Anda di halaman 1dari 11

RESUME BUKU

KEBIJAKAN PUBLIK KARYA MUCHLIS HAMDI

RUHUT NOVUM SYARIF RAJA SIMANULLANG

NPP. 30.0587

KELAS : B-3
A. BENTUK DAN FUNGSI NEGARA

Negara  merupakan suatu bentuk organisasi kekuasaan yang dibentuk guna melaksanakan
tugas-tugas tertentu. Dalam hal ini, negara juga mengatur kehidupan masyarakat dengan
jelas secara konstitusional untuk mewujudkan ketertiban dan kepentingan bersama.

Jadi, negara bisa dikatakan sebuah wilayah atau daerah yang berada di permukaan bumi,
yang memiliki kekuasaan, baik dalam bentuk politik, ekonomi, sosial, budaya, maupun
kekuatan militer, yang pelaksanaan kekuasaan tersebut dilakukan oleh pemerintahan.

Fungsi negara secara umum ada empat, yakni untuk melaksanakan ketertiban dan
keamanan, fungsi kemakmuran dan kesejahteraan, fungsi pertahanan dan keamanan serta
fungsi menegakkan keadilan.

Berikut merupakan penjelasan fungsi-fungsi negara secara umum:

1. Melaksanakan ketertiban

Fungsi negara yang pertama adalah fungsi pengaturan dan ketertiban. Fungsi ini sangat
penting, terutama untuk mencegah bentrokan-bentrokan maupun pertikaian antarwarga.

Fungsi pelaksanaan ketertiban ini hadir untuk mengatur masyarakat agar tercipta
kehidupan bernegara yang baik sesuai dengan tujuan dan cita-cita negara.

2. Fungsi kemakmuran dan kesejahteraan

Fungsi ini makin penting seiring berjalannya waktu, terutama bagi negara yang menganut
paham negara kesejahteraan (welfare staat). Dalam hal ini, negara berupaya agar
masyarakat dapat hidup dan sejahtera, terutama dibidang ekonomi dan sosial masyarakat.

Untuk itu, negara melakukan berