Anda di halaman 1dari 72

Penerapan

Pendidikan Nilai-nilai Kemanusiaan


di SD Insan Teladan

Sebuah Best Practice dalam


Pendidikan Karakter

SD INSAN TELADAN
Jl. Kalisuren RT 02/ 05 Desa Kalisuren, Kecamatan Tajurhalang,
Kabupaten Bogor, Jawa Barat
Telp. (0251) 8553284 - Email : insanteladan@gmail.com
Kata Pengantar

Puji dan syukur atas rahmat Tuhan Yang Esa kami dapat
menyelesaikan buku saku tentang pendidikan karakter yang dijalankan
di sekolah kami SD Insan Teladan. Buku saku in kami beri judul
“Penerapan Pendidikan Nilai-nilai Kemanusiaaan di SD Insan Teladan –
Sebuah Best Practice dalam Pendidikan Karakter”

Terima kasih kami pada Kantor Kementrian Pendidikan


Nasional yang membantu kami dalam mengembangkan dan
menyebarkan program pendidikan karakter ke seluruh Indonesia.

Terima kasih yang mendalam juga haturkan kepada ISSEI


(Institute of Sathya Sai Education Indonesia) yang menggagas
pendirian sekolah dan pengadopsian Pendidikan Nilai-nilai
Kemanusiaan ke dalam SD Insan Teladan.

Kami berharap buku saku ini membawa angin segar perubahan


dalam dunia pendidikan di seluruh Indonesia, agar generasi penerus
bangsa menjadi generasi penerus yang cerdas dengan budi pekrti yang
luhur.

Kami menyadari masih banyak hal yang masih kami harus


pelajari dan perbaiki dalam pengembangan pendidikan karakter di
sekolah,oleh karena itu sumbangsih saran, kritikan, dan masukan demi
perbaikan yang terus menerus untuk memajukan pendidikan generasi
penerus bangsa harus terus kita lakukan.

Akhir kata kami haturkan banyak terima kasih kepada semua


pihak yang telah membantu proses pembuatan buku saku ini dan
semua pihak yang ikut membaca semoga tergerak untuk membuat
pendidikan karakter sebagai bagian yang menyatu dalam sistem
pendidikan kita.

Bogor, Maret 2010

Penyusun
Daftar Isi

Kata Pengantar ..............................................................................ii


Daftar Isi .......................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Visi Sekolah
C. Misi Sekolah
D. Tujuan Sekolah

BAB II PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH


A. Konsep Pendidikan Karakter
B. Pendidikan Nilai-Nilai Kemanusiaan
C. Alasan PNK sebagai Pendidikan Karakter
D. Model Pembelajaran Pendidikan Karakter

BAB III PENUTUP


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap anak Indonesia berhak terhadap pendidikan yang


mengembangkan karakter yang baik. Karena dengan pendidikan
karakter, pendidikan bukan hanya menghasilkan anak-anak yang
cerdas tetapi juga anak yang mempunyai budi pekerti yang luhur.
Dunia pendidikan saat ini menghadapi banyak masalah.
Tawuran pelajar yang terjadi kian marak belakangan ini, narkoba
yang telah merambah ke berbagai kalangan pelajar, moral anak
didik yang kurang baik karena mereka tidak menghargai orang tua,
guru, tidak disiplin terhadap nilai-nilai yang berlaku di masyarakat,
serta tidak bertanggung jawab terhadap pribadinya maupun orang-
orang di sekitarnya. Dunia pendidikan kurang mengembangkan
sikap toleransi terhadap kemajemukan yang ada di masyarakat kita.
Padahal para pendiri negara ini sangat menghargai kemajemukan
yang ada sesuai dengan semboyan negara “Bhinneka Tunggal Ika”.
Masalah di dunia pendidikan kian bertambah berat dengan
mahalnya biaya pendidikan yang mengakibatkan anak-anak dari
golongan masyarakat menengah ke bawah tidak mampu merasakan
pendidikan baik dari tingkat dasar sampai ke tingkat pendidikan yang
lebih tinggi. Sehingga mereka tidak dapat melepaskan kemiskinan
mereka, padahal hanya dengan melalui pendidikanlah kehidupan
seseorang dapat berubah menjadi lebih baik.
Dalam kaitan ini pendidikan diarahkan pada upaya
memanusiakan manusia. Pendidikan harus membantu proses
humanisasi, yaitu proses pelaksanaan pendidikan harus mampu
membantu peserta didik agar menjadi manusia yang berbudaya
tinggi (bermoral, berwatak, bertanggung jawab). Untuk mewujudkan
tujuan tersebut, maka implementasi pendidikan harus didasarkan
pada fondasi pendidikan yang memiliki prinsip Learning to know,
learning to do, learning to be, learning to live toghther.
Sesuai dengan tujuan pendidikan, perlu diupayakan sistem
pendidikan yang dapat membentuk kepribadian dan keterampilan
peserta didik yang unggul, yakni beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, mempunyai jiwa yang kreatif, cakap,
terampil, jujur, dapat dipercaya, disiplin, bertanggung jawab, serta
memiliki soladaritas yang tinggi.
Pendidikan pada dasarnya merupakan upaya pedagogis untuk
mentransfer nilai yang dianut oleh masyarakat sesuai dengan UU
no. 2/1999 yang menekankan pada tridomain pendidikan
diantaranya: kognitif, afektif, dan psikomotorik. Tridomain pendidikan
lebih banyak didominasi oleh domain afektif atau cenderung kepada
pembentukan sikap. Hal ini menujukkan bahwa tatanan nilai
(kepribadian yang luhur) berfungsi sebagai pengayom domain
lainnya, artinya kecerdasan dan keterampilan harus berasaskan
nilai-nilai yang dianut bangsa.
Berdirinya Sekolah Insan Teladan diawali oleh keprihatinan
atas kondisi dunia pendidikan di Indonesia yang kurang menekankan
karakter positif dan mahalnya biaya pendidikan. Hal lain yang juga
ikut mendorong berdirinya sekolah ialah terdapatnya konflik sosial
yang mengatasnamakan SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antar
golongan). Di mana hal tersebut dapat membuat kehidupan
masyarakat tidak harmonis, sehingga Semboyan Bangsa Indonesia
“Bhinneka Tunggal Ika” tidak dapat terealisasi dengan sempurna.
Sekolah Insan Teladan didirikan oleh berbagai kalangan yang
berada dalam masyarakat tanpa memandang SARA (Suku, Agama,
Ras, dan Antar golongan), karena mereka merasa ikut bertanggung
untuk menciptakan Indonesia yang lebih damai, harmonis, dan
sejahtera. Hal tersebutlah yang mengetuk para pendiri sekolah untuk
memberikan pendidikan tanpa biaya karena ada satu prinsip yang
ingin dikedepankan yaitu “Education is not for sell but for share”
(Pendidikan bukanlah untuk diperjualbelikan tetapi untuk dibagi-
bagikan).
Untuk pendidikan karakter Insan Teladan menerapkan
pendidikan nilai-nilai kemanusiaan dalam semua kegiatan dan
semua pelajaran yang ada di sekolah. Sekolah Insan Teladan.
Sekolah ini dimaksudkan untuk memberikan pendidikan karakter
terhadap peserta didik sehingga mampu menjadi manusia seutuhnya
(Human Excellence), yaitu manusia yang memiliki nilai-nilai
kebenaran, kebajikan, kedamaian, cinta kasih, dan berperilaku tanpa
kekerasan.
Nilai-nilai kemanusiaan adalah nilai utama yang dianut oleh
seluruh warga sekolah dimulai oleh pendiri, stakeholders, guru-guru,
siswa, seluruh orang tua murid, dan warga sekolah lainnya. Semua
pihak saling bahu membahu menciptakan iklim sekolah yang
kondusif, agar penerapan pendidikan nilai-nilai kemanusiaan dapat
berjalan dengan optimal. Pendidikan nilai-nilai kemanusiaan adalah
pendidikan karakter yang tujuan utamanya bukan untuk diajarkan
tetapi untuk dipraktekkan sehingga guru-guru merupakan teladan
yang utama bagi murid .

B. Visi Sekolah

Visi SD Insan Teladan adalah menumbuh kembangkan


peserta didik menjadi anak berakhlak mulia,cerdas dan berprestasi
yang dilandasi oleh nilai-nilai kemanusiaan yaitu kebenaran,
kebajikan, kedamaian, kasih sayang dan tanpa kekerasan agar
menjadi manusia yang seutuhnya (Human Excellent).
Untuk mewujudkan visi sekolah, diadakan kegiatan-kegiatan:
1. Memasukkan Pendidikan Nilai-nilai Kemanusiaan dalam seluruh
kegiatan sekolah .
2. Mengadakan doa bersama, duduk hening, dan bercerita setiap
hari sebelum dimulai pelajaran agar dapat siswa memperoleh
affirmasi positif tentang nilai-nilai kemanusiaan
3. Mengirimkan guru-guru untuk mengikuti kursus singkat
Pembelajaran Nilai-nilai Kemanusiaan Terpadu selama 10
minggu di Thailand.
4. Mengirimkan guru-guru untuk mengikuti seminar-seminar atau
penataran tentang nilai-nilai kemanusiaan yang memperkaya
pengetahuan guru dalam menerapkan nilai-nilai kemanusiaan
dalam proses pembelajaran.
5. Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dalam
pembelajaran nilai-nilai kemanusiaan yang universal sehingga
dapat mendorong siswa mempunyai rasa toleransi dan rasa kasih
sayang dalam menghadapi segala perbedaan di lingkungan
masyarakat.
6. Mengembangkan SDM terutama guru-guru untuk melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi agar mendapatkan tenaga
pengajar yang berkualitas

C. Misi Sekolah

Untuk mencapai Visi Sekolah, ” Menumbuhkembangkan


peserta didik menjadi anak berakhlak mulia, cerdas, dan berprestasi
yang dilandasi oleh nilai-nilai kemanusiaan agar menjadi manusia
seutuhnya (human excellent)", maka misi Sekolah Insan Teladan
dirumuskan sebagai berikut:
1. Menyiapkan generasi yang unggul dalam IMTAQ dan IPTEK
yang berlandaskan nilai-nilai kemanusiaan yang luhur.
2. Menjadikan nilai-nilai kemanusiaan sebagai filoshopy dasar
pendidikan yang dijalankan oleh sekolah.
3. Membangun Citra sekolah sebagai sekolah yang mengajarkan
nilai-nilai kemanusiaan di masyarakat.
4. Memberikan kesempatan pendidikan tanpa biaya kepada peserta
didik dari golongan masyarakat kurang beruntung.
Dalam rangka mewujudkan misi tersebut, sekolah berusaha
menerapkan peraturan yang ketat sesuai dengan kedudukan
masing-masing dan menjalin komunikasi yang baik untuk menjamin
hubungan kerja yang harmonis serta menerapkan nilai-nilai
kebenaran, kebajikan, kedamaian, kasih sayang, dan tanpa
kekerasan dalam setiap kegiatan yang ada di sekolah sehingga
tercipta pembelajaran yang terintegrasi baik langsung maupun tidak
langsung dengan nilai-nilai kemanusiaan sehingga SD Teladan
Teladan dapat dijadikan sekolah model dalam pembelajaran nilai-
nilai kemanusiaan.

D. Tujuan Sekolah

Tujuan sekolah dijabarkan berdasarkan tujuan umum


pendidikan, visi, dan misi sekolah. Berdasarkan tiga hal tersebut,
dapat dijabarkan tujuan SD Insan Teladan adalah:
1. Membuat peserta didik memahami dan mengamalkan nilai-nilai
kemanusiaan sehingga mereka menjadi manusia bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkarakter baik dan penuh kasih
terhadap sesama manusia.
2. Mengembangkan semua bakat, potensi, dan kecerdasan peserta
didik agar terarah dengan baik dengan sistem pembelajaran
siswa aktif.
3. Pengembangan serentak antara kepala (head), hati (heart), dan
tangan (hand) 3HV yang akan membuat peserta didik menjadi
pribadi yang selaras dan seimbang antara pikiran, perkataan,
dan perbuatan.
4. Membangun pribadi peserta didik agar mempunyai kepercayaan
diri (self-confidance), disiplin diri (self-discipline), dan pelayanan
tanpa pamrih (sefless- service) kepada masyarakat.
BAB II
Pendidikan Nilai-Nilai Kemanusiaan

