Anda di halaman 1dari 11

A.

PENDAHULUAN
Nasionalisme, Kita tentunya sering mendengar hal ini disebut. Nasionalisme adalah
sebuah paham yang menciptakan dan mempertahankan kedaulatan sebuah negara dengan
mewujudkan suatu konsep identitas bersama untuk sekelompok manusia. Hal yang lebih
rinci tentang nasionalisme, diungkapkan oleh Ernest Renan, yaitu nasionalisme
merupakan perasaan kebersamaan dari setiap anggotanya. Perasaan itu terbentuk dan
tumbuh seiring dengan pengalaman-pengalaman hidup yang mereka jalani yang
kemudian memandu mereka untuk hidup bersama dalam sebuah proses pembangunan di
masa yang lebih baik.
Untuk mewujudkan hal itu, perlunya pemerintahan atau pemimpin yang baik pula,
dalam islam pemimpin atau al-khilafah ialah suatu susunan pemerintahan yang diatur
menurut ajaran islam, sebagai yang dibawa dan dijalankan oleh nabi Muhammad saw.
Semasa hidup beliau, dan kemudian dijalankan oleh khulafaur-rasyidin. Kepala
negaranya dinamakan khalifah.
Al-khilafah dapat ditegakkan dengan perjuangan umat islam yang teratur menurut
keadaan dan tempat masing-masing umat, baik berbentuk nasional untuk sebagian umat
muslimin yang merupakan suatu bangsa yang memperjuangkan suatu Negara yang telah
mereka tentukan batas-batasnya, sebagaimana telah terjadi sebagaimana telah terjadi
mulai dari khilafah umawiyah, khilafah ‘Abbasiyah, dan lain-lain sesudah itu. Khilafah-
khilafah itu diakui dan ditaati oleh ulama muslim. Atau berbentuk umu (internasional)
untuk seluruh islam sedunia. Bentuk yang kedua inilah yang sering di dengar dibicarakan
oleh pemimpin-pemimpin islam yang terkemuka. Memang diakui bentuk kedua ini lebih
baik, namun selama Negara-negara yang penduduknya kaum muslimin masih dikuasai
oleh kekuatan tangan penjajah, bentuk yang kedua itu tak kan berhasil dan tidak berarti.
Sekarang juga banyak pemberontakan-pemberontakan di berbagai macam
Negara, yang mengaku bahwa mereka memberontak karena adanya ketidakadilan
di negaranya, pemberontakan macam ini disebut paham sebagai separatisme.
Secara umum, separatisme dapat diartikan sebagai suatu gerakan untuk
mendapatkan kedaulatan dan memisahkan suatu wilayah atau kelompok manusia.
yang memiliki keterikatan nasionalisme yang tajam, dari suatu negara atau
kelompok lain.
Di kedua poin diatas, kita dapat melihat jika kedua hal tersebut,
nasionalisme dan separatisme, memiliki keterkaitan yang sangat erat satu dengan
yang lain. Gerakan separatis, kebanyakan didasari dengan basis nasionalisme
ekstrin atau kekuatan religius.
Upaya kelompok atau golongan masyarakat melakukan perlawan gerakan
separatisme dengan tujuan untuk memisahkan diri dari negaranya merupakan
masalah bangsa yang sampai saat ini belum dapat diselesaikan secara tuntas.
B. KONSEP DASAR SEPARATISME
1. Definisi separatism
Secara etimologis separatisme artinya mengasingkan diri, kelompok yang
mengasingkan dirinya dari suatu wilayah dari satu sama yang lain (atau suatu
Negara lain). Separatisme juga sering merupakan tindak balas yang kasar dan
brutal terhadap suatu pengambil ahlian militer yang terjadi dahulu. Di seluruh
dunia sebanyak kelompok teroris menyatakan bahwa separatisme adalah satu-
satunya cara untuk meraih tujuan mereka mencapai kemerdekaan. Dalam hukum
pidana islam yang dikenal dengan sebutan bughat yaitu : pemberontakan terhadap
suatu pemerintahan. Al-baghy memiliki beberapa pengertian antara lain; (zhalim,
aniaya) (perbuatan jahat) (menyimpang dari kebenaran) dan (melanggar,
menentang). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989:820) separatisme
adalah paham yang mencari keuntungan dengan pemecahbelahan di suatu
golongan (bangsa).
Pengertian tersebut kemudian menjadi populer untuk mencari dan menuntut
sesuatu yang tidak halal, baik karena dosa maupun karena kezaliman. Hal ini
terlihat dari firman Allah.
Katakanlah “tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik
yang tampak maupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa yang
melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar”.
Dalam pengertian istilah terdapat beberapa definisi yang dikemukakan oleh
ulama mazhab yang redaksinya berbeda-beda.
A. Pendapat malikiyah
Separatisme atau pemberontak adalah menolak untuk tunduk dan taat
kepada orang yang kepemimpinannya telah tetap dan tindakannya bukan
dalam maksiat, dengan cara menggulingkannya, dengan menggunakan
alasan (ta’wil).
B. Pendapat hanafiyah
Separatisme atau bughat adalah keluar dari ketaatan kepada imam
(kepala Negara) yang benar (sah) dengan cara yang tidak benar (sah).
C. Pendapat hanabilah
Separatisme atau bughat adalah sekelompok orang yang menentang
penguasa/pemerintah, termasuk penguasa yang zalim, dikarenakan
adanya perbedaan paham. Mereka memiliki kekuasaan, meskipun tidak
berada dibawah komando seorang pemimpin.
D. Pendapat syafi’iyah
Separatisme atau bughat adalah para pemberontakan atau para pelaku
tindakan makar itu adalah orang-orang islam yang melawan atau
pembangkang kepada pemimpin/pemerintah, dengan jalan
menentangnya dan melepaskan diri darinya atau menolak kewajiban-
kewajiban yang dibebankan kepada mereka, dengan memiliki kekuatan,
memiliki argumentasi dan memiliki pemimpin.

