PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pada era globalisasi saat ini menciptakan persaingan perusahaan di kota
batam semakin ketat. Banyak perusahaan-perusahaan yang mengalami
penurunan pada produktivitas perusahaan, bahkan juga tidak sedikit perusahaan-
perusahaan yang tutup akibat globalisasi yang terjadi di kota batam. Tidak
terkecuali pada perusahaan otomotif dimana saya bekerja.
Saat ini saya bekerja di sebuah perusahaan PT.Idola Mobil sebagai teknisi.
PT. Idola Mobil merupakan sebuah perusahaan otomotif yang bergerak dibidang
penjualan dan perawatan mobil merk KIA yang berasal dari Korea Selatan.
Akibat dari krisis yang dialami oleh perusahaan tempat saya bekerja, berimbas
pada pengurangan jumlah karyawan dimana saya termasuk didalamnya.
Adapun masalah yang saya alami dimana ada Pemutusan Hubungan Kerja
(PHK) yang tidak sesuai pada perundang-undangan yang telah ditetapkan.
Dimana perusahaan memberikan persayaratan kepada karyawannya sebelum
melakukan Pemutusan Hubungan Kerja. Persayaratannya adalah sebagai berikut:
1. Apabila karyawan tersebut memiliki masa kerja kurang dari 5
tahun (<5 tahun) maka akan diberikan haknya berupa pesangon
sebesar 1 bulan gaji.
2. Apabila karyawan tersebut memiliki masa kerja lebih dari 5
tahun (>5 tahun) maka akan diberikan haknya berupa pesangon
sebesar 1 tahun = 2 bulan gaji.
3. Perusahaan bersedia mengalihkan karyawan ke PT. Pionika
Mobilindo dengan jabatan yang sama namun masa kerja dimulai
dari awal kembali dan tidak didapatkannya Hak pekerja selama
bekerja di PT. Idola Mobil (Tidak Mendapatkan Pesangon dan
harus memulai masa kerja dari awal kembali di PT. Pionika
Mobilindo.
4. Tidak menerima Uang Penghargaan Masa kerja pada keryawan
yang di PHK.
PT. Pionika Mobilindo merupakan sebuah perusahaan otomotif yang
bergerak dibidang penjualan dan perawatan mobil bermerk Honda. Pada kasus
ini jelas terlihat adanya perbedaan dari kedua sistem dan manajemen. Melihat
dari kasus diatas terdapat kesemena-menaan perusahaan kepada karyawannya
tanpa memperdulikan hak pekerja.
Rumusan Masalah
Berdassarkan latar belakang diatas maka penulis merumuskan masalah
sebagai berikut:
1. Apa landasan hukum yang terjadi pada kasus seperti diatas?
2. Hal-hal apa saja yang menjadi penyelewengan dalam
undang-undang ketenagakerjaan?
3. Bagaimana solusi dalam pemecahan masalah diatas?
Batasan Masalah
Dengan perumusan masalah diatas penulis membatasi masalah sebagai
berikut:
1. Penulis hanya membahas dari segi kasus yang yang terjadi.
2. Penulis hanya membahas perundang-undangan yang berkaitan pada
kasus yang terjadi.
3. Penulis memecahkan permasalahan yang terjadi berdasarkan
pelajaran yang penulis dapatkan selama mengikuti pembelajaran di
Universitas Batam
Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
5. Bertambahnya wawasan sebagai seorang pekerja.
6. Mengetahui bagaimana cara menyikapi masalah yang terjadi seperti
kasus diatas.
BAB II
LANDASAN TEORI
Uang Pesangon
Perusahaan yang melakukan pemutusan hubungan kerja harus membayarkan uang
pesangon seperti yang terdapat di dalam UU Ketenagakerjaan pasal 156 ayat 2, dengan
aturan sebagai berikut:
Hak Karyawan 2:
Uang Penghargaan Masa Kerja
Perusahaan yang melakukan pemutusan hubungan kerja harus
membayarkan uang penghargaan masa kerja seperti yang terdapat di dalam UU
Ketenagakerjaan pasal 156 ayat 3, dengan aturan sebagai berikut:
Hak Karyawan 3:
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Apa Landasan Hukum Yang Terjadi Pada Kasus Seperti Diatas
Situasi bisnis yang tidak menentu kadang menuntut perusahaan mengambil
langkah ekstrem untuk mengurangi pekerja, yaitu dengan cara melakukan PHK
atau Pemutusan Hubungan Kerja. Di sisi lain karyawan juga dapat
menyampaikan inisiatifnya sendiri dengan cara mengundurkan diri. Meskipun
hubungan kerja telah berakhir, ada pembayaran kompensasi yang wajib
diperhatikan oleh perusahaan.
