Anda di halaman 1dari 25

MODEL ANSWERS

Pemodelan Hidrologi
Dosen : Prof. Dr. Asep Sapei, MS

Yukiko Vega Subagio


F4501212013
Model 01 Model ANSWERS dan
Perkembangannya

ANSWERS
02 Struktur Model ANSWERS

03 Parameter Model ANSWERS

Parameter Keluaran Model


04 ANSWERS, Kelebihan dan
Kekurangan

05 Aplikasi Model ANSWERS


Model ANSWERS
Model ANSWERS (Areal Nonpoint Source Watershed
Environmental Response Simulation) merupakan sebuah model
hidrologi dengan parameter terdistribusi yang mensimulasikan
hubungan hujan-limpasan dan memberikan dugaan hasil
sedimen.
Model ini pertama kali dikembangkan oleh Beasley (1977)
untuk mensimulasikan pengaruh tata guna lahan dan
pengelolaan lahan terhadap kualitas air limpasan. Perkembangan
selanjutnya didukung oleh US-EPA (United States Environment
Protection Agency) dan Dapartemen Penelitian Pertanian Purdue
Univerity (Beasley and Huggins, 1991).
Struktur Model ANSWERS
Model ANSWERS adalah model deterministik yang didasarkan
pada hipotesis bahwa setiap titik di dalam DAS mempunyai
hubungan fungsional antara laju aliran permukaan dan beberapa
parameter hidrologi yang mempengaruhi aliran, seperti
intensitas hujan, infiltrasi, topografi, jenis tanah dan beberapa
faktor lainnya. Laju aliran yang terjadi dapat digunakan untuk
memodelkan fenomena pindah massa, seperti erosi dan polusi
dalam wilayah DAS.

Daerah aliran sungai dimodelkan dengan membangun


strukturnya secara konseptual oleh kumpulan elemen
bujursangkar, sehingga derajat variabilitas spasial dalam DAS
dapat terakomodasi, dimana variasi tersebut diberikan oleh nilai
parameter setiap elemen DAS. Elemen diartikan sebagai suatu
areal yang mempunyai parameter hidrologi yang sama. Setiap
elemen akan memberikan konstribusi sesuai dengan
karakteristik yang dimiliki. Dengan demikian model ANSWERS
ini melakukan analisis pada setiap satuan elemen.
Parameter Model ANSWERS
Mekanisme Model ANSWERS dapat dijelaskan sebagai berikut (de Roo 1993) :
1. Hujan yang jatuh pada suatu DAS dengan vegetasi tertentu, sebagian akan diintersepsi oleh tajuk vegetasi
(PER) sampai potensial simpanan intersepsi (PIT) tercapai.
2. Apabila laju hujan lebih kecil dari laju intersepsi, maka air hujan tidak akan mencapai permukaan tanah.
Sebaliknya jika laju hujan lebih besar dari laju intersepsi, maka terjadi infiltrasi.
3. Laju infiltrasi awal tersebut dipengaruhi oleh kandungan air tanah awal (ASM = anticedent soil moisture),
porositas tanah total (TP), kandungan air tanah pada kapasitas lapang (FP), laju infiltrasi pada saat konstan
(FC), laju infiltrasi maksimum (FC+A), dan kedalaman zona kontrol infiltrasi (DF). Laju infiltrasi akan
menurun secara eksponensial dengan bertambahnya kelembaban tanah.
4. Jika hujan terus berlanjut, maka laju hujan menjadi lebih besar dari laju infiltrasi dan intersepsi. Pada kondisi
ini air mulai mengumpul dipermukaan tanah dalam depresi mikro (retention storage) yang dipengaruhi oleh
kekasaran permukaan tanah, yaitu RC dan HU.
5. Jika retensi permukaan melebihi kapasitas depresi mikro, maka akan terjadi limpasan permukaan, di mana
besarnya limpasan permukaan tersebut dipengaruhi oleh kekasaran permukaan (N), kelerengan dan arah
aliran.
6. Bila hujan terus berlanjut, maka akan tercapai laju infiltrasi konstan (FC).
7. Pada saat hujan reda, proses infiltrasi masih terus berlangsung sampai simpanan depresi sudah tidak tersedia
lagi.
Data Masukan Model ANSWERS dikelompokkan dalam lima bagian (de Roo
1993), yaitu :