2. Unsur-unsur jarimah separatisme atau pemberontakan


Dari rangkuman definisi yang telah dikemukakan diatas, dapat
diketahui beberapa unsur-unsur jarimah separatisme atau bughat itu ada 3, yaitu:
1 Pembangkangan terhadap kepala Negara (imam)
2 Pembangkangan dilakukan dengan menggunakan kekuatan, dan
3 Adanya niat yang melawan hukum (al-qasd al-jinaiy)
Adapun syarat memerangi pemberontak atau bughat ada 3, yaitu sebagai berikut.
1. memiliki kekuatan,yaitu mereka mempunyai kekuatan (bersenjata) yang
dapat digunakan untuk melawan pemerintah atau penegak keadilan. seperti
mereka memiliki kelompok lain yang dapat dimintai bantuan, mempunyai
benteng pertahanan, atau menguasai salah satu daerah kaum muslim (yang
berada dalam kekuasaan pemerintah). tujuan memeranginya adalah
menghindari bahaya yang ditimbulkan. oleh karena itu, jika tidak memiliki
kekuatan seperti yang disebutkan, bahaya keberadaan mereka tidak perlu
ditakuti.
2. membangkang dari ketaatan terhadap pemimpin, misalnya mengangkat pemimpin
sendiri dari kalangan mereka untuk memimpin daerahnya.
3. mempunyai pemikiran berbeda dengan pemerintah, yang mungkin benar,
mungkin juga salah.
Apabila salah satu dari ketiga syarat diatas tidak terpenuhi, seseorang tidak bisa
dikatakan sebagai pemberontak, dan tidak boleh diperangi. hanya, dihukum
sesuai dengan perbuatannya dan didenda sebesar kerugian yang ditimbulkan, dan
ia tidak boleh di perlakukan selayaknya pemberontak.
disyaratkan juga bahwa sebelum memerangi mereka, imam atau pemerintah yang
sah mengirim seorang laki-laki yang terpercaya dan cerdas,yang dapat
menasehati dan mengajak mereka kembali pada ketaatan, membantah syubhat
atau penyimpangan yang mereka yakini dengan cara yang baik, jika mereka
memiliki pemikiran yang menyimpang, dan menanyakan penyebab mereka
membenci pemerintah yang sah, member peringatan kepada mereka tentang
akibat yang akan diterima jika tetap bersikukuh dalam pemberontakan, dan
memberi tahu bahwa mereka akan diperangi jika tetap mempertahankan
pendiriannya.
dalilnya adalah Allah memerintahkan perdamaian terlebih dahulu sebelum
melakukan perang. Allah SWT. Berfirman :

Maka damaikanlah antara keduanya. jika salah satu dari keduanya berbuat
zalim terhadap (golongan) yang lain…(Q.S. Al-Hujurat[49]:9

3. Faktor penyebab terjadinya separatisme


Adapun faktor penyebab separatisme adalah sebagai berikut:
a. faktor ideologis dapat muncul sejalan dengan hadirnya pemahaman baru
tentang tatanan kehidupan. Kegagalan negara-negara sekular dalam
menata kehidupan manusia mendorong orang untuk mencari ideologi
alternatif.
b. faktor kezaliman politik. Pemerintahan yang totaliter tidak memberi ruang
yang cukup bagi warga negaranya untuk mengekspresikan tuntutan dan
kepentingan politiknya. Kalaupun ada ritual pemilihan umum, ia
cenderung dijadikan alat untuk melanggengkan dan membenarkan rezim
yang berkuasa. Rezim politik yang seperti ini sering menekan aspirasi dan
keinginan sekelompok masyarakat, tetapi kadang juga mengeksploitasi
sebagian besar masyarakat. Tekanan politik yang sedemikian berat itu,
pada tingkatan tertentu, akan memicu lahirnya gerakan-gerakan
separatisme.
c. faktor ekonomi. Pada awal masa reformasi, beberapa daerah kaya
penghasil minyak dan hasil hutan menuntut sikap adil pemerintah.
Kepentingan ekonomi masyarakat lokal bukan satu-satunya motif yang
bisa mendorong separatisme. Kepentingan ekonomi negara asing juga
memainkan peranan penting dalam gerakan separatisme di banyak negara.
Dari sejarah perpolitikan dunia, kita mengetahui di mana ada peran AS
dan Eropa (terutama Inggris dan Prancis), kepentingan ekonomi selalu
mengemuka. Kepentingan ekonomi ini juga menjadi faktor penting
masuknya intervensi atau peran asing.
d. intervensi asing. Mantan direktur intelejen BAKIN, Dr. AC Manullang,
dalam wawancara dengan Koran Tempo, mengatakan bahwa ada
keterlibatan dinas intelejen AS, CIA, dalam berbagai kerusuhan seperti di
Aceh, Sampit, Pangkalan Bun, Ambon, Irian, dan daerah lainnya.
Tujuannya adalah agar Indonesia chaos. Untuk kasus Ambon disinyalir
ada keterlibatan Belanda.