Kewajiban ini mungkin familiar di telinga kita sebagai pembayaran uang
pesangon. Namun, sebenarnya uang pesangon hanyalah salah satunya saja.
Selain uang pesangon, karyawan yang di-PHK oleh perusahaan juga memiliki
hak untuk mendapatkan Uang Penghargaan Masa Kerja (UPMK), serta Uang
Penggantian Hak (UPH). Kewajiban perusahaan ini telah diatur dalam UU
Ketenagakerjaan No 13 Tahun 2003 Pasal 156 Ayat 1, sebagai berikut:
itu, kenaikan gaji karyawan juga mengacu terhadap kebutuhan hidup layak yang
ditetapkan oleh pemerintah sesuai dengan kemampuan dari perusahaan.
Selain mendapatkan gaji, perusahaan juga menghargai masa kerja
karyawan dengan membayarkan uang penghargaan masa kerja atau UPMK.
Kewajiban perusahaan memberikan uang penghargaan masa kerja (UPMK)
diatur oleh pemerintah di dalam undang-undang ketenagakerjaan.
Sesuai UU Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2013, penghitungan UPMK
dapat dilakukan dengan melihat lamanya masa kerja.
4. Masa kerja 3 tahun atau lebih, tetapi kurang dari 6 tahun, maka
UPMK dibayarkan sebesar 2 bulan upah.
5. Masa kerja 6 tahun atau lebih, tetapi kurang dari 9 tahun, maka
UPMK dibayarkan sebesar 3 bulan upah.
6. Masa kerja 9 tahun atau lebih, tetapi kurang dari 12 tahun, maka
UPMK dibayarkan sebesar 4 bulan upah.
7. Masa kerja 12 tahun, tetapi kurang dari 15 tahun, maka UPMK
dibayarkan sebesar 5 bulan upah.
8. Masa kerja 15 tahun, tetapi kurang dari 18 tahun, maka UPMK
dibayarkan sebesar 6 bulan upah.
9. Masa kerja 18 tahun, tetapi kurang dari 21 tahun, maka UPMK
dibayarkan sebesar 7 bulan upah.
10. Masa kerja 21 tahun, tetapi kurang dari 24 tahun, maka UPMK
dibayarkan sebesar 8 bulan upah.
11. Masa kerja 24 tahun atau lebih, maka UPMK dibayarkan sebesar
10 bulan upah.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table dibawah ini:
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
1. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) adalah pengakhiran hubungan kerja
antara perusahaan dengan pekerja yang terjadi karena berbagai sebab.
2. PHK merupakan suatu peristiwa yang tidak diharapkan terjadinya,
khususnya dari kalangan pekerja/buruh karena akan kehilangan mata
pencaharian untuk menghidupi diri dan keluarga.
3. Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dibuat
untuk menjamin terpeliharanya hak-hak buruh/pekerja dalam sebuah
hubungan kerja, sehingga tidak terjadi penzaliman dari yang lebih kuat
kepada yang lebih lemah.
4. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
ketenagakerjaan, dijelaskan bahwa PHK dapat terjadi karena bermacam
sebab.
5. Semua pihak yang bersangkutan dalam pelaksanaan PHK baik
pengusaha maupun pekerja/buruh harus mengetahui hal-hal yang
berkaitan dengan PHK.
4.2 Saran
Adapun saran yang dapat saya berikan dalam makalah ini adalah,
hendaknya dalam melakukan Pemutusan hubungan kerja harus sesuai
dengan Undang-Undang Ketenagakerjaan yang berlaku di Indonesia agar
tidak akan ada pihak-pihak yang merasa dirugikan.
DAFTAR PUSTAKA