Anda di halaman 1dari 4

Pendidikan Sebagai Rekayasa Sosial

Yang Dapat Melemparkan Anak-anak Ke Cita-citanya yang Paling Atas


Dan Membentuk Pribadi Cerdas yang Berkarakter
Oleh: Yadi Gunawiadi

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Karakter Bngsa dan Sumber Daya manusia

Kabupaten Kaimana – Papua Barat, 10 s.d 13 Agustus 2015

Pendidikan sebagai suatu proses akumulasi pengalaman berkesinambungan yang digeluti peserta
didik untuk mengembangkan potensi bawaannya (innate potentialities). Pendidikan sebagai suatu produk
yang menggambarkan hasil pengembangan keterampilan, pengetahuan dan sikap (Dr.Tedjo Naryoso. ST,
M.Pd, Pengembangan Kurikulum Pendidikan, hal 25, Th 2010. Kesepakatan nasional menetapkan tujuan
pendidikan nasional yaitu berkembangnya peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi
warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab (UU.RI No. 20, Th 2003).

Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional tersebut maka pendidikan yang dikembangkan
memerlukan acuan pembelajaran dan pelatihan yang jelas. Kurikulum yang dikembangkan harus
merupakan hasil pemikiran yang komprehensif, baik secara filsafat, psikologi, ilmu pengetahuan,
teknologi dan budaya. Paradigma pedagogi yang merupakan ruh kurikulum yang dikembangkan
seharusnya mampu mendidik manusa seutuhnya (Paradigma Pedagogi Reflektif), rasa, hasrat, ingatan,
imaginasi, budi, melatih nalar menuju pemahaman yang mendalam, kemandirian berfikir atas dasar
prinsip dan nilai yang benar, sehingga dapat terbangun kehendak dalam diri peserta didik, menanamkan
kekuatan menghendaki yang baik dan benar. Pendidikan mampu menjawab konteks hidup generasi muda,
mengembangkan competence (keunggulan akademik), compasion (melatih rasa perasaan, berbelarasa),
conscience (berkarakter, kebenaran) dan membangun nilai sosial dan spiritual secara utuh.

Peran itu secara penuh mengarah pada upaya meningkatkan kemakmuran (prosperity)
masyarakat secara keseluruhan. Dengan pendidikan yang memadai akan mampu menjawab fenomena
permasalahan yang menantang generasi muda yaitu Tebaran Informasi (Pengetahuan) yang tidak
terhingga, Tawaran nilai dan gaya hidup yang saling mengerubuti, Pendangkalan berfikir, berperasaan,
berelasi serta memudarnya rasa bangga berbangsa dan memudarnya rasa mencintai Tanah Air Indonesia.
Karena peranan strategis pendidikan maka pendidikan hendaknya ditempatkan posisi yang penting dalam
akselerasi pembangunan (Prof. Dr. Mukhtar. M.Pd, Pendidikan Untuk Semua, hal v, Th 2007).
Pendidikan telah dianggap sedemikian penting sebagai investasi masa depan.

Pendidikan telah menjadi watak/karakter budaya bangsa. Namun sejauh ini hasilnya belum
seperti yang diharapkan. Banyak hal yang merupakan problematika pendidikan nasional, diantaranya
adalah: Pendidikan merupakan alat kekuasaan bukan merupakan prioritas pembangunan, pendidikan
kurang memperhatikan tuntutan paradigma keberhasilan yaitu perubahan dan pengembangan ilmu
pengetahuan serta kebutuhan masyarakat yang kompetitif, biaya pendidikan yang harus ditanggung orang
tua siswa cukup mahal, pasar kerja bagi lulusan sekolah sangat labil, tekanan ekonomi yangkuat dan
memprihatinkan, angka kemiskinan tinggi bagi masyarakat luas mempengaruhi pola berfikir orang tua
1
dan anak usia sekolah tentang pentingnya pendidikan, Dr. Syaiful Sagala. M.Pd, Manajemen Berbasis
Sekolah, hal 6-7, Th. 2006). Banyak anak yang mengklaim dirinya sebagai anak dari kalangan miskin
merasa tidak berhak utnuk mendapatkan kesempatan mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi.

Betapapun sulitnya mendidik seorang anak, tetapi semua anak di negeri tercinta ini harus
diyakinkan mendapatkan kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang layak. Semua orang harus
bahu-membahu bekerjasama mewujudkan pelayanan pendidikan yang prima untuk anak-anak.
Memerlukan orang sekampung untuk mendidik seorang anak ‘it take a whole village to educate a single
learner (Aprican Proverb)’. Semua orang harus peduli dengan pendidikan anak.Semua orang
membangun learning community untuk meningkatkan kemampuan mendidik secara terus-menerus. Tiga
kekuatan Tripusat Pendidikan yaitu Pemerintah, Keluarga atau masyarakat dan Sekolah seyogyanya
harus betul-betul berfungsi dengan optimal dalam menjalankan peran dalam menyelenggarakan
pendidikan anak, karena banyak aspek pendidikan yang tidak terlihat dan mampu dikembangkan oleh
satu orang atau satu pihak, walaupun ia mengklaim dirinya sebagai seorang ahli dalam bidang
Pendidikan. View yang terbatas dari seseorang yang memiliki kepedulian terhadap dunia pendidikan
walaupun ia seorang ahli, sehingga semua orang harus mempedulikannya.

Tidaklah akan sia-sia segala upaya dalam mendidik anak-anak yang merupakan pewaris bangsa
ini. Membangun generasi yang handal merupan investasi yang paling strategis sebagai investasi jangka
panjang. Anak-anak merupakan amanah dari Yang Maha Pencipta. Semua anak yang dilahirkan harus
menjelma menjadi seseorang yang layak menjadi pewaris peradaban yang lebih baik. Kita seharusnya
merasa cemas ketika mewariskan generasi yang lemah kepada suatu peradaban bangsa ini.
Bagaimanapun tingkat kesulitan hidup, kerumitan dan kompleksitas kesulitan hidup anak-anak kita di
masa mendatang akan lebih besar dibandingkan dengan yang kita alami hari ini. Dan anak-anak kita
harus mampu hidup pada zamannya.

Anak-anak seharusnya berterima kasih kepada orang tuanya yang telah memilih menyekolahkan
mereka, karena bisa saja orang tua mereka memilih untuk memenuhi kebutuhan pribadinya, selain
menyekolahkan anak-anaknya yang sangat mahal di era ini, ketika pemerintah belum mampu
memberikan sepenuhnya biaya untuk pendidikan seluruh anak. Walaupun fasilitas yang dinikmati tiap
tiap anak tentu saja berbeda karena status orang tua merekapun tentu saja berbeda-beda, ada yang miskin,
ada yang kaya raya, ada yang memiliki orang tua seorang pejabat tinggi atau dari kalangan masyarakat
biasa. Diluar semua hal itu, anak-anak harus bersyukur karena Tuhan Yang Maha Kuasa telah
memberikan kesempatan ia terlahir ke dunia ini dan diberi kesempatan untuk hidup. Tidak ada yang
salah ketika ia lahir dimanapun, bangsa apapun, dari keluarga seperti apapun, miskin atau kaya, pejabat
atau rakyat jelata. Semua anak harus memiliki kemampuan untuk menyikapi keberadaan dirinya dengan
rasa syukur, tidak menyesal dan menangis ketika ia menyadari kalau ia anak seseorang yang sangat
miskin begitu pula ia tidak menjadi sombong ketika ia memiliki ayah seorang pejabat tinggi. Tidak ada
negosiasi dengan Sang Maha Pencipta ketia seorang anak akan dilahirkan oleh ibunya ke muka bumi ini.
Bahkan ia tidak pernah meminta ingin dilahirkan oleh ibu yang mana, ibu yang seperti apa, dan memilki
ayah yang seperti apa pula! Semuanya adalah takdir yang harus ia terima. Ia hanya harus membangun
dirinya menjadi seseorang yang layak ditolong oleh Yang Maha Kuasa yang memiliki maha kekuatan
untuk mengubah sesuatu yang mustahil menjadi mungkin dan yang tidak mungkin dapat terjadi menjadi

2
dapat terjadi. Kemampuan untuk itu hanya akan dapat dibangun dengan pendidikan. Pendidikan akan
mampu membangun spirit, energi sehingga anak mampu berfikir positif dan bermanfaat untuk
kehidupannya, ia akan mendapatkan pengalaman belajar untuk memiliki kemampuan untuk bertahan
pada situasi apapun dalam menjalani kehidupannya, memiliki derajat ketangguhan yang tinggi (adversity
quotient), dan mampu berfikir besar dan membangun impiannya yang besar pula. Ia akan menjelma
menjadi seseorang yang mandiri, bermanfaat bukan hanya untuk dirinya sendiri tetapi bermanfaat bagi
semua orang disekitarnya, kelahirannya akan menjadi berkah untuk semua orang. Ibaratnya ketika ia
melihat bintang yang menaungi keluarganya bintang yang redup, maka itu merupakan tanggung
jawabnya untuk mengubah bintang itu menjadi bintang yang terang benderang.

Pendidikan merupakan rekayasa sosial yang dapat melemparkan anak-anak ke cita-citanya yang
paling tinggi. Kita belajar dari Bapak Pendidikan yang sangat memberikan warna dalam sejarah
pendidikan di Indonesia, ‘Ki Hajar Dewantoro’ dan menggali kembali nilai-nilai pendidikan yang telah
menjadi jati diri bangsa di negeri ini ‘Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri
Handayani’.

Seberapa pentingkah menjaga profesionalisme bagi seorang guru? Peranan guru dalam
melakukan tugasnya sebagai guru profesional dalam rangka memberikan pelayanan pendidikan yang
prima kepada anak didiknya taruhannya adalah generasi. Ketika seorang guru melakukan kesalahan
dalam memberikan pelayanan pendidikan kepada anak didiknya, maka kesalahan itu akan mempengaruhi
kehidupan anak-anak didiknya, dan bagaimana warna keadaan kehidupan anak didiknya karena pengaruh
pendidikan yang diberikan guru akan mempengaruhi kehidupan generasi berikutnya dan akan terus
diwariskan pengaruh pendidikan tersebut ke generasi berikutnya lagi. Hal itu akan terjadi terus berulang-
ulang, sehingga semakin banyak orang yang akan mengalami dampak dari kesalahan pendidikan itu.

Seorang guru seharusnya membangun dirinya terlebih dahulu sehingga ia layak menjadi figur
keteladanan, panutan anak didiknya, diawali dengan mengubah dirinya sehingga menjelma menjadi
sosok yang memiliki nilai-nilai yang pantas dipakai sebagai “referensi’ anak didiknya. Ia menjadi potret
panutan semua anak didiknya. Dengan semua hal itu ia akan menjadi mudah diterima dan masuk ke
dunia anak. Ia akan memiliki kemampuan memahami anak didiknya, ia akan menjadi motivator yang
handal, sehingga dengan sendirinya akan terbangun pada setiap anak-didiknya suatu karakter
kemandirian, memiliki hasrat untuk selalu berkarya dan berupaya membangun masa depannya yang lebih
baik. Guru mengasuh anak-anaknya sehingga menjadi seseorang yang memiliki keunggulan dengan
seluruh nilai kompetensi yang diperlukannya. Ketika kemandirian dan hasrat ingin lebih maju tumbuh
pada jiwa anak, guru akan memiliki kesempatan mendorong mereka melalui pengalaman belajar yang
diberikan kepada anak-anak didiknya. Dan anak-anak dapat berkembang lebih baik dari gurunya itu
sendiri. Anak didik akan tumbuh menjadi dirinya sendiri secara optimal. Anak akan senantiasa terus
membangun peradaan bangsanya menjadi bangsa dengan peradaban yang lebih tinggi dan lebih tinggi
lagi.

Bagi seorang guru sangatlah penting menunjukkan keteladanan dirinya terlebih dahulu kepada
anak-anak didiknya, baru kemudian ia dapat mendorong dan membimbing anak serta mengasuhnya.
Seorang guru yang bijaksana menyadari benar ia harus pantas, layak utuk menjadi seseorang panutan
untuk anak didiknya, ‘Ing ngarso sung tulodo’. Seberapa tinggi nilai keteladanan yang ia miliki akan
3
menjadi tolak ukur dan menjadi kriteria keteladanan yang harus dimiliki untuk setiap anak-
didiknya.bahkan nilai keteladanan yang melekat pada diri guru seharusnya merupakan kriteria minimal
bagi anak didiknya. Keteladanan tersebut akan memungkinkan seorang guru akan mendapatkan tempat
dihati anak-didiknya, menjdi kebanggaan dan menjadi panutan untuk setiap anak, sehingga kemudian ia
akan menjadi seseorang yang layak menjalankan perannya untuk mengimplementasikan ‘Ing Madyo
Mangun Karso’, ia layak berada ditengah-tengah anak-didiknya untuk memotivasi mereka untuk
membangun impian hidupnya, meyakinkan jiwanya terhadap cita-citanya yang paling tinggi. Seorang
guru akan memberikan energi yang maha dahsyat untuk menjadikan seorang anak mampu berkarya,
belajar aktif, inovatif dan kreatif, memiliki hasrat untuk berfikir besar. Pada saat itu seorang guru
seyogyanya memiliki kemampuan memberikan spirit yang cukup bagi semua anak-didiknya untuk
tumbuh menjadi seseorang yang melebihi keberadaan guru itu sendiri. Itulah kemenangan seorang guru
ketika anak didiknya tumbuh melebihi dirinya. Ketika ia sudah dapat diterima berada ditengah-tengah
murid-murid ‘anak didiknya’ yang dikasihi, niscaya ia akan memiliki kesempatan untuk dapat
mewujudkan makna tut wuri handayani yang menjadi peranan berikutnya terhadap semua anak didiknya.
Dan seorang guru yang sangat beruntung akan memiliki kesempatan mendorong, membimbing sehingga
anak didiknya mampu membangun dirinya menjadi sosok yang mandiri, mampu membuat solusi
terhadap setiap permasalahan yang ia temui dalam kehidupannya sehari-hari dan inilah sosok Anak Abad
21 yang diperlukan oleh Zaman Era Globalisasi.

Anda mungkin juga menyukai