Anda di halaman 1dari 9

View metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk brought to you by CORE


provided by Agroland

J. Agroland 24 (2) : 119 - 127, Agustus 2017 ISSN : 0854 – 641X


E-ISSN : 2407 – 7607

RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PADI (Oryza


sativa L.) TERHADAP KEBUTUHAN NITROGEN MENGGUNAKAN
BAGAN WARNA DAUN

Response of Growth and Yield of Rice (Oryza sativa L.) Plant on the Need
for Nitrogen Using Leaf Color Chart
Rizka Laila Ali Abu1), Zainuddin Basri2), Usman Made2)
1)
Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, Palu, Email :Rizkaaliabu@gmail.com,
2)
Staf Dosen Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, Palu
Email : Zainuddin.untad@gmail.com, Usman made atjong@yahoo.com

ABSTRACT

This study aimed to findthe method that can determine the right amount of nitrogen need
using either a conventional technique or a leaf color chart and to determine the rate of nitrogen
better for rice plant growth and yield. The study used a two factorial experimental design. Those
factors were three rates of fertilizers and two kinds of fertilizer applications. The rate of fertilizer
needed by the plant was either 200 kg ha-1 as suggested by the leaf color method or 250 kg ha-1 as
shown by the conventional method. Based on the plant height and percent of empty grain, the leaf
color chart method is better in determining the amount of nitrogen needed by the plant. The
addition of 250 kg ha-1 nitrogen tends to decrease the percent of empty grains.

Keywords: Leaf color chart, Nitrogen, and Rice.

PENDAHULUAN 2014 dengan produksi padi 1.022.054 ton


berarti mengalami penurunan sekitar
Padi merupakan tanaman pangan 0,65 %. Bila dibandingkan tahun 2013
yang sangat penting karena beras masih dengan produksi padi 1.031.364 ton berarti
digunakan sebagai makanan pokok bagi mengalami penurunan sebesar 0,90%.
sebagian besar penduduk dunia terutama Penurunan ini terjadi karena luas panen
Asia.Beras merupakan komoditas strategis yang berkurang(BPS, 2015).
di Indonesia karena beras mempunyai Triadiati et al., (2012) menyatakan
pengaruh yang besar terhadap kestabilan bahwa pupuk merupakan salah satu
ekonomi dan politik (Purnamaningsih, faktor utama pada usaha tani padi.Salah
2006). satu unsur hara yang penting dan harus
Data Badan Pusat Statistik tersedia bagi tanaman adalah nitrogen.
menunjukkan bahwa produksi padi tahun Kebutuhannya lebih tinggi dibandingkan
2012 sebesar 69,05 juta ton Gabah Kering dengan unsur hara lainnya.Unsur nitrogen
Giling atau mengalami kenaikan sebesar diserap tanaman dalam bentuk amonium
5,00% dibanding tahun 2011. Kenaikan dan nitrat.
produksi terjadi karena peningkatan luas Pupuk nitrogen dalam bentuk
panen seluas 239,80 ribu hektar (1,82%) urea sudah menjadi kebutuhan pokok bagi
dan kenaikan produktivitas sebesar 1,56 petani padi khususnya di Indonesia karena
kw ha -1 (3,13%) Angka produksi padi dianggap meningkatkan produktivitas
Sulawesi Tengah tahun 2015 sebanyak sehingga pemborosan dalam pemakaian
1.015.368 ton, bila dibandingkan tahun urea di petani tidak dapat dihindari. Dosis

119
yang cukup tinggi di petani saat ini menilai tanaman dalam kondisi kurang,
mencapai 400-600 kg ha-1urea di atas cukup atau kelebihan nitrogen. Perkiraan
rekomendasi dari pemerintah (Triadiati et takaran pupuk berdasarkan warna daun
al., 2012). terbukti mendekati optimal. Pemupukan
Pengunaan pupuk nitrogen secara nitrogen berdasarkan metode bagan warna
berlebihan selain tidak efisien juga dapat daun telah dilakukan dan terbukti lebih
membahayakan tanaman dan lingkungan. efisien dibandingkan pemupukan nitrogen
Menurut Stevens et al., (1999), pemberian berdasarkan dosis rekomendasi dan
nitrogen yang berlebihan pada padi sawah kebiasaan petani (Wahidet al., 2001).
dapat meningkatkan kerusakan tanaman Berdasarkan uraian di atas maka
akibat serangan hama dan penyakit dan dilakukan penelitian mengenai respon
menyebabkan kerebahan. Fageria dan pertumbuhan dan hasil tanaman padi
Virupax (1999) menyatakan bahwa nitrogen (Oryza sativa L.) terhadap kebutuhan
merupakan faktor kunci dan masukan nitrogen menggunakan bagan warna
produksi yang paling mahal pada usaha tani daun.Dengan tujuan mendapatkan dosis
padi sawah, dan apabila penggunaanya pupuk yang tepat pada metode pemberian
tidak tepat dapat mencemari air tanah. pupuk secara konvensional dan menggunakan
Nurhajati et al., (1986) menyatakan bagan warna daun, mengetahui metode
bahwa nitrogen merupakan unsur hara yang pemberian pupuk yang lebih baik terhadap
paling banyak diperhatikan. Hal ini di pertumbuhan dan hasil tanaman padi, dan
sebabkan jumlah nitrogen yang terdapat mendapatkan dosis pupuk yang lebih baik
di dalam tanah sedikit, sedangkan yang terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman
diangkut tanaman berupa panen setiap padi.
musim cukup banyak. Untuk memperoleh
hasil padi yang baik difokuskan pada METODE PENELITIAN
pengaturan waktu pemupukan nitrogen
yang tepat, selama musim tanam dengan Waktu dan Tempat. Penelitian ini
cara mempelajari status nutrisi nitrogen dilaksanakan dari bulan Maret sampai
tanaman menggunakan petunjuk LCC Juni 2016 di Green house BPTP Sidondo,
(LeafColor Chart) atau Bagan Warna Daun Kecamatan Sigi Biromaru, Kabupaten Sigi,
(BWD) (Mudjisihono, 2004). Provinsi Sulawesi Tengah.
Bagan warna daun dapat membantu
petani untuk mengetahui waktu dan Alat dan Bahan.Alat yang digunakan
frekuensi pemberian serta takaran pupuk dalam penelitian ini adalah Bagan Warna
nitrogen (Witt et al., 2005).Pemberian Daun (BWD), alat tulis menulis, meter,
nitrogen berdasarkan hasil pengukuran ember, cangkul, sekop, dan kamera. Adapun
warna daun dengan menggunakan bagan bahan yang digunakan adalah tanah, pupuk
warna daun dapat menghemat pemakaian urea, pupuk SP-36, pupuk KCl, benih padi
pupuk 15-20% dari takaran yang umum varietas mekongga, Carbofuran 3%, dan
digunakan petani tanpa menurunkan pestisida nabati Biota plus.
hasil (Erythrina, 2001). Bagan Warna Desain Penelitian. Penelitian ini menggunakan
Daun (BWD) yang didistribusikan oleh Rancangan Faktorial 2 faktor. Faktor
CREMNET - RRI untuk tanaman padi pertama adalah dosis pupuk (N) yang
adalah suatu alat yang sederhana, mudah terdiri dari 3 level yaitu urea 200 kg ha-1
digunakan dan tidak mahal untuk (N1), urea 250 kg ha-1 (N2), dan urea 300 kg
menentukan waktu pemupukan nitrogen ha-1 (N3). Faktor kedua adalah metode
pada tanaman padi. Diagnosis status pemberian pupuk (B) yang terdiri dari 2
hara nitrogen berdasarkan warna daun level yaitu secara konvensional (B1) dan
merupakan cara cepat dan murah dalam Bagan Warna Daun (B2).

