Anda di halaman 1dari 20

BAB III

BUKU BESAR PEMBANTU

A. PENGERTIAN BUKU BESAR PEMBANTU


Dalam praktek akuntansi di lapangan, apabila perusahaan hanya menggunakan satu buku besar belum
dapat memberikan catatanyang terperinci mengenai akun-akun tertentu. Oleh karena itu agar perusahaan
dapat memberikan data akun yang lebih rinci maka diperlukan buku pembantu.

Apa itu buku besar pembantu? Buku besar pembantu adalah buku besar yang digunakan untuk mencatat akun
tertentu dan perubahan-perubahannya secara lebih rinci. Dengan demikian akun buku besar berfungsi sebagai
akun kontrol sedang akun yang ada dalam buku pembantu merupakan rincian dari akun buku besar. Untuk
lebih jelas coba Anda amati bagian dari siklus akuntansi berikut ini!

SIKLUS AKUNTANSI

Bukti 1 1. Jurnal 3 2. Buku


Transaksi Khusus Besar
1 4

Daftar Saldo 2 BB Pembantu


Persediaan (Utang, Piutang, Kartu
Neraca Saldo
Persediaan)
Barang 2

2 5
6

Daftar Saldo Daftar Saldo Jurnal


Piutang Utang Penyesuaian

6
4. Laporan 7
Keuangan 3. Neraca Lajur
(L/R, Perubahan
Modal, Neraca,
8
Arus Kas) 9

9 Jurnal Penutup
Jurnal Pembalik
(Jika diperlukan)

10 10 10

Neraca Saldo setelah


Penutupan /Neraca awal
periode berikutnya
Dari skema (bagian siklus akuntansi) di atas, Anda dapat memahami betapa eratnya hubungan antara buku besar
dengan buku besar pembantu tersebut. Baiklah, sekarang dilanjutkan dengan macam-macam buku besar
pembantu.

B. MACAM–MACAM BUKU BESAR PEMBANTU


Biasanya dalam perusahaan dagang digunakan tiga macam buku besar pembantu yaitu buku
pembantu piutang, buku pembantu utang dan buku pembantu persediaan barang.

No Buku Besar Buku Pembantu

1. Piutang Dagang 1. Fa. Merapi


2. UD. Setia
3. PD. Makmur
4. Toko Maju

2. Utang Dagang 1. Fa. Jujur


2. PD. Sehati
3. Toko Abadi

3. Persediaan barang 1. Beras


2. Gula
3. Kedelai

Dari contoh buku besar dan buku besar pembantu di atas, apa yang dapat Anda simpulkan? Ya, di
antaranya yaitu, semakin banyak langganan (debitur) perusahaan maka semakin banyak pula buku
pembantu yang perlu dibuat. Semakin banyak jenis dari barang dagang maka semakin banyak buku pembantu
persediaan yang diperlukan.

C. BENTUK BUKU BESAR PEMBANTU


Seperti halnya buku besar, buku pembantu dapat dibuat dengan dua bentuk yang lazim digunakan yaitu:
bentuk skontro dan bentuk staffel. Perhatikan format di bawah ini!
1. Buku pembantu bentuk skontro
Nama : . . . . . . . . . . . . . . . . .
Alamat : . . . . . . . . . . . . . . . . . ( . . . . . . . .)

Tgl Keterangan Ref Debit (Rp) Tgl Keterangan Ref Kredit (Rp)

2. Buku pembantu bentuk staffel


Nama : . . . . . . . . . . . . . . . . .
Alamat : . . . . . . . . . . . . . . . . . ( . . . . . . . .)

Keteran Debit Kredit Saldo


gan (Rp) (Rp) (Rp)
Setelah Anda amati format di atas, mungkin Anda bertanya, apakah cara pencatatanya sama dengan
pencatatan pada buku besar?. Jawabannya ya. Perbedaannya hanya pada sumber pencatatan. Pada buku
besar sumber pencatatannya adalah dari jurnal umum atau jurnal khusus, sedangkan buku pembantu
sumber pencatatannya langsung dari bukti transaksi. Untuk itu dilanjutkan dengan cara pencatatan buku
besar pembantu.

D. CARA PENCATATAN BUKU BESAR PEMBANTU UTANG & PIUTANG


Proses pencatatan dalam buku pembantu dapat dilakukan dari bukti transaksi langsung ke dalam buku
pembantu. Seperti yang dicontohkan berikut ini.

