Anda di halaman 1dari 2

Trauma Agama ?

(by : salam baca-tulis @nana)

Trauma dan agama. Dua kata yang terdengar ganjil sekali. Fenomena yang rasanya asing
sekali dalam kehidupan ini.
Menilik sebuah sejarah yang pernah saya baca, ada sebuah ide yang hari ini menjadi
sebuah hipotesa bagi saya. Ide pokok hipotesa tersebut adalah “Trauma Agama”. Cerita tentang
abad kegelapan Eropa, dimasa dominasi gereja dalam system kehidupan Eropa sangat jelas dan
sewenang-wenang, padahal pada masa yang sama sejarah juga mencatat bahwa pada masa ini
ada wilayah tetangga yang terang benderang dan didominasi sesame agama samawi, yakni Islam.
Dari sini kita sama-sama tahu bahwa pada masa tersebut ada dua wilayah bagian bumi ini yang
sama-sama didominasi agama samawi akan tetapi sangat jauh berbeda keadaannya. Agama
samawi Kristen Katolik yang mendominasi kekuasaan Eropa pada masa itu nyata sekali
menjadikan Eropa mengalami masa kegelapan. Petuah yang intinya melawan raja adalah
melawan tuhan sempat menjadi quotes yang beredar pada masyarakat kegelapan Eropa. Disisi
lain, bisa kita lihat Agama Samawi Islam yang menguasai saat itu turut menguasai daerah lain
memberikan kejayaan yang luar biasa bahkan banyak penemuan ilmu pengetahuan yang saat ini
kita kenal dengan sains muncul disana.
Menilik cerita dominasi agama islam yang menguasai dunia, kita tahu salah satu hal
mengejutkan yang rasanya tidak masuk akal, yakni penghancuran baitul hikmah dan buku-buku
penemuan orang-orang muslim pada masa kejayaan islam sementara Eropa masih masa
kegelapan. Hal ini membuat saya menduga-duga sesuatu yang janggal, ditambah lagi
ditemukannya beberapa fakta ditulisnya kembali penemuan-penemuan muslim tersebut dalam
bahasa yang tidak lagi bahasa alinya juga nama penemu-penemunya yang dirubah sehingga tidak
lagi menunjukkan bahwa sang penemu tersebut beragama islam.
Hal kecil tersebut membuat saya memiliki sebuah pemikiran bahwasannya jejak
kejayaaan islam sengaja dihapus oleh pihak yang membenci islam dan tidak pernah
menginginkan islam bangkit menguasai dunia. Padahal, jika dipelajari lebih dalam, islam itu
sangat kompleks dan sangat detail dalam menuntun manusia untuk menjadi manusia yang sehat,
sukses dan bahagia di dunia ini hingga akhirat. Islam mengajarkan bagaimana manusia itu tetap
pada fitrohnya. Islam juga mengajarkan bagaimana manusia itu agar tetap menjadi manusia.
Akan tetapi, pada kenyataannya, dalam kehidupan nyata tak sedikit saya jumpai
kampanye-kampanye radikalisme. Awalnya saya sendiri memiliki pandangan kurang baik
terhadap islam karena framing radikalisme tersebut. Setelah sedikit demi sedikit mencoba
mengenali islam yang sesungguhnya itu seperti apa, sungguh, logika dan pikiran yang ada di
kepala ini menolak pernyataan islam itu radikal, islam itu teroris atau sejenisnya sebagaimana
yang pernah saya dapati di media-media. Justeru, saya dapati islam itu sangat anggun pada
seluruh manusia, tak hanya manusia pada hewan, tanah, udara, tumbuhan dan lainnya. Saya
memiliki pemikiran seandainya saja semua manusia menerima dan mempelajari islam yang
memang di bawa rasul Muhammad, saya yakin kehidupan ini sangatlah damai dan sejahtera.
Semua manusia tetap pada koridor fitrohnya dan tetap menjadi manusia (tidak kehilangan
kemanusiaannya).
Tentu saja, di lembaga pendidikan formal yang pernah saya lewati, saya tidak pernah
mengetahui bahwa islam itu sebenernya sebagus itu ajarannya. Baru setelah bisa bertemu banyak
orang dari ragam yang berbeda-beda, saya baru sedikit bisa sadar, ternyata islam itu sebagus dan
sebaik itu. Fakta ini membuat saya berpikir, kenapa di lembaga pendidikan formal saya tidak
mendapatkan pendidikan islam yang sebagus dan sebaik ini? Bahkan selengkap ini? Asumsi saya
mungkin karena memang islam tidak diharapkan untuk eksis dan tenar sebagaimana eksis dan
tenarnya islam di masa kejayaan islam pada saat Eropa dilanda abad kegelapan.
Bagaimanapun juga, bagi kita yang benar-benar masih menyadari dirinya bukan hanya
sebatas apa yang bisa dilihat (tubuh/fisiknya, penampilannya, karyanya) dan bukan apa yang
masih bisa diukur (seperti kemampuan logika pikiran dan bagaimana mengolah perasaan marah,
dll), niscaya kesadaran bahwa dia merupakan ruh itu pasti akan disadarinya. Segala sesuatu itu
diciptakan, begitu juga ruh tersebut. Ruh juga diciptakan. Jika kita menyadari ini niscaya
keberadaan tuhan itu pasti tidak akan lagi bisa ditolak oleh kita karena kita adalah manusia. Jika
kita menyadari hal ini, kita pasti tidak akan pernah menolak bahwa hidup kita diatur oleh ajaran
tuhan yang diturunkan berupa wahyu kepada para nabi & rasulnya.
Menilik keberhasilan ajaran wahyu yang disampaikan rasul Muhammad, saya heran
mendapati banyaknya manusia yang menolak diberlakukannya islam dalam seluruh lini
kehidupan dan tidak jarang penolakan tersebut juga dari orang-orang yang memilih islam sebagai
ajaaran/agama/paham yang dianutnya. Terkadang saya menebak-nebak bahwa jangan-jangan
penolakan kita diatur dengan ajaran tuhan dalam seluruh kehidupan kita adalah manifestasi kita
mengidap virus trauma. Yaitu trauma agama yang dialami oleh orang-orang pada masa
kegelapan Eropa yang memang pada saat itu juga didominasi gereja. Jika dilihat Kristen Katolik
dan Islam sama-sama agama samawi (Tuhannya Allah). Bisa jadi karena hal ini, kita trauma.
Berdasar ilmu psikologi, yang saya tahu trauma itu memang menular dan memang bbisa menjadi
turun-menurun. Trauma ini seperti penyakit. Saya berasumsi bahwa kita sedang menjadi korban
trauma agama yang dialami orang-orang di abad kegelapan Eropa dulu. Jika kita tidak berupaya
menyembuhkan diri dan saling membantu kesembuhan satu sama lain, entah sampai sejauh mana
lagi virus trauma ini menyerang manusia.

Yeach, semua yang saya tulis ini hanya berdasar pemikiran sendiri setelah menerima
beberapa informasi yang ada. Semua yang saya tulis hanya hipotesa belaka. Saya tidak
melakukan riset apapun, sehingga kemungkinan benar : kemungkinan salahnya adalah 50:50.
Jadi, pembaca yang bijak, selamat bereksplorasi lebih lagi agar bisa mengetahui kebenaraan
sejati. Saya juga tolong diberitahu sebuah kebenaran yang saya luput saat ini. Terima kasih.
Salam Baca-Tulis.

Anda mungkin juga menyukai