Anda di halaman 1dari 2

Kewaspadaan Berdasarkan Transmisi

Kewaspadaan transmisi merupakan lapis kedua dari kewaspadaan isolasi,


yaitu tindakan pencegahan atau pengendalian infeksi yang dilakukan pada saat
memberikan pelayanan baik pada kasus yang belum maupun yang sudah terdiagnosis
penyakit infeksinya. Kewaspadaan ini diterapkan untuk mencegah dan memutus
rantai penularan penyakit lewat kontak, droplet, udara, vehikulum, dan vektor
(serangga dan binatang pengerat). perlu diketahui bahwa, transmisi suatu penyakit
infeksi dapat terjadi melalui satu cara atau lebih.
Berikut pembahasannya, :

A. Kewaspadaan Transmisi Droplet


(1) Pengertian
Kewaspadaan transmisi droplet adalah tindakan kewaspadaan untuk
menghindari penularan penyakit infeksi melalui droplet (sekresi yang dikeluarkan
melalui slauran pernapasan) selama batuk, bersin atau berbicara. Karena sifatnya
droplet maka biasanya tidak akan terpercik jauh, tidak melayang diudara namun akan
jatuh pada suatu permukaan benda. Berbagi studi menunjukkan bahwa mukosa
hidung, konjungtiva dan mulut, merupakan portal mausk yang rentan untuk virus
penyebab infeksi pernafasan (CDC dan Hall et al, 1981). Penyakit infeksi yang dapat
ditularkan melalui droplet antara lain influenza, ISPA, SARS, Covid-a9, Pertusis, dan
lain-lain.
(2) Tujuan
Untuk memutus mata rantai penularan mikroorganisme penyebab infeksi,
yang mungkin terjadi melalui transmisi droplet.
(3) Prinsip kewaspadaan pada transmisi droplet sebagai berikut:
(a) Pastikan semua petugas mematuhi prosedure kewaspadaan standar yang telah
ditetapkan saat akan memberikan pelayanan.
(b) Lakukan kebersihan tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan
lingkungan sekitar pasien dengan menggunakan air dan sabun atau cairan handrub
berbasis alkohol.
(c) Gunakan masker jika ada gangguan saluran pernafasan (batuk, flu, dan lain-lain)
(d) Pasien dengan penularan melalui droplet ditempatkan dalam ruangan tersendiri ,
jika tidak memungkinkan lakukan kohorting dengan jarak minimal 1 meter antar
tempat tidur, pastikan pintu selalu tertutup setiap saat.
(e) Pasien, pengunjung, keluarga harus diajarkan kebersihan tangan dan kebersihan
pernafasan atau etika batuk.
(f) Gunakan Alat Pelindung Diri (APD) sesuai jenis paparan dan indikasi:
 Masker bedah dan lakukan fit test untuk meyakinkan masker tidak bocor
dan tertutup rapat.
 Saat melepaskan , tidak menyentuh area yang terkontaminasi setelah
keluar dari kamar perawatan atau pelayanan, buang ke limbah infeksius
dan segera lakukan kebersihan tangan dengan sabun dan air mengalir.
 Pertimbangkan untuk menggunakan masker N95 pada tindakan yang
menghasilkan aerosol , pada pasien dengan gangguan infeksi saluran
pernafasan (ISPA) atau pada tindakan intubasi , Brocnchosopy,
Nebulizer, dan lain-lain.
Kewaspadaan Transmisi Udara (airbone)

(1) Pengertian
Kewaspadaan transmisi udara (Airbone) adalah tindakan pencegahan yang
dirancang untuk mencegah penyebaran infeksi yang ditularkan melalui udara dengan
menghirup atau mengeluarkan mikroorganisme dari slauran napas. Secara teoritis
partikel berukuran ≤ 5 μm dikeluarkan dari saluran pernapasan dan dapat tetap
melayang diudara untuk beberapa waktu. Sumber penularan juga dapat dihasilkan dari
tindakan yang menghasilkan aerosol, pengispaan cairan, induksi dahak atau
endoskopi. Penyakit infeksi yang bisa ditularkan melalui udara antara lain : TB virus
(Afian flu, COVID-19, SARS, Varicella, Campak, dan lain-lain).
(2) Tujuan
Untuk mencegah penularan infeksi akibat mikroorganisme sebagai partikel
yang beredar diudara, dapat bertahan lebih lama serta dapat melayang keluar area
dengan jarak lebih jauh yang memungkinkan terhirup atau mencemari jaringan dan
selaput lendir bagi yang terpapar.
(3) Prinsip kewaspadaan airbone, sebagai berikut:
(a) Lakukan kebersihan tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan
lingkungan sekitar pasien dengan menggunakan air dan sabun atau cairan handrub
berbahan dasar alkohol.
(b) Gunakan alat pelindung diri (APD) sesuai indikasi, sebagai berikut:
 Gunakan masker bedah atau masker N95 (respiratorik) dan yakinkan
penggunaannya tertutup rapat (fit test) serta lepaskan tanpa menyentuh
area yang terkontaminasi setelah keluar dari kamar perawatan.
 Gunakan kecamata/pelindung wajah (face shield) sesuai jenis resiko
paparan airborne.
 Gunakan gaun jika akan terjadi resiko paparan kontaminasi pada tubuh
atau pakaian petugas.
 Gunakan sarung tangan jika akan terjadi kontaminasi pada tangan.
(c) Gunakan ruangan dengan ventilasi tekanan negatif, jika tidak memungkinkan
dapat menggunakan ventilasi tekanan mekanik atau ventilasi natural dan pintu harus
selalu tertutup.
(d) Lakukan edukasi kepada pendamping/keluarga agar menjaga kebersihan tangan
dan menjalankan kewaspadaan isolasi untuk mencegah penyebaran infeksi diantara
mereka sendiri ataupun kepada pasien lain.
(e) Upaya pencegahan infeksi saat pemulangan pasien , dilakukan edukasi pada
keluarga, sebagai berikut:
 Upaya pencegahan infeksi harus tetap dilakukan sampai batas waktu
masa penularan.
 Bila dipulangkan sebelum masa isolasi berkahir, maka pasien harus
diisolasi mandiri dirumah sampai batas waktu penularan berakhir.
 Cara menjaga kebersihan diri, pencegahan dan pengendalian infeksi
serta perlindungan diri.
(f) Pembersihan dan desinfeksi ruangan yang benar perlu dilakukan setelah
pemulangan pasien.

Anda mungkin juga menyukai