Anda di halaman 1dari 17

DINAS KESEHATAN KABUPATEN BEKASI

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CABANGBUNGIN


Kp. Bojong RT 004 / RW 001 Ds. Jayalaksana Kec. Cabangbungin Kab. Bekasi Kode Pos 17720
Telp. (021) 85923367, Email : rsud.cabangbungin@gmail.com,
Website : rsudcabangbungin.bekasikab.go.id

SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CABANGBUNGIN
NOMOR : 443.2 / / RSUD-CB / VIII / 2022
TENTANG
PANDUAN KEWASPADAAN ISOLASI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CABANGBUNGIN KABUPATEN BEKASI
Menimbang a. Bahwa dalam upaya pencegahan dan pengendalian
: infeksi diperlukan penerapan kewaspadaan isolasi.
b. Bahwa kewaspadaan isolasimerupakan proses yang
paling penting memutus mata trantai penularan infeksi.
c. Bahwa dalam rangka mendukung kegiatan
kewaspadaan isolasi di rumah sakit diperlukan buku
panduan.
d. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana di
mkasud di atas, perlu ditetapkan panduan
kewaspadaan isolasi.

Mengingat 1. Undang – undang Republik Indoensia Nomor 44 tahun


: 2009 tentang Rumah Sakit.
2. Undang – undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun
2009 tentang Kesehatan.
3. Undang – undang Republik Indonesia Nomor 29 tahun
2004 tentang Praktik Kedokteran.
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 27 Tahun 2017 Tentang Pedoman Pencegahan
Dan Pengendalian Infeksi Di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan.
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 270/Menkes/SK/III/2007 Tentang Pedoman
Managerial Pencegahan dan Pengendalian infeksi
Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Lainnya.
6. Keputusan Bupati Bekasi Nomor 38 Tahun 2021
Tentang Pola Tata Kelola Rumah Sakit Umum Daerah
Cabangbungin.
7. Keputusan Kepala Dinas Penanaman Modal dan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kabupaten
Bekasi Nomor 18042200016670003 Tentang Izin
Rumah Sakit Pemerintah.
8. Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah
Cabangbungin Nomor KS.01.05/ 068 / RSUD-CB / VIII /
2022 Tentang Kebijakan Pelayanan Rumah Sakit
Umum Daerah Cabangbungin Kabupaten Bekasi.

MEMUTUSKAN

Menetapkan KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


: CABANGBUNGIN
TENTANG PANDUAN KEWASPADAAN ISOLASI RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH CABANGBUNGIN KABUPATEN
BEKASI
Kesatu : Mengesahkan panduan kewaspadaan isolasi Rumah Sakit
Umum Daerah Cabangbungin.dimaksud dalam poin ke satu
sebagaimana tercantum dalam lampiran keputusan ini.
Kedua : Memberlakukan panduan kewaspadaan isolasi Rumah Sakit
Umum Daerah Cabangbungin Kabupaten Bekasi
dipergunakan untuk mendukung kegiatan Rumah Sakit
sebagaimana terlampir.
Ketiga : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan. Apabila di
kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam
penetapannya, maka akakn dilakukan perbaikan kembali
sebagaiman mestinya.

Ditetapkan Di : Cabangbungin
Pada Tanggal : 04 Agustus 2022
DIREKTUR RSUD CABANGBUNGIN
KABUPATEN BEKASI

dr. H. MARKENLLY, M. Kes


Pembina / IVa
NIP. 19660311 200311 1 001
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
PERATURAN DIREKTUR
DAFTAR ISI
BAB I DEFINISI ................................................................................. 1
BAB II RUANG LINGKUP .................................................................
BAB III KEBIJAKAN .........................................................................
BAB IV DOKUMENTASI ....................................................................
BAB I
DEFINISI

Kewaspadaan isolasimerupakan bagian dari pencegahan dan pengandalian


infeksi rumah sakit (HAIs), bertujuan untuk memutus mata rantai infeksi dari pasien ke
pasien lainnya, dari pasien ke petugas atau sebaliknya. Dari pasien ke pengunjung atau
sebaliknya, dari permukiman lingkungan ke pasien atau petugas maupun pengunjung.
Di indonesia telah dikeluarkan peraturan Menteri Kesehatan Nomor 27 Tahun
2017 tentang pedoman dan pencegahan dan pengendfalian infeksi di fasilitas
pelayanan kesehatan sebagai upaya untuk memutus siklus penularan penyakit dan
melindungi pasien, petugas kesehatan , pengunjung dan masyarakat yang menrima
pelayanan kesehatan, baik di rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya. Petugas
kesehatan harus memahami, mematuhi dan menerapkan kewaspadaan isolasi yang
meliputi kewaspadaan standar, dan kewaspadaan transmisi agar tidak terinfeksi .

PERKEMBANGAN KEWASPADAAN
Kewaspadaan terhadap infeksi sudah dimulai sejak tahun 1877 (US) yang
disebut sebagai early isolation precaution, dimana dilakuka pemisahan pasien infresi
dengan non infeksi, namun infeksi berlangsung terus.Pada tahun 1980 – 1900 Early
Isolatian precaution di ubah, yaitu pemisahan pasien sesuai jenis infeksinya dan
dilakukan tekhink aeptik, dan infeksi masih saja terus terjadi. Tahun 1910 dilakukan
sistem kubikal, menggunakan gaun, melakukan cuci tangan antidseptik dan disinfeksi
peralatan kesehatan pasien. Pada tahun1950 Rumah sakit infeksi mulai di tutup kecuali
Rumah Sakit TB.Pada tahun 1960 Rumah Sakit TB di tutup, karena pasien lebih suka
berobat ke rumah sakit umunm atau rawat jalan. Pasien penyakit TB Ddi rawat di Rsu
dengan teknik isolasi.
Pada tahun 1970 di bentuk Isolation manual (CDC) yaitu dengan melakukn
tekhnik isolasi, namu pada tahun1975 Isolation manual di revisi menjadi tujuh kategori
isolasi, yaitu : Strict Isolation, Respiratory isolation, Protektiv Isolation, Enteric
Precation, Wound and Skin Precaution, Blood Precaution, Discharge Precaution.
Pada tahun 1985 timbul epidemik HIV pada petugas kesehatan yang tertusukm
jarum bekas pakai.Praktik isolasi diubah secara dramatikal menjadi Univercal
Precaution (UP), yaitu kewaspadaan terhadap darah dan cairan tubuh, sehingga di
terapkan penggunaan sarung tangan, goun, masker, pelindung mata jika kontak atau
atau kemungkinan terkontak darah maupun cairan tubuh pada semua pasien yang
masuk rumah sakit, baik yang dianggap terinfeksi maupun yang tidak terinfeksi. Pada
tahun 1988 Universan Precaution mengaggap bahwa darah merupakan sumber
penularan HIV dan HBV, sehingga harus waspada terhadap darah dan cairan tubuh
( semen dan vagina), cairan amniotic, cerebrospinal, peritonial, pleural synovial bukan
feces , urine, secret hidung, spitum, air mata, keringat, muntah kecuali terkontaminasi
darah ( harus mencuci tangan setelah melepas sarung tangan)Disisi lain pada tahun
1987 ada beberapa pendapat para ahli di Seatle, Washinton, San diego, Californiayang
meyatakan bahwa Body Subtance isolation (BSI) berfocus terhadap darah, feces,
sputus, urine, saliva would drainase, cairan tubuh laiinya, permukaan tubuh yang basah
dan lembab ditujukan kepada semua pasien dengan menggunakan sarung tangan
( tidak perlu mencuci tangan setelah melpas sarung tangan kecuali terkontaminasi).
Terdapat pendapat dari para ahli Universal precaution dan Body Subtance isolation
(BSI) berbeda, namun akhirnya diambil kesepakatan pada tahun 1990 kedua pendapat
ini disatukan menjadi A New Isolation Guideline, terdiri dua lapis Standar Precaution
( gabungan UP dan BSI) dan Transmission Based Precaution , dan di publikasikan
padatahun 1996.
Standar Precaution ditujukan pada semua pasien tanpa mempertimbangkan
infeksi atau non infeksi. Standar Precaution meliputi : meliputi kebersihan tangan,
penggunanaan alat pelindung diri, (sarung tangan, masker, pelindung mata/wajah,
gaun, /apron) perawatan peralatan pasien, pengendalian lingkungan, penangan limbah,
linen, kesehatan karyawan, penempatan pasien. Transmission Based Precaution
ditujukan kepada pasien yang infeksi atau diduga infeksi meliputi : contact Precaution,
Air borne Precaution, Droplet Precaution. Pada tahun 2007 terjadi perubahan dimana
Standar Precaution di tambah dengan hygiene respiratori / Etika batuk, Praktek
menyuntik yang aman, Praktek pencegahan untuk prosedur Lumbal Fungsi. Kemudian
Hospital Acquired Infektion (HAIs) menjadi Healthcare Associated Infections (HAIs)
Cuci tangn menjadi kebersihan tangan. Pedoman kewaspadaan Isolasi dan
pencegahan transmisi penyeban infeksi disarana kesehatan diluncurkan Juni tahun
2007 oleh CDC dan HICPAC.
BAB III
KEBIJAKAN

1. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor : 27 Tahun 2017 tentang Pedoman


Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
BAB II

RUANG LINGKUP

REKOMENDASI

Rekomendasi dikategorikan sebagai berikut :

 Kategori I A : sangat direkomendasikan untuk seluruh rumah sakit, telah didukung


penelitian dan studi epidemiologi
 Kategori I B : sangat direkomendasikan untuk seluruh rumah sakit dan telah ditinjau
efektif oleh para ahli dilapangan. Dan berdasar kesepakatan HICPAC (Hospital Infection
Control Advisory Commite) sesuai dengan bukti rasional walaupun mungkin belum
dilaksanakan suatu studi scientific)
 Kategori II : dianjurkan untuk dilaksanakan di rumah sakit. Anjuran didukung studi klinis
dan epidemiologic, teori rasional yang kuat, studi dilaksanakan di beberapa rumah sakit.
 Tidak rekomendasi : masalah yang belum ada penyelesainnya. Belum ada bukti ilmiah
yang memadai atau belum ada kesepakatan mengenai efikasinya.

Pelaksanaan pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di RSUD Cabangbungin


meliputi:

A. Kewaspadaan Isolasi untuk pelayanan semua pasien


1. Kewasapadaan standar
Kewaspadaan yang terpenting, dirancang untuk diterapkan secara rutin dalam
perawatan seluruh pasien dalam rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan
lainnya, baik terdiagnosis infeksi, diduga terinfeksi atau kolonisasi.
Diciptakan untuk mencegah transmisi silang yang sebelum diagnosis ditegakkan
atau hasil pemeriksaan labiratorium belum ada. Strategi utama untuk PPI
menyatukan universal precaution dan body substance isolation adalah
kewaspadaan dalan pencegah dan pengendalian infeksi rutin dan harus diterapkan
terhadap semua pasien di semua fasilitas kesehatan.
Kewaspadaan standar untuk pelayanan semua pasien. Kategori I meliputi:
a. Kebersihan tangan/Handhygiene
1) Hindari menyentuh permukaan pasien agar tangan terhindar
kontaminasi pathogen dari dan ke permukaan. (Kategori 1B)
2) Bila tangan tampak kotor, mengandung bahan berprotein, cairan tubuh
cuci tangan dengan sabun biasa/antimikroba dengan air mengalir,
(kategori 1A)
3) Bila tidak tampak kotor, dekontaminasi dengan alcohol handrub
(kategori 1B)
4) Sebelum kontak langsung dengan pasien (kategori 1B)
b. Alat Pelindung Diri
Meliputi sarung tangan, masker, kaca mata pelindung, pelindung wajah, gaun
1) Pakai bila mungkin terkontaminasi darah, cairan tubuh, sekresi, ekresi
dan bahan terkontaminasi, mucus membrane dan kulit yang tidak utuh,
kulit utuh yang potensial terkontaminasi (kategori 1B)
2) Pakai sesuai ukuran tangan dan jenis tindakan (Kategori 1B)
3) Pakai sarung tangan sekali pakai saat merawat pasien langsung
(Kategori 1B)
4) Pakai sarung tangan sekali pakai atau pakai ulang untuk membersihkan
lingkungan (kategori 1B)
5) Lepaskan sarung tangan segera setelah selesai, sebelum menyentuh
benda dan permukaan yang tidak terkontaminasi atau sebelum beralih
ke pasien lain (kategori 1B)
6) Apabila mungkin terkontaminasi darah, cairan tubuh, sekresi, ekskresi
dan bahan terkontaminasi, mucus membrane dan kulit yang tidak utuh,
kulit utuh potensial terkontaminasi.(kategori 1B)
7) Pakai sesuai ukuran tangan dan jenis tindakan (Kategori 1B)
8) Pakai sarung tangan sekali pakai saat merawat pasien langsung
(kategori 1B)
9) Jangan memakai sarung tangan 1 pasang untuk pasien yang berbeda
(Kategori 1B)
10) Gantilah sarung tangan jika tangan berpindah dari area tubuh
terkontaminasi, sebelum beralih ke pasien lain (kategori 1B)
11) Cuci tangan segera setelah melepas sarung tangan
12) Pakailah untuk melindungi konjungtiva, mucus, membarn mata, hidung,
mulut selama melaksanakan prosedur dan aktivitas perawatan pasien
yang beresiko terjadi cipratan dari darah, cairan tubuh, sekresi, ekresi
(kategori 1B)
13) Pilih sesuai tindakan yang akan di kerjakan
14) Masker bedah dapat dipakai secara umum untuk petugas RS untuk
mencegah transmisi melalui partikel besar dari droplet saat kontak erat
(<1 m) dari pasien saat batuk/bersin
15) Pakailah selama tindakan yang menimbulkan aerosol walapun pada
pasien tidak diduga infeksi (kategori 1B)
16) Kenakan gaun (bersih, tidak steril) untuk melindungi kulit, mencegah
baju menjadi kotor, kulit terkontaminasi selama prosedur/merawat
pasien yang memungkinkan terjadinya percikan/semprotan cairan tubuh
pasien yang memungkinkan terjadinya percikan/semprotan cairan tubuh
pasien (kategori I)
17) Pilihlah yang sesuai antara bahan gaun dan tindakan yang akan
dikerjakan dan perkiraan jumlah cairan tubuh pasien (kategori 1B)
18) Pilihlah yang sesuai antara bahan gaun dan tindakan yang akan
dikerjakan dan perkiraan jumlah cairan, perlu dilapisi apron tahan cairan
mengantisipasi semprotan/cipratan cairan infeksius.
19) Lepaskan gaun segera dan cucilah tangan untuk mencegah transmisi
mikroba ke pasien lain atapun lingkungan (kategori 1B)
20) Kenakan saat merawat pasien infeksi yang secara epidemiologic
penting, lepaskan saat akan keluar ruang pasien (kategori 1B)
21) Jangan memakai gaun pakai ulang walapaun untuk pasien yang sama
(kategori II)
22) Bukan indikasi pemakaian rutin masuk ke ruang risiko tinggi seperti ICU,
NICU (kategori IB)
c. Perawatan Peralatan Pasien
1. Buat aturan dan prosedur untuk menampung, transportasi, peralatan
yang nmungkin terkontaminasi darah atau cairan tubuh (kategori 1B)
2. Lepaskan bahan organik dari peralatan kritikal, semi kritikal dengan
bahan pembersih sesuai dengan sebelum di DTT atau sterilisasi
(kategori 1B)
3. Tangani peralatan pasien yang terkena darah, cairan tubuh, sekresi,
ekskresi dengan benar sehingga kulit mukus membran terlindungi,
cegah baju terkontaminasi, cegah transfer mikroba ke pasien lain dan
lingkungan. Pastikan peralatan yang telah dipakai untuk pasien infeksius
telah dibersihkan dan ttidak dipakai untuk pasien lain. Pastikan
peralatan sekali pakai dibuang dan dihancurkan melalui cara yang benar
dan peralatan sekali pakai buang dan dihancurkan melalui cara yang
benar dan peralatan pakai ulang diproses dengan benar (kategori 1B)
4. Peralatan non kritikal terkontaminasi didisinfeksi setelah dipakai.
Peralatan semikritikal didisinfeksi dan disterilisasi. Peraltan kritikal harus
didisinfeksi kemudian disterilkan (kategori 1B)
5. Peralatan makan pasien dibersihkan dengan air panas dan deterjen
(kategori 1B)
6. Bila tidak tampak kotor, lap permukaan peralatan yang besar (USG, X
ray) setelah keluar ruangan isolasi
7. Bersihkan dan disinfeksi yang benar peralatan terapi pernafasan
terutama setelah dipakai pasien infeksi saluran nafas, dapat dipakai Na
Hipoklorit 0,05%
8. Alat makan dicuci dalam alat pencuci otomatis atau manual dengan
deterjen tiap setelah makan. Benda disposable dibuang ke tempat
sampah
d. Pengendalian Lingkungan
1) Pastikan bahwa rumah sakit membuat dan melaksanakan prosedur rutin
untuk pembersihan, disinfeksi permukaan lingkungan, tempat tidur,
peralatan disamping tempat tidur dan pinggirannya, permukaan yang
sering tersentuh dan pastikan kegiatan ini dimonitor (kategori 1B)
2) Rumah sakit harus mempunyai disinfektan standar untuk menghalau
patogen dan menurunkannya secara signifikan di permukaan
terkontaminasi sehingga memutuskan rantai penularan penyakit.
Disinfeksi adalah membunuh secara fisikal dan kimiawi mikroorganisme
tidak termasuk spora.
3) Pembersihan harus mengawali disinfeksi. Benda dan permukaan tidak
dapat didisinfeksi sebelum dibersihkan dari bahan organik (ekskresi,
sekresi pasien, kotoran). Pembersihan ditujukan untuk mencegah
aerosolisasi, menurunkan pencemaran lingkungan. Ikuti aturan pakai
pabrik cairan disinfektan, waktu kontak, dan cara pengencerannya.
4) Disinfektan yang biasa dipakai Rumah Sakit : Na hipoklorit (pemutih),
alkohol, komponen fenol, komponen ammonium quarternary, komponen
peroksigen
5) Pembersihan area sekitar pasien
a) Pembersihan permukaan horisontal sekitar pasien harus dilakukan
secara rutin dan tiap pasien pulang
b) Untuk mencegah aerosolisasi patogen infeksi saluran nafas,
hindari sapu, dengan cara basah (kain basah)
c) Ganti cairan pembersih, lap kain, kepala mop setelah dipakai
(terkontaminasi)
d) Peralatan pembersihan harus dibersihkan, dikeringkan tiap kali
setelah pakai
e) Mop dilaundry, dikeringkan tiap hari sebelum disimpan dan dipakai
kembali
f) Untuk mempermudah pembersihan bebaskan area pasien dari
benda-benda/peralatan yang tidak perlu
g) Jangan foging dengan disinfektan, tidak terbukti mengendalikan
infeksi, berbahaya
h) Pembersihan dapat dibantu dengan vacum cleaner (pakai filter,
HEPA). Jangan memakai karpet dalam ruangan isolasi.
e. Pemrosesan peralatan Pasien dan penatalaksanaan Linen
1) Penanganan, transpor dan proses linen yang terkena darah,
cairan tubuh, sekresi, ekskresi dengan prosedur yang benar untuk
mencegah kulit, mukus membran terekspos dan terkontaminasi
linen, sehingga mencegah transfer mikroba ke pasien lain,
petugas, dan lingkungan (kategori 1B)
2) Buang terlebih dahulu kotoran (misal: feses) ke toilet dan letakkan
linen dalam kantong linen berwarna kuning.
3) Hindari menyortir linen di ruang rawat pasien jangan memanipulasi
linen terkontaminasi untuk hindari kontaminasi terhadap udara,
permukaan dan orang.
4) Cuci dan keringkan linen sesuai SPO. Dengan air panas 70 oC,
minimal 25 menit. Bila dipakai suhu < 70oC pilih zat kimia yang
sesuai
5) Pastikan kantong tidak bocor dan lepas ikatan selama
transportasi, kantong tidak perlu double
6) Petugas yang menangani linen harus mengenakan APD
f. Kesehatan karyawan/Perlindungan Petugas Kesehatan
1) Berhati – hati dalam bekerja untuk mencegah trauma saat
menangani jarum, scalpel, dan alat tajam lain yang dipakai setelah
prosedur, saat membersihkan instrumen dan saat membuang
jarum (kategori 1B)
2) Jangan recap jarum yang telah dipakai, memanipulasi jarum
dengan tangan, menekuk jarum, mematahkan, melepaskan jarum
dari spuit. Buang jarum, spuit, pisau scalpel, dan peraltan tajam
habis pakai (kategori 1B)
3) Pakai mouthpiece, resusitasi bag atau peralatan ventilasi lain
pengganti metode resusitasi mulut ke mulut (kategori 1B)
4) Jangan mengarahkan bagian tajam jarum ke bagian tubuh selain
akan menyuntik
g. Penempatan Pasien
1) Tempatkan pasien yang potensial mengkontaminasi lingkungan
atau yang tidak dapat diharapkan menjaga kebersihan atau kontrol
lingkungan ke dalam ruang rawat yang terpisah
2) Bila ruang isolasi tidak memungkinkan, konsultasikan dengan
petugas PPI (kategori 1B)
3) Cara penempatan sesuai jenis kewaspadaan terhadap transmisi
infeksi
h. Hygiene respirasi/etika batuk
1) Edukasi petugas akan pentingnya pengendalian sekresi respirasi
untuk mencegah transmisi pathogen dalam droplet dan fomite
terutama selama musim/KLB virus respiratorik di masyarakat
(kategori 1B)
2) Terapkan pengukuran kandungan sekresi respirasi pasien dengan
individu dengan gejala klinik infeksi respiratorik, dimulai dari unit
emergensi (kategori 1B)
3) Beri poster pada pintu masuk dan tempat strategis bahwa pasien
rawat jalan atau pengunjung dengan gejala klinis infeksi saluran
nafas harus menutup mulut dan hidung dengan tisu kemudian
membuangnya ke dalam tempat sampah infeksius dan mencuci
tangan (kategori II)
4) Sediakan tisu dan wadah untuk limbahnya (kategori 1B)
5) Sediakan sabun, wastafel dan cara mencuci tangan pada ruang
tunggu pasien rawat jalan, atau alcohol handrub (kategori 1B)
6) Pada musim infeksi saluran nafas, tawarkan masker pada pasien
dengan gejala infeksi saluran nafas, juga pendampingnya.
Anjurkan untuk duduk berjarak > 1 m dari yang lain (kategori 1B)
7) Lakukan sebagai standar praktek (kategori 1B)
Kunci PPI adalah mengendalikan penyebaran patogen dari pasien yang
terinfeksi untuk transmisi kepada kontak yang tidak terlindungi. Untuk
penyakit yang ditransmisikan melaui droplet besar dan atau droplet
nuklei maka etika batuk harus diterapkan kepada semua individu
dengan gejala gangguan pada saluran napas. Pasien, petugas,
pengunjung dengan gejala infeksi saluran napas. Pasien, petugas,
pengunjung dengan gejala infeksi saluran napas harus :
1) Menutup mulut dan hidung saat batuk atau bersin dengan
memakai tisu, saputangan, masker kain/medis bila tersedia, buang
ke tempat sampah
2) Lakukan cuci tangan
Manajemen fasilitas kesehatan/rumah sakit harus promosi hygiene
respirasi/etika batuk :

1) Promosi kepada semua petugas, pasien, keluarga, dengan infeksi


saluran nafas dengan demam
2) Edukasi petuga, pasien, keluarga, pengunjung akan pentingnya
kandungan aerosol dan sekresi dari saluran nafas dalam
mencegah transmisi penyakit saluran nafas
3) Menyediakan sarana untuk kebersihan tangan (alcohol handrub,
wastafel antiseptik, tisu, towel, terutama area tunggu harus
diprioritaskan
i. Praktek menyuntik yang aman
1) Pakai jarum yang steril, sekali pakai, pada tiap suntikan untuk
mencegah kontaminasi pada peraltan injeksi dan terapi
2) Bila memungkinkan sekali pakai vial walaupun multidose. Jarum
atau spuit yang dipakai ulang untuk mengambil obat dalam vial
multidose dapat menimbulkan kontaminasi yang dapat menyebar
saat obat dipakai dipasien lain
j. Praktek umum lumbal punksi
Pemakaian masker pada insersi cateter atau injeksi suatu obat ke dalam
area spinal/epidural melalui prosedur lumbal punksi misal saat
melakukan anestesi spinal dan epidural, myelogram, untuk mencegah
transmisi droplet flora orofaring.
2. Kewaspadaan Berdasarkan Transmisi
Sebagai tambahan dari kewaspadaan standar, terutama setelah terdiagnosis jenis
infeksinya. Rekomendasi dikategorikan sebagai berikut:

a. Kategori IA
Sangat direkomendasikan untuk seluruh rumah sakit, terlah didukung
penelitian dan studi epidemiologi
b. Kategori IB
Sangat direkomendasikan dan telah ditinjau efektif oleh para ahli dilapangan.
Dan berdasarkan kesepakatan HICPAC (hospital Infection Control Advisory
Commite) sesuai dengan bukti nasinal walaupun mungkin belum dilaksanakan
suatu studi scientifik
c. Kategori II
d. Tidak direkomendasikan
Dibutuhkan untuk memutus mata rantai transmisi mikroba penyebab infeksi dibuat
untuk diterapkan terhadap pasien yang diketahui maupun dugaan terinfeksi atau
terkolonisasi pathogen yang dapat dutransmisikan lewat udara, droplet, kontak
dengan kulit atau permukaan terkontaminasi. Jenis kewaspadaan berdasarkan
transmisi :
a. Kontak
b. Melalui droplet
c. Melalui udara (airborne)
d. Melalui common vehicle (makanan, air, obat, alat, peralatan)
e. Melalui vektor (lalat, nyamuk, tikus)
Catatannya adalah Suatu infeksi dapat ditransmisikan lebih dari satu cara.
Kewaspadaan berdasarkan transmisi ini dapat dilaksanakan secara terpisah
ataupun kombinasi dengan kewaspadaan standar seperti dengan mencuci tangan
sebelum dan sesudah tindakan, memakai sarung tangan sekali pakai, gaun dipakai
bila terdapat kemungkinan terkena percikan cairan tubuh, memakai masker, goggle
untuk melindungi wajah dari percikan cairan tubuh.

Jenis kewaspadaan berdasarkan transmisi:

a. Kewaspadaan Transmisi Kontak


Cara transmisi yang penting dan tersering menimbulkan HAIs, ditujukan
untuk menurukan risiko transmisi mikroba yang secara epidemiologi
ditransmisikan melaluin kontak langsung atau tidak langsung. Kontak
langsung meliputi kontak permukaan kulit terluka/abrasi orang yang
rentan/petugas dengan kulit pasien terinfeksi atau kolonisasi.
Transmisi kontak tidak langsung terjadi kontak antara orang yang
rentan dengan benda yang terkontaminasi mikroba infeksius di lingkungan,
instrument yang terkontaminasi, jarum, kasa, tangan terkontaminasi dan
belum dicuci atau sarung tangan yang tidak diganti saat menolong pasien
yang satu ke pasien yang lain dan melalui mainan anak. Kontak dengan
cairan sekresi pasien terinfeksi yang ditransmisikan melalui tangan petugas
atau benda mati dilingkungan pasien.
Diterapkan terhadapa pasien dengan infeksi atau terkolonisasi (ada
mikroba pada atau dalam pasien tanpa gejala klinis infeksi) yang secara
epidemiologi mikrobanya dapat ditransmisikan dengan cara kontak langsung
atau tidak langsung (kategori IB). Hindari mengkontaminasi permukaan
lingkungan yang tidak berhubungan dengan perawatan pasien, missal :
pegangan pintu, tombol lampu dan telepon.

b. Kewaspadaan Transmisi Droplet


Diterapkan sebagai kewaspadaan standar terhadap pasien infeksi
diketahui atau suspek mengidap mikroba yang dapat ditransmisikan melalui
droplet (> 5μm). Droplet yang besar terlalu berat untuk melayang di udara dan
akan jatuh dalam jarak 1 m dari sumber. Transmisi droplet melibatkan kontak
konjungtiva atau mucus membrane hidung/mulut, orang rentan dengan droplet
partikel besar mengandung mikroba berasal dari pasien pengidap atau carrier
dikeluarkan saat batuk, bersin, muntah, bicara, selama prosedur suction, dan
bronkoskopi. Dibutuhkan jarak dekat antara sumber dan resipien < 1m karena
droplet tidak bertahan diudara maka tidak membutuhkan penanganan khusus
udara atau ventilasi. Misal: adenovirus.
Transmisi droplet langsung, dimana droplet mencapai mucus membrane
atau terinhalasi. Transmisi droplet ke kontak, yaitu droplet mengkontaminasi
permukaan tangan dan ditransmisikan ke sisi lain misal: mukosa membrane.
Tranmisi jenis lain lebih sering terjadi daripada tranmisi droplet langsung,
misal: commoncold, respiratory syncitial virus (RSV). Dapat terjadi saat pasien
terinfeksi batuk, bersin, bicara, intubasi endotrakheal, batuk akibat induksi
fisiotherapi dada, resusitasi kardiopulmonar.
c. Kewaspadaan transmisi melalui udara (Airborne Precaution)
Kewaspadaan transmisi melalui udara (kategori IB) diterapkan sebagai
tambahan kewaspadaan standar terhadap pasien yang diduga atau telah
diketahui terinfeksi mikroba yang secara epidemiologi penting dan
ditransmisikan melalui jalur udara. Ditujukan untuk menurunkan risiko
transmisi udara mikroba penyebab infeksi baik yang ditransmisikan berupa
droplet muklri (sisa partikel kecil < 5μm evaporasi dari droplet yang bertahan
lama ) atau partikel debu yang mengandung mikroba penyebab infeksi.
Mikroba tersebut akan terbawa aliran udara > 2m dari sumber,dapat
terinhalasi oleh individu rentan di ruang yang sama dan jauh dari pasien
sumber mikroba, tergantung pada factor lingkungan, missal penanganan
udara dan ventilasi yang penting dalam pencegahan transmisi melalui udara,
droplet nuklie atau sisik kulit luka terkontaminasi (S. aureus)

Kewaspadaan Berbasis Transmisi

Kontak Droplet Udara/airborne


Penempatan 1)Dirawat di ruang terpisah 1. Tempatkan pasien di 1. Dirawat di
2)Bila tidak mungkin lakukan ruang terpisah ruang terpisah
Pasien
kohorting 2. Bila tidak mungkin 2. Bila tidak
3)Bila tidak memungkinkan lakukan kohorting mungkin
kohorting maka pasien 3. Bila tidak lakukan
dirujuk memungkinkan kohorting
kohorting maka 3. Bila tidak
pasien di rujuk memungkinkan
kohorting maka
pasien dirujuk

Tranportasi pasien Batasi gerak, transportasi Batasi gerak dan Batasi gerakan dan
pasien hanya kalau transportasi untuk transport pasien
diperlukan pasien keluar batasi droplet dari hanya kalau
ruangan perlu kewaspadaan pasien dengan diperlukan saja.
agar resiko minimal transmisi mengenakan masker Bila perlu untuk
ke pasien lain atau pada pasien (kategori pemeriksaan
lingkungsn (kategori IB). IB) dan menerapkan pasien dapat diberi
hygiene respirasi dan masker bedah
etika batuk. untuk cegah
mentebarnta
droplet nuklie
(kategori IB)

APD petugas Sarung tangan dan cuci Masker Perlindungan


tangan. Pakailah bila bekerja saluran napas.
Memakai sarung tangan dalam radius 1 m Kenakan masker
bersih nonsteril. Lateks saat terhadap pasien respirator
masuk ke ruang pasien, ganti (katgeori IB), saat (N95/Katgeori N
sarung tangan setelah kontak kontak erat. Masker pada efisiensi
dengan bahan infeksius sebaiknya menutupi 95%) saat masuk
(feses, cairan drain) lepaskan hidung dan mulut, ruang pasien atau
sarung tangan sebelum dipakai saat memasuki suspect TB paru.
keluar dari kamar pasien dan ruang rawat pasien Orang yang rentan
cuci tangan dengan antiseptik dengan infeksi saluran seharusnya tidak
(kategori IB) nafas. boleh masuk ruang
Gaun pasien yang
Pakai gaun bersih, tidak steril diketahui atau
saat masuk ruang pasien suspek campak,
untuk melindungi baju dari cacar air kecuali
kontak dengan pasien, petugas yang telah
permukaan lingkungan, imun.
barang di ruang pasien, Bila dengan
cairan diare pasien, terpaksa harus
ileostomy, coclostomy, luka mengenakan
terbuka. Lepaskan gaun masker respirator
sebelum keluar ruangan. untuk pencegahan.
Jaga agar tidak ada Orang yang telah
kontaminasi silang ke pernah sakit
lingkungan dan pasien lain campak atau cacar
(kategori IB) air tidak perlu
Apron menggunakan
Bila gaun permeable, untuk masker. (kategori
mengurangi penetrasi cairan, IB)
tidak dipakai sendiri Masker
bedah/prosedur
Sarung tangan
Gaun
Goggle
Bila melakukan
tindakan dengan
kemungkinantimbul
aerosol
Peralatan untuk Bila memungkinkan peralatan Tidak perlu Transmisi pada
perawatan pasien nonkritikal dipakai 1 pasien penanganan udara TB
atau pasien dengan infeksi secara khusus karena Sesuai dengan
mikroba yang sama. mikroba tidak bergerak pedoman TB CDC
Bersihkan dan disinfektan jarak jauh guideline for
sebelum dipakai untuk pasien preventing of
lain (kategori IB) tuberculosis in
health care
facilities.

Disinfeksi Tangan Adalah Kewaspadaan Isolasi Yang Terpenting


Tujuan terpenting PPI adalah menjaga petugas, peralatan, dan permukaan tetap
bersih, bersih diartikan :

a. Bebas dari kotoran


b. Telah dicuci setelah terakhir dipakai
c. Penjagaan kebersihan tangan personal
d. Bebas polutan dan bahan yang tidak diinginkan

3. Peraturan Untuk Kewaspadaan Isolasi


Harus dihindarkan transfer mikroba pathogen antar pasien dan petugas saat
perawatan pasien rawat inap. Perlu dijalankan hal berikut:
a. Kewaspadaan terhadap semua darah dan cairan tubuh ekresi dan sekresi dari
seluruh pasien untuk meminimalkan risiko transmisi infeksi
b. Dekontaminasi tangan sebelum kontak diantara pasien
c. Cuci tangan setelah menyentuh bahan infeksius (darah dan cairan tubuh)
d. Gunakan teknik tanpa menyentuh bila memungkinkan untuk menghindari
menyentuh bahan infeksius
e. Pakai sarung tangan saat harus atau mungkin kontak dengan darah dan
cairan tubuh serta barang yang terkontaminasi. Disinfeksi tangan segera
setelah melepas sarung tangan. Ganti sarung tangan antara pasien
f. Penanganan limbah feses , urine dan sekresi pasie lain dalam lubang
pembuangan yang disediakan, bersihkan dan disinfeksi bedpan, urinal dan
ontainer pasien lainnya
g. Tangani bahan infeksius sesuai prosedur
h. Pastikan peralatan, barang fasilitas dan linen infeksius pasien telah
dibersihkan dan didisinfektan dengan benar antar pasien.
BAB III
DOKUMENTASI

1. SPO Menyuntik yang aman


2. SPO etika batuk
3. SPO lumbal pungsi
4. SPO penatalaksanna linen
5. SPO Perawatan peralatan Pasien
6. SPO kesehatan karyawan
7. SPO penempatan Pasien
8. SPO Kebersihan tangan
9. SPO penggunan APD
10. SPO Pengelolaan limbah dan benda tajam
11. SPO Pengendalian lingkungan
12. SPO Berdasarkan tranmisi
a. Air borne / udara
b. Kontak
c. Droplet

Ditetapkan di : Bekasi
Pada tanggal : 4 Agustus
2022
Direktur,

dr. H. MARKENLLY, M. Kes


Pembina / IVa
NIP. 19660311 200311 1 001

Anda mungkin juga menyukai