I. Tujuan
a. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan selama 30 menit diharapkan peserta
dapat mengerti tentang Pendidikan Kesehatan Penyakit Kusta
b. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
1. Kognitif : Masyarakat Desa Sukamakmur mampu menyebutkan kembali
pengertian, penyebab, faktor penyebab, tanda & gejala, cara penularan, cara
mengobati, dan akibat bila tidak berobat dini dan teratur pada penyakit kusta
dirumah dan keluarga mampu menjelaskan kembali langkah-langkah
pembuatan obat tradisional herbal untuk mengatasi kusta yang dialami
masyarakat desa sukamaju.
2. Afektif : Masyarakat Desa Sukamakmur menyatakan kesediaannya untuk
melakukan Pendidikan Kesehatan dirumah untuk mengatasi masalah
dkusta yang dialami masyarakat Desa Sukamaku
3. Psikomotor : Adanya perubahan perilaku masyarakat desa sukamaku setelah
diberikan penyuluhan kesehatan mengenai cara mengobati kusta dengan cara
bahan alami setiap hari dengan obat tradisional herbal
III. Metode
a. Ceramah
b. Diskusi
c. Tanya jawab
d. Demonstrasi
Mahasiswa,
Alfi Syahri
LAMPIRAN MATERI
PENYAKIT KUSTA
A. DEFINISI
Penyakit kusta adalah penyakit menular , menahun (lama) yang disebabkan
oleh kuman kusta (mycobacterium leprae). Penyakit tersebut menyerang kulit, saraf
tepi dan dapat menyerang jaringan tubuh lainnya kecuali otak. Kusta bukan penyakit
keturunan dan bukan disebabkan oleh kutukan,guna-guna,dosa atau makanan.
Kusta yang juga dikenal dengan nama leprae atau penyakit hansen adalah
penyakit yang menyerang sistem saraf sistem perifer, selaput lendir pada saluran
pernafasan atas, serta mata. Sistem saraf yang diserang bisa menyebabkan penderita
mati rasa.
Kusta disebabkan oleh sejenis bakteri yang memerlukan waktu 6 bulan
hingga 40 tahun untuk berkembang di dalam tubuh. Tanda dan gejala kusta bisa
saja ,muncul setelah bakteri menginfeksi tubuh penderita selama 2 hingga 10 tahun.
Meskipun dulu sempat menjadi penyakit yang ditakuti, saat ini kusta kusta
tergolong penyakit yang mudah diobati. Ironisnya, hingga saat ini beberapa daerah
diindoneisa masih dianggap sebagai kawasan endemik kusta oleh organisasi kesehatan
dunia WHO.
B. PENYEBAB
Penyekit kusta disebabkan oleh kuman yang dimakan sebagai
microbakterium,dimana microbakterium ini adalah kuman aerob,tidak membentuk
spora, berbentuk batang yang tidak mudah diwarnai namun jika diwarnai akan tahan
terhadap dekolorisasiol oleh asam atau alkohol.
Bakteri mycrobakterium leprae menjadi penyebab utama kusta. Bakteri ini
tumbuh pesat pada bagian tubuh yang bersuhu lebih dingin seperti
tangan,wajah,kaki,dan lutut.
M .leprae termasuk jenis bakteri yang hanya bisa tumbuh berkembang
didalam beberapa sel manusia dan hewan tertentu. Cara penularan bakteri ini adalah
melalui cairan dari hidung yang biasanya menyebar ke udara ketika penderita batuk
atau bersin.
C. FAKTOR PENYEBAB
Selain penyebab utamanya, ada juga faktor-faktor yang bisa meningkatkan
risiko seseorang untuk mengidap penyakit ini. Beberapa faktor risiko tersebut
melalui :
Melakukan kontak fisik dengan hewan penyebar bakteri kusta tanpa sarung
tangan. Beberapa di antaranya adalah armadilo dan simpanse afrika.
Masa inkubasi bakteri M.Leprae ± 2-5 tahun. Ditularkan kepada orang yang
memiliki daya tahan tubuh yang lemah serta membutuhkan kontak yang erat dan
lemah
Penularan kusta dapat melalui pernafasan atau lendir dari hidung yang terjadi
pada penderita kusta yang belum diobati. penderita yang sudah diobati bukan
merupakan sumber penularan.
Bertempat tinggal di kawasan endemik kusta.
Menderita cacat genetik pada sistem kekebalan tubuh.
D. TANDA & GEJALA
Tanda-tanda penyakit kusta bermacam-macam, tergantung dari tingkat atau
tipe dari penyakit tersebut. Di dalam tulisan ini hanya akan disajikan tanda-tanda
secara umum tidak terlampau mendetail, agar dikenal oleh masyarakat awam, yaitu:
Adanya bercak tipis seperti panu pada badan/tubuh manusia
Pada bercak putih ini pertamanya hanya sedikit, tetapi lama-lama semakin melebar
dan banyak.
Adanya pelebaran syaraf terutama pada syaraf ulnaris, medianus, aulicularis
magnus seryta peroneus. Kelenjar keringat kurang kerja sehingga kulit menjadi
tipis dan mengkilat.
Adanya bintil-bintil kemerahan (leproma, nodul) yang tersebar pada kulit
Alis rambut rontok
Muka berbenjol-benjol dan tegang yang disebut facies leomina (muka singa)
F. TIPE-TEPI KUSTA
Terdapat 2 tipe kusta:
1. Kusta kering (Pausi Bacillary):
timbul bercak keputihan seperti panu
permukaan bercak kering, kasar, tidak berkeringat dan mati rasa
bercak timbul pada 1-5 tempat
kerusakan saraf tepi pada 1 tempat
hasil pemeriksaan bakteriologis (-)
tidak menular
2. Kusta basah (Multi Bacillary):
timbul bercak putih kemerahan menyerupai kadas
terjadi penebalan dan pembengkakan pada bercak
bercak timbul pada lebih dari 5 tempat
terdapat banyak kerusakan saraf tepi
hasil pemeriksaan bakteriologis (+)
sangat mudah menular
G. PENATALAKSANAAN
Tujuan utama program pemberantasan kusta adalah penyembuhan pasien
kusta dan mencegah timbulnya cacat serta memutuskan mata rantai penularan dari
pasien kusta terutama tipe yang menular kepada orang lain untuk menurunkan insiden
penyakit. Program Multi Drug Therapy (MDT) dengan kombinasi rifampisin,
klofazimin, dan DDS dimulai tahun 1981. Program ini bertujuan untuk mengatasi
resistensi dapson yang semakin meningkat, mengurangi ketidaktaatan pasien,
menurunkan angka putus obat, dan mengeliminasi persistensi kuman kusta dalam
jaringan.
Rejimen pengobatan MDT di Indonesia sesuai rekomendasi WHO 1995
sebagai berikut:
a) Tipe PB ( PAUSE BASILER/SEDIKIT KUMAN/KUSTA KERING)
dosis untuk orang dewasa :
Rifampisin 600mg/bln diminum didepan petugas DDS tablet 100 mg/hari diminum
di rumah. Pengobatan 6 dosis diselesaikan dalam 6-9 bulan dan setelah selesai
minum 6 dosis dinyatakan RFT (Release From Treatment) meskipun secara klinis
lesinya masih aktif. Menurut WHO(1995) tidak lagi dinyatakan RFT tetapi
menggunakan istilah Completion Of Treatment Cure dan pasien tidak lagi dalam
pengawasan.
b) Tipe MB ( MULTI BASILER/BANYAK KUMAN/KUSTA BASAH)
Jenis obat dan dosis untuk orang dewasa :
Rifampisin 600mg/bln diminum didepan petugas. Klofazimin 300mg/bln diminum
didepan petugas dilanjutkan dengan klofazimin 50 mg /hari diminum di
rumah. DDS 100 mg/hari diminum dirumah, Pengobatan 24 dosis diselesaikan
dalam waktu maksimal 36 bulan sesudah selesai minum 24 dosis dinyatakan RFT
meskipun secara klinis lesinya masih aktif dan pemeriksaan bakteri positif.
Menurut WHO (1998) pengobatan MB diberikan untuk 12 dosis yang diselesaikan
dalam 12-18 bulan dan pasien langsung dinyatakan RFT.
Dosis untuk anak
Klofazimin:
Umur, dibawah 10 tahun: /bln Harian 50mg/2kali/minggu, Umur 11-14
tahun,Bulanan 100mg/bln, Harian 50mg/3kali/minggu, DDS:1-2mg /Kg BB,
Rifampisin:10-15mg/Kg BB
c) Pengobatan MDT terbaru
Metode ROM adalah pengobatan MDT terbaru. Menurut WHO(1998), pasien kusta
tipe PB dengan lesi hanya 1 cukup diberikan dosis tunggal rifampisin 600 mg,
ofloksasim 400mg dan minosiklin 100 mg dan pasien langsung dinyatakan RFT,
sedangkan untuk tipe PB dengan 2-5 lesi diberikan 6 dosis dalam 6 bulan. Untuk
tipe MB diberikan sebagai obat alternatif dan dianjurkan digunakan sebanyak 24
dosis dalam 24 jam.
e) Putus obat
Pada pasien kusta tipe PB yang tidak minum obat sebanyak 4 dosis dari yang
seharusnya maka dinyatakan DO, sedangkan pasien kusta tipe MB dinyatakan DO
bila tidak minum obat 12 dosis dari yang seharusnya.
DAFTAR PUSTAKA
DI SUSUN
O
L
E
H