A. Konsep Belajar Pendidikan Nilai-nilai Kemanusiaan

Konsep belajar yang dikembangkan pada Pendidikan nilai-nilai


kemanusiaan adalah terbentuknya perubahan perilaku siswa karena
melalui proses habituasi (kegiatan yang dilakukan secara terus
menerus) yang akan menjadi kebiasaan dalam kehidupan siswa
sehari-hari.
Konsep Belajar yang mengandung Nilai-nilai Kemanusiaan.
1. Penerimaan rangsangan dari Lingkungan
Manusia belajar melalui proses interaksi dengan lingkungan.
Kita berinteraksi dengan dunia luar melalui panca indera.
Informasi diterima melalui mata, telinga, hidung, lidah dan kulit
yaitu dengan indera penglihatan, pendengaran, penciuman,
pencicipan dan sentuhan. Jika siswa tak memiliki panca indera,
maka informasi dari lingkungan tidak dapat ditransfer kepada
siswa. Maka penting untuk menganalisa proses belajar yang
menggunakan panca indera.
Banyak peneliti otak telah menjelaskan bahwa rangsangan
yang diterima melalui organ-organ indera diproses oleh otak.
Akan tetapi, meskipun otak menerima informasi dari organ-organ
indera, tidak berarti bahwa pengetahuan atau pemahaman akan
terjadi secara otomatis. Kita perlu mempertimbangkan fungsi
pikiran sadar juga. Pikiran sadar adalah bagian dari pikiran yang
kita sadari. Kesadaran akan apa yang kita pikirkan terjadi dalam
pikiran sadar. Kita menggunakan pikiran sadar untuk berpikir dan
membuat keputusan. Untuk memahami rangsangan dari
lingkungan melalui organ-organ indera kita, kita butuh pikiran
sadar.
Tentang proses informasi yang diterima, pastinya informasi
yang masuk ke organ-organ indera kita diurai dengan suatu cara
dan siswa harus mengurai energi yang diterima. Kembali,
banyak pertanyaan yang timbul tentang cara penguraian berlaku /
terjadi. Dengan rangsangan sama yang diberikan kepada
beberapa orang, tetapi pemahaman seringkali berbeda. Melihat
adegan yang sama, ada orang yang gembira, ada yang merasa
sedih, ada yang berpikir bahwa hal ini adalah baik, ada yang
berpikir bahwa itu adalah buruk. Maka penguraian terjadi dengan
cara yang berbeda-beda. Kita perlu memahami semua hal ini
untuk membantu para siswa belajar dengan cara yang akan
memperkuat sasaran pendidikan dan membantu para guru kita
untuk memberikan pelatihan yang paling efektif bagi para siswa
sesuai dengan sasaran yang diinginkan.
2. Interpretasi Informasi dari Lingkungan
Teori pemrosesan informasi menjadi penting dalam
membahas hal-hal yang berhubungan dengan proses
pembelajaran, tetapi tidakcukup untuk menerangkan cara pikiran
berfungsi yang sangat banyak macamnya itu. Sebelumnya pikiran
sadar digambarkan sebagai bagian dari pikiran dimana
kesadaran dan pemahaman terjadi. Tetapi ada juga bagian
pikiran bawah sadar, yang kita tidak sadari. Karena kita tidak
mengetahui apa yang dipikirkan oleh pikiran bawah sadar kita,
hal itu menimbulkan banyak masalah bagi anak-anak kita. Maka
penting untuk memahami bagian bawah sadar pikiran kita dan
memanfaatkannya dalam proses belajar-mengajar oleh para
guru. Pikiran bawah sadar mengatur memori kita dan
penyimpanan semua pengalaman masa lampau kita.
Apa yang dilihat, didengar, atau diterima melalui organ-
organ indera, apa pun yang kita rasakan secara emotional, alami,
pikirkan atau lakukan melalui berbagai tindakan, dan apa pun
yang merupakan lingkungan kita di masa lampau kita, semuanya
tersimpan dalam pikiran bawah sadar kita.
Rangsangan yang diterima oleh organ-organ indera tidak
akan dimengerti secara langsung oleh pikiran sadar. Pikiran
sadar perlu mencari data serupa yang tersimpan dalam pikiran
bawah sadar. Jika ada suatu pola serupa dengan rangsangan
itu, maka pikiran sadar mengenali apa yang diterima. Kini mudah
mudah memahami mengapa ada anak-anak yang bereaksi keras
terhadap rangsangan tertentu. Mari kita umpamakan bahwa
semasa bayi, orangtuanya sering bertengkar dan saling berkelahi
di hadapan si bayi. Alam bawah sadarnya menyimpan kejadian-
kejadian ini. Bayi itu kini telah tumbuh dewasa dan segala hal
telah terlupakan. Lalu suatu hari, seseorang datang dan mulai
menggunakan kata-kata kasar kepadanya. Secara tidak sadar,
rangsangan-rangsangan itu membangunkan emosi-emosi yang
tersimpan lama dalam dirinya dan ia menjadi marah dan mulai
bertengkar dan berkelahi dengan orang itu. Para orangtua dan
guru perlu memahami bahwa pemograman sikap agresif anak-
anak terjadi melalui menonton film-film dan video kekerasan,
memainkan video games dan computer games dan berita media
yang melaporkan kriminalitas dan kekerasan.
Kini menjadi jelas bahwa untuk mengembangkan karakter
baik dalam diri si anak, nilai-nilai kemanusiaan yang diinginkan
harus menjadi bagian terintegrasi dari semua mata pelajaran
yang diajarkan di kelas. Dengan cara ini, nilai-nilai kemanusiaan
menjadi bagian terintegrasi dari data yang tersimpan dalam alam
bawah sadar. Atmosfir sekolah atau suasana sekolah harus diisi
dengan cinta kasih dan damai. Para guru harus menjadi teladan
dari karakteristik yang diinginkan dalam diri anak-anak.
3. Pengetahuan Batin - Kebijaksanaan
Rangsangan yang diterima oleh organ-organ indera akan
menimbulkan respons secara otomatis, berdasarkan
pengalaman-pengalaman lampau. Pada tahap ini, kita seringkali
sangat emosional tanpa pengendalian diri. Tetapi ketika kita
meningkatkan diri dan pikiran sadar menjadi lebih dominan, kita
mulai mempertanyakan tentang setiap hal. Secara alami menjadi
haus akan pengetahuan. Kita mulai belajar dari kesalahan-
kesalahan kita dengan menyadari bahwa tindakan-tindakan
tertentu akan menimbulkan penderitaan dan kita mencoba untuk
menghindari agar tidak menderita. Akan tetapi kita masih tergoda
oleh emosi-emosi yang muncul dari pikiran bawah sadar kita
dalam menanggapi rangsangan-rangsangan tertentu dari
lingkungan kita. Dari eksperiment kita berulang kali dalam hidup,
kita belajar dari pengalaman dan pengamatan bahwa tindakan
tertentu akan memberi kita damai dan suka cita.
Pendidikan berintegrasikan Nilai-nilai kemanusiaan untuk
anak-anak akan mempercepat proses belajar ini. Ketika para
guru membantu anak-anak untuk mengisi pikiran bawah sadar
dengan nilai-nilai, tanggapan terhadap stimulasi dari lingkungan
akan menjadi tidak begitu emosional dan menjadi lebih tenang
dan damai. Anak-anak harus belajar untuk mengintepretasikan
stimulasi yang diterima oleh organ-organ indera dengan cara
yang positif. Penting bagi anak-anak untuk belajar membedakan
antara tindakan yang baik dan tindakan yang buruk. Anak-anak
harus terlibat dalam memberikan pelayanan kepada orang lain
dan kepada masyarakat dengan penuh cinta kasih dan welas
asih. Tindakan seperti ini yang berdasarkan cinta kasih dan
welas asih yang dilakukan oleh anak-anak disebut dalam dalam
konsep ini adalah nilai kemanusiaan “perilaku bajik”. Hal
tersebut sangat bernilai bagi siswa karena membantu mereka
menemukan kedamaian dalam hidup ketika mereka belajar lebih
mengendalikan diri dan mengendalikan indera. Karena damai
adalah hal yang selalu dicari oleh manusia, “damai” juga
merupakan salah satu dari nilai-nilai kemanusiaan yang utama
dan sangat penting.
Sekarang didapati bahwa pikiran sadar menjadi tenang,
damai dan tidak bereaksi secara emosional terhadap berbagai
stimulasi seperti sebelumnya. Kemampuan untuk berkonsentrasi
meningkat dan daya ingat menjadi lebih kuat, sehingga ada
peningkatan serta perbaikan dalam proses belajar. Melatih
anak-anak dalam seni berkonsentrasi melalui duduk hening akan
mempercepat transformasi. Sekarang pikiran super sadar mulai
berlaku. Hati nurani dalam diri anak-anak akan mulai
mengajarkan dan membimbing mereka untuk bertindak dengan
benar, melakukan hanya apa yang baik bagi diri mereka sendiri
dan bagi orang lain. Jenis pembelajaran yang baru dimulai.
Pengetahuan dan pemahaman diperoleh secara intuitif tanpa
harus menggunakan pikiran sadar. Bahkan, pikiran sadar harus
diam dan tenang sepenuhnya agar intuisi bisa bekerja. Banyak
penemuan-penemuan besar di masa lampau diperoleh ketika
pikiran sedang tenang. Sir Isaac Newton menemukan hukum
gravitasi ketika sedang duduk sendirian di bawah sebuah pohon
apel. Hal ini menjadi kebiasaannya ketika ia tumbuh dewasa.
Ada banyak contoh orang-orang suci dan guru-guru besar dalam
sejarah yang memperoleh kebijaksanaan dan pemahaman
melalui latihan doa-doa, meditasi, yoga atau latihan-latihan
spiritual lainnya. Sebuah contoh adalah sang Buddha yang
memperoleh pencerahan ketika duduk di bawah pohon Bodhi
dalam meditasi berdiam diri. Yesus Kristus menghabiskan 30
hari di gunung di gurun pasir mengatasi godaan indera-indera
dan kemudian memulai misi beliau dengan mengajar para rasul
beliau. Nabi Muhammad SAW mendapatkan wahyu pertama juga
ketika menyendiri di dalam Gua Hira.
Tujuan pendidikan nilai-nilai kemanusiaan bukan untuk
mentransformasi anak-anak menjadi orang-orang suci. Tetapi
kita perlu membantu memunculkan kekuatan batin dan
kebijaksanaan dari dalam diri anak-anak. Anak-anak harus
memiliki karakter yang baik dan hidup mereka harus diisi dengan
nilai-nilai kemanusiaan. Pengembangan pikiran super sadar
akan membantu munculnya kebijaksanaan dan pemahaman dan
kemampuan untuk membuat penemuan-penemuan baru.
Kesadaran diri sejati akan berarti bahwa anak-anak akan
memahami siapa mereka, mengapa mereka ada di muka bumi ini
dan apa arti dari hidup mereka. Sehingga hidup mereka menjadi
lebih bermakna dan berguna bagi masyarakat dan bagi dunia.
Nilai kemanusiaan penting yang didapat melalui pengembangan
pikiran super sadar adalah pemahaman akan “kebenaran”.
4. Peran Cinta Kasih dan Welas Asih dalam proses belajar
Kessler dalam bukunya “The Soul of Education, Helping
Students Find Connection, Compassion and Character at
School”, membahas hubungan yang dalam yang akan membantu
memelihara jiwa para siswa. Hubungan yang dalam ini dijelaskan
sebagai rasa hormat dan peduli yang sangat dalam di dalam
sebuah hubungan dengan dirinya sendiri, dengan orang lain,
dengan komunitas, dengan alam atau dengan dunia. Pada saat
hubungan yang dalam ini terjalin, maka sikap si anak mulai
berubah. Para siswa bisa memahami dunia melalui belajar,
mencintai dan melayani.
Nilai kemanusiaan yang paling penting adalah cinta kasih
dan welas asih. Karena bila itu diekspresikan dalam tindakan kita
ia menjadi nilai perilaku bajik. Sikap kita menjadi lembut dan
penuh welas asih. Mempertimbangkan orang lain dan ada
pengorbanan diri. Tindakan kita akan penuh dengan pelayanan
bagi umat manusia. Bila ada cinta kasih dan welas asih dalam
hati kita, tidak akan ada kekerasan, amarah dan kebencian, rasa
takut, kecemasan, kedengkian dan emosi-emosi negatif lain.
Lalu nilai kemanusiaan damai hadir dalam hidup kita dan kita
akan penuh suka cita dan senyum. Hidup menjadi penuh makna.
Ketika cinta kasih dan welas asih memenuhi pikiran kita, pikiran
menjadi tenang dan hening yang akan mengaktifasi alam super
sadar. Kita kini terisi dengan kebijaksanaan dan pemahaman
tentang hidup. Kita kini paham bahwa kita semua adalah
saudara. Ego dihancurkan dan hanya ada rasa kesatuan dengan
sesama manusia serta alam dan lingkungan. Ini adalah nilai-nilai
kemanusiaan kebenaran dan tanpa kekerasan, yang menjadi
tujuan sejati dari Pendidikan Nilai-nilai Kemanusiaan

Secara ringkas, lima nilai-nilai kemanusiaan adalah bagian


terpadu dalam proses belajar di mana tujuannya adalah
transformasi siswa menjadi seorang yang baik dan bukan
sekedar menjadi seorang yang hebat. Langkah-langkah dalam
proses pembelajaran Pendidikan Nilai-nilai Kemanusiaan
dilakukan dengan cara:
1. Ketika kita bekerja pada tingkat pikiran bawah sadar, tindakan
kita berdasarkan pada program-program yang telah tertanam
di sana. Perasaan hewani untuk bertahan hidup dan
berkembang-biak mendominasi tindakan kita.
2. Stimulasi diterima melalui panca indera. Stimulasi harus
diintepretasikan menjadi sesuatu yang bermakna. Hal ini
dilakukan dengan mengambil kembali data dari pikiran bawah
sadar yang terdiri dari pengalaman-pengalaman dan memori
masa lampau. Pikiran sadar lalu menjadi sadar dan
memahami stimulasi yang diterima. Kesadaran dan
pemahaman ini lalu disimpan dalam pikiran bawah sadar dan
memperkuat daya ingat. Dalam pendidikan, Pengajaran
Nilai-nilai Kemanusiaan terpadu diaplikasikan. Hal ini
memerlukan keterlibatan para teman, guru, orangtua dan
komunitas serta terciptanya atmosfir damai dan cinta kasih di
sekolah. Nilai-nilai Kemanusiaan adalah bagian terpadu dari
semua mata pelajaran dan segala kegiatan di sekolah.
Sehingga bukan saja hal-hal yang berkaitan dengan mata
pelajaran tetapi juga nilai-nilai kemanusiaan tersimpan dalam
pikiran bawah sadar. Hal ini akan mempengaruhi intepretasi
berikutnya akan stimulasi luar yang diterima.
3. Bagian yang paling penting dari Pengajaran Nilai-nilai
Kemanusiaan Terpadu adalah untuk menginspirasi siswa
untuk berubah. Hal ini tidak dapat dilakukan hanya dengan
panca indera siswa saja tetapi memerlukan pemanfaatkan
indera keenam juga untuk menginspirasi siswa. Pembahasan
berikut adalah tentang bagaimana seorang guru dapat
menginspirasi para siswa sehingga para siswa dapat
ditransformasi.
4. Guru harus tenang dan damai batinnya. Ia harus penuh
dengan cinta kasih dan welas asih. Ia harus merupakan
teladan dari nilai-nilai kemanusiaan yang diharapkan dalam
diri siswa. Ia harus bicara dari hati nurani. Ia memancarkan
aura damai, cinta kasih dan welas asih sehingga orang lain
yang berdekatan dengannya juga akan merasa damai dan
suka cita.
5. Ketika seseorang berbicara, hanya sebagian kecil dari seluruh
pesan yang disampaikan melalui ucapan. Pesan utamanya
adalah tidak verbal dan disebut pesan meta. Ini adalah
bagaimana wajah orang itu, ekspresi muka, tingkah laku,
pemikiran-pemikiran – semua tercakup dalam pesan meta.
Untuk menyampaikan pesan itu 100%, harus ada keselarasan
dalam pemikiran, perkataan dan perbuatan. Apa pun yang
diucapkan harus selaras dengan pesan meta yang
diekspresikan melalui tingkah laku dan pemikirannya. Hal ini
sangat penting dalam Pengajaran Nilai-nilai Kemanusiaan
Terpadu di mana harus ada juga keselarasan dari kepala
(pemikiran), hati (hati nurani) dan tangan (perbuatan dan
perkataan). Pemikiran apa pun yang hadir di kepala kita atau
pikiran sadar kita harus diperiksa oleh hati kita yang
merupakan pikiran super sadar atau hati nurani kita sebelum
menjadi tindakan termasuk ucapan.
Maka ketika seorang guru menyampaikan pesan 100%, ia
tidak hanya berkomunikasi melalui panca indera si siswa
tetapi juga melalui indera keenam yang akan menyentuh hati
siswa dan menginspirasi siswa dan menyebabkan terjadinya
proses transformasi.
6. Perlu diperhatikan di sini bahwa ketika pikiran siswa tenang dan
hening, pikiran sadar meningkat menuju pikiran super sadar dan
kemudian, pikiran super sadar berimbas pada indera keenam
sehingga memperkuat proses inspirasi yang menyebabkan
transformasi siswa lebih cepat.

B. Pendidikan Nilai-nilai Kemanusiaan

Proses pendidikan pada dasarnya adalah perjalanan yang suci.


Kita memiliki banyak pelajaran yang harus diajarkan, banyak tugas
yang harus dipenuhi, banyak pokok-pokok yang harus dicatat,
sementara kita juga mencoba untuk memperbaikinya, tentu saja
dengan keunggulan moral adalah tujuan perjalanan ini. Dengan
memajukan nilai-nilai kemanusiaan harus menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dari proses pendidikan. Menanamkan nilai-nilai kebaikan
lebih penting daripada hanya memberikan pengetahuan.
Proses pendidikan tidak akan sempurna jika bersamaan
dengan pengembangan spesialisasi dalam suatu bidang tidak
disertai dengan pengembangan pengetahuan-pengetahuan umum
dan akal sehat. Para siswa harus mendapatkan nilai-nilai
kemanusiaan bersama-sama dengan pertumbuhan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Para siswa mesti lebih tertarik pada
pentingnya menanamkan nilai-nilai kebaikan daripada hanya
memperoleh kecerdasan dan keahlian.
Pendidikan harus menanamkan nilai-nilai dasar kemanusiaan.
Pendidikan harus memajukan kebiasaan etika. Dia harus
memajukan pengendalian diri. Inilah fungsi penting dari pendidikan.
Nilai-nilai kemanusiaan harus dikembalikan. Nilai-nilai kemanusiaan
harus menjadi nafas hidup para siswa. Kelima nilai ini kemanusiaan
harus dikembangkan secara harmonis, dan keunggulan manusia
tidak akan sempurna jika salah satu ini diabaikan.
Kebutuhan yang utama manusia saat ini adalah menyadari
kemanusiaannya dan menghargai nilai-nilai kemanusiaan, karena
nilai-nilai kemanusiaan ada di dalam diri setiap orang. Yang kita
butuhkan adalah guru-guru yang akan memberikan rangsangan dan
dorongan untuk membangkitkannya, guru-guru yang bukan hanya
membaca buku lalu mentranfer isinya ke kepala siswa, karena yang
demikain tidak mencapai apa sesungguhnya yang menjadi tujuan
pendidikan. Pendidikan yang sesungguhnya adalah yang
menyokong adanya unity, equality, dan kedamaian bersama umat
manusia. Pendidikan seperti itu mengalir dari hati, dan itu disebut
educare. Karena itu, educare mesti dilakukan bersamaan dengan
apa yang kini kita sebut sebagai education.
Kata Educare berasal dari kata Latin yang berarti “to elicit” atau
“to bring out” yang berarti membawa keluar atau membangkitkan
dari dalam. Educare memiliki dua aspek, duniawi dan spiritual.
Pendidikan duniawi membangkitkan pengetahuan terpendam yang
berkenaan dengan dunia fisik (physical world). Pendidikan spiritual
membangkitkan inherent divinity (keillahian) pada manusia. Jadi,
pendidikan duniawi dan pendidikan spiritual sama-sama penting,
tanpa itu kehidupan manusia tidak bernilai.
Mengapa educare menjadi penting dalam dunia pendidikan?.
Para pendidik mesti tidak puas jika siswa hanya memiliki
pengetahuan dan skill yang hanya mempersiapkan mereka untuk
memperoleh penghidupan. Tetapi mereka juga mesti memperhatikan
bahwa pendidikan mesti membantu siswa mengungkapkan seluruh
potensi kemanusiaanya. Melalui kebangkitan kesadaran inilah maka
siswa akan mengalami pembudayaan dan pemurnian.
Pembudayaan dan pemurnian itu akan membuat mereka melampaui
kesejahteraan sendiri menuju kesejahteraan semua anggota
masyarakat. Individu-individu seperti itu, yang telah menyadari
prinsip unity dalam diversity, akan terbimbing oleh kesadaran akan
benar-salah, baik-buruk, mana yang bermanfaat-mana yang bisa
menyakiti orang lain.
Educare berarti membangkitkan nilai-nilai kemanusiaan dari
dalam diri, yang memiliki arti lebih mendalam yaitu membangkitkan
berarti mempraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan
Nilai-nilai kemanusiaan yang dijalankan sekolah adalah merupakan
proses educare bukan hanya sekedar education belaka. Pendidikan
Nilai-nilai Kemanusiaan bukanlah mata pelajaran tetapi tujuan hidup
karena tujuannya adalah mekarnya keutamaan manusia atau human
excellence. Nilai-nilai kemanusiaan diangkat dari semua kegiatan
siswa, dalam semua mata pelajaran, dan dalam semua pengalaman
hidup. Menyatukan pengetahuan spiritual dengan pengetahuan
duniawi menimbulkan keseimbangan bagi siswa dalam menjalani
kehidupan mereka.
Pendidikan nilai-nilai kemanusiaan dapat dijabarkan menjadi
lima utama yaitu:
1. Kebenaran
Kebenaran adalah sesuatu yang abadi, yang tidak berubah
kapanpun. Kebenaran merupakan realita yang abadi. Jika
kebenaran adalah sesuatu yang benar hari ini maka kebenaran
itu juga benar besok dan juga benar lusa. Ini berarti sampai
kapanpun kebenaran akan selalu benar.
Manusia dikaruniai dua kelebihan yamg dapat membantu
anak mendekatkan diri kepada kebenaran yaitu Memory (ingatan)
dan Intuisi (kata hati ).
• Memory (Ingatan)
Kemampuan kita menyimpan dan memanggil informasi serta
pengetahuan pada waktu yang dibutuhkan. Pada hamparan
memori inilah tersimpan kebenaran. Kita dapat membantu
anak-anak meningkatkan kemampuan mengingat mereka
dengan kata kutipan, lagu-lagu, dan cerita.
• Intuisi (Kata hati)
Kebijakan kata hati. Kadang dipanggil indra keenam atau
cahaya Ilahi, ini adalah kekuatan dalam diri kita yang
tersimpan di belakang kepintaran. Intuisi dan kreativitas
diperoleh dengan ketenangan mental melalui duduk hening.
Ketika kita sudah mempraktekkan nilai-nilai kebenaran yang
ada dalam nilai-nilai kemanusiaan dalam hidup kita maka
kesadaran kita terangkat lebih tinggi. Dengan melatih pikiran kita
(Berkaitan dengan memory/ingatan) untuk menerima informasi
dari indera dengan cara positif, yaitu melihat sisi kebaikan dari
segala sesuatu, mendengarkan apa yang baik maka kita akan
mencatat semuanya dalam pikiran bawah sadar yang akan
memberikan kedamaian di dalam hati kita. Ketika kita
menggunakan tubuh dengan cara yang benar, yaitu
mengucapkan sesuatu yang bermanfaat bagi semua, mengasihi,
dan melayani semua orang, Melaksanakan segenap kewajiban
kita dengan segenap kemampuan tanpa motif keuntungan
pribadi maka suatu kebiasaan akan terbentuk di pikiran bawah
sadar kita yang akan mengisi pikiran kita dengan buah pikiran
yang baik dan meningkatkan kedamaian di dalam batin kita.
Ketika kita belajar mengendalikan emosi, amarah, nafsu, iri hati,
kebanggaan diri, dan sifat-sifat negatif lainnya kita akan
merasakan kedamaian dan kebahagiaan hidup. Pikiran kan
diangkat ke tingkat lebih tinggi menuju pikiran super sadar. Duduk
hening akan mempercepat proses ini. Pikiran super sadar adalah
pikiran murni yang mengetahui segala sesuatu. Ini adalah hati
nurani pada manusia yang selalu membimbing kita dalam
kehidupan. Hati nurani adalah guru di dalam diri kita. Suara hati
adalah sumber inspirasi dan intuisi dalam diri kita.
Bagian nilai (sub values) atas nilai-nilai kebenaran antara
lain:
a. Berbicara yang benar
b. Niat yang kuat untuk belajar
c. Memahami proses Belajar
d. Lebih yakin pada Tuhan
e. Penalaran lebih baik
f. Mampu memecahkan masalah hidup
g. Menyadari Tujuan hidup
h. Berfikir hati-hati
i. Perencanaan Hidup
2. Kebajikan.
Berbuatlah kepada orang lain sebagaimana kamu ingin
mereka berbuat kepadamu, itulah kebajikan.(Sathya Sai).
Untuk memastikan bahwa semua tindakan adalah kebajikan
maka kasih sayang dan belas kasih harus menjadi landasan dari
semua perbuatan. Dengan kasih sayang murni dan bukan
egoistis di dalm hati kita, maka kasih sayang ini akan tercermin di
dalam semua tindakan kita dalam bentuk pelayanan kepada umat
manusia. Penglihatan dan pendengaran kita harus diisi dengan
kasih sayang maka tidak ragu lagi, kita akan melihat hanya yang
baik Jika ada kasih sayang dalam ucapan kita maka kata-kata
kita akan menyenangkan semua orang.
Anak-anak menyadari kemampuan mereka untuk ikut serta
memberikan kebaikan bagi diri sendiri dan juga orang lain .
Bagian nilai (sub values) atas nilai-nilai kebajikan antara
lain:
a. Bicara yang sopan
b. Menjaga Kebersihan
c. Mandiri
d. Bertanggung Jawab
e. Rendah Hati
f. Hemat Uang
g. Tepat Waktu
h. Sikap yang baik
i. Tidak memanfaatkan orang lain
j. Menjadi Pemimpin yang baik
3. Kedamaian
Ini adalah sumber dari ketenangan di dalam diri kita. Oleh
karena itu anak-anak dianjurkan duduk hening. Keseimbangan
emosi juga bisa diperoleh dengan cara penghargaan diri,
persahabatan, kemanusiaan, menghargai kepemilikan orang lain,
dan menghargai hak seorang guru.
Bagian nilai (sub values ) dari nilai-nilai kedamaian antara
lain:
a. Tenang
b. Kosentrasi
c. Kalem
d. Sabar
e. Percaya diri
f. Berfikir sebelum bertindak
g. Daya ingat yang baik
h. Mengendalikan diri
4. Kasih sayang
Nilai tertinggi dalam hidup. Dan ini bukan energi emosi
tetapi inti dari energi yang memancar dari diri kita seperti cahaya
dan sehangat mentari di pagi. Berikut ini adalah hubungan antara
nilai kemanusiaan dasar:
 Cinta sebagai pemikiran adalah kebenaran
 Cinta sebagai tindakan adalah kebajikan
 Cinta sebagai perasaan adalah kedamaian
 Cinta sebagai toleransi adalah tanpa kekerasan
Bagian nilai (sub values) dari nilai-nilai kasih sayang adalah:
a. Membantu/menolong orang lain
b. Tidak Egois
c. Menyayangi Teman
d. Belas Kasih Mudah bergaul dengan orang lain
e. Menjaga Kesatuan
f. Suka memberi
g. Suka memaafkan
h. Menjaga kesatuan
5. Tanpa kekerasan
Tanpa kekerasan menumbuhkan rasa anak untuk
menghargai kehidupan dan bagian-bagian dari alam . Anak-anak
harus menyadari bahwa apa yang mereka katakan , lakukan dan
pikirkan dapat mempengaruhi sekelilingnya.
Tanpa kekerasan adalah mempergunakan badan dan pikiran
untuk hidup harmonis dengan sekeliling dan lingkungan kita.
Lingkungan kita terdiri dari orang-orang, masyarakat, binatang,
alam, dunia, dan lam semesta. Semua lingkungan ini harus
selaras dengan diri kita. Kita tidak boleh menyakiti atau merusak
lingkungan dengan cara apapun dengan tubuh atau pikiran kita.
Alasan sederhana. Kita adalah satu dengan lingkungan. Itu
adalah kebenaran. Karena kita adalah stu, jika menyakiti orang
lain atau lingkungan kita dengan cara apapun berarti kita telah
menyakiti diri sendiri.
Bagian nilai (sub values) dari nilai-nilai tanpa kekerasan:
a. Tidak Menyakiti
b. Menyayangi Teman
c. Menyayangi Lingkungan
d. Menghindari Konflik
e. Menjaga kesatuan antara teman
f. Mudah memahami orang lain
Apakah nilai-nilai kemanusiaan itu? Jika Kita hanya
menjawab dengan: Kebenaran, Kebajikan, Kedamaian, Kasih
sayang, dan Tanpa kekerasan adalah jawaban yang kurang
tepat. PNK bukan itu. PNk terdiri dari lima nilai utama yang
saling terkait satu sama lain, bila satu hilang maka yang lain juga
hilang maknanya. Hal yang menjadi keutamaan pendidikan nilai-
nilai kemanusiaan adalah bahwa nilai-nilai kemanusiaan
bukanlah untuk diajarkan tetapi untuk dipraktekkan di dalam
kehidupan sehari-hari.Nilai-nilai kemanusiaan ada secara alami
dalam darah kita. Kebenaran adalah sesuatu yang harus
diucapkan. Kebajikan adalah sesuatu yang harus dipraktekkan.
Kedamaian adalah sesuatu yang harus dirasakan. Kasih sayang
adalah suatu sifat yang datang secara alami. Tanpa kekerasan
menjaga dan tidak menyakiti manusia lain, makhluk lain dan alam
sekitar.

C. Model Pengajaran Nilai-nilai Kemanusiaan Terpadu

Model Pengajaran Nilai-nilai Kemanusiaan dilakukan dengan


langkah-langkah sebagai berikut:
1. Interaksi dengan Lingkungan
Rangsangan diterima dari lingkungan melalui panca indera dan
disimpan dalam pikiran bawah sadar. Siswa kemudian akan
memahami panca indera tersebut dan kini menggunakan indera-
indera itu dengan benar. Siswa juga akan mengendalikan panca
indera itu dengan benar agar dapat menggunakannya untuk
proses belajar.
2. Interpretasi
Untuk memahami makna rangsangan yang diterima melalui
panca indera, perlu mengurai atau menginterpretasi makna dari
rangsangan itu. Hal ini dilakukan secara otomatis dengan
mengeluarkan data dari pikiran bawah sadar yang merupakan
tempat penyimpanan memori. Data yang disimpan di sana
melalu berbagai pengalaman di masa lampau. Penguraian
dilakukan dengan cara membandingkan data yang ada dan
rangsangan yang diterima melalui panca indera.
3. Pemahaman
Kesadaran terjadi pada pikiran sadar. Ketika signal-signal terurai
diterima oleh pikiran sadar maka terjadilah pemahaman.
4. Penguatan
Apa pun yang telah dipahami dalam pikiran sadar lalu disimpan
kembali dalam pikiran bawah sadar dan maka hal itu memperkuat
data yang sudah tersimpan dalam pikiran bawah sadar. Hal ini
akan membantu dalam interpretasi rangsangan yang di terima
melalui panca indera di masa yang akan datang.
5. Modifikasi Pemahaman melalui Indera Keenam
Pikiran sadar dapat menerima informasi melalui indera keenam
pada saat yang bersamaan ketika menerima rangsangan dari
panca indera. Contohnya, kata-kata yang terucap diterima
sebagai rangsangan melalui panca indera dan diinterpretasikan
seperti yang dijelaskan dalam langkah (b). Akan tetapi, indera
keenam dapat mendeteksi pemikiran dari si pembicara yang
mungkin bertentangan dengan kata-kata yang diucapkan. Si
pendengar akan merasa bahwa si pembicara tidak me-niat-in apa
yang ia katakan dan mungkin akan merasakan makna yang
berbeda. Maka perasaan ini kan memodifikasi pemahaman
rangsangan yang diterima melalui panca indera.
6. Modifikasi Pemahaman - Diskriminasi
Pikiran sadar memiliki kemampuan untuk berpikir secara kritis
dan mendiskriminasi. Siswa harus selalu memberi pertanyaan
sebelum bertindak atas dorongan yang diterima dari panca indera
seperti :
a. Apakah hal yang aku akan lakukan baik untukku?
Kriteria untuk menjadi baik bagi seseorang boleh jadi bahwa
adanya rasa damai dan kebahagiaan yang lebih besar
dalam hidup. Jika jawabannya positif, maka pertanyaan satu
lagi harus dipertanyakan.
b. Apakah hal yang aku akan lakukan juga baik bagi semua
orang?
Kriteria yang sama harus digunakan bahwa apakah tindakan
yang akan diambil akan menimbulkan kedamaian dan
kebahagiaan bagi orang lain.
Jika jawaban untuk dua pertanyaan itu adalah positif, maka siswa
dapat melanjutkan tindakan yang akan diambil dengan aman.
Jika jawabannya adalah negatif untuk salah satu pertanyaan itu,
maka tindakan yang akan diambil seharusnya tidak dilakukan.
Proses pemikiran tersebut di atas disebut diskriminasi.
7. Intuisi dan hati nurani – Pikiran super sadar
Dengan meningkatkan pikiran sadar lebih tinggi melalui doa dan
duduk hening, hal itu memungkinkan untuk berhubungan dengan
pikiran super sadar. Pikiran super sadar lalu akan dapat
memberikan pengetahuan dan kebijaksanaan melalui intuisi atau
secercah pencerahan. Intuisi adalah di atas proses pemikiran.
Pikiran harus tenang secara keseluruhan tanpa pemikiran apa
pun, maka intuisi dapat terjadi. Nampaknya tidak ada batas akan
jenis pengetahuan yang tersedia melalui intuisi. Intuisi dapat
memberikan pengetahuan alam serta pengetahuan spiritual.
Intuisi tidak terbatas oleh waktu atau ruang. Maka masa lampau,
kini dan masa depan dapat diketahui melalui intuisi. Pada saat
yang bersamaan, pengetahuan tentang alam raya atau isi dari
sebuah atom dapat diperoleh.
D. Prinsip-prinsip Pengajaran Pendidikan Nilai-nilai Kemanusiaan

