Anda di halaman 1dari 125

BAB I Page | 1

Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan


kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan
diselenggarakan dengan berdasarkan pada perikemanusiaan,
pemberdayaan dan kemandirian, adil dan merata, serta
pengutamaan dan manfaat dengan perhatian khusus pada
penduduk rentan, antara lain ibu, bayi, anak, lanjut usia dan
keluarga miskin.

Kualitas Sistim Informasi Kesehatan yang terintegrasi


dengan Sistem Kesehatan Nasional sangat ditentukan oleh
kualitas Sistim Informasi Kesehatan kabupaten sebagai tulang

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


punggung bagi pelaksanaan pembangunan daerah berwawasan
kesehatan di kabupaten yang diharapkan dapat menyediakan data
dan informasi yang akurat agar dapat digunakan dalam
penyusunan rencana pembangunan kesehatan daerah dan
mendukung analisa-analisa dalam pengambilan kebijakan. Salah
satu produk dari sistem informasi kesehatan kabupaten adalah
“Profil Kesehatan Kabupaten”.

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana adalah gambaran


situasi kesehatan di kabupaten Bombana yang diterbitkan secara
berkala setiap tahun sekali sejak tahun 2005. Dalam setiap
terbitan Profil Kesehatan Kabupaten Bombana memuat data
tentang kesehatan dan data pendukung lain yang berhubungan
dengan kesehatan seperti data kependudukan dan Kelaurga
Berencana. Data di analisis dengan analisis sederhana dan
ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik.Profil Kesehatan
Kabupaten Bombana diupayakan untuk lebih berkait dengan
sistem kesehatan sebagaimana diketahui sistem kesehatan
diarahkan untuk mencapai target Standar Pelayanan Minimal
(SPM) Bidang Kesehatan, Indeks Pembangunan Kesehatan
Manusia (IPKM) dan target Millenium Develompment Goals (MDGs)
Tahun 2018.

Dalam setiap penerbitan profil kesehatan Kabupaten


Bombana, selalu dilakukan berbagai upaya perbaikan baik dari
segi materi, analisis maupaun bentuk tampilan fisiknya sesuai
dengan petunjuk teknis dari Kementerian Kesehatan RI. Sejak
terbitan Tahun 2005 sampai dengan terbitan tahun 2018, tabel
profil dan isi data berbeda 1 tahun yaitu misalnya Profil Kesehatan
Kabupaten Bombana Tahun 2019 berisi data tahun 2018.
Artinya Profil Kesehatan Kabupaten Bombana dibuat agar
dapat menjadi salah satu sarana untuk menilai pencapaian
pembangunan kesehatan di Kabupaten Bombana. Dengan
Page | 2

demikian jelas bahwa tujuan diterbitkannya Profil kesehatan


Kabupaten Bombana Tahun 2018 ini adalah dalam rangka
menyediakan sarana untuk mengevaluasi pencapaian
pembangunan kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018.

Dalam penyusunan profil ini melalui beberapa tahapan


dimulai dari pengumpulan data puskesmas / kecamatan, validasi
data dengan dengan para programmer ditingkat kabupaten.
Penyajian profil kesehatan kabupaten bombana tahun 2018 dalam
berbagai keadaan dan data yang berkaitan dengan masalah
kesehatan, dimana secara sistimatis sebagai berikut :

BAB PENDAHULUAN

Babi ni secara ringkas menjelaskan maksud dan tujuan


penyusunan buku profil kesehatan ini

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


BAB GAMBARAN UMUM

Bab ini menyajikan tentang gambaran umum, yang meliputi


kependudukan, perekonomian dan lingkungan fisik serta perilaku
penduduk yang terkait dengan kesehatan. Kabupaten Bombana
tergolong struktur penduduk muda dengan masih banyak
penduduk yang berumur 0-14 tahun sebesar 33,56% dan juga
ditopang oleh penduduk usia produktif 15-64 tahun sebanyak
62,89% merupakan potensi besar Kabupaten Bombana untuk
membangun lebih maju. Selain itu jumlah penduduk usia tua juga
menjadi perhatian bagi kebijakan pemerintah dalam menangani
usia lanjut karena pada tahun 2018 jumlah penduduk lanjut usia
(˃ 65 tahun) juga mengalami peningkatan dengan umur harapan
hidup pada tahun 2018 mencapai 68,27 Tahun.

BAB SARANA KESEHATAN

Bab ini menguraikan tentang sarana/ fasilitas kesehatan, akses


dan mutu pelayanan kesehatan dan upaya kesehatan
bersumberdaya masyarakat (UKBM) tahun 2018

BAB SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN

Bab ini menguraikan tentang sumber daya manusia bidang


kesehatan sampai tahun 2018. Gambaran tentang keadaan tenaga
kesehatan.
BAB PEMBIAYAAN KESEHATAN

Bab ini menguraikan tentang peserta jaminan pemeliharaan


kesehatan, pemanfaatan dana desa untuk kesehatan dan
pembiayaan kesehatan tahun 2018
Page | 3

BAB KESEHATAN KELUARGA

Bab ini berisi uraian tentang upaya kesehatan yang merupakan


pelaksanaan program pembangunan di bidang kesehatan. Upaya
kesehatan yang diuraikan pada Profil Kesehatan Kabupaten
Bombana tahun 2018 mencakup program Kesehatan Ibu dan
Anak (KIA), Perbaikan Gizi Masyarakat, dan kesehatan usia
produktif. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak diharapkan mampu
menurunkan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Anak
sebagaimana yang telah disepakati dalam komitmen globalSDGs.

BAB PENGENDALIAN PENYAKIT

Bab ini berisi uraian tentang, Pengendalian Penyakit Menular


langsung, Pengendalian Penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi, pengendalian penyakit tular vector dan zoonotik dan

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


pengendalian Penyakit tidak menular.

BAB KESEHATAN LINGKUNGAN

Bab ini menguraikan tentang Sarana air minum, sanitasi yang


layak (jamban sehat, desa STBM, tempat-tempat umum dan
tempat pengelolaan makanan.

BAB PENUTUP

Bab ini menguraikan secara keseluruhan profil kesehatan


Kabupaten Bombana sampai akhir tahun 2018, menggambarkan
keadaan derajat kesehatan dan capaian upaya pelayanan
kesehatan di Kabupaten Bombana sampai akhir tahun 2018,
dengan demikian keadaan dan masalah kesehatan di Kabupaten
Bombana secara terbuka diketahui oleh semua pihak yang terkait,
dengan harapan dapat memberikan andil dan dukungan dalam
setiap pemecahan masalah yang dihadapi

Kabupaten Bombana merupakan salah satu pemerintahan


dalam wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara yang baru terbentuk
Page | 4

berdasarkan undang – undang nomor 29 tahun 2003 tentang


pembentukan Kabupaten Bombana,Kabupaten Wakatobi, dan
Kabupaten Kolaka Utara di Propinsi Sulawesi Tenggara.
Terbentuknya Kabupaten Bombana merupakan refleksi dan
aspirasi seluruh masyarakat yang terintegrasi dalam wilayah
Kabupaten Bombana, sebagai respon atas tuntutan masyarakat
dan dinamika perkembangan wilayah yang ditandai dengan
kemajuan ekonomi, sosial budaya, politik, jumlah penduduk, luas
wilayah serta potensi daerah. Oleh sebab itu aspirasi masyarakat
untuk tumbuh dan berkembang dalam suatu tantangan
kehidupan yang mandiri dalam penyelenggaraan pemerintahan,
pembangunan dan pembinaan masyarakat menjadi wujud aspirasi
dari masyarakat Kabupaten Bombana sebagai daerah otonom dan
mandiri dalam wilayah Propinsi Sulawesi Tenggara.

Kabupaten Bombana terletak dibagian selatan garis

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


khatulistiwa memanjang dari utara ke selatan diantara 4.30 o –
6.25ols dan dari barat ke timur antara 120,82 o – 122,20oBujur
Timur.

➢ Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Kolaka dan


Konawe Selatan.
➢ Sebelah selatan berbatasan dengan Laut Flores.
➢ Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Muna dan Buton
➢ Sebelah barat berbatasan dengan Teluk Bone.

Luas wilayah daratan Kabupaten Bombana sekitar


3.316,16 km2, dan luas perairan laut sekitar 11.837,31 km2 terdiri
dari 22 wilayah kecamatan. Untuk lebih jelasnya Kabupaten
Bombana dapat dilihat pada peta administrasi di bawah ini:

Gambar 2.1
PETA ADMINISTRASI
KABUPATEN BOMBANA
Page | 5

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


Sumber : Perda No. 13 Tahun 2013 tentang RTRW Kabupaten Bombana

Secara administratif pemerintahan Kabupaten Bombana


tahun 2018 terbagi atas 22 kecamatan dan 143
desa/kelurahan.Secara rinci pembagian daerah administratif
Kabupaten Bombana tahun 2018 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.1
Pembagian Daerah Administrasi Kabupaten Bombana
Tahun 2018

No. Kecamatan Ibu kota Jumlah


desa+kel
1 RUMBIA KASIPUTE 5
2. RUMBIA TENGAH LAMPATA 5
3. KEP. MASALOKA RAYA MASALOKA 5
4. RAROWATU TAUBONTO 9
5. MATA USU MATA USU 5
6. LANTARI JAYA LANTARI 9
7. RAROWATU UTARA ANEKA MARGA 8
8. POLEANG TIMUR BAMBAEA 5
9. POLEANG UTARA TOBURI 8
10. POLEANG SELATAN WAEMPUTTANG 5
11. POLEANG TENGGARA LARETE 5
12. POLEANG BOEPINANG 10
13. POLEANG TENGAH MULAENO 4
14. TONTONUNU TONGKOSENG 5
15. POLEANG BARAT RAKADUA 11
16. KABAENA TEOMOKOLE 4
17. KABAENA SELATAN BATUAWU 4
18. KABAENA UTARA TEDUBARA 7
Page | 6
19. KABAENA BARAT BALIARA 5
20. KABAENA TIMUR DONGKALA 7
21. KABAENA TENGAH LENGORA 7
22. MATA OLEO LORA 10
BOMBANA RUMBIA 143

Sumber : Bombana dalam Angka Tahun 2018

Dari tabel diatas terlihat bahwa rata-rata kecamatan terdiri


dari 7 desa/kelurahan, dengan sebaran antara 4 desa/kelurahan
yang terendah dan 11 desa/kelurahan yang tertinggi dalam satu
kecamatan.
Pada bab ini akan diuraikan tentang gambaran umum
Kabupaten Bombana dan perilaku penduduk pada tahun 2018
yang meliputi : keadaan penduduk, keadaan ekonomi, keadaan
pendidikan, keadaan kesehatan lingkungan dan keadaan perilaku
penduduk.

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


A. KEADAAN PENDUDUK

Berdasarkan data primer dari 22 Puskesmas, jumlah


penduduk Kabupaten Bombana Tahun 2018 sebesar 180.035
jiwa yang terdiri dari 91.022 penduduk laki-laki dan 89.013
penduduk perempuan. Jumlah penduduk ini adalah hasil
proyeksi Badan Pusat Statistik berdasarkan pertumbuhan
penduduk di Kabupaten Bombana.
Jika dilihat dari jumlah penduduk Kabupaten
Bombana tahun 2017 sebesar 175.497 jiwa, terdapat
peningkatan jumlah penduduk sebesar 4.538 jiwa.Hal ini
dimungkinkan karena program Keluarga Berencana tidak
mampu lagi menghambat angka kelahiran di Kabupaten
Bombana dan adanya program Jampersal untuk membantu
jaminan persalinan dan pelayanan kesehatan ibu hamil. Rasio
jenis kelamin adalah 102, ini berarti terdapat 102 laki-laki di
antara 100 perempuan. Semakin tinggi laju pertumbuhan
penduduk dapat menyebabkan jumlah penduduk yang
semakin banyak di masa yang akan datang

Gambar 2.2
PROYEKSI PENDUDUK
KABUPATEN BOMBANA TAHUN 2018
Page | 7

KABAENA TENGAH 4,469


KABAENA TIMUR 8,684
KABAENA UTARA 4,930
KABAENA SELATAN 3,812
KABAENA BARAT 9,717
KABAENA 3,909
POLEANG BARAT 14,532
POLEANG 18,431
POLEANG TENGAH 4,570
TONTONUNU 6,793
POLEANG SELATAN 8,237
POLEANG TENGGARA 4,921 Jumlah Penduduk
POLEANG UTARA 13,557
POLEANG TIMUR 11,435
MATAUSU 2,018 180.035
LOMBAKASIH 9,528
RAROWATU UTARA 9,304

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


RAROWATU 7,856
MASALOKA RAYA 3,428
MATAOLEO 8,859
RUMBIA TENGAH 7,862
RUMBIA 13,182
- 5,000 10,000 15,000 20,000

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Bombana, 2018

Pada Gambar 2.2 jumlah penduduk yang tertinggi di


Kabupaten Bombana terdapat di Kecamatan Poleang dengan
jumlah sebesar 18.431, Kecamatan Poleang Barat sebesar
14.532 dan Kecamatan Poleang Utara 13.557 Sedangkan
proyeksi jumlah penduduk yang terendah terdapat di
Kecamatan Matausu sebesar 2.018, Kecamatan Masaloka
Raya sebesar 3.423 dan Kecamatan Kabaena Selatan
sebesar 3.812.
Struktur umur penduduk menurut jenis kelamin dapat
digambarkan dalam pada tabel 2.2 di bawah. Tabel tersebut
merupakan gambaran struktur penduduk yang terdiri dari
struktur penduduk muda, dewasa dan tua yang dijadikan
dasar bagi kebijakan dalam kependudukan, sosial, budaya
dan ekonomi.

Tabel 2.2
JUMLAH PENDUDUK BERDASARKAN KELOMPOK UMUR
KABUPATEN BOMBANA TAHUN 2018

JUMLAH PENDUDUK
KELOMPOK UMUR
NO LAKI-LAKI + RASIO JENIS
(TAHUN) LAKI-LAKI
PEREMPUAN PEREMPUAN KELAMIN
1 2 3 4 5 6

1 0-4 11,052 10,542 21,595 104.84


2 5–9 10,591 10,035 20,626 105.54
Page | 8
3 10 - 14 9,276 8,926 18,202 103.93
4 15 - 19 8,248 8,067 16,315 102.25
5 20 - 24 8,082 8,450 16,533 95.65
6 25 - 29 9,033 9,089 18,123 99.38
7 30 - 34 7,699 7,335 15,035 104.96
8 35 - 39 7,288 6,899 14,187 105.63
9 40 - 44 5,527 5,157 10,684 107.19
10 45 - 49 4,201 3,945 8,145 106.50
11 50 - 54 3,190 3,129 6,318 101.94
12 55 - 59 2,202 2,094 4,296 105.13
13 60 - 64 1,737 1,844 3,581 94.20
14 65 - 69 1,251 1,276 2,527 98.01
15 70 - 74 826 1,047 1,873 78.84
16 75+ 819 1,177 1,996 69.59
KABUPATEN BOMBANA 91,022 89,013 180,035 102.26
ANGKA BEBAN TANGGUNGAN (DEPENDENCY RATIO) 59

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Bombana, 2018

Kepadatan penduduk menunjukkan penduduk per


kilometer persegi. Hasil proyeksi penduduk menunjukkan
pada tahun 2018 kepadatan penduduk di Kabupaten
Bombana sebesar 54 jiwa per km2. Kepadatan penduduk
yang paling besar terdapat di kecamatan Masaloka Raya
dengan kepadatan penduduk 1289 jiwa per km2, Kecamatan
Rumbia Tengah sebesar 372 jiwa per km2 dan Kecamatan
Kabaena Barat sebesar 246 jiwa per km2. Kepadatan
penduduk yang paling kecil terdapat pada Kecamatan
Matausu dengan kepadatan penduduk 4 jiwa per km2,
Kecamatan Kabaena Tengah sebesar 16 jiwa per
km2 dan Kecamatan Kabaena Selatan sebesar 30 jiwa per
km2.

Gambar 2.3
PROYEKSI KEPADATAN PENDUDUK
KABUPATEN BOMBANA TAHUN 2018
Page | 9

KABUPATEN 54
KABAENA TENGAH 16
KABAENA TIMUR 72
KABAENA UTARA 37
KABAENA SELATAN 30
KABAENA BARAT 246
KABAENA 38
POLEANG BARAT 45
POLEANG 160
POLEANG TENGAH 110
TONTONUNU 52
POLEANG SELATAN 92
Kepadatan Penduduk
POLEANG TENGGARA 37
POLEANG UTARA 57
POLEANG TIMUR 113 54
MATAUSU 4
LOMBAKASIH 33
39

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


RAROWATU UTARA
RAROWATU 47
MASALOKA RAYA 1289
MATAOLEO 82
RUMBIA TENGAH 372
RUMBIA 223
0 500 1000 1500

Sumber : Bombana dalam angka 2018

Penduduk sebagai determinan pembangunan harus


mendapat perhatian yang serius. Program pembangunan
termasuk pembangunan di bidang kesehatan harus
didasarkan pada dinamika kependudukan. Upaya
pembangunan di bidang kesehatan tercermin dalam
program keseharan melalui upaya promotif, preventif,
kuratif maupun rehabilitatif. Untuk mendukung upaya
tersebut diperlukan ketersediaan data mengenai penduduk
sebagai sasaran program pembangunan kesehatan.

Tabel 2.3
ESTIMASI PENDUDUK SASARAN
PROGRAM PEMBANGUNAN KESEHATAN
KABUPATEN BOMBANA TAHUN 2018
Page | 10

KELOMPOK
NO SASARAN PROGRAM UMUR JENIS KELAMIN JUMLAH
LAKI-
LAKI PEREMPUAN
1 Jumlah Penduduk Semua Umur 91,022 89,013 180.035
2 Bayi 0 Tahun 2,161 2,067 4,228
3 Batita 0-2 Tahun 6,383 6,168 12,551
4 Anak Balita 1-4 Tahun 8,344 8,117 16,461
5 Balita 0-5 Tahun 10,505 10,184 20,689
Anak Usia
6 SD/Setingkat 7- 12 Tahun 11,704 11,297 23,001

7 Penduduk Usia Muda < 15 Tahun 30,919 29,503 60,423


Penduduk Usia
55,470 54,165 109,634
8 Produktif 15- 59 Tahun
Penduduk Pra Usia

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


9 Lanjut 45- 59 Tahun 9.592 9.168 18.760
10 Penduduk Usia Lanjut > 60 Tahun 5,906 6,523 12.429
Penduduk Usia Lanjut
11 Resiko Tinggi > 70 Tahun 1,985 2,617 4.602
12 Wanita Usia Subur 15-49 Tahun 47,164 47,164
Wanita Usia Subur
13 Imunisasi 15-39 Tahun 36,631 36,631
1,10 x Lahir
14 Ibu Hamil Hidup 4,756 4,756
1,05 x Lahir
15 Ibu bersalin Hidup 4,540 4,540
1,05 x Lahir
16 Ibu Nifas Hidup 4,540 4,540
17 Lahir Hidup 2,210 2,114 4.324

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Bombana, 2018

Penduduk sasaran program pembangunan kesehatan


sangatlah beragam, sesuai dengan karakteristik kelompok
umur tertentu atau didasarkan pada kondisi siklus
kehidupan yang terjadi. Beberapa upaya program kesehatan
memiliki sasaran ibu hamil, ibu melahirkan dan ibu nifas.
Beberapa program lainnya dengan penduduk sasaran
terfokus pada kelompok umum tertentu, meliputi : bayi,
batita, balita, anak balita, anak usia sekolah SD, wanita usia
subur, penduduk produktif dan usia lanjut.

B. KEADAAN EKONOMI

Pertumbuhan ekonomi berkaitan erat dengan kesempatan


kerja di Kabupaten Bombana. Penggolongan usia kerja di
Indonesia mengikuti standar internasional yaitu usia 15
tahun keatas. Penduduk jika dilihat dari sisi
Page | 11

ketenagakerjaan merupakan suplai bagi pasar tenaga kerja,


namun tidak semua penduduk mampu melakukannya
karena hanya penduduk yang masuk usia kerja yang dapat
menawarkan tenaganya di pasar kerja. Penduduk usia kerja
dibagi menjadi dua golongan yaitu yang termasuk angkatan
kerja dan yang bukan angkatan kerja. Angkatan kerja
sendiri terdiri dari mereka yang aktif bekerja dan mereka
yang sedang mencari pekerjaan. Mereka yang sedang
mencari pekerjaan, sedang mempersiapkan suatu usaha
dan mereka yang sudah memiliki pekerjaan tetapi belum
mulai bekerja itulah yang dinamakan sebagai pegangguran
terbuka.
Untuk mengetahui tingkat pengangguran, dilakukan Survei
Angkatan Kerja Nasional (Sakersnas). Konsep pengangguran
adalah angkatan kerja yang tidak bekerja/tidak mempunyai
pekerjaan, yang mencakup angkatan kerja yang sedang

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


mencari pekerjaan, mempersiapkan usaha, tidak mencari
pekerjaan karena merasa tidak mungkin mendapatkan
pekerjaan/putusasa (sebelumnya dikategorikan sebagai
bukan angkatan kerja) dan yang punya pekerjaan tetapi
belum mulai bekerja (sebelumnya dikategorikan sebagai
pekerja).
Presentase pengangguran terbuka adalah perbandingan
antara jumlah pencari kerja dengan jumlah angkatan kerja.
Pengangguran terbuka di sini didefenisikan sebagai orang
yang sedang mencari pekerjaan atau sedang
mempersiapkan usaha atau pekerjaan, termasuk juga
mereka yang baru mendapat kerja tetapi belum mulai
bekerja. Pengangguran terbuka tidak termasuk orang yang
masih sekolah atau mengurus rumah tangga.
Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk telah
menyebabkan peningkatan jumlah angkatan kerja.
Peningkatan jumlah angkatan kerja menyebabkan semakin
sempitnya peluang kerja karena minimnya lapangan
pekerjaan. Pertumbuhan lapangan kerja lebih lambat
dibandingkan dengan pertumbuhan penduduk. Hal inilah
yang menyebabkan timbulnya pengangguran terbuka yang
cukup tinggi. Hal yang menggembirakan adalah turunnya
jumlah pengangguran terbuka dari tahun ke tahun. Hal
yang menggembirakan adalah turunnya jumlah
pengangguran terbuka dari tahun ke tahun walaupun angka
pengangguran masih cukup tinggi.
Proporsi pengangguran terbuka dari angkatan kerja berguna
untuk acuan pemerintah dalam pembukaan lapangan kerja
baru di masa mendatang. Angka ini menunjukkan tingkat
keberhasilan pembangunan program ketenagakerjaan dari
tahun ke tahun.
Kemiskinan menjadi isu yang harus mendapatkan
perhatian dari berbagai kalangan termasuk kesehatan.
Page | 12

Keterjangkauan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan


terkait dengan daya beli dan akses dari masyarakat.
Kemiskinan juga menjadi hambatan besar dalam
pemenuhan kebutuhan terhadap makanan sehat dan bergizi
sehingga dapat melemahkan daya tahan tubuh yang dapat
berdampak pada kerentanan untuk terserang penyakit-
penyakit tertentu. Fenomena gizi buruk dan kurang menjadi
seringkali dikaitkan dengan kondisi ekonomi yang buruk
jika merujuk pada fakta keterbatasan pemenuhan pangan
dan gizi masayarakat.
Pengukuran kemiskinan dari BPS menggunakan konsep
memenuhi kebutuhan dasar (basic need approach) dalam
mengukur kemiskinan di Indonesia. Secara umum
kemiskinan didefenisikan sebagai kondisi di mana
seseorang atau sekelompok orang tidak mampu memenuhi
hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Defenisi
yang dangat luas ini menunjukkan bahwa kemiskinan
merupakan masalah multi dimensional, sehingga tidak
mudah untuk mengukur kemiskinan dan perlu kesepakatan
pendekatan pengukuran yang dipakai.
Kemiskinan dipahami sebagai ketidakmampuan ekonomi
penduduk untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan
maupaun non makanan yang diukur dari pengeluaran.
Pengukuran kemiskinan dilakukan dengan cara
menetapkan standar kebutuhan minimum, baik untuk
makanan maupun untuk non makanan yang harus
dipenuhi seseorang untuk hidup secara layak.Nilai standar
kebutuhan minimum tersebut digunakan sebagai garis
pembatas untuk memisahkan antara penduduk miskin dan
tidak miskin.Garis pembatas tersebut yang sering disebut
dengan garis kemiskinan.
Kategorikan penduduk miskin adalah penduduk dengan
tingkat pengeluaran per kapita per bulan kurang dari garis
kemiskinan. Perhitungan Garis Kemiskinan tersebut
dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan
pedesaan.
Masalah kemiskinan bukan hanya sekedar jumlah dan
presentase penduduk miskin saja, ada dimensi lain yang
perlu diperhatikan yaitu tingkat kedalamam dan keparahan
kemiskinan. Selain menekan jumlah penduduk miskin,
kebijakan kemiskinan juga sekaligus mengurangi tingkat
kedalaman kemiskinan dan indeks keparahan kemiskinan.
Distribusi pendapatan merupakan salah satu aspek
kemiskinan yang perlu dilihat karena pada dasarnya
merupakan ukuran kemiskinan relatif. Karena data
pendapatan sulit diperoleh, pengukuran distribusi
pendapatan selama ini didekati dengan menggunakan data
pengeluaran. Ukuran yang dapat menggambarkan
Page | 13

ketimpangan pendapatan ini adalah koefisin Gini/Indeks


Gini (Gini Ratio). Indeks Gini adalah suatu koefisien yang
menunjukan tingkat ketimpangan atau kemerataan
distribusi pendapatan secara menyeluruh. Nilai Indeks Gini
ada diantara 0 dan 1. Semakin tinggi nilai Indeks Gini
menunjukkan ketidak merataan pendapatan yang semakin
tinggi. Apabila nila indeks gini adalah 0 artinya terdapat
kemerataan sempurna pada distribusi pendapatan,
sedangkan bernilai 1 berarti terjadi ketidak merataan
pendapatan yang sempurna.
Pembangunan ekonomi yang diupayakan diharapkan
mampu mendorong kemajuan, baik fisik, sosial, mental dan
spiritual disegenap pelosok negeri terutama wilayah yang
tergolong daerah tertinggal. Suatu daerah dikategorikan
menjadi daerah tertinggal karena beberapa faktor penyebab,
yaitu: geografis, sumber daya alam, sumber daya manusia,

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


prasarana dan sarana, daerah rawan bencana dan konflik
sosial, dan kebijakan pembangunan. Keterbatasan
prasarana terhadap berbagai bidang termasuk didalamnya
kesehatan menyebabkan masyarakat didaerah tertinggal
mengalami kesulitan untuk melakukan aktivitas ekonomi
dan sosial.
Unit terkecil daerah tertinggal yang digunakan dalam
Strategi Nasional Percepatan Pembangunan Daerah
Tertinggal (STRANAS PPDT) adalah wilayah administrasi
kabupaten. Menurut definisinya, daerah tertinggal adalah
daerah kabupaten yang relatif kurang berkembang
dibandingkan daerah lain dalam skala nasional dan
berpenduduk relatif tertinggal. Penetapan kriteria daerah
tertinggal dilakukan dengan menggunakan pendekatan
berdasarkan pada perhitungan enam kriteria dasar yaitu:
perekonomian masyarakat, sumber daya manusia,
prasarana (infrastruktur), kemampuan keuangan lokal
(celah fiskal), aksesibilitasdan karakteristik daerah, serta
berdasarkan kabupaten yang berada didaerah pedalaman,
kepulauan (pulau kecil dan gugus pulau), perbatasan antar
negara, daerah rawan bencana dan daerah rawan konflik,
dan sebagian besar wilayah daerah pesisir.

Gambar 2.4
DAMPAK PERTUMBUHAN EKONOMI
TERHADAP JUMLAH PENGURANGAN PENDUDUKMISKIN
KABUPATEN BOMBANA TAHUN 2018
Page | 14

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


Sumber : BPS Prov. Sultra, 2018

Kabupaten Bombana terletak dikuadran III dengan rata-


rata pertumbuhan ekonomi dan pengurangan kemiskinan
dibawah rata-rata provinsi (lowgrowth,lesspro- poor).
Kinerja pembangunan daerah tersebut menegaskan bahwa
pemerintah daerah harus bekerja keras untuk mendorong
percepatan pembangunan ekonomi melalui peningkatan
produkvititas sektor atau kegiatan ekonomi yang mampu
menyerap tenaga kerja secara lebih besar dari golongan
miskin. Selain itu, pemerintah daerah juga dituntut untuk
meningkatkan efektivitas dan efisiensi berbagai kebijakan
dan program pengurangan kemiskinan.
Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal (KPDT
menetapkan 122 Kabupaten sebagai daerah tertinggal
dengan Peraturan Presiden (perpres) Nomor 131/2015
tentang Penetapan Daerah Tertinggal Tahun 2015–
2019.Kabupaten Bombana menjadi salah satu kabupaten
dari 122 kabupaten tertinggal yang menjadi prioritas KPDT
dalam pembangunan. Dalam Perpres disebutkan, daerah
tertinggal yakni daerah kabupaten yang wilayah serta
masyarakatnya kurang berkembang dibandingkan dengan
daerah lain dalam skala nasional.
Suatu daerah ditetapkan sebagai daerah tertinggal
berdasarkan kriteria:
a) Perekonomian masyarakat;
b) Sumber daya manusia;
c) Sarana dan prasarana;
d) Kemampuan keuangan daerah;
e) Aksesibilitas; dan
f) karakteristik daerah.
Page | 15

Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal dalam


melakukan evaluasi setiap tahunnya akan melibatkan
Kementrian/Lembaga terkait termasuk Kementerian
Kesehatan.

