Anda di halaman 1dari 12

SAP TENTANG PENYAKIT KULIT

SKABIES

KELOMPOK 5
RUANGAN MERPATI

1. AMELIA GUSTRI (1914201007)


2. CINDI SONIA PUTRI (1914201011)
3. DEFRI HANDIKA (19142010
4. DELNI

Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik

( ) ( )

PRODI ILMU KEPERAWATAN


STIKes ALIFAH PADANG
2022
SATUAN ACARA PENYULUHAN
PENYAKIT KULIT : SKABIES
IDENTITAS
Pokok Bahasan : Penyakit kulit “Skabies”
Sasaran : Ruangan Merpati
Waktu : 45 menit
Hari / Tanggal. : Rabu 26-01-2022
Tempat :
Penyuluhan : TIM

I. LATAR BELAKANG
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah upaya untuk
memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi
perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat dengan membuka jalur
komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi untuk
mendekatkan pimpinan (advocacy), bina suasana (empowerment) sebagai
suatu upaya untuk membantu masyarakat mengenali dan mengatasi
masalahnya sendiri. Dalam tatanan masing-masing, agar dapat
menerapkan cara-cara hidup sehat dalam rangka menjaga, memelihara dan
meningkatkan kesehatan (Guna & Amatiria, 2015).
Pondok Pesanteren merupakan salah satu tempat yang rentan
terjadinya berbagai penyakit menular, salah satunya adalah penyakit kulit.
Faktor Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) memegang peranan
penting dalam menentukan terjadinya proses interaksi antara host dengan
agent dalam proses terjadinya penyakit, lingkungan yang tidak sehat erat
kaitannya dengan peningkatan terjadinya penyakit kulit (Guna & Amatiria,
2015).
Skabies merupakan penyakit kulit yang sering menyerang
masyarakat daerah tropis yang disebabkan oleh bakteri sarcoptes scabei.
Skabies dalam bahasa Indonesia sering dengan “kudis” dan masyarakat di
Jawa menyebutnya sebagai “gudig” yang ditandai dengan keluhan gatal,
terutama pada malam hari dan ditularkan melalui kontak langsung atau
tidak langsung melalui peralatan sehari-hari (Mading & Sopi, 2015).
Skabies juga dikenal sebagai infeksi penyakit menular yang mendunia
dengan estimasi 300 juta kasus setiap tahunnya (Sumiatin, Yunariyah, &
Ningsih, 2017). Meskipun demikian, penyakit skabies sering diabaikan
karena dianggap tidak mengancam jiwa sehingga prioritas penanganannya
rendah yang berujung pada serangan komplikasi sekunder. Oleh karena
itu, sesuai dengan uraian diatas penyusun tertarik untuk memberikan
asuhan keperawatan komunitas pada agregat pesantren berupa penyuluhan
kesehatan bertema penyakit kulit “skabies” untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat pondok.

II. TUJUAN PENYULUHAN


2.1 Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan selama 45 menit diharapkan santri dapat
memahami mengenai konsep penyakit kulit “skabies”.

2.2 Tujuan Khusus


Setelah proses penyuluhan mengenai konsep penyakit kulit “skabies”,
diharapkan santri mampu :
a. Memahami definisi penyakit skabies
b. Menyebutkan mitos penyakit skabies
c. Menyebutkan penyebab penyakit skabies
d. Menyebutkan manifestasi klinis penyakit skabies
e. Memahami alur transmisi penyakit skabies
f. Memahami cara pencegahan penyakit skabies

III. ISI MATERI (GAMBARAN SECARA UMUM)


Skabies merupakan penyakit kulit yang sering menyerang masyarakat
daerah tropis yang disebabkan oleh bakteri sarcoptes scabei yang ditandai
dengan keluhan gatal, terutama pada malam hari dan ditularkan melalui
kontak langsung atau tidak langsung melalui peralatan sehari-hari (Mading
& Sopi, 2015). Resiko penularan tersebut dapat ditekan dengan melalui
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), perilaku tersebut memegang
peranan penting dalam menentukan terjadinya proses interaksi antara host
dengan agent dalam proses terjadinya penyakit, lingkungan yang tidak
sehat erat kaitannya dengan peningkatan terjadinya penyakit kulit termasuk
skabies. Oleh karena itu sebelum agregat memiliki perubahan perilaku
yang signifikan, maka perlu dilakukannya promosi kesehatan yang sesuai
dengan permasalahan kesehatan yang ada dilingkungan terkait melalui
penyuluhan secara garis besar mengapa penyakit kulit “skabies” dapat
menyerang mereka.