Contoh:
PD. Samahati selama bulan Juli 2000 melakukan transaksi penjualan kepada beberapa langganan sebagai
berikut:
Juli 5 Dijual barang dagang secara kredit kepada Tn. Sabar Bandung dengan harga Rp 1.400.000,00.
Faktur Nomor 010.
Juli 7 Dijual barang dagang Rp 1.170.000,00 kepada Toko Tiya secara kredit. Faktur Nomor 011.
Juli 8 Dijual dengan kredit barang dagang kepada Toko Sehati Medan seharga Rp 2.100.000,00. Faktur
Nomor 012.
Juli 12 Dijual barang dagang dengan harga Rp 1.000.000,00 kepada Tn.
Ryan Bandar Lampung dengan kredit. Faktur Nomor 013.
Juli 16 Dijual barang dagang secara kredit kepada Tn. Sabar Bandung seharga Rp 2.000.000,00. Faktur
Nomor 014.
Juli 18 Diterima kembali barang dagang yang dijual tanggal 16 Juli lalu seharga Rp 400.000,00 karena
tidak sesuai dengan pesanan Nota kredit Nomor 004.
Juli 22 Dijual barang dagang seharga Rp 1.100.000,00 kepada Tn. Ryan
Bandar Lampung secara kredit. Faktur Nomor 015.
Juli 28 Diterima pelunasan faktur penjualan Nomor 014 tanggal 16 yang lalu dari Tn. Sabar Bandung
Bukti Kas masuk 047.
Juli 29 Diterima piutang dagang dari Toko Tiya sejumlah Rp 470.000,00
Bukti Kas masuk 048.

Diminta:
Catatlah transaksi di atas dalam buku besar pembantu piutang dagang
(Bentuk staffel) sebagai berikut:
1. Tn. Sabar, Jl. Merapi 22, Bandung.
2. Toko Sehati, Jl. Candrawasih 12, Medan.
3. Tn. Ryan, Jl. Menara Baru 234, Bandar Lampung.
4. Toko Tiya, Jl. Kaswari 17, Tangerang.

Keterangan:
1. Kolom tanggal : Diisi dengan tanggal transaksi.
2. Kolom keterangan : Diisi dengan faktur.
3. Kolom Referensi : Diisi dengan faktur penjualan nomor.
4. Kolom Debit : Diisi dengan jumlah piutang bertambah.
5. Kolom kredit : Diisi dengan jumlah piutang berkurang.
6. Kolom saldo : Diisi dengan selesih kolom debit dan kredit.

Apa yang perlu disiapkan untuk mencatat transaksi tersebut di atas? Bagaimana pencatatannya? Baiklah,
Anda perhatikan pencatatannya berikut ini.
BUKU BESAR PEMBANTU PIUTANG DAGANG
Nama : Tn. Sabar
Alamat : Jl. Merapi 22 Bandung
(01)

Tgl Keterangan Ref Debit (Rp) Kredit (Rp) Saldo Debit


(Rp)

Jul 5 FJ10 1.400.000 1.400.000


16 FJ14 2.000.000 3.400.000
18 NK04 400.000 3.000.000
28 KM47 1.600.000 1.400.000

Nama : Toko Tiya


Alamat : Jl. Kaswari 17 Tangerang
(02)

Saldo Debit
Tgl Keterangan Ref Debit (Rp) Kredit (Rp)
(Rp)

Jul 7 FJ11 1.170.000 1.170.000


29 KM48 470.000 700.000
Nama : Toko Sehati
Alamat : Jl. Cendrawasih 12 Medan (04)

Tgl Keterangan Ref Debit (Rp) Kredit (Rp) Saldo Debit


(Rp)

Jul 8 FJ12 2.100.000 2.100.000

Nama : Tn. Ryan


Alamat : Jl. Menara Baru 234 Bandar Lampung

Tgl Keterangan Ref Debit (Rp) Kredit (Rp) Saldo Debit


(Rp)

Jul 12 FJ13 1.000.000 1.000.000


22 FJ15 1.100.000 2.100.000

Mengapa pencatatan buku besar pembantu sederhana seperti di atas? Baik, apabila Anda perhatikan pencatatan
buku besar pembantu sumbernya adalah dari bukti transaksi. Transaksi di atas semua berhubungan dengan
penjualan barang dagang yang dilakukan secara kredit (menambah piutang dagang), retur penjualan (mengurangi
piutang dagang) dan penerimaan pelunasan faktur penjualan (menguragi piutang dagang).

Analisis transaksi penjualan barang dagang secara kredit, akan dicatat dalam akun piutang dagang pada sisi debit
karena harga jumlah penjualan tidak langsung diterima saat itu. Dalam pencatatannya dalam buku besar
pembantu piutang atas nama masing-masing debitur perusahaan.

Begitu juga dengan buku besar pembantu utang dagang, sumber pencatatannya berasal dari transaksi pembelian
yang dilakukan secara kredit, analisisnya hanya terhadap akun utang dagang bertambah akibat pembelian yang
dilakukan dengan kredit yang harus dicatat di sisi kredit, akun utang dagang berkurang karena adanya transaksi
retur pembelian dan transaksi pembayaran/pelunasan faktur pembelian yang jatuh tempo yang mestinya dicatat di
sisi debit dalam buku besar pembantu utang dagang.

Selanjutnya akan disajikan contoh transaksi dan pencatatannya dalam buku besar pembantu utang dagang, pada
PD. Samahati.
Juli 3. Dibeli barang dagang dari PD Maju secara kredit seharga
Rp.800.000,00 Semarang. Faktur nomor 082.

Juli 6. Dibeli barang dagang seharga Rp 1.200.000,00 dari PT. Agung Jakarta secara kredit. Faktur nomor 028.
Juli 6. Dikirim kembali sebagian barang dagang yang dibeli tanggal 3 Juli yang lalu Rp 100.000,00 karena
rusak. Nota debit 01.
Juli 7. Dibeli barang dagang Rp 600.000,00 secara kredit dari UD. Setuju
Bandung. Faktur nomor 061.
Juli 10. Dibeli barang dagang secara kredit Rp 700.000,00 dari PT. Agung
Jakarta. Faktur nomor 055.
Juli 12. Dibeli barang dagang Rp 400.000,00 dari UD. Jujur Jakarta dengan kredit. Faktur 063.
Juli 14. Dibeli barang dagang Rp 1.400.000,00 dari PD. Maju Semarang, secara kredit. Faktur nomor 99.
Juli 15. Dilunasi faktur pembelian nomor 082 dari PD. Maju tanggal 3 Juli yang lalu. Bukti kas keluar 08.
Diminta:
1. Catatlah transaksi di atas ke dalam buku besar pembantu utang dagang atas nama:
1. PD. Maju, Jl. Paus 18, Semarang.
2. PT. Agung, Jl. Baru 28, Jakarta.
3. UD. Setuju, Jl.Melati 61, Bandung.
4. UD. Jujur, Jl. Mandiri 10, Jakarta.

2. Gunakan format yang telah disediakan berikut ini!

BUKU BESAR PEMBANTU PIUTANG DAGANG


Nama : PD. Maju
Alamat : Jl. Paus 18, Semarang (01)
Saldo Debit
Tgl Keterangan Ref Debit (Rp) Kredit (Rp)
(Rp)

Jul 3 FB82 800.000 800.000


6 ND01 100.000 700.000
14 FB99 1.400.000 2.100.000
15 KK08 700.000 1.400.000

Nama : PT. Agung


Alamat : Jl. Baru 28, Jakarta

Saldo Debit
Tgl Keterangan Ref Debit (Rp) Kredit (Rp)
(Rp)

Jul 6 FB28 1.200.000 1.200.000


10 FB55 700.000 1.900.000

Nama : UD. Setuju


Alamat : Jl. Melati 10, Bandung

Tgl Keterangan Ref Debit (Rp) Kredit (Rp) Saldo Debit


(Rp)

Jul 7 FB61 600.000 600.000

Nama : UD. Jujur


Alamat : Jl. Mandiri 10, Jakarta

Saldo Debit
Tgl Keterangan Ref Debit (Rp) Kredit (Rp)
(Rp)

Jul12 FB63 400.000 400.000


Berdasarkan contoh di atas, buku besar pembantu piutang dibuat sebanyak 4 buah. Mengapa demikian?
Karena buku pembantu piutang disiapkan sebanyak debitur perusahaan (PD. Samahati). Begitu juga buku
besar pembantu untuk utang dagang disiapkan sebanyak 4 buah karena kreditur perusahaan jumlahnya juga 4.
Jadi semakain banyak langganan debitur/ kreditur maka semakin banyak pula buku besar pembantu yang
harus disiapkan.

Nah, apakah Anda sudah mengusai cara pencatatan dalam buku besar pembantu tadi? Baiklah untuk menambah
penguasaan Anda maka kerjakanlah latihan yang di bawah ini.

Diminta:
1. Gunakanlah format yang tersedia berikut ini!
2. Catatlah transaksi berikut ke dalam buku besar pembantu utang dan buku besar pembantu piutang!
3. Transaksi berikut selama bulan Januari 2000, pada PD. Baik Hati, Jl.Rajawali
IV/122 Jakarta.

Jan 4. Dibeli barang dagang Rp 1.500.000,00 dari PT. Sabar secara kredit.
Faktur nomor 21.
Jan 5. Dibeli barang dagang dengan kredit Rp 1.750.000,00 dari PT. ABC Jakarta. Faktur nomor 28.
Jan 6. Dijual barang dagang Rp 1.200.000,00 secara kredit kepada Tn. Ryan, Jakarta. Faktur nomor 08.
Jan 7. Dikirimkan kembali barang dagang seharga Rp 400.000,00 yang dibeli tanggal 4 Januari yang lalu. Nota
debit 01 karena rusak.
Jan 8. Dijual barang dagang kepada Ny.Elvi RA, Jakarta Rp 1.000.000,00 secara kredit. Faktur nomor 09.
Jan 8. Dijual barang dagang Rp 1.800.000,00 kepada Tn. Ryan secara kredit, Jakarta. Faktur nomor 010.
Jan 9. Dijual barang dagang Rp 1.650.000,00 dengan kredit kepada Ny. Elvi
RA, Jakarta. Faktur nomor 011.
Jan 12. Dibeli barang dagang dari PT. ABC, Jakarta Rp 2.000.000,00 dengan kredit. Faktur nomor 76.
Jan 16. Dilunasi faktur pembelian nomor 21 tanggal 4 Januari yang lalu kepada
PT. Sabar.
Jan 18. Dibeli barang dagang dari PT. Maju Jakarta Rp 1.000.000,00 dengan kredit. Faktur nomor 51.
Jan 19. Dijual barang dagang kepada Sdr Nurul, Jakarta secara kredit
Rp.1.500.000,00. Faktur nomor 012.
Jan 20. Dijual barang dagang kepada Tn. Heppy, Jakarta Rp 1.000.000,00 secara kredit. Faktur nomor 013.
Jan 21. Dibeli barang dagang Rp 700.000,00 dari PT. Sabar secera kredit, Jakarta. Faktur nomor 44.
Jan 22. Dijual kepada Sdr Nurul barang dagang secara kredit Rp. 200.000,00.
Faktur nomor 014.

Jawaban Latihan 1

BUKU BESAR PEMBANTU PIUTANG

Nama : Tuan Ryan


Alamat : Jl. Jatibaru 15, Jakarta (01)

Tgl Keterangan Ref Debit (Rp) Kredit (Rp) Saldo Debit


(Rp)

Jan 6 FJ08 1.200.000 1.200.000


8 FJ10 1.800.000 3.000.000
Nama : Ny. Elvi. RA
Alamat : Jl. Balai Raja 11, Jakarta (02)

Tgl Keterangan Ref Debit (Rp) Kredit (Rp) Saldo Debit


(Rp)

Jan 8 FJ09 1.000.000 1.000.000


9 FJ11 1.650.000 2.650.000

Nama : Sdr.Nurul Irtiyah


Alamat : Jl. Anggrek 18, Jakarta (03)

Tgl Keterangan Ref Debit (Rp) Kredit (Rp) Saldo Debit


(Rp)

Jan19 FB12 1.500.000 1.500.000

Nama : Tuan Heppy


Alamat : Jl. Pejambon 255, Jakarta (04)

Tgl Keterangan Ref Debit (Rp) Kredit (Rp) Saldo Debit


(Rp)

Jan FB13 1.000.000 1.000.000


20

BUKU BESAR PEMBANTU UTANG

Nama : PT. Sabar


Alamat : Jl. Sosial 28, Jakarta (01)

Saldo Debit
Tgl Keterangan Ref Debit (Rp) Kredit (Rp)
(Rp)

Jan 4 FB21 1.500.000 1.500.000


7 ND01 400.000 1.100.000
16 KK34 1.100.000 –
Nama : PT. ABC
Alamat : Jl. A. Yani 313, Jakarta (02)

Tgl Keterangan Ref Debit (Rp) Kredit (Rp) Saldo Debit


(Rp)

Jan 5 FB28 1.750.000 1.750.000


12 FB76 2.000.000 3.750.000

Nama : PT. Maju


Alamat : Jl. Saudara 151, Jakarta (03)

Saldo Debit
Tgl Keterangan Ref Debit (Rp) Kredit (Rp)
(Rp)

Jan
18 FB51 1.000.000 1.000.000

E. BUKU BESAR PEMBANTU KARTU PERSEDIAAN

Pengelolaan Kartu Pesediaan Barang dagang perlu dan penting untuk memberikan pelayanan sebaik
mungkin kepada pelanggan, dalam mempenjualan dengan efisien. Agar berhasil secara efektif dalam
mengelola persediaan barang dagang perlu dikembangkan suatu sistim yang terpadu dan terkoordinasi
dengan baik.
Untuk mencapai hasil yang efektif dalam pengelolaan persediaan barang dagang, perlu adanya
prosedur pengelolaan kartu persediaan barang dagang, peralatan yang digunakan, dokumen sumber serta
pengelompokan persediaan barang dagang yang sesuai dengan identitas masing-masingjenis.

Prosedur Pengelolaan Kartu Persediaan barang dagang


Prosedur pengelolaan kartu persediaan barang dagang pada umumnya merupakan suau kegiatan
yang dilakukan secara rutin di perusahaan dagang dalam rangka mengelola persediaan barang dagang
secara efektif dan efisien. Adapun proses pengellolaan kartu persediaan barang dagang seperti berikut ini:
(1) Barang dagang yang dibeli, selain dicatat di akun persediaan barang dagang, juga dicatat pada akun
pembantu “Kartu Persediaan Barang dagang” Dokumen sumber yang digunakan dalam proses pengellolaan
ini adalah (a) Order Pembelian (lihat gambar no:01); (b) Faktur dari Pemasok.(lihat gambar no: 02) ; (c)
Laporan Penerimaan Barang (lihat gambar no: 03) ; (2) Barang dagang yang dikembalikan karena tidak
sesuai/rusak, perlu dicatat di kartu perdediaan barang dagang, sebagai pengurang persediaan barang
dagang. Dokumen sumber yang digunakan untuk mencatat transaksi ini adalah (a) Laporan pengiriman
barang (lihat gambar no: 04); (b) Memo Debit (lihat gambar no: 05). (3) Pengeluaran/Pemakaian Barang
dagang, juga selain dicatat pada akun persediaan barang dagang, perlu dicatat pada akun pembantu kartu
persediaan barang dagang, sebagai pengurang persediaan barang dagang.. Dokumen sumber yang
digunakan adalah: “Bukti permintaan dan pengeluaran barang gudang. Bukti ini digunakan oleh bagian
Kartu Persediaan untuk mencatat berkurangnya kuantitas dan harga pokok persediaan barang dagang
karena pemakaian intern.
Berdasarkan kerangan tersebut di atas, maka data transaksi yang menyangkut perubarang
(penambarang dan pengurangan) persediaan barang dagang yang dicatat pada kartu persediaan barang
dagang meliputi :

No. Transaksi Dokumen sumber Mutasi persediaan


barang dagang
1 Transaksi pembelian -Faktur dari pemasok (+)
-Order pembelian
-Laporan penerimaan barang
2 Transaksi retur pembelian -Memo debit (-)
-Laporan penerimaan barang
3. Transaksi pengeluaran/ pemakaian -Bukti permintaan dan (-)
pengeluaran barang dari gudang

Contoh formulir dokumen sumber :


1. Gambar 01 berikut ini adalah formulir surat order pembelian

PT. ATOK
Jl. Padang Kerinci No.123456789
Kupang
SURAT ORDER PEMBELIAN

Nomor ini harus dicantum


kan dalam faktur, slip
Kepada Yth : pembungkus, dan
korespodensi

Tanggal :
Syarat :
Kirim Ke : Tanggal
diperlukan :

Spesifikasi
No. Urut Nama Barang Barang Satuan Kuantitas Harga Jumlah
Satuan Harga

Jumlah
Penting :
Penerimaan barang ditutup jam 16.00 kecuali
dengan janji khusus
………………………..
Maneger Bagian Pembelian
2. Gambar 2 : Faktur Penjualan

PT. ATOK
Jl. Padang Kerinci
Kupang
FAKTUR PENJUALAN

Nomor 45321 Tanggal Nomor order pelanggan Tanggal Wiraniaga


Faktur

Dijual
Kepada

Dikirim
Kepada

Syarat FOB Rute pengiriman yang diminta Tanggal :


pengiriman

No. Keterangan Barang Harga Total Harga


Satuan Kuantitas
Urut Satuan

Jumlah

*1. Telah diorder kembali Kepala Departemen Keuangan


2. Persediaan habis
3. Gambar 3 : Laporan Penerimaan Barang

PT. ATOK
Jl. Padang Kerinci
Kupang

Laporan Penerimaan Barang


Barang diterima melalui…………………………………………..tgl……………tgl…………………
Jika melalui truk kita, tulis nama pengemudi………………………………………………………..
Nama peusahan pengirim …………………………………………………………………………….
Alamat …………………………………………………………………………………………………...

No Mobil No. segel dan No. surat order No. Surat order
kondisi segel pembelian pengiriman
Jumlah JBungkus atau Biji Macam Ukuran Penjelasan Tanda pada Kuantitas Kondisi pada
Pembungkus lengkap ttg pembungkus saat diterima
barang , merk,
mutu, dsb

Diperiksa Diterima
Oleh Oleh
4. Gambar 4 : Memo Debit

PT. ATOK
Jl. Padang Kerinci
Kupang
MEMO DEBIT

Kepada Yth :
Nomor : 45678
Tanggal :
Rekening utang kami pada saudara telah kami debit dengan adanya pengembalian kepada saudara,
karena adanya ketidak sesuaian antara barang yang kami terima dengan barang yang dipesan
menurut order pembelian kami.

Referensi saudara Referensi kami

Surat order pengiriman Surat order Pembelian

Nomor Tanggal Nomor Tanggal


No. Nama Barang Satuan Kuantitas Harga Jumlah
Urut Satuan Harga

Jumlah

Bagian Pembelian
5. Gambar 5 : Laporan Pengiriman Barang

PT. ATOK
Jl. Padang Kerinci
Kupang
LAPORAN PENGIRMAN BARANG
Nomor 12657 Tanggal No.surat Order Pembelian Tanggal SOP
LPB

Kepada
Yth :

Dikirim
Ke :

No. Nama Barang Spesifikasi bahn Satuan Kuantitas


Urut

Surat Order Pengiriman Saudara Bagian Pengiriman

Nomor Tanggal
Prosedur permintaan dan pengeluaran barang dagang
Bagian penjualan yang membutuhkan barang , mengisii bukti permintaan barang sebanyak 3 lembar.
Setelah bukti permintaan barang tersebut diotorisasi oleh yang berwenang, 3 lembar bukti permintaan
barang tersebut dibawah kebagian gudang.
Bagian gudang menyiapkan barang dagang sesuai dengan yang tercantum dalam bukti permintaan
barang dan menyerahkannya pada bagian penjualan yang membutuhkannya. Bagian gudang mengisi
jumlah barang dagang yang diserahkan pada kolom “diserahkan” dalam bukti permintaan barang dan
setelah diotorisasi oleh kepala bagian gudang, 3 lembar bukti permintaan barang tersebut oleh bagian
gudang dibagikan sebagai berikut :
Lembar 1 bagian akuntansi persediaan
Lembar 2 arsip begian gudang
Lembar 3 diserahkan kembali kepada bagian penjualan yang meminta barang dagang bersaman dengan
penyerahan barang dagang.
Bagian gudang mencatat pemakaian barang dagang ini di dalam kartu gudang pada kolom “dipakai”
dan mencatatnya pula pada kartu barang . Bagian akuntansi pesediaan menerima bukti permintaan
barang lembar 1 dari bagian gudang, kemudiaan mengisi informasi harga satuan dan menghitung serta
mencantumkan jumlah harga pokok barang dagang yang dpakai dalam bukti permintaan barang
tersebut. Informasi mengenai harga satuan diperoleh dari kartu harga pokok persediaan barang dagang
yang bersangkutan.

Metode Pencatatan Kartu Persediaan Barang Dagang


Ada 2 macam metode pencatatan kartu persediaan barang dagang :
1. metode mutasi persediaan (Perfectual Inventory Methode)
2. metode persediaan fisik (Physical Inventory Methode)
Dalam metode mutasi persediaan setiap mutasi barang dagang dicatat dalam kartu persediaan barang
dagang. Dalam metode persediaan fisik, hanya tambahan persedian barang dagang dari pembelian
saja yang dicatat, sedangkan mutasi berkurangnya barang dagang karena pemakaian tidak dicatat
dalam kartu persediaan. Untuk mengetahui berapa biaya barang dagang yang dipakai dalam penjualan ,
harus dilakukan dengan cara menghitung sisa persediaan barang dagang yang masih ada digudang pada
akhir periode akuntansi. Harga pokok persediaan ditambah dengan harga pokok barang dagang yang
dibeli selama periode dikurangi dengan harga pokok persediaan barang dagang pada akhir periode
merupakan biaya barang dagang yang dipakai dalam proses penjualan selama periode yang
bersangkutan.
Macam-macam metode penentuan harga pokok barang dagang yang dipakai dalam proses pencatatan
kartu persediaan diantaranya adalah :
a. Metode Masuk Pertama Keluar Pertama ( MPKP/FIFO/first in first out )
Metode MPKP menentukan biaya barang dagang dengan anggapan bahwa harga pokok persatuan
barang dagang yang pertama masuk dalam gudang digunakan untuk menetukan untuk menentukan
harga barang dagang yang pertama kali dipakai.
b. Metode Masuk Terakhir Keluar Pertama ( MTKP/LIFO/last in first out )
Metode MTKP menentukan harga pokok barang dagang yang dipakai dalam proses penjualan
dengan anggapan bahwa harga pokok persatuan barang dagang ang terakhir masuk dalam
persediaan gudang, dipakai untuk menentukan harga pokok barang dagang yang pertama kali
dipakai dalam penjualan
c. Metode rata-rata bergerak ( Moving Average Methode )
Dalam metode ini persediaan barang dagang yang ada digudang dihitung harga pokok rata-ratanya
dengan cara membagi total harga pokok dengan jumlah satuannya. Setiap kali terjadi pembelian
yang harga pokok persatuannya berbeda dengan harga pokok rata-rata persediaan yang ada
digudang, harus dilakukan perhitungan harga pokok rata-rata persatuan yang baru. Barang dagang
yang dipakai dalam proses penjualan dihitung harga pokoknya dengan mengalikan jumlah satuan
barang dagang yang dipakai dengan harga pokok rata-rata persatuan barang dagang yang ada
digudang. Metode ini disebut pula dengan metode rata-rata tertimbang, karena dalam menghitung
rata-rata harga pokok persediaan barang dagang metode ini menggunakan kuantitas barang dagang
sebagai angka penimbangnya.

Mutasi persediaan barang dagang yang terjadi akibat pembelian dan pemakaian dicatat dalam buku
jurnal sebagai berikut :
1. Pembelian barang dagang
a. Metode Perpektual
Persediaan Barang dagang Rp. XX
Kas/hutang dagang Rp. XX
b. Metode Fisik
Pembelian barang dagang Rp. XX
Kas/Hutang dagang Rp. XX
2. Pemakaian Barang dagang
a. Metode Perpektual
Barang dalam proses biaya barang dagang Rp. XX
Persediaan barang dagang Rp. XX
b. Metode fisik
Tidak dijurnal, karena pemakaian barang dagang dapat diketahui apabila persediaan
akhir barang dagang sudah diketahui pada akhir periode
Contoh :
PT. Lembayung merupakan perusahan dagang yang bergerak dalam bidang penjualan beras yang
mempunyai data persediaan barang dagang berupa :
Beraskualitas A pada tanggal 1 Agustus 2005 terdiri dari :
- 5000 Kg. @Rp.2.000,- = Rp.10.000.000,-
- 7000 Kg. @Rp. 2.050,- = Rp.14.350.000,-
Transaksi pembelian dan pemakaian barang dagang selama bulan agustus 2005 adalah sebagai berikut :
Agustus 5, Pembelian 10.000 Kg @Rp.2.100
7, Pemakaian 6.000 Kg
12, Pemakaian 9.000 Kg
19, Pembelian 12.000 Kg @Rp.2.000,-
20, Pemakaian 7.500 Kg
Berdasarkan contoh soal diatas, dapat dikerjakan dengan metode :
1. METODE PERPEKTUAL
KARTU PERSEDIAAN
Metode : MPKP/FIFO
Pembelian Pemakaian Saldo
Tgl kg Harga Jumlah Unit Harga Jumlah Unit Harga Jumlah
Agst, 1 5.000 2.000 10.000.000
7.000 2.050 14.350.000
5 10.000 2.100 21.000.000 5.000 2.000 10.000.000
7.000 2.050 14.350.000
10.000 2.100 21.000.000
7 5.000 2.000 10.000.000 0 2.000 0
1.000 2.050 2.050.000 6.000 2.050 12.300.000
10.000 2.100 21.000.000
12
6.000 2.050 12.300.000 0 0
3.000 2.100 6.300.000 7.000 2.100 14.700.000
19 12.000 2.060 24.720.000 7.000 2.100 14.700.000
12.000 2.060 24.720.000
20 7.000 2.100 14.700.000
500 2.060 1.030.000 11.500 2.060 3.690.000
45.720.000 46.390.000

Jadi harga pokok barang dagang yang dipakai untuk proses penjualan sebesar Rp.46.390.000,-
KARTU PERSEDIAAN

Metode : MTKP/LIFO
Pembelian Pemakaian Saldo
Tgl Unit Harga Jumlah Unit Harga Jumlah Unit Harga Jumlah
Agst, 1 5.000 2.000 10.000.000
7.000 2.050 14.350.000
5 10.000 2.100 21.000.000 5.000 2.000 10.000.000
7.000 2.050 14.350.000
10.000 2.100 21.000.000
7 6.000 2.100 12.600.000 5.000 2.000 10.000.000
7.000 2.050 14.350.000
4.000 2.100 8.400.000
12 4.000 2.100 8.400.000 0 2.100 0
5.000 2.050 10.250.000 5.000 2.000 10.000.000
2.000 2.050 4.100.000
19 12.000 2.060 24.720.000 5.000 2.000 10.000.000
2.000 2.050 4.100.000
12.000 2.060 24.720.000
20 7.500 2.060 15.450.000 5.000 2.000 10.000.000
2.000 2.050 4.100.000
4.500 2.060 9.270.000
45.720.000 46.700.000
Jadi harga pokok barang dagang yang dipakai untuk proses penjualan sebesar Rp.46.700.000,-

KARTU PERSEDIAAN

Metode : Rata-Rata Bergerak/ Moving Average


Pembelian Pemakaian Saldo
Tgl Unit Harga Jumlah Unit Harga Jumlah Unit Harga Jumlah
Agst, 1 12.000 2.029,17 24.350.000
5 10.000 2.100 21.000.000 22.000 2.061,36 45.350.000
7 6.000 2.061,36 12.368.160 16.000 2.061,36 32.981.840
12 9.000 2.061,36 18.552.240 7.000 2.061,36 14.429.600
19 12.000 2.060 24.720.000 19.000 2.060,50 39.149.600
20 7.500 2.060,50 15.453.750 11.500 2.060,50 23.695.850

45.720.000 46.374.150
Jadi harga pokok barang dagang yang dipakai untuk proses penjualan sebesar Rp.46.374.150,-

2. METODE FISIK
a. Metode MPKP
Perhitungan harga pokok persediaan akhir barang dagang :
- 11.500 Kg @Rp.2.060 =Rp.23.690.000,-
Jadi harga pokok barang dagang yang dipakai untuk proses penjualan dihitung sebagai berikut :
Persediaan awal :
-5.000 Kg @Rp.2.000,- =Rp.10.000.000,-
-7.000 Kg @Rp.2.050,- =Rp.14.350.000,-
Rp.24.350.000,-
Pembelian :
- 5 Agustus 10.000 Kg @Rp.2.100,- =Rp.21.000.000,-
- 19Agustus 12.000 Kg @Rp.2.060,- =Rp.24.720.000,-
Rp.45.720.000,-
Barang dagang siap dipenjualan Rp.70.070.000,-
Persediaan akhir Barang dagang (Rp.23.690.000,-)
Harga pokok barang dagang yang dipenjualan Rp.46.380.000,-
=============
b. Metode MTKP
Perhitungan harga pokok persediaan akhir barang dagang :
-5.000 Kg @Rp.2.000,- =Rp.10.000.000,-
-6.500 Kg @Rp 2.050,- =Rp 13.325.000,-
Rp 23.325.000,-
Jadi harga pokok barang dagang yang dipakai untuk proses penjualan dihitung sebagai berikut:
Persediaan awal barang dagang Rp 24.350.000,-
Pembelian total Rp 45.720.000,-
Barang dagang siap dipenjualan Rp 70.070.000,-
Persedian akhir barang dagang (Rp 23.350.000,-)
Harga pokok barang dagang yang dipenjualan Rp 46.645.000,-
=============
c. Metode Rata-Rata Bergerak
Perhitungan harga pokok persediaan akhir barang dagang :
Perhitungan harga pokok rata-rata:
Persediaan awal 5.000 Kg @Rp 2.000,- = Rp 10.000.000,-
7.000 Kg @Rp 2.050,- = Rp 14.350.000,-
Pembelian 5 Agustus 10.000 Kg@Rp.2.100,- = Rp.21.000.000,-
19Agustus 12.000Kg @Rp.2.060,- = Rp.24.720.000,-
34.000.Kg Rp.70.070.000,-
======== =============
Harga pokok rata-rata per kg =Rp.70.070.000,- : 34 Kg =Rp.2.060,88/kg
Jadi harga pokok persediaan akhir barang dagang sebesar :
11.500 Kg @Rp.2.060,88 =Rp.23.700.120,-
Jadi harga pokok barang dagang yang dipakai untuk proses penjualan adalah sebagai berikut :

Persediaan awal barang dagang Rp 24.350.000,-


Pembelian total Rp 45.720.000,-
Barang dagang siap dipenjualan Rp 70.070.000,-
Persedian akhir barang dagang (Rp 23.700.120,-)
Harga pokok barang dagang yang dipenjualan Rp 46.369.880,-
=============

Dari catatan saldo kartu persediaan, kemudian dibuat Laporan Daftar Saldo Persediaan Barang dagang.
Adapun contoh formatnya adalah sebagai berikut :

PT………… :
Bulan :

No. Urut Kode Barang Nama Barang Jumlah


1 Comp1 Laptop Asus 11.500
2 Comp2 Laptop Axio …
3 Comp3 Laptop Lenovo …
4 … … …
Tambahan:
Prosedur perhitungan fisik persediaan

Dalam mengelola kartu persediaan barhan baku dibutuhkan perhitungan fisik persediaan barang dagang
secara periodik dengan membuat berita acara hasil perhitungan fisik persediaan barang dagang.
Formulir perhitungan bisa dibuat satu jenis saja yang dapat digunakan untuk mencatat hasil perhitungan
kuantitas maupun untuk mencatat harga. Namun demikian formulir juga bisa dibuat beberapa jenis, yaitu untuk
mencatat hasil perhitungan fisik, untuk mencatat akumulasi informasi yang tercantum pada formulir hasil
perhitungan fisik dan untuk mencatat harga dan ikhtisar total persediaan.

Untuk memudahkan hasil perhitungan dan memperkuat pengendaliann intern , perhitungan persediaan
dilakukan dengan menggunakan alat Bantu formulir perhitungan yang disesuaikan dengan cara kerja.
Formulir terdiri dari tiga bagian yaitu :
1. Bagian pertama memuat data hasil perhitungan yang dilakukan kelompok pertama.
2.Bagian kedua memuat data hasil perhitungan kelompok kedua.
3. Bagian ketiga, apabilla perhitungan telah selesai akan ditinggal pada barang dan akan berfungsi sebagai
tanda bahwa barang bersangkutan telah selesai dihitungdan tertulis atasnya rata-rata selesai dihitung.

Selanjutnya kelompok pertama melakukan perhitungan pertama dan mengisi data antara lain :
1. Nomor persediaan
2. .Uraian barang
3. Hasil perhitungan jumlah barang

Data pertama, kedua dan ketiga dicatat pada formulir bagian kedua, sedangkan data keempat ditulis pada
formulir bagian pertama .

Contoh formulir perhitungan fisik persediaan :

Nomor : 1309
Selesai dihitung
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Nomor : 1309
Hasil perhitungan kedua
Nomor kode barang ------------------------------------------------------------------------------------------------
Uraian barang ------------------------------------------------------------------------------------------------
Lokasi ---------------------------------------------------------------------------------------------------
Jumlah kuantitas barang -------------------------------------------------------------------------------------------
Satuan ---------------------------------------------------------------------------------------
Dihitung oleh

Nomor 1309
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Hasil Perhitungan Pertama
Jumlah Barang Kuantitas
Satuan

Dihitung oleh
Setelah melakukan perhitungan persediaan selanjutnya petugas perhitungan persediaan membuat berita acara
pemeriksaan seperti di bawah ini. :

BERITA ACARA PERHITUNGAN


FISIK BARANG DAGANG

Pada hari …………………Tanggal…………………Tahun………………


Pukul…………..Telah dilakukan pemeriksaan barang dagang di gudang dengan kondisi sebagai berikut :

Kode Barang Jenis Barang Data barang sebelum Data Setelah diperiksa Selisih Keterangan
No. pemeriksaan

Bagian Persediaan Bagian Perhitungan Fisik


Petugas I Petuas II Petugas III

---------------------- -------------------------- -----------------------

Anda mungkin juga menyukai