4. DASAR HUKUM LARANGAN SEPARATISME


 Dasar hukum separatisme (bughat) dalam hukum positif (KUHP)
Dalam masalah separatisme dasar hukum positif mengenai separatisme atau
bughat yaitu pada pasal 139 a merumuskan ; “makar dengan maksud melepaskan
wilayah., atau daerah lain dari Negara sahabat untuk seluruhnya atau sebagian,
dari kekuasaan pemerintah yang berkuasa disitu, diancam dengan pidana penjara
paling lama lima tahun. Sedangkan pada pasal 139 b merumuskan; “makar
dengan maksud menghapuskan atau mengubah secara tidak sah bentuk
pemerintahan yang ada dalam Negara sahabat, atau daerahnya yang lain, diancam
dengan pidana penjara paling lama empat tahun.
Kejahatan yang diberi kualifikasi oleh pembentukan UU dengan pemberontakan
(opstand) adalah kejahatan sebagaimana dirumuskan dalam pasal 108 KUHP,
yang bunyi rumusannya adalah;
(1) Barang siapa bersalah karena pemberontakan, diancam dengan pidana
penjara paling lama 15 tahun.
a. Orang yang melawan pemerintah dengan senjata.
b. Orang yang dimaksud melawan pemerintah Indonesia menyerbu
bersama-sama atau menggabungkan diri pada gerombolan yang
melawan pemerintah dengan senjata.
Para pemimpin dan para pengatur pemberontakan diancam dengan pidana
penjara seumur hidup atau pidana penjara paling lama 20 tahun.
Rumusan kejahatan seperti ini tidak terdapat dalam WvS belanda, hanya ada
didalam WvS hindia yang dimuat dalam tahun 1930. Untuk menjamin
keselamatan pemerintah hindia belanda dari kemungkinan dari serangan-serangan
seperti itu, maka dimasukkanlah kejahatan pemberontakan pada pasal 108.
Kualifikasi pemberontakan atau separatisme (opstand) menurut rumusan pada
pasal 108 tersebut ada 3 bentuk kejahatan sebagaimana disebut dalam ayat (1)
yaitu;
a. Orang yang perbuatannya melawan pemerintah dengan senjata
b. Orang yang dengan maksud melawan pemerintah Indonesia
menyerbu bersama-sama dengan gerombolan yang melawan
pemerintah dengan senjata.
c. Orang yang dengan maksud melawan pemerintah menggabungkan
diri pada gerombolan yang melawan dengan senjata.
Sedangkan yang ditentukan dalam ayat 2 itu adalah berupa pemberontakan yang
diperberat, pemberatan pidana mana diletakkan pada kualitas subyek hukumnya,
yang terdiri dari dua, yaitu;
a. Bagi orang yang berkualitas sebagai pimpinan pemberontak.
b. Bagi orang yang berkualitas sebagai pengatur atau perencana
pemberontak.
 Dasar hukum tentang hukuman bagi separatisme (bughat) dalam hukum
islam (al-qur’an dan hadist).
1. AL-QUR’AN
Adapun landasan hukum dilarangannya tidak pidana separatisme (bughat)
atau tindakan makar.
“dan jika ada dua golongan dari orang-orang mukmin berperang, maka
damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari kedua golongan itu
berbuat aniaya terhadap golongan yang lain maka perangilah golongan yang
berbuat aniaya itu; sehingga golongan itu kembali kepada perintah Allah. Jika
golongan itu telah kembali (kepada perintah Allah); maka damaikanlah
anatara keduanya dengan adil. Dan berlaku adillah, sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang berlaku adil.”
Dari teks ayat tersebut di atas ibn rusyd berpendapat bahwa untuk mengatasi
dan mengantisipasi terjadinya tindakan makar, atau separatisme (bughat) dan
kerusuhan, pemerintah yang berusaha maksimal untuk mengatasi dan menumpas
mereka. Jika salah seorang atau beberapa orang dari para pelaku kerusuhan itu
tertangkap maka tidak boleh langsung dibunuh, kecuali ketika sedang
berkobarnya api peperangan, dan atau kerusuhan masih berkecamuk; sementara
para separatis atau bughat dan perusuh masih melawan.
2. AL-HADIST
Dari Abu Hurairah bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda:
"Barangsiapa keluar dari kepatuhan dan berpisah dari jama'ah, lalu ia mati,
maka kematiannya adalah kematian jahiliyyah." Riwayat Muslim.
Dari a’fazah ibn suraihin rasulullah saw bersabda “siapa yang mendatangi
kalian dalam keadaan kalian telah berkumpul/bersatu dalam satu
kepemimpinan kemudian dia ingin memecahkan persatuan kalian atau ingin
memecah belah jamaah kalian maka perangilah/bunuhlah orang tersebut”.
(H.R. Muslim)
Dalam lafadz lain;
Dikabarkan oleh ahmad ibn syua’ib berkata: dikabarkan oleh Muhammad
ibn yahya berkata: dikabarkan oleh Abdullah ibn usman dari abi hamzah dari
ziyad ibn alaqha, dari arfazah ibn syuraihin berkata: rasulullah saw bersabda
“sungguh akan terjadi fitnah dan perkara-perkara baru. Maka siapa yang
ingin memecah-belah perkara umat ini padahal umat ini dalam keadaan telah
berkumpul/ bersatu dalam satu kepemimpinan maka perangilah/bunuhlah
orang tersebut siapa pun dia.”(H.R Muslim)