IV. METODE
Ceramah , Tanya Jawab dan Demonstrasi

V. MEDIA DAN ALAT


LCD Projector

Vl . SETTING TEMPAT

: Moderator
: Santri

: Fasilitator

: Pemateri

: Observer
VI. PENGORGANISASIAN

1. Moderator : Siswa Wijayanti


2. Pemateri : 1. Miskatul Akhwad
2. Faisal Burhanudin
3. Fasilitator : 1. Alfan Maulana Ishaq
2. Resky Fatimah
3. Fadjriyanty Fadhila Amir
4. Observer : 1. Tassya Pratiwi
2. Fitri Adelya Angelica

VII. SATUAN ACARA


No Kegiatan Respon Peserta Penyuluhan Waktu

1. Pendahuluan, terdiri dari :


 Membalas salam
 Penyampaian salam
 Memperhatikan
 Perkenalan
 Memperhatikan 5 menit
 Menjelaskan topik penyuluhan
 Memperhatikan
 Menjelaskan tujuan
 Memperhatikan
 Menjelaskan waktu pelaksanaan

2 Penyampaian materi, terdiri dari :


 Memperhatikan penjelasan
 Menjelaskan Materi :
dan mencermati materi
a. Definisi penyakit skabies
b. Mitos penyakit skabies
c. Penyebab penyakit skabies
d. Manifestasi klinis penyakit
skabies
e. Alur transmisi penyakit 35 menit

skabies
f. Pencegahan penyakit
skabies
 Memberikan kesempatan  Bertanya/ada respon
untuk bertanya
 Menjawab pertanyaan peserta  Memperhatikan jawaban
3. Penutup, terdiri dari :

 Menyimpulkan hasil  Memperhatikan 5 menit


penyuluhan
 Mengakhiri dengan salam  Menjawab salam

VIII. KRITERIA EVALUASI


1. Evaluasi Struktur
Semua santri ikut dalam kegiatan penyuluhan yang dilakukan pada
santri Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’in.

2. Evaluasi Proses
 Para santri antusias terhadap Pendidikan Kesehatan
 Santri tidak meninggalkan tempat sebelum kegiatan selesai.
 Santri terlihat aktif dalam kegiatan tersebut.

3. Evaluasi Hasil
Peningkatan pgetahuan santri tentang konsep penyakit kulit
“skabies” yang sering terjadi pada lingkungannya, yaitu santri
dapat:

a. Memahami definisi penyakit skabies


b. Menyebutkan mitos penyakit skabies
c. Menyebutkan penyebab penyakit skabies
d. Menyebutkan manifestasi klinis penyakit skabies
e. Memahami alur transmisi penyakit skabies
f. Memahami cara pencegahan penyakit skabies
LAMPIRAN MATERI

a. Definisi penyakit skabies


Skabies merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi
dan sensitisasi Sarcoptes scabiei yang termasuk dalam filum
Arthropoda, kelas Arachnida, ordo Acarina, famili Sarcoptidae
(Mutiara & Syailindra, 2016). Penyakit ini juga sering disebut dengan
kutu badan, budukan, gatas agogo ditandai dengan keluhan gatal,
terutama pada malam hari dan ditularkan melalui kontak langsung atau
tidak langsung melalui alas tempat tidur dan pakaian (Mading & Sopi,
2015).

b. Mitos penyakit skabies


Skabies merupakan penyakit kulit endemik tropis yang disebabkan
oleh bakteri sarcoptes scabei dan sering menyerang individu yang
bertempat tinggal di lingkungan yang padat penghuni (Azizah, 2013;
Wijayanti & Ainiyah, 2019). Penyakit skabies sering diabaikan karena
dianggap tidak mengancam jiwa sehingga prioritas penanganannya
rendah yang berujung pada serangan komplikasi sekunder, sehingga
dari uraian diatas menciptakan pernyataan “Kalau belum kena kudis,
belum jadi santri”.

c. Penyebab penyakit skabies


Penyebab utama terjangkitnya skabies adalah Sarcoptes scabiei,
parasit ini merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya
cembung, dan bagian perutnya rata. Siklus hidup Sarcoptes scabiei
sepenuhnya terjadi pada tubuh manusia sebagai host, namun tungau ini
juga mampu hidup di tempat tidur, pakaian, atau permukaan lain pada
suhu kamar selama 2-3 hari dan masih memiliki kemampuan untuk
berinfestasi dan menggali terowongan (Mutiara & Syailindra, 2016).
Gambar c.1 Siklus hidup Sarcoptes scabiei

Sedangkan, faktor pendukung terjadinya penyakit skabies adalah


sanitasi yang buruk dan dapat menyerang manusia yang hidup
berkelompok, tinggal di asrama, barak-barak tentara, rumah tahanan
dan pesantren maupun panti asuhan serta tempat-tempat yang lembab
dan kurang mendapat sinar matahari (Mading & Sopi, 2015).