Ada dua macam pendidikan. Yang pertama adalah pendidikan


duniawi dan yang kedua adalah yang disebut sebagai “Educare”.
Pendidikan akan melengkapi seseorang dengan pengetahuan yang
akan membuatnya mampu mencari nafkah. Pendidikan dapat
membantu orang itu menjadi ternama dan terkenal. Tetapi Educare
akan memunculkan Nilai-nilai Kemanusiaan yang ada dalam diri dan
merubah orang itu menjadi orang bajik yang berkarakter.
Pendidikan berhubungan dengan mendidik isi kepala sedangkan
Educare berhubungan dengan pendidikan hati nurani. Pendidikan
dan Educare penting. Konsep Pembelajaran Nilai-nilai
Kemanusiaan Terpadu diawali dengan interaksi dengan lingkungan.
Hal ini penting bagi pendidikan. Para siswa belajar matematika, ilmu
pengetahuan alam, bahasa dan mata pelajaran lain untuk
mempersiapkan diri mereka untuk karir mereka dalam kehidupan.
Tetapi pada saat yang bersamaan, Nilai-nilai Kemanusiaan
diintegrasikan ke dalam semua mata pelajaran untuk menghasilkan
kedamaian dan ketenangan dalam pikiran yang akan
mempersiapkan siswa untuk perjalanan ke dalam batin dan itu
adalah Educare. Ketika pikiran sadar ditingkatkan menjadi pikiran
super sadar, maka pengetahuan dan kebijaksanaan akan keluar dari
dalam batin.
Berikut adalah prinsip-prinsip dasar dari Pengajaran Nilai-nilai
Kemanusiaan Terpadu.
1. Nilai-nilai Kemanusiaan adalah bagian terintegrasi dari semua
mata pelajaran dan segala kegiatan di sekolah dan di rumah.
Bahkan Nilai-nilai Kemanusiaan merupakan bagian terintegrasi
dari hidup kita.
2. Lima Nilai-nilai Kemanusiaan yaitu Kebenaran, Perilaku Bajik,
Kedamaian, Cinta kasih dan Tanpa-Kekerasan merupakan
kesatuan. Mereka tidak dapat dipisahkan. Jika satu nilai hilang,
maka semua nilai-nilai akan menghilang. Contohnya, jika tidak
ada cinta kasih dan belas kasih maka orang itu tidak memikirkan
orang lain dahulu tetapi menjadi lebih mementingkan diri sendiri.
Maka Perilaku bajik akan menghilang. Orang itu tidak akan
merasa Damai bila tidak ada cinta kasih. Ketika tidak ada Damai,
kesadaran tidak akan meningkat menjadi super sadar sehingga
Kebenaran akan menghilang. Tanpa Damai, Cinta kasih,
Kebenaran dan Perilaku Bajik maka akan terjadi tindak
kekerasan.
3. Nilai-nilai Kemanusiaan tidak dapat diajarkan, hal itu harus
dimunculkan dari dalam diri siswa. Adalah suatu kesalahan di
masa lampau, di mana para guru mengajarkan moralitas, etika,
nilai-nilai, karakter baik dll sebagai mata pelajaran. Para siswa
bisa menghafal semua itu dan lulus ujian, tetapi mereka gagal
menerapkannya dalam praktek kehidupan mereka sehari-hari.
Nampaknya ada kemerosotan moralitas secara umum di seluruh
dunia. Transformasi orang tidak dapat terjadi hanya dengan
mengajarkan, tetapi dapat dicapai melalui kesadaran diri bila
nilai-nilai itu muncul dari dalam diri siswa. Dalam kasus-kasus
seperti itu, ada pengalaman langsung tentang Nilai-nilai
Kemanusiaan dalam hidup siswa.
4. Dalam hidup nyata, segalanya saling berkaitan (Khemmani, 2002,
hal 145). Maka pengalaman belajar yang baik adalah dengan
cara terpadu. Dalam hidup kita sehari-hari, kita tidak hanya
memiliki satu nilai sepanjang hari. Contohnya, Perilaku Bajik
tidak bisa hadir sendiri tetapi ditemukan bahwa semua lima Nilai-
nilai Kemanusiaan saling berkaitan dan hadir pada saat yang
sama. Maka merupakan suatu kesalahan untuk mengajarkan
satu nilai pada suatu waktu. Demikian pula matematika
seharusnya tidak diajarkan sebagai mata pelajaran terpisah
karena dalam kehidupan nyata, matematika hadir bersamaan
dengan segala mata pelajaran.
5. Pengajaran Nilai-nilai Kemanusiaan Terpadu memberi siswa
kemampuan untuk memecahkan masalah dari berbagai
perspektif dengan memberikan pengalaman-pengalaman
berbeda yang saling berkaitan.
6. Pengajaran Nilai-nilai Kemanusiaan Terpadu membuka wawasan
dunia yang lebih luas bagi guru dan siswa membuat proses
belajar menjadi lebih menarik.

Rangka Model Pengajaran Nilai-nilai Kemanusiaan Terpadu

Figure 6.2 shows the interrelationship between the school with its
classroom and the community as well as various external influences
from the outside world in order for the students to learn well, the whole
classroom has to be a learning classroom. That also means that the
whole school has to be a learning school as well as all those who are
involved with the school will also be learning with the school. Parents,
local businesses, people inside and outside the walls of the school are
all involved in the learning process of the school (Senge, 2000)
Gambar 6.2 menunjukkan hubungan antara sekolah ruang kelasnya
dan komunitas serta berbagai pengaruh eksternal dari dunia luar agar
para siswa belajar dengan baik, seluruh ruang kelas harus menjadi
ruang kelas yang sedang belajar. Hal itu juga berarti bahwa seluruh
sekolah harus menjadi sekolah yang belajar serta semua yang terlibat
dengan sekolah juga akan belajar bersama dengan sekolah. Para
orangtua, para bisnis lokal, orang-orang di dalam dan di luar sekolah
semuanya terlibat dalam proses pembelajaran sekolah. (Senge, 2000)

a) The Outside World


b) Dunia luar

The Human Values Integrated Instructional Model in this dissertation is


flexible in that it can be adapted to the local laws, culture and tradition of
each country. As for example, the National Education Act of Thailand is
used in the development of the Model in this dissertation and is found to
be quite compatible. The relevant sections of the law are quoted below.
Model Pengajaran Nilai-nilai Kemanusiaan Terpadu dalam disertasi ini
fleksibel sehingga dapat diadaptasi kedalam peraturan lokal, budaya
dan tradisi masing-masing negara. Contohnya, National Education Act
of Thailand digunakan dalam pengembangan Model dalam disertasi ini
dan ternyata bisa selaras. Bagian-bagian yang relevan dari undang-
undang itu dikutip di bawah ini.

Dunia Luar Komunitas


Peran Orangtua
Kuil / Gereja / Mesjid
Surat kabar lokal
Rumah sakit
Pasar
Saudara
Polisi
Bisnis
Sekolah
Suasana Sekolah
Tujuan / obyektif
Misi Sekolah
Kepemimpinan Sekolah
Ruang kelas
Pengertian / pemahaman akan siswa dan peran
siswa.
Peran guru dan teladan guru
Proses mengajar:
Mulai kelas – Meditasi Cahaya
Memadukan Nilai-nilai Kemanusiaan dalam berbagai
matapelajaran

Figure 6.2 Context of Learning and Instruction in School


Gambar 6.2 Isi dari/ yang berkaitan dengan belajar mengajar di Sekolah

i) Education Act
i) Undang-undang Pendidikan

In case of Thailand, the Parliament has passed an educational law


which is the National Education Act B.E. 2542 (1999) with some
amendments (Second National Education Act B.E. 2545 (2002).
Certain sections of the law will be quoted as it has relevance in the
development of the Human Values Integrated Instructional Model.
Di Thailand, Parlemen telah meloloskan / meresmikan / mengeluarkan
sebuah undang-undang pendidikan yaitu National Education Act B.E.
2542 (1999) dengan beberapa amandemen (Secon National Education
Act B.E. 2545 (2002). Bagian-bagian tertentu dari undang-undang
tersebut akan dikutip karena hal itu berhubungan dengan
pengembangan Model Pengajaran Nilai-nilai Kemanusiaan Terpadu.

Section 6 Education shall aim at the full development of the


Thai people in all aspects: physical and mental health; intellect;
knowledge; morality; integrity; and desirable way of life so as to be able
to live in harmony with other people.
Bagian / bab 6 Pendidikan harus bertujuan untuk
pengembangan menyeluruh bagi bangsa Thai dalam segala aspek:
kesehatan fisik dan mental; kecerdasan; pengetahuan; moralitas;
integritas; dan gaya hidup yang diharapkan agar dapat hidup harmonis
dengan orang lain.

Section 8 Educational provision shall be based on the following


principles:
Bagian / bab 8 Penyediaan pendidikan harus berlandaskan
asas-asas berikut ini:
1 Lifelong education for all;
2 All segments of society participating in the provision of education;
3 Continuous development of the bodies of knowledge and learning
processes.
1 Pendidikan seumur hidup bagi semua orang;
2 Semua bagian dari masyarakat ikut serta dalam penyediaan
pendidikan;
3 Pengembangan berkesinambungan untuk lembaga-lembaga
pengetuan dan proses pendidikan.

Section 9
Bagian / bab 9

(1) Raising the professional standards of teachers, faculty staff,


and educational personnel, who shall be developed on a continuous
basis;
(4) meningkatkan standard profesional para guru, staf pengajar dan
karyawan pendidikan, yang akan dikembangkan secara
berkesinambungan;

(9) Partnerships with individual, families, communities, community


organizations, local administration organizations, private persons,
private organizations, professional bodies, religious institutions,
enterprises, and other social institutions.
(9) Bekerja sama dengan individu, keluarga, komunitas, organisasi
masyarakat, organisasi pemerintah lokal, perorangan swasta,
organisasi swasta, lembaga profesional, institusi religius, perusahaan,
dan institusi sosial lainnya.

Section 22 Education shall be based on the principal that all


learners are capable of learning and self-development, and are
regarded as being most important. The teaching-learning process shall
aim at enabling the learners to develop themselves at their own pace
and to the best of their potentiality.
Bagian / bab 22 Pendidikan berlandaskan pada asas bahwa
semua siswa mampu belajar dan mengembangkan diri dan dianggap
sebagai yang paling penting. Proses belajar-mengajar bertujuan untuk
membuat para siswa mampu mengembangkan diri sendiri atas
kecepatan langkah mereka sendiri dan sebesar potensi mereka.

Section 23 Education through formal, non-formal, and informal


approaches shall give emphases to knowledge, morality, learning
process, and integration of the following, depending on the
appropriateness of each level of education:
Bagian / bab 23 Pendidikan melalui cara-cara formal, non-
formal dan informal akan mengutamakan pengetahuan, moralitas,
proses pembelajaran dan pengintegrasian dari berikut ini, sesuai
dengan tingkat pendidikan masing-masing secara tepat:

(1) Knowledge about oneself and the relationship between oneself and
society..
(2) Scientific and technical knowledge and skills…………
(3) Knowledge about religion, art, culture, sports, Thai wisdom and the
application of Thai wisdom;
(4) Knowledge and skills in mathematics and languages, with emphasis
on proper use of the Thai language;
(5) Knowledge and skills in pursuing one’s career and capability of
leading a happy life.
(1) Pengetahuan tentang diri sendiri dan hubungan antara diri sendiri
dengan masyarakat….
(2) Pengetahuan alam dan teknik dan keterampilan…..
(3) Pengetahuan tentang agama, kesenian, budaya, olah raga,
kebijakasanaan Thai dan penerapan kebijaksanaan Thai;
(4) Pengetahuan dan keterampilan dalam matematika dan bahasa,
dengan penekanan pada penggunaan bahasa Thai yang benar;
(5) Pengetahuan dan keterampilan dalam mengejar karir seseorang dan
kemampuan nya menjalani hidup bahagia.

