Dalam
artikel Berkembangnya Alasan-Alasan PHK dalam Praktik dijelaskan ada beberapa alasan
penyebabpemutusan hubungan kerja (“PHK”) yang terdapat dalam Undang-Undang No. 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan (“UU Ketenagakerjaan”).
PHK sukarela misalnya, yang diartikan sebagai pengunduran diri buruh tanpa paksaan dan tekanan.
Begitu pula karena habisnya masa kontrak, tidak lulus masa percobaan (probation), memasuki usia
pensiun dan buruh meninggal dunia. PHK tidak sukarela dapat terjadi karena adanya pelanggaran, baik
yang dilakukan buruh maupun pengusaha/perusahaan.
Untuk menjawab pertanyaan Anda mengenai rincian pesangon yang didapat oleh pekerja yang
mengundurkan diri dan PHK dapat dilihat dari tabel sebagai berikut.
Berikut akan kami jelaskan tentang Uang Pesangon, Uang Penghargaan Masa Kerja, dan Uang
Penggantian Hak. Kewajiban pengusaha membayar uang pesangon dan uang lainnya tersebut kepada
pekerjanya dalam hal terjadi PHK dapat kita jumpai pengaturannya dalam Pasal 156 ayat (1) UU
Ketenagakerjaan yangberbunyi:
“Dalam hal terjadi pemutusan hubungan kerja, pengusaha diwajibkan membayar uang
pesangon dan atau uang penghargaan masa kerja dan uang penggantian hak yang
seharusnya diterima.”
Lalu bagaimana cara menghitung uang pesangon dan/atau uang penghargaan masa kerja? Berikut kami
akan uraikan beberapa pasal yang mengatur tentang kedua uang tersebut satu-persatu:
b. Perhitungan Uang Penghargaan Masa Kerja [Pasal 156 ayat (3) UU Ketenagakerjaan]
Dari uraian di atas diketahui bahwa pekerja yang mengundurkan diri secara sukarela tidak berhak
mendapatkan uang pesangon dan uang penghargaan masa kerja. Ia hanya berhak mendapatkan uang
penggantian hak.