5. HUKUM SEPARATISME DALAM HUKUM ISLAM


sebagaimana hukuman bagi yang melakukan pemberontakan atau
separatisme terhadap Negara atau pemerintahan yang sah, yang disebutkan dalam
Al-qur’an yang menerangkan kewajiban memerangi pemberontak adalah firman-
Nya:
Artinya: “Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu
berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya! tapi kalau yang satu
melanggar Perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar
Perjanjian itu kamu perangi sampai surut kembali pada perintah Allah. kalau
Dia telah surut, damaikanlah antara keduanya menurut keadilan, dan
hendaklah kamu Berlaku adil; Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang
yang Berlaku adil”.
Artinya: “Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu
damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan
takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat”.
menurut firman Allah, hukum memerangi pemberontak atau gerakan
separatisme atas perintah imam atau pemimpin hukumnya wajib, jika
pemberontakan itu dilakukan oleh segolongan kaum muslim atas segolongan
kaum muslim yang lain. Apalagi jika pemberontakan itu ditujukan kepada
pemimpin yang sah.
Dalam riwayat lain disebutkan bahwa, “barang siapa memecahbelah
persatuan umat ini, padahal ia telah menyatu, tebaslah dia dengan dimanapun
dia berada.” Rasulullah SAW. bersabda, “Barang siapa yang mendatangimu,
sedangkan urusanmu berada ditangan mereka (pemimpin mereka) dan mereka
ingin merusak kekuasaanmu serta akan memorak-morandakan jemaahmu,
maka bunuhlah mereka.” (H.R. Muslim)
para imam mazhab sepakat bahwa mengangkat pemimpin hukumnya adalah
wajib. pemimpin yang sempurna wajib ditaati perintahnya selama ia tidak
melakukan kemaksiatan. membunuh orang yang tidak taat kepada pemimpin yang
baik hukumnya adalah wajib. hukum-hukum orang yang mendapat limpahan
kekuasaan darinya harus dilaksanakan.
Apabila sekelompok orang yang berkekuatan keluar dari jamaah kaum
Muslim, atau tidak taat kepada pemimpinnya, dan mereka mempunyai alasan
yang tidak jelas, maka mereka boleh diperangi sehingga kembali kepada perintah
Allah Swt. jika mereka kembali ke tengah jamaah kaum Muslim maka dilarang
memerangi mereka.

