Anda di halaman 1dari 1

#PAUDituPenting

Pendidikan sejatinya memiliki makna untuk meningkatkan atau mengimprove pengetahuan dan
wawasan. Seorang siswa PAUD yang belum mengetahui warna, akan menjadi tahu bahkan bisa
menyebutkan dengan tepat dan benar melalui proses pendidikan, itulah mengapa hashtag
#PAUDitupenting membawa makna sebenarnya, bahwa PAUD adalah sektor pendidikan yang
sangat perlu menjadi sorotan, ia awal dari segala muasal generasi, bibit dari sebuah profil pelajar
pancasila yang sedang kita dengung-dengungkan.

Sebagaimana kita ketahui bersama, pelajar pancasila merupakan satu dari beberapa rencana
strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2020-2024, dan telah dituangkan oleh
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dalam Permendikbud nomor 22 tahun 2020. Disebutkan
bahwa pelajar pancasila adalah perwujudan dari pelajar sepanjang hayat yang memiliki
kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai pancasila, dengan ciri beriman pada
Tuhan yang Maha Esa dan berakhlak mulia, berkebhinekaan, bergotong royong, kretaif, mandiri
dan bernalar kritis.

Untuk mengejewantahkan profil pelajar pancasila yang sangat ideal ini, perlu upaya kuat dalam
pembangunan generasi sejak usia dini. Proses membangun pengetahuan anak usia dini
memerlukan pendampingan yang kuat dari lingkungan keluarga, dalam hal ini orang tua. Anak -
anak akan mengekspresikan pengetahuan dan pemahamannya melalui berbagai cara. Seperti
dengan bahasa tubuh (body language), berbicara langsung, menggambar, menari, menyanyi atau
menulis. Orang tua yang baik akan menangkap berbagai pesan ini dengan baik pula. Bahasa yang
jujur dari dalam sanubari anak harus bisa diterjemahkan dengan kepedulian. Orang tua yang
peduli dapat melihat, mengamati, berdialog dan berdiskusi dengan bahasa anak. Melalui proses
tumbuh kembang yang baik dengan pendampingan orang tua, maka perwujudan 6 karakter
utama pelajar pancasila itu bukan mustahil bisa terwujud.

Menurut pakar pendidikan islam, Dr. Khalid Ahmad Asy-Syantut, lingkungan pertama yang
harus bertanggung jawab dalam urusan pendidikan anak bukanlah sekolah, namun sejatinya
adalah rumahnya sendiri. Rumah dalam hal ini gaya pendidikan orang tua memiliki peran besar.
60 % pendidikan anak seharusnya dibangun sejak dari rumah, kemudian 20% berada di
lingkungan dan 20% nya lagi berada di sekolah atau lembaga pendidikan yang diberikan
kepercayaan oleh orang tuanya untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan mereka.

Jika kita melihat kondisi saat ini, anak-anak kita tidak lagi hidup dalam lingkungan yang
bermakna sempit, lingkungan yang terbatas ruang dan waktu. Mereka melampaui itu, mereka
adalah bagian dari warga dunia, masyarakat global yang dapat dengan mudah memiliki akses
untuk mengunjungi satu tempat ke tempat lain dengan teknologi. Perusahaan-perusahaan
teknologi kini sedang giat mengembangkan metaverse. Sebut saja Mark Zuckerberg, ia
mendefinisikan metaverse sebagai ruang virtual yang dapat dijelajahi secara bersama dengan
orang lain yang tidak berada pada satu tempat yang sama. Sebuah ruang tiga dimensi dalam alam
semesta ini yang memungkinkan anak-anak kita menjadi aktor, kreator, pemain atau apapun
dalam satu waktu yang sama.

Anda mungkin juga menyukai