1. Data curah hujan, yaitu intensitas hujan (mm/jam) dengan interval waktu tertentu pada suatu kejadian hujan.
2. Data tanah, yaitu : porositas total (TP), kapasitas lapang (FP), laju infiltrasi konstan (FC) selisih laju infiltrasi
maksimum dengan laju infiltrasi konstan (A), eksponen infiltrasi (P), kedalaman zona kontrol iniltrasi (DF),
kandungan air tanah awal (ASM), dan erodibilitas tanah (K).
3. Data penggunaan dan kondisi permukaan lahan, meliputi : volume intersepsi potensial (PIT), persentase
penutupan lahan (PER), koefisien kekasaran permukaan (RC), tinggi kekasaran maksimum (HU), nilai
koefisien manning untuk permukaan lahan (N), faktor tanaman dan pengelolaannya (C).
4. Data karakteristik saluran, yaitu lebar saluran (CW) dan koefisien manning (N).
5. Data satuan individu elemen, yaitu : kemiringan lereng, arah lereng, jenis tanah, jenis penggunaan lahan,
liputan penakar hujan, kemiringan saluran, dan elevasi elemen rata-rata.
Parameter Keluaran Model
ANSWERS
Keluaran model hasil prediksi ANSWERS meliputi :
Ketebalan aliran permukaan, rata-rata kehilangan tanah, laju erosi maksimum
pada tiap elemen. Laju deposisi maksimum tiap elemen dan perubahan jumlah
sedimen akibat perubahan konservasi tanah dan air yang diterapkan. Data
keluaran tersebut dinyatakan dalam bentuk gambar atau daftar data.

Model ANSWERS juga menampilkan grafik yang berisi hyetograf hujan terpilih,
hidrograf aliran permukaan, dan sedimentasi. Dari setiap kajadian hujan dapat
dianalisis debit puncak dan waktu puncak. Debit puncak adalah nilai puncak
(tertinggi) dari suatu hidrograf aliran, dan waktu puncak adalah selang waktu
mulai dari awal terjadinya aliran permukaan sampai terjadinya debit puncak
(Beasley and Huggin 1991).
Kelebihan dan Kekurangan
Model ANSWERS
Beasley dan Huggins (1991), mengemukakan bahwa model ANSWERS sebagai
sebuah model hidrologi mempunyai kelebihan, antara lain :
1. Dapat mendeteksi sumber-sumber erosi di dalam DAS serta memiliki
kemampuan sebagai alat untuk strategi perencanaan dan evaluasi kegiatan
RLKT DAS.
2. Dapat mengetahui tanggapan DAS terhadap mekanisme pengangkutan
sedimen ke jaringan aliran yang ditimbulkan oleh kejadian hujan.
3. Sebagai suatu paket program komputer yang ditulis dalam bahasafortran,
mempunyai kemampuan untuk melakukan simulasi hujan-limpasan dari
berbagai perubahan kondisi penggunaan lahan dalam DAS.
4. Untuk melakukan inputing data base (topografi, tanah, penggunaan lahan,
sistem saluran) ke dalam model dapat diintegrasikan dengan data dari remote
sensing maupun SIG.
5. Adanya variasi pemilihan parameterinput danoutput dari model disesuaikan
dengan kebutuhan pengguna.
6. Sesuai untuk diterapkan pada lahan pertanian, hutan, maupun perkotaan.
7. Dapat diterapkan pada DAS dengan ukuran lebih kecil dari 10.000 ha.
Kelebihan dan Kekurangan
Model ANSWERS
Sedangkan kekurangan nodel ANSWERS antara lain :
1. Semakin kompleks, terutama pada data perlukan dan waktu penghitungan,
dimana besarnya tergantung dari berbagai faktor, seperti luas DAS dan jumlah
grid.
2. Model terdistribusi relatif masih bari dibanding lumped parameter, sehingga
masih perlu pengembangan dan penyesuaian.
3. Karena hanya untuk tiap kejadian hujan (individual event), maka model ini
tidak memiliki sub model untuk evapotranspirasi.
4. Erosi dari saluran belum diperhitungkan ke dalam model.
5. Batas grid kemugkinan tidak menggambarkan batas yang sebenarnya.
6. Untuk sebuah grid dalam kenyataan dapat lebih besar dari luas sub-sub DAS.
Aplikasi Model ANSWERS
Penerapan Model Answers Untuk Pendugaan Limpasan dan Hasil Sedimen Pada Sub DAS
Kawasan Hutan Pinus Di Gombong, Jawa Tengah: Studi Pendahuluan

(The Application of ANSWERS Model to Predict Sediment Yield and Runoff at Pine Forest
Sub Watershed in Gombong, Central Java: The Preliminary Study)*)
Oleh :
Agung B. Supangat dan Sukresno
Aplikasi Model ANSWERS
Penerapan Model Answers Untuk Pendugaan Limpasan dan Hasil Sedimen Pada Sub DAS Kawasan Hutan
Pinus Di Gombong, Jawa Tengah: Studi Pendahuluan (Agung B. Supangat dan Sukresno, 2008)

Metodologi
A. Waktu dan Lokasi Penelitian :
Lokasi aplikasi model ANSWERS ini dilakukan di sub DAS
Pendahuluan berpasangan dengan penggunaan lahan hutan pinus, yaitu sub
DAS Silengkong (86 km2 ) dan sub DAS Watujali (92 km2 ),
Perencanaan pengelolaan daerah aliran sungai (DAS) di terletak di Kecamatan Sempor, Kabupaten Kebumen, Provinsi
Indonesia saat ini masih menggunakan pendekatan model Jawa Tengah. Kondisi tegakan pinus yang ada pada masing-
USLE (Universal Soil Loss Equation) dalam penilaian masing sub DAS tahun 2002 disajikan pada Tabel 1 .
kekritisan lahan. Kelemahan model ini adalah hanya
mampu memperkirakan besaran erosi, dan kurang B. Bahan dan Peratalatan
memperhitungkan kondisi hidrologis secara detail. Oleh 1. Data hujan (automatic rainfall recorder/ARR)
karenanya, diperlukan jenis model hidrologi lain yang dapat 2. Data hidrologi (automatic water level recorder/AWLR)
diterapkan secara lebih tepat dan akurat untuk menutupi beserta data rating curve debitnya.
kelemahan model yang ada, seperti model ANSWERS 3. Data erosi-sedimentasi
(Areal Nonpoint Source Watershed Environment Response 4. Peta tanah
Simulation). 5. Peta penggunaan lahan
6. Kertas gambar dan alat gambar
7. Peralatan komputer dan software model ANSWERS
Tujuan Penelitian
C. Pengumpulan Data
menguji model ANSWERS untuk
Pengumpulan data terkait dengan pengumpulan parameter-
menduga erosi dan limpasan permukaan di
parameter sebagai input model ANSWERS.
sub DAS kawasan hutan pinus..
D. Analisis Data
Menggunakan software Model ANSWERS
Aplikasi Model ANSWERS
Penerapan Model Answers Untuk Pendugaan Limpasan dan Hasil Sedimen Pada Sub DAS Kawasan Hutan
Pinus Di Gombong, Jawa Tengah: Studi Pendahuluan (Agung B. Supangat dan Sukresno, 2008)

Jenis tanah di sub DAS Silengkong ada tiga jenis, yaitu Litosol (Entisol) di bagian hulu, Latosol Coklat (Inceptisol) dan Latosol
Merah Kuning (Oxisol) di bagian hilir, sedangkan di sub DAS Watujali terdapat dua jenis tanah, yaitu Litosol (Entisol) di bagian
hulu dan Latosol Coklat (Inceptisol) di bagian hilir.
Aplikasi Model ANSWERS
Penerapan Model Answers Untuk Pendugaan Limpasan dan Hasil Sedimen Pada Sub DAS Kawasan Hutan Pinus Di Gombong, Jawa
Tengah: Studi Pendahuluan (Agung B. Supangat dan Sukresno, 2008)

Hasil dan Pembahasan


A. Parameter Input Model ANSWERS
Hasil analisis data sebagai parameter input model ANSWERS terdiri• Data masukan parameter tanah untuk sub DAS Silengkong dan
dari data hujan, tanah, vegetasi, penggunaan lahan serta informasi Watujali disajikan pada Tabel 3.
pendukung tiap elemen disajikan pada uraian di bawah ini.
• Data masukan hujan untuk model ANSWERS di sub DAS
Silengkong dan Watujali yang digunakan untuk uji akurasi model
masing-masing telah dipilih beberapa kejadian hujan (rainfall event)
pasangan hujan-limpasannya. Kejadian hujan terpilih untuk
masing-masing sub DAS disajikan pada Tabel 2.
Aplikasi Model ANSWERS
Penerapan Model Answers Untuk Pendugaan Limpasan dan Hasil Sedimen Pada Sub DAS Kawasan Hutan Pinus Di Gombong, Jawa
Tengah: Studi Pendahuluan (Agung B. Supangat dan Sukresno, 2008)

Hasil dan Pembahasan


• Data masukan parameter tanaman untuk sub DAS Silengkong dan• Data spesifikasi saluran (channel) di tiap sub DAS disajikan pada Tabel 5.
Watujali disajikan pada Tabel 4.
Aplikasi Model ANSWERS
Penerapan Model Answers Untuk Pendugaan Limpasan dan Hasil Sedimen Pada Sub DAS Kawasan Hutan Pinus Di Gombong, Jawa
Tengah: Studi Pendahuluan (Agung B. Supangat dan Sukresno, 2008)

Hasil dan Pembahasan


B. Pengujian Model ANSWERS
• Kalibrasi output model berupa volume limpasan langsung prediksi (Q-prd)• Verifikasi model pada sub DAS Watujali disajikan pada Gambar 2.
dari model ANSWERS dengan nilai aktualnya (Q-act) di sub DAS
Silengkong dan Watujali disajikan pada Gambar 1. Pada sub DAS Watujali,
kejadian banjir (flood event) besar terpilih untuk pengujian (kalibrasi) model
adalah tanggal 21 Januari 2003, sedangkan pada sub DAS Silengkong terpilih
kejadian hujan tanggal 8 Februari 2003.
Aplikasi Model ANSWERS
Penerapan Model Answers Untuk Pendugaan Limpasan dan Hasil Sedimen Pada Sub DAS Kawasan Hutan Pinus Di Gombong, Jawa
Tengah: Studi Pendahuluan (Agung B. Supangat dan Sukresno, 2008)

Hasil dan Pembahasan


B. Pengujian Model ANSWERS
• Kalibrasi model dan verifikasi hasil kalibrasi model pada sub DAS Silengkong disajikan pada Gambar 3 dan Gambar 4.
Aplikasi Model ANSWERS
Penerapan Model Answers Untuk Pendugaan Limpasan dan Hasil Sedimen Pada Sub DAS Kawasan Hutan Pinus Di Gombong, Jawa
Tengah: Studi Pendahuluan (Agung B. Supangat dan Sukresno, 2008)
Hasil dan Pembahasan
B. Pengujian Model ANSWERS
• Keluaran hasil erosi per kejadian hujan dari model ANSWERS di sub DAS Watujali dan Silengkong disajikan pada Tabel 6 dan Tabel 7.
Aplikasi Model ANSWERS
Penerapan Model Answers Untuk Pendugaan Limpasan dan Hasil Sedimen Pada Sub DAS Kawasan Hutan Pinus Di Gombong, Jawa
Tengah: Studi Pendahuluan (Agung B. Supangat dan Sukresno, 2008)
Hasil dan Pembahasan
B. Pengujian Model ANSWERS
• Nilai parameter limpasan langsung dan erosi dari beberapa kejadian hujan terpilih selanjutnya dimanfaatkan untuk membuat persamaan hubungan hujan dengan
limpasan langsung dan hujan dengan erosi. Persamaan tersebut seperti disajikan pada Gambar 5 dan Gambar 6.
Aplikasi Model ANSWERS
Penerapan Model Answers Untuk Pendugaan Limpasan dan Hasil Sedimen Pada Sub DAS Kawasan Hutan Pinus Di Gombong, Jawa
Tengah: Studi Pendahuluan (Agung B. Supangat dan Sukresno, 2008)
Hasil dan Pembahasan
B. Pengujian Model ANSWERS
• Luaran erosi tahunan total (E-prd) diprediksi dengan ANSWERS untuk data tahun 2002 di sub DAS Watujali dan Silengkong yang diperbandingkan dengan nilai aktualnya (E-act)
disajikan pada Tabel 8 dan Tabel 9.

• Dari Tabel 8 terlihat bahwa akurasi model ANSWERS untuk menduga tingkat erosi sub DAS pada DAS dengan formasi geologi vulkanik (sub DAS Watujali) tahun 2002 lebih kecil
(under estimate) dari daripada nilai aktualnya, dengan selisih sebesar 1,741 ton/ha. Sedang prediksi nilai limpasan langsung tahunan hasilnya lebih besar dibandingkan nilai aktualnya,
dengan selisih sebesar 81,59 mm.
• Dari Tabel 9 terlihat bahwa akurasi model ANSWERS untuk menduga tingkat erosi sub DAS pada DAS dengan formasi geologi vulkanik (sub DAS Silengkong) tahun 2002 hasilnya lebih
besar (over estimate) daripada nilai aktualnya, dengan selisih sebesar 4,019 ton/ha. Begitu juga prediksi nilai volume limpasan langsung tahunan hasilnya lebih besar dibandingkan nilai
aktualnya, dengan selisih sebesar 92,99 mm.
Aplikasi Model ANSWERS
Penerapan Model Answers Untuk Pendugaan Limpasan dan Hasil Sedimen Pada Sub DAS Kawasan Hutan Pinus Di Gombong, Jawa
Tengah: Studi Pendahuluan (Agung B. Supangat dan Sukresno, 2008)

Hasil dan Pembahasan


• Berdasarkan hasil di atas, terlihat bahwa hasil kalibrasi model menunjukkan tidak berbeda nyata, tetapi hasil prediksi volume limpasan langsung
dan hasil erosi tahunan berbeda cukup besar dibandingkan nilai aktualnya. Hal ini terjadi karena perhitungan hanya didasarkan pada pasangan
data hujan (ARR) dan data aliran (AWLR) yang terpilih, tidak berdasarkan nilai pasangan hujan dan limpasan sepanjang tahun. Kurang akuratnya
data hasil perhitungan model dapat terjadi karena kurang tepatnya dalam pemilihan pasangan data hujan dan aliran (Paimin dan Sukresno, 2000).
• Dari hasil seperti di atas, disarankan untuk dicoba penggunaan perhitungan yang dilakukan tidak hanya didasarkan pada keterwakilan pasangan
curah hujan dan limpasan terpilihnya. Selanjutnya untuk dapat digunakan dalam simulasi model, parameter-parameter yang digunakan perlu
penambahan pasangan data yang lebih banyak agar persamaan hubungan hujan-limpasan dan hujan-erosi untuk perhitungan prediksi limpasan
dan erosi tahunan bisa diperoleh nilai yang akan mendekati nilai aktualnya.
• Hasil di atas mengindikasikan bahwa model ANSWERS belum dapat memberikan informasi yang akurat dalam perencanaan pengelolaan DAS.
Meskipun hasil kalibrasi dan verifikasi model menunjukkan signifikansi antara debit prediksi dan aktualnya, namun selisih nilai erosi tahunannya
masih cukup besar. Dalam rangka mengeliminasi pengaruh distribusi curah hujan, disarankan untuk menambah stasiun curah hujan sehingga
dapat meningkatkan akurasi data.
Aplikasi Model ANSWERS
Penerapan Model Answers Untuk Pendugaan Limpasan dan Hasil Sedimen Pada Sub DAS Kawasan Hutan Pinus Di Gombong, Jawa
Tengah: Studi Pendahuluan (Agung B. Supangat dan Sukresno, 2008)

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian awal di atas, dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu:
1. Hasil pengujian model ANSWERS pada lima kejadian hujan menunjukkan antara nilai limpasan prediksi dengan model (Q-prd) dan nilai
aktualnya (Q-act) tidak berbeda nyata, baik untuk sub DAS Silengkong dan sub DAS Watujali, namun hasil perhitungan hasil erosi
tahunan memperlihatkan selisih yang cukup besar.
2. Perbedaan di atas sangat dimungkinkan terjadi karena pemilihan data pasangan hujan dan limpasan yang kurang tepat, serta kurang
akuratnya data terpilih dalam mewakili luasan wilayah sub DAS.
3. Dengan hasil tersebut di atas maka model ANSWERS ini belum dapat digunakan untuk simulasi dalam perencanaan pengelolaan DAS.
Oleh sebab itu studi awal pengujian model ANSWERS ini perlu diuji lebih lanjut dengan menambah data yang lebih banyak dan akurat

Saran
Sebelum melakukan simulasi model dan uji sensitivitas terhadap masing-masing parameter model, perlu menjalankan model dengan masukan data input
pasangan hujan dan aliran yang lebih banyak lagi, agar persamaan hubungan hujan, limpasan langsung, dan tingkat erosi prediksi yang diperoleh
mendekati kondisi actual.
Aplikasi Model ANSWERS
Model ANSWERS ini telah diaplikasikan penggunaannya pada beberapa DAS di Indonesia melalui beberapa riset, di
antaranya :
1. Ramdan (1999) melakukan penelitian di DTA Cikumutuk DAS Cimanuk Hulu. Tujuan penelitian ini adalah: a)
memprediksi besarnya erosi dan aliran permukaan yang terjadi di DAS Cimanuk menggunakan model ANSWERS; dan
b) menentukan alternatif penggunaan lahan yang dapat mengendalikan erosi dan aliran permukaan yang terjadi di DAS
Cimanuk. Hasil simulasi model ANSWERS menunjukkan bahwa penggunaan lahan yang seluruhnya berupa hutan paling
efektif menurunkan erosi, yaitu sebesar 91,8%. Sedangkan penggunaan lahan yang paling besar meningkatkan erosi
adalah penggunaan lahan yang seluruhnya berupa tegalan dengan kenaikan erosi mencapai 328% dari erosi pada saat
penelitian.
2. Hidayat (2002) melakukan penelitian di DTA Bodong Jaya dan DAS Way Besay Hulu, Lampung Barat. Penelitian
bertujuan untuk memprediksi erosi dan aliran permukaan di DTA Bodong Jaya dan DAS Way Besay Hulu, Lampung
Barat dengan menggunakan model ANSWERS dan menentukan alternatif pengelolaan lahan yang efektif mengendalikan
erosi dan aliran permukaan di DTA Bodong Jaya dan DAS Way Besay Hulu. Kesimpulan: Model ANSWERS
memprediksi erosi dan aliran permukaan secara baik pada curah hujan dengan jumlah dan intensitas yang cukup tinggi.
Pada curah hujan yang rendah, hasil prediksi model mengalami deviasi yang cukup besar, walaupun secara keseluruhan
hasil prediksi model tersebut tidak berbeda nyata dengan hasil pengukuran.
3. Utami (2002) melakukan penelitian di DAS Padas. Tujuan penelitian ini adalah: a) memprediksi aliran permukaan dan
eosi menggunakan model ANSWERS; dan b) mengkaji pengaruh teknik RLKT terhadap hidrologi DAS Padas.
Kesimpulan: Parameter hidrologi-erosi hasil pengukuran dan keluaran model ANSWERS tidak berbeda nyata dengan
nilai koefisien korelasi yang cukup tinggi. Dengan demikian model ANSWERS cukup baik untuk memprediksi erosi
tanah rata-rata, jumlah aliran permukaan, dan debit puncak aliran permukaan di daerah penelitian.
Referensi :
1. Hidayat, Y., 2002. Aplikasi Model Answers Dalam Memprediksi Erosi Dan Aliran
Permukaan Di Daerah Tangkapan Air Bodong Jaya Dan DAS Way Besay Hulu,
Lampung Barat. Tesis. Bogor : Institut Pertanian Bogor.
2. Supangat, A.B., dan Sukresno., 2008. Penerapan Model Answers Untuk Pendugaan
Limpasan dan Hasil Sedimen Pada Sub DAS Kawasan Hutan Pinus Di Gombong, Jawa
Tengah: Studi Pendahuluan. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam. Vol. V No. 5.
Hal 409-422.
3. Mengenal Jenis Pemodelan Hidrologi “Distributed Model”. 10 Oktober 2017 Sumber:
https://www.bacamedi.com/jenis-pemodelan-hidrologi-distributed-model/
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai