la peyakit kusta
 Masyarakat dapat menje;laskan tentang cara penularan penyakit kusta
 Masyarakat dapat menjelaskan tentang akibat bila tidak berobat dini dan teratur

Mahasiswa,

Alfi Syahri
LAMPIRAN MATERI
PENYAKIT KUSTA

A. DEFINISI
Penyakit kusta adalah penyakit menular , menahun (lama) yang disebabkan
oleh kuman kusta (mycobacterium leprae). Penyakit tersebut menyerang kulit, saraf
tepi dan dapat menyerang jaringan tubuh lainnya kecuali otak. Kusta bukan penyakit
keturunan dan bukan disebabkan oleh kutukan,guna-guna,dosa atau makanan.
Kusta yang juga dikenal dengan nama leprae atau penyakit hansen adalah
penyakit yang menyerang sistem saraf sistem perifer, selaput lendir pada saluran
pernafasan atas, serta mata. Sistem saraf yang diserang bisa menyebabkan penderita
mati rasa.
Kusta disebabkan oleh sejenis bakteri yang memerlukan waktu 6 bulan
hingga 40 tahun untuk berkembang di dalam tubuh. Tanda dan gejala kusta bisa
saja ,muncul setelah bakteri menginfeksi tubuh penderita selama 2 hingga 10 tahun.
Meskipun dulu sempat menjadi penyakit yang ditakuti, saat ini kusta kusta
tergolong penyakit yang mudah diobati. Ironisnya, hingga saat ini beberapa daerah
diindoneisa masih dianggap sebagai kawasan endemik kusta oleh organisasi kesehatan
dunia WHO.

B. PENYEBAB
Penyekit kusta disebabkan oleh kuman yang dimakan sebagai
microbakterium,dimana microbakterium ini adalah kuman aerob,tidak membentuk
spora, berbentuk batang yang tidak mudah diwarnai namun jika diwarnai akan tahan
terhadap dekolorisasiol oleh asam atau alkohol.
Bakteri mycrobakterium leprae menjadi penyebab utama kusta. Bakteri ini
tumbuh pesat pada bagian tubuh yang bersuhu lebih dingin seperti
tangan,wajah,kaki,dan lutut.
M .leprae termasuk jenis bakteri yang hanya bisa tumbuh berkembang
didalam beberapa sel manusia dan hewan tertentu. Cara penularan bakteri ini adalah
melalui cairan dari hidung yang biasanya menyebar ke udara ketika penderita batuk
atau bersin.
C. FAKTOR PENYEBAB
Selain penyebab utamanya, ada juga faktor-faktor yang bisa meningkatkan
risiko seseorang untuk mengidap penyakit ini. Beberapa faktor risiko tersebut
melalui :
 Melakukan kontak fisik dengan hewan penyebar bakteri kusta tanpa sarung
tangan. Beberapa di antaranya adalah armadilo dan simpanse afrika.
 Masa inkubasi bakteri M.Leprae ± 2-5 tahun. Ditularkan kepada orang yang
memiliki daya tahan tubuh yang lemah serta membutuhkan kontak yang erat dan
lemah
 Penularan kusta dapat melalui pernafasan atau lendir dari hidung yang terjadi
pada penderita kusta yang belum diobati. penderita yang sudah diobati bukan
merupakan sumber penularan.
 Bertempat tinggal di kawasan endemik kusta.
 Menderita cacat genetik pada sistem kekebalan tubuh.
D. TANDA & GEJALA
Tanda-tanda penyakit kusta bermacam-macam, tergantung dari tingkat atau
tipe dari penyakit tersebut. Di dalam tulisan ini hanya akan disajikan tanda-tanda
secara umum tidak terlampau mendetail, agar dikenal oleh masyarakat awam, yaitu:
 Adanya bercak tipis seperti panu pada badan/tubuh manusia
 Pada bercak putih ini pertamanya hanya sedikit, tetapi lama-lama semakin melebar
dan banyak.
 Adanya pelebaran syaraf terutama pada syaraf ulnaris, medianus, aulicularis
magnus seryta peroneus. Kelenjar keringat kurang kerja sehingga kulit menjadi
tipis dan mengkilat.
 Adanya bintil-bintil kemerahan (leproma, nodul) yang tersebar pada kulit
 Alis rambut rontok
 Muka berbenjol-benjol dan tegang yang disebut facies leomina (muka singa)

Gejala-gejala umum pada lepra, reaksi :


 Panas dari derajat yang rendah sampai dengan menggigil.
 Anoreksia.
 Nausea, kadang-kadang disertai vomitus.
 Cephalgia.
 Kadang-kadang disertai iritasi, Orchitis dan Pleuritis.
 Kadang-kadang disertai dengan Nephrosia, Nepritis dan hepatospleenomegali.
 Neuritis.
E. CARA PENULARAN
Tetapi ada yang mengatakan bahwa penularan penyakit kusta adalah :
 Segera melakukan pengobatan sejak dini secara rutin terhadap penderita kusta,
agar bakteri yang dibawa tidak dapat lagi menularkan pada orang lain.
 Menghindari atau mengurangi kontak fisik dengan jangka waktu yang lama.
 Meningkatkan kebersihan diri dan kebersihan lingkungan
 Meningkatkan atau menjaga daya tahan tubuh, dengan cara berolahraga dan
meningkatkan pemenuhan nutrisi.
 Tidak bertukar pakaian dengan penderita, karena basil bakteri juga terdapat pada
kelenjar keringat
 Memisahkan alat-alat makan dan kamar mandi penderita kusta
 Untuk penderita kusta, usahakan tidak meludah sembarangan, karena basil bakteri
masih dapat hidup beberapa hari dalam droplet
 Isolasi pada penderita kusta yang belum mendapatkan pengobatan. Untuk
penderita yang sudah mendapatkan pengobatan tidak menularkan penyakitnya
pada orang lain.
 Melakukan vaksinasi BCG pada kontak serumah dengan penderita kusta.
 Melakukan penyuluhan terhadap masyarakat mengenai mekanisme penularan
kusta dan informasi tentang ketersediaan obat-obatan yang efektif di puskesmas.

Klinis ternyata kontak lama dan berulang-ulang ini bukanlah merupakan


faktor yang penting. Banyak hal-hal yang tidak dapat di terangkan mengenai penularan
ini sesuai dengan hukum-hukum penularan seperti halnya penyakit-penyakit terinfeksi
lainnya.
Menurut Cocrane (1959), terlalu sedikit orang yang tertular penyakit kusta
secara kontak kulit dengan kasus-kasus lepra terbuka. Menurut Ress (1975) dapat
ditarik kesimpulan bahwa penularan dan perkembangan penyakit kusta hanya
tergantung dari dua hal yakni jumlah atau keganasan Mocrobakterillm Leprae dan
daya tahan tubuh penderita. Disamping itu faktor-faktor yang berperan dalam
penularan ini adalah :
 Usia : Anak-anak lebih peka dari pada orang dewasa
 Jenis kelamin : Laki-laki lebih banyak dijangkiti
 Ras : Bangsa Asia dan Afrika lebih banyak dijangkiti
 Kesadaran sosial :Umumnya negara-negara endemis kusta adalah Negara
dengan tingkat sosial ekonomi rendah
 Lingkungan : Fisik, biologi, sosial, yang kurang sehat

F. TIPE-TEPI KUSTA
Terdapat 2 tipe kusta:
1. Kusta kering (Pausi Bacillary):
 timbul bercak keputihan seperti panu
 permukaan bercak kering, kasar, tidak berkeringat dan mati rasa
 bercak timbul pada 1-5 tempat
 kerusakan saraf tepi pada 1 tempat
 hasil pemeriksaan bakteriologis (-)
 tidak menular
2. Kusta basah (Multi Bacillary):
 timbul bercak putih kemerahan menyerupai kadas
 terjadi penebalan dan pembengkakan pada bercak
 bercak timbul pada lebih dari 5 tempat
 terdapat banyak kerusakan saraf tepi
 hasil pemeriksaan bakteriologis (+)
 sangat mudah menular

G. PENATALAKSANAAN
Tujuan utama program pemberantasan kusta adalah penyembuhan pasien
kusta dan mencegah timbulnya cacat serta memutuskan mata rantai penularan dari
pasien kusta terutama tipe yang menular kepada orang lain untuk menurunkan insiden
penyakit. Program Multi Drug Therapy (MDT) dengan kombinasi rifampisin,
klofazimin, dan DDS dimulai tahun 1981. Program ini bertujuan untuk mengatasi
resistensi dapson yang semakin meningkat, mengurangi ketidaktaatan pasien,
menurunkan angka putus obat, dan mengeliminasi persistensi kuman kusta dalam
jaringan.
Rejimen pengobatan MDT di Indonesia sesuai rekomendasi WHO 1995
sebagai berikut:
a) Tipe PB ( PAUSE BASILER/SEDIKIT KUMAN/KUSTA KERING)
dosis untuk orang dewasa :
Rifampisin 600mg/bln diminum didepan petugas DDS tablet 100 mg/hari diminum
di rumah. Pengobatan 6 dosis diselesaikan dalam 6-9 bulan dan setelah selesai
minum 6 dosis dinyatakan RFT (Release From Treatment) meskipun secara klinis
lesinya masih aktif. Menurut WHO(1995) tidak lagi dinyatakan RFT tetapi
menggunakan istilah Completion Of Treatment Cure dan pasien tidak lagi dalam
pengawasan.
b) Tipe MB ( MULTI BASILER/BANYAK KUMAN/KUSTA BASAH)
Jenis obat dan dosis untuk orang dewasa :
Rifampisin 600mg/bln diminum didepan petugas. Klofazimin 300mg/bln diminum
didepan petugas dilanjutkan dengan klofazimin 50 mg /hari diminum di
rumah. DDS 100 mg/hari diminum dirumah, Pengobatan 24 dosis diselesaikan
dalam waktu maksimal 36 bulan sesudah selesai minum 24 dosis dinyatakan RFT
meskipun secara klinis lesinya masih aktif dan pemeriksaan bakteri positif.
Menurut WHO (1998) pengobatan MB diberikan untuk 12 dosis yang diselesaikan
dalam 12-18 bulan dan pasien langsung dinyatakan RFT.
Dosis untuk anak
Klofazimin:
Umur, dibawah 10 tahun: /bln Harian 50mg/2kali/minggu, Umur 11-14
tahun,Bulanan 100mg/bln, Harian 50mg/3kali/minggu, DDS:1-2mg /Kg BB,
Rifampisin:10-15mg/Kg BB
c) Pengobatan MDT terbaru
Metode ROM adalah pengobatan MDT terbaru. Menurut WHO(1998), pasien kusta
tipe PB dengan lesi hanya 1 cukup diberikan dosis tunggal rifampisin 600 mg,
ofloksasim 400mg dan minosiklin 100 mg dan pasien langsung dinyatakan RFT,
sedangkan untuk tipe PB dengan 2-5 lesi diberikan 6 dosis dalam 6 bulan. Untuk
tipe MB diberikan sebagai obat alternatif dan dianjurkan digunakan sebanyak 24
dosis dalam 24 jam.
e) Putus obat
Pada pasien kusta tipe PB yang tidak minum obat sebanyak 4 dosis dari yang
seharusnya maka dinyatakan DO, sedangkan pasien kusta tipe MB dinyatakan DO
bila tidak minum obat 12 dosis dari yang seharusnya.
DAFTAR PUSTAKA

Graber,Mark A,1998,Buku Saku Kedokteran university of IOWA,EGC,Jakarta


Mansjoer, Arif, 2000, Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Ed. III, media Aeuscualpius,
Jakarta.
Juall, Lynda,1999 Rencana Asuhan Keperawatan Dan Dokumentasi Keperawatan Edisi
II, EGC. Jakarta,Departemen Kesehatan RI Dirjen P2M dan PLP, 1996, Buku
Pedoman Pemberantasan Penyakit Kusta, Jakarta.
Adhi, N. Dkk, 1997. Kusta, Diagnosis dan Penatalaksanaan, FK UI, Jakarta
SATUAN ACARA PENYULUHAN
“MARI MENGENAL KUSTa”
DI DESA SUKAMAKMUR KECAMATAN DELITUA
KABUPATEN DELI SERDANG PROVINSI SUMATERA
UTARA

DI SUSUN

O
L
E
H

Nama : Alfi Syahri


Npm : 15.11.007
Jurusan : PSIK

Program Studi Ilmu Keperawatan


Fakultan Keperawatan
Institut Kesehatan Deli Husada Delitua
T.A 2017/2018

Anda mungkin juga menyukai