d. Manifestasi klinis penyakit skabies


Manifestasi klinis yang sering menyertai penderita adalah gatal
yang hebat terutama pada malam hari sebelum tidur dengan adanya :
 Tanda papula (bintil), pustula (bintil bernanah), ekskoriasi
(bekas garukan)
 Bekas lesi yang berwarna hitam dan dengan bantuan loup (kaca
pembesar)
 Adanya kunikulus atau lorong di atas papula (vesikel atau
plenthing/pustula)

Gambar d1. Skabies pada telapak dan punggung tangan


Sedangkan menurut Daili (2005) penyakit skabies mempunyai 4
gejala klinis utama (tanda kardinal) yang meliputi :
 Gatal pada malam hari (pruritus nocturna)
 Menyerang manusia secara berkelompok
 Ditemukan terowongan (kunikulus)
 ditemukan tungau pada pemeriksaan kerokan kulit secara
mikroskopis.
Manifestasi klinis tersebut dapat dirasakan pada bagian kulit yang
tipis seperti sela-sela jari tangan dan kaki, siku, selangkangan dan
sekitar kelamin, lipatan paha, perut bagian bawah, pantat, dan
pinggang (Mading & Sopi, 2015).

e. Alur transmisi penyakit skabies


Skabies dapat ditularkan melalui kontak langsung (skin to
skin) misalnya berjabat tangan, 
bersentuhan, dan hubungan seksual, atau kontak tidak langsung yaitu 
melalui penggunaan pakaian,  sprei 
(bed linen), atau handuk secara bergantian dengan individu yang meng
idap skabies karena kutu 
skabies dapat bertahan hidup diluar tubuh manusia selama 3 hari (72 ja
m) (Mutiara & Syailindra, 2016).
f. Pencegahan penyakit skabies
 Pencegahan primer
Menjaga kebersihan badan (mandi teratur minimal dua kali
sehari menggunakan air mengalir dan sabun serta
membersihkan area genital dan mengeringkannya dengan
handuk bersih, rutin memotong kuku serta cuci tangan dengan
tepat) , kebersihan pakaian, tidak menggunakan alat pribadi
(handuk, sprai, pakaian) bergantian dengan orang lain.
 Pencegahan Sekunder
Bentuk pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan
mengobati penderita secara langsung agar tungau tidak
menginfestasi orang lain yang berada di sekitarnya. Sehingga,
hindari kontak tubuh dalam waktu lama dan erat misalnya
berpelukan, dan tidur satu ranjang dengan penderita. Orang
yang pernah melakukan kontak langsung dengan penderita atau
yang sering berada di sekitar penderita perlu diperiksa.
 Pencegahan Tersier
Setelah penderita dinyatakan sembuh dari skabies, perlu
dilakukan pencegahan tersier agar penderita dan orang-orang
disekitarnya tidak terinfestasi skabies untuk kedua kalinya.
Pakaian, handuk, dan sprei yang digunakan lima hari terakhir
oleh penderita harus dicuci dengan air panas agar seluruh
tungau mati. Cara lainnya adalah semua barang tersebut dicuci
bersih dengan deterjen dan dijemur di bawah terik sinar
matahari. Barang-barang yang tidak dapat dicuci tetapi diduga
terinfestasi tungau diisolasi dalam kantong plastik tertutup pada
tempat yang tidak terjangkau manusia selama seminggu sampai
tungau mati (Sungkar, 2016).
DAFTAR PUSTAKA

Azizah, N. N. U. R. (2013). Pon-Pes Al-Hamdulillah Rembang.

Mading, M., & Sopi, I. P. B. (2015). Kajian Aspek Epidemiologi Skabies Pada
Manusia Aspects of Epidemiology Studies Scabies in Human, 9–18.

Mutiara, H., & Syailindra, F. (2016). Skabies, Majority |.

Sumiatin, T., Yunariyah, B., & Ningsih, W. T. (2017). Pengetahuan Tentang


Hidup Bersih Dan Sehat Dalam Pencegahan Skabies Di Pondok Pesantren
Mukhtariyah Syafi ’ Iyah 1 Beji Tuban ( The Effectiveness of Health
Education on Knowledge about Clean and Healthy Life in the Prevention of
Scabiesat Pondok Pesantren, 4(1), 23–27.
https://doi.org/10.26699/jnk.v4i1.ART.p023-027

Sungkar, S. (2016). Skabies : Etiologi, Patogenesis, Pengobatan, Pemberantasan,


dan Pencegahan.

Wijayanti, L., & Ainiyah, N. (2019). The Effect Of The Skin Personal Hygiene
Modules As Health Education Media Against, 8(1), 1–7.

http://www.depkes.go.id/article/view/19032800001/no-more-myth-of-scabies-
among-santri.html diakses Jum'at, 27 September 2019 pukul 21.17 WIB.

Anda mungkin juga menyukai