120
Dari kedua faktor tersebut diperoleh Sesuai dengan hasil penelitian pada
6 kombinasi perlakuan. Setiap kombinasi Tabel 1 bahwa pemberian pupuk berdasarkan
perlakuan diulang sebanyak 3 kali sebagai bagan warna daun menghasilkan tanaman
kelompok sehingga menghasilkan 18 unit lebih tinggi, hal ini diduga karena tersedianya
percobaan.Setiap unit percobaan terdiri dari unsur hara nitrogen yang cukup yang
2 tanaman sehingga menghasilkan 36 ditandai dengan warna daun pada tanaman
populasi tanaman padi. padi sehingga dapat memacu pertumbuhan
Pelaksanaan penelitian meliputi akar dan memperlancar fotosintesa, membantu
persiapan media tanam, persemaian, pembentukkan protein, sehingga memacu
penanaman, pemupukan, pemeliharaan, dan pertumbuhan vegetatif menjadi lebih baik
panen. Pengamatan dilakukan pada tanaman dibandingkan dengan perlakuan lain.
sampel meliputi komponen tumbuh dan Schulze dan Caldwell (1995)
hasil yaitu tinggi tanaman, jumlah anakan, mengungkapkan bahwa pemberian pupuk
jumlah malai, panjang malai, jumlah gabah urea dengan dosis yang sesuai akan
per malai, presentase gabah hampa, bobot meningkatkan kandungan nitrogen dalam
1000 butir. rhizosfer, mengoptimalkan penyebaran
Data yang diperoleh kemudian nitrogen dengan merata dan merangsang
dianalisis, dan untuk mengetahui pengaruh penyerapan penggunaan nitrogen secara
perlakuan dilakukan analisis keragaman efisien, di sisi lain pemberian dosis pupuk
atau uji F. Jika analisis keragaman urea yang berlebihan akan bersifat toksik
menunjukkan adanya pengaruh yang kepada tanaman sehingga akan mengganggu
signifikan, maka dilanjutkan dengan uji tahap perkembangan vegetatif maupun
Beda Nyata Jujur (BNJ) dengan taraf 5%. generatif.
Sutejo dan Kartasapoetra (1990),
HASIL DAN PEMBAHASAN menyatakan pemberian pupuk ke dalam
tanah akan meningkatkan pertumbuhan
Tinggi Tanaman. Sidik ragam menunjukkan vegetatif tanaman karena unsur nitrogen
bahwa Perlakuan dosis pupuk, metode pada fase awal lebih banyak diserap
pemberian pupuk, dan interaksi antara untuk meningkatkan pertumbuhan vegetatif
keduanya tidak berpengaruh kecuali metode seperti tinggi tanaman.
pemberian pupuk berpengaruh nyata pada
pengamatan 60 HST.Rata-rata tinggi Jumlah Anakan. Sidik ragam menunjukkan
tanaman disajikan pada Tabel 1. bahwa perlakuan dosis pupuk, metode
Hasil uji BNJ (Tabel 1) menunjukkan pemberian pupuk tidak berpengaruh,
bahwa pemberian pupuk berdasarkan bagan sedangkan interaksi antara kedua perlakuan
warna daun menghasilkan tanaman lebih berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan.
tinggi dan berbeda nyata dengan pemberian Rata-rata jumlah anakan disajikan pada
pupuk secara konvensional. tabel 2.

Tabel 1. Rata-rata Tinggi Tanaman(cm) 60 HST pada Berbagai Dosis dan Metode Pemberian Pupuk
Nitrogen.
Dosis pupuk
Perlakuan Rata-rata Keterangan
N1 N2 N3
B1 84.25 87.35 85.15 85.58a
2.56
B2 88.03 86.75 91.3 88.69b
Rata-rata 86.14 87.05 88.23
Keterangan : Rata-rata yang diikuti huruf sama pada kolom yang sama, tidak berbeda pada taraf
uji BNJ α=0.05
121
Tabel 2. Rata-rata Jumlah Anakan umur 30, 45, dan 60 HST pada Berbagai Dosis dan Metode
Pemberian Pupuk Nitrogen

Perlakuan Dosis pupuk BNJ 0.05


N1 N2 N3
B1 16.33 ap 20.00 bq 18.00 abp 2.17
30 HST
b a a
B2 21.50 q 17.67 p 16.00 p
BNJ 0.05 3.28
B1 16.50 ap 21.00 bq 19.00 abp 2.10
45 HST
B2 22.83 bq 18.50 ap 17.50 ap
BNJ 0.05 3.16
B1 16.33 ap 18.33 ap 18.50 ap 2.01
60 HST
B2 20.67 bq 17.17 ap 16.67 ap
BNJ 0.05 3.04
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf sama pada baris (a,b) atau kolom (p,q) yang sama,
tidak berbeda pada taraf uji BNJ α=0.05

Hasil uji BNJ (Tabel 2) menunjukkan bagan warna daun. Hal ini diduga bahwa
bahwa pengaruh dosis pupuk berbeda pada dosis 200 kg ha-1 cukup untuk memenuhi
setiap metode pemberiannya, kecuali pada kebutuhan unsur hara nitrogen bagi
pengamatan 60 HST pemberian pupuk tanaman sehingga pertumbuhan tanaman
metode konvensional tidak berpengaruh. meningkat. Hal ini sesuai dengan pendapat
Pada pemberian pupuk berdasarkan bagan Nurmayulis et al. (2011) yang menyatakan
warna daun pemberian urea 200 kg ha-1 bahwa pemberian pupuk urea sebanyak 200
menghasilkan anakan lebih banyak, berbeda kg ha-1 atau setara dengan 92 kg nitrogen
dengan pemberian urea 250 kg ha-1 dan urea mampu meningkatkan tinggi tanaman,
300 kg ha-1. Sedangkan pada pemberian jumlah anakan, dan produksi tanaman.
pupuk metode konvensional pemberian urea Pertumbuhan anakan tanaman padi
250 kg ha-1 menghasilkan anakan lebih sangat dipengaruhi oleh pemberian urea
banyak berbeda dengan pemberian urea 200 yang dapat menyumbangkan unsur hara dan
kg ha-1 tetapi tidak berbeda dengan memenuhi hara tanaman yang memberikan
pemberian urea 300 kg ha-1. Tabel 3 juga pertumbuhan anakan tanaman padi lebih
menunjukkan bahwa pengaruh metode optimal.Kekurangan unsur nitrogen ditandai
pemberian pupuk berbeda pada pemberian oleh berkurangnya anakan, jumlah malai
urea 200 kg ha-1 dan urea 250 kg ha-1, tetapi per satuan luas dan jumlah gabah per
tidak berbeda pada pemberian urea 300 kg malai.Oleh karena itu, pertumbuhan dan
ha-1. Pada pemberian urea 200 kg ha-1 hasil tanaman khususnya padi berhubungan
metode bagan warna daun menghasilkan erat dengan warna hijau dari daun (Wahid
anakan lebih banyak sedangkan pada et al. (2001).
pemberian urea 250 kg ha-1 metode Pengaruh kadar nitrogen di dalam
konvensioal menghasilkan anakan lebih tanaman terhadap pembentukkan anakan
banyak. dikemukakan oleh Murata dan Matsushima
Sesuai dengan hasil penelitian (1978) dalam Manurung dan Ismunadji
pada Tabel 2 menunjukan bahwa dosis (1988) bahwa kadar nitrogen di dalam
pupuk yang menghasilkan jumlah anakan tanaman padi di atas 3,5 % sudah cukup
terbanyak pada setiap waktu pengamatan untuk merangsang pembentukkan anakan,
yaitu dosis 200 kg ha-1 pada perlakuan sedangkan pada kadar 2,5 % pembentukkan
metode pemberian pupuk menggunakan anakan akan terhenti, dan bila kadar

122
nitrogen kurang dari 1,5 % anakan-anakan daun akan semakin hijau, pertanda kebutuhan
akan mati. tanaman akan unsur hara nitrogen terpenuhi
sehingga dapat meningkatkan jumlah
Jumlah Malai. Sidik ragam menunjukkan
bahwa perlakuan berbagai dosis pupuk, gabah per malai. Ismunadji dan Roechan
metode pemberian pupuk, dan interaksi (1988) menyatakan bahwa pembentukan
antara keduanya tidak berpengaruh terhadap anakan, tinggi tanaman, luas daun, dan
jumlah malai. jumlah gabah dipengaruhi oleh ketersediaan
nitrogen.
Panjang Malai .Sidik ragam menunjukkan
bahwa perlakuan berbagai dosis pupuk, Presentase Gabah Hampa. Sidik ragam
menunjukkan bahwa metode pemberian
metode pemberian pupuk, dan interaksi
pupuk berpengaruh nyata, sedangkan dosis
antara keduanya tidak berpengaruh terhadap
pupuk dan interaksi antara kedua perlakuan
panjang malai.
tidak berpengaruh terhadap presentase
Jumlah Gabah per Malai.Sidik ragam gabah hampa. Rata-rata presentase gabah
menunjukkan bahwa pada perlakuan hampa disajikan pada Tabel 4.
berbagai dosis, metode pemberian pupuk Hasil uji BNJ (Tabel 4) menunjukkan
tidak berpengaruh, tetapi interaksi antara bahwa pemberian pupuk berdasarkan bagan
keduanya berpengaruh nyata terhadap warna daun diperoleh presentase gabah
jumlah gabah per malai.Rata-rata jumlah hampa lebih rendah berbeda dengan metode
gabah per malai disajikan pada Tabel 3. konvensional.Hal ini diduga dipengaruhi
Hasil uji BNJ (Tabel 3) menunjukkan oleh beberapa faktor seperti faktor genetik,
bahwa pengaruh dosis pupuk nitrogen faktor lingkungan, unsur hara dan lain-lain,
berbeda pada setiap metode pemberiannya. sehingga dapat mempengaruhi tanaman
Pada metode pemberian pupuk berdasarkan dalam berproduksi. Kebutuhan hara
bagan warna daun pemberian urea 200 kg tanaman yang terpenuhi akan menyebabkan
laju pembelahan, pemanjangan sel serta
ha-1 menghasilkan jumlah gabah per malai
pembentukan jaringan berjalan cepat
lebih banyak berbeda dengan pemberian
sehingga komponen pertumbuhan dan
urea 250 kg ha-1 tetapi tidak berbeda dengan produksi benih akan meningkat, selain itu
pemberian urea 300 kg ha-1, sedangkan persediaan nitrogen yang cukup pada
pada metode konvensional pemberian urea fase generatif sangat penting dalam
250 kg ha-1 menghasilkan jumlah gabah per memperlambat proses penuaan daun,
malai lebih banyak berbeda dengan mempertahankan fotosintesis selama fase
pemberian urea 200 kg ha-1 tetapi tidak pengisian gabah dan meningkatkan protein
berbeda dengan pemberian urea 300 kg ha-1. dalam gabah sehingga dapat mengurangi
Tabel 3 juga menunjukkan bahwa pengaruh presentase gabah hampa.
metode pemberian pupuk berbeda pada Makarim dan Suhartatik (2009)
setiap dosis pupuk. Pada dosis pupuk 200 menyatakan bahwa untuk mencapai jumlah
kg ha-1 dan 300 kg ha-1 metode pemberian gabah yang banyak dapat dilakukan dengan
pupuk berdasarkan bagan warna daun pemberian nitrogen atau bahan organik
menghasilkan jumlah gabah per malai lebih yang optimal sehingga dapat memenuhi
banyak, sedangkan pada dosis 250 kg ha-1 kebutuhan tanaman untuk tumbuh dan
metode konvensional menghasilkan jumlah berkembang.
gabah per malai lebih banyak. Bobot 1000 Butir. Sidik ragam menunjukkan
Pemupukan yang dilakukan dengan bahwa metode pemberian pupuk, dan
menggunakan BWD rata-rata menghasilkan interaksi antara kedua perlakuan berpengaruh
jumlah gabah per malai yang lebih banyak. sangat nyata, sedangkan dosis pupuk
Hal ini diduga karena tersedianya unsur tidak berpengaruh terhadap berat 1000 biji.
hara yang cukup pada tanaman sehingga Rata-rata bobot 1000 butir disajikan pada
dapat meningkatkan kloroplas dan warna Tabel 5.
123
Tabel 3. Rata-rata Jumlah Gabah per Malai pada Berbagai dosis dan Metode Pemberian Pupuk
Nitrogen
Dosis pupuk
Perlakuan BNJ 0.05
N1 N2 N3
B1 85.97 ap 98.67 bq 92.73 abp 6.59
B2 103.17 bq 83.7 ap 102.3 bq
10.54
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf sama pada baris (a,b) atau kolom (p,q) yang sama,
tidak berbeda pada taraf uji BNJ α=0.05

Tabel 4. Rata-rata Presentase Gabah Hampa pada Berbagai Dosis Pupuk dan Metode Pemberian
Pupuk.
Dosis pupuk
Perlakuan Rata-rata BNJ 0.05
N1 N2 N3
B1 7.60 6.38 7.66 7.21 b
1.89
B2 4.32 4.21 5.13 4.55 a
Rata-rata 5.96 5.29 6.39
Keterangan : Rata-rata yang diikuti huruf sama pada kolom yang sama, tidak berbeda pada taraf uji
BNJ α = 0.05

Tabel 5. Rata-rata Bobot 1000 butir pada Berbagai Dosis Pupuk dan Metode Pemberian Pupuk.

Perakuan Dosis pupuk BNJ 0.05


N1 N2 N3
B1 24.32 bq 23.65 ap 23.75 ap
0.26
B2 23.98 ap 24.48 bq 24.46 bq
BNJ 0.05 0.39
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf sama pada baris (a,b) atau kolom (p,q) yang sama,
tidak berbeda pada taraf uji BNJ α=0.05.

Tabel 6. Rata-rata Hasil Per Rumpun pada Berbagai Dosis dan Metode Pemberian Pupuk.
Dosis Pupuk
Perlakuan BNJ 0.05
N1 N2 N3
B1 25.94a p 29.94aq 25.85a p
2.65
B2 34.76bq 26.18a p 31.65ab q
BNJ 0.05 4.12
Keterangan : Angka-angka Yang Diikuti Huruf Sama pada Baris (a,b) atau Kolom (p,q) Yang
Sama, Tidak Berbeda pada Taraf Uji BNJ α=0.05

Hasil uji BNJ (Tabel 6) menunjukkan dosis pupuk 200 kg ha-1 menghasilkan
bahwa pengaruh dosis pupuk berbeda pada bobot 1000 butir yang lebih berat berbeda
setiap metode pemberiannya. Penggunaan dengan dosis 250 kg ha-1 dan 300 kg ha-1.
metode pemberian pupuk secara konvensional Sedangkan pada metode pemberian pupuk

124
berdasarkan bagan warna daun dosis pupuk hasil gabah tiap rumpun lebih banyak
250 kg ha-1 menghasilkan bobot 1000 butir berbeda dengan dosis 250 kg ha-1 tetapi
lebih berat berbeda dengan dosis 200 kg ha- tidak berbeda dengan dosis 300 kg ha-1.
1
tetapi tidak berbeda dengan dosis 300 kg Tabel 6 juga menunjukkan baha pengaruh
ha-1. Tabel 6 juga menunjukkan bahwa metode pemberian pupuk bebeda pada
pengaruh metode pemberian pupuk berbeda setiap dosis pupuk, pada dosis pupuk urea
pada setiap dosis pupuk, pada dosis pupuk 200 kg ha-1 dan 300 kg ha-1 metode
200 kg -1 metode konvensional menghasilkan pemberian pupuk berdasarkan bagan warna
bobot 1000 butir lebih berat sedangkan pada daun memberikan hasil lebih baik,
dosis 250 kg ha-1 dan 300 kg ha-1 metode sedangkan pada dosis 250 kg ha-1 metode
pemberian pupuk berdasarkan bagan warna konvensional memberikan hasil lebih baik.
daun menghasilkan bobot 1000 butir lebih Pemupukan yang dilakukan dengan
berat. menggunakan bagan warna daun rata-rata
Dengan demikian pemberian pupuk menghasilkan gabah per rumpun yang lebih
dengan menggunakan BWD menghasilkan banyak. Hal ini diduga karena kebutuhan
bobot 1000 butir yang lebih berat, dimana tanaman akan hara nitrogen cukup untuk
pemupukan dilakukan sesuai dengan meningkatkan pertumbuhan tanaman,
kebutuhan tanaman dengan cara melakukan dan warna hijau daun. Warna daun yang
pengukuran warna daun menggunakan merupakan indikator status nitrogen tanaman
alat BWD, kemudian dilakukan dengan berkaitan erat dengan tingkat fotosintesis
pemberian unsur hara nitrogen dalam daun dan produksi tanaman, bila nitrogen
bentuk urea. diberikan cukup pada tanaman, kebutuhan
Tabri (2009) menyatakan untuk akan hara lain seperti fosfor dan kalium
menghasilkan pertumbuhan tanaman yang meningkat untuk mengimbangi laju
baik dan hasil yang tinggi membutuhkan pertumbuhan tanaman yang lebih cepat
pemberian suplai nitrogen yang cukup. (Fairhurst et al., 2007).
Tanaman perlu mendapatkan pemupukan
dengan takaran yang tepat dan sesuai KESIMPULAN DAN SARAN
dengan kebutuhan tanaman agar terjadi Kesimpulan
keseimbangan unsur hara didalam tanah
yang dapat menyebabkan tanaman tumbuh Dari hasil dan pembahasan diatas
dan berkembang dengan baik serta memberikan dapat disimpulkan bahwa : Dosis pupuk
hasil yang optimal. yang tepat pada metode pemberian pupuk
menggunakan Bagan Warna Daun adalah
Hasil per rumpun. Hasil pengamatan dosis pupuk 200 kg ha-1 dan metode
rata-rata hasil per rumpun disajikan pada konvensional adalah dosis pupuk 250 kg ha-
Tabel Lampiran 12a, dan sidik ragamnya 1
.Metode pemberian pupuk yang lebih baik
disajikan pada Tabel Lampiran 12b. Sidik terhadap penggunaan nitrogen adalah
ragam menunjukkan bahwa perlakuan menggunakan bagan warna daun
berbagai dosis tidak berpengaruh, metode berdasarkan hasil tinggi tanaman dan
pemberian pupuk berpengaruh nyata, serta presentase gabah hampa.Pemberian pupuk
interaksi keduanya berpengaruh sangat urea 250 kg ha-1cenderung menurunkan
nyata.Rata-rata hasil per rumpun disajikan presentase gabah hampa.
pada Tabel 6.
Hasil uji BNJ (Tabel 6) menunjukkan Saran
bahwa pengaruh dosis pupuk nitrogen Berdasarkan hasil di atas perlu
berbeda pada metode berdasarkan bagan penggunaan Bagan Warna daun dalam
warna daun, tetapi tidak berbeda pada metode menentukan waktu pemberian pupuk
konvensional. Pada metode pemberian nitrogen pada tanaman padi sehingga dapat
pupuk berdasarkan bagan warna daun menghemat pemakaian pupuk urea dan
pemberian pupuk 200 kg ha-1 memberikan dapat meningkatkan produktivitas tanaman.

125
DAFTAR PUSTAKA

BPS. 2015. Produksi Padi Sawah, (Sulawesi Tengah dalam Angka Tahun 2015). Diolah dari SP-
Padi dan Survei Ubinan.

Erythrina. 2001. Bagan warna daun: Menghemat penggunaan pupuk N pada padi sawah. Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Utara, Medan. 16 hlm.

Fageria, N. K. and B. Virupax. 1999. Nitrogen management for lowland rice


production on an Inceptisol. Agricultural Research Service, USDA, NAA,
AFSRC, Beaver.

Fairhurst, T., C. Witt, R. Buresh and A. Doberman. 2007. Padi Panduan Praktis Pengelolaan
Hara. Diterjemahkan Oleh A. Widjono, IRRI.

Ismunadji, M. dan S. Roechan.1988. Hara Mineral Padi. Balai Penelitian dan Pengembangan
Tanaman Pangan, Bogor.

Makarim, A.K., dan E. Suhartatik. 2009. Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi. Balai Besar
Penelitian Tanaman Padi, Sukamandi. Subang.

Manurung, S.O., dan M. Ismunadji. 1988. Morfologi dan fisiologi padi. Dalam : Ismunadji, M., S.
Partohardjono, M. Syam, dan A. Widjono (Penyunting). Padi Buku 1. Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian.Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan.
Bogor. hal 55-102.

Mudjisihono, 2004.Budidaya Padi Varietas Unggul Baru dan Varietas Unggul Tipe Baru di
Daerah Istimewa Yogyakarta. BPTP, Yogyakarta.

Nurhajati, H., M. Y. Nyakpa, A. M. Lubis, S. G. Nugroho, M. A. Diha, G. B. Hong, H. H. Biley.


1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung, Lampung. Hal 228-232.

Nurmayulis, P. Utama, D. Firnia, H. Yani. 2011. Respons Nitrogen dan Azolla Terhadap
Pertumbuhan Tanaman Padi Varietas Mira I dengan Metode SRI. ISSN, Jakarta. Hal
115-129.

Purnamaningsih, R. 2006. Induksi Kalus dan Optimasi Regenerasi Empat Varietas Padi Melalui
Kultur In Vitro. Balai Besar Penelitian dan Pengawasan Bioteknologi dan Sumber Daya
Genetik Pertanian. Bogor. Jurnal AgroBiogen 2(2):74-80.

Schulze E. D, and M. M. Caldwell. 1995. Ecophysiology of Photosynthesis. New York: Springer-


Verlag.

Stevens, G., S. Hefner, and E. Tanner. 1999. Monitoring Crop Nitrogen in Rice Using Portable
Chlorophyll Meters. Missouri Rice Form 1997-98. University of Missouri-Delta Center.

Sutejo dan A. G. Kartasapoetra, 1990.Pupuk dan Cara Pemupukan, Bima Aksara, Jakarta.

Tabri, F. 2009. Teknik Pemupukan N dengan Menggunakan BWD Pada Beberapa Varietas Padi
dan Jagung Terhadap Pertumbuhan dan Hasil. Balai Penelitian Tanaman Serealia,
Jakarta. Hal 166.

126
Triadiati, A. A. Pratama, S. Abdulrachman. 2012. Pertumbuhan dan Efisiensi Penggunaan
Nitrogen pada Padi (Oryza sativa L.) Dengan Pemberian Pupuk Urea yang Berbeda.
Buletin Anatomi dan Fisiologi. 20(2):1-14.
Wahid, A. S., Nasruddin, dan S. Saenong. 2001. Efisiensi dan diseminasi pemupukan nitrogen
dengan metode LCC pada tanaman padi sawah. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan
Teknologi Pertanian 4(2): 108−117.

Witt, C., J. M. C. A. Pasuquin, R. Mutters, and R. J. Buresh. 2005. New leaf color chart for
effective nitrogen management in rice. Better Crops 89(1): 36–39.

127

Anda mungkin juga menyukai