Section 24 in organizing the learning process, educational


institutions and agencies concerned shall:
Bagian / bab 24 dalam mengadakan proses pembelajaran,
lembaga pendidikan dan perwakilan yang berkaitan harus:

1. povide substance and arrange activities in line with


the learners’ interest and aptitudes, bearing in mind individual
differences;
2. provide training in thinking process,…..
1. organize activities for learners to draw from
authentic experience;..
2. achieve in all subjects, a balanced integration of
subject matter, integrity, values, and desirable attributes;
3. enable instructors to create the ambiance,
environment, instructional media, and facilities for learners to learn and
be all-round persons, able to benefit from research as part of the
learning process….
4. Enable individuals to learn at all times and in all
places…..
1. menyediakan bahan dan mengatur kegiatan-
kegiatan sesuai dengan minat dan kecerdasan para siswa, dengan
mempertimbangkan perbedaan individu;
2. menyediakan pelatihan dalam proses pemikiran,…
3. Menyusun kegiatan-kegiatan untuk para siswa
untuk mendapatkan manfaat dari pengalaman pribadi;…
4. mencapai dalam semua mata pelajaran, suatu
paduan seimbang dalam bahan mata pelajaran, integritas, nilai-nilai dan
hal-hal yang diinginkan lain;
5. Membuat para pengajar mampu menciptakan
________, lingkungan, media / sarana mengajar, dan fasilitas untuk
para siswa belajar dan menjadi manusia yang utuh, mampu
mendapatkan manfaat dari riset sebagai bagian dari proses belajar….
6. Membuat para individu mampu belajar kapan saja
dan di mana saja…

Section 26 Educational institutions shall assess learners’ performance


through observation of their development; personal conduct; learning
behavior; participation in activities and results of the tests accompanying
the teaching-learning process commensurate with the different levels
and types of education.
Bagian / bab 26 Lembaga-lembaga pendidikan akan menilai prestasi
para siswa dengan mengamati perkembangan mereka; perilaku pribadi;
sikap belajar, partisipasi dalam kegiatan-kegiatan dan hasil dari tes
yang mengiringi proses belajar-mengajar sesuai dengan tingkat dan
jenis pendidikan yang berbeda-beda.

Educational institutions shall use a variety of methods for providing


opportunities for further education and shall also take into consideration
results of the assessment of the learners’ performance referred to in the
first paragraph.
Lembaga-lembaga pendidikan agar menggunakan berbagai metode
untuk menyediakan peluang bagi pendidikan lebih lanjut dan juga
mempertimbangkan hasil penilaian prestasi siswa seperti yang
disebutkan dalam paragraf pertama.

Section 29 Educational institutions in cooperation with


individuals, families, communities, communities organizations, local
administration organizations, professional bodies, religious institutions,
enterprises, and other social institutions shall contribute to strengthening
the communities by encouraging learning in the communities
themselves…
Bagian / bab 29 Lembaga-lembaga pendidikan bekerjasama
dengan para individu, keluarga, komunitas, organisasi masyarakat,
organisasi pemerintah lokal, badan / lembaga profesional, lembaga
keagamaan, perusahaan, dan lembaga/badan sosial lainnya akan
membantu memperkuat masyarakat dengan mendorong pembelajaran
dalam komunitas itu sendiri….
Section 30 Educational institutions shall develop effective
learning process. In so doing, they shall also encourage instructors to
carry out research for developing suitable learning for learners at
different levels of education.
Bagian / bab 30 Lembaga-lembaga pendidikan agar
mengembangkan proses belajar yang efektif. Dalam melakukan hal
tersebut, mereka juga agar mendorong para pengajar untuk melakukan
riset untuk mengembangkan pembelajaran yang sesuai dengan para
siswa di tingkat pendidikan yang berbeda-beda.

ii) The Government’s Role, Ministry of Education and the Local


Education Authority.
ii) Peran Pemerintah, Kementrian / Departemen Pendidikan dan
Dinas Pendidikan Setempat.

The role of the Government is to decide on the education policy and


guideline to be carried out by the Ministry of Education and at the local
level by the local education authority. However, in the Human Values
Integrated Instructional Model, in order to be successful, the
Government has to be a model of the Human Values, that is the whole
cabinet of ministers should be an example for students to emulate. This
applies also to the Ministry and the local education authority.
Peran Pemerintah adalah untuk memutuskan perundang-undangan
pendidikan dan pedoman yang harus dijalankan oleh Kementrian /
Departemen Pendidikan dan di tingkat lokal oleh dinas pendidikan
setempat. Akan tetapi, dalam Model Pengajaran Nilai-nilai
Kemanusiaan Terpadu, agar dapat berhasil, pemerintah harus menjadi
teladan / model dari Nilai-nilai Kemanusiaan, yaitu seluruh para menteri
kabinet harus menjadi contoh bagi siswa untuk dipanut. Hal ini juga
berlaku bagi Menteri dan dinas pendidikan setempat.

iii) TV, internet, media, entertainment


iii) TV, internet, surat kabar, hiburan

There is a great influence on the minds and so the actions of the youth
in the world today from the television, internet, the media and
entertainment. The violence, the vices and emotions seen or
experienced from these things are stored in the subconscious of the
young ones. In Human Values Integrated Instructional Model, requires
that parents and teachers should regulate what children should see. If
there is a lot of negativity, then parents and teachers should have
discussions that will help bring out the positive or discrimination in the
children.
Ada sebuah pengaruh besar dalam pikiran dan perilaku para pemuda di
dunia kini yang berasal dari televisi, internet, surat kabar dan hiburan.
Kekerasan, tabiat buruk dan emosi yang dilihat atau dialami dari hal-hal
ini disimpan dalam alam bawah sadar anak-anak. Dalam Model
Pengajaran Nilai-nilai Kemanusiaan Terpadu, memerlukan para
orangtua dan guru mengatur apa yang anak-anak harus lihat. Jika ada
banyak kenegatifan, maka para orangtua dan guru harus
mendiskusikan apa yang akan membantu timbulnya hal positif atau
diskriminasi dalam diri anak-anak.

iv) Learning Centers


iv) Pusat-pusat pengetahuan

Schools should locate the learning centers that are available such as
museums, libraries, theatres, exhibitions, national parks, and any other
places of interest which will be useful for students to learn from. The
Human Values Integrated Instructional Model requires that Human
Values are brought out through the experiences of such visits.
Sekolah-sekolah harus menemukan / mendapatkan pusat-pusat
pengetahuan tersedia seperti museum, perpustakaan, bioskop,
pameran, taman nasional dan tempat-tempat hiburan lain yang akan
berguna bagi para siswa untuk dipelajari. Model Pengajaran Nilai-nilai
Kemanusiaan Terpadu bermaksud agar Nilai-nilai Kemanusiaan timbul
dari pengalaman-pengalaman dari kunjungan-kunjungan seperti itu.

v) Universities
v) Universitas

Most universities will arrange lectures, seminars, conferences which are


opened to teachers and parents. Teachers are encouraged to make
use of such facilities and report back to the teachers’ meeting in the
school bringing out the Human Values in the report.
Kebanyakan universitas akan mengadakan ceramah, seminar,
konferensi yang terbuka untuk para guru dan orangtua. Para guru
dianjurkan untuk memanfaatkan fasilitas-fasilitas seperti itu dan
melaporkannya dalam pertemuan para guru di sekolah untuk
membicarakan Nilai-nilai Kemanusiaan dalam laporan tersebut.

b) The Community
c) Komunitas / masyarakat

There are a lot of benefits that the school can obtain from the
community and the community can gain from the presence of the school
as well. There should be much interaction between the school and the
community.
Ada banyak manfaat yang sekolah dapat peroleh dari masyarakat dan
masyarakat dapat peroleh dari hadir nya sekolah itu pula. Harus ada
banyak interaksi antara sekolah dan masyarakat.

i) The Role of Parents


i) Peran Orangtua

For the Human Values Integrated Instructional Model to be really


successful, we need parents who are highly committed partner in the
learning process of their children. Parents are teachers at home and
therefore they have to share the vision of the school with the same goal
and objectives. Parents should agree with the aim of having good
children with human values. Schools have to give training in Human
Values Parenting to all fathers and mothers or guardians. When
students are at home, parents should spend good time with their
children giving children love and warmth.
Agar Model Pengajaran Nilai-nilai Kemanusiaan Terpadu benar-benar
berhasil, kita butuh orangtua yang bersedia menjadi partner
berkomitmen tinggi dalam proses belajar anak-anak mereka. Para
orangtua adalah guru di rumah dan maka mereka harus memiliki visi
yang sama dengan sekolah tentang cita-cita dan objektif. Para
orangtua harus menyetujui tujuan untuk memiliki anak-anak baik yang
memiliki nilai-nilai kemanusiaan. Sekolah harus memberikan pelatihan
pengasuhan dengan Nilai-nilai Kemanusiaan kepada semua ayah dan
ibu atau wali murid. Ketika para siswa berada di rumah, para orangtua
harus meluangkan waktu yang banyak dengan anak-anak mereka dan
memberikan anak-anak cinta kasih dan kehangatan.

Parents and teachers should have regular meetings to discuss problems


of the students and should come up with a plan to help solve these
problems. Parents should participate in various activities of the school
and impart their knowledge and experience with students and teachers.
Para orangtua dan guru harus mengadakan pertemuan secara teratur
untuk mendiskusikan masalah-masalah siswa dan harus membuat
rencana untuk membantu memecahkan masalah-masalah itu. Para
orangtua harus berpartisipasi dalam berbagai kegiatan di sekolah dan
memberikan pengetahuan dan pengalaman mereka kepada para siswa
dan guru.

ii) The Community: Temple/church, hospital, police,


local media, market, businesses and relatives of the students.
ii) Komunitas / masyarakat sekitar: Kuil / gereja / tempat
ibadah, rumah sakit, polisi, surat kabar setempat, pasar, bisnis-bisnis
dan kerabat para siswa.

From Figure 6.3, it can be seen clearly that there is a great


interdependence between the school and the community. The school
should be treated as a living system continuously growing, developing
and evolving. It is also in the process of learning as there is a constant
interaction between everyone in the school and the community. Both
teacher and student are in constant contact with the parents and their
relatives in the community. The businesses that parents are engaged in
can play an important role in the development of the school. Everyone
is the school including all the staff members are very much influenced
by the temple or church in the community as well as the hospital, the
police station, the market and the local media.
Dari Gambar 6.3, dapat dilihat dengan jelas bahwa ada kaitan besar
antara sekolah dan komunitas. Sekolah harus diperlakukan sebagi
sebuah sistem hidup yang terus tumbuh, berkembang dan maju. Juga
dalam proses pembelajaran seiring dengan adanya interaksi tak
putusnya antara setiap orang di sekolah dan komunitas. Guru dan
siswa selalu berhubungan dengan orangtua dan kerabat mereka di
komunitas. Bisnis-bisnis yang dilakukan oleh para orangtua dapat
memainkan peranan penting dalam pengembangan sekolah. Setiap
orang di sekolah termasuk semua anggota staf sangat dipengaruhi oleh
kuil atau gereja atau rumah ibadah dalam komunitas juga rumah sakit,
kantor polisi, pasar dan surat kabar setempat.

As part of instruction, students have to learn to serve the community in


its development. They should take part in the service activities in the
temple or church. The school should help the community to develop
and help in the education of the people in the community. When the
community becomes a learning community, the school will greatly
benefit from such a community.
Sebagai bagian dari pengajaran, para siswa harus belajar untuk
melayani komunitas dalam perkembangannya. Mereka harus turut
serta dalam kegiatan pelayanan yang diadakan di kuil atau gereja
(tempat ibadah). Sekolah harus membantu komunitas untuk
mengembangkan dan membantu pendidikan orang-orang dalam
komunitas. Ketika komunitas menjadi sebuah komunitas yang belajar,
sekolah akan mendapatkan manfaat besar dari komunitas seperti itu.

c) The School
c) Sekolah
i) The School Climate
i) Suasana Sekolah

Synthesis of school effects based on empirical studies (Jareonsettasin’s


Model)*
Sintesa pengaruh-pengaruh sekolah berdasarkan penelitian empirikal
(Model Jareonsettasin)*

Figure 6.3 The relationship between school inputs and outcomes


Gambar 6.3 Hubungan antara input sekolah dan hasilnya

From the study of Dr. Teerakiat Jareonsttasin on School effects on


Children’s Development, four key areas (inputs and outputs) were
identified that have effects on one another (Jareonsettasin, 2000). The
starting point is the school climate or atmosphere. If the atmosphere of
the school is full of peace, love and compassion, it will lead to the output
desired of good character with high EQ, emotional intelligence and MQ,
moral intelligence. At the same time, teachers will feel at peace and the
school climate will enhance classroom management. With good
classroom management, this will lead directly to academic achievement.
An important discovery is that when students have good character (high
EQ and MQ), this will also lead directly to academic achievement. In
Figure 6.3 above, the size and direction of the arrows indicate the
magnitude of influence and directionality.
Dari penelitian Dr Teerakiat Jareonsttasin tentang pengaruh Sekolah
pada Perkembangan Anak, ditemukan empat hal utama (input dan
output) yang saling mempengaruhi (Jareonsettasin, 2000). Hal yang
paling awal adalah suasana sekolah. Jika suasana sekolah penuh
damai, cinta kasih dan welas asih, hal ini akan memberikan hasil yang
diinginkan yaitu karater baik dengan EQ, kecerdasan emosional dan
MQ, kecerdasan moral yang tinggi. Pada saat yang bersamaan, para
guru merasa damai dan suasana sekolah akan meningkatkan
pengelolaan ruang kelas. Dengan pengelolaan ruang kelas yang baik,
hal ini akan langsung membuahkan pencapaian / perolehan akademis.
Sebuah temuan penting adalah bahwa bila para siswa memiliki karakter
baik (EQ dan MQ yang tinggi), hal ini juga akan berpengaruh pada
perolehan / pencapaian akademis. Dalam gambar 6.3 di atas, ukuran
dan arah tanda panah mengindikasikan besarnya pengaruh dan arah.

Thus the first step in the application of the model is to create an


appropriate school climate that will help in the transformation of
teachers and students as well as the staff in the school. This involves
the proper objectives for the school, the school mission, the leadership,
the policy and vision of the management, the morale of staff and
teachers, parents’ and students’ participation. In fact all the steps in the
Human Values Integrated Instructional Model will all contribute to the
school climate. The following have been written from the point of view
of the Human Values Integrated Instructional Model. Schools, when
applying this model, should add their vision into what has been written.
Maka langkah pertama dalam aplikasi model untuk menciptakan
suasana sekolah yang tepat yang akan membantu dalam transformasi
para guru dan siswa juga staf di sekolah. Hal ini termasuk objektif yang
benar untuk sekolah, misi sekolah, kepemimpinan, peraturan dan visi
pengelola, moral staff dan para guru, partisipasi para orangtua dan
siswa. Berikut ini ditulis dari sudut pandang Model Pengajaran Nilai-
nilai Kemanusiaan Terpadu. Sekolah-sekolah, bila menerapkan model
ini, harus menambahkan visi mereka pada apa yang telah tertulis.

ii) Objectives
ii) Objektif

To help the learner to achieve human excellence not only in the physical
and mental dimensions but also the spiritual dimension. The learner
will have good character and have the human values of truth, right
conduct, peace, love and non-violence so as to enable the learner to
live in peace and harmony with all human beings in the world.
Untuk membantu siswa menjadi manusia unggul tidak hanya dalam
dimensi fisik dan mental tetapi juga dalam dimensi spiritual. Siswa
akan memiliki karakter baik dan nilai-nilai kemanusiaan yaitu
kebenaran, perilaku bajik, damai, cinta kasih dan tanpa-kekerasan agar
siswa dapat hidup dengan damai dan harmonis dengan semua umat
manusia di dunia.

iii) School Mission


iii) Misi Sekolah

Students will be trained to become a person of good character with the


quality of Love, compassion, good manners and humility, honesty,
bravery, gratitude, self-confidence, good thinking, self-sacrifice,
discipline, giving service to society.
Para siswa akan dilatih untuk menjadi seorang yang berkarakter dengan
sifat penuh cinta kasih, welas asih, sopan santun dan rendah hati, jujur,
berani, bersyukur, percaya diri, berpikiran baik, penuh pengorbanan,
disiplin, memberikan pelayanan kepada masyarakat.
iv) School Leadership
iv) Kepemimpinan Sekolah

The leadership of the school must be a constant example of good


character and practice the five human values. Policies adopted should
be aligned with the mission statement. The leadership should give full
support to help in the fulfillment of the stated objectives. Evaluation of
staff should be seen as an opportunity to guide and support rather than
evaluate and correct. In managing the school, the leadership should
aim to help teachers, staff and students happy. Teachers who are
happy will give better instruction. Staff who are happy will devote their
energy to serving the school. Students who are happy will study well.
Kepemimpinan sekolah harus terus menerus menjadi teladan karakter
baik dan pengamalan lima nilai-nilai kemanusiaan. Peraturan-peraturan
yang diberlakukan harus selaras dengna pernyataan misi.
Kepemimpinan harus memberikan dukungan penuh dalam pencapaian
objektif yang disebutkan. Evaluasi staf harus dipandang sebagai
sebuah kesempatan untuk membimbing dan mendukung daripada
mengevaluasi dan membenarkan. Dalam mengelola sekolah,
kepemimpinan harus bertujuan untuk membantu agar para guru, staf
dan siswa bahagia. Para guru yang bahagia akan memberikan
pengajaran yang lebih baik. Staf yang bahagia akan mengabdikan
energi mereka dalam melayani sekolah. Para siswa yang bahagia
akan belajar dengan baik.

d) The Classroom
d) Ruang kelas

The word class comes from the Latin word classis which means call.
The word room has a meaning derived from the old English word
referring to open space. Thus the word classroom can be taken to
mean an environment of continual openness where people are called
together to study the world around them (Senge, 2000. p. 105). Thus a
classroom where students come to learn does not have to be confined
to a room with four walls around, but it can be in the open fields, under a
tree, by the bank of a river, on top of a mountain etc. In fact, learning
can take place anytime and anywhere. Teachers play an important role
as designers of the learning environment.
Kata class berasal dari kata Latin classis yang berarti memanggil /
sebutan / panggilan. Kata room / ruang mempunyai sebuah arti dari
kata Inggris kuno yang berarti tempat terbuka. Maka kata classroom /
ruangkelas dapat diartikan sebagai lingkungan dengan keterbukaan
yang berkesinambungan di mana orang berkumpul bersama-sama
untuk mempelajari dunia di sekitar mereka (Senge, 2000. hal. 105).
Maka sebuah ruangkelas di mana para siswa datang untuk belajar tidak
hanya merupakan / terbatas pada sebuah ruangan dengan empat
dinding di sekitarnya, tetapi dapat merupakan sebuah lapangan terbuka,
di bawah sebuah pohon, di tepi sebuah sungai, di atas sebuah gunung
dll. Bahkan, pembelajaran dapat berlangsung kapan saja dan di mana
saja. Para guru memainkan peranan penting sebagai perancang
lingkungan / tempat untuk belajar.

i) Understanding the Learner and Learner’s Role.


i) Memahami siswa dan peran siswa

Students are not merely the recipient of knowledge transferred from the
teachers, but they are an active participant in the learning process.
Students should have a share in the development and growth of the
school.
Para siswa bukan hanya penerima pengetahuan yang di transfer dari
para guru, melainkan mereka adalah peserta aktif dalam proses belajar.
Para siswa harus mempunyai andil dalam pengembangan dan
pertumbuhan sekolah.

In section 22 of the National Education Act B.E. 2542. it is stated that


education shall be based on the principal that all learners are capable of
learning and self-development. Research on cognitive and social
capabilities “suggest that every child, every teenager, and every adult
has the potential to achieve something significant – if conditions support
learning and if each individual’s capabilities are valued” (Senge, 2000.
p. 104). In the theory of multiple intelligence (Goleman, 1996), it is
recognized that each learner may have different capability. Thus
students may have different interest and they are likely to pursue
different problems that challenge and fascinate them.
Dalam bagian / bab 22 National Education Act B.E. 2542, dinyatakan
bahwa pendidikan harus berlandaskan pada asas yaitu semua siswa
mampu untuk belajar mengembangkan diri sendiri. Riset dalam
kemampuan kognitif dan sosial “mengatakan bahwa setiap anak, setiap
remaja dan setiap dewas memiliki potensi untuk mencapai sesuatu
yang berarti – jika kondisi mendukung pembelajaran dan jika setiap
kemampuan individu dihargai” (Senge, 2000. hal 104). Dalam teori
kecerdasan ganda (Goleman, 1996), diakui bahwa setiap siswa
mungkin memiliki kemampuan berbeda. Maka para siswa mungkin
memiliki minat berbeda dan mereka mungkin akan meminati masalah-
masalah berbeda yang menantang dan menarik minat mereka.

ii) Teacher’s Role and Teacher’s Example


ii) Peran guru dan Teladan guru
Teachers should not merely transfer knowledge from the head of the
teachers to the head of students, but teachers should become the
facilitator to help students in the learning process. Teachers should be
examples of the Human Values for the children to emulate. Teachers
should inspire students.
Para guru seharusnya tidak hanya mentransfer pengetahuan dari
kepala guru ke kepala siswa, melainkan para guru harus menjadi
fasilitator untuk membantu para siswa dalam proses pembelajaran.
Para guru harus menjadi teladan Nilai-nilai Kemanusiaan agar ditiru
oleh anak-anak. Para guru harus meng-inspirasi para siswa.

Children learn through examples. To illustrate this, a real life example


is given (Jumsai Na Ayudhya, 1997. pp.1 – 2). Once a teacher was
teaching a class of students and while cleaning the blackboard with a
cloth, the teacher dropped the cloth on the floor. Without thinking, he
used his foot to pick up the cloth from the floor and continued to clean
the blackboard. At the end of the lesson, one of the students put up his
hand and said: “Sir! I understand. I can do it!” The teacher was very
pleased that his student had learnt the lesson and understood what he
had taught. Nevertheless, just to test the child, the teacher asked:
“What is it that you can do?” The student replied by borrowing the cloth
from the teacher and dropping the cloth on the floor, using his foot, the
student picked up the cloth. The boy said excitingly to the teacher:
“This is what I can do!”
Anak-anak belajar dari contoh. Untuk menjelaskan / menggambarkan
hal ini, sebuah contoh nyata diberikan (Jumsai Na Ayudhya, 1997. hal 1
– 2). Suatu kali seorang guru sedang mengajar para siswa di sebuah
kelas dan ketika sedang membersihkan papan tulis dengan sehelai
kain, kain itu terjatuh di lantai. Tanpa berpikir, ia menggunakan kakinya
untuk mengambil kain tersebut dari lantai dan melanjutkan
membersihkan papan tulis. Di akhir pelajaran, seorang siswa
mengangkat tangan dan berkata: “Pak! Aku mengerti. Aku bisa
melakukannya!” Sang guru sangat senang bahwa siswanya telah
memahami pelajaran dan mengerti apa yang ia ajarkan. Namun, hanya
untuk menguji anak itu, sang guru bertanya: “Apa yang kau dapat
lakukan?” Siswa menjawab dengan meminjam kain dari sang guru dan
menjatuhkan kain di lantai, dengan menggunakan kakinya, siswa itu
mengambil kain tersebut. Anak laki-laki itu berkata dengan gembira
kepada gurunya: “Ini yang aku dapat lakukan!”

It is clear that children will emulate examples from others especially


teachers and parents. In a school, not only teachers, but also the staff
of the school should be a good example. The gardener, the cooks, the
janitors, the guards, the administrative staff, all have a role to play in
teaching children through example. In every school, there should not be
any smoking, drinking of alcohol, gambling or any other vices not only in
front of the children but also behind their back as well. Schools should
be charged with an atmosphere of love and peace.
Jelaslah bahwa anak-anak akan meniru contoh dari orang lain terutama
para guru dan orangtua. Di sebuah sekolah, bukan hanya para guru,
tetapi juga staf sekolah harus menjadi contoh yang baik. Tukang
kebun, juru masak, penjaga gedung, petugas keamanan, staf
administrasi, semua memiliki peran dalam mengajarkan anak-anak
melalui contoh. Dalam setiap sekolah tidak boleh ada yang merokok,
minum alkohol, berjudi atau perilaku buruk lainnya, tidak hanya di
hadapan anak-anak tetapi juga di belakang mereka. Sekolah harus diisi
dengan suasana cinta kasih dan damai.

In Human Values Integrated Instruction, the aim is to transform children


into persons full of human excellence. To transform students, teachers
must learn to inspire. To do this, teachers should learn to speak from
the heart and touch the heart of the students. To speak from the heart,
the teacher must firmly believe in what is said. That means that the
teacher must practice what he/she is teaching. Thus, it is necessary to
speak from experience rather than repeating what is written in the text
books.
Dalam Pengajaran Nilai-nilai Kemanusiaan Terpadu, tujuannya adalah
untuk mentransformasi anak-anak menjadi manusia unggul. Untuk
mentransfrom para siswa, para guru harus belajar menginspirasi. Untuk
melakukan hal ini, para guru harus belajar berbicara sesuai dengan hati
nurani dan menyentuh nurani para siswa. Untuk berbicara sesuai
dengan hati nurani, guru harus percaya teguh dengan apa yang
dikatakan. Itu berarti bahwa guru harus mengamalkan apa ia ajarkan.
Maka, perlu berbicara dari pengalaman daripada mengulang-ulang apa
yang tertulis dalam buku cetak.

Teachers play a very important role in transferring human values to the


students in the class without having to say anything. By arriving a few
minutes earlier for the class every day, teachers are already teaching
the value of punctuality. Teachers should be the role model for all the
human values. They should arrive in the class full of smiles so as to
bring out the smiles in the students. Teachers should radiate an aura of
peace, love and compassion. This is shown clearly in the eyes and
faces of the teachers. The ideal teachers should have human values
integrated personality. They speak softly and lovingly. Their kindness
is expressed in their speech, thought and actions. Such teachers will
inspire children and touch their heart and induce transformation in the
students. Such teachers do not even have to teach human values but
they bring about the values and desired characteristics from within
students automatically.
Para guru memegang peranan sangat penting dalam mentransfer nilai-
nilai kemanusiaan kepada para siswa di kelas tanpa perlu
mengucapkan apa pun. Dengan datang beberapa menit lebih awal ke
kelas setiap hari, para guru sudah mengajarkan nilai tepat waktu. Para
guru harus menjadi teladan / contoh / panutan bagi semua nilai-nilai
kemanusiaan. Mereka harus datang / tiba di kelas tersenyum agar para
siswa juga tersenyum. Para guru harus memancarkan aura / pancaran
damai, cinta kasih dan welas asih. Hal ini terlihat jelas di mata dan
wajah para guru. Para guru ideal harus berkepribadian dengan nilai-
nilai kemanusiaan terpadu. Mereka berbicara dengan lembut dan
penuh cinta kasih. Kebaikan hati mereka terekspresi dalam perkataan,
pikiran dan perbuatan mereka. Guru-guru seperti itu tidak perlu
mengajar nilai-nilai kemanusiaan tetapi mereka memunculkan nilai-nilai
dan karakter yang diinginkan dari dalam diri siswa secara otomatis.

E. Pelaksanaan Pendidikan Nilai-nilai kemanusiaan

Dalam pelaksanaan pendidikan nilai-nilai kemanusiaan terdapat


lima teknik yang digunakan yaitu:
1. Berdoa, Kutipan, Kata-kata Mutiara, dan Affirmasi Positif
Berdoa
Walaupun sekolah insan teladan adalah sekolah umum,
tetapi karena mayoritas siswa-siswanya beragama Islam doa
yang yang digunakan adalah membaca Surat Al Fatihah, Doa Ibu
Bapak, dan Doa Menuntut Ilmu dengan diikuti arti dalam Bahasa
Indonesia agar dapat dimengerti oleh semua siswa.
Tujuan memasukkan doa sebagai salah satu teknik PNK
adalah untuk memperlihatkan kepada anak-anak bagaimana
pergi ke dalam diri mereka sendiri untuk menemukan pusat dari
kedamaian, cinta dan cahaya.
Hati akan terbuka bila kita memuja Tuhan, bahagia menjadi
milik kita. Dengan cara ini pikiran-pikiran yang baik direkam di
pikiran bawah sadar, yang mana secara otomatis menghasilkan
prilaku dan kebiasaan yang baik. Kita harus menempatkan doa
sebagai bagian yang penting dalam jadwal kelas , melalui doa
kita dapat menempatkan diri kita dalam keagungan Tuhan.
Keuntungan doa adalah:
a. Meningkatkan keyakinan
b. Meningkatkan kesadaran
c. Berpikir positif
d. Kepercayaan diri
e. Pengendalian diri
f. Intropeksi diri
g. Ketenangan batin
h. Menciptakan pemahaman dari beragama
i. meningkatkan persepsi positif dan toleransi terhadap semua
agama
Kutipan, Kata-kata Mutiara, dan Affirmasi Positif
Memasukkan Kutipan, kata-kata mutiara, affirmasi positif
adalah sebuah cara penyampaian nilai dengan sikap bermakna
dan bersahaja.
Pesan yang ada di dalamnya akan diingat untuk waktu yang
lama dan akan berakibat pada prilaku mereka. Kata-kata mutiara,
Pikiran dinamik atau Afirmasi positif siswa akan meniatkan
dengan sungguh-sungguh untuk mengarahkan hidupnya menjadi
lebih baik. Memprogram pikiran bawah sadar.
Manfaat kutipan;
a. Membangun pemahaman dari penerapan nilai-nilai
b. Meningkatkan konsentrasi, menajamkan fokus
c. Membangun memory termasuk nilai-nilai dari kosa kata
d. Mendorong berpikir positif, beremosi positif dan bersikap
optimis.
e. Mendorong perilaku positif seringkali melibatkan pengendalian
diri
Manfaat kata-kata mutiara:
a. Membantu berfikir positif
b. Menguatkan niat untuk menjadi lebih baik
c. Sarana untuk introspeksi
d. Meningkatkan ketenangan batin
e. Manfaat affirmasi positif:
f. Memberikan kebijaksanaan dalam sebuah pesan pendek
dengan prilaku yang menggugah
g. Membuka anak-anak kepada kemampuannya sendiri dalam
berpikir positif
h. Membangun memory juga kosa kata yang bernilai
i. Mendorong prilaku positif
Keuntungan affirmasi positif
a. Memberikan kebijaksanaan dalam sebuah pesan pendek
dengan prilaku yang menggugah
b. Membuka anak-anak kepada kemampuannya sendiri dalam
berpikir positif
c. Membangun memory juga kosa kata yang bernilai
d. Mendorong prilaku positif
Di dinding-dinding sekolah ditulis kutipan dan kata-kata mutiara
yang dapat dibaca siswa setiap saat.
2. Duduk Hening
Duduk hening adalah latihan yang penting buat anak di
dalam kelas. Hal ini memberikan kesempatan kepada mereka
untuk menutup mata, menenangkan kegiatan badan dan belajar
mendengarkan pikiran-pikiran mereka. Hal ini juga persiapan
yang bagus buat siswa untuk menyiapkan diri mereka untuk
berkonsentrasi pada pelajaran yang akan diikuti.
Keuntungan duduk hening:
a. Konsentrasi lebih
b. Meningkatkan daya ingat
c. Perasaan damai
d. Bekerja lebih efisien
e. Pengendalian diri
f. Membangun intuisi

Penelitian tentang duduk hening dan manfaatnya:


Efek Duduk Hening dalam Meningkatkan Daya Ingat
Abrams, University of California

70
60
50

40
Daya ingat
30
20
10
0
0 1 2
Tahun latihan

Duduk hening membantu menenangkan pikiran. Pikiran


yang tenang membuat siswa mudah berkonsentrasi. Dilakukan
dengan duduk bersila dan mendiamkan serta menegakkan tubuh
dengan mata terpejam diiringi dengan musik lembut dan affirmasi
kata-kata positif dari guru.
Petunjuk melakukan duduk hening:
Tegakkan badan atur napas secara perlahan-lahan
konsentrasikan pikiran.
Sekarang pusatkan seluruh perhatian pada napas.

Bayangkan di hadapan kita ada sebuah cahaya.


Cahaya ini adalah cahaya kebaikan, kebahagiaan, serta kasih
sayang yang datangnya
dari Allah Tuhan Yang Maha Esa.

Biarkan cahaya itu masuk melalui kening kita menerangi seluruh


pikiran kita sehingga pikiran kita dipenuhi oleh kasih sayang.
Lalu biarkan cahaya itu secara perlahan-lahan turun menerangi hati
kita membersihkan perasaan kita sehingga hati kita menjadi bersih
murni dan diliputi oleh kedamaian, kebahagiaan dan kasih sayang.

Lalu biarkan cahaya itu turun menerangi kedua tangan kita


sehingga kedua belah tangan kita diliputi oleh cahaya, cahaya
membuat tangan kita hanya melakukan hal-hal yang baik dan kita
gunakan untuk menolong orang lain.

Sekarang cahaya itu secara perlahan-lahan turun ke kaki kita


biarkan kedua kaki dipenuhi oleh cahaya sehingga kaki kita
hanya melangkah ke tempat-tempat yang baik, mengantarkan
kita untuk bertemu orang-orang yang baik, dan menolong lain
dengan kasih sayang.

Sekarang tuntun kembali cahaya melalui badan kita untuk


menyinari mulut dan lidah kita sehingga mulut kita dipenuhi oleh
cahaya, cahaya yang meliputi mulut kita akan membuat mulut kita
hanya berkata-kata yang baik, penuh kebenaran dan kejujuran
disertai kasih kelembutan dan sopan santun kepada setiap orang
yang kita temui

Sekarang biarkan cahaya menyinari telinga kita sehingga kedua


belah telinga kita diliputi oleh cahaya, cahaya membuat telinga
kita hanya mendengarkan kata-kata yang baik, mendengarkan
orang lain berbicara dengan kasih sayang serta mengambil
kebaikan dari setiap hal yang kita dengar.

Sekarang cahaya menyinari kedua belah mata kita sehingga


kedua belah mata kita diliputi oleh cahaya, cahaya yang meliputi
kedua mata kita membuat mata kita hanya melihat yang baik-
baik, memandang semua orang dengan kasih sayang, melihat
kebaikan dari setiap hal dan setiap orang yang kita jumpai.

Sekarang kembalikan cahaya itu ke dalam kepala kita lagi


biarkan dia membuat pikiran menjadi bijaksana, sekrang biarkan
cahaya itu menyebar ke sekeliling kita.

Kirimkan cahaya kepada kedua orang tua kita, kepada adik dan
kakak kita, kepada sanak kerabat keluarga kita, kepada guru-
guru kita, kepada teman-teman kita, kepada semua orang yang
ada di dunia ini, kirimkan juga cahaya untuk hewan dan
tumbuhan serta semua makhluk ciptaan Allah SWT. Lalu biarkan
cahaya menyinari seluruh dunia ini, bayangkanlah ketika seluruh
alam semesta dipenuhi cahaya.

Kita berada dalam cahaya


Cahaya berada dalam diri kita
Kita adalah cahaya

(Diam beberapa saat) Sekarang kembalikan cahaya itu ke dalam


hati kita lagi. Bawalah cahaya itu kemanapun kita pergi,
kemanapun kita melangkah, dengan siapapun kita bertemu.
Sekarang buka mata secara perlahan-lahan.

3. Bercerita
Cerita mempunyai efek yang sangat mendalam.Sesuatu yang
diceritakan dalam bentuk cerita akan diingat dan dihargai, di mana
informasi yang sama yang disampaikan kering mungkin akan
dilupakan dalam waktu singkat. Guru akan bercerita dengan cerita
yang mengandung nilai-nilai kemanusiaan yang mengandung
kebaikan yang dapat dicontoh oleh siswa dalam kehidupan sehari-
hari mereka.
Manfaat bercerita adalah:
a. Membangun kemampuan mendengar
b. Menghasilkan ketertarikan yang murni
c. Membangun kreativitas
d. Menstimulasi imajinasi
e. Meningkatkan relaksasi
f. Memberi inspirasi
g. Menambah pengetahuan
h. Meningkatkan kemampuan diskriminasi: yang benar dan salah,
yang baik dan buruk
i. Menanamkan idealisme yang tinggi
j. Membangkitkan humor, kegembiraan dan kesenangan
Cerita bisa kita dapatkan dari:
a. Dongeng
b. Cerita rakyat yang mengandung nilai-nilai
c. Cerita tentang kehidupan tokoh-tokoh besar dunia
d. Cerita karangan para pujangga Indonesia
e. Cerita dari kitab-kitab suci
f. Kehidupan para pahlawan
g. Pengalaman seseorang
Teknik dalam bercerita
a. Bercerita – bukan membaca cerita
b. Ada pada level yang sama dengan anak
c. Nimati ceritamu sendiri
d. Menjadi sangat akrab dengan cerita
e. Gunakan suara – bedakan suara untuk mengilustrasi cerita.
f. Gunakan badan khususnya ekspresi wajah
g. Gunakan bahan ajar untuk membantu menghidupkan cerita
h. Guru harus melakukan apa yang mereka ajarkan.

4. Menyanyi
Satu dari keuntungan musik dan bernyanyi adalah bahwa lagu
akan tetap diingat anak-anak lama sesudah kelas berakhir. Ini
artinya nilai-nilai yang ada dalam lirik lagu akan ada di pikiran bawah
sadar anak untuk waktu yang lama dan akan membantu merubah
prilaku anak. Menyanyikan lagu-lagu yang mengandung nilai-nilai
kebaikan dan lagu-lagu yang mengobarkan semangat.

“Apapun yang aku rasakan dan pelajari tentang musik selama


bertahun-tahun, yang aku bagikan sehari-hari dengan orang lain.
Hasilnya patut disyukuri, seperti aku mengamati peningkatan
kesehatan orang lain, kestabilan emosi, mental fokus dan
sensitivitas spiritual. Banyak saat yang aku lihat bagaimana
keindahan musik dapat mengkontribusi keseimbangan personality,
kedamaian psikis, pengembangan jiwa di dalam”
(The Healing Energies of Music, Hall - Lingerman)
Manfaat menyanyi:
a. Meningkatkan kesehatan (Pernapasan)
b. Menciptakan harmoni dan kerja sama
c. Menguatkan ingatan
d. Membangun karaktek baik
e. Membawa kegembiraan ke dalam kelas

Contoh lagu PNK adalah:

Jika engkau tak berhasil


Coba coba coba lagi
Jangan menyerah
Jangan putus asa
Akhirnya kaukan berhasil
Akan berhasil
Dunia ini banyak tantangan
Harus brani menghadapi
Coba dengan kerja keras
Jangan tergantung nasib
Ayo...!
Gunakan sluruh kemampuanmu
Yakin dan percayalah
Bahwa kan kau hadapi stiap cobaan
Dan kaukan berhasil....!

Senyum

Senyum...senyum...senyum...
Tersenyumlah selalu
Senyum...senyum...senyum...
Duniapun tersenyum
Jika engkau sedang marah
Ubahlah raut wajahmu
Jangan lagi bermuka masam
Cobalah tersenyum
Senyum...senyum...senyum...
Tersenyumlah selalu
Senyum...senyum...senyum...
Duniapun tersenyum
Jika engkau sedang sedih
Dunia nampak suram
Jangan bersedih dan menangis
Cobalah tersenyum
Senyum...senyum...senyum...
Tersenyumlah selalu
Senyum...senyum...senyum...
Duniapun tersenyum

Belajar dari matahari

Belajar dari matahari yang menyinari setiap orang


Atau hujan yang menyinari setiap tempat
Tak membedakan suku atau warna kulit
Kasih ada bagi yang kaya dan miskin
Kasihi semua…..
Sayangi semua…..
Kasih dan kedamaian kita perlukan
Kasihi semua…..
Sayangi semua…..
Dalam pikiran perkataan dan tindakan

Semakin Baik

Semakin baik...
Semakin baik...
Semakin baik setiap hari
Semakin baik
Dimana saja semakin baik tekadku

5. Kegiatan berkelompok atau Permainan


Permainan atau kegiatan yang mengandung nilai-nilai kebaikan
yang dilakukan oleh siswa secara bersama-sama.
Kita adalah makluk sosial yang hidup dalam masyarakat yang
saling berhubungan satu sama lain. Banyak masalah yang kita
hadapi di dunai ini hari ini adalah karena kita tidak dapat seiring
sejalan dengan orang lain
Kegiatan ini akan membimbing anak-anak , bagaimana hidup
dengan orang lain dengan harmonis. Anak-anak belajar lebih
mendalam melalui kegiatan bersama yang melibatkan mereka
dibandingkan dengan duduk diam terus di belakang meja
mendengarkan guru.
Kegiatan kelompok yang bisa dilakukan
a. Bermain peran
b. Test sikap
c. Permainan
d. Kerja kelompok
e. Kreatifitas kelompok
Manfaat Kegiatan berkelompok atau permainan:
a. Meningkatkan perhatian dan kegembiraan
b. Menggugah kreatifitas
c. Membangun rasa percaya diri & pengendalian diri
d. Membangun koordinasi dan kerja tim
e. Mengeluarkan bakat – bakat terpendam
f. Mengajarkan ketrampilan
g. Belajar bekerjasama, berbagi
h. Membangun hubungan harmonis dan kesatuan dengan orang
lain
i. Belajar mendengarkan orang lain bicara, dll.

Mengintegrasikan Nilai-nilai kemanusiaan ke dalam semua


kegiatan sekolah. Pengintegrasian Ini dilakukan dengan 2 cara yaitu:
1. Secara langsung dengan

a. Program Pembiasaan
Pagi Hari
Program Pembiasaan yang dilaksanakan setiap pagi hari sebelum
dimulai pembelajaran adalah dilaksanakannya kegiatan pagi hari
yang dilaksanakan secara bersama-sama di aula sekolah. Kegiatan
pagi yang dilaksanakan antara lain:
1) Berdoa bersama
2) Duduk hening
3) Bercerita

Foto Silent Stting

Foto story telling

Siang Hari
Program Pembiasaan pada siang hari dilakukan dengan cara:
1) Makan siang bersama yang didahului dengan doa bersama lalu
berterima kasih kepada orangtua yang telah memasakkan
makanan untuk mereka serta berterima kasih kepada guru yang
telah memberi makanan mereka berupa ilmu. Pendidikan Nilai-
nilai Kemanusiaan di dalam ruang makan dilakukan dengan
cara menghiasi dinding ruang makan dengan gambar pak tani
yang sedang bekerja keras serta aturan-aturan ketika makan
seperti cuci tangan sebelum dan sesudah makan, berdoa
sebelum dan sesudah makan, mengambil makanan
secukupnya, membiasakan antri, serta jangan membuang-
buang makanan.
Makanan siang diberikan secara cuma-cuma oleh sekolah dan
orang tua secara bergantian memasak sesuai dengan jadwal
yang telah dibuat.

2) Melakukan sholat zuhur berjamaah

b. Kelas ntegrasi khusus


Dilaksanakan secara gabungan mulai dari kelas 1 sampai kelas
5. Kelas integrasi khusus dilaksanakan setiap 1 bulan sekali dengan
memperhatikan minat dan keinginan siswa mengenai hal-hal yang
ingin mereka ketahui. Dilaksanakan dengan lintas mata pelajaran
disesuaikan dengan keadaan guru dan siswa.
Pembelajaran PNK terpadu dengan kelas integrasi khusus
untuk anak-anak akan mempercepat proses belajar dengan
menggabung banyak mata pelajaran dalam satu kegiatan. Mereka
akan belajar banyak hal dari kegiatan, di sisi lain guru dapat
memasukkan banyak nilai ke dalam proses belajar. Dalam proses
belajar ini siswa dapat melihat banyak hal dari kehidupan dan
lingkungan mereka berguna dan penting.
Kegiatan kelas integrasi merupakan integrasi dari beberapa
mata pelajaran yang berbeda yang disatukan oleh satu tema yang
sama sebagai PNK sebagai bagiannya, seperti tertera pada
mindmap di bawah ini.

PKn
IPA
Olahraga

IPS
Tema Matematika

B. Inggris
B. Indonesia
SBK

Keuntungan belajar kelas integrasi khusus


1. Pelajar dapat menentukan sendiri tema apa yang akan mereka
pilih.
2. Pelajar memilih apa tema yang menarik untuk dipelajari
3. Pelajar lebih aktif dalam proses pembelajaran.
4. Pelajar mendapatkan banyak informasi dari lingkungan dan dari
kehidupan sehari-hari.
5. Pelajar dapat mempelajari Nilai-nilai kemanusiaan dari
pengalamannya sendiri
6. Dari satu tema kita dapat mempelajari beberapa mata pelajaran.

Pelaksanaan kelas integrasi diadakan dengan cara:


1. Diskusi kelas mengidentifikasi tema untuk kegiatan.
Tema yang dipilih harus menarik perhatian anak. Hal ini
dimungkinkan jika mereka melihat hubungan antara lingkungan
dan peran mereka dalam situasi kehidupan.
2. Membuat peta pikiran (Mind Mapping)
3. Kegiatan kelompok
Dalam pembuatan kelompok siswa akan membuat daftar
pekerjaan untuk setiap anggota kelompok dan membuat
perencanaan untuk tema
4. Kegiatan
a) Setiap kelas selalu dimulai dengan duduk hening.
b) Siswa menelaah apa yang akan dilakukan dalam proyek.
c) Siswa menyiapkan semua yang dibutuhkan dalam kegiatan.
d) Siswa menjalankan rencana dalam setiap kelompok.
e) Siswa mengisi lembar kerja untuk setiap aktivitas.
5. Presentasi
Presentasi oleh setiap kelompok tentang apa yang telah mereka
lakukan.

Contoh kelas integrasi khusus:

Tema : Buah-buahan (dilaksanakan 9 Agustus 2008)

1. Bahasa Indonesia
Kegiatan : Menebak teka-teki tentang buah-buahan
Hasil Kegiatan : Anak-anak yang berasal dari kelas yang lebih
tinggi membacakan soal untuk adik-adiknya
dan mengisi jawaban pada lembar jawaban
yang tersedia
Bermain teka-teki:
Badanku bulat sedang
Warnaku hijau dan kuning
Rasaku ada yang asam ada yang manis
Aku banyak mengandung vitamin c
Siapakah aku?
PNK :
a) Kepemimpinan
b) Kerja sama

2. IPA
Kegiatan : Membuat jus buah
Hasil Kegiatan : Jus campuran berbagai buah yang dibuat oleh
siswa sendiri
PNK :
a) Kerja sama
b) Berbagi

3. Matematika dan IPS


Kegiatan : Siswa berperan sebagai penjual dan pembeli
Siswa menimbang buah dengan timbangan.
Siswa menghitung harga buah
Hasil Kegiatan : Siswa mengetahui bagaimana proses jual beli
terjadi dan menghitung harga
PNK :
a) Kejujuran
b) Ketelitian
4. B. Inggris
Kegiatan : Siswa belajar kosa kata macam-macam
Hasil kegiatan : Siswa dapat menghapal nama-nama buah
dalam B. Inggris
PNK :
a) Buah sangat bermanfaat bagi manusia sebagai sumber makanan
dan pengobatan, kita juga sebagai manusia harus bermanfaat
untuk orang lain

Tema : Warna ( dilaksanakan Oktober 2009)

1. Bahasa Indonesia
Kegiatan : Menyusun kata-kata banyak dan tersebar
secara acak.
Hasil kegiatan : Hasil penyusunan kata antara lain adalah
“Hidupku penuh dengan warna kan ku songsong masa depan cerah”
PNK :
a) Hidup itu penuh dengan warna, tanpa warna dunia akan gelap
maka songsonglah masa depan kita dengan cerah
b) Kita harus jernihkan jiwa dengan senyuman di hati
2. Seni Budaya dan Keterampilan
Kegiatan : Membuat warna dari bahan alami
Hasil kegiatan : Membuat cetakan dengan warna alami
PNK :
a) Menghargai keberadaan dan menjaga sumber daya alam
b) Semua benda diciptakan pasti ada manfaatnya sama seperti
manusia
c) Tidak melihat sesuatu dari luar atau bentuknya

3. IPS dan PKn


Kegiatan : Mewarnai gambar orang yang berasal dari
suku bangsa yang ada di Indonesia
Hasil kegiatan : Gambar orang dari suku bangsa Papua
PNK :
a) Berbeda-beda tetapi tetap satu jua.
b) Menghargai perbedaan

4. IPA
Kegiatan : Membuat pelangi
Hasil kegiatan : Menghasilkan degradasi warna yang sangat
indah
PNK :
a) Perbedaan warna menghasilkan warna hidup yang baru.
b) Perbedaan itu indah.

5. Bahasa Inggris
Kegiatan : Bernyanyi dan menyusun kata berdasarkan
warna
Hasil kegiatan : Deretan nama-nama sesuai dengan warnanya
PNK :
Percampuran berbagai warna menghasilkan rasa yang baru
(mencampur buah-buahan dengan dijus), begitu juga kita bila ingin
mendapatkan pengalaman baru banyak belajar dan berteman.
2. Secara tidak langsung dengan mengintegrasikan PNK ke dalam
mata pelajaran.
a. Mengintegrasikan ke dalam Mata Pelajaran
Pengintegrasian PNK ke dalam semua mata pelajaran yang
disesuaikan dengan kurikulum nasional. Guru menyiapkan
pembelajaran kurikulum nasional yang sudah dimasukkan nilai-
nilai kemanusiaan di dalamnya atau mengajak siswa untuk
mengambil nilai-nilai apa yang bisa kita ambil dari pembelajaran
yang telah berlangsung.

Contoh Pengintegrasian PNK ke dalam mata pelajaran

Mata pelajaran : IPA


Kelas / semester : IV/1
Standar kompetensi : 2. Memahami hubungan antara struktur
bagian tumbuhan dan fungsinya .
Kompentensi Dasar : 2.3 Menjelaskan hubungan antara struktur
daun tumbuhan dengan fungsinya.
Indikator : Dapat menyebutkan bentuk –bentuk daun.
Kegiatan : Melakukan pengamatan berbagai macam
bentuk daun.
PNK :
 Berbeda-beda tetap satu
 Daun-daunan sangat bermanfaat bagi manusia
Mata pelajaran : IPA
Kelas /semester : IV/1
Standar kompetensi : 4. Memahami daur hidup beragam jenis
mahluk hidup.
Kompentensi Dasar : 4.1 Mendeskripsikan daur hidup beberapa
hewan di lingkungan sekitar,misalnya ,
katak, kupu-kupu, dan belalang.
Indikator : Dapat menjelaskan siklus/daur hidup
(metamorfosis) pada kupu-kupu, katak dan
belalang.
Kegiatan : Mencari dan melakukan pengamatan
terhadap proses metamorfosis katak,
belalang dan kupu-kupu di lingkungan sekitar.
PNK :
 Daur hidup kupu-kupu mengajarkan kita akan perubahan menuju
kesempurnaan.
 Demikian pula kita belajar sejak SD hingga sarjana mestinya bisa
menjadi orang yang lebih baik dari sebelumnya

Mata Pelajaran : IPA


Kelas/Semester : IV/2
Standar Kompetensi : 6. Memahami beragam sifat dan perubahan
wujud benda serta berberbagai cara
penggunaan benda berdasarkan sifatnya.
Kompetensi Dasar : 6.3 Menjelaskan hubungan antara sifat bahan
dengan kegunaannya.
Indikator : Dapat menyebutkan pengaruh kapilaritas
bahan terhadap daya serapnya pada zat cair.
Kegiatan : Melakukan kegiatan mengamati daya serap
kertas terhadap air.
PNK :
Siswa harus mempunyai keteguhan hati, seperti kertas karton yang
tidak mudah menyerap air, agar tidak terbawa oleh pengaruh
lingkungan yang tidak baik.

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia


Kelas/Semester : V/1
Standar Kompetensi : Berbicara
Kompetensi Dasar : Berwawancara sederhana dengan nara-
sumber (petani, pedagang, karyawan, dan
lain-lain) dengan memerhatikan pilihan kata
dan santun berbahasa.
Indikator : - Siswa dapat menyusun pertanyaan untuk
melakukan wawancara
- Siswa dapat melakukan wawancara
sederhana dengan nara sumber dengan
memerhatikan pilihan kata dan santun
berbahasa.
Kegiatan : Mewawancarai pedagang
PNK :
 Menghargai pekerjaan
 Berani bertanya dan mengemukakan pendapat
 Berbicara sopan dan menghormati orang yang lebih tua

Mata Pelajaran : Matematika


Kelas/Semester : IV/1
Standar Kompetensi : 2. Memahami dan menggunakan faktor dan
kelipatan dalam pemecahan masalah.
Kompetensi Dasar : 2.3 Menentukan kelipatan persekutuan
terkecil ( KPK) dan faktor persekutuan
terbesar (FPB)
Indikator : Menentukan faktor prima suatu bilangan
dengan pohon faktor.
Kegiatan : Membuat pohon faktor
PNK :
 Kita harus seperti pohon faktor bisa berbagi sesuai dengan
Kemampuan yang kita miliki dan dengan hati yang ikhlas.
Mata pelajaran : SBK
Kelas/semester : VI/1
Standar Kompetensi : Siswa memahami, menanggapi keragaman
gagasan dalam objek tema dan simbol karya
seni rupa nusantara serta berkreasi dan
memamerkan karya sendiri dan orang lain.
Kompetensi Dasar : Menyajikan karya senirupa dalam pameran
kelas
Indikator : Memilih dan menyiapkan karya seni rupa
dimensi buatan sendiri dan menata pameran
Kegiatan : Membuat sandal dari karton dan kertas kado
PNK :
 Langkahku untuk mengejar cita-cita
 Langkahku untuk menuntut ilmu
 Langkahku untuk menolong orang lain

Mata pelajaran : Bahasa Indonesia dan IPA


Kelas/smt : IV/2
Tema : Teknologi sederhana
Standar Kompetensi : Memahami hubungan antara antara SDA
dengan lingkungan, teknologi, dan
masyarakat.
Kompetensi Dasar : Menjelaskan hubungan antara sumber daya
alam dengan teknologi yang digunakan.
Indikator : Mengidentifikasi hasil teknologi yang
digunakan SDA.
Kegiatan : Praktek mengolah padi dan pengamatan ke
tempat penggilingan padi .
PROSES MENUAI PADI

PROSES PERONTOKAN PADI

PROSES PENJEMURAN PADI


PROSES PENGGILINGAN PADI
PNK :
1. Mensyukuri rizki yang telah diberikan oleh allah
2. Menghargai jerih payah petani
3. Tidak membuang-buang makanan
4. Kita harus melepaskan hal-hal yang tidak baik dalam diri kita
agar menjadi bersih
5. Seperti halnya padi semakin berisi, semakin merunduk.
Begitupun kita apabila kita pintar kita tidak boleh sombong
(selalu rendah hati).
6. Padi walau pun ia tumbuh di dalam lumpur yang kotor tapi ia
sangat berarti.
Mata pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/smt : IV/1, 2
Tema : Tehnologi sederhana ( membuat tempe)
Standar Kompetensi : Berbicara: Mendeskripsikan secara lisan
petunjuk penggunaan alat.
Kompetensi Dasar : Menjelaskan petunjuk untuk melakukan
sesuatu atau penjelasan tentang cara
membuat sesuatu
Indikator : Menjelaskan petunjuk membuat tempe
Kegiatan : Siswa mempraktekkan cara membuat tempe.
PNK :
a) Kita harus melepaskan hal-hal yang buruk yang ada dalam diri
kita karena kedelai untuk jadi tempe harus dilepaskan dulu
kulitnya.

b) Kita harus menyelesaikan persoalan dengan kepala dingin


karena untuk jadi tempe, kedelai harus didinginkan dulu setelah
dingin baru diberi ragu.
c) Tempe adalah makanan yang murah yang murah tetapi bergizi
tinggi.
d) Persatuan karena kedelai setelah diberi ragi akan terbentuk
tempe.
e) Kesabaran (memerlukan waktu beberapa hari sehingga menjadi
tempe)
Mata pelajaran : IPA
Kelas/ semester : III/2
Standar Kompetensi : Menerapkan konsep energi gerak
Kompetensi Dasar : Membuat kincir angin untuk menunjukkan
bentuk energi angin dapat diubah menjadi
energi gerak.
Kegiatan Siswa : Membuat kincir angin sederhana

PNK :
a) Keadilan
b) Hidup kita seperti baling-baling yang berputar, kadang sedih,
kadang senang dan kita harus siap menghadapinya.
c) Agar bergerak baling-baling memerlukan angin, begitu juga
manusia membutuhkan orang lain dalam hidupnya.
Kunjungan Ke Kantor Pos

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia


Kelas/Semester : IV/1
Tema : Tempat Umum ( Kantor Pos )
Aspek : 1. Mendengarkan (menjelaskan simbol Pos
Indonesia)
2. Menulis (menulis surat)
Kegiatan : Kunjungan ke Kantor Pos

PNK :
a) Tempat umum keberadaannya harus kita Jaga dan pelihara demi
kepentingan bersama
Mata pelajaran : PKN
Kelas/smt : IV/1
Standar Kompetensi : Mengenal sistem pemerintah tingkat pusat.
Kompetensi Dasar : Mengenal lembaga-lembaga negara dalam
susunan Pemerintah tingkat pusat, seperti
MPR, DPR, Presiden, MA, MK dan BPK
Indikator : Menjelaskan pengertian pemerintah dan
sistem pemerintahan
Kegiatan : Siswa memainkan peran sebagai anggota
lembaga-lembaga negara dengan segala hak,
tugas, tanggung jawab, dan kewajibannya di
dalam pemerintahan

PNK :
a) menjadi pemimpin yang adil, bijaksana dan berwibawa serta
lebih mengutamakan kepentingan rakyat dari pada kepentingan
pribadi.
Mata Pelajaran :IPA
Kelas/ smt : III/2
Standar Kompetensi : Memahami berbagai cara gerak benda
hubungannya dengan energi dan sumber
energi.
Kompetensi Dasar : Menyimpulkan hasil pengamatan bahwa gerak
benda dipengaruhi oleh bentuk dan ukuran.
Indikator : Mengidentifikasi berbagai gerak benda,
misalnya : mengelinding, Jatuh, mengalir,
memantul dan berputar
Kegiatan : Siswa mengamati gerak benda
(memantul)

PNK :
a) Perbuatan kita seperti bola yang di pantulkan, apabila kita
berbuat kebaikan maka kebaikan akan berbalik menghampiri
kita dan sebaliknya apabila pebuatan buruk yang kita lakukan
maka keburukan yang akan menghampiri kita.
Mata Pelajaran : IPA
Kelas : IV/1
Standar kompetensi : Memahami hubungan antara struktur organ
manusia dengan fungsinya, serta
pemeliharaannya.
Kompetensi Dasar : Mendeskripsikan hubungan antara kerangka
Tubuh manusia dengan fungsinya
Indikator : Menjelaskan kerangka manusia dan fungsinya
Kegiatan : Mengamati Torso Manusia

PNK :
a) Tulang yang baik/sehat akan menjadi penopang tubuh yang kuat
begitu juga jika kita bisa menjadi penopang negara yang kuat
bila memiliki Kelakuan yang baik
b) Aku dan engkau adalah sama (di dalam tubuh kita adalah tulang),
jadi yang cantik jangan sombong, yang kurang cantik jangan
rendah diri karena kita semua sama.
c) Kerjasama dan persatuan, tulang dapat berfungsi dengan baik
dengan saling menyatu dan bekerja sama.
Mata pelajaran :IPA
Kelas : I/1
Standar Kompetensi : Mengenal anggota tubuh serta kegunaannya,
dan cara perawatannya.
Kompetensi dasar : Mengenal bagian-bagian tubuh dan
kegunaanya serta menunjuk cara
perawatannya.
Kegiatan siswa : Demonstrasi alat indra

PNK :
a) Semua panca indra yang kita miliki harus kita jaga dan kita
pelihara. Mata kita gunakan untuk melihat yang baik-baik, mulut
untuk berbicara sopan dan jujur, telinga untuk mendengarkan
nasihat yang baik
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Smt : IV/1
Tema : Lingkungan
Standar Kompetensi : Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan
Informasi secara tertulis dalam bentuk cerita
Kompetensi Dasar : Menulis petunjuk untuk melakukan sesuatu
atau penjelasan tentang cara membuat
sesuatu)
Kegiatan : Melakukan penanaman , pencangkokan dan
menulis petujuk cara menanam dan
menyangkok.

PNK :
a) Pengorbanan (pohon tubuhnya rela disayat-sayat ketika
dicangkok agar bisa berkembang biak dan menghasilkan
tumbuhan baru)
b) Kelestarian alam dengan menanam pohon

Anda mungkin juga menyukai