2023
A. PENDAHULUAN
1. Analisis Lingkungan Strategis
Sebagai negara yang besar dari segi geografis, suku bangsa, potensi ekonomi, dan
beragamnya kemajuan pembangunan dari satu daerah kedaerah lain, maka ancaman desintegrasi
bangsa masih tetap ada. Oleh sebab itu sekolah harus mampu membentuk manusia Indonesia
yang menyeimbangkan kebutuhan individu dan masyarakat untuk memajukan jati diri sebagai
bagian dari bangsa Indonesia dan kebutuhan untuk berintegrasi sebagai satu entitas bangsa
Indonesia.
a. Sekolah Unggul
Pengembangan sekolah dikembangkan berakar pada budaya lokal dan bangsa memiliki
arti bahwa sekolah harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar dari budaya
setempat dan nasional tentang berbagai nilai yang penting. sekolah juga harus memberikan
kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi dalam mengembangkan nilai-nilai budaya
setempat dan nasional menjadi nilai budaya yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan
menjadi nilai yang dikembangkan lebih lanjut untuk kehidupan di masa depan. sekolah yang
dikembangkan berdasarkan pandangan filsafat eksperimentalisme harus dapat mendekatkan apa
yang dipelajari di sekolah dengan apa yang terjadi di masyarakat. Oleh karena itu apa yang
terjadi di masyarakat sebagai sumber kurikulum. Filosofi rekonstruksi sosial memberi arah
kepada kurikulum untuk menempatkan siswa sebagai subjek yang peduli pada lingkungan sosial,
alam, dan lingkungan budaya. sekolah juga harus dapat menjadi sarana untuk mengembangkan
potensi intelektual, berpikir rasional, dan kemampuan membangun masyarakat demokratis siswa
menjadi suatu kemampuan yang dapat digunakan untuk mengembangkan kehidupan masyarakat
yang lebih baik. Sesuai dengan pandangan filsafat esensialisme dan perenialisme, sekolah harus
menempatkan kemampuan intelektual dan berpikir rasional sebagai aspek penting yang harus
menjadi kepedulian kurikulum untuk dikembangkan. sekolah harus dapat mewujudkan peserta
didik menjadi manusia yang terdidik dan sekolah harus menjadi centre for excellence.
Pandangan filsafat esensialisme dan perenialisme menuntut kurikulum mampu membentuk
pesertadidik menjadi manusia cerdas secara akademik dan memiliki kepedulian sosial.
Pandangan filsafat eksistensialisme dan romantik naturalisme memberi arah dalam
pengembangan kurikulum, sehingga kurikulum dapat mewujudkan siswa memiliki rasa
kemanusiaan yang tinggi, kemampuan berinteraksi dengan sesama dalam mengangkat harkat
kemanusiaan, dan kebebasan berinisiatif serta berkreasi. Menurut pandangan filsafat ini, setiap
individu siswa adalah unik, memiliki kebutuhan belajar yang unik, perlu mendapatkan perhatian
secara individual, dan memiliki kebebasan untuk menentukan kehidupan mereka. Pada intinya
kurikulum harus mampu mengembangkan seluruh potensi manusia yaitu menjadikan siswa
sebagai manusia seutuhnya. Manusia yang memiliki kekuatan yang berguna bagi dirinya
masyarakat, bangsa, dan negara.
Untuk mewujudkan hal tersebut di atas diperlukan pengelolaan pendidikan yang baik
oleh setiap lembaga pendidikan yang disebut sebagai sekolah unggul. Sekolah unggul
merupakan lembaga pendidikan yang lahir dari sebuah keinginan untuk memiliki sekolah yang
mampu berprestasi di tingkat nasional dan dunia dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi oleh ditunjang oleh akhlakul karimah. Sekolah unggul dikembangkan untuk mencapai
keistimewaan dalam keluaran pendidikannya. Untuk mencapai keistimewaan tersebut, maka
masukan, proses pendidikan, guru dan tenaga kependidikan, manajemen, layanan pendidikan,
serta sarana penunjangnya harus diarahkan untuk menunjang tercapainya tujuan tersebut.
Melihat pentingnya output pendidikan yang dituntut memiliki ilmu pengetahuan
yang luas itu, maka wajib bagi para stakeholder lembaga pendidikan untuk mengembangkan
lembaganya menjadi lembaga pendidikan yang unggul. tentunya, masih banyak kalangan yang
kurang sependapat dengan pengembangan sekolah unggul tersebut karena kenyataan dilapangan
banyak sekolah yang hanya menambahkan embel-embel unggulan di belakang nama sekolahnya
padahal mutu dan kualitasnya masih perlu dipertanyakan, sedangkan SPPnya terus melonjak
naik dan tidak sesuai dengan output yang diinginkan.
Ketidaksesuaian antara kualitas dan pembiayaan sekolah itulah yang menjadi perdebatan
berbagai pihak. Seakan tidak akan ada sekolah unggulan dengan biaya yang murah yang bisa
dijangkau oleh masyarakat indonesia secara umum. Oleh karena itulah, sudah saatnya para pakar
mendesain sekolah unggul dengan pembiayaan yang dapat dijangkau oleh masyarakat secara
umum, mengingat rata-rata masyarakat Indonesia masuk pada kategori ekonomi
menengah ke bawah.
Pengertian Sekolah Unggul dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa yang
dimaksud dengan unggul adalah lebih tinggi (pandai, baik, cakap, kuat, awet) daripada yang lain-
lain. Istilah unggul atau unggulan telah diperdebatkan. Ada keberatan dikalangan ahli pendidikan
untuk penggunaan kata sekolah unggul. Menurut ahli pendidikan, sebaiknya digunakan kata
sekolah efektif, sebagai terjemahan effective school, yang lebih pas untuk menunjuk “sekolah unggul”.
Sekolah unggul mengandung arti yang negatif. Di negara-negara maju saja tidak menggunakan
istilah excelent school, tetapi menggunakan istilah lab school, effective school, demonstration school,
experiment school, accelerated school atau essential school untuk menunjuk sekolah unggulan.
Dalam literatur internasional tidak dikenal istilah excelent school seperti di Indonesia yang
memperkenalkan istilah “sekolah unggul”
atau “sekolah unggulan”1.
Sekolah unggulan adalah sekolah yang efektif menggunakan strategi peningkatan budaya
mutu, strategi pengembangan kesempatan belajar, strategi memelihara kendali mutu (quality
control), strategi penggunaan keakuasaan, pengetahuan dan informasi secara efisien2. Sekolah
unggulan memerlukan usaha pemberdayaan sekolah dalam meningkatkan kegiatannya dalam
menyampaikan pelayanan yang bermutu kepada murid3. Dari konsep sekolah unggulan diatas
dapat kita ketahui bahwa sekolah unggulan adalah sekolah yang mampu memberikan pelayanan
kepada siswa dengan kualitas mutu yang terjamin baik serta efisien. Efisien disini merujuk
kepada pelayanan yang mengena, tepat waktu, tepat sasaran dan tepat pengetahuan.
Menurut Ummi Nahdliyah, terdapat tiga bingkai untuk mendefinisikan sekolah unggulan4.
Pertama, Sekolah uggulan merupakan sekolah yang memiliki kemampuan mengarahkan sumber
daya sekolah melalui tindakan yang rasional dan sistematik yang mencakup perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan tindakan, dan pengendalian untuk mencapai tujuan sekolah
yang meliputi (a) layanan belajar bagi siswa (b) pengelolaan dan layanan siswa ( c) sarana dan
prasarana, (d) program pembiayaan, (d) melibatkan partisipasi masyarakat, (e) budaya sekolah
yang unggul. Seluruh sumber daya sekolah dimanfaatkan secara optimal. Berarti tenaga
administrasi, pengembang kurikulum di sekolah, kepala sekolah, dan penjaga sekolah pun harus
dilibatkan secara aktif. Karena semua sumber daya tersebut akan menciptakan iklim sekolah yang
mempu membentuk keunggulan sekolah5.
Kedua, sekolah unggul adalah sekolah yang memaksimalkan fungsi dari
mutu input peserta didik, mutu kemampuan profesional guru, mutu penggunaan fasilitas belajar,
dan budaya sekolah sehingga menghasilkan pendidikan yang bermutu baik dalam nuansa
kuantitatif maupun kualitatif. Menurut Hanun, Profil sekolah unggulan tidak bisa hanya dilihat
dari karakteristik prestasi yang tinggi berupa nilai UN, melainkan juga potensi psikis, fisik,
etik, moral, religi, emosi, spirit, adversity dan intelegensi6.
Ketiga, sekolah yang mampu mewujudkan sebagai self renewing school” atau “adaptive
schools” atau disebut juga sebagai “learning organization”, yaitu suatu kondisi sekolah sebagai
entitas yang mampu menangani permasalahan yang dihadapi dan mampu menunjukkan
kapabilitasnya dalam merenovasi sehingga sekolah memiliki kemampuan beradaptasi dengan
perubahan-perubahan yang terjadi di sekitanya atau “the adaptive organism” untuk mampu
beradaptasi terus menerus.
Kriteria keunggulan sekolah yang diinginkan oleh pemerintah dalam hal ini Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan meliputi iman dan takwa terhadap Tuhan yang maha esa,
kemandirian yang mampu menghadapi era globalisasi, keunggulan yang dapat menghasilkan karya
yang bermutu, keahlian dan profesionalisme dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi,
kebersamaan dan kekeluargaan dalam mempererat persatuan dan kesatuan bangsa7. Dari
kriteria diatas dapat kita tarik kesimpulan bahwa muara keunggulan yang harus dicapai oleh siswa
adalah unggul dalam sikap (Afektif), Pengetahuan (Kognitif) dan mempunyai keahlian sesuai
dengan tuntutan zaman (psikomotor).
Sekolah yang bisa dikategorikan dalam sekolah unggul adalah sekolah yang mampu
melahirkan keunggulan akademik, esktrakurikuler dan moralitas pada peserta didik. Keunggulan
akademik dinyatakan dengan nilai yang dicapai oleh peserta didik. Keunggulan ektrakurikuler
dinyatakan dengan aneka jenis keterampilan yang diperoleh selama sekolah. Sedangkan
keunggulan moralitas dapat dilihat dari nilai-nilai hidup dan dorongan untuk maju
Era Digitalisasi
Bahwa menurut data statistik dari Population Reference Bureau (2012) itu, sebagian besar
dari mereka (sekitar 71%) tinggal di wilayah perkotaan. Mereka masuk kategori native
digital (Prensky, 2001) atau N-Generation (Mabrito & Medley, 2008). Seluruh hidupnya dikelilingi
oleh peralatan komputer, videogame, email, internet, dan pesan instan (instant messaging). Cara
generasi ini mempelajari pengetahuan juga berbeda. Ada tiga cara belajar mereka, yaitu: 1)
Langsung mengalami dan melakukan (experiential learning); 2) Kerja tim; dan 3) Menggunakan
jejaring sosial (social networking) (Oblinger & Oblinger, 2005).
Saat ini, era komunikasi telah bergeser dari offline ke online. Perubahan sosial dan
budaya pun mengalami pergeseran yang signifikan salah satunya cara berkomunikasi di dalam
keluarga. Keluarga menjadi tema penting yang domain pengaruhnya selama ini terlalu dikuasai
pendidikan formal. Stigma yang berkembang bahwa sekolah telah berperan menjadi satu-
satunya tempat pendidikan moral, menggusur kapabilitas keluarga yang sebenarnya lebih
berperan signifikan
Perubahan Kurikulum
Himpunan Putusan Tarjih
Generasi Emas
Bonus Demografi
B. VISI
1. Visi
Contoh: Visi Kemendikbud thn 2020-2024
“Terbentuknya Sumber Daya Manusia Indonesia sebagai Insan yang
Berkarakter dan Sebagai Sumber daya Pembangunan yang Produktif”
Contoh perumusan visi yang dibuat berdasarkan potensi dan kondisi sekolah.
a. Sekolah yang terletak di kota besar, peserta didiknya berasal dari
keluarga mampu, berpendidikan tinggi dan memiliki harapan anaknya
menjadi orang hebat, lulusannya melanjutkan ke sekolah favorit yang
lebih tinggi, dapat merumuskan visinya: UNGGUL DALAM
PRESTASI, BERAKHLAQUL KARIMAH, TERAMPIL, MANDIRI.
DAN BERWAWASAL GLOBAL
b. Sekolah yang terletak di perkotaan, mayoritas peserta didiknya berasal
dari keluarga mampu dan hampir seluruh lulusannya ingin
melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi, dapat merumuskan visinya:
UNGGUL DALAM PRESTASI BERDASARKAN IMTAQ, TERAMPIL
DAN MANDIRI
c. Sekolah yang terletak di daerah pedesaan yang umumnya tidak maju
dari Sekolah di perkotaan dan banyak peserta didiknya tidak
melanjutkan ke Sekolah favorit/berprestasi, dapat merumuskan
visinya: TERDIDIK, TERAMPIL DAN MANDIRI BERDASARKAN
IMAN /TAQWA.
d. Sekolah yang terletak di daerah pinggiran kota (urban) yang
umumnya tingkat kemajuannya menengah dibanding Sekolah di
perkotaan atau pedesaan; masyarakatnya pekerja, lingkungannya
abangan, perilaku moral rendah, dan banyak peserta didiknya tidak
melanjutkan ke Sekolah yang lebih tinggi, dapat merumuskan visinya :
BERAKHLAQUL KARIMAH MANDIRI DAN TERAMPIL
BERDASARKAN IMTAQ.
2. Indikator Visi
Visi Indikator
Visi Indikator
D. TUJUAN
Pembinaan
Sekolah mampu peserta didik di
melaksanakan bidang olah raga
Meningkatkan pembinaan peserta
tanggung didik secara Pembinaan
jawab, percaya kompetitif peserta didik di
diri dan bidang seni
Unggul
dalam semangat Pembinaan
prestasi Non untuk program
berkompetisi Sekolah mampu
Akademik menyelenggaraan kepemimpinan
pada peserta
didik program ekstra Program
kurikuler dengan Pembinaan
optimal Palang Merah
Remaja
...
Meningkatkan Program
pendidikan Sekolah mampu Pembinaan
Unggul karakter meningkatkan kepramukaan
dalam peserta didik kepedulain sosial
kepedulian peserta didik Program Bakti
sosial Sosial
...
...
a Bidang akademik:
2 tingkat
5 tingkat
b Bidang non akademik:
2 tingkat
4 tingkat
C Kelulusan:
D Melanjutkan studi: -
B Silabus: Silabus:
- Tersusun RPP : 50% dari semua - Tersusun RPP : 100% dari semua 50%
mapel mapel
- Tersusun RPP semua mapel kelas - Tersusun RPP semua mapel kelas 7
7
RPP kelas 8 dan 9
3. Standar Proses
50%
B Persyaratan Pembelajaran
- Jumlah siswa per rombel: 40 - Jumlah siswa per rombel: 32 anak Pengurangan 8
anak - Beban mengajar guru: ≥ 24 siswa/rombel
- Beban mengajar guru: 10 jam/minggu
jam/minggu - Ratio antara jumlah siswa dengan Penambahan 14
- Ratio antara jumlah siswa buku tekas mapel 1:1 jam/minggu
dengan buku tekas mapel 3:1 - Pengelolaan kelas: 100%
- Pengelolaan kelas: 50% - Dll Penambahan 2
- Dll buku/siswa
50%
60%
70%
30%
2
kemanfaatan/tindak
lanjut
40%
A Kepala sekolah:
3 kali
3 kali
2 kali
................
80%
90%
90%
75%
25%
75%
90%
...............
Terbangun ruang
guru standar
Terbangun 1 gudang
Terbangun ruang
UKS
- Ruang Lab. Bahasa: tidak ada - Ruang Lab. Bahasa: 2 buah Terbangun 2 R Lab
- Ruang Lab. Komputer: tidak ada - Ruang Lab. Komputer: 2 buah Bahasa
- Ruang multi media: tidak ada - Ruang multi media: tidak ada
- Ruang akademik dan - Ruang akademik dan Terbangun 2 R Lab
pengembangan SIM: tidak ada pengembangan SIM: 2 buah Komputer
- Ruang kantin: tidak standar
(<10m2) Terbangun R multi
- Dll - Ruang kantin: ada s/ tandar
media
Terbangun 2 R
- Dll
akademik dan SIM
Terbangun R kantin
standar
- Daya listrik rendah (< 3000W) - Daya listrik rendah (6000W) 3000W
- Komputer Guru: 5% - Komputer Guru: 25%
- Komputer TU: 1 buah - Komputer TU: 5 buah 20%
- Komputer perpustakaan: tidak - Komputer perpustakaan: 20 buah
ada - Komputer Lab IPA: 1 buah 4 buah
- Komputer Lab IPA: tidak ada - Jaringan internet: ada
- Jaringan internet: tidak ada - Sarana olah raga: 100% 20 buah
- Sarana olah raga: 50% - Dll
- Dll
1 buah
Terpasang jaringan
50%
- Dokumen RPS (RKS dan RKAS): - Dokumen RPS (RKS dan RKAS): 50%
50% 100%
- Dokumen PSB: 60% - Dokumen PSB: 100%
- Dokumen Pedoman pembinaan - Dokumen Pedoman pembinaan
kesiswaan: 50% kesiswaan: 100% 40%
- Dokumen tata tertib sekolah: - Dokumen tata tertib sekolah:
50% 100% 50%
- Dokumen kode etik sekolah: - Dokumen kode etik sekolah: 100%
50% - Dokumen penugasan guru: 80%
- Dokumen penugasan guru: 80% - Dokumen administrasi sekolah
- Dokumen administrasi sekolah lainnya: 100% 50%
lainnya: 50% - Dll
- Dll
50%
20%
50%
50%
100%
100%
50%
50%
f Dll Dll
A Frekuensi ulangan harian oleh guru: Frekuensi ulangan harian oleh guru: 50%
50% 100%
k Dll Dll
D Penciptaan budaya tata krama “in Penciptaan budaya tata krama “in 30%
action”: 70% action”: 100%
G Dll Dll
A. PROGRAM STRATEGIS
G, STRATEGI PELAKSANAAN/PENCAPAIAN
a. Dalam program Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: strateginya
adalahmenjalin kerjasama dengan Jejaring Kurikulum Tingkat Kab/Kota/Propinsi,
Komite Sekolah dan stakeholder lain dalam melaksanakankunjungan, workshop,
lokakarya, seminar, In House Training, dlluntuk menghasilkan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan
b. Atau dalam program Pengembangan kurikulum: menjalin kerjasama dan
mengoptimasikan warga sekolah dalam membuat pemetaan SK,KD,dll; membuat
silabus, membuat RPP, membuat model-model penilaian, dll melalui workshop, IHT,
dll untuk menghasilkan domkumen kurikulum sekolah.
c. Dalam program Pengembangan srapras, bahan ajar, sumber belajar, dan media
pembelajaran: menjalin kerjasama dengan pihak lain dan mengoptimasikan SDM
sekolah untuk mengembangkan, melengkapi, menambah, dsb dalam rangka memenuhi
standar sarpras dan media pembelajaran sekolah;
Dan sebagainya sesuai dengan karakteristik program dan kondisi sekolahnya.
B. HASIL YANG DIHARAPKAN
A. PENINGKATAN SKL
1. Pemenuhan persiapan
pembelajaran
2. Pemenuhan persyaratan
pembelajaran
3. Peningkatan pelaksanaan
pembelajaran
4. Peningkatan pelaksanaan
penilaian pembelajaran
5. Peningkatan pengawasan
proses pembelajaran
6. Dll
D. ...................................dst
Bentuk Program:
STRATEGIS
PROGRAM
(RUPIAH)
JUMLAH
...................
...................
...................
...................
...................
...................
.................
.................
.................
KAB/KOTA
PROVINSI
PUSAT
LAINNYA
SUMBER
DANA
....
....
....
....
....
...
...
...
...
.......
.......
.......
.......
.......
.......
.......
.......
.......
......
......
......
BOS
BOS
BOS
SSN
.....
....
....
...
...
...
...
...
...
..
..
..
..
A. PENINGKATAN SKL
1.Peningkatan
prestasi akademik
2.Peningkatakn
prestasi non
akademik
3.Peningkatan
jumlah kelulusan
4.Peningkatan
kelanjutan studi
............. dst
1.Pengembangan
Buku-1 KTSP
(Dokumen-1
KTSP)
2.Pengembangan
silabus
3.Pengembangan
RPP
4.Pengembangan
Bahan Ajar,
Modul, Buku, dan
sebagainya
5.Pengembangan
Panduan
Pembelajaran
6.Pengembangan
Panduan Evaluasi
Hasil Belajar
7.dll
… DST
JUMLAH (RP)