6. GERAKAN-GERAKAN SEPARATISME DI NKRI


 Republik Maluku Selatan (RMS) adalah daerah yang diproklamasikan
merdeka pada 25 April 1950 dengan maksud untuk memisahkan diri dari
Negara Indonesia Timur (saat itu Indonesia masih berupa Republik
Indonesia Serikat). Namun oleh Pemerintah Pusat, RMS dianggap sebagai
pemberontakan dan setelah misi damai gagal, maka RMS ditumpas tuntas
pada November 1950. Sejak 1966 RMS berfungsi sebagai pemerintahan di
pengasingan, Belanda. Perdana menteri RMS (bermimpi) tidak menutup
kemungkinan Maluku akan menjadi daerah otonomi seperti Aceh Kendati
tetap menekankan tujuan utama adalah meraih kemerdekaan penuh.
 Gerakan aceh merdeka (GAM) adalah gerakan separatis yang berada di
aceh sebagai akibat dari adanya perlakuan tidak adil dari pemerintah pusat
Indonesia yang ada dijakarta terhadap rakyat aceh. Rakyat aceh merasa
dianak tirikan dan pemerintah pusat yang ada dijakarta dianggap sebagai
penjarah kekayaan di bumi aceh, sedangkan rakyat aceh sendiri tidak
mendapat manfaat apa-apa dari eksploitasi yang dilakukan pemerintah
pusat Indonesia gerakan aceh merdeka (GAM) bertujuan untuk
mendirikan Negara aceh yang terpisah dari Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Menurut mereka, melawan pemerintahan Indonesia merupakan
misi suci sebagai salah satu bentuk amar ma’ruf nahi munkar. Oleh sebab
itu, barangsiapa yang gugur dalam perjuangan kemerdekaan aceh, akan
mendapatkan pahala mati syahid dan itu merupakan sesuatu yang
terhormat.
 Organisasi papua merdeka (OPM) adalah nama yang diberikan oleh
pemerintah republik Indonesia pada setiap organisasi atau faksi baik di
irian jaya maupun di luar negeri yang di pimpin oleh putra-putra irian jaya
pro-papua barat dengan tujuan untuk memisahkan atau memerdekakan
irian jaya (west papua) lepas dari Negara kesatuan republik Indonesia.

7. PENUTUP
Berdasarkan pemaparan dari pembahasan hukum separatisme diatas, bahwa
separatisme (bughat) itu adalah paham yang bertujuan untuk memisahkan diri dari
Negara. Dasar hukum separatisme ada 2, yaitu; dasar hukum separatisme dalam
hukum positif (KUHP) DAN dasar hukum separatisme dalam hukum islam (al-
qur’an dan hadist).
gerakan-gerakan separatisme, seperti; di Indonesia, GAM (Gerakan Aceh
Merdeka),OPM(Organisasi Papua Merdeka), RMS(Republik Maluku Selatan).
Hukum separatisme dalam perspektif hukum islam tidak dibolehkan, karena
dapat merugikan, kita seharusnya menjadi warga Negara yang baik dan taat
kepada Negara/pemerintahan, bukannya menjadi pemberontak yang pada
akhirnya akan memecahbelah Negara kita sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

Al-qur’an dan Terjemahannya


Anna Yulia Hartati, “Separatisme Dalam Konteks Global
(Studi Tentang Eksistensi Republik Maluku Selatan (Rms)
Sebagai Gerakan Separatis Indonesia)”, dalam Jurnal Ilmu Politik Hubungan
Internasional, Vol. 7, No. 2, Juni 2010.
H. Sulaiman Rasjid, fiqh islam, Bandung : sinar baru, 1988
Ibnu Hajar Asqalany, Bulughul Maram, Pustaka: Al-Hidayah, 1429 H / 2008 M
John M. echols, dan Hassan Shadily, kamus bahasa inggris Indonesia, Jakarta: Gramedia,
1997.
Firmansyah, “Gerakan Separatisme Terhadap Negara yang Sah dan Aspek
Pidananya perspektif menurut Hukum Islam dan Hukum positif (Study Kasus
GAM)”, skripsi pada program study Jinayah Siyasah, fakultas syari’ah dan
hukum, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2011.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989:820)
KUHAP dan KUHP, Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana dan Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana
Mustofa Hasan dan Beni Ahmad Saebani, Hukum Pidana Islam Fiqih Jinayah, Bandung :
Pustaka Setia, 2013.
M. Nurul Irfan dan Masyrofah, fiqh jinayah, Jakarta : AMZAH, 2013.
Syaikh al-‘Allamah Muhammad bin Abdurrahman ad-Dimasyqi, Fiqih Empat
Mazhab,diterjemahkan oleh Abdullah Zaki Alkaf,dari judul asli rahmah al-ummah fi
ikhtilaf al-A’immah. Bandung : Hasyimi, 2012.

Anda mungkin juga menyukai