C. KEADAAN PENDIDIKAN

Pendidikan merupakan bagian dari kebudayaan dan


peradaban manusia yang terus berkembang. Hal ini sejalan
dengan karakter manusia yang memiliki potensi kreatif dan
inovatif dalam segala bidang kehidupan. Kondisi pendidikan
merupakan salah satu indikator yang kerap ditelaah dalam
mengukur tingkat pembangunan manusia suatu negara.
Melalui Pengetahuan, pendidikan berkontribusi terhadap
perubahan perilaku kesehatan. Pengetahuan yang

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


dipengaruhi oleh tingkat pendidikan merupakan salah satu
faktor yang berperan dalam mempengaruhi keputusan
seseorang untuk berprilaku sehat.
Pendidikan memiliki peran penting dalam proses
pembangunan. Laju perubahan sebagai akibat dari
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi harus
disejajarkan dengan penyediaan sumber daya manusia yang
berkualitas. Pendididkan kemudian menjadi pelopor utama
dalam rangka penyiapan sumber daya manusia. Pendidikan
merupakan salah satu aspek pembangunan yang
merupakan syarat mutlak untuk mewujudkan tujuan
pembangunan nasional. Dalam upaya peningkatan peran
pendidikan dalam pembangunan, maka kualitas pendidkan
harus ditingkatkan. Beberapa program pemerintah telah
diupayakan sebagai sebuah alternatif dalam rangka
menyiapkan dan dan meningkatkan mutu pendidikan,
sebagai contoh adalah dari program wajib belajar 9 tahun.
Pembangunan merupakan proses yang berkesinambungan
yang mencakup seluruh aspek kehidupan masyarakat,
termasuk aspek sosial, ekonomi, politik dan kultural,
dengan tujuan utama meningkatkan kesejahteraan warga
bangsa serta keseluruhan. Dalam proses pembangunan
tersebut peranan pendidikan sangat strategis. Pendidikan
merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan
kecerdasan atau keterampilan manusia. Kualitas sumber
daya manusia tercermin dari kualitas pendidikan. Dengan
demikian program pendidikan mempunyai andil besar
tehadap kemajuan sosial ekonomi. Partisipasi penduduk
bersekolah disajikan dalam persentase penduduk berumur
5 tahun ke atas yang tidak/belum pernah sekolah, masih
sekolah dan tidak sekolah lagi.
Kemampuan membaca dan menulis merupakan
keterampilan dasar yang dibutuhkan oleh penduduk untuk
Page | 16

menuju kehidupan yang lebih sejahtera. Kemampuan


membaca dan menulis tercermin dari angka melek huruf
dan angka buta huruf. Angka buta huruf berkorelasi dengan
angka kemiskinan. Sebab, penduduk yang tidak dapat
membaca secara tidak langsung mendekatkan mereka pada
kebodohan, sedangkan kebodohan itu sendiri mendekatkan
mereka pada kemiskinan.
Indikator pendidikan lainnya adalah Angka Melek Huruf
(AMH) yaitu persentase penduduk berumur 15 tahun keatas
yang dapat membaca dan menulis serta mengerti sebuah
kalimat sederhana dalam hidupnya sehari-hari. Penggunaan
AMH adalah untuk:
1. Mengukur keberhasilan program-program
pemberantasan buta huruf, terutama didaerah pedesaan
yang masih tinggi jumlah penduduk yang tidak pernah
bersekolah atau tidak tamat SD;

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


2. Menunjukkan kemampuan penduduk disuatu wilayah
dala menyerap informasi dari berbagai media;
3. Menunjukkan kemampuan untuk berkomunikasi secara
lisan dan tertulis.
Sehingga angka melek huruf berdasarkan kabupaten
mencerminkan potensi perkembangan intelektual sekaligus
kontribusi terhadap pembangunan daerah. Semakin besar
angka melek huruf diharapkan dapat mengurangi tingkat
kemiskinan sehingga tingkat kesejahteraan dapat semakin
meningkat.Presentase penduduk usia 15 tahun ke atas yang
melek huruf dan ijazah tertinggi yang diperoleh di
Kabupaten Bombana pada tahun 2018 dapat dilihat pada
tabel berikut :

Tabel 2.4
PRESENTASE PENDUDUK USIA 10 TAHUN KE ATAS YANG MELEK
HURUFDAN IJAZAH TERTINGGI YANG DIPEROLEH
KABUPATEN BOMBANA TAHUN 2018

JUMLAH PERSENTASE
LAKI- LAKI-
NO VARIABEL LAKI- LAKI+ LAKI- LAKI+
PEREM PEREM
LAKI PEREMP LAKI PEREM
PUAN PUAN
UAN PUAN
1 2 3 4 5 6 7 8
PENDUDUK BERUMUR
1 76,800 74,505 151,305
15 TAHUN KE ATAS
PENDUDUK BERUMUR
2 15 TAHUN KE ATAS 46,179 44,391 90,570 76.8 74.6 75.7
YANG MELEK HURUF
Page | 17
PERSENTASE
3 PENDIDIKAN TERTINGGI
YANG DITAMATKAN:
a. TIDAK MEMILIKI
26,347 21,744 48,091 36.5 40.2 43.8
IJAZAH SD
b. SD/MI 20,971 20,035 41,006 33.7 34.3 34.9
c. SMP/ MTs 9,827 9,140 18,967 15.4 15.9 16.4
d. SMA/ MA 13,137 11,277 24,414 18.9 20.4 21.9
e. SEKOLAH MENENGAH
0 0 0 0.0 0.0 0.0
KEJURUAN
f. DIPLOMA I/DIPLOMA
1,063 805 1,868 1.4 1.6 1.8
II
g. AKADEMI/DIPLOMA III 0 0 0 0.0 0.0 0.0
h. S1/DIPLOMA IV 2,849 2,598 5,447 4.4 4.6 4.7
i. S2/S3
132 120 252 0.2 0.2 0.2
(MASTER/DOKTOR)

Sumber : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kab. Bombana, 2018

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


Angka Partisipasi Sekolah (APS) didefinisikan sebagai
perbandingan antara jumlah murid kelompok usia sekolah
tertentu yang bersekolah pada berbagai jenjang pendidikan
dengan penduduk kelompok usia sekolah yang sesuai dan
dinyatakan dalam persentase. Indikator ini digunakan
untuk mengetahui banyaknya anak usia sekolah yang masih
bersekolah disemua jenjang pendidikan. APS dari BPS
secara umum dikategorikan menjadi 3 kelompok umur,
yaitu 7-12 tahun mewakili umur setingkat SD, 13-15 tahun
mewakili umur setingkat SMP/MTs, dan 16-18 tahun
mewakili umur setingkat SMA/SMK. Makin tinggi APS
berarti makin banyak anak usia sekolah yang bersekolah
pada suatu daerah. Berdasarkan angka ini dapat ditarik
kesimpulan bahwa semakin tinggi jenjang pendidikan,
semakin rendah APS.
Untuk memahami dan melakukan analisis tentang kondisi
pendidikan di Indonesia, dapat menggunakan dua indikator
tentang partisipasi sekolah. Terdapat dua ukuran partisipasi
sekolah yangutama, yaituAngka Partisipasi Kasar (APK) dan
Angka Partisipasi Murni (APM). Kedua pengukuran tersebut
mengukur partisipasi usia sekolah oleh sektor pendidikan.
Perbedaan diantara keduanya adalah penggunaan kelompok
usia “standar” disetiap jenjang pendidikan. Usia standar
yang dimaksud adalah rentang usia yang dianjurkan
pemerintah dan umum dipakai untuk setiap jenjang
pendidikan.
APK adalah rasio jumlah siswa, berapapun usianya, yang
sedang sekolah ditingkat pendidikan tertentu terhadap
jumlah penduduk kelompok usia yang berkaitan dengan
jenjang pendidikan tertentu. APK menunjukkan tingkat
partisipasi penduduk secara umum di suatu jenjang
pendidikan. APK merupakan indikator yang paling
sederhana untuk mengukur daya serap penduduk usia
Page | 18

sekolah di masing-masing jenjang pendidikan. Hasil


perhitungan APK ini digunakan untuk mengetahui
banyaknya anak yang bersekolah disuatu jenjang
pendidikan tertentu pada wilayah tertentu. Semakin tinggi
APK berarti semakin banyak usia sekolah yang bersekolah
disuatu jenjang pendidikan pada suatu wilayah.
APK membagi jumlah siswa dengan tingkat pendidikan
tanpa menggunakan batasan kelompok umur. Kondisi ini
memungkinkan nilai APK yang melebihi 100%, hal ini sering
terjadi pada jenjang pendidikan SD/MI. Nilai diatas 100% ini
terjadi karena masih banyak penduduk dengan kelompok
usia dibawah 7 tahun yang sudah bersekolah ditingkat
sekolah dasar, atau penduduk yang berusia lebih dari 12
tahun yang masih bersekolah pada tingkat SD/MI.
Nilai APK ini kurang bagus untuk mencerminkan kondisi
pendidikan, karena memasukkan semua penduduk dalam

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


jenjang pendidikan tanpa dibatasi dengan kelompak umur
yang sesuai dengan pendidikannya. Sehingga diperlukan
indikator yang lebih mencerminkan partisipasi sekolah yaitu
APM.
APM didefinisikan sebagai Perbandingan antara jumlah
siswa kelompok usia sekolah pada jenjang pendidikan
tertentu dengan penduduk usia sekolah yang sesuai dengan
usianya dan dinyatakan dalam persentase. Indikator APM
digunakan untuk mengetahui banyaknya anak usia sekolah
yang bersekolah pada suatu jenjang pendidikan yang sesuai
dengan usianya. Semakin tinggi APM berarti banyak anak
usia sekolah yang bersekolah di suatu daerah. Jika
dibandingkan APK, APM merupakan indikator pendidikan
yang lebih baik Karena APM melihat partisipasi penduduk
kelompok usia standar dijennjang pendidikan yang sesuai
dengan standar tersebut.

D. ANGKA HARAPAN HIDUP

Jumlah penduduk Kabupaten Bombana pada Tahun


2018 sebesar 180.035 jiwa terdiri dari 91.022 jiwa laki-laki
dan 89.013 jiwa perempuan. Kabupaten Bombana tergolong
struktur penduduk muda dengan masih banyak penduduk
yang berumur 0-14 tahun sebesar 34% dan juga ditopang
oleh penduduk usia produktif 15-59 tahun sebanyak 61%
merupakan potensi besar Kabupaten Bombana untuk
membangun lebih maju. Selain itu jumlah penduduk usia
tua juga menjadi perhatian bagi kebijakan pemerintah
dalam menangani usia lanjut karena pada tahun 2018
jumlah penduduk lanjut usia (˃ 60 tahun) juga mengalami
peningkatan karena umur harapan hidup semakin tinggi
yaitu 67,92 Tahun 2017 dengan capaiannya 67,82 tahun
Page | 19

2017 dan angka harapan hidup tahun 2018 yaitu 68,23


tahun.
Angka Harapan Hidup merupakan alat untuk
mengevaluasi kinerja pemerintah dalam meningkatkan
kesejahteraan penduduk pada umumnya, dan
meningkatkan derajat kesehatan khususnya. Selain itu,
AHH juga menjadi salah satu indikator yang digunakan
untuk menghitung indeks Pembangunan Manusia (IPM).
AHH yaitu rata-rata jumlah tahun yang akan dijalani
seseorang sejak orang tersebut lahir.

Gambar 2.5
TARGET ANGKA HARAPAN HIDUP (AHH)
SESUAI TARGET RPJMD KABUPATEN BOMBANA TAHUN 2017-2022

70.5

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


70
70

69.5 69.16
69 68.75
68.54
68.5 68.17
67.92 67.82
68

67.5

67

66.5
2017 Capaian 2018 2019 2020 2021 2022
AHH
2017

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Bombana, 2018


E. INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terdiri atas tiga


komponen utama yaitu kesehatan, pendidikan, dan
pendapatan. Komponen kesehatan diukur dari Angka
Harapan Hidup (AHH), sedangkan pendidikan ada dua
komponen yaitu Harapan Lama Sekolah dan Rata-rata Lama
Sekolah. Sementara komponen pendapatan diukur dari
konsumsi riil per kapita (dalam rupiah). Berdasarkan rata-
rata ketiga indeks yang menjadi penyusun IPM, diperoleh
nilai IPM Kabupaten Bombana pada tahun 2018 sebesar
65,04. Dari tahun ketahun, nilai IPM Kabupaten Bombana
terus mengalami kenaikan, hal ini mengindikasikan bahwa
terjadi perbaikan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM).
Nilai IPM Kabupaten Bombana termasuk dalam kategori
menengah (50 < IPM < 80).
Page | 20
Tabel 2.5
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Bombana
Tahun 2010-2018

Pengeluaran
Rata-
Angka Perkiraan Perkapita Indeks
Rata
Harapan Lama yang Pembangunan
Tahun Lama
Hidup Sekolah Disesuaikan Manusia
Sekolah
(Tahun) (Tahun) (Ribuan (IPM)
(Tahun)
Rp/bulan)
2010 67,11 6,61 10,51 6.661,70 59,85
2011 67,26 7,80 11,06 6.720,96 60,84
2012 67,42 6,98 11,62 6.780,74 61,82
2013 67,55 7,21 11,68 7.172,55 62,82
2014 67,62 7,50 11,76 7.236,35 63,38

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


2015 67,62 7,51 11,79 7.392,41 63,65
2016 67,72 7,52 11,80 7.607,00 64,02
2017 67,82 7,53 11,81 7.908,00 64,49
2018 68,17 7,54 11,82 8.190,00 65,04

Sumber: BPS Kab. Bombana, 2018.

Sarana Kesehatan merupakan salah satu factor pendukung


pelayanan kesehatan. pada bab sarana kesehatan akan
menyajikan tentang Sarana Kesehatan,Akses dan Mutu
Pelayanan Kesehatan dan Upaya kesehatan bersumberdaya
masyarakat (UKBM).

A. SARANA KESEHATAN
Sarana Kesehatan yang di sajikan dalam bab ini meliputi
Rumah Sakit, Puskesmas dan Jaringannya.

1. Rumah Sakit
Ruang lingkup pembangunan kesehatan selain upaya
promotif dan preventif, di dalamnya juga terdapat
pembangunan kesehatan bersifat kuratif dan
Page | 21

rehabilitatif. Rumah Sakit (RS) merupakan pelayanan


kesehatan pada masyarakat yang utamanya
menyelenggarakan upaya kuratif dan rehabilitatif.
Rumah sakit juga berfungsi sebagai sarana pelayanan
kesehatan rujukan.
Sejak tahun 2011, berdasarkan kepemilikan, rumah
sakit dikelompokkan menjadi rumah sakit public dan
rumah sakit privat. Pengelompokan ini berdasarkan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
147/Menkes/PER/I/2010 tentang Perizinan Rumah
Sakit. Rumah sakit publik adalah rumah sakit yang
dikelola Pemerintah, Pemerintah Daerah dan Badan
Hukum yang bersifat nirlaba. Sedangkan rumah sakit
privat adalah rumah sakit yang dikelola oleh badan
hukum dengan tujuan profit yang berbentuk perseroan
terbatas atau persero. Jumlah rumah Sakit di Kabupaten

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


Bombana sampai tahun 2017 adalah 1 rumah sakit
daerah tipe D dengan nama RSUD Bombana dan 2
Rumah Sakit Pratama.

2. Puskesmas dan jaringannya


Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 75
Tahun 2014 tentang Puskesmas, merupakan unit
pelaksana teknis (UPT) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
yang bertanggung jawab menyelenggarakan
pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya.
Puskesmas memiliki fungsi sebagai : 1) Pusat
pembangunan berwawasan kesehatan; 2) Pusat
pemberdayaan Masyarakat; 3) Pusat pelayanan
kesehatan masyarakat primer; dan 4) Pusat pelayanan
kesehatan perorangan primer. Wilayah kerja Puskesmas
meliputi wilayah kerja administratif, yaitu satu wilayah
Kecamatan, atau beberapa desa/kelurahan di satu
wilayah kecamatan dan di setiap kecamatan harus ada
minimal satu unit Puskesmas. Dasar pertimbangan
untuk membangun dan menentukan wilayah kerja
Puskesmas antara lain faktor luas wilayah, kondisi
geografis, dan kepadatan penduduk.
Untuk mengetahui keterjangkauan penduduk terhadap
Puskesmas, salah satu indikator yang digunakan yaitu
rasio Puskesmas per 100.000 penduduk.
Dalam upaya peningkatan mutu kesehatan masyarakat
di Puskesmas, beberapa Puskesmas non perawatan telah
ditingkatkan statusnya menjadi Puskesmas perawatan.
Tahun 2018 jumlah Puskesmas Rawat Inap sebanyak 16
Puskesmas dan Puskesmas non Rawat Inap sebanyak 6
Puskesmas.
Puskesmas sebagai sarana pelayanan kesehatan pertama
dan terdepan dalam sistem pelayanan kesehatan
Page | 22

melaksanakan upaya kesehatan wajib dan upaya


kesehatan pengembangan. Upaya kesehatan wajib harus
diselenggarakan oleh setiap Puskesmas dan upaya
kesehatan pengembangan diselenggarakan sesuai
dengan masalah, kondisi, kebutuhan, kemampuan dan
inovasi serta kebijakan pemerintah daerah setempat.
Upaya kesehatan pengembangan di Puskesmas antara
lain Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergensi Dasar
(PONED), Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR),
Upaya kesehatan kerja, upaya kesehatan olahraga, dan
tatalaksana kasus Kekerasan terhadap Anak (KTA).
Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergensi Dasar
(PONED) yang dilaksanakan Puskesmas merupakan
upaya mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu
(AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) sebagai salah satu
target pencapaian MDGs 2017. Puskesmas PONED

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


bertujuan mendekatkan akses masyarakat kepada
pelayanan kegawatdaruratan obstetri dan neonatal
dasar.
Sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) tahun 2015-2019 serta dijabarkan
dalam indikator Rencana Strategis (Renstra) Kementerian
Kesehatan 2015-2019 telah ditetapkan target Puskesmas
PONED yaitu persentase Puskesmas rawat inap yang
mampu PONED dari tahun 2016 sampai dengan 2019.
Pada akhir tahun 2017 diharapkan 100% Puskesmas
rawat inap mampu PONED. Strategi dan kebijakan yang
diambil Kementerian Kesehatan RI dalam mencapai
target tersebut yaitu di masing-masing Kabupaten/Kota
minimal terdapat 4 Puskesmas PONED (mengacu standar
WHO). Sampai 2017 Kabupaten Bombana memilki 6
Puskesmas PONED antara lain Puskesmas Rumbia,
Puskesmas Lombakasih, Puskesmas Poleang Barat,
Puskesmas Poleang, Puskesmas Poleang Timur dan
Puskesmas Kabaena Timur.
Kebijakan pembangunan kesehatan ditujukan untuk
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi
seluruh masyarakat termasuk masyarakat pekerja.
Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
kesehatan menyebutkan bahwa upaya kesehatan kerja
ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat
dan terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh
buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan. Upaya kesehatan
kerja juga berlaku bagi setiap orang selain pekerja yang
berada di lingkungan tempat kerja dan juga bagi
kesehatan pada lingkungan Tentara Nasional Indonesia
baik darat, laut, maupun udara serta Kepolisian Republik
Indonesia.
Page | 23

Penyelenggaraan upaya kesehatan kerja di Puskesmas


merupakan bagian dari upaya pencapaian tujuan diatas
dan merupakan upaya pengembangan sesuai dengan
keadaan dan permasalahan yang ada di wilayah
Puskesmas atau spesifik lokal sehingga untuk saat ini
upaya kesehatan kerja lebih difokuskan pada Puskesmas
di kawasan industri. Upaya kesehatan kerja diharapkan
dapat diintegrasikan dalam pokok kegiatan yang wajib
dilaksanakan di Puskesmas. Puskesmas yang telah
dilatih tenaganya dalam program kesehatan kerja adalah
Puskesmas Rarowatu, Puskesmas Rarowatu Utara,
Puskesmas Rumbia dan Puskemas Mataoleo.
Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 menyatakan
tujuan upaya kesehatan olahraga yaitu meningkatkan
kesehatan dan kebugaran jasmani masyarakat sebagai
upaya dasar dalam meningkatkan prestasi belajar,

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


prestasi kerja dan prestasi olahraga melalui aktivitas
fisik, latihan fisik dan olahraga. Upaya kesehatan
olahraga lebih mengutamakan pendekatan preventif da
promotif tanpa mengabaikan pendekatan kuratif dan
rehabilitatif. Upaya kesehatan olahraga dapat
dilaksanakan di berbagai institusi pelayanan kesehatan
termasuk di Puskesmas.
Upaya kesehatan olahraga di Puskesmas meliputi
pembinaan dan pelayanan kesehatan olahraga.
Pembinaan kesehatan olahraga berupa pendataan
kelompok, pemeriksaan kesehatan dan penyuluhan
kesehatan olahraga, ditujukan pada kelompok olahraga
di sekolah, Posyandu usia lanjut, kelompok senam ibu
hamil, kelompok senam diabetes, kelompok senam
pencegahan osteoporosis, pembinaan kebugaran jasmani
jemaah calon haji, fitness center dan kelompok
olahraga/latihan fisik lain. Pelayanan kesehatan
olahraga antara lain konsultasi kesehatan olahraga,
pengukuran tingkat kebugaran jasmani, penanganan
cedera olahraga akut dan sebagai tim kesehatan pada
event olahraga.

Tabel 3.1
Jumlah Rumah Sakit, Puskesmas dan jaringannya
Di Kabupaten Bombana Tahun 2018

PEMILIKAN/PENGELOLA
FASILITAS
NO PEM. PEM. TNI/
KESEHATAN KEMENKES BUMN SWASTA JUMLAH
PROV KAB/KOTA POLRI
1 2 3 4 5 6 7 8 9
RUMAH SAKIT
RUMAH
1 0 0 1 0 0 0 1
SAKIT UMUM
RUMAH
2 SAKIT 0 0 0 0 0 0 0
KHUSUS
PUSKESMAS DAN JARINGANNYA
PUSKESMAS
1 0 0 16 0 0 0 16
RAWAT INAP
Page | 24
- JUMLAH
TEMPAT 0 0 107 0 0 0 107
TIDUR
PUSKESMAS
2 NON RAWAT 0 0 6 0 0 0 6
INAP
PUSKESMAS
3 0 0 20 0 0 0 20
KELILING
PUSKESMAS
4 0 0 19 0 0 0 19
PEMBANTU

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Bombana, 2018

B. AKSES DAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN


1. PELAYANAN KESEHATAN
Jumlah dan rasio tempat tidur rumah sakit terhadap
penduduk dapat digunakan untuk menggambarkan
kemampuan rumah sakit tersebut dalam memberikan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat, khususnya
dalam hal daya tamping pasien rawat inap yang berkaitan

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


dengan pelayanan kesehatan rujukan. Jumlah tempat
tidur pada RSUD Bombana menunjukkan kecendrungan
peningkatan dari 63 tempat tidur tahun 2015 menjadi 70
tempat tidur pada tahun 2016.Untuk mengetahui tingkat
pemanfaatan, mutu, dan efisiensi pelayanan di rumah
sakit maka ditentukan dengan indikator ALOS, TOI, BTO
dan BOR. Menurut Kemenkes RI (2005), ALOS adalah
rata-rata lama rawat seorang pasien. Indikator ini
disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga
dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila
diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal
yang perlu pengamatan yang lebih lanjut. Secara umum
nilai ALOS yang ideal antara 6-9 hari. TOI adalah rata-
rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari telah
diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini memberikan
gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur.
Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-
3 hari. BTO adalah frekuensi pemakaian tempat tidur
pada satu periode, berapa kali tempat tidur dipakai
dalam satu satuan waktu tertentu. Idealnya dalam satu
tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali.
Sedangkan BOR adalah prosentase pemakaian tempat
tidur pada satuan waktu tertentu. Indikator ini
memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat
pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Nilai parameter
BOR yang ideal adalah antara 60-85%. Untuk melihat
kinerja pelayanan di RSUD Bombana dapat dilihat pada
gambar di bawah ini:
Gambar 3.1
INDIKATOR KINERJA RSUD BOMBANA
TAHUN 2018
Page | 25

TOI (HARI) 6

BTO ( KALI) 43

ALOS (HARI) 3

BOR (%) 30

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


0 10 20 30 40 50

Sumber : RSUD Bombana, 2018

2. Ketersediaan Obat dan Vaksin


Obat merupakan salah satu komponen yang tak
tergantikan dalam pelayanan kesehatan. Akses terhadap
obat terutama obat esensial merupakan salah satu hak
asasi manusia. Dengan demikian penyediaan obat
esensial merupakan kewajiban bagi pemerintah dan
institusi pelayanan kesehatan baik publik maupun
privat. Sebagai komoditi khusus, semua obat yang
beredar harus terjamin keamanan, khasiat dan mutunya
agar dapat memberikan manfaat bagi kesehatan. Oleh
karena itu salah satu upaya yang dilakukan untuk
menjamin mutu obat hingga diterima konsumen adalah
menyediakan sarana penyimpanan obat dan alat
kesehatan yang dapat menjaga keamanan secara fisik
serta dapat mempertahankan kualitas obat disamping
tenaga pengelola yang terlatih.
Instalasi farmasi merupakan unit pengelola perbekalan
kefarmasian dan alat kesehatan yang ada di tingkat
provinsi dan kabupaten/kota, sebagai sarana pengadaan,
penerimaan, penyimpanan, pendistribusian,
pengendalian, administrasi dan pelaporan serta evaluasi
yang diperlukan bagi kegiatan pelayanan kefarmasian.
Persentase Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota sesuai
standar merupakan salah satu indikator dalam Rencana
Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan Tahun 2015-
2019.
Salah satu kebijakan pelaksanaan dalam Program Obat
dan Perbekalan Kesehatan adalah pengendalian obat dan
perbekalan kesehatan diarahkan untuk menjamin
Page | 26

keamanan, khasiat dan mutu sediaan farmasi dan alat


kesehatan. Hal ini bertujuan untuk melindungi
masyarakat dari bahaya yang disebabkan oleh
penyalahgunaan sediaan farmasi dan alat kesehatan
atau penggunaannya di masyarakat. Untuk sarana
produksi dan distribusi di Kabupaten Bombana sampai
tahun 2018 terdiri dari 1 Instalasi Farmasi Kabupaten
dan 28 Apotik.
Kebijakan Pemerintah terhadap peningkatan akses obat
telah ditetapkan antara lain dalam Undang-Undang
Nomor 36 Tahun 2009, tentang Kesehatan, Sistem
Kesehatan Nasional (SKN), dan Kebijakan Obat Nasional
(KONAS). Dalam upaya pelayanan kesehatan,
ketersediaan obat dalam jenis yang lengkap, jumlah yang
cukup, terjamin khasiatnya, aman, efektif, dan bermutu
dengan harga terjangkau serta mudah diakses adalah

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


sasaran yang harus dicapai.
Didalam Renstra Kementerian Kesehatan Tahun 2015-
2019, dinyatakan bahwa sasaran hasil program
kefarmasian dan alat kesehatan adalah meningkatnya
sediaan farmasi dan alat kesehatan yang memenuhi
standar dan terjangkau oleh masyarakat. Indikator
tercapainya sasaran hasil tersebut pada tahun 2018
yaitu persentase ketersediaan obat dan vaksin sebesar
100%. Untuk mencapai sasaran hasil tersebut, salah
satu kegiatan yang dilakukan yaitu peningkatan
ketersediaan obat esensial generik di sarana pelayanan
kesehatan dasar.
Dalam rangka mencapai tujuan tersebut dibutuhkan
data manajemen pengelolaan obat public dan perbekalan
kesehatan dari tiap provinsi yang dititikberatkan kepada
ketersediaan obat esensial generik di seluruh wilayah
Indonesia.
Pemantauan ketersediaan obat digunakan untuk
mengetahui kondisi tingkat ketersediaan obat diberbagai
unit sarana kesehatan seperti Instalasi Farmasi
Kabupaten/Kota dan Puskesmas. Kegiatan ini dilakukan
untuk mendukung pemerintah pusat dan daerah dalam
rangka menentukan langkah-langkah kebijakan yang
akan diambil di masa yang akan datang. Di era otonomi
daerah, pengelolaan obat merupakan salah satu
kewenangan yang diserahkan ke kabupaten/kota,
akibatnya sulit bagi pemerintah pusat untuk mengetahui
kondisi ketersediaan obat di seluruh Indonesia. Dengan
tidak adanya laporan secara periodik yang dikirim oleh
provinsi, maka relative sulit bagi pemerintah pusat
untuk menentukan langkah-langkah yang harus
dilakukan. Adanya data ketersediaan obat di provinsi
atau kabupaten/kota akan mempermudah penyusunan
Page | 27

prioritas bantuan maupun intervensi program di masa


yang akan datang.
Untuk mendapatkan gambaran ketersediaan obat dan
vaksin di Indonesia, dilakukan pemantauan
ketersediaan obat dan vaksin. Obat yang dipantau
ketersediaannya merupakan obat indikator yang
digunakan untuk pelayanan kesehatan dasar dan obat
yang mendukung pelaksanaan program kesehatan.
Adapun Persentase Ketersediaan obat dan vaksin di
Kabupaten Bombana tahun 2018 yang tersedia dapat
dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 3.2

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


PRESENTASE KETERSEDIAAN OBAT DAN VAKSIN
KABUPATEN BOMBANA TAHUN 2018

KETERSEDIAAN OBAT &


NO KECAMATAN PUSKESMAS
VAKSIN ESENSIAL*
1 2 3 4
1 RUMBIA RUMBIA V
2 RUMBIA TENGAH RUMBIA TENGAH V
3 MATAOLEO MATAOLEO V
4 MASALOKA RAYA MASALOKA RAYA V
5 RAROWATU RAROWATU V
6 RAROWATU UTARA RAROWATU UTARA V
7 LANTARI JAYA LOMBAKASIH V
8 MATAUSU MATAUSU V
9 POLEANG TIMUR POLEANG TIMUR V
10 POLEANG UTARA POLEANG UTARA V
11 POLEANG TENGGARA POLEANG TENGGARA V
12 POLEANG SELATAN POLEANG SELATAN V
13 TONTONUNU TONTONUNU V
14 POLEANG TENGAH POLEANG TENGAH V
15 POLEANG POLEANG V
16 POLEANG BARAT POLEANG BARAT V
17 KABAENA KABAENA V
18 KABAENA BARAT KABAENA BARAT V
19 KABAENA SELATAN KABAENA SELATAN V
20 KABAENA UTARA KABAENA UTARA V
21 KABAENA TIMUR KABAENA TIMUR V
22 KABAENA TENGAH KABAENA TENGAH V
JUMLAH PUSKESMAS YANG MEMILIKI 80% OBAT DAN VAKSIN
22
ESENSIAL
JUMLAH PUSKESMAS YANG MELAPOR 22
% PUSKESMAS DENGAN KETERSEDIAAN OBAT & VAKSIN
100%
ESENSIAL

Sumber : Instalasi Farmasi Kab. Bombana, 2018

C. UPAYA KESEHATAN BERSUMBERDAYA MASYARAKAT


(UKBM)
Page | 28

Dalam mewujudkan masyakat sehat, diperlukan


kesadaran setiap anggota masyarakat akan pentingnya
perilaku sehat, berkeinginan, serta berdaya untuk hidup
sehat. Masyarakat bersinergi membangun kondisi
lingkungan yang kondusif untuk hidup sehat. Langkah
tersebut tercermin dalam pengembangan sarana Upaya
Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) di desa
dan kelurahan, seperti adanya Pos Kesehatan Desa
(Poskesdes) dan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu).
Jumlah posyandu di Kabupaten Bombana tahun 2017
sebanyak 256 posyandu dan tahun 2018 sebanyak 248
Posyandu, di tahun 2018 mengalami penurunan
sebanyak 8 Posyandu karena Posyandu tersebut
mengalami kerusakan dan tidak dapat di gunakan
sebagaimana mestinya.
UKBM yang ada di desa dan kelurahan menjadi ciri khas

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


bahwa desa dan kelurahan tersebut telah menjadi Desa
dan Kelurahan Siaga Aktif. Dinyatakan demikian karena
penduduk di desa dan kelurahan tersebut dapat
mengakses dengan mudah pelayanan kesehatan dasar
dan mengembangkan UKBM serta melaksanakan
survailans berbasis masyarakat (pemantauan penyakit,
kesehatan ibu dan anak, gizi, lingkungan dan perilaku),
kedaruratan kesehatan dan penanggulangan bencana,
serta penyehatan lingkungan sehingga masyarakatnya
menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS).Dari 143 desa/kelurahan di Kabupaten
Bombana, sampai 2018 jumlah desa/keluarahan siaga
sebanyak 140 desa/kelurahan atau 97,90%.
Poskesdes merupakan UKBM yang dibentuk di desa
untuk mendekatkan pelayanan kesehatan dasar bagi
masyarakat desa sehingga mempermudah akses
masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dasar.
Kegiatan utama Poskesdes yaitu pelayanan kesehatan
bagi masyarakat desa berupa pelayanan kesehatan ibu
hamil, pelayanan kesehatan ibu menyusui, pelayanan
kesehatan anak, pengamatan dan kewaspadaan dini
(surveilans penyakit, surveilans gizi, surveilans perilaku
berisiko, surveilans lingkungan dan masalah kesehatan
lainnya), penanganan kegawatdaruratan kesehatan serta
kesiapsiagaan terhadap bencana. Poskesdes merupakan
pendorong dalam menumbuhkembangkan terbentuknya
UKBM lain di masyarakat serta meningkatkan partisipasi
masyarakat dan kemitraan dengan berbagai pemangku
kepentingan terkait. Jumlah poskesdes dan Polindes
sampai tahun 2018 di Kabupaten Bombana meningkat
menjadi 84 yang dibangun dari berbagai sumber
pembiayaan antara lain DAK, APBD, DHS1-ADB dan
PNPM.
Page | 29

Posyandu merupakan salah satu bentuk UKBM yang


dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan
bersama masyarakat, untuk memberdayakan dan
memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam
memperoleh pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat
terutama ibu, bayi dan anak balita. Dalam menjalankan
fungsinya Posyandu diharapkan dapat melaksanakan 5
program prioritas yaitu kesehatan ibu dan anak, keluarga
berencana, imunisasi, gizi serta pencegahan dan
penanggulangan diare.

Tabel 3.2
Jumlah Posyandu di kabupaten Bombana
Tahun 2018

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


STRATA POSYANDU
NO KECAMATAN
PRATAMA MADYA PURNAMA MANDIRI JUMLAH
1 2 4 6 8 10 12
1 RUMBIA 0 11 1 0 12
2 RUMBIA TENGAH 0 9 0 0 9
3 MATAOLEO 3 12 0 0 15
4 MASALOKA RAYA 1 5 0 0 6
5 RAROWATU 0 14 0 0 14
6 RAROWATU UTARA 1 2 4 2 9
7 LANTARI JAYA 2 4 7 0 13
8 MATAUSU 0 0 5 0 5
9 POLEANG TIMUR 8 7 0 0 15
10 POLEANG UTARA 0 3 10 0 13
11 POLEANG TENGGARA 0 7 4 3 14
12 POLEANG SELATAN 5 2 4 0 11
13 TONTONUNU 0 5 5 0 10
14 POLEANG TENGAH 0 3 4 0 7
15 POLEANG 0 10 6 3 19
16 POLEANG BARAT 0 6 11 0 17
17 KABAENA 0 0 5 0 5
18 KABAENA BARAT 9 4 0 0 13
19 KABAENA SELATAN 2 4 0 0 6
20 KABAENA UTARA 4 7 0 0 11
21 KABAENA TIMUR 14 0 0 0 14
22 KABAENA TENGAH 0 9 1 0 10

JUMLAH (KAB/KOTA) 49 124 67 8 248

RASIO POSYANDU PER 100 BALITA 1.15

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


Page | 30

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


A. TENAGA KESEHATAN

Pembangunan kesehatan berkelanjutan


membutuhkan tenaga kesehatan yang memadai, baik dari
segi jenis, jumlah maupun kualitas. Untuk menghasilkan
tenaga kesehatan yang berkualitas tentu saja dibutuhkan
proses pendidikan yang berkualitas pula. Kementerian
Kesehatan RI merupakan institusi dari sektor pemerintah
yang berperan di dalam penyediaan tenaga kesehatan yang
berkualitas tersebut.

Amanat Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009,


tentang Kesehatan pada pasal 21 menyebutkan bahwa
Pemerintah mengatur perencanaan, pengadaan,
pendayagunaan, pembinaan, dan pengawasan mutu
tenaga kesehatan dalam rangka penyelenggaraan
pelayanan kesehatan. Dalam Peraturan Presiden nomor 72
Tahun 2012, tentang Sistem Kesehatan Nasional dijelaskan
bahwa untuk melaksanakan upaya kesehatan dalam
rangka pembangunan kesehatan diperlukan sumber daya
manusia kesehatan yang mencukupi dalam jumlah, jenis
dan kualitasnya serta terdistribusi secara adil dan merata.

Sejarah panjang dalam perkembangan SDM


kesehatan telah memberikan warna tersendiri bagi
kemandirian suatu profesi. Tidak dapat dipungkiri, profesi
tertua dibidang kesehatan adalah kedokteran yang diikuti
dengan hadirnya profesi kesehatan lainnya seperti perawat,
bidan, dan jenis tenaga kesehatan yang lain.
Page | 31

Beberapa macam jenis tenaga kesehatan dan


profesinya, antara lain:

➢ Tenaga medis (dokter dan dokter gigi),


➢ Tenaga Keperawatan (perawat dan bidan),
➢ Tenaga kefarmasian (apoteker, analis farmasi, dan
asisten apoteker),
➢ Tenaga kesehatan masyarakat (epidemiolog
kesehatan, entomolog kesehatan, mikrobiolog
kesehatan, penyuluh kesehatan, administrator
kesehatan, dan sanitarian),
➢ Tenaga gizi (nutrisionis dan dietisien),
➢ Tenaga keterapian fisik (fisioterapis, okupasiterapis,
dan terapis wicara)
➢ Tenaga keteknisian medis (radiografer, radioterapis,
teknisi gigi, teknisi elektromedis, analis kesehatan,

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


refraksionis optisien, otorik prostetik, teknisi
transfusi, dan perekam medis).

SDM kesehatan dapat dikatakan merupakan


“jantung” dari Sistem Kesehatan Nasional (SKN). Namun,
tanpa adanya tenaga yang menjadi penggerak dan
melayani, maka pilar-pilar yang lain dalam SKN menjadi
tidak berjalan, begitu juga sebaliknya.

Untuk mendapatkan gambaran mengenai jumlah,


jenis, dan kualitas, serta penyebaran tenaga kesehatan di
seluruh wilayah Indonesia dilakukan pengumpulan data
pada sarana pelayanan kesehatan, baik di wilayah Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota maupun Dinas Kesehatan
Provinsi. Pengumpulan data tenaga kesehatan tidak
terbatas pada tenaga kesehatan yang berstatus PNS Pusat,
tetapi juga termasuk yang berstatus PNS Daerah, PTT,
TNI/POLRI, dan Swasta. Metode pengumpulan data yang
digunakan melalui mekanisme pemutakhiran data secara
berjenjang mulai dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota,
kemudian Dinas Kesehatan Provinsi dan secara nasional
dikelola oleh Badan PPSDMK melalui sistem Informasi
SDMK.

Salah satu unsur yang berperan dalam percepatan


pembangunan kesehatan adalah tenaga kesehatan yang
bertugas di sarana pelayanan kesehatan di
masyarakat.Puskesmas yang merupakan ujung tombak
dalam pelayanan kesehatan masyarakat, kinerjanya sangat
dipengaruhi ketersediaan sumber daya manusia yang
dimiliki, terutama ketersediaan tenaga kesehatan.
Page | 32

Pemenuhan tenaga kesehatan di pelayanan kesehatan


terutama puskesmas dan jaringannya di daerah
terpencil/sangat terpencil, tertinggal, perbatasan dan
kepulauan (DPTK), daerah bermasalah kesehatan (DTPK),
daerah bermasalah kesehatan (DBK) antara lain diisi
melalui pengangkatan Pegawai Tidak Tetap (PTT) dan
Penugasan Khusus.

Kontribusi pemenuhan tenaga kesehatan dengan


status PTT terdiri dari dokter umum, dokter gigi dan bidan
di Kabupaten Bombana cukup besar pengaruhnya dalam
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dalam rangka
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Salah satu unsur yang mempercepat pembangunan


kesehatan adalah tenaga kesehatan yang bertugas di

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


sarana pelayanan kesehatan di masyarakat. Untuk melihat
rasio tenaga kesehatan dapat dilihat pada gambar di bawah
ini.

Gambar 4.1
RASIO TENAGA KESEHATAN TERHADAP PENDUDUK
KABUPATEN BOMBANA TAHUN 2018

Rasio Dokter
(spesialis+umum) per
100.000 penduduk

6
Rasio Dokter Gigi
20 (termasuk Dokter Gigi
Spesialis) per 100.000
penduduk
176 128
Rasio Bidan per
100.000 penduduk

Rasio Perawat per


100.000 penduduk

Sumber : Seksi SDMK, 2018


Page | 33

Pada tahun 2017 jumlah seluruh dokter sebanyak 61


orang dan di tahun 2018 mengalami penurunan dengan
jumlah dokter sebanyak 46 0rang, ini disebabkan karena
ada yang melanjutkan pendidikan dan ada juga yang pindah
tugas dan untuk jumlah perawat dan bidan mengalami
peningkatan, yaitu jumlah perawat di tahun 2017 yaitu
sebanyak 283 orang dan di tahun 2018 sebanyak 317 orang
adapun tenaga Bidan di tahun 2017 sebanyak 184 orang
dan di tahun 2018 sebanyak 231 orang.

Tenaga Kesehatan lainnya seperti Tenaga Kefarmasian


juga mengalami kenaikan di tahun 2017 Jumlah Tenaga
Kefarmasian sebanayak 43 orang dan di tahun 2018
sebanyak 53 orang yaitu Tenaga Teknis Kefarmasian dan
Apoteker, Tenaga Kesehatan Masyarakat tahun 2017
sebanyak 82 orang dan di tahun 2018 sebanyak 93 0rang ini

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


sudah termasuk Tenaga Kesehatan Masyarakat dan
Kesehatan Lingkungan, dan tenaga Gizi tahun 2017
sebanyak 35 orang dan tahun 2018 sebanyak 36 orang.
semua itu sudah termasuk tenaga PNS, PTT, Perawat Desa
dan Tim Nusantara Sehat. Dengan demikin maka perlu
adanya penambahan jumlah tenaga medis terutama tenaga
dokter agar derajat kesehatan di Kabupaten Bombana dapat
di tingkatkan.

Pemenuhan SDM Kesehatan di Kabupaten Bombana


perlu di lakukan karena masih kurangnya Tenaga
Kesehatan yang ada di Puskesmas dan Jaringannya
terutama Tenaga Medis seperti Dokter, Dokter Gigi, Perawat
dan Bidan serta Tenaga Kesehatan lainnya. Tenaga
Kesehatan ini masih sangat di butuhkan oleh Puskesmas
dan Jaringannya teruatama yang berada di Wilayah
Terpencil /Sangat Terpencil dan Wilayah Kepulauan.

B. TENAGA KESEHATAN DI PUSKESMAS


Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75
Tahun 2014 tenkang Pusat Kesehatan Msyarakat,
Puskesmas adalah fasilitas kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya
kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk
mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya diwilayah kerjanya. Untuk mendukung fungsi dan
tujuan puskesmas diperlukan sumberdaya manusia
kesehatan baik tenaga kesehatan maupun tenaga
penunjang kesehatan.
Pada peraturan yang sama di pasal 16 ayat 3 disebut
bahwa minimal tenaga kesehatan di puskesmas terdiri dari
dokter atau dokter layanan primer, dokter gigi perawat,
Page | 34

bidan, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga kesehatan


lingkungan, ahli teknologi laboratorium medik, tenaga gizi
dan tenaga kefarmasian. Sedangkan tenaga penunjang
kesehatan harus dapat mendukung kegiatan
ketatausahaan, administrasi keuangan, system informasi,
dan kegiatan operasional lainnya.

Gambar 4.2
JUMLAH SUMBERDAYA MANUSIA KESEHATAN DI PUSKESMAS
KABUPATEN BOMBANA TAHUN 2018

250

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


200

150

100

50

0
Tenaga
Ahli
Tenaga Penunja
Dokter Dokter Tenaga Tenaga Tenaga Laborat
Perawat Bidan Kefarm ng
Umum Umum Kesmas Kesling Gizi orium
asian Kesehat
Medik
an
jumlah 17 8 223 186 29 15 26 27 15 11

Sumber : Seksi SDMK, 2018

C. TENAGA KESEHATAN DI RUMAH SAKIT


Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56
Tahun 2014 tentang klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit,
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara
paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat
jalan, dan gawat darurat. Rumah sakit dapat didirikan dan
diselenggarakan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah,
dan swasta. Sedangkan menurut pelayanan kesehatan yang
diberikan, rumah sakit terdiri dari rumah sakiut umum dan
rumah sakit khusus.
Page | 35

Gambar 4.3
JUMLAH SUMBERDAYA MANUSIA KESEHATAN DI RUMAH SAKIT
KABUPATEN BOMBANA TAHUN 2018

100
90
80
70
60
50
40
30
20

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


10
0
Tenag
Tenag Ahli
Dokte Dokte Dokte Tenag Tenag a
a Labor Ketera
r r r Peraw a a Tenag Penun
Bidan Kefar atoriu pian
Spesia Umu Umu at Kesma Keslin a Gizi jang
masia m Fisik
lis m m s g Keseh
n Medik
atan
jumlah 12 6 2 90 37 19 1 8 17 21 3 31

Sumber : BLUD RSUD, 2018

Untuk meningkatkan ketersediaan dan mutu SDMK


sesuai dengan standar pelayanan kesehatan, Kementerian
Kesehatan menetapkan indicator Renstra Kementerian
Kesehatan Tahun 2015-2019 yaitu persentase rumah sakit
Kab/kota kelas C yang memiliki empat dokter spesialis dasar
dan tiga dokter spesialis penunjang. Empat dokter spesialis
dasar yang di maksud yaitu dokter spesialis obstretri dan
ginekologi, dokter spesialis anak, dokter spesialis penyakit
dalam, dan dokter bedah. Sedang tiga dokter spesialis
penunjang yaitu dokter spesialis radiologi, dokter spesialis
anestesi, dan dokter spesialis patologi klinik.
Page | 36

A. PELAYANAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DAN


JAMINAN KESEHATAN DAERAH

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan bagian


dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang
diselenggarakan dengan menggunakan mekanisme
asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory)

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang SJSN
dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar
kesehatan masyarakat yang layak yang diberikan kepada
setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya
dibayar oleh Pemerintah. Program Jaminan Kesehatan
Nasional ini diluncurkan sejak 1 Januari 2014 bertujuan
memberikan perlindungan kepada peserta untuk
memeperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan
perlindungan dalam memperoleh kebutuhan dasar
kesehatan antara lain :
1. Pelayanan kesehatan rawat jalan tingkat pertama (RJTP)
dan rawat inap tingkat pertama (RITP)
2. Pelayanan rawat jalan tingkat lanjutan (RJTL) dan rawat
inap tingkat lanjutan (RITL)
3. Pelayanan gawat darurat
4. Pelayanan kesehatan lainnya yang ditetapkan oleh
menteri

Data kepersertaan JKN Kabupaten Bombana tahun 2018


sebanyak 114.743 jiwa terdiri dari 74.836 jiwa Penerima
Bantuan Iuran (PBI) APBN dan 39.907 Jiwa peserta
Penerima Bantuan Iuran (PBI) APBD.

Selain program JKN, terdapat program pemeliharaan


kesehatan “Bahteramas” di wilayah Provinsi Sulawesi
Tenggara dan program Jaminan Kesehatan Daerah
“Gembira Sehat” di wilayah Kabupaten Bombana. Tujuan
pelayanan kesehatan daerah tersebut untuk memberikan
jaminan pemeliharaan kesehatan terhadap masyarakat
miskin dan kurang mampu yang tidak memiliki
kepersertaan JKN.
Page | 37

Data kepersertaan Jaminan Kesehatan Kabupaten


Bombana tahun 2018 dapat dilihat pada gambar dan Tabel
di bawah ini:

Gambar 5.1
JUMLAH PESERTA JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN
KABUPATEN BOMBANA TAHUN 2018

39,907
Penerima Bantuan
Iuran (PBI) APBN
74,836

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


Penerima Bantuan
Iuran (PBI) APBD

Sumber : Seksi Pelayanan Kesehatan, 2018

Tabel 5.1
JUMLAH PESERTA JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN
KABUPATEN BOMBANA TAHUN 2018

PESERTA JAMINAN KESEHATAN


NO JENIS KEPESERTAAN
JUMLAH %
1 2 3 4
PENERIMA BANTUAN IURAN (PBI)
1 PBI APBN 74,836 41.6
2 PBI APBD 39,907 22.2
SUB JUMLAH PBI 114,743 63.7
NON PBI
1 Pekerja Penerima Upah (PPU) 13,093 7.3
Pekerja Bukan Penerima Upah
2 4,779 2.7
(PBPU)/mandiri
3 Bukan Pekerja (BP) 1,058 0.6

SUB JUMLAH NON PBI 18,930 10.5


JUMLAH (KAB/KOTA)
133,673 74.2

Sumber : Seksi Pelayanan Kesehatan, 2018

B. PEMANFAATAN DANA DESA UNTUK KESEHATAN


Page | 38

Sesuai dengan Permen Desa PDTT Nomor 19 Tahun


2017 tentang Penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa
tahun 2018.

Kesehatan adalah bentuk layanan sosial dasar,


sungguh memalukan jika ada dana desa namun penduduk
desa atau warga desa justru sakit-sakitan dan tidak pernah
sehat. Memang kepentingan kesehatan belum selesai di
tingkat desa yang tertinggal dan desa miskin. Namun perlu
kita pahami juga bahwa warga desa menjadi miskin atau
kaya adalah usahanya sendiri, tidak semata-mata karena
perbuatan Pemerintah Desa. Namun apabila penduduk desa
dan warga masyarakat semua sakit-sakitan dan tidak sehat,
bukankah menjadi tanggung pemerintah semuanya, bukan
hanya pemerintah desa. Jadi Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia berusaha mengkompilasi Prioritas

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


Penggunaan Dana Desa 2018 dari Permendesa 19/2017
untuk bidang kesehatan adalah sebagai berikut:

1. Air Bersih Berskala Desa


• Air Bersih,
• Fasilitasi pelaksanaan rencana pengamanan air
minum (RPAM),
• Penyediaan sarana teknologi tepat guna (TTG)
untuk air bersih,
2. Sanitasi Lingkungan
• Sanitasi yang layak kesehatan,
• Pembangunan sarana MCK (Mandi, Cuci,
Kakus), sarana cuci tangan,
• Pengelolaan sampah dan limbah rumah tangga
serta yang berbasis masyarakat,
• Sanitasi berbasis masyarakat (mis: sanitasi
pasar desa, menghilangkan genangan air, dsb.),
• Penyediaan sarana teknologi tepat guna (TTG)
untuk sanitasi seperti septic tank terapung,
3. Bantuan Insentif Kader Kesehatan / UKBM
• Honor / insentif / reward kader,
• Honor kader kesehatan,
• Pendampingan oleh kader kepada perempuan
usia 30 - 59 mendapatkan pelayanan skrining
sadanis dan IVA di Puskesmas,
• Honor instruktur senam di desa,

Transport Kader Kesehatan


• Transport Kader dalam pelaksanaan UKBM,
• Transportasi petugas/kader ke Pos
Lansia/Posbindu,
Page | 39

• Pendampingan pelaksanaan kunjungan rumah,


• Transport pendampingan masyarakat yang
ditemukan beresiko dan berpenyakit PTM
(Penyakit Tidak Menular), Pendamping IVA,
• Pendampingan pendataan sasaran dan sweeping
imunisasi.

Perawatan dan/atau Pendampingan Ibu Hamil, Nifas,


dan Menyusui
• Pendampingan ibu hamil, nifas, dan menyusui
oleh kader,
• Pendampingan pendataan oleh kader terhadap
bumil dan balita,
• Pelaksanaan pendampingan program
perencanaan, persalinan dan pencegahan
komplikasi oleh kader,

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


Pemantauan pertumbuhan dan penyediaan makanan
tambahan/sehat untuk peningkatan gizi bayi, balita
dan anak sekolah

• Pemantauan pertumbuhan balita oleh kader dan


penyediaan PMT (Pemberian Makanan
Tambahan) bayi, balita dan anak,
• Kunjungan rumah oleh kader untuk
pemantauan pertumbuhan balita.

Pengadaan, Pembangunan, Pengembangan,


Pemeliharaan, Pengelolaan dan Pembinaan UKBM
(Poskedes/Polindes, Posbindu, Posyandu, dan pos
kesehatan lainnya)
• Pembinaan pengelolaan dan pembinaan UKBM,
• Penyediaan sarpras (sarana prasarana),
• Penyediaan media KIE,
• Operasional UKBM,
• Pengadaan Posbindu kit dan bahan habisa pakai
posbindu kit untuk warga desa,
• Penyediaan PMT bagi lansia di posyandu
lansia/posbindu,
• Pengembangan kegiatan promotif dan preventif
di posyandu lansia/posbindu.
Penyelenggaraan dan Pemberdayaan Masyarakat
dalam Promosi Kesehatan dan Gerakan Masyarakat
Hidup Sehat (GERMAS)
• Penyelenggaraan dan Pemberdayaan masyarakat
dalam promosi kesehatan dan Germas,
• Penyediaan sarana dan prasarana olahraga,
• Pertemuan kader kesehatan,
Page | 40

• Penyuluhan kesehatan yang diselenggarakan


oleh desa,
• Menjadikan rumah ibadah sebagai KTR
(Kawasan Tanpa Rokok),
• Pemberdayaan masyarakat dalam penggunaan
obat secara benar melalui Gema Cermat,
• Edukasi kesehatan terkait pencegahan dan
deteksi dini,
• Gerakan makan sayur, buah dan ikan,
• Gerakan olehraga bersama,
• Pemanfaatan lahan tidur untuk tanaman obat
keluarga (TOGA) dan irigasi desa untuk
mengurangi genangan air serta peningkatan gizi,
• Taman stimulasi anak dan lansia,
• Lapangan olahraga.
Kampanye dan Promosi Hidup Sehat (Peningkatan

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


PHBS) guna mencegah Penyakit Menular Seksual
HIV/AIDS, Tuberkulosis, Hipertensi, Diabets Mellitus
dan Gangguan Jiwa
• Peningkatan PHBS,
• Pemantauan kepatuhan minum obat (TTD, obat
TB, obat HIV, obat Malaria, dll) oleh kader,
• Promosi/Penyuluhan dan penyediaan media KIE
(Komunikasi, Informasi, Edukasi),
• Operasional kegiatan desa wisma/kunjungan
rumah,
• Aktivitas Kreatif yang sehat bagi remaja, pemuda
dan kelompok seksual aktuf.

Demikian prioritas penggunaan dana desa untuk


bidang kesehatan, yang tentunya dapat dilakukan melalui
mekanisme pembuatan keputusan prioritas dana desa yang
sudah ditentukan.

Data Desa yang Memanfaatkan Dana Desa untuk


Kesehatan Kabupaten Bombana tahun 2018 dapat dilihat
pada Tabel di bawah ini:

Tabel 5.2
PERSENTASE DESA YANG MEMANFAATKAN DANA DESA UNTUK
KESEHATAN KABUPATEN BOMBANA TAHUN 2018

DESA
YG
NO KECAMATAN PUSKESMAS
JUMLAH MEMANFAATKAN %
DANA DESA
Page | 41
UNTUK
KESEHATAN

1 2 3 4 5 6

1 RUMBIA RUMBIA 1 0 0.0

2 RUMBIA TENGAH RUMBIA TENGAH 2 0 0.0

3 MATAOLEO MATAOLEO 11 1 9.1

4 MASALOKA RAYA MASALOKA RAYA 5 1 20.0

5 RAROWATU RAROWATU 8 5 62.5

6 RAROWATU UTARA RAROWATU UTARA 7 3 42.9

7 LANTARI JAYA LOMBAKASIH 9 0 0.0

8 MATAUSU MATAUSU 5 1 20.0

9 POLEANG TIMUR POLEANG TIMUR 3 0 0.0

10 POLEANG UTARA POLEANG UTARA 8 1 12.5

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


11 POLEANG TENGGARA POLEANG TENGGARA 5 0 0.0

12 POLEANG SELATAN POLEANG SELATAN 5 0 0.0

13 TONTONUNU TONTONUNU 5 2 40.0

14 POLEANG TENGAH POLEANG TENGAH 4 0 0.0

15 POLEANG POLEANG 4 0 0.0

16 POLEANG BARAT POLEANG BARAT 11 0 0.0

17 KABAENA KABAENA 2 0 0.0

18 KABAENA BARAT KABAENA BARAT 4 1 25.0

19 KABAENA SELATAN KABAENA SELATAN 4 0 0.0

20 KABAENA UTARA KABAENA UTARA 6 0 0.0

21 KABAENA TIMUR KABAENA TIMUR 5 0 0.0

22 KABAENA TENGAH KABAENA TENGAH 7 0 0.0

JUMLAH KABUPATEN BOMBANA


121 15 12.4

Sumber : Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa Tahun 2018

C. PEMBIAYAAN KESEHATAN

Salah satu komponen sumber daya yang diperlukan


dalam menyelenggarakan pembangunan kesehatan adalah
kesehatan. Dalam Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009
tentang Kesehatan pasal 170 menyebutkan pembiayaan
Page | 42

kesehatan bertujuan untuk penyediaan pembiayaan


kesehatan yang berkesinambungan dengan jumlah yang
mencukupi, teralokasi secara adil, dan termanfaatkan.

Pembiayaan kesehatan bersumber dari pemerintah


dan pembiayaan yang bersumber dari masyarakat. Berikut
ini diuraikan anggaran kesehatan yang dialokasikan untuk
Kementerian Kesehatan RI, Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) bidang kesehatan, pembiayaan
jaminan kesehatan masyarakat, dan Bantuan Operasional
Kesehatan (BOK).

1. ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH


(APBD) BIDANG KESEHATAN

Pembiayaan kesehatan bertujuan untuk menyediakan

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


pembiayaan kesehatan yang berkesinambungan dengan
jumlah yang mencukupi, teralokasi secara adil, dan
termanfaatkan secara berhasil guna dan berdaya guna
untuk menjamin terselenggaranya pembangunan
kesehatan agar meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat setinggi-tingginya. Sumber pembiayaan
kesehatan berasal dari pemerintah, pemerintah daerah,
masyarakat, swasta dan sumber lain.
Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009
mengamanatkan besar anggaran kesehatan pemerintah
daerah provinsi, kabupaten/kota dialokasikan minimal
10% (sepuluh persen) dari anggaran pendapatan dan
belanja daerah diluar gaji.

Dalam upaya meningkatkan keterjangkauan


masyarakat miskin dan hampir miskin terhadap pelayanan
kesehatan, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan RI
dan beberapa pemerintah daerah menanggung biaya
pelayanan kesehatan di Puskesmas dan kelas III di rumah
sakit bagi peserta Jaminan Kesehatan Nasional.

2. BANTUAN OPERASIONAL KESEHATAN

Bantuan Operasional Kesehatan merupakan bantuan


dana dari Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan RI
dalam membantu pemerintahan kabupaten/kota untuk
meningkatkan akses dan pemerataan pelayanan kesehatan
masyarakat melalui kegiatan Puskesmas untuk
mendukung tercapainya target Millennium Development
goals (MDGs) bidang kesehatan tahun 2015. Selain itu
diharapkan dengan bantuan ini dapat meningkatkan
Page | 43

kualitas manajemen Puskesmas, terutama dalam


perencanaan tingkat Puskesmas dan lokakarya mini
Puskesmas, meningkatkan upaya untuk menggerakkan
potensi masyarakat dalam meningkatkan derajat
kesehatannya, dan meningkatkan cakupan pelayanan
kesehatan yang bersifat promotif dan preventif yang
dilakukan oleh Puskesmas dan jaringannya serta
Poskesdes dan Posyandu.

Pada tahun 2018 pemanfaatan dana BOK difokuskan


pada beberapa upaya kesehatan promotif preventif meliputi
KIA-KB, imunisasi, perbaikan gizi masyarakat, promosi
kesehatan, kesehatan lingkungan dan pengendalian
penyakit, dan upaya kesehatan lain sesuai risiko dan
masalah utama kesehatan di wilayah setempat dengan
tetap mengacu pada pencapaian target Standar Pelayanan

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


Minimal (SPM) serta target MDGs Bidang Kesehatan tahun
2018.

BOK sebagai salah satu program strategis


Kementerian Kesehatan di samping program Jaminan
Kesehatan Nasional sehingga terus diupayakan perbaikan
agar BOK dimanfaatkan dengan optimal oleh Puskesmas.
Dinas Kesehatan Provinsi sebagai perpanjangan tangan
Kementerian Kesehatan juga memiliki peran serta yaitu
melakukan pembinaan dan evaluasi pelaksanaan BOK di
kabupaten/kota.

Dengan kehadiran BOK diharapkan petugas


kesehatan/kader kesehatan tidak lagi mengalami kendala
dalam melakukan kegiatan untuk mendekatkan akses
pada masyarakat. Hal penting yang perlu dipahami, BOK
bukan merupakan dana utama penyelenggaraan upaya
kesehatan di kabupaten/kota, namun hanya dana
tambahan yang bersifat bantuan sehingga tidak dapat
menjawab semua permasalahan kesehatan.

Secara terinci pembiayaan kesehatan tahun 2018 di


Kabupaten Bombana dapat dilihat pada gambar di bawah
ini:

Gambar 5.3
ALOKASI ANGGARAN DAN PEMBIAYAAN KESEHATAN
KABUPATEN BOMBANA TAHUN 2018

ALOKASI ANGGARAN
KESEHATAN
NO SUMBER BIAYA
Rupiah %
1 2 3 4
ANGGARAN KESEHATAN BERSUMBER:
Page | 44

1 APBD KAB/KOTA Rp115,630,437,314.00 100.00


a. Belanja Langsung Rp52,401,079,958.00
b. Belanja Tidak Langsung Rp34,995,426,373.00
c. Dana Alokasi Khusus (DAK) Rp28,233,930,983.00
- DAK fisik Rp9,978,035,983.00
1. Reguler Rp9,896,426,000.00
2. Penugasan Rp0.00
3. Afirmasi Rp81,609,983.00
- DAK non fisik Rp18,255,895,000.00
1. BOK Rp14,803,052,000.00
2. Akreditasi Rp500,000,000.00
3. Jampersal Rp2,952,843,000.00
2 APBD PROVINSI Rp0.00 0.00

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


a. Belanja Langsung Rp0.00
b. Belanja Tidak Langsung Rp0.00
c. Dana Alokasi Khusus (DAK) : BOK Rp0.00

3 APBN : Rp0.00 0.00


a. Dana Dekonsentrasi Rp0.00
b. Lain-lain (sebutkan), misal bansos
Rp0.00
kapitasi

4 PINJAMAN/HIBAH LUAR NEGERI (PHLN) Rp0.00 0.00


(sebutkan project dan sumber dananya)

5 SUMBER PEMERINTAH LAIN* Rp0.00 0.00


TOTAL ANGGARAN KESEHATAN Rp115,630,437,314.00
TOTAL APBD KAB/KOTA Rp877,917,096,450.00

% APBD KESEHATAN THD APBD KAB/KOTA 13.17


ANGGARAN KESEHATAN PERKAPITA Rp642,266.43

Sumber : Subag Program, Informasi dan Humas, 2018

Salah satu komponen penting dalam pelayanan


kesehatan pada masyarakat adalah pelayanan kesehatan
dasar. Pelayanan kesehatan dasar yang dilakukan secara
tepat dan cepat diharapkan dapat mengatasi sebagian besar
masalah kesehatan masyarakat. Pada uraian berikut jenis
Page | 45

pelayanan kesehatan dasar yang dilaksanakan di


Kabupaten Bombana.
Undang-Undang nomor 36 tahun 2009 tentang
kesehatan mengamanatkan bahwa upaya kesehatan ibu
ditujukan untuk menjaga kesehatan ibu sehingga mampu
melahirkan generasi yang sehat dan berkualitas serta
mengurangi angka kematian ibu. Upaya kesehatan ibu
sebagaimana yang dimaksud undang-undang tersebut
meliputi upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
Upaya pemeliharaan kesehatan bayi dan anak harus
ditujukan untuk mempersiapkan generasi yang akan datang
yang sehat, cerdas dan berkualitas serta untuk
menurunkan angka kematian bayi dan anak. Upaya
pemeliharaan kesehatan anak dilakukan sejak janin masih
dalam kandungan, dilahirkan, setelah melahirkan dan
sampai berusia 18 tahun.

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


Upaya kesehatan ibu dan anak diharapkan mampu
menurunkan angka kematian. Indikator angka kematian
yang berhubungan dengan ibu dan anak adalah Angka
Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Neonatal (AKN), Angka
Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKABA).
Berdasarkan hasil survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia 2007 AKI sebesar 228 per 100.000 kelahiran
hidup. Sedangkan SDKI 2012 menyebutkan AKB sebesar 32
per 1.000 kelahiran hidupdan AKN sebesar 19 per 1.000
kelahiran hidup serta AKABA sebesar 40 per 1.000 kelahiran
hidup.
Komitmen global dalam MDGs menetapkan target terkait
kematian ibu dan kematian anak yaitu menurunkan Angka
Kematian Ibu hingga tiga per empat dalam kurun waktu
1990-2015 dan menurunkan angka kematian anak hingga
dua per tiga dalam kurun waktu 1990-2015. Upaya
percepatan penurunan AKI dapat dilakukan dengan
menjamin agar setiap ibu mampu mengakses pelayanan
kesehatan ibu yang berkualitas, seperti pelayanan
kesehatan ibu hamil, pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan terlatih di fasilitas pelayanan kesehatan,
perawatan pasca persalinan bagi ibu dan bayi, perawatan
khusus dan rujukan jika terjadi komplikasi dan pelayanan
keluarga berencana.

A. KESEHATAN IBU

1. ANGKA KEMATIAN IBU (AKI)

Angka Kematian Ibu (AKI) juga menjadi salah satu


indikator penting dari derajat kesehatan masyarakat.
AKI menggambarkan jumlah wanita yang meninggal dari
suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan
Page | 46

kehamilan atau penanganannya (tidak termasuk


kecelakaan atau insindentil) selama kehamilan,
melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah
melahirkan) tanpa memperhitungkan lama kehamilan
per 100.000 kelahiran hidup.
AKI juga dapat digunakan dalam pemantauan kematian
terkait dengan kehamilan. Indikator ini dipengaruhi
status kesehatan secara umum, pendidikan dan
pelayanan selama kehamilan dan melahirkan.
Sensitivitas AKI terhadap perbaikan pelayanan
kesehatan menjadikannya indikator keberhasilan
pembangunan sektor kesehatan.

Gambar 6.1
Angka Kematian Ibu (AKI) Kabupaten Bombana
Tahun 2013-2018

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


AKI
250
222
200 184 184
150 164.47
143
100 109
AKI
50
0
2013 2014 2015 2016 2017 2018

Sumber : Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi, 2018

Angka kematian ibu (AKI) di Kabupaten Bombana dalam


kurun waktu lima tahun menunjukkan penurunan
secara signifikan namun mengalami kenaikan pada
tahun 2017. Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap
kenaikanangka kematian ibu antara lain faktor
kesehatan, sosial budaya dan pendidikan.

Tabel 6.1
JUMLAH KEMATIAN IBU
KABUPATEN BOMBANA TAHUN 2018

JUMLAH JUMLAH KEMATIAN IBU


NO KECAMATAN LAHIR
HIDUP < 20 20-34 ≥35
JUMLAH
tahun tahun tahun
1 2 4 5 6 7 8
1 RUMBIA 295 0 0 0 0
2 RUMBIA TENGAH 191 0 1 0 1
3 MATAOLEO 197 0 0 0 0
4 MASALOKA RAYA 74 0 0 0 0
5 RAROWATU 139 0 0 0 0
6 RAROWATU UTARA 152 0 0 0 0
Page | 47
7 LANTARI JAYA 212 0 0 0 0
8 MATAUSU 42 0 0 0 0
9 POLEANG TIMUR 254 0 0 1 1
10 POLEANG UTARA 263 0 0 0 0
11 POLEANG TENGGARA 88 0 0 0 0
12 POLEANG SELATAN 136 0 0 0 0
13 TONTONUNU 127 0 0 0 0
14 POLEANG TENGAH 77 0 0 0 0
15 POLEANG 417 0 0 0 0
16 POLEANG BARAT 350 0 0 0 0
17 KABAENA 57 0 0 0 0
18 KABAENA BARAT 188 0 0 0 0
19 KABAENA SELATAN 60 0 0 1 1
20 KABAENA UTARA 99 0 0 0 0
21 KABAENA TIMUR 198 0 1 0 1
22 KABAENA TENGAH 68 0 0 0 0
JUMLAH KABUPATEN
3684 0 2 2 4
BOMBANA

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


ANGKA KEMATIAN IBU (DILAPORKAN) 109

Sumber : Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi, 2018

Data kematian ibu di Kabupaten Bombana tahun 2018


berdasarkan tabel 6.1 sebanyak 4 orang. Dari jumlah
kelahiran hidup Kabupaten Bombana tahun 2018 maka
Angka Kematian Ibu sebesar 109 orang per 100.000
kelahiran hidup. Kasus kematian ibu termasuk pada
kategori kematian ibu pada saat hamil, bersalin dan
masa nifas yang disebabkan oleh perdarahan,gangguan
sistem peredaran darah dan lain-lain, di mana pada ibu
hamil dengan resiko tinggi usia 20-34 tahun dan ≥35
tahun yang masing-masing sebanyak 2 orang.

2. PELAYANAN KESEHATAN IBU HAMIL


Pelayanan kesehatan ibu hamil diwujudkan melalui
pemberian pelayanan antenatal sekurang-kurangnya 4
kali selama masa kehamilan, dengan distribusi waktu
minimal 1 kali pada trisemester pertama (usia kehamilan
0-12 minggu), 1 kali pada trisemester kedua (usia
kehamilan 12-24 minggu) dan 2 kali pada trisemester
ketiga (usia kehamilan 24-36 minggu). Standar waktu
pelayanan tersebut dianjurkan untuk menjamin
perlindungan terhadap ibu hamil dan atau janin, berupa
deteksi dini faktor resiko, pencegahan dan penanganan
dini komplikasi kehamilan.
Pelayanan antenatal diupayakan agar memenuhi
standar kualitas 7T yaitu:
1) Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi
badan
2) Pengukuran tekanan darah
Page | 48

3) Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri)


4) Penentuan status imunisasi tetanus dan pemberian
imnunisasi tetanus toksoid sesuai status imunisasi
5) Pemberian tablet tambah darah minimal 30 tablet
selama kehamilan
6) Pelaksanaan temu wicara (pemberian komunikasi
interpersonal dan konseling termasuk keluarga
berencana)
7) Pelayanan tes laboratorium sederhana, minimal tes
hemoglobin darah (Hb) dan pemeriksaan golongan
darah (bila belum pernah dilakukan sebelumnya)

Capaian pelayanan kesehatan ibu hamil dapat dinilai


dengan menggunakan indikator cakupan K1 dan k4.
Cakupan k1 adalah jumlah ibu hamil yang telah
memperoleh pelayanan antenatal pertama kali,

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil di satu wilayah
kerja pada kurun waktu satu tahun. Sedangkan
cakupan K4 adalah jumlah ibu hamil yang telah
memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan standar
paling sedikit 4 kali sesuai jadwal yang dianjurkan,
dibandingkan sasaran ibu hamil di satu wilayah kerja
pada kurun waktu satu tahun. Indikator tersebut
memperilihatkan akses pelayanan kesehatan terhadap
ibu hamil dan tingkat kepatuhan ibu hamil dalam
memeriksakan kehamilannya ke tenaga kesehatan.
Gambaran kecenderungan cakupan K1 dan cakupan K4
di Kabupaten Bombana tahun 2018 dapat dilihat pada
gambar di bawah ini:
Gambar 6.2
PRESENTASE CAKUPAN K1 DAN K4
KABUPATEN BOMBANA TAHUN 2018
Page | 49

500
444
400 320
375
300 287293
209 219
200 176
152169
206 212
100 72 104130115
45 93
0 49 81 111
72 K1
RUMBIA
RUMBIA TENGAH
MATAOLEO
MASALOKA RAYA
RAROWATU
RAROWATU UTARA
LOMBAKASIH
MATAUSU
POLEANG TIMUR
K4

POLEANG UTARA
POLEANG TENGGARA
POLEANG SELATAN
TONTONUNU
POLEANG TENGAH
POLEANG
POLEANG BARAT
KABAENA
KABAENA BARAT
KABAENA SELATAN
KABAENA UTARA
KABAENA TIMUR
KABAENA TENGAH

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


Sumber : Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi,2018

Pada gambar di atas umumnya presentase cakupan K1


lebih tinggi daripada presentase cakupan K4, karena
pada saat kehamilan trisemester ketiga kebanyakan ibu
hamil memeriksakan kehamilannya di luar wilayah atau
di dokter spesialis kandungan yang berlokasi di Kendari
sebagai ibukota Provinsi Sulawesi Tenggara.
Berbagai program dan kegiatan telah dilaksanakan oleh
Kementerian Kesehatan untuk semakin mendekat akses
pelayanan kesehatan yang berkualitas kepada
masyarakat hingga ke pelosok desa, termasuk untuk
meningkatkan cakupan pelayanan antenatal.
Upaya meningkatkan cakupan K4 juga makin diperkuat
dengan telah dikembangkannya Kelas Ibu Hamil. Sampai
saat ini telah semuaPuskesmas se-Kabupaten
Bombanatelah melaksanakan dan mengembangkan
Kelas Ibu Hamil di wilayah kerjanya. Kelas ibu hamil
akan meningkatkan demand creation di kalangan ibu
hamil dan keluarganya, dengan meningkatkan
pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu hamil dan
keluarganya dalam memperoleh pelayanan kesehatan
ibu secara paripurna.
Adanya Bantuan Operasional kesehatan (BOK) sejak
tahun 2010 dan tetapterselenggaranya Jaminan
Page | 50

Persalinan (Jampersal) melalui Jamkesda Gembira juga


semakin bersinergi dalam berkontribusi meningkatkan
cakupan K4. BOK dapat dimanfaatkan untuk kegiatan
luar gedung, seperti pendataan, pelayanan di posyandu,
kunjungan rumah, sweeping kasus drop out, fasilitas
rumah tunggu kelahiran (RTH) serta kemitraan bidan
dan dukun. Sementara itu jampersal mendukung paket
pelayanan antenatal, termasuk yang dilakukan pada
saat kunjungan rumah atau sweeping. Semakin kuatnya
kerja sama dan sinergi berbagai program yang dilakukan
oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat
termasuk sektor swasta diharapkan mampu mendorong
tercapainya target cakupan k4.

3. IMUNISASI PADA IBU HAMIL


Ibu hamil juga merupakan populasi yang rentan

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


terhadap infeksi penyakit menular, oleh karena itu
program imunisasi juga ditujukan bagi kelompok ini.
Salah satu penyakit menular yang dapat berakibat fatal
dan berkontribusi terhadap kematian ibu dan kematian
anak adalah Tetanus Maternal dan Neonatal. Pemerintah
Indonesia melalui Kementerian Kesehatan berkomitmen
terhadap Program Eliminasi Tetanus Maternal dan
Neonatal (Maternal and Neonatal Tetanus Ellimination
atau MNTE). Badan Kesehatan Dunia (WHO)
menetapkan status eliminasi Tetanus Maternal dan
Neonatal jika terdapat kurang dari satu kasus tetanus
neonatal per 1.000 kelahiran hidup di setiap Kabupaten
di suatu Negara.
Maternal and Neonatal Tetanus Ellimination atau MNTE
merupakan program eliminasi tetanus pada neonatal
dan wanita usia subur termasuk ibu hamil. Strategi yang
dilakukan untuk mengeliminasi tetanus neonatorum
dan maternal adalah :
Pertolongan persalinan yang aman dan bersih;
Cakupan imunisasi rutin TT yang tinggi dan merata; dan
Penyelenggaraan surveilans Tetanus Neonatorum.
Cakupan imunisasi Tetanus Toksoid pada ibu
hamildapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 6.3
PRESENTASE CAKUPAN IMUNISASI PADA IBU HAMIL
KABUPATEN BOMBANA TAHUN 2018
Page | 51

TT1
17.20 11.93 TT2
TT3
9.81 TT4
4.60
TT5
1.10
1.68 TT2+

Sumber : Seksi Surveilans dan Imunisasi, 2018

Pada gambar di atas cakupan TT2+ sebesar 17,20%,


cakupan TT-2 sebesar 9,81%, cakupan TT-1 sebesar
11,93%, cakupan TT-3 sebesar 4,60%, cakupan TT-4

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


sebesar 1,68% dan yang terendah adalah cakupan TT-5
sebesar 1,10%. Rendahnya cakupan TT pada ibu hamil
karena kurangnya pengetahuan masyarakat tentang
pentingnya imunisasi TT pada ibu hamil sehingga
diperlukan adanya penyuluhan terhadap ibu hamil agar
bisa mendapatkan imunisasi TT secara lengkap.

4. PEMBERIAN TABLET TAMBAH DARAH PADA IBU HAMIL


Salah satu permasalahan masyarakat adalah anemia
gizi, yaitu suatu kondisi ketika kadar Haemoglobin (hb)
dalam darah tergolong rendah. Rendahnya kadar Hb ini
terjadi karena kekurangan asupan zat gisi yang
diperlukan untuk pembentukan komponen Hb terutama
zat besi (Fe). Sebagian besar anemia yang di temukan di
Indonesia adalah anemia gizi besi yaitu anemia yang di
sebabkan karena kekurangan zat besi (Fe). Dalam
rangka penanggulangan permasalahan anemia gizi besi,
telah di lakukan program pemberian tablet Fe.
Pemberian tablet besi ini di integrasikan dengan
pelayanan kunjungan ibu hamil (Antenatal Care).

Gambar 6.4
PRESENTASE CAKUPAN PEMBERIAN TABLET TAMBAH DARAH
(TTD) PADA IBU HAMIL
KABUPATEN BOMBANA TAHUN 2018
Page | 52

TTD (90 TABLET)

KABAENA TENGAH 53.39


KABAENA TIMUR 76.86
KABAENA UTARA 78.46
KABAENA SELATAN 39.60
KABAENA BARAT 63.81
KABAENA 49.51
POLEANG BARAT 93.49
POLEANG 80.08
POLEANG TENGAH 67.77
TONTONUNU 64.25
POLEANG SELATAN 57.34
POLEANG TENGGARA 61.54 TTD (90 TABLET)
POLEANG UTARA 89.74
POLEANG TIMUR 67.60
MATAUSU 83.02
LOMBAKASIH 73.81
RAROWATU UTARA 54.88

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


RAROWATU 69.23
MASALOKA RAYA 80.64
MATAOLEO 73.93
RUMBIA TENGAH 90.08
RUMBIA 87.00
0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00

Sumber : Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi, 2018

Cakupan pemberian tablet tambah darah (TTD) tertinggi


di Kabupaten Bombana tahun 2018 pada Kecamatan
Poleang Barat sebesar 93,49%. Efektifitas upaya
pemberian tablet besi juga sangat bergantung pada
seberapa besar kepatuhan ibu hamil dalam
mengkonsumsi tablet besi yang diberikan. Cakupan
pemberian tablet besi yang tinggi bisa tidak berdampak
pada penurunan anemia besi jika kepatuhan ibu hamil
dalam menelan tablet besi masih rendah.
Program pemberian tablet besi sangat terkait dengan
pelayanan kesehatan pada ibu hamil (K1-K4) karena
diberikan pada saat ibu hamil melakukan kunjungan ke
pelayanan kesehatan. Pemberian tablet besi juga
menjadi salah satu syarat terpenuhinya kunjungan ibu
hami k4.

5. PELAYANAN KESEHATAN IBU BERSALIN


Upaya kesehatan ibu bersalin dilaksanakan dalam
rangka mendorong agar setiap persalinan ditolong oleh
tenaga kesehatan terlatih dan dilakukan di fasilitas
pelayanan kesehatan. Pertolongan persalinan adalah
proses pelayanan persalinan dimulai pada kala I sampai
dengan kala IV persalinan. Pencapaian upaya kesehatan
ibu bersalin diukur melalui indikator persentase
persalinan ditolong tenaga kesehatan terlatih (cakupan
Page | 53

Pn). Indikator ini memperlihatkan tingkat kamampuan


pemerintah dalam penyediaan pelayanan persalinan
berkualitas yang ditolong oleh Tenaga Kesehatan
Terlatih.
Gambar 6.5
PRESENTASE CAKUPAN PERSALINAN YANG DITOLONG
OLEH TENAGA KESEHATAN TERLATIH
KABUPATEN BOMBANA TAHUN 2018

100.00 Kabupaten 77,89


94.81 60.36
90.00 90.54
80.00 84.60 86.50 79.76 89.11
89.83 82.39 76.05 66.84 81.23
71.73
70.00 77.53
70.21
64.63
60.00 61.64
70.58 70.65
58.83 50.60
50.00 63.67
40.00

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


30.00
20.00
10.00
0.00
RAROWATU UTARA

POLEANG BARAT

KABAENA TENGAH
MATAOLEO

LOMBAKASIH
MATAUSU

POLEANG UTARA

KABAENA TIMUR
RUMBIA TENGAH

KABAENA SELATAN
RUMBIA

POLEANG TENGGARA

TONTONUNU
POLEANG TENGAH

KABAENA
KABAENA BARAT
RAROWATU

POLEANG TIMUR

POLEANG SELATAN

KABAENA UTARA
MASALOKA RAYA

POLEANG

Sumber : Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi, 2018


Berdasarkan gambar 6.5 Persentase cakupan persalinan
oleh tenaga kesehatan sebesar 77,89% dengan
presentase tertinggi pada Kecamatan Poleang Barat
94,81%. Kematian ibu terkait erat dengan penolong
persalinan dan tempat/fasilitas persalinan. Persalinan
yang ditolong tenaga kesehatan terbukti berkontribusi
terhadap turunnya resiko kematian ibu. Demikian pula
dengan tempat/fasilitas, jika persalinan dilakukan di
fasilitas kesehatan, juga akan semakin menekan resiko
kematian ibu. Oleh karena itu, kebijakan Kementerian
Kesehatan adalah seluruh persalinan harus ditolong oleh
tenaga kesehatan dan diupayakan dilakukan di fasilitas
kesehatan. Kebijakan DAK Bidang Kesehatan
menggariskan bahwa pembangunan puskesmas harus
satu paket dengan rumah dinas tenaga kesehatan.
Demikian pula dengan pembangunan Poskesdes yang
harus bisa sekaligus menjadi rumah tinggal bidan di
desa.
Upaya penting dalam program kesehatan ibu di
Indonesia adalah program Perencanaan Persalinan dan
Pencegahan Komplikasi (P4K) yang dititikberatkan fokus
Page | 54

totalitas pemantauan yang menjadi salah satu upaya


deteksi dini, menghindari resiko kesehatan pada ibu
hamil serta menyediakan akses dan pelayanan
kegawatdaruratan kebidanan dan bayi baru lahir dasar
di tingkat Puskesmas (PONED) dan pelayanan
kegawatdaruratan obstetric dan neonatal komprehensif
di Rumah Sakit (PONEK). Dalam implementasinya, P4K
merupakan salah satu unsur dari desa siaga.
Di sebagian daerah di Indonesia, cakupan persalinan
ditolong tenaga kesehatan masih rendah dikarenakan
masih adanya kepercayaan masyarakat untuk
melahirkan ditolong dukun. Selain itu, di daerah dengan
kondisi geografis sulit, masyarakat menghadapi kendala
untuk dapat mengakses fasilitas pelayanan kesehatan
secara tepat. Pada daerah-daerah tersebut, kebijakan
Kementerian Kesehatan adalah dengan mengembangkan

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


program Kemitraan Bidan dan Dukun serta Rumah
Tunggu Kelahiran. Para dukun diupayakan bermitra
dengan bidan dengan hak dan kewajiban yang jelas.
Pemeriksaan kehamilan dan pertolongan persalinan
tidak lagi dikerjakan oleh dukun, namun dirujuk ke
bidan. Di Kabupaten Bombana semua kecamatan telah
melaksanakan Kemitraan dukun dan bidan di
wilayahnya, sehingga diharapkan persalinan yng
ditolong oleh dukun dapat diminimalisir.
Begitupula dengan program penempatan Bidan PTT di
mana diharapkan setiap desa memiliki bidan desa yang
bertempat tinggal di desa. Dari 143 desa/kelurahan se-
Kabupaten Bombana, semua telah memiliki bidan desa.
Salah satu hal yang menjadi hambatan seorang ibu
melahirkan di rumah dan dibantu oleh dukun adalah
hambatan finansial. Menyadari hal tersebut, dengan
keberhasilan program Jaminan Persalinan oleh
Kementerian Kesehatan, pemerintah Kabupaten
Bombana mengintegrasikan program Jaminan
Persalinan melalui Jamkesda Gembira sejak tahun 2015
sampai sekarang. Program ini juga sama dengan
program Jampersal sebelumnya di mana merupakan
jaminan paket pembiayaan sejak pemeriksaan
kehamilan, pertolongan persalinan hingga pelayanan
nifas termasuk pelayanan bayi baru lahir dan KB pasca
persalinan. Program ini diyakini mampu meningkatkan
cakupan Persalinan oleh tenaga kesehatan di Kabupaten
Bombana.
Keberhasilan pencapaian target indikator Pn merupakan
buah dari kerja keras dan pelaksanaan berbagai program
yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah,
dan masyarakat termasuk sector swasta.
Page | 55

6. PELAYANAN KESEHATAN IBU NIFAS


Nifas adalah periode mulai dari 6 jam sampai dengan 42
hari pasca persalinan. Pelayanan kesehatan ibu nifas
adalah pelayanan kesehatan pada ibu nifas sesuai
standar yang dilakukan sekurang-kurangnya 3 (tiga) kali
sesuai jadwal yang dianjurkan, yaitu pada 6 jam sampai
dengan 3 hari pasca persalinan, pada hari ke-4 sampai
dengan hari ke-28 pasca persalinan, dan pada hari ke-
29 sampai dengan hari ke-42 pasca persalinan.
Jenis pelayanan kesehatan ibu nifas yang diberikan
meliputi :
a. Pemeriksaan tanda vital (tekanan darah, nadi, nafas
dan suhu)
b. Pemeriksaan tinggi puncak Rahim (fundus uteri)
c. Pemeriksaan lochia dan cairan per vagina lain
d. Pemeriksaan payudara dan pemberian anjuran ASI

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


eksklusif
e. Pemberian komunikasi, informasi, dan eduk
f. asi (KIE) kesehatan ibu nifas dan bayi baru lahir,
termasuk keluarga berencana
g. Pelayanan keluarga berencana pasca persalinan.
Keberhasilan upaya kesehatan ibu nifas diukur melalui
indikator cakupan pelayanan kesehatan ibu nifas
(Cakupan Kf-3). Indikator ini menilai kemampuan
Negara dalam menyediakan pelayanan kesehatan ibu
nifas yang berkualitas sesuai standar.
Capaian indikator yang meningkat merupakan hasil dari
berbagai upaya yang dilakukan oleh pemerintah dan
masyarakat termasuk sektor swasta. Program
penempatan Pegawai Tidak Tetap (PTT) untuk dokter dan
bidan terus dilaksanakan. Selain itu, sejak
diluncurkannya Bantuan Operasional Kesehatan sejak
tahun 2010, Puskesmas, Poskesdes dan Posyandu lebih
terbantu dalam pelayanan kesehatan ibu nifas,
diantaranya kegiatan sweeping atau kunjungan rumah
bagi yang tidak datang ke fasilitas pelayanan kesehatan.
Dukungan pemerintah makin meningkat dengan adanya
program Jaminan Persalinan di mana pelayanan nifas
termasuk paket manfaat yang dijamin oleh Jampersal.
Gambar 6.6
PRESENTASE CAKUPAN PELAYANAN NIFAS
KABUPATEN BOMBANA TAHUN 2018
Page | 56

KABAENA TENGAH 61.25


KABAENA TIMUR 92.75
KABAENA UTARA 83.64
KABAENA SELATAN 57.24
KABAENA BARAT 80.45
KABAENA 57.82
POLEANG BARAT 90.71
POLEANG 89.76
POLEANG TENGAH 66.84
TONTONUNU 70.58
POLEANG SELATAN 62.12 79,27%
POLEANG TENGGARA 62.87
POLEANG UTARA 75.46
POLEANG TIMUR 87.74
MATAUSU 84.35

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


LOMBAKASIH 88.58
RAROWATU UTARA 59.95
RAROWATU 57.08
MASALOKA RAYA 87.95
MATAOLEO 80.12
RUMBIA TENGAH 98.91
RUMBIA 92.65

Sumber : Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi, 2018

Presentase cakupan pelayanan nifas di Kabupaten


Bombana tahun 2018 sebesar 79,27%. Pada gambar di
atas presentase cakupan pelayanan nifas tertinggi pada
Kecamatan Rumbia Tengah sebesar 98,91% Sedangkan
presentase terendah pada Kecamatan Rarowatu sebesar
57,08%. Capaian indikator pelayanan nifas diharapkan
dapat memenuhi target indikator Standar Pelayanan
Minimal (SPM) bidang kesehatan yaitu sebesar 100%.

7. PENANGANAN KOMPLIKASI MATERNAL

Komplikasi maternal adalah kesakitan pada ibu hamil,


ibu bersalin, ibu nifas, dan atau janin dalam kandungan,
baik langsung maupun tidak langsung, termasuk
penyakit menular dan tidak menular yang dapat
mengancam jiwa ibudan atau janin, yang tidak
disebabkan oleh trauma/kecelakaan. Pencegahan dan
penanganan komplikasi maternal adalah pelayanan
kepada ibu dengan komplikasi maternal untuk
mendapatkan perlindungan/pencegahan dan
penanganan definitive sesuai standar oleh tenaga
kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan
rujukan.
Page | 57

Indikator yang digunakan untuk mengukur keberhasilan


pencegahan dan penanganan komplikasi maternal
adalah cakupan penanganan komplikasi maternal
(cakupan PK). Indikator ini mengukur kemampuan
negara dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan
secara profesional kepada ibu (hamil, bersalin, nifas)
dengan komplikasi.

Capaian indikator penanganan kompikasi maternal oleh


tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan
dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
Gambar 6.7
PRESENTASE CAKUPAN PENANGANAN KOMPLIKASI MATERNAL
OLEH TENAGA KESEHATAN YANG MEMILIKI KOMPETENSI KEBIDANAN
KABUPATEN BOMBANA TAHUN 2018

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


KABAENA TENGAH 29.66
KABAENA TIMUR 19.65
KABAENA UTARA 23.08
KABAENA SELATAN 0.00
KABAENA BARAT 5.84
KABAENA 87.38
POLEANG BARAT 15.63
POLEANG 27.72
POLEANG TENGAH 8.26
TONTONUNU 22.35
POLEANG SELATAN 77.98
POLEANG TENGGARA 30.77
POLEANG UTARA 44.70
POLEANG TIMUR 159.22
MATAUSU 9.43
LOMBAKASIH 57.54
RAROWATU UTARA 54.88
RAROWATU 33.65
MASALOKA RAYA 66.28
MATAOLEO 2.14
RUMBIA TENGAH 2.41
RUMBIA 1.44
0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00120.00140.00160.00180.00

Sumber : Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi, 2018


Pada gambar 6.7 pada cakupan penanganan komplikasi
maternal oleh tenaga kesehatan yang memiliki
kompetensi kebidanan tertinggi pada Kecamatan Poleang
Timur sebesar 159,22%. Namun umumnya kecamatan-
kecamatan lain cakupan penanganan komplikasi
maternal oleh tenaga kesehatan masih di bawah 60%
sehingga terlihat perbedaan presentase yang cukup
tinggi dengan cakupan pada Kecamatan Poleang Timur.
Hal ini karena adanya penentuan sasaran maternal
Page | 58

resiko tinggi berdasarkan estimasi yaitu sebesar 20%


dari estimasi ibu hamil sehingga sangat sulit untuk
dapat mencapai target 100% sesuai target dalam Standar
Pelayanan Minimal dan MDGs bidang kesehatan.
Walaupun sebagian komplikasi maternal tidak dapat
dicegah dan diperkirakan sebelumnya, tidak berarti
bahwa komplikasi tersebut tidak dapat ditangani.
Mengingat bahwa setiap ibu hamil/bersalin/nifas
beresiko mengalami komplikasi, maka mereka perlu
mempunyai akses terhadap pelayanan
kegawatdaruratan maternal/obstetric.
Terdapat tiga jenis area intervensi yang dilakukan untuk
menurunkan angka kematian dan kesakitan ibu dan
neonatal yaitu melalui : 1) peningkatan pelayanan
antenatal yang mampu mendeteksi dan menangani
kasus resiko tinggi secara memadai; 2) pertolongan

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


persalinan yang bersih dan aman oleh tenaga kesehatan
terampil, pelayanan pasca persalinan dan kelahiran;
serta 3) pelayanan emergensi obstetric dan neonatal
dasar (PONED) dan komprehensif (PONEK) yang dapat
dijangkau.
Upaya terobosan dalam penurunan AKI dan AKB di
Indonesia adalah melalui program Perencanaan
Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) yang
menitikberatkan fokus totalitas monitoring yang menjadi
salah satu upaya dateksi dini, menghindari resiko
kesehatan pada ibu hamil serta menyediakan akses dan
pelayanan kegawatdaruratan obstetrik dan neonatal
dasar di tingkat Puskesmas (PONED) dan pelayanan
kegawatdaruratan obstetric dan neonatal komprehensif
di rumah sakit (PONEK). Dalam implementasinya, P4K
merupakan salah satu unsur dari Desa Siaga. Sesuai
rencana strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-
2019, ditargetkan pada akhir tahun 2018 di setiap
kabupaten/kota terdapat minimal 4 (empat) Puskesmas
rawat inap mampu PONED dan 1 (satu) Rumah sakit
Kabupaten/Kota yang mampu melaksanakan PONEK.
Melalui pengelolaan pelayanan PONED dan PONEK,
Puskesmas dan rumah sakit diharapkan bisa menjadi
institusi terdepan dimana kasus komplikasi dan rujukan
dapat diatasi dengan cepat dan tepat. Untuk Kabupaten
Bombana jumlah Puskesmas PONED sampai tahun
2018 sebanyak 5 Puskesmas yaitu Puskesmas Poleang
Timur, Puskesmas Lombakasih, Puskesmas Poleang,
Puskesmas Poleang Barat dan Puskesmas Kabaena
Timur.
Selain itu dilakukan pula kegiatan Audit Maternal
Perinatal (AMP), yang merupakan upaya dalam penilaian
pelaksanaan serta peningkatan mutu pelayanan
Page | 59

kesehatan ibu dan bayi baru lahir melalui pembahasan


kasus kematian ibu atau bayi baru lahir sejak di level
masyarakat sampai di level fasilitas pelayanan
kesehatan. Kendala yang timbul dalam upaya
penyelamatan ibu pada saat terjadi kegawatdaruratan
meternal dan bayi baru lahir akan dapat menghasilkan
suatu rekomendasi dalam upaya peningkatan mutu
pelayanan kesehatan ibu dan bayi di masa mendatang.

8. PELAYANAN KELUARGA BERENCANA (KB)

Program keluarga berencana (KB) dilakukan dalam


rangka mengatur jumlah kelahiran atau menjarangkan
kelahiran. Sasaran program KB adalah pasangan usia
subur (PUS) yang lebih dititik beratkan pada kelompok
Wanita Usia Subur (WUS) yang berada pada kisaran usia

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


15-49 tahun.
Keberhasilan program KB dapat diukur dengan melihat
cakupan KB aktif dan KB baru. Cakupan KB aktif
menggambarkan proporsi pasangan usia subur PUS)
yang sedang menggunakan alat/metode kontrasepsi
terhadap jumlah PUS yang ada.
Sedangkan cakupan KB baru adalah jumlah PUS yang
Baru menggunakan alat/ metode kontrasepsi terhadap
jumlah PUS.

Gambar 6.8
PRESENTASE METODE KONTRASEPSI
KABUPATEN BOMBANA TAHUN 2018
Page | 60

1.31
0.09
1.97 1.94

11.86
0.69
IUD
22.87
MOW
IMPLAN
KONDOM
SUNTIK
PIL
AKDR

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


MOP
62.48

Sumber : Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi, 2018

Penggunaan metode kontrasepsi tertinggi di Kabupaten


Bombana tahun 2018 adalah jenis suntik sebesar
62,48%, kemudian pil dengan presentase sebesar
22,87%. Hal ini berarti masyarakat Kabupaten Bombana
lebih banyak memilih metode kontrasepsi jangka pendek
melalui suntikan.
Gambaran Peserta KB Baru dan KB aktif dapat dilihat
pada gambar di bawah ini:

Gambar 6.9
PRESENTASE CAKUPAN KB AKTIF DAN KB PASCA PERSALINAN
KABUPATEN BOMBANA TAHUN 2018
Page | 61

KABAENA TENGAH 46.86 5.33

KABAENA TIMUR 53.11 1.37

KABAENA UTARA 62.16 77.21

KABAENA SELATAN 51.23 36.42

KABAENA BARAT 51.10 2.45

KABAENA 68.16 24.34

POLEANG BARAT 75.13 12.57

POLEANG 66.51 28.41

POLEANG TENGAH 79.80 9.55

TONTONUNU 58.80 40.25

POLEANG SELATAN 56.70 26.00


KB Aktif
POLEANG TENGGARA 54.27 0.00

POLEANG UTARA 62.44 28.96 KB Pasca Pessalinan

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


POLEANG TIMUR 58.85 87.05

MATAUSU 69.37 5.89

LOMBAKASIH 68.47 37.43

RAROWATU UTARA 57.47 13.61

RAROWATU 74.28 25.76

MASALOKA RAYA 69.85 10.41

MATAOLEO 60.49 18.80

RUMBIA TENGAH 69.95 49.46

RUMBIA 52.08 37.30

0.00 50.00 100.00 150.00 200.00

Sumber : Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi, 2018

Dari gambar di atas menunjukkan jumlah peserta KB


Aktif terbanyak pada Kecamatan Poleang Tengah dengan
presentase sebesar 79,80% sedangkan untuk jumlah
peserta KB Pasca Persalinan terbanyak pada Kecamatan
Poleang Timur yaitu sebesar 87,05%. Capaian peserta
KB aktif Kabupaten Bombana tahun 2018 sebesar
86,88% secara umum sudah mencapai target sebesar
70%.

B. KESEHATAN ANAK
1. ANGKA KEMATIAN NEONATAL (AKN)
Angka Kematian Neonatal (AKN) adalah jumlah
penduduk yang meninggal satu bulan pertama setelah
Page | 62

kelahiran (0-28 hari) yang dinyatakan dalam 1000


kelahiran hidup pada tahun yang sama. Angka kematian
Neonatal periode 5 tahun terakhir mengalami stagnasi.
Berdasarkan laporan SDKI 2007 dan 2012 diestimasikan
sebesar 19 per 1.000 kelahiran hidup.
Gambar 6.10
JUMLAH KEMATIAN NEONATAL
KABUPATEN BOMBANA TAHUN 2018

KABAENA TENGAH 20 2
KABAENA TIMUR 101
KABAENA UTARA 01 1
KABAENA SELATAN 0 Kematian
KABAENA BARAT 4 1 5 Neonatal
KABAENA 0 27 Jiwa
POLEANG BARAT 20 2

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


POLEANG 0
POLEANG TENGAH 0
TONTONUNU 101 Laki-laki
POLEANG SELATAN 01 1
POLEANG TENGGARA 0 Perempuan
POLEANG UTARA 1 5 6
POLEANG TIMUR 3 0 3 Laki-Laki+Perempuan
MATAUSU 0
LOMBAKASIH 101
RAROWATU UTARA 01 1
RAROWATU 0
MASALOKA RAYA 0
MATAOLEO 0
RUMBIA TENGAH 0
RUMBIA 1 2 3
0 5 10 15

Sumber : Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi, 2018

Pada gambar 6.10 jumlah kematian neonatal di


Kabupaten Bombana pada tahun 2018 sebanyak 27 jiwa
dengan kematian tertinggi neonatal pada Kecamatan
Poleang Utara sebesar 6 jiwa, kemudian Kecamatan
Kabaena Barat sebesar 5 jiwa, Poleang Timur dan
Rumbia masing-masing dengan kematian neonatal 3
jiwa. Sedangkan Kecamatan yang tidak memiliki
kematian neonatal di Tahun 2018 sebanyak 10
Kecamatan yaitu Kecamatan Kabaena Selatan, Kabaena,
Poleang, Poleang Tengah, Poleang Tenggara, Matausu,
Rarowatu, Masaloka Raya, Mataoleo, dan Rumbia
Tengah. Dapat dilihat pada gambar di atas jumlah
kematian neonatal lebih banyak dengan jenis kelamin
laki-laki sebanyak 16 jiwa sedangkan perempuan hanya
sebanyak 11 jiwa dengan penyebab kematian neonatal
umumnya adalah BBLR, afiksia dan kelainan kongenital.
Jumlah kelahiran hidup Kabupaten Bombana pada
Page | 63

tahun 2018 sebanyak 3.684 jiwa sehingga Angka


Kematian Neonatal Kabupaten Bombana sebesar 7,33
per 1.000 kelahiran hidup.

2. ANGKA KEMATIAN BAYI (AKB)


Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah penduduk
yang meninggal sebelum mencapai usia 1 tahun yang
dinyatakan dalam 1.000 kelahiran hidup pada tahun
yang sama. Usia bayi merupakan kondisi yang rentan
baik terhadap kesakitan maupun kematian.
Menurut hasil SDKI terjadi penurunan AKB cukup tajam
antara tahun 1991 sampai 2003 yaitu dari 68 per 1.000
kelahiran hidup menjasi 35 per 1.000 kelahiran hidup.
Berbagai faktor dapat menyebabkan adanya penurunan
AKB diantaranya dukungan peningkatan akses
pelayanan kesehatan antar lain peningkatan cakupan

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


imunisasi dasar sehubungan penyebab kematian bayi
pada periode 1990an antar lain diphteri dan campak.

Gambar 6.11
JUMLAH KEMATIAN BAYI PER KECAMATAN
KABUPATEN BOMBANA TAHUN 2018

KABAENA TENGAH 0
KABAENA TIMUR 1 0
KABAENA UTARA 0 Kabupaten :
KABAENA SELATAN 0 P=4
KABAENA BARAT 1 0 L=4
KABAENA 0
POLEANG BARAT 0
POLEANG 0
POLEANG TENGAH 0
TONTONUNU 1 0
POLEANG SELATAN 0 Laki-laki
POLEANG TENGGARA 0 1
POLEANG UTARA 0 Perempuan
POLEANG TIMUR 0 1
MATAUSU 0
LOMBAKASIH 0
RAROWATU UTARA 0
RAROWATU 1 1
MASALOKA RAYA 0 1
MATAOLEO 0
RUMBIA TENGAH 0
RUMBIA 0
0 1 1 2 2 3

Sumber : Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi, 2018


Pada gambar 6.11 jumlah kematian bayi di Kabupaten
Bombana tahun 2018 sebanyak 8 bayi terdiri dari 4 laki-
laki dan 4 perempuan. Kematian bayi terjadi di
Kecamatan Kabaena Timur, Kabaena Barat, Tontonunu,
Poleang Tenggara, Poleang Timur dan Masaloka Raya
sebesar masing-masing 1 bayi dan Rarowatu sebanyak 2
bayi. Umumnya penyebab kematian bayi disebabkan
karena penyakit Pneumonia dan diare. Dengan jumlah
Page | 64

kelahiran hidup di Kabupaten Bombana tahun 2018


dapat ditentukan Angka Kematian Bayi sebesar 2,17 per
1.000 kelahiran hidup.
Jumlah kematian bayi pada tahun 2017 sebanyak 8
orang dari 3.684 bayi. Angka kematian Bayi Tahun 2018
sebesar 2,17 per 1.000 Kelahiran Hidup, ini
menunjukkan adanya kenaikan AKB sebesar 0,8 per
1.000 Kelahiran Hidup jika dibandingkan dengan AKB
tahun 2017 sebesar 1,37 per 1.000 Kelahiran Hidup.
Berbagai faktor yang berpengaruh terhadap kenaikan
AKB diantaranya faktor sosial budaya, pendidikan ibu,
dukungan keluarga dan fasilitas kesehatan. Upaya
sektor kesehatan dalam upaya menurunkan AKB yaitu
dukungan peningkatan akses pelayanan kesehatan
antar lain peningkatan cakupan imunisasi dasar,
pelayanan ANC dan PNC, sarana dan prasarana

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


pelayanan kesehatan mulai ditingkatkan, adanya
program kemitraan bidan dan dukun, serta partisipasi
dan kesadaran masyarakat tentang kesehatan mulai
meningkat, program Jampersal (Jaminan Persalinan),
penyediaan rumah tunggu kelahiran yang sangat
membantu akses kepelayanan kesehatan.
Pemerintah Kabupaten Bombana telah mendukung
upaya penurunan Angka Kematian Bayi (AKB) melalui
program kesehatan ibu dan anak.

3. ANGKA KEMATIAN BALITA (AKABA)

Angka Kematian Balita (AKABA) adalah jumlah anak


yang meninggal sebelum mencapai usia 5 tahun yang
dinyatakan sebagai angka per 1.000 kelahiran hidup.

Gambar 6.12
JUMLAH KEMATIAN BALITA
KABUPATEN BOMBANA TAHUN 2018
Page | 65

KABAENA TENGAH 0
Kabupaten :
KABAENA TIMUR 1 0
L= 7
KABAENA UTARA 0 P= 4
KABAENA SELATAN 0
KABAENA BARAT 1 0
KABAENA 0
POLEANG BARAT 0 AKABA
POLEANG 0 2,99 PER 1000
POLEANG TENGAH 0
TONTONUNU 1 0
POLEANG SELATAN 0 Laki-laki

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


POLEANG TENGGARA 0 1 Perempuan
POLEANG UTARA 0
POLEANG TIMUR 1 1
MATAUSU 0
LOMBAKASIH 0
RAROWATU UTARA 0
RAROWATU 1 1
MASALOKA RAYA 0 1
MATAOLEO 0
RUMBIA TENGAH 2 0
RUMBIA 0

0 1 1 2 2 3

Sumber : Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi, 2018

Jumlah kematian balita Kabupaten Bombana tahun


2018 sebanyak 11 balita terdiri dari 7 laki-laki dan 4
perempuan. Gambar 6.10 memperlihatkan kematian
balita tertinggi pada Kecamatan Rumbia Tengah,
Rrowatu dan Poleang Timur masing-masing sebanyak 2
balita. Umumnya penyebab kematian balita karena
penyakit DBD dan diare.
Millenium Development Goal (MDGs) menetapkan nilai
normatif AKABA, yaitu sangat tinggi dengan nilai > 140
per 1.000 kelahiran hidup, tinggi dengan nilai 71-140 per
1.000 kelahiran hidup, sedang dengan nilai 20-70 per
1.000 kelahiran hidup, dan rendah dengan nilai < 20 per
1.000 kelahiran hidup. Dengan jumlah kelahiran hidup
Kabupaten Bombana tahun 2018 sebanyak 3.684 jiwa
maka Angka Kematian Balita Kabupaten Bombana
sebesar 2,99 per 1.000 kelahiran hidup. Berarti
Page | 66

Kabupaten Bombana berhasil menurunkan angka


kematian balita karena masih dalam kategori AKABA
rendah ˂20 jiwa per 1.000 kelahiran hidup.

4. PENANGANAN KOMPLIKASI NEONATAL


Neonatal komplikasi adalah neonatal dengan penyakit
dan atau kelainan yang dapat menyebabkan kecacatan
dan atau kematian, seperti asfiksia, icterus, hipotermia,
tetanus neonatorum, infeksi/sepsis, trauma lahir, BBLR
(Berat Lahir <2.500 gram), sindroma gangguan
pernapasan, dan kelainan kongenital maupun yang
termasuk klasifikasi kuning pada pemeriksaan dengan
Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM)
Yang dimaksud dengan penanganan Neonatal
komplikasi adalah neonatal sakit dan atau neonatal
dengan kelainan yang mendapat pelayanan sesuai

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


standar oleh tenaga kesehatan (dokter, bidan atau
perawat) baik dirumah, sarana pelayanan kesehatan
dasar maupun sarana pelayanan kesehatan rujukan.
Pelayanan sesuai standar antara lain sesuai dengan
standar MTBM, manajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir,
manajemen Bayi Berat Lahir Rendah, pedoman
pelayanan neonatal essensial di tingkat pelayanan
kesehatan dasar, PONED, PONEK atau standar
operasional pelayanan lainnya.

Gambar 6.13
PRESENTASE CAKUPAN PENANGANAN KOMPLIKASI NEONATAL
OLEH TENAGA KESEHATAN YANG MEMILIKI KOMPETENSI KEBIDANAN
KABUPATEN BOMBANA TAHUN 2018
Page | 67

KABAENA TENGAH 6
KABAENA TIMUR 6
KABAENA UTARA 11
KABAENA SELATAN 0
KABAENA BARAT 3
KABAENA 0
POLEANG BARAT 19
POLEANG 32
POLEANG TENGAH 0
TONTONUNU 0
POLEANG SELATAN 40
POLEANG TENGGARA 11
POLEANG UTARA 16
POLEANG TIMUR 143
MATAUSU 14
LOMBAKASIH 3

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


RAROWATU UTARA 6
RAROWATU 0
MASALOKA RAYA 57
MATAOLEO 6
RUMBIA TENGAH 0
RUMBIA 6
0 50 100 150 200

Sumber : Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi, 2018

Seperti pada penanganan komplikasi maternal, cakupan


penanganan komplikasi neonatal pada gambar 6.13
tertinggi pada Kecamatan Poleang Timur yaitu sebesar
143%. Hal ini juga karena adanya penentuan sasaran
neonatal dengan komplikasi berdasarkan estimasi
program sebesar 10% dari jumlah bayi sehingga untuk
mencapai target dalam Standar Pelayanan Mininal dan
MDGs bidang kesehatan tahun 2018 yaitu 100% akan
sulit tercapai.
Cakupan penanganan komplikasi neonatal yang rendah
dapat disebabkan oleh beberapa permasalahan
diantaranya system pencatatan dan pelaporan
penanganan neonatal dengan komplikasi yang belum
mengakomodir semua laporan fasilitas kesehatan dasar
dan rujukan swasta. Rendahnya cakupan penanganan
juga dapat disebabkan masih terdapat tenaga kesehatan
yang belum memahami definisi operasional dari
terminologi penanganan neonatal dengan komplikasi.

5. KUNJUNGAN NEONATAL
Pelayanan kesehatan neonatal sesuai standar adalah
pelayanan kesehatan neonatal saat lahir dan pelayanan
kesehatan saat kunjungan neonatal sebanyak 3 kali.
Pelayanan yang diberikan saat kunjungan neonatal
Page | 68

adalah pemeriksaan sesuai standar Manajemen Terpadu


Balita Muda (MTBM) dan konseling perawatan bayi baru
lahir termasuk ASI ekslusif dan perawatan tali pusat.
Pada kunjungan neonatal pertama (KN1), bayi baru lahir
mendapatkan vitamin k1 I injeksi dan imunisasi
hepatitis B0 bila belum diberikan pada saat lahir.

Gambar 6.14
PRESENTASE CAKUPAN KN1 DAN KUNJUNGAN NEONATAL LENGKAP
KABUPATEN BOMBANA TAHUN 2018

KABAENA TENGAH 61
62
KABAENA TIMUR 95
95
KABAENA UTARA 81
83
KABAENA SELATAN 6266
KABAENA BARAT 78

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


80
KABAENA 5861
POLEANG BARAT 98
100
POLEANG 93
94
POLEANG TENGAH 68
70
TONTONUNU 79
77
POLEANG SELATAN 69
69
POLEANG TENGGARA 73
74
POLEANG UTARA 7680
POLEANG TIMUR 91
91
MATAUSU 80 87
LOMBAKASIH 93
93
RAROWATU UTARA 67
68
RAROWATU 74
74
MASALOKA RAYA 87
90
MATAOLEO 87 93
RUMBIA TENGAH 101
101
RUMBIA 91
93
0 20 40 60 80 100 120

KN LENGKAP KN1

Sumber : Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi, 2018

Gambar 6.14 menunjukkan bahwa Kecamatan Rumbia


Tengah dengan cakupan tertinggi KN1 dan kunjungan
neonatal lengkap di atas 101%
KN lengkap adalah indikator yang menggambar
pelayanan kesehatan bagi neonatal yang mengharuskan
agar setiap bayi baru lahir mendapatkan pelayanan
kesehatan sesuai standar setidaknya 3kali.
Target capaian untuk kunjungan neonatal secara
nasional sebesar 90%, berarti capaian kunjungan
neonatal di Kabupaten Bombana belum mencapai target
Page | 69

nasional di mana untuk KN1 sebesar 84,92% dan KN3


sebesar 83,37%.

6. CAKUPAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF

Cara pemberian makanan pada bayi yang baik dan benar


adalah menyusui bayi secara eksklusif sejak lahir sampai
dengan umur 6 bulan dan meneruskan menyusui anak
sampai umur 24 bulan. Mulai umur 6 bulan, bayi
mendapat makanan pendamping ASI yang bergizi sesuai
dengan kebutuhan tumbuh kembangnya.
Persentase pemberian ASI Kabupaten Bombana tahun
2018 sebesar 56,64% dengan presentase tertinggi pada
Kecamatan Tontonunu sebesar 94,17%. Secara rinci
dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


Gambar 6.15
PRESENTASE CAKUPAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF
KABUPATEN BOMBANA TAHUN 2018

ASI EKSLISIF
KABAENA TENGAH
0
KABAENA TIMUR
0
KABAENA UTARA
0
KABAENA SELATAN
78
KABAENA BARAT
51
KABAENA
0
POLEANG BARAT
68
POLEANG
73
POLEANG TENGAH
65
TONTONUNU
94
POLEANG SELATAN
0
POLEANG TENGGARA
0
POLEANG UTARA
54
POLEANG TIMUR
0 ASI EKSLISIF
MATAUSU
0
LOMBAKASIH
0
RAROWATU UTARA
41
RAROWATU
0
MASALOKA RAYA
61
MATAOLEO
0
RUMBIA TENGAH
0
RUMBIA
0

0 50 100
Sumber : Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi, 2018
Permasalahan terkait pencapaian cakupan ASI Eksklusif
antara lain:
a. Pemasaran susu formula masih gencar dilakukan
untuk bayi 0-6 bulan yang tidak ada masalah medis
b. Masih banyaknya perusahaan/instansi yang
mempekerjakan perempuan tidak memberi
kesempatan bagi ibu yang memiliki bayi 0-6 bulan
untuk melaksanakan pemberian ASI secara eksklusif.
Hal ini terbukti dengan belum tersedianya ruang
laktasi dan perangkat pendukungnya
Page | 70

c. Masih banyak tenaga kesehatan ditingkat layanan


yang belum peduli atau belum berpihak pada
pemenuhan hak bayi untuk mendapatkan ASI
eksklusif, yaitu masih mendorong untuk memberi
susu formula pada bayi 0-6 bulan
d. Pemasaran susu formula masih banyak ditujukan
pada bayi yang tidak punya masalah kesehatan
e. Masih sangat terbatasnya tenaga konselor ASI
f. Belum maksimalnya kegiatan edukasi, sosialisasi,
advokasi dan kampanye terkait pemberian ASI, dan
belum semua rumah sakit melaksanakan 10 langkah
menuju keberhasilan menyusui (LMKM).
Upaya yang dilakukan dalam memecahkan masalah
tersebut yaitu:
a. Pemberlakuan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun
2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif.

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


b. Melakukan pelatihan konseling menyusui dan
konseling makanan pendamping ASI (MP-ASI).
c. Melaksanakan 10 Langkah Menuju Keberhasilan
Menyusui (LMKM), yaitu :
1. Membuat kebijakan tertulis tentang menyusui dan
dikomunikasikan kepada semua staf pelayanan
kesehatan;
2. Melatih semua staf pelayanan dalam keterampilan
menerapkan kebijakan menyusui tersebut;
3. Menginformasikan kepada semua ibu hamil
tentang manfaat dan manajemen menyusui;
4. Membantu ibu menyusui dini dalam 30 menit
pertama persalinan;
5. Membantu ini cara menyusui dan
mempertahankan menyusui meskipun ibu dipisah
dari bayinya;
6. Memberikan ASI saja kepada bayi baru lahir
kecuali ada indikasi medis;
7. Menerapkan rawat gabung ibu dengan bayinya
sepanjang waktu (24 jam);
8. Menganjurkan menyusui sesuai permintaan bayi;
9. Tidak memberi dot kepada bayi;
10. Mendorong pembentukan kelompok pendukung
menyusui dan merujuk ibu kepada kelompok
tersebut setelah keluar dari sarana pelayanan.

d. Sosialisasi dan kampanye ASI Eksklusif.


e. KIE melalui media cetak dan elektronik.
f. Mengembangkan Strategi Peningkatan Pemberian ASI
Eksklusif.
g. Menciptakan lingkungan yang kondusif terhadap
perilaku menyusui melalui peraturan perundang-
undangan dan kebijakan atau PP.
Page | 71

h. Penguatan sarana pelayanan kesehatan (RS/RSIA,


Puskesmas Perawatan, Klinik Bersalin) dalam
menerapkan 10 LMKM.
i. Peningkatan komitmen dan kapasitas stakeholder
dalam meningkatkan, melindungi, dan mendukung
pemberian ASI.
j. Pemberdayaan ibu, keluarga, dan masyarakat dalam
praktek pemberian ASI.
k. Menjamin terlaksananya strategi pemberian ASI.
l. Pelaksanaan revitalisasi RS dan sarana pelayanan
kesehatan sayang bayi.
m.Peningkatan kapasitas tenaga kesehatan.
o. Pemberdayaan ibu, bapak, dan keluarga, serta
masyarakat.
p. Bekerjasama dengan lintas sektor terkait dalam
pengawasan pemasaran susu formula dan produk

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


makanan bayi sesuai standar produk makanan (codex
alimentarius).
r. Advokasi dan promosi peningkatan pemberian ASI.

7. PELAYANAN KESEHATAN PADA BAYI

Bayi juga merupakan salah satu kelompok yang rentan


terhadap gangguan kesehatan maupun serangan
penyakit. Oleh karena itu dilakukan upaya pelayanan
kesehatan yang ditujukan pada usia 29 hari sampai
dengan 11 bulan dengan memberikan pelayanan
kesehatan sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan
yang memiliki kompetensi klinis kesehatan (dokter,
bidan dan perawat) minimal 4 kali. Program ini terdiri
dari pemberian imunisasi dasar (BCG, DPT/HB1-3, Polio
1-4 dan Campak), Stimulasi Deteksi Intervensi Dini
Tumbuh Kembang (SDIDTK) bayi, pemberian vitamin A
pada bayi, dan penyuluhan perawatan kesehatan bayi
serta penyuluhan ASI Eksklusif, MP ASI dan lain-lain.
Cakupan pelayanan kesehatan bayi dapat
menggambarkan upaya pemerintah dalam
meningkatkan akses bayi untuk memperoleh pelayanan
kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin adanya
kelainan atau penyakit, pemeliharaan kesehatan dan
pencegahan penyakit serta peningkatan kualitas hidup
bayi.
Gambar 6.16
PRESENTASE CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN BAYI
KABUPATEN BOMBANA TAHUN 2018
Page | 72

KABAENA TENGAH 55 30
KABAENA TIMUR 85 78
KABAENA UTARA 134 111 Kabupaten
KABAENA SELATAN 47 42 83,80%
KABAENA BARAT 76 75
KABAENA 63 61
POLEANG BARAT 84 92
POLEANG 97 92
POLEANG TENGAH 76 53
TONTONUNU 76 84
POLEANG SELATAN 67 74 LAKI-LAKI
POLEANG TENGGARA 86 59
POLEANG UTARA 90 99 PEREMPUAN
POLEANG TIMUR 74 74
MATAUSU 97 92
LOMBAKASIH 76 99
RAROWATU UTARA 73 75
RAROWATU 98 92

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


MASALOKA RAYA 91 93
MATAOLEO 80 90
RUMBIA TENGAH 88 103
RUMBIA 89 101
0 50 100 150 200 250 300

Sumber : Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi, 2018

Pada gambar 6.16 cakupan pelayanan bayi tertinggi


pada Kecamatan Kabaena Utara yaitu sebesar 134%
pada laki-laki dan 111% pada perempuan. Untuk
cakupan pelayanan bayi Kabupaten Bombana tahun
2018 sebesar 83,80% ini menunjukkan belum
mencapaitarget nasional yaitu sebesar 90%.

8. PELAYANAN IMUNISASI
Program imunisasi merupakan salah satu upaya untuk
melindungi penduduk terhadap penyakit tertentu.
Beberapa penyakit menular yang termasuk ke dalam
penyakit yang dapat dicegah dengan Imunisasi (PD3I)
antara lain : Difteri, Tetanus, Hepatitis B, radang selaput
otak, radang paru-paru, pertusis, dan polio.
Proses perjalanan penyakit diawali ketika
virus/bakteri/protozoa/jamur, masuk kedalam tubuh.
Setiap makhluk hidup yang masuk ke dalam tubuh
manusia akan dianggap benda asing oleh tubuh atau
yang disebut dengan antigen. Secara alamiah sistem
kekebalan tubuh akan membentuk zat anti yang disebut
antibodi untuk melumpuhkan antigen. Pada saat
pertama kali antibodi “berinteraksi” dengan antigen,
respon yang diberikan tidak terlalu kuat. Hal ini
disebabkan antibodi belum “mengenali” antigen. Pada
interaksi antibodi-antigen yang ke-2 dan seterusnya,
sistem kekebalan tubuh sudah memiliki “memori” untuk
Page | 73

mengenali antigen yang masuk ke dalam tubuh,


sehingga antibody yang terbentuk lebih banyak dan
dalam waktu yang lebih cepat.
Proses pembentukan antibodi untuk melawan antigen
secara alamiah disebut imunisasi alamiah. Sedangkan
program imunisasi melalui pemberian vaksin adalah
upaya stimulasi terhadap sistem kekebalan tubuh untuk
menghasilkan antibodi dalam upaya melawan penyakit
dengan melumpuhkan “antigen” dilemahkan yang
berasal dari vaksin. Program imunisasi diberikan kepada
populasi yang dianggap rentan terjangkit penyakit
menular, yaitu bayi, anak usia sekolah, wanita usia
subur, dan ibu hamil.
Sebagai salah satu kelompok yang menjadi sasaran
program imunisasi, setiap bayi wajib mendapatkan lima
imunisasi dasar lengkap (LIL) yang terdiri dari : 1 dosis

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


BCG, 3 dosis DPT, 4 dosis polio, 1 dosis hepatitis B, dan
1 dosis campak. Dari kelima imunisasi dasar lengkap
yang diwajibkan tersebut, campak merupakan imunisasi
yang mendapat perhatian lebih yang dibuktikan dengan
komitmen Indonesia pada lingkup ASEAN dan SEARO
untuk mempertahankan cakupan imunisasi campak
sebesar 90%. Hal ini terkait dengan realita bahwa
campak adalah penyebab utama kematian pada balita.
Dengan demikian pencegahan campak memiliki peran
signifikan dalam penurunan angka kematian balita.
Kabupaten Bombana memiliki cakupan Imunisasi Dasar
Lengkap (IDL) sebesar 89,95%. Secara rinci dapat dilihat
pada gambar berikut:

Gambar 5.17
PRESENTASE CAKUPAN IDL PER PUSKESMAS
KABUPATEN BOMBANA TAHUN 2018
Page | 74

KABAENA TENGAH
97.57 93.09
KABAENA TIMUR
79.73 100.26
KABAENA UTARA
102.17 105.19 IDL 89,95%
KABAENA SELATAN
89.49 87.08
KABAENA BARAT
82.72 74.47
KABAENA
81.00 88.88
POLEANG BARAT
91.86 93.35
POLEANG
110.14 96.69
POLEANG TENGAH
96.42 80.90
TONTONUNU
84.21 102.50
POLEANG SELATAN
89.41 97.83 Laki-laki
POLEANG TENGGARA
89.07 89.23
POLEANG UTARA
68.61 69.61 Perempuan
POLEANG TIMUR
97.37 82.62
MATAUSU
118.98 102.07

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


LOMBAKASIH
96.26 100.56
RAROWATU UTARA
60.68 104.72
RAROWATU
76.75 71.98
MASALOKA RAYA
68.99 105.29
MATAOLEO
94.06 92.41
RUMBIA TENGAH
95.96 88.33
RUMBIA
97.74 92.72
0.00 50.00 100.00 150.00 200.00 250.00

Sumber : Seksi Surveilans dan Imunisasi, 2018

Pada gambar diatas dapat cakupan tertinggi imunisasi


dasar lengkap pada bayi yaitu Kecamatan Matausu
sebesar 118,98% pada laki-laki dan 102.07% pada
perempuan. Cakupan beberapa kecamatan di atas 100%
karena bayi yang diintervensi melebihi dari estimasi
sasaran bayi yang telah disepakati.

Indikator lain yang diukur untuk menilai keberhasilan


pelaksananaan imunisasi adalah Universal Child
Immunization atau yang biasa disingkat UCI. UCI adalah
gambaran suatu desa/kelurahan dimana > 80% dari
jumlah bayi (0-11 bulan) yang ada di desa/kelurahan
tersebut sudah mendapat imunisasi dasar lengkap.

Gambar 6.18
PRESENTASE CAKUPAN DESA UCI
KABUPATEN BOMBANA TAHUN 2018
Page | 75

KABUPATEN 90
KABAENA TENGAH 100
KABAENA TIMUR 71
KABAENA UTARA 100
KABAENA SELATAN 100
KABAENA BARAT 60
KABAENA 75
POLEANG BARAT 100
POLEANG 100
POLEANG TENGAH 75
TONTONUNU 100
POLEANG SELATAN 100

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


POLEANG TENGGARA 100
POLEANG UTARA 25
POLEANG TIMUR 80
MATAUSU 100
LOMBAKASIH 78
RAROWATU UTARA 75
RAROWATU 56
MASALOKA RAYA 80
MATAOLEO 100
RUMBIA TENGAH 60
RUMBIA 80

0 20 40 60 80 100 120

Sumber : Seksi Surveilans dan Imunisasi, 2018

Pada gambar 6.18 Cakupan desa UCI Kabupaten


Bombana tahun 2018 sebesar 72,52% masih di bawah
target nasional yaitu 100%. Cakupan desa UCI terendah
pada Kecamatan Poleang Utara sebesar 25%. Imunisasi
dasar pada bayi seharusnya diberikan pada anak sesuai
dengan umurnya. Pada kondisi ini, diharapkan sistem
kekebalan tubuh dapat bekerja secara optimal. Namun
demikian, pada kondisi tertentu beberapa bayi tidak
mendapatkan imunisasi dasar secara lengkap. Kelompok
inilah yang disebut dengan drop out (DO) imunisasi. Bayi
yang mendapatkan imunisasi DPT/HB1 pada awal
pemberian imunisasi, namun tidak mendapatkan
imunisasi campak, disebut Drop Out Rate DPT/HB1-
Campak. Indikator ini diperoleh dengan menghitung
selisih penurunan cakupan imunisasi campak terhadap
cakupan imunisasi DPT/HB1.
Page | 76

DO Rate DPT/HB1-Campak diharapkan agar tidak


melebihi 5%. Batas minimum tersebut telah berhasil
dipenuhi sejak tahun 2010 sampai dengan tahun 2012.
Pada tahun 2012 terdapat 15 provinsi dengan DO Rate <
5.
Jumlah bayi yang mendapatkan imunisasi DPT/HB1 di
Kabupaten Bombana tahun 2018 sebanyak 3.185 bayi
sedangkan yang mendapatkan imunisasi campak
sebanyak 3.716 bayi. Pencapaian cakupan imunisasi
campak lebih tinggi karena adanya kegiatan sweeping
imunisasi dan crass campak.
Sedangkan cakupan imunisasi Campak/MR pada bayi
dapat dilihat paga gambar berikut:

Gambar 5.19
PRESENTASE CAKUPAN IMUNISASI CAMPAK/MR

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


PER PUSKESMAS
KABUPATEN BOMBANA TAHUN 2018

KABAENA TENGAH
93.74 87.39
KABAENA TIMUR
77.72 88.80
KABAENA UTARA
93.79 99.85 CAMPAK/MR
KABAENA SELATAN
89.49 84.85
KABAENA BARAT
82.72 74.47
KABAENA
74.43 71.54
POLEANG BARAT
82.22 87.28
POLEANG
108.26 89.39
POLEANG TENGAH
96.42 80.90
TONTONUNU
86.54 105.20
POLEANG SELATAN
89.41 97.83 Laki-laki
POLEANG TENGGARA
89.07 89.23
POLEANG UTARA
68.00 71.54 Perempuan
POLEANG TIMUR
91.51 77.32
MATAUSU
122.69 102.07
LOMBAKASIH
95.43 102.50
RAROWATU UTARA
60.68 90.08
RAROWATU
76.75 71.98
MASALOKA RAYA
73.92 105.29
MATAOLEO
94.06 92.41
RUMBIA TENGAH
106.87 95.87
RUMBIA
97.74 92.72
0.00 50.00 100.00 150.00 200.00 250.00

Sumber : Seksi Surveilans dan Imunisasi, 2018


Pada gambar diatas dapat cakupan tertinggi imunisasi
Campak/MR pada bayi yaitu Kecamatan Matausu
sebesar 122,69% pada laki-laki dan 102.07% pada
perempuan. Cakupan beberapa kecamatan di atas 100%
karena bayi yang diintervensi melebihi dari estimasi
sasaran bayi yang telah disepakati
Page | 77

9. PEMBERIAN KAPSUL VITAMIN A


Selain anemia gizi besi, kekurangan vitamin A juga
menjadi perhatian dalam upaya perbaikan gizi
masyarakat. Oleh karena itu dilakukan pemberian
kapsul vitamin A dalam rangka mencegah dan
menurunkan prevalensi kekurangan vitamin A (KVA)
pada balita. Cakupan yang tinggi dari pemberian
kapsul vitamin A dosis tinggi terbukti efektif untuk
mengatasi masalah KVA pada masyarakat. Vitamin A
berperan terhadap penurunan angka kematian,
pencegahan kebutaan serta pertumbuhan dan
kelangsungan hidup anak.
Masalah vitamin A pada balita secara klinis bukan lagi
masalah kesehatan masyarakat (prevalensi
xeropthalmia < 0,5 %). Hasil studi masalah gizi mikro

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


di 10 kota pada 10 provinsi tahun 2006, diperoleh
prevalensi xeropthalmia pada balita 0,13%, sedangkan
hasil survey vitamin A pada tahun 1992 menunjukkan
prevalensi xeropthalmia sebesar 0,33%.
Namun demikian KVA subklinis, yaitu tingkat yang
belum menampakkan gejala nyata, masih ada
kelompok balita. KVA tingkat subklinis ini hanya dapat
diketahui dengan memeriksa kadar Vitamin A dalam
darah di Laboratorium. Selain itu, sebaran cakupan
pemberian vitamin A pada balita menurut provinsi
masih ada yang dibawah 75 %. Dengan demikian
kegiatan pemberian vitamin A pada balita masih perlu
dilanjutkan, karena bukan hanya untuk kesehatan
mata dan mencegah kebutaan, namun lebih penting
lagi, vitamin A meningkatkan kelangsungan hidup,
kesehatan dan pertumbuhan anak.
Pemberian kapsul vitamin A dilakukan terhadap bayi
(6-11 bulan) dengan dosis 100.000 SI, anak balita (12-
59 bulan) dengan dosis 200.000 SI, dan ibu nifas
diberikan kapsul vitamin A 200.000 SI, sehingga
bayinya akan memperoleh vitamin A yang cukup
melalui ASI. Pemberian Kapsul Vitamin A diberikan
secara serentak setiap bulan Februari dan agustus
pada balita usia 6-59 bulan.
Cakupan pemberian kapsul Vitamin A pada balita di
Kabupaten Bombana tahun 2017 dapat dilihat pada
gambar di bawah ini:
Gambar 6.20
PRESENTASE CAKUPAN PEMBERIAN KAPSUL VITAMIN A
KABUPATEN BOMBANA TAHUN 2018
Page | 78

BAYI ANAK BALITA BALITA

KABAENA TENGAH 98 0 97.56


KABAENA TIMUR 39 0 39.00
KABAENA UTARA 98 66 75.14
KABAENA SELATAN 100 100 100.00
KABAENA BARAT 77 68 69.26
KABAENA 90 76 79.93
POLEANG BARAT 74 97 92.01
POLEANG 79 88 85.50
POLEANG TENGAH 100 97 97.55
TONTONUNU 80 59 63.31
POLEANG SELATAN 0.00
0
POLEANG TENGGARA 43 8.08
0
POLEANG UTARA 99 85 89.14

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


POLEANG TIMUR 100 0 100.00
MATAUSU 82 84 83.18
LOMBAKASIH 84 79 80.71
RAROWATU UTARA 90 50 57.29
RAROWATU 84 74 76.88
MASALOKA RAYA 92 86 87.30
MATAOLEO 86 0 85.57
RUMBIA TENGAH 94 92 92.03
RUMBIA 73 39 52.83

Sumber : Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi, 2018

Cakupan pemberian Vitamin A di Kabupaten Bombana


tahun 2018 pada Bayi sebesar 79,13%, pada anak balita
sebesar 74,49% dan pada balita sebesar 75,82% .

10. PELAYANAN KESEHATAN PADA BALITA


Salah satu indiator yang ditetapkan pada Rencana
Strategis Kementerian Kesehatan terkait dengan upaya
kesehatan balita. Adapan batasan anak balita adalah
setiap anak ynag berada pada kisaran umur 0 sampai
dengan 59 bulan. Pelayanan kesehatan pada anak balita
dilakukan oleh tenaga kesehatan dalam upaya
meningkatkan kualitas hidup balita dengan melakukan
beberapa kegiatan antara lain :
1. Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan dan
stimulasi tumbuh kembang pada anak dengan
menggunakan instrumen SDIDTK
2. Pembinaan posyandu, pembinaan anak prasekolah
termasuk Pendidikan Anak usia Dini (PAUD) dan
konseling keluarga pada kelas ibu balita dengan
memanfaatkan buku KIA.
Page | 79

3. Perawatan anak balita dengan pemberian ASI sampai


2 tahun, makanan gizi seimbang, vitamin A.

Capaian indikator pelayanan anak balita di Kabupaten


Bombana tahun 2017 adalah sebagai berikut:

Gambar 6.21
PRESENTASE CAKUPAN PELAYANAN BALITA
KABUPATEN BOMBANA TAHUN 2018

KABAENA TENGAH 19
22
KABAENA TIMUR 30
35
KABAENA UTARA 40
37
KABAENA SELATAN 7
12

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


KABAENA BARAT 49
56
KABAENA 38
36
POLEANG BARAT 21
16
POLEANG 95
97
POLEANG TENGAH 25
25
TONTONUNU 43
43
POLEANG SELATAN 26
27 PEREMPUAN
POLEANG TENGGARA 37
41 LAKI-LAKI
POLEANG UTARA 44
40
POLEANG TIMUR 35
32
MATAUSU 65
37
LOMBAKASIH 73
55
RAROWATU UTARA 36
28
RAROWATU 28
28
MASALOKA RAYA 42
50
MATAOLEO 22
16
RUMBIA TENGAH 42
38
RUMBIA 36
36
0 50 100 150

Sumber : Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi, 2018


Pada gambar 6.21 cakupan pelayanan balita tertinggi di
Kabupaten Bombana tahun 2018 pada Kecamatan
Poleang sebesar 97% pada laki-laki dan 95% pada
perempuan. Capaian indikator pelayanan balita
Kabupaten Bombana sebesar 41% masih di bawah target
nasional yaitu sebesar 90%. Hal ini karena pelayanan
anak balita ini adalah program terpadu antara program
Page | 80

kesehatan anak, program imunisasi dan program gizi.


Rendahnya capaian pelayanan anak balita di Kabupaten
Bombana karena adanya perbedaan persepsi serta sistem
pelaporan yang tidak sinkron antar program terkait.
11. STATUS GIZI PADA BALITA
Kegiatan penimbangan balita di Posyandu (D/S)
menjadi salah satu indikator yang ditetapkan pada
Renstra Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019.
Indikator ini berkaitan dengan cakupan pelayanan gizi
pada balita, cakupan pelayanan kesehatan dasar
khususnya imunisasi serta penanganan prevalensi gizi
kurang pada balita. Dengan cakupan-cakupan D/S
yang tinggi, diharapkan semakin tinggi pula cakupan
vitamin A, cakupan imunisasi dan semakin rendah
prevalensi gizi kurang.
Cakupan penimbangan balita di posyandu Kabupaten

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


Bombana tahun 2018 dapat dilihat pada gambar di
bawah ini:
Gambar 6.22
PRESENTASE CAKUPAN PENIMBANGAN BALITAKABUPATEN
BOMBANA TAHUN 2018
KABAENA TENGAH 89 90
KABAENA TIMUR 78 78
KABAENA UTARA 90 90
KABAENA SELATAN 87 86
KABAENA BARAT 84 87
KABAENA 67 68
POLEANG BARAT 87 87
POLEANG 74 76
POLEANG TENGAH 76 68
TONTONUNU 74 79
POLEANG SELATAN 74 73 LAKI-LAKI
POLEANG TENGGARA 82 82
POLEANG UTARA 79 79 PEREMPUAN
POLEANG TIMUR 82 84
MATAUSU 69 69
LOMBAKASIH 87 86
RAROWATU UTARA 40 57
RAROWATU 76 72
MASALOKA RAYA 66 67
MATAOLEO 87 63
RUMBIA TENGAH 81 72
RUMBIA 84 84

0 50 100 150 200

Sumber : Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi, 2018


Pada gambar diatas cakupan D/S Kabupaten Bombana
tahun 2018 tertinggi pada Kecamatan Kabaena Utara
sebesar 89% pada laki-laki dan 90% pada perempuan.
Secara umum cakupan D/S Kabupaten Bombana
sebesar 76,25% masih di bawah target nasional yaitu
85%.
Kunjungan balita ke posyandu sangat berkaitan dengan
indikator D/S. Namun demikian terdapat beberapa
kendala yang dihadapi terkait dengan kunjungan balita
Page | 81

ke posyandu. Permasalahan tersebut antara lain : dana


operasional dan sarana prasarana untuk menggerakkan
kegiatan posyandu, tingkat pengetahuan kader dan
kemampuan petugas dalam pemantauan pertumbuhan
dan konseling, tingkat pemahaman keluarga dan
masyarakat terhadap manfaat Posyandu, serta
pelaksanaan pembinaan kader.
Salah satu indikator kesehatan yang dinilai
keberhasilan pencapaiannya dalam SDGs adalah status
gizi balita. Status gizi balita dapat diukur berdasarkan
umur, berat badan (BB), dan tinggi badan/panjang
badan (TB). Variabel umur, BB dan TB ini disajikan
dalam bentuk tiga indikator antropometri, yaitu : berat
badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut
umur (TB/U), dan berat badan menurut tinggi badan
(BB/TB). Indikator BB/U memberikan indikasi masalah

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


gizi secara umum. Indikator ini tidak memberikan
indikasi tentang masalah gizi yang sifatnya kronis
ataupun akut karena berat badan berkorelasi positif
dengan umur dan tinggi badan. Dengan kata lain, berat
badan yang rendah dapat disebabkan karena tubuh
yang pendek (kronis) atau karena diare atau penyakit
infeksi lain (akut).
Indikator gizi yang lain yaitu tinggi badan menurut
umur (TB/U) memberikan indikasi masalah gizi yang
sifatnya kronis sebagai akibat dari keadaan yang
berlangsung lama, misalnya kemiskinan, perilaku hidup
tidak sehat dan pola asuh/pemberian makan yang
kurang baik dari sejak anak dilahirkan yang
mengakibatkan anak menjadi pendek. Indikator BB/TB
dan Indeks Massa Tubuh (IMT) memberikan indikasi
masalah gizi yang sifatnya akut sebagai akibat dari
peristiwa yang terjadi dalam waktu yang tidak lama
(singkat), misalnya mengidap penyakit tertentu dan
kekurangan asupan gizi yang mengakibatkan anak
menjdi kurus.

Gambar 6.23
Prevalensi Balita Gizi Kurang, Balita Pendek dan Balita Kurus
Kabupaten Bombana Tahun 2018
Page | 82

35 BALITA
PENDEK, 32
30

25

20

15
BALITA GIZI
10 KUARANG, 8
BALITA
5 KURUS, 4

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


0
2018

Sumber : Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi, 2018

Berdasarkan gambar di atas prevalensi balita pendek di


Kabupaten Bombana pada tahun 2018 lebih tinggi
dibandingkan dengan balita gizi kurang dan balita
kurus.
Program pemeritah melalui program pemberian
makanan tambahan (PMT) pemulihan untuk kasus gizi
buruk, pemberian makanan pendamping ASI dan PMT
penyuluhan yang bersumber dari dana Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), Bantuan
Operasional (BOK) dan APBN perlu di tigkatkan agar
status gizi pada balita lebih baik lagi.

12. PELAYANAN KESEHATAN PADA SISWA SD, SMP, SMA


DAN SETINGKAT
Salah satu upaya kesehatan anak adalah intervensi pada
anak usia sekolah. Upaya kesehatan pada kelompok ini
yang dilakukan melalui penjaringan kesehatan terhadap
murid SD/MI kelas I, SMP/MTs kelas 7 dan SMA/MA
kelas 10 juga menjadi salah satu indikator yang
dievaluasi keberhasilannya melalui Renstra Kementerian
Kesehatan. Melalui kegiatan penjaringan kesehatan
diharapkan bias mengatasi permasalahan kesehatan
pada anak usia sekolah yaitu pelaksanaan Perilaku
Hidup Bersih dan sehat (PHBS) seperti menggosok gigi
dengan baik dan benar, mencuci tangan menggunakan
sabun, karies gigi, kecacingan, kelainan
refraksi/ketajaman penglihatan dan masalah gizi.

Kegiatan penjaringan kesehatan ini terdiri dari :


Page | 83

a. Pemeriksaan kebersihan perorangan (rambut, kulit


dan kuku)
b. Pemeriksaan status gizi melalui pengukuran
antropometri
c. Pemeriksaan ketajaman indera (penglihatan dan
pendengaran)
d. Pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut
e. Pemeriksaan laboratorium untuk anemia dan
kecacingan
f. Pengukuran kebugaran jasmani
g. Deteksi dini masalah mental emosional
Melalui penjaringan kesehatan diharapkan siswa
SD/sederajat kelas 1, SMP/MTs kelas 7 dan SMA/MA
kelas 10 yang memiliki masalah kesehatan mendapatkan
penanganan sedini mungkin. Penjaringan kesehatan
dinilai dengan menghitung persentase SD/MI, SMP/MTs

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


dan SMA/MA yang melakukan penjaringan kesehatan
terhadap seluruh SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA yang
menjadi sasaran penjaringan.
Tahun 2018 di Kabupaten Bombana sebanyak 168
SD/MI, 72 SMP/MTs dan 34 SMA/MA di mana semua
SD/MI mendapatkan pelayanan penjaringan kesehatan
sedang 70 untuk SMP/MTs dan 32 untuk 32 SMA/MA.
Cakupan penjaringan siswa SD/MI, SMP/MTs dan
SMA/MA dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 6.24
PRESENTASE CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN (PENJARINGAN
ANAK SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA PER KECAMATAN
KABUPATEN BOMBANA TAHUN 2018
Page | 84

SD/MI SMP/MTs SMA/MA


KABAENA TENGAH 100.00 100 100
KABAENA TIMUR 100.00 100 100
KABAENA UTARA 100.00 100 100
KABAENA SELATAN 100.00 100 100
KABAENA BARAT 100.00 100 100
KABAENA 100.00 100 100
POLEANG BARAT 100.00 100 100
POLEANG 100.00 100 100
POLEANG TENGAH 100.00 100 100
TONTONUNU 100.00 100 100
POLEANG SELATAN 100.00 100 100
POLEANG TENGGARA 100.00 100 100
POLEANG UTARA 100.00 100 100
POLEANG TIMUR 100.00 100 100
MATAUSU 100.00 100 0
LOMBAKASIH 100.00 100 100
RAROWATU UTARA 100.00 100 100
RAROWATU 100.00 100 100

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


MASALOKA RAYA 100.00 100 100
MATAOLEO 100.00 100 100
RUMBIA TENGAH 100.00 100 100
RUMBIA 100.00 0

Sumber : Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi, 2018

Gambar 6.24 menunjukkan 100% untuk jumlah SD/MI


yang mendapatkan penjaringan kesehatan dan untuk
SMP/MTs 97,22% yang mendapatkan penjaringan
kesehatan serta 94,12% untuk SMA/MA yang
mendapatkan penjaringan kesehatan.
Sulit terpenuhinya target penjaringan disebabkan oleh
tenaga yang sudah dilatih dipindahkan kebidang/tempat
lain dan juga kurangnya tenaga di puskesmas untuk
melaksanakan penjaringan, sehingga untuk
melaksanakan penjaringan kesehatan membutuhkan
waktu lebih lama.

C. KESEHATAN USIA PRODUKTIF DAN USIA LANJUT

1. PELAYANAN KESEHATAN USIA PRODUKTIF


Indikator penting terkait distribusi penduduk menurut
umur yang sering digunakan untuk mengetahui
produktivitas penduduk adalah Angka Beban
Tanggungan atau Dependency Ratio. Angka Beban
Tanggungan adalah angka yang menyatakan
perbandingan antara banyaknya orang yang tidak
produktif (umur di bawah 15 tahun dan umur 60 tahun
ke atas) dengan banyak orang yang termasuk umur
produktif (umur 15-59 tahun). Secara kasar
perbandingan angka beban tanggungan menunjukkan
dinamika beban tanggungan umur produktif terhadap
umur non produktif. Semakin tinggi rasio beban
tanggungan semakin tinggi pula jumlah penduduk non
Page | 85

produktif yang ditanggung oleh penduduk umur


produktif.
Gambar 6.25
PIRAMIDA PENDUDUK KABUPATEN BOMBANA TAHUN 2018

70 - 74
60 - 64
50 - 54
40 - 44 PR
30 - 34 Usia Produktif LK
20 - 24
10 - 14

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


0-4
(15,000) (10,000) (5,000) 0 5,000 10,000 15,000

Sumber : Dinas Kesehatan Bombana, 2018

Tabel 6.1
ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK DAN ANGKA BEBAN TANGGUNGAN
MENURUT JENIS KELAMIN DAN KELOMPOK USIA PRODUKTIF DAN
NON PRODUKTIF KABUPATEN BOMBANA TAHUN 2018

JUMLAH PENDUDUK
KELOMPOK
NO
UMUR (TAHUN)
LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI+PEREMPUAN %
1 2 3 4 5 6
1 0 - 14 30,919 29,503 60,423 34
2 15 - 59 55,470 54,165 109,635 61
3 60 ke atas 4,633 5,345 9,977 5
JUMLAH 91,022 89,013 180,035 100
ANGKA BEBAN TANGGUNGAN (DEPENDENCY RATIO) 59
Sumber : Dinas Kesehatan Bombana, 2018
Komposisi penduduk Kabupaten Bombana menurut
kelompok umur yang ditunjukkan pada tabel 6.1
menunjukkan bahwa penduduk yang berusia 0-14
tahun sebesar 34% yang berusia 15-29 tahun sebesar
61% tahun dan yang berusia ≥60 tahun sebesar
5%.Dengan demikian Angka Beban Tanggungan
penduduk Kabupaten Bombana pada tahun 2018
sebesar 59%. Hal ini berarti bahwa 100 orang Kabupaten
Bombana yang masih produktif akan menanggung 59
orang yang belum/sudah tidak produktif lagi.
Pada gambar 6.25 ditunjukkan bahwa struktur
penduduk di Bombana termasuk struktur penduduk
muda. Hal ini dapat diketahui dari banyaknya jumlah
penduduk usia muda (0-14) tahun yang masih tinggi
karena adanya jumlah kelahiran hidup yang meningkat.
Angka harapan hidup semakin meningkat yang ditandai
dengan meningkatnya jumlah penduduk usia tua baik
laki-laki maupun perempuan. Hal ini dapat dimaknai
Page | 86

dengan semakin tingginya usia harapan hidup maka


perlu adanya kebijakan terhadap penduduk usia tua
karena golongan ini relatif tidak produktif.
Pelayanan kesehatan usia produktif dapat dilihat
pada table berikut ini:
Tabel 6.2
Pelayanan Kesehatan Usia Produktif
Kabupaten Bombana Tahun 2018
MENDAPAT PELAYANAN SKRINING
PENDUDUK USIA 15 - 59 TAHUN
KESEHATAN SESUAI STANDAR
NO KECAMATAN
LAKI- PEREM LAKI-LAKI + LAKI- PEREM LAKI-LAKI +
LAKI PUAN PEREMPUAN LAKI PUAN PEREMPUAN
1 2 4 5 6 7 9 11
1 RUMBIA 4,071 3,957 8,028 59 57 116
2 RUMBIA TENGAH 2,354 2,433 4,786 34 35 69
3 MATAOLEO 2,729 2,666 5,395 39 38 78
4 MASALOKA RAYA 1,042 1,045 2,087 15 15 30
5 RAROWATU 2,308 2,476 4,783 33 36 69
6 RAROWATU UTARA 3,342 2,327 5,669 48 34 82

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


7 LANTARI JAYA 3,093 2,710 5,803 45 39 84
8 MATAUSU 690 539 1,230 10 8 18
9 POLEANG TIMUR 3,506 3,457 6,963 51 50 101
10 POLEANG UTARA 4,190 4,066 8,256 60 59 119
11 POLEANG TENGGARA 1,499 1,498 2,996 22 22 43
12 POLEANG SELATAN 2,498 2,518 5,016 36 36 72
13 TONTONUNU 2,195 1,943 4,138 32 28 60
14 POLEANG TENGAH 1,358 1,425 2,783 20 21 40
15 POLEANG 5,477 5,746 11,222 79 83 162
16 POLEANG BARAT 4,527 4,323 8,850 65 62 128
17 KABAENA 1,173 1,209 2,381 17 17 34
18 KABAENA BARAT 2,855 3,061 5,916 41 44 85
19 KABAENA SELATAN 1,147 1,174 2,321 17 17 34
20 KABAENA UTARA 1,533 1,470 3,002 22 21 43
21 KABAENA TIMUR 2,543 2,744 5,288 37 40 76
22 KABAENA TENGAH 1,342 1,379 2,721 19 20 39
JUMLAH KABUPATEN
55,470 54,165 109,635 801 782 1,583
BOMBANA
Sumber : Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi, 2018

Pada gambar 6.2 Jumlah pelayanan usia produktif


tertinggi pada Kecamatan Poleang sebesar 162 Jiwa yaitu
79 Jiwa pada laki-laki dan 83 Jiwa pada perempuan.
Untuk cakupan pelayanan usia produktif Kabupaten
Bombana tahun 2018 sebesar 1,44%, Rendahnya
cakupan pelayanan usia produktif ini karena kurangnya
kesadaran masyarakat untuk memeriksakan
kesehatannya dan juga minimnya tenaga kesehatan.
2. PELAYANAN KESEHATAN USIA LANJUT

Penduduk dikatakan penduduk tua apabila


penduduk lanjut usia (≥ 60 tahun) sudah mencapai 10%
atau lebih. Kabupaten Bombana belum termasuk
kabupaten penduduk tua, karena persentase penduduk
lanjut usia baru mencapai 5%.
Struktur penduduk yang menua tersebut, selain
merupakan salah satu indicator keberhasilan
pencapaian pembangunan manusia secara nasional,
sejkaligus juga merupakan tantangan dalam
pembangunan yang harus disikapi,baik oleh lansia itu
Page | 87

sendiri, keluarga, masyarakat maupun oleh pemerintah.


Tantangan yang utama adalah bagaimana
mempertahankan kualitas hidup lansia.
Dengan bertambahnya usia, fungsi fisiologis
mengalami penurunan akibat proses degenerative,
sehingga penyakit tidak menular banyak muncul pada
lansia. Selain itu proses degenerative menurunkan daya
tahan tubuh sehingga rentan terkena infeksi penyakit
menular. Penyakit terbanyak pada lansia yaitu
hipertensi, arthritis, stroke, masalah gigi dan muluk,
penyakit paru obstruktif menahun dan diabetes mellitus.
Salah satu upaya untuk memberdayakan lanjut
usia di masyarakat adalah melalui pembentukan pos
pelayanan terpadu lanjut usia (Posyandu lansia) atau
pos pembinaan terpadu (Posbindu) PTM. Pada
pelaksanaannya selain mendorong peran aktif

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


masyarakat dan lembaga swadaya masyarakat, juga
harus melibatkan lintas sektor terkait, jumlah posyandu
lansia/ posbindu PTM yang di bina oleh puskesmas di
Kabupaten Bombana mencapai 311 yang tersebar di
semua kecamatan.
Pelayanan kesehatan usia lanjut dapat dilihat pada
gambar berikut ini:

Gambar 6.26
Cakupan Pelayanan Kesehatan Usia lanjut
Kabupaten Bombana Tahun 2018
Page | 88

KABAENA TENGAH 19 30
KABAENA TIMUR 13 9
KABAENA UTARA 66
KABAENA SELATAN 41
KABAENA BARAT 23
KABAENA 23 42
POLEANG BARAT 25 21
POLEANG 49
POLEANG TENGAH 61
TONTONUNU 25 20
POLEANG SELATAN 64 LAKI-LAKI
POLEANG TENGGARA 68 98
POLEANG UTARA 18 16 PEREMPUAN
POLEANG TIMUR 35 37
MATAUSU 74 53
LOMBAKASIH 67
RAROWATU UTARA 20 19
RAROWATU 53 100
MASALOKA RAYA 42 55
MATAOLEO 31 32
RUMBIA TENGAH 53

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


RUMBIA 39 51
0 50 100 150 200

Sumber : Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi, 2018

Pada gambar 6.26 cakupan Kesehatan Usia lanjut


tertinggi di Kabupaten Bombana tahun 2018 pada
Kecamatan Poleang Tenggara sebesar 68% pada laki-laki
dan 98% pada perempuan. Capaian Kesehatan Usia
lanjut Kabupaten Bombana sebesar 18%.
Untuk mewujudkan lansia sehat dan berkualitas,
harus dilakukan pembinaan kesehatan sedini mungkin
dan selama siklus hidup manusia mulai dari janin
sampai memasuki masa lansia dengan meminimalkan
faktor risiko yang harus dihindari dan memaksimalkan
faktor protektif yang dapat melindungi dan
meningkatkan status kesehatan. hal ini sejalan dengan
kebijakan kementerian kesehatan yang menggalakkan
gerakan masyarakat hidup sehat (GERMAS) untuk
dilakukan oleh setiap individu, keluarga dan
masyarakat.
Page | 89

A. PENGENDALIAN PENYAKIT MENULAR

a. Tuberkolosis Paru
Tuberkolosis merupakan penyakit menular yang
disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium
Tubercolocis. Penyakit ini menyebar melalui droplet
orang yang telah terinfeksi basil tuberkolosis. Bersama
dengan malaria dan HIV/AIDS, tuberkolosis menjadi
salah satu penyakit yang pengendaliannya menjadi
komitmen global dalam SDGs.
Beban penyakit yang disebabkan oleh tuberkolosis
dapat diukur dengan insiden (didefenisikan sebagai
jumlah kasus baru dan kasus kambuh tuberkolosis
yang muncul dalam periode waktu tertentu, biasanya

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


dinyatakan dalam satu tahun), prevalensi
(didefenisikan sebagai jumlah kasus tuberkolosis pada
suatu titik waktu tertentu) dan mortalitas/kematian
(didefenisikan sebagai jumlah kematian akibat
tuberkolosis dalam jangka waktu tertentu)
❖ Jumlah semua kasus Tuberkulosis
Jumlah semua kasus Tuberkulosis yang ditemukan
pada tahun 2018 di Kabupaten Bombana sebanyak
273 kasus terdiri dari 174 laki-laki dan 99
perempuan.Secara terinci dat dilihat pada gambar
di bawah ini :

Gambar 7.1
JUMLAH SEMUA KASUS TUBERKULOSIS
KABUPATEN BOMBANA TAHUN 2018
Page | 90

KABAENA TENGAH 3 2
KABAENA TIMUR 6 4 Kabupaten :
KABAENA UTARA 3 2 L = 174
KABAENA SELATAN 11 1 P = 99
KABAENA BARAT 6 4
KABAENA 0 2
POLEANG BARAT 22 10
POLEANG 12 9
POLEANG TENGAH 1 0
TONTONUNU 16 11
POLEANG SELATAN 4 0 Laki-laki
POLEANG TENGGARA 8 6
POLEANG UTARA 4 5 Perempuan
POLEANG TIMUR 5 5
MATAUSU 4 2
LOMBAKASIH 6 5
RAROWATU UTARA 8

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


0
RAROWATU 8 1
MASALOKA RAYA 5 3
MATAOLEO 7 5
RUMBIA TENGAH 19 8
RUMBIA 16 14
0 5 10 15 20 25 30 35

Sumber : Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular, 2018

Jumlah semua kasus Tuberkulosis yang ditemukan


pada tahun 2018 di Kabupaten Bombana tertinggi
pada Kecamatan Poleang Barat sebanyak 32 kasus
kemudian Kecamatan Rumbia sebanyak 30 kasus.
❖ Case Notification Rate (CNR)
Angka notifikasi kasus adalah angka yang
menunjukkan jumlah pasien baru yang ditemukan
dan tercatat di antara 100.000 penduduk disuatu
wilayah tertentu. Angka ini apabila dikumpulkan
akan menggambarkan kecenderungan penemuan
kasus dari tahun ke tahun di wilayah tersebut. Angka
ini berguna untuk menunjukkan
kecenderungan(trend) meningkat atau menurunnya
penemuan pasien pada wilayah tersebut.
Dengan jumlah penduduk Kabupaten Bombana
tahun 2018 sebesar 180.035 jiwa, maka dapat
ditentukan angka notifikasi kasus atau CNR kasus
TBC tahun 2018 di Kabupaten Bombana sebesar 152
per 100.000 penduduk.

❖ Angka penemuan kasus


Salah satu indikator yang digunakan dalam
pengendalian TB adalah Case Detection Rate (CDR),
yaitu proporsi jumlah pasien baru BTA positif yang
Page | 91

ditemukan dan diobati terhadap jumlah pasien baru


BTA positif yang diperkirakan ada dalam wilayah
tersebut. Persentase penemuan kasus baru BTA+
terhadap suspek tahun 2018 sebesar 3,80 %.
❖ Angka Keberhasilan Pengobatan (Success Rate)
Semua Kasus TBC
Case detection Rate atau angka penemuan kasus TB
paru BTA+ merupakan indikator yang digunakan
untuk mengetahui keberhasilan upaya pendeteksian
kasus. Indikator ini menggambarkan proporsi antara
penemuan TB paru BTA+ terhadap jumlah perkiraan
kasus TB paru. Indikator lain yang digunakan dalam
upaya pengendalian TB adalah Succes Rate atau
angka keberhasilan pengobatan.
Gambar 7.2

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


ANGKA KEBERHASILAN PENGOBATAN TBC
KABUPATEN BOMBANA TAHUN 2018

KABAENA TENGAH 100.00


KABAENA TIMUR 100.00
KABAENA UTARA 100.00
KABAENA SELATAN 100.00
KABAENA BARAT 92.31
KABAENA 72.73
POLEANG BARAT 100.00
POLEANG 90.48
POLEANG TENGAH 0.00
TONTONUNU 100.00
POLEANG SELATAN 100.00
POLEANG TENGGARA 88.89
POLEANG UTARA 100.00
POLEANG TIMUR 105.88
MATAUSU 100.00
LOMBAKASIH 90.00
RAROWATU UTARA 40.00
RAROWATU 100.00
MASALOKA RAYA 75.00
MATAOLEO 100.00
RUMBIA TENGAH 76.47
RUMBIA 100.00

0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00

Sumber : Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular, 2018

Pada gambar di atas menunjukkan rata-rata angka


keberhasilan pengobatan TBC sebesar 92,88%, bahkan
ada kecamatan yang mencapai 100%. Keberhasilan ini
dicapai karena adanya programmer TB yang terlatih di
Puskesmas serta adanya dukungan dana GF dan APBD
dalam penemuan kasus baru BTA+.

b. Pneumonia
Page | 92

Pnemonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan


paru (alveoli). Infeksi dapat disebabkan oleh bakteri,
virus maupun jamur. Pneumonia juga dapat terjadi
akibat kecelakaan karena menghirup cairan atau bahan
kimia. Populasi yang rentan terserang pneumonia adalah
anak-anak usia kurang dari 2 tahun, usia lanjut lebih
dari 65 tahun dan orang yang memiliki masalah
kesehatan (malnutrisi, gangguan imunologi).
ISPA khususnya pneumonia masih merupakan masalah
kesehatan masyarakat di Indonesia terutama pada
balita.
Pneumonia merupakan penyebab utama kematian balita
di dunia, terutama di Negara berkembang, dimana 1
orang balita meninggal tiap 20 detik atau 3 orang per
menit (Unicef, 2006).
Pada klasifikasi pengendalian ISPA berdasarkan

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


golongan umur terdapat 2 kelompok, yaitu golongan
umur 2 bulan s/d <5 tahun, dan golongan umur <2
bulan. Pneumonia pada golongan umur 2 bulan s/d <5
tahun ditetapkan 3 klasifikasi yaitu Pneumonia,
Pneumonia Berat, dan Batuk Bukan Pneumonia. Pada
golongan umur <2 bulan ditetapkan 2 klasifikasi yaitu
Pneumonia Berat dan Batuk Bukan Pneumonia.
Semua kasus ISPA yang ditemukan harus ditatalaksana
sesuai standar, dengan demikian angka penemuan
kasus pneumonia juga menggambarkan
penatalaksanaan kasus ISPA. Cakupan penemuan
penderita pneumonia pada balita merupakan persentase
jumlah penderita pneumonia pada balita baik
Pneumonia Berat maupun Pneumonia terhadap jumlah
target penemuan pneumonia balita. Target penemuan
pneumonia balita tersebut ditentukan berdasarkan
proporsi 10% dari jumlah seluruh balita.
Cakupan penemuan penderita pneumonia belum
memenuhi target yang ditentukan sejak tahun 2005
hingga tahun 2018. Hambatan yang ditemui dalam
meningkatkan cakupan penemuan Pneumonia balita di
Puskesmas, yaitu :
a. Sebagian besar pengelola program dan petugas ISPA
di poliklinik belum terlatih karena keterbatasan dana
dan mutasi petugas yang tinggi.

b. Manajemen data:
➢ Under Reported yang disebabkan karena
kerancuan antara diagnose kerja dan klasifikasi
ISPA (Pneumonia, Pneumonia Berat, Batuk Bukan
Pneumonia/ISPA biasa), sehingga banyak kasus
pneumonia dimasukkan kedalam ISPA biasa.
➢ Keterlambatan pelaporan secara berjenjang.
Page | 93

c. Pengendalian pneumonia balita masih berbasis


Puskesmas. Data kasus pneumonia belum mencakup
RS Pemerintah dan swasta, klinik, praktek, dan
sarana kesehatan lain.
d. Pada beberapa Kabupaten dan Provinsi masih terjadi
kesalahan perhitungan target cakupan.
Cakupan penemuan pneumonia balita di Kabupaten
Bombana tahun 2018 masih sangat rendah yaitu
sebesar 1,62% dari perikiraan penderita pneumonia
balita. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan
persepsi tentang defenisi operasional programmer
pneumonia dengan diagnosis dokter di Puskesmas serta
pencatatan dan pelaporan yang masih perlu
dimaksimalkan. Secara rinci jumlah kasus pneumonia
balita dapat dilihat pada gambar di bawah :

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


Gambar 7.3
JUMLAH KASUS PNEUMONIA BALITA
KABUPATEN BOMBANA TAHUN 2018

KABAENA TENGAH 0
KABAENA TIMUR 0
KABAENA UTARA 0
KABAENA SELATAN 0
KABAENA BARAT 2 2
KABAENA 0
POLEANG BARAT 9 5
POLEANG 10
POLEANG TENGAH 0
TONTONUNU 0
POLEANG SELATAN 2 3
POLEANG TENGGARA 2 1
POLEANG UTARA 19 9
POLEANG TIMUR 20
MATAUSU 0
LOMBAKASIH 4 2
RAROWATU UTARA 19 19
RAROWATU 3 3
MASALOKA RAYA 0
MATAOLEO 0
RUMBIA TENGAH 1 2
RUMBIA 02
0 5 10 15 20 25 30 35 40

Sumber : Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular, 2018

Jumlah kasus penemuan penumonia balita Kabupaten


Bombana tahun 2018 tertinggi di Puskesmas Rarowatu
Utara sebanyak 38 kasus kemudian Kecamatan Poleang
Utara sebanyak 28 kasus. Namun Kecamatan lain
sangat rendah jumlah kasus penemuan pneumonia
balita bahkan nol di 10 Kecamatan yaitu Kecamatan
Kabaena Tengah, Kabaena Timur, Kabaena utara,
Kabaena Selatan, Kabaena, Poleang Tengah, Tontonunu,
Matausu, Mataoleo, Masaloka Raya dan Mataoleo. Perlu
adanya kesepakatan untuk persamaan persepsi dalam
diagnosa pneumonia balita antara dokter dan
Page | 94

programmer agar penemuan kasus pneumonia balita


dapat lebih akurat.

c. HIV & AIDS

HIV/AID merupakan penyakit menular yang disebabkan


oleh infeksi Human Immunodeficiency Virus yang
menyerang sistem kekebalan tubuh. Infeksi tersebut
menyebabkan penderita mengalami penurunan
ketahanan tubuh sehingga sangat mudah untuk
terinfeksi berbagai macam penyakit lain.
Sebelum memasuki fase AIDS, penderita terlebih dahulu
dinyatakan sebagai HIV positif. Jumlah HIV positif yang
ada di masyarakat dapat diketahui melalui 3 metode
yaitu pada layanan Voluntary, Counseling dan testing
(VCT), sero survey dan Survei Terpadu Biologis dan

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


perilaku (STBP)
HIV dan AIDS menjadi salah satu penyakit menular yang
pengendaliannya dipantau melalui komitmen global
MDGs. Kegiatan pengendalian penyakit ini dilakukan
melalui pencegahan infeksi, penularan, penemuan
penderita secara dini yang kemudian dilanjutkan dengan
kegiatan konseling hingga perawatan dan pengobatan.
Upaya penemuan penderita dilakukan melalui skrining
HIV dan AIDS terhadap darah donor, pemantauan pada
kelompok berisiko penderita Penyakit Menular Seksual
(PMS) seperti Wanita Penjaja Seks (WPS),
penyalahgunaan NAPZA dengan suntikan (IDUs),
penghuni Lapas (Lembaga Pemasyarakatan) atau
penelitian pada kelompok berisiko rendah seperti ibu
rumah tangga dan sebagainya.
Jumlah kasus HIV/AIDS sampai tahun 2018 di
Kabupaten Bombana sebanyak 5 kasus dan meninggal 1
orang.
HIV/AIDS dapat ditularkan melalui beberapa cara
penularan, yaitu hubungan seksual lawan jenis
(heteroseksual), hubungan sejenis melalui Laki-Laki
Seks dengan Laki-Laki (LSL), penggunaan alat suntik
secara bergantian, transfusi darah dan dari ibu ke anak.
Dari kasus yang tercatat di Kabupaten Bombana,
berdasarkan jenis kelamin terdiri dari 3 laki-laki dan 2
perempuan. Karena belum tersedianya layanan VCT dan
CST serta obat ARV di Kabupaten Bombana sehingga
kasus ini dirujuk ke RSU Bahteramas sebagai RSUD
Provinsi Sulawesi Tenggara yang memiliki sarana dan
prasarana lengkap dalam pengobatan HIV/AIDS
Dalam rangka mengendalikan penyebaran dan
menurunkan jumlah kasus baru HIV dan AIDS,
diperlukan upaya khusus yang difokuskan pada
Page | 95

kelompok remaja. Upaya yang dilakukan untuk


meningkatkan pengetahuan remaja terkait HIV dan AIDS
adalah melalui kampanye “Aku Bangga Aku Tahu”
(ABAT). Kampanye ABAT merupakan sosialisasi
mengenai perilaku seksual yang harus dihindari
sebelum ada komitmen melalui pernikahan dan
penyadaran tentang cara penularan penyakit HIV dan
AIDS. Kegiatan kampanye melalui dana Dekosentrasi
Provinsi Sulawesi Tenggara di Kabupaten Bombana
untuk tahap pertama dilaksanakan di beberapa SMP dan
SMA wilayah ibukota kabupaten. Selanjutnya,
diharapkan dapat diperluas lagi dengan melalui
pembiayaan dari Bantuan Operasional Kesehatan.
Dengan demikian, diharapkan Pemerintah, dunia usaha,
masyarakat, khususnya generasi muda, dapat lebih
mengenal HIV dan AIDS, serta melindungi diri dan orang

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


lain dari risiko penularan HIV dan AIDS.
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting
untuk membentuk tindakan seseorang. Sebab dari
pengalaman dan dari hasil penelitian ternyata perilaku
yang didasari oleh pengetahuan akan lebih baik
dibandingkan dengan perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan.
Hasil SDKI 2012 menunjukkan bahwa presentase wanita
umur 15-49 tahun yang pernah mendengar tentang
HIV/AIDS sebesar 76,7%. Sedangkan pria kawin umur
15-54 tahun yang pernah mendengar tentang HIV/AIDS
sebesar 82,3%. Namun tidak sesuai presentase wanita
dengan tingkat pengetahunan tentang cara mengurangi
resiko tertular HIV/AIDS yaitu 57,6% mengetahui cara
membatasi seks hanya dengan satu pasangan sebagai
cara mengurangi resiko penularan. Pengetahuan laki-
laki lebih tinggi dibanding wanita tentang cara
mengurangi resiko penularan HIV/AIDS di mana
menggunakan kondom dengan presentase 58,5%.

d. Diare

Penyakit Diare merupakan endemis di Indonesia


termasuk di Kabupaten Bombana dan juga merupakan
penyakit dengan potensial tinggi menyebabkan KLB yang
disertai dengan kematian.

Gambar 7.4
PRESENTASE CAKUPAN KASUS DIARE YANG DILAYANI
KABUPATEN BOMBANA TAHUN 2018
Page | 96

KABAENA TENGAH 1.1


KABAENA TIMUR 1.0
KABAENA UTARA 1.0
KABAENA SELATAN 1.4
KABAENA BARAT 0.8
KABAENA 0.9
POLEANG BARAT 1.2
POLEANG 1.1
POLEANG TENGAH 1.2
TONTONUNU 1.7
POLEANG SELATAN 0.9
POLEANG TENGGARA 1.0
POLEANG UTARA 0.7
POLEANG TIMUR 1.6
MATAUSU 4.7

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


LOMBAKASIH 2.5
RAROWATU UTARA 0.5
RAROWATU 1.1
MASALOKA RAYA 2.2
MATAOLEO 0.5
RUMBIA TENGAH 1.3
RUMBIA 0.7
0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0

Sumber : Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular,


2018

Perkiraan jumlah penderita diare yang datang ke sarana


kesehatan dan kader kesehatan sebesar 10% dari angka
kesakitan dikali jumlah penduduk di satu wilayah kerja
dalam waktu satu tahun. Angka keseakitan Diare
Kabupaten Bombana Tahun 2018 yaitu sebesar
270/1000 penduduk.

e. Kusta
Kusta adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
infeksi bakteri Mycobacterium Leprae. Penatalaksanaan
kasus yang buruk dapat menyebabkan kusta menjadi
progresif, menyebabkan kerusakan permanen pada
kulit, saraf, anggota gerak dan mata.
Pada tahun 2000 dunia termasuk Indonesia telah
berhasil mencapai status eliminasi. Eliminasi
didefenisikan sebagaipencapaian jumlah penderita
terdaftar kurang dari 1 kasus per 10.000 penduduk.
Dengan demikian sejak tahun tersebut di tingkat dunia
maupun nasional, kusta bukanlagi menjadi masalah
kesehatan bagi masyarakat.

Gambar 7.5
Page | 97
JUMLAH KASUS KUSTA
KABUPATEN BOMBANA TAHUN 2018

KABAENA TENGAH 1 0
KABAENA TIMUR 1 0 Kabupaten :
KABAENA UTARA 0 L = 22
KABAENA SELATAN 0 P=1
KABAENA BARAT 0
KABAENA 0
POLEANG BARAT 2 0
POLEANG 8 0
POLEANG TENGAH 0
TONTONUNU 2 0
POLEANG SELATAN 0
POLEANG TENGGARA 1 0
POLEANG UTARA 1 0

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


POLEANG TIMUR 1 0
MATAUSU 1 0
LOMBAKASIH 1 1
RAROWATU UTARA 0 Laki-laki
RAROWATU 1 0
Perempuan
MASALOKA RAYA 0
MATAOLEO 0
RUMBIA TENGAH 0
RUMBIA 2 0
0 2 4 6 8 10

Sumber : Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular,


2018

Untuk Kabupaten Bombana penemuan kasus kusta


tertinggi tahun 2018 di Kecamatan Poleang sebanyak 8
kasus, kemudian Kecamatan Poleang Barat, Tontonunu,
Lombakasih dan Rumbia masing-masing 2 kasus. Jika
diliat dari jenis kelamin, kasus kusta paling banyak
terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan, di mana
jumlah penderita kusta laki-laki sebanyak 22 orang
sedangkan jumlah penderita kusta perempuan sebanyak
1 orang. Angka penemuan Kasus Baru Kusta di
Kabupaten Bombana Tahun 2018 yaitu sebesar 12,78
per 100.000 penduduk.
Dalam upaya pengendalian kusta digunakan dua
indikator utama yaitu angka penemuan kasus baru atau
New Case Detection Rate (NCDR), dan angka cacat
tingkat II. Indikator NCDR menggambarkan besarnya
masalah kusta dalam satu wilayah dan satu waktu
sedangkan angka cacat tingkat II menggambarkan
perubahan dalam penemuan kasus baru kusta.
Page | 98
Gambar 7.6
PENEMUAN KASUS KUSTA
KABUPATEN BOMBANA TAHUN 2018

23
25

20

15 PB
MB
10

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


5 0

0
PB MB

Sumber : Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular,


2018

Pada gambar diatas jumlah penemuan kasus baru kusta


di Kabupaten Bombana tahun 2017 yaitu 0 untuk Pausi
Basiler (PB) dan 23 Multi Basiler (MB).
B. PENGENDALIAN PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH
DENGAN IMUNISASI

a. Polio dan AFP (Acute Flaccid Paralysis/Lumpuh Layu


Akut)
Polio adalah salah satu penyakit menular yang termasuk
PD31. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi virus yang
menyerang system syaraf hingga penderita mengalami
kelumpuhan. Penyakit yang pada umumnya menyerang
anak yang berusia 0-3 tahun ini ditandai dengan
munculnya demam, lelah, sakit kepala, mual, kaku
dileher, serta sakit di tungkai dan lengan.
AFP merupakan kelumpuhan yang sifatnya flaccid yang
bersifat lunglai, lemas atau layuh (bukan kaku), atau
terjadi penurunan kekuatan otot, dan terjadi secara akut
(mendadak). Sedangkan Non Polio AFP adalah kasus
lumpuh layuh akut yang diduga kasus polio.
Kementerian Kesehatan menetapkan Non Polio AFP Rate
minimal 2/100.000 populasi anak usia < 15 tahun. Pada
tahun 2012, secara nasional Non Polio AFP Rate sebesar
Page | 99

2,77/100.000 populasi anak < 15 tahun yang berarti


telah mencapai standar minimal penemuan.
Pada tahun 2018 kasus Polio di Kabupaten Bombana
tidak ditemukan. Berdasarkan cara penentuan estimasi
nasional di mana penduduk Kabupaten Bombana ˂ 15
tahun sebanyak 60.423, maka estimasi penemuan kasus
Polio tahun 2018 sebanyak 5 kasus. Hal ini berarti perlu
peningkatan upaya penemuan dan penangan kasus Polio
di Kabupaten Bombana, agar kasus tidak ada yang lolos
dari monitoring petugas kesehatan.
b. Difteri
Penyakit Difteri disebabkan oleh bakteri
Corynebacterium diphtheria yang menyerang system
pernafasan bagian atas. Penyakit difteri pada umumnya
menyerang anak-anak usia 1-10 tahun.
Pada tahun 2018 tidak ditemukan kasus difteri di

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


Kabupaten Bombana
c. Tetanus Neonatorum
Tetanus Neonatorum disebabkan oleh basil Clostrdium
Tetani, yang masuk ketubuh melalui luka. Penyakit ini
menginfeksi bayi baru lahir yang salah satunya
disebabkan oleh pemotongan tali pusat dengan alat yang
tidak steril. Kasus Tetanus Neonatorum banyak
ditemukan di Negara berkembang khususnya dengan
cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan yang rendah.
Pada tahun 2018, tidak ditemukan kasus Tetanus
Neonatrum.
d. Hepatitis
Hepatitis adalah peradangan hati yang bias berkembang
menjadi fibrosis (jariangn parut), sirosis atau kanker
hati. Hepatitis disebabkan oleh berbagai factor seperti
infeksi virus, zat beracun (misalnya alcohol,obat-obatan
tertentu), dan penyakit autoimun. Penyebab paling
umum Hepatitis adalah yang disebabkan oleh firus
Hepatitis B dan C.
Program Nasional dalam Pencegahan dan Pengendalian
Virus Hepatitis B saat ini focus pada pencegahan
Penularan Ibu ke Anak (PPIA) karena 95% penularan
Hepatitis B adalah secara vertical yaitu dari ibu yang
positif hepatitis B ke bayi yang dilahirkan.
Jumlah kasus Hepatitis B tahun 2018 di Kabupaten
Bombana sebanyak 24 kasus. Dapat di lihat pada
gambar berikut:
Gambar 7.7
JUMLAH KASUS HEPATITIS B
KABUPATEN BOMBANA TAHUN 2018
Page | 100

KABAENA TENGAH 0
KABAENA TIMUR 0
KABAENA UTARA 0
KABAENA SELATAN 0
KABAENA BARAT 0
KABAENA 2
POLEANG BARAT 2
POLEANG 0
POLEANG TENGAH 0
TONTONUNU 3
POLEANG SELATAN 0
POLEANG TENGGARA 0
POLEANG UTARA 0
POLEANG TIMUR 2
MATAUSU 0
LOMBAKASIH 3

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


RAROWATU UTARA 2
RAROWATU 1
MASALOKA RAYA 1
MATAOLEO 1
RUMBIA TENGAH 3
RUMBIA 4
0 1 2 3 4 5

Sumber : Seksi Surveilans dan Imunisasi, 2018


Pada gambar di atas Penemuan kasus Hepatitis B di
Kabupaten Bombana tertinggi tahun 2018 di Kecamatan
Rumbia sebanyak 4 kasus, kemudian Kecamatan
Tontonunu, Lombakasih dan Rumbia Tengah masing-
masing 3 kasus
e. Campak
Penyakit campak disebabkan oleh virus campak,
golongan Paramyxovirus. Penularan dapat terjadi
melalui udara yang telah terkontaminasi oleh droplet
(ludah) orang yang telah terinveksi. Sebagian besar
kasus campak menyerang anak-anak usia pra sekolah
dan usia SD. Jika seseorang pernah menderita campak,
maka dia akan mendapatkan kekebalan terhadap
penyakit tersebut seumur hidupnya.
Campak dinyatakan sebagai KLB apabila terdapat 5 atau
lebih kasus klinis dalam waktu 4 minggu berturut-turut
yang terjadi mengelompok dan dibuktikan adanya
hubungan epidemiologis.Pada tahun 2018, terdapat 17
kasus campak di Kabupaten Bombana.
Untuk jumlah kasus penyakit yang dapat di cegah
dengan dengan imunisasi (PD3I) dapat dilihat pada
gambar berikut :
Gambar 7.8
JUMLAH KASUS PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH
DENGAN IMUNISASI (PD3I)
Page | 101
KABUPATEN BOMBANA TAHUN 2018

DIFTERI, 0 TETANUS
PERTUSI, 0
NEONATORIU
M, 0

CAMPAK, 17

HEPATITIS B,
24

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


Sumber : Seksi Surveilans dan Imunisasi, 2018

C. PENGENDALIAN PENYAKIT TULAR VEKTOR DAN


ZOONOTIK

Beberapa penyakit dapat menular melalui binatang yang


biasa disebut penyakit bersumber binatang. Penyakit
bersumber binatang di antaranya adalah Malaria,
Demam Berdarah Dengue (DBD), Chikungunya, dan
Rabies. Penyakit tersebut dapat mengakibatkan
kerugian secara ekonomi bahkan beberapa
menyebabkan kematian.

a. Demam Berdarah Dengue (DBD)


Demam berdarah adalah penyakit demam akut yang
disebabkan oleh virus dengue, yang masuk ke peradaran
darah manusia melalui gigitan nyamuk dari genus
Aedes, misalnya Aedes aegypti atau Aedes albopictus.
Aedes aegypti adalah vector yang paling banyak
ditemukan menyebabkan penyakit ini. Nyamuk dapat
membawa virus dengue setelah menghisap darah orang
yang telah terinveksi virus tersebut. Sesudah masa
inkubasi virus di dalam nyamuk selama 8-10 hari,
nyamuk yang terinfeksi dapat mentransmisikan virus
dengue tersebut ke manusia sehat yang digigitnya.
Pada tahun 2018, kasus DBD di Kabupaten Bombana
yang tercatat sebanyak 10 kasus terdiri dari 3 laki-laki
dan 7 perempuan ini berarti mengalami penurunan dari
tahun 2017 sebanyak 26 Kasus dan tidak ada laporan
kasus DBD yang menyebabkan kematian.
Page | 102

Jumlah penduduk Kabupaten Bombana tahun 2018


sebanyak 180.035 jiwa, maka berdasarkan 10 kasus
DBD dapat ditentukan angka kesakitan DBD sebesar
5,55 per 100.000 penduduk. Gambaran tersebut di atas
dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


Gambar 7.9
CAKUPAN PENANGANAN KASUS DBD
KABUPATEN BOMBANA TAHUN 2018

KABAENA TENGAH 0
KABAENA TIMUR 0
KABAENA UTARA 0
KABAENA SELATAN 0
KABAENA BARAT 1 0
KABAENA 0
POLEANG BARAT 0
POLEANG 0
POLEANG TENGAH 0
TONTONUNU 0
POLEANG SELATAN 0 Laki-laki
POLEANG TENGGARA 0
POLEANG UTARA 0 Perempuan
POLEANG TIMUR 0
MATAUSU 0
LOMBAKASIH 0
RAROWATU UTARA 0
RAROWATU 0
MASALOKA RAYA 0
MATAOLEO 0
RUMBIA TENGAH 1 1
RUMBIA 1 6
0 2 4 6 8

Sumber : Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular,


2018

b. Malaria
Page | 103

Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang


upaya pengendaliannya menjadi komitmen global dalam
Millenium Development Goals(MDGs). Malaria
disebabkan oleh parasite Plasmodium yang hidup dan
berkembang biak dalam sel darah merah manusia,
ditularkan oleh nyamuk Malaria (Anopheles) betina,
dapat menyerang semua orang baik laki-laki ataupun
perempuan pada semua golongan umur dari bayi, anak-
anak dan orang dewasa.

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


Gambar 7.10
CAKUPAN PENANGANAN KASUS MALARIA
KABUPATEN BOMBANA TAHUN 2018

KABAENA TENGAH 0
KABAENA TIMUR 87 5
KABAENA UTARA 76 2
KABAENA SELATAN 291
KABAENA BARAT 331
KABAENA 90
POLEANG BARAT 102 3
POLEANG 391
POLEANG TENGAH 190
TONTONUNU 68 3
POLEANG SELATAN 598 4 Suspek
POLEANG TENGGARA 0
POLEANG UTARA Positif
314 1
POLEANG TIMUR 144 3
MATAUSU 410
LOMBAKASIH 90 4
RAROWATU UTARA 129 1
RAROWATU 60 1
MASALOKA RAYA 542
MATAOLEO 511
RUMBIA TENGAH 452
RUMBIA 521
0 200 400 600 800

Sumber : Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular,


2018
Page | 104

Jumlah suspek kasus malaria di Kabupaten Bombana


tahun 2018 sebanyak 2.040 kasus, namun yang tercatat
positif setelah pemeriksaan laboratorium sebanyak 36
kasus terdiri dari 34 laki-laki dan 2 perempuan. Dapat
disimpulkan bahwa laki-laki lebih berpotensi menderita
malaria dibandingkan perempuan
Ditjen PP&PL Kementerian Kesehatan telah menetapkan
stratifikasi endemisitas malaria suatu wilayah di
Indonesia menjadi 4 strata yaitu :
a. Endemis tinggi bial API > 5 per 1.000 penduduk
b. Endemis sedang bila API berkisar antara 1-5 per 1.000
penduduk
c. Endemis Rendah bila API 0-1 per 1.000 penduduk
d. Non Endemis adalah daerah yang tidak terdapat
penularan malaria (Daerah pembebasan malaria) atau
API=0

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


Berdasarkan stratifikasi di atas, Kabupaten Bombana
berada pada wilayah endemis rendah dengan nilai 0,10
per 1.000 penduduk.
Untuk mengetahui angka Kesakitan Malaria, perlu
diketahui jumlah penduduk beresiko terkena malaria.
Jumlah beresiko terkena malaria di Kabupaten Bombana
pada tahun 2018 sebanyak 180.035 orang, sehingga
diperoleh angka kesakitan malaria sebanyak 0,20 per
1.000 penduduk beresiko.
Terdapat 2 jenis tes sediaan darah untuk mendeteksi
penyakit malaria yaitu pemeriksaan mikroskopis dan
Rapid Diagnostic Test (RDT). Pemeriksaan mikroskopis
menghasilkan hasil tes sediaan darah lebih akurat
dibandingkan RDT.

c. Filariasis
Filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh parasite
berupa cacing filarial, yang terdiri dari 3 (tiga) spesies
yaitu Wuchereria bancrofti, Brugia malayi dan Brugia
timori. Penyakit ini menginfeksi jaringan limfe (getah
bening). Filariasis menular melalui gigitan nyamuk yang
mengandung cacing filarial dalam tubuhnya. Dalam
tubuh manusia, cacing tersebut tumbuh menjadi cacing
dewasa dan menetap di jaringan limfe sehingga
menyebabkan pembengkakan di kaki, tungkai,
payudara, lengan dan organ genital.

D. PENGENDALIAN PENYAKIT TIDAK MENULAR

a. Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi saat
tekanan darah berada pada nilai 130/80 mmHg atau
Page | 105

lebih. Kondisi ini dapat menjadi berbahaya, karena


jantung dipaksa memompa darah lebih keras ke seluruh
tubuh, hingga bisa mengakibatkan timbulnya berbagai
penyakit, seperti gagal ginjal, stroke, dan gagal jantung.
Tekanan darah dibagi 2 menjadi tekanan darah sistolik
dan tekanan darah diastolik. Tekanan darah sistolik
adalah tekanan saat jantung memompa darah ke
seluruh tubuh. Sedangkan tekanan darah diastolik
adalah tekanan saat otot jantung relaksasi, sebelum
kembali memompa darah.
Dalam pencatatannya, tekanan darah sistolik ditulis
lebih dahulu dari tekanan darah diastolik, dan memiliki
angka yang lebih tinggi. Menurut perkumpulan dokter
jantung di Amerika Serikat, AHA, pada tahun 2017,
tekanan darah diklasifikasikan sebagai berikut:
• Normal: berada di bawah 120/80 mmHg.

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


• Meningkat: berkisar antara 120-129 untuk tekanan
sistolik dan < 80 mmHg untuk tekanan diastolik.
• Hipertensi tingkat 1: 130/80 mmHg hingga 139/89
mmHg.
• Hipertensi tingkat 2: 140/90 atau lebih tinggi.

Tekanan darah tinggi seringkali tidak diketahui


penyebabnya. Tetapi, ada beberapa kondisi yang dapat
memicu tekanan darah tinggi, di antaranya:
• Kehamilan
• Kecanduan alkohol
• Penyalahgunaan NAPZA
• Gangguan ginjal
• Gangguan pernapasan saat tidur.

Meskipun bisa terjadi pada semua orang, ada beberapa


faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang
mengalami tekanan darah tinggi, seperti:
• Lanjut usia
• Memiliki keluarga yang menderita hipertensi
• Memiliki kebiasaan merokok
• Jarang berolahraga.

Menjalani gaya hidup sehat dapat menurunkan


sekaligus mencegah hipertensi. Beberapa cara yang
dapat dilakukan adalah:
• Konsumsi makanan yang sehat.
• Menjaga berat badan ideal.
• Rutin berolahraga.
• Berhenti merokok.

Beberapa pasien hipertensi diharuskan mengonsumsi


obat penurun tekanan darah seumur hidupnya. Oleh
Page | 106

karena itu, penting untuk melakukan langkah


pencegahan sedini mungkin, terutama bila Anda
memiliki faktor risiko hipertensi.
Tekanan darah tinggi bisa merusak pembuluh darah dan
organ-organ lain di dalam tubuh. Jika dibiarkan
hipertensi bisa menimbulkan penyakit-penyakit serius,
seperti:
• Aterosklerosis
• Kehilangan penglihatan
• Terbentuk aneurisma
• Gagal ginjal

Penderita Hipertensi yang mendapat pelayanan


Kesehatan di Kabupaten Bombana tahun 2018 dapat
dilihat pada gambar berikut:

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


Gambar 7.11
PELAYANAN KESEHATAN PENDERITA HIPERTENSI
KABUPATEN BOMBANA TAHUN 2018

KABAENA TENGAH 8 136


KABAENA TIMUR 34 63
KABAENA UTARA 17 161
KABAENA SELATAN 15
2
KABAENA BARAT 7 184
KABAENA 2 94
POLEANG BARAT 21 113
POLEANG 163 623
POLEANG TENGAH 29
TONTONUNU 35 104
POLEANG SELATAN 23 140
LAKI-LAKI
POLEANG TENGGARA 132 483
POLEANG UTARA 133 301 PEREMPUAN
POLEANG TIMUR 17 136
MATAUSU 48 115
LOMBAKASIH 7 126
RAROWATU UTARA 17
1
RAROWATU 26 73
MASALOKA RAYA 46 120
MATAOLEO 83 261
RUMBIA TENGAH 23 116
RUMBIA 2 88
0 200 400 600 800 1,000

Sumber : Seksi Pencegahan dan Pengendalian PTM dan Keswa, 2018


Page | 107

Pada gambar diatas pelayanan Kesehatan Penderita


Hipertensi di Kabupaten bombana tahun 2018 sebanyak
4.310 kasus dengan persentase 3,60% dari Jumlah
Estimasi Penderita Hipertensi Berusia ≥ 15 tahun.
Jumlah pelayanan Kesehatan Penderita Hipertensi
tahun 2018 tertinggi di Kecamatan Poleang sebanyak
786 kasus kemudian disusul Kecamatan Poleang
Tenggara sebanyak 615 kasus.

b. Diabetes Melitus
Diabetes Melitus (DM) adalah salah satu penyebab
utama kematian yang disebabkan oleh karena pola
makan/nutrisi, perilaku tidak sehat, kurang aktifitas

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


fisik dan stress.
Menurut Riskesdas tahun 2013 di Kabupaten Bombana,
presentase responden yang berusia ≥15 tahun dan
menderita diabetes sebesar 0,9% dan yang memiliki
riwayat diabetes sebanyak 1,4%. Data kasus diabetes
yang tercatat di Kabupaten Bombana Tahun 2018
sebanyak 759 kasus.
c. Deteksi Dini Kanker Leher Rahim dan Kanker Payudara.
Kanker Leher Rahim dan Kanker Payudara merupakan
jenis kanker yang tertinggi prevalensinya pada
perempuan di Indonesia. Kedua kankerini dapat
ditemukan pada tahap yang lebih dini, akan tetapi saat
ini kanker lebih sering di ketahui pada stadium lanjut,
sehingga angka kematiannya tinggi. Kanker leher rahim
dapat ditemuakan pada tahap kanker (lesi prakanker)
dengan metoda IVA dan papsmear. Jika ditemukan pada
tahap lebih dini dapat menurunkan angka kematian dan
menghemat pembiayaan kesehatan yang sangat tinggi,
terutama dari kedua kanker ini.
Pada tahun 2018 di Kabupaten Bombana sudah
dilakukan Pemeriksaan Leher Rahim dan Payudara
terhadap 334 perempuan usia 30-50 tahun dengan
persentase 0,99 dari jumlah penduduk perempuan usia
30-50 tahun yaitu sebesar 33.903 jiwa. Dari
pemeriksaan tersebut ditemuakan IVA positif sebanyak
3 kasus yaiti dikecamatan Poleang barat sebanyak 2
kasus dan Poleang Tengah 1 kasus. Selengkapnya dapat
dilihat pada gambar berikut:
Page | 108

Gambar 7.12
DETEKSI DINI KANKER LEHER RAHIM DAN PAYUDARA
KABUPATEN BOMBANA TAHUN 2018

KABAENA TENGAH 0
KABAENA TIMUR 0
KABAENA UTARA 0

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


KABAENA SELATAN 0 1
KABAENA BARAT 0
KABAENA 0
POLEANG BARAT 2 0
POLEANG 0
POLEANG TENGAH 1 0
TONTONUNU 0
POLEANG SELATAN 0
POLEANG TENGGARA 0
POLEANG UTARA 0 1
POLEANG TIMUR 0
MATAUSU 0
LOMBAKASIH 0 2
RAROWATU UTARA 0
RAROWATU 0
MASALOKA RAYA 0
MATAOLEO 0 3
RUMBIA TENGAH 0
RUMBIA 0 2
0 1 1 2 2 3 3 4

IVA POSITIF CURIGA KANKER TUMOR/BENJOLAN

Sumber : Seksi Pencegahan dan Pengendalian PTM dan Keswa, 2018

d. Pelayanan Kesehatan Orang dengan Gangguan Jiwa


(ODGJ) Berat
Pelayanan kesehatan jiwa pada ODGJ berat adalah:
1) Pelayanan promotif preventif yang bertujuan
meningkatkan kesehatan jiwa ODGJ berat (psikotik)
dan mencegah terjadinya kekambuhan dan
pemasungan.
Page | 109

2) Pelayanan kesehatan jiwa pada ODGJ berat


diberikan oleh perawat dan dokter Puskesmas di
wilayah kerjanya.
3) Pelayanan kesehatan jiwa pada ODGJ berat meliputi:
a. Edukasi dan evaluasi tentang: tanda dan gejala
gangguan jiwa, kepatuhan minum obat dan
informasi lain terkait obat, mencegah tindakan
pemasungan, kebersihan diri, sosialisasi,
kegiatan rumah tangga dan aktivitas bekerja
sederhana, dan/atau
b. Tindakan kebersihan diri ODGJ berat
4) Dalam melakukan pelayanan promotif preventif
diperlukan penyediaan materi KIE dan Buku Kerja
sederhana.
Pelayanan Kesehatan Orang dengan Gangguan Jiwa
Berat (ODGJ) Berat di Kabupaten Bombana tahun 2018

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


sebanyak 29 Kasus, yang tertinggi di Kecamatan
Kabaena Barat Sebanyak 5 kasus dan menyusul di
Kecamatan Rumbia Tengah, Mataoleo dan Lombakasih
masing-masing sebanyak 3 kasus.

Gambar 7.11
PELAYANAN KESEHATAN ODGJ BERAT
KABUPATEN BOMBANA TAHUN 2018

KABAENA TENGAH 0
KABAENA TIMUR 2
KABAENA UTARA 0
KABAENA SELATAN 0
KABAENA BARAT 5
KABAENA 2
POLEANG BARAT 0
POLEANG 1
POLEANG TENGAH 0
TONTONUNU 2
POLEANG SELATAN 0
POLEANG TENGGARA 2 ODGJ BERAT
POLEANG UTARA 1
POLEANG TIMUR 1
MATAUSU 0
LOMBAKASIH 3
RAROWATU UTARA 0
RAROWATU 2
MASALOKA RAYA 0
MATAOLEO 3
RUMBIA TENGAH 3
RUMBIA 2
0 2 4 6
Page | 110

Sumber : Seksi Pencegahan dan Pengendalian PTM dan Keswa, 2018

KESEHATAN
LINGKUNGAN
Lingkungan merupakan salah satu variabel yang perlu
mendapat perhatian khusus dalam menilai kondisi
kesehatan masyarakat. Bersama dengan faktor perilaku,
pelayanan kesehatan dan genetik, lingkungan
mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Menurut
Himpunan Ahlli Kesehatan Lingkungan Indonesia (HAKLI)

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi lingkungan
yang mampu menopang keseimbangan ekologi yang dinamis
antara manusia dan lingkungannya untuk mendukung
tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan
bahagia.
Masalah kesehatan lingkungan merupakan masalah
kompleks yang harus diatasi bersama. Untuk
menggambarkan keadaan lingkungan, akan disajikan
indikator-indikator seperti: akses air minum berkualitas,
akses terhadap sanitasi layak, rumah tangga kumuh dan
rumah sehat.

A. SARANA AIR MINUM MEMENUHI SYARAT


Salah satu tujuan pembangunan sarana penyediaan air
baku untuk memastikan komitmen pemerintah terhadap
Millenium Development Goals (MDGs) yaitu memastikan
kelestarian lingkungan hidup dengan menurunkan target
hingga setengahnya proporsi rumah tangga tanpa akses
berkelanjutan terhadap air minum layak dan sanitasi
dasar hingga 2018.
Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan
atau tanpa proses pengolahan yang melalui syarat
kesehatan dan dapat langsung diminum. Penyelenggara
air minum dapat berasal dari badan usaha milik
negara/badan usaha milik daerah, koperasi, badan
usaha swasta, usaha perorangan, kelompok masyarakat,
dan/atau individual yang melakukan penyelenggaraan
penyediaan air minum. Syarat-syarat kualitas air minum
sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
492/Menkes/Per/IV/2010, diantaranya adalah sebagai
berikut :
Page | 111

• Parameter nikrobiologi E Coli dan total Bakteri


kolifrom, kadar maksimum yang diperbolehkan 0
jumlah per 100 ml sampel,
• Syarat Fisik : Tidak berbau, tidak berasa dan tidak
berwarna,
• Syarat Kimia : Kadar Bese : maksimum yang
diperpolehkan 0,3 mg/l, kesadahan (maks 500 mg/l),
pH 6,5-8,5
Dalam rangka pencapaian target Renstra tentang
persentase kualitas air minum berkualitas dengan salah
satu target prioritas adalah persentase kualitas air
minum yang memenuhi syarat kesehatan, dalam hal ini
adalah air minum yang didistribusikan oleh PDAM
dengan target pada Millenium Development Goals (MDGs)
tahun 2019 adalah 100 %. Hal tersebut diatas

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


merupakan salah satu upaya pencegahan terjadinya
kemungkinan munculnya penyakit berbasis air
(waterborne disease) karena air merupakan salah satu
media lingkungan yang berperan dalam penyebaran
penyakit melalui media pertumbuhan mikrobiologi serta
adanya kemungkinan terlarutnya unsur kimia yang
dapat mengganggu kesehatan manusia.
Amanat Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang
Sumber daya Air yang selanjutnya dijabarkan dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang
pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum pada Pasal
6 disebut bahwa:
1. Air minum yang dihasilkan dari Sistem Penyediaan Air
Minum (SPAM) yang digunakan oleh masyarakat
pengguna/pelanggan harus memenuhi syarat kualitas
berdasarkan peraturan menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
kesehatan;
2. Air mimun yang tidak memenuhi syarat kualitas
sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilarang
didistribusikan kepada masyarakat.
Upaya pengawasan kualitas air sebagaimana yang diatur
di dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
736/MENKES/PER/VI/2010 tentang Tata laksana
Pengawasan Kualitas Air Minum, dilaksanakan olehdinas
kesehatan kabupaten/kota sebagai
pengawasaneksternal dan penyelenggara air mimun
sebagai pengawasan internal. Selain itudiatur pula
mengenai adanya upaya penyampaian informasi tentang
data kualitas air minum oleh penyelenggara air minum
ke dinas Kesehatan Kabupaten/kota serta upaya
penyampaian kondisi kualitas air oleh pemerintah daerah
di wilayahnya.
Page | 112

Seiring dengan kemajuan teknologi serta semakin tinggi


tingkat kesadaran masyarakat terhadap kesehatan
terutama dalam pemenuhan kebutuhan air bersih untuk
minum, sementara itu persediaan air tanah yang selama
ini menjadi sumber utama air minum telah mengalami
pencemaran, rumah tangga kini mulai beralih kepada
produk air minum dalam kemasan/isi ulang. Produk ini
merupakan salah satu solusi untuk konsumsi air minum
karena produk dapat langsung diminum karena telah
melalui proses produksi. Sementara menurut definisi
MDGs air minum kemasan dan isi ulang tidak termasuk
dalam sumber air minum layak. Hal ini dikarenakan air
kemasan tidak dapat dipastikan keberlanjutannya dan
sumbernya berasal dari wilayah lain.
Sumber air minum mempengaruhi kualitas air minum.
Untuk sumber air minum yang berasal dari sumber air

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


minum layak, konsep yang digunakan meliputi perpipaan
(PDAM dan BPSPAM) dan jaringan non perpipaan (sumur
gali terlindung, sumur gali dengan pompa, sumur bor
dengan pompa, terminal air, mata air terlindung dan
penampungan air hujan). Khusus untuk jaringan non
perpipaan harus memenuhi syarat jarak ke tempat
penampungan kotoran/tinja minimal 10 meter.
Tabel 8.1
PERSENTASE SARANA AIR MINUM YANG DILAKUKAN PENGAWASAN
KABUPATEN BOMBANA TAHUN 2018

PEMERIKSAAN

JUMLAH SARANA JUMLAH SARANA JUMLAH SARANA AIR


NO KECAMATAN
AIR MINUM AIR MINUM % MINUM MEMENUHI %
DIAMBIL SAMPEL SYARAT

1 2 4 9 10 11 12
1 RUMBIA 2 0 0.00 0 0.00
2 RUMBIA TENGAH 10 0 0.00 0 0.00
3 MATAOLEO 0 0 0.00 0 0.00
4 MASALOKA RAYA 0 0 0.00 0 0.00
5 RAROWATU 6 0 0.00 0 0.00
6 RAROWATU UTARA 7 1 14.29 0 0.00
7 LANTARI JAYA 7 0 0.00 0 0.00
8 MATAUSU 4 0 0.00 0 0.00
9 POLEANG TIMUR 210 0 0.00 0 0.00
10 POLEANG UTARA 5 0 0.00 0 0.00
11 POLEANG TENGGARA 0 0 0.00 0 0.00
12 POLEANG SELATAN 9 0 0.00 0 0.00
13 TONTONUNU 6 0 0.00 0 0.00
14 POLEANG TENGAH 3 0 0.00 0 0.00
15 POLEANG 2 0 0.00 0 0.00
16 POLEANG BARAT 110 0 0.00 0 0.00
17 KABAENA 0 0 0.00 0 0.00
18 KABAENA BARAT 2 0 0.00 0 0.00
19 KABAENA SELATAN 0 0 0.00 0 0.00
20 KABAENA UTARA 0 0 0.00 0 0.00
21 KABAENA TIMUR 4 0 0.00 0 0.00
22 KABAENA TENGAH 0 0 0.00 0 0.00
Page | 113
JUMLAH (KABUPATEN BOMBANA) 387 1 0.26 0 0.00

Sumber : Seksi Kesling dan Kesjaor, 2018


Upaya untuk dapat meningkatkan akses air minum layak
secara nasional terus dilakukan. Namun masih banyak
kendala dalam pencapaiannya, antara lain :
a. Rencana Aksi Daerah (RAD) pencapaian target
Rencana Kerja Pemerintah (RKP) dan Renstra tidak
didukung dengan skema pembiayaan yang jelas untuk
implementasi.
b. Belum optimalnya peran pemerintah Provinsi dalam
menggalang kerjasama antar pemerintah
Kabupaten/Kota dalam mengembangnkan SPAM
untuk mencapai sasaran RKP dan Renstra
c. Belum optimalnya keterpaduan antara program
dengan pembiayaan pengembangan SPAM perpipaan
dan bukan perpipaan terlindungi untuk percepatan

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


pencapaian sasaran air minum layak
d. Penanganan pembangunan SPAM daerah kepulauan
dan daerah terpencil termasuk daerah pesisir belum
dilaksanakan secara terpadu, berbasis teknologi tepat
guna dan berkelanjutan
e. Perilaku masyarakat dan pelaku usaha masih kurang
memperhatikan efisiensi dan efektivitas pemanfaatan
air minum dan sanitasi.

B. AKSES TERHADAP SANITASI DASAR


Akses terhadap air bersih dan sanitasi merupakan salah
satu pondasi inti dari masyarakat yang sehat. Air bersih
dan sanitasi yang baik merupakan elemen penting yang
menunjang kesehatan manusia. Sanitasi berhubungan
dengan kesehatan lingkungan yang mempengaruhi
derajat kesehatan masyarakat. Buruknya kondisi
sanitasi akan berdampak negatif dibanyak aspek
kehidupan, mulai dari turunnya kualitas lingkungan
hidup masyarakat, tercemarnya sumber air minum bagi
masyarakat, meningkatnya jumlah kejadian diare dan
munculnya penyakit.
Berbagai alasan digunakan oleh masyarakat untuk
buang air besar sembarangan, diantaranya adalah
anggapan membangun jamban itu mahal, lebih enak
buang air besar di sungai, tinja dapat digunakan sebagai
pakan ikan, dan lain-lain. Perilaku ini harus diubah
karena dapat meningkatkan resiko masyarakat untuk
terkena penyakit menular.
Sesuai dengan konsep dan defenisi MDGs, disebut akses
sanitasi layak apabila penggunaan fasilitas tempat buang
air besar milik sendiri atau bersama, jenis kloset yang
digunakan jenis leher angsa dan tempat pembuangan
akhir tinjanya menggunakan tangki septik atau Sarana
Page | 114

Pembuangan Air Limbah (SPAL). Metode pembuangan


tinja yang baik yaitu jamban dengan syarat-syarat
sebagai berikut :
a. Tanah permukaan tidak boleh terjadi kontaminasi
b. Tidak boleh terjadi kontaminasi pada air tanah yang
mungkin memasuki mata air atau sumur
c. Tidak boleh terkontaminasi air permukaan
d. Tinja tidak boleh terjangkau oleh lalat atau hewan lain
e. Tidak boleh terjadi penanganan tinja segar, atau bila
memang benar-benar diperlukan harus dibatasi
seminimal mungkin
f. Jamban harus bebas dari bau atau kondisi yang tidak
sedap dipandang
g. Metode pembuatan dan pengoperasian harus
sederhana dan tidak mahal

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


Gambar 8.1
PRESENTASE PENDUDUK
DENGAN AKSES TERHADAP SANITASI LAYAK
DI KABUPATEN BOMBANA TAHUN 2018

KABUPATEN 63.8
KABAENA TENGAH 73.7
KABAENA TIMUR 61.1
KABAENA UTARA 68.5
KABAENA SELATAN 86.2
KABAENA BARAT 48.1
KABAENA 95.7
POLEANG BARAT 50.7
POLEANG 74.7
POLEANG TENGAH 59.8
TONTONUNU 38.2
POLEANG SELATAN 38.5
POLEANG TENGGARA 37.3
POLEANG UTARA 48.1
POLEANG TIMUR 57.1
MATAUSU 29.3
LOMBAKASIH 52.8
RAROWATU UTARA 85.5
RAROWATU 74.0
MASALOKA RAYA 54.9
MATAOLEO 51.6
RUMBIA TENGAH 77.2
RUMBIA 100.0
0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0 120.0

Sumber : Seksi Kesling dan Kesjaor, 2018

Pada gambar 8.1 presentase penduduk menurut akses


terhadap sanitasi layak di Kabupaten Bombana tahun
2018 sebesar 63,8% lebih rendah dari target yang telah
Page | 115

disepakati bersama lingkup Dinas Kesehatan Kabupaten


Bombana yaitu 65,81%. Kecamatan dengan presentase
tertinggi untuk menurut akses terhadap sanitasi layak
terdapat di Kecamatan Rumbia sebesar 100%,
Kecamatan Kabaena sebesar 95,7%, Kecamatan
Rarowatu Utara sebesar 85,5% dan Kecamatan Rumbia
Tengah sebesar 77,2%.
Pemerintah Kabupaten Bombana dalam upaya untuk
meningkatkan akses air bersih dan sanitasi dasar yang
layak juga dilakukan melalui pembiayaan dana
Dekosentrasi melalui kegiatan Pamsimas dengan tetap
berkoordinasi dengan sektor terkait seperti Dinas
Pekerjaan Umum, Badan Perencanaan Pembangan
Daerah, Perusahaan Daerah Air Minum, dll. Kegiatan-
kegiatan yang dilaksanakan adalah yang berorientasi
pada pembinaan, penyediaan sarana air minum dan

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


sanitasi dasar bagi masyarakat khususnya bagi yang
berpenghasilan rendah di pedesaan.

Secara umum kendala yang dihadapi dalam upaya


pencapaian target yaitu:
a. Proses peningkatan perubahan perilaku tidak dapat
dilakukan secara instan,cenderung membutuhkan
waktu yang relatif lama agar masyarakat dapat
mengadopsi perilaku yang lebih sehat dalam
kehidupan sehari-hari. Meskipun demikian, kondisi
sosial budaya yang sangat bervariasi dapat
mempengaruhi cepat lambatnya perubahan perilaku
b. Belum meratanya ketersediaan sarana air minum dan
sanitasi yang mudah, murah dan terjangkau oleh
masyarakat
c. Kondisi geografis yang sangat bervariasi
mengakibatkan sulitnya menentukan pilihan
teknologi sanitasi yang dapat diterapkan di daerah
tersebut

C. SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM)


Peningkatan akses terhadap air minum yang berkualitas
perlu diikuti dengan perilaku yang higienis untuk
mencapai tujuan kesehatan, melalui pelaksanaan STBM.
Dalam kerangka pembangunan, sektor air minum,
sanitasi dan higienis merupakan satu kesatuan dalam
prioritas pembangunan bidang kesehatan dengan titik
berat pada upaya promotif-preventif dalam perbaikan
lingkungan untuk mencapai salah satu sasaran MDGs.
STBM sebagai ujung tombak keberhasilan pembangunan
air minum dan penyehatan lingkungan secara
keseluruhan. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat sebagai
pilihan pendekatan, strategi dan program untuk
Page | 116

mengubah perilaku higienis dan sanitasi melalui


pemberdayaan masyarakat dengan menggunakan
metode pemicuan dalam rangka mencapai target MDGs.
Dalam pelaksanaan STBM mencakup 5 (lima) pilar yaitu
:
a. Stop Buang Air Besar Sembarangan
b. Cuci Tangan Pakai Sabun
c. Pengelolaan Air Minum dan Makanan yang aman di
Rumah Tangga
d. Pengelolaan Sampah dengan benar
e. Pengelolaan limbah cair Rumah Tangga dengan aman
Pemerintah memberikan prioritas dan komitmen yang
tinggi terhadap kegiatan STBM, hal ini tercantum pada
Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2010 yang
mempertegas Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
852/MENKES/SK/IX/2008 dan Surat Edaran Menteri

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


Kesehatan Nomor 132 Tahun 2012 terkait dengan STBM.
Tujuan dari STBM adalah untuk mencapai kondisi
sanitasi total dengan mengubah perilaku higienis dan
sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan 3
komponen strategi yaitu :
a. Menciptakan lingkungan yang mendukung
terlaksananya kegiatan STBM melalui :
- Advokasi dan sosialisasi kepada pemerintah dan
pemangku kepentingan secara berjenjang
- Peningkatan kapasitas institusi pelaksana di
daerah; dan
- Meningkatkan kemitraan multi pihak.
b. Peningkatan kebutuhan akan sarana sanitasi
melaluui peningkatan kesadaran masyarakat tentang
konsekuensi dari kebiasaan buruk sanitasi (buang air
besar) dan dilanjutkan dengan pemicuan perubahan
perilaku komunitas:
- Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam
memilih teknologi, material dan biaya sarana
sanitasi yang sehat; dan
- Mengembangkan kepemimpinan di masyarakat
(natural leader) untuk memfasilitasi pemicuan
perubahan perilaku masyarakat masyarakat dan
mengembangkan sistem penghargaan kepada
masyarakat untuk meningkatkan dan menjaga
keberlanjutan STBM melalui deklarasi Stop Buang
Air Besar Sembarangan (SBS).
c. Peningkatan penyediaan melalui peningkatan
kapasitas produksi swasta lokal dalam penyediaan
sarana sanitasi yaitu melalui pengembangan
kemitraan dengan kelompok masyarakat, koperasi,
pengusaha lokal dalam penyediaan sarana sanitasi.
Page | 117

Suatu desa /kelurahan dikatakan telah melaksanakan


STBM didasarkan pada kondisi:
a. Minimal telah ada intervensi melalui pemicuan di
salah satu dusun dalam desa/kelurahan tersebut,
b. Adanya masyarakat yang bertanggungjawab untuk
melanjutkan aksi intervensi STBM baik individu atau
dalam bentuk komite dan sebagai respon dari aksi
intervensi STBM, dan
c. Masyarakat menyusun suatu rencana aksi kegiatan
dalam rangka mencapai komitmen-komitmen
perubahan perilaku pilar-pilar STBM yang telah
disepakati bersama.
Pelaksanaan STBM dilakukan secara bertahap dengan
prioritas pada pilar ke-1 yaitu Stop Buang Air Besar
Sembarang (SBS) dan adopsi perilaku Cuci tangan Pakai
Sabun (CTPS), dan secara bertahap mengembangkan

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


pilar-pilar lain dari STBM.
Gambar 8.2
PRESENTASE DESA YANG MELAKSANAKAN STBM
KABUPATEN BOMBANA TAHUN 2018

KABAENA TENGAH 85.71


KABAENA TIMUR 100.00
KABAENA UTARA 100.00
KABAENA SELATAN 100.00
KABAENA BARAT 100.00
KABAENA 100.00
POLEANG BARAT 90.91
POLEANG 100.00
POLEANG TENGAH 100.00
TONTONUNU 100.00
POLEANG SELATAN 100.00
POLEANG TENGGARA 100.00 STBM
POLEANG UTARA 100.00
POLEANG TIMUR 100.00
MATAUSU 100.00
LOMBAKASIH 100.00
RAROWATU UTARA 100.00
RAROWATU 100.00
MASALOKA RAYA 100.00
MATAOLEO 100.00
RUMBIA TENGAH 100.00
RUMBIA 100.00
0% 20% 40% 60% 80% 100%

Sumber : Seksi Kesling dan Kesjaor, 2018


Berdasarkan data di atas,hampir semua Puskesmas telah
memiliki desa/kelurahan yang melaksanakan STBM
yaitu sebanyak 20 Puskesmas. Hal ini tentu saja dengan
adanya dukungan Dana Alokasi Khusus (DAK non Fisik,
Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) Kabupaten
Bombana serta partisipasi pemerintah setempat dan
masyarakat.Kendala dan hambatan dalam pelaksanaan
STBM adalah masih belum optimalnya investasi bidang
Page | 118

air minum dan sanitasi khususnya di daerah perkotaan


seperti investasi untuk PDAM serta disparitas capaian
antar provinsi untuk pelayanan air minum dan sanitasi
di pedesaan dan akselerasi edukasi perilaku sehat
melalui pelaksanaan STBM. Untuk mengatasi kendala
tersebut, maka dilakukan upaya peningkatan advokasi
untuk meningkatkan investasi bidang air minum dan
sanitasi terutama untuk masyarakat miskin, perluasan
penyediaan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat
melalui program Air Bersih Untuk Rakyat serta
meningkatkan edukasi perilaku sehat denagn akselerasi
STBM.

D. TEMPAT-TEMPAT UMUM YANG MEMENUHI SYARAT


KESEHATAN
Tempat-tempat Umum (TTU) adalah tempat atau sarana

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


umum yang digunakan untuk kegiatan masyarakat dan
di selenggarakan oleh pemerintah/swasta atau
perorangan, antara lain pasar rakyat, sekolah fasyankes,
terminal, bandara, stasiun, pelabuhan, bioskop, hotel
dan tempat umum lainnya. TTU yang memenuhi syarat
kesehatan adalah tempat dan fasilitas umum minimal
sarana pendidikan dan pasar rakyat yang memenuhi
syarat kesehatan. TTU dinyatakan sehat apabila
memenuhi persyaratan fisiologis, psikologis, dan dapat
mencegah penularan penyakit antar pengguna,
penghuni, dan masyarakat sekitarnya serta memenuhi
persyaratan dalam pencegahan terjadinya masalah
kesehatan.
Pada gambar dibawah ini dapat dilihat persentase TTU
yang telah memenuhi syarat kesehatan pada tahun 2018
adalah mencapai 63,67%. Puskesmas dengan persentase
tertinggi adalah Kabaena Selatan mencapai 90,915%,
Kabaena 77,78% dan Rarowatu Utara 75%. Rincian
lengkap tentang persentase TTU yang memenuhi syarat
kesehatan tahun 2018 dapat dilihat pada gambar
berikut:

Gambar 8.3
PERSENTASE TEMPAT-TEMPAT UMUM
YANG MEMENUHI SYARAT KESEHATAN
KABUPATEN BOMBANA TAHUN 2018
Page | 119

BOMBANA 63.67
KABAENA TENGAH 54.55
KABAENA TIMUR 59.09
KABAENA UTARA 66.67
KABAENA SELATAN 90.91
KABAENA BARAT 58.33
KABAENA 77.78
POLEANG BARAT 61.22
POLEANG 68.63
POLEANG TENGAH 68.75
TONTONUNU 66.67
POLEANG SELATAN 53.33
POLEANG TENGGARA 68.42
POLEANG UTARA 38.89
POLEANG TIMUR 70.27

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


MATAUSU 64.29
LOMBAKASIH 68.00
RAROWATU UTARA 75.00
RAROWATU 56.00
MASALOKA RAYA 72.73
MATAOLEO 63.64
RUMBIA TENGAH 61.90
RUMBIA 73.91

- 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00

Sumber : Seksi Kesling dan Kesjaor, 2018

Masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan upaya peningkatan


jumlah TTU yang memenuhi syarat diantaranya adalah anggaran
daerah untuk program kesehatan lingkungan masih rendah, belum
semua puskesmas memiliki peralatan pengukuran parameter
kualitas lingkungan yang sesuai, tenaga kesehatan lingkungan di
puskesmas yang masih kurang dan bahkan ada beberapa
puskesmas yang belum memiliki tenaga kesehatan lingkungan,
pendataan ulang untuk akurasi data yang tercatat,tumpang tindih
regulasi antar Kementerian/lembaga yang belum bersinergi, dan
masih belum optimalnya koordinasi baik lintas program maupun
lintas sector, serta institusi terkait baik di tingkat pusat maupun
daerah.
Upaya yang harus dilakukan dalam peningkatan TTU diantaranya
melakukan advokasi dan sosialisasi secara terpadu bersama lintas
program di lingkungan dinas kesehatan dan lintas sector, institusi
serta mitra yang terkait lainnya, melengkapi puskesmas dengan
peralatan pengukuran parameter kualitas lingkungan,
meningkatkan dan memperkuat strategi kemitraan, serta
meningkatkan kapasitas pemilik/penyelenggara TTU agar ikut
berpartisipasi dalam peningkatan kualitas kesehatan lingkungan.

E. TEMPAT PENGELOLAAN MAKANAN YANG MEMENUHI


SYARAT KESEHATAN
Page | 120

Sebagai salah satu jenis tempat pelayanan umum yang


mengolah dan menyediakan makanan bagi masyarakat
banyak, maka Tempat Pengelolaan Makanan (TPM)
memiliki potensi yang cukup besar untuk menimbulkan
gangguan kesehatan atau penyakit bahkan keracunan
akibat dari makanan yang dihasilkannya. TPM adalah
usaha pengelolaan makanan yang meliputi jasaboga
atau catering, rumah makan dan restoran, depot air
minum, kantin dan makanan jajanan. Berdasarkan
Kepmenkes Nomor 1098/Menkes/SK/VII/2003 tentang
Persyaratan Higiene Sanitasi Rumah Makan dan
Restoran, persyaratan hegiene sanitasi yang harus
dipenuhi meliputi:
1. Persyaratan lokasi dan bangunan,
2. Persyaratan fasilitas sanitasi,
3. Persyaratan dapur, rumah makan, dan gudang

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


makanan,
4. Persyaratan bahan makanan dan makanan jadi,
5. Persyaratan pengolahan makanan,
6. Persyaratan penyimpanan bahan makanan dan
makanan jadi,
7. Persyratan penyajian makanan jadi,
8. Persyaratan peralatan yang digunakan.
Pelaksanaan hygiene sanitasi pangan merupakan salh
satu aspek dalam menjaga keamanan pangan yang
harus dilaksanakan secara terstruktur dan terukur
dengan kegiatan, sasaran dan ukuran kinerja yang jelas,
salah satunya dengan mewujudkan Tempat Pengelolaan
Makanan yang memenuhi syarat kesehatan. TPM siap
saji yang terdiri dari rumah makan/restoran, jasa boga,
depot air minum, sentra makanan jajanan, kantin
sekolah yang memenuhi syarat kesehatan adalah TPM
yang memenuhi persyaratan hygiene sanitasi yang
dibuktikan dengan sertifikat layak hygiene sanitasi.
Gambar dibawah ini menunjukkan persentase Tempat
Pengelolaan Makanan yang memenuhi syarat kesehatan
di Kabupaten Bombana tahun 2018.

Gambar 8.4
PERSENTASE TEMPAT PENGELOLAAN MAKANAN (TPM)
MEMENUHI SYARAT KESEHATAN
KABUPATEN BOMBANA TAHUN 2018
Page | 121

BOMBANA 3.85
KABAENA TENGAH 0.00
KABAENA TIMUR 0.00
KABAENA UTARA 0.00
KABAENA SELATAN 0.00
KABAENA BARAT 0.00
KABAENA 0.00
POLEANG BARAT 0.00
POLEANG 0.00
POLEANG TENGAH 0.00
TONTONUNU 0.00
POLEANG SELATAN 0.00
POLEANG TENGGARA 0.00
POLEANG UTARA 0.00
POLEANG TIMUR 0.00
MATAUSU 0.00

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


LOMBAKASIH 0.00
RAROWATU UTARA 0.00
RAROWATU 0.00
MASALOKA RAYA 0.00
MATAOLEO 0.00
RUMBIA TENGAH 0.00
RUMBIA 10.53
0.00 5.00 10.00 15.00

Sumber : Seksi Kesling dan Kesjaor, 2018

Pada gambar 8.4 diatas menunjukkan bahwa persentase


Tempat Pengelolaan Makanan yang memenuhi syarat
kesehatan di Kabupaten Bombana tahun 2018 adalah
3,85%. Capaian ini masih jauh dari target, ini
disebabkan masih kurangnya dukungan sarana dan
prasarana untuk pelaksanaan pembinaan dan
pengawasan terkait penyehatan TPM. Adapun
kecamatan dengan persentase TPM yang memenuhi
syarat kesehatan tertinggi adalah Kecamatan Rumbia
sebesar 10,53%. Dan kecamatan yang lain masih belum
ada TPM yang memenuhi syarat kesehatan. ini
dikarenakan belum memiliki/menganggarkan dana
untuk pemeriksaan sampel ke laboratorium dan juga
puskesmas tidak memiliki alat untuk melakukan
pemeriksaan sampel. Untuk system pelaporan kegiatan
yang sudah berbasis elektronik (internet) masih belum
optimal terkait penurunan koneksi pada system monev
elektronik TPM, yang berdampak pada penurunan
semangat sanitarian dalm mengimput hasil IKL TPM
yang terdapat diwilayah kerja mereka pada aplikasi
tersebut dan juga kurangnya tenaga kesehatan
lingkungan di Puskesmas.
Page | 122

F. KEADAAN PERILAKU MASYARAKAT


Untuk menggambarkan keadaan perilaku masyarakat
yang berpengaruh terhadap kesehatan, akan disajikan
beberapa indikator yang berkaitan dengan perilaku
masyarakat, diantaranya Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat, Kabupaten/Kota Sehat dan Kawasan Tanpa
Rokok.

1. PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)


Keluarga mempunyai peran penting dalam
meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat,
karena dalam keluarga terjadi komunikasi dan
interaksi antara anggota keluarga yang menjadi awal
penting dari suatu proses pendidikan perilaku.
Pelaksanaan perilaku hidup bersih dan sehat sejak
dini dalam keluarga dapat menciptakan keluarga

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


yang sehat dan aktif dalam setiap upaya kesehatan
di masyarakat. Dalam upaya meningkatkan
kesehatan anggota keluarga, Pusat Promosi
Kesehatan Kemenkes berupaya meningkatkan
persentase rumah tangga ber-PHBS.
PHBS di rumah tangga adalah upaya untuk
memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu,
mau dan mampu mempraktekkan perilaku
hidupbersih dan sehat serta beperan aktif dalam
gerakan kesehatan di masyarakat. Untuk mecapai
rumah tangga ber-PHBS , terdapat 10 perilaku hidup
bersih dan sehat yang dipantau, yaitu : (1) Persalinan
ditolong oleh tenaga kesehatan, (2) Memberi ASI
Eksklusif, (3) Menimbang balita setiap bulan, (4)
Menggunakan air bersih, (5) Mencuci tangan dengan
air bersih dan sabun, (6) Menggunakan jamban
sehat, (7) Memberantas jentik di rumah sekali
seminggu, (8) makan buah dan sayur setiap hari, (9)
melakukan aktivitas fisik setiap hari, dan (10) tidak
merokok di dalam rumah.
2. KABUPATEN/KOTA SEHAT (KKS)
Kabupaten/Kota Sehat (KKS) merupakan salah satu
indikator pelaksanaan kegiatan penyehatan
lingkungan dalam RPJMN dan Renstra 2017-2021.
KKS adalah suatu kondisi kabupaten/Kota yang
bersih, nyaman, aman dan sehat untuk dihuni
penduduk, yang dicapai melalui terselenggaranya
penerapan beberapa tatanan dengan kegiatan yang
terintegrasi yang disepakati masyarakat dan
pemerintah kabupaten/kota.
Penyelenggaraan KKS merupakan pendekatan
terpadu, menyeluruh, lintas sektor berbasis
Page | 123

masyarakat, masyarakat sebagai pelaku utama.


Selain itu juga merupakan operasionalisasi
pembangunan berkelanjutan, berbasis
pembangunan berwawasan lingkungan dan
pembangunan berwawasan kesehatan seperti yang
diatur dalam Peraturan Bersama Menteri Dalam
Negeri dan Menteri Kesehatan Nomor 34 Tahun 2005
dan Nomor 1138/MENKES/PB/VIII/2005 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Kabupaten/Kota Sehat.
Pendekatan KKS tidak hanya mengutamakan pada
terselenggaranya upaya peningkatan lingkungan
fisik tapi juga sosial dan budaya, serta perilaku dan
pelayanan kesehatan agar dilaksanakan secara adil,
merata dan terjangkau dengan memaksimalkan
seluruh potensi sumber daya di kabupaten/kota
tersebut secara mandiri sehingga diharapkan dapat

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


mewujudkan kondisi yang kondusif bagi masyarakat
untuk meningkatkan produktifitas dan ekonomi
wilayah dan masyarakatdalam meningkatkan
kehidupan masyarakat yang lebih baik.
Untuk Kabupaten Bombana, program Kabupaten
Sehat masih dalam tahap sosialisasi dengan lintas
sektor dan lintas program. Diharapkan pada tahun
2018 akan terbentuk Forum Kabupaten Sehat
Bombana sebagai dasar untuk penilaian
Kabupaten/Kota Sehat pada tahun 2018.

3. KAWASAN TANPA ROKOK (KTR)


Kawasan Tanpa Rokok (KTR) adalah ruangan atau
area yang dinyatakan dilarang untuk melakukan
kegiatan produksi, penjualan, iklan, promosi dan
atau penggunaan rokok. Penetapan KTR merupakan
upaya perlindungan untuk masyarakat terhadap
resiko ancaman gangguan kesehatan karena
lingkungan tercemar asap rokok. KTR merupakan
tanggungjawab seluruh komponen bangsa baik
invidu, masyarakat, parlemen, maupun pemerintah,
untuk melindungi generasi sekarang maupun yang
akan datang. Komitmen bersama dari lintas sektor
dan berbagai elemen akan sangat berpengaruh
terhadap keberhasilan KTR. Ruang lingkup KTR
meliputi tempat-tempat umum, tempat kerja terttup,
sarana kesehatan, tempat proses belajar mengajar,
arena kegiatan anak, tempat ibadah dan angkutan
umum.
Pemerintah telah menetapkan dan mengupayakan
kebijakan Kawasan Tanpa rokok untuk melindungi
seluruh masyarakat dari bahaya asap rokok melalui
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Page | 124

Kesehatan pasal 115 ayat 1 dan Pemerintah Daerah


wajib menetapkan dan menerapkan KTR di
wilayahnya sesuai Pasal 115 ayat 2, serta Peraturan
Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam
Negeri Nomor 188/Menkes/PB/I/2011 dan Nomor 7
tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Kawasan
Tanpa Rokok, dikuatkan dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 109 tahun 2012 tentang
Pengamanan Bahan yang mengandung Zat Adiktif
berupa Produk tembakau Bagi Kesehatan.
Sejak Tahun 2015, telah diterbitkan Keputusan
Bupati Nomor 36 Tahun 2015 tentang Kawasan
Tanpa Rokok di Kabupaten Bombana dan kegiatan-
kegiatan yang mendukung Program Kawasan
TanpaRokok dengan sumber pembiayaan Dana Bagi
Hasil Rokok (DBH Rokok).

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018

Pelaksanaan pembangunan kesehatan di Kabupaten


Bombana pada tahun 2018 telah berjalan sebagaimana mestinya,
meskipun masih ada permasalahan dan tantangan yang dihadapi
Page | 125

dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan masyarakat


Kabupaten Bombana yang optimal masih cukup berat.
Keberhasilan pelaksanaan program–program kesehatan
tidak terlepas dari keterlibatan semua pihak terkait, dukungan
pembiayaan pemerintah, partisipasi aktif masyarakat dan stake
holder lainnya.
Upaya pencapaian cakupan program–program kesehatan
sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal (SPM) dan Millenium
Development Goals bidang kesehatan perlu didukung dengan
Sumber Daya Manusia (SDM) yang berpotensi, dukungan sarana
dan prasarana kesehatan serta dukungan dana dari pihak
pemerintah.
Harapan yang ingin diwujudkan pada tahun–tahun yang
akan datang adalah agar berbagai sasaran strategik secara
bertahap dapat diupayakan meningkat terus, sehingga dapat
menjamin peningkatan derajat kesehatan masyarakat di

Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Tahun 2018


Kabupaten Bombana sebagai salah satu indikator tingkat
kesejahteraan rakyat.
Semoga dengan adanya profil kesehatan Kabupaten
Bombana tahun 2018 ini dapat memberikan gambaran secara
global tentang usaha yang telah dilakukan dalam bidang
kesehatan, hasil yang dicapai serta masalah-masalah yang perlu
mendapat perhatian, serta dapat digunakan sebagai bahan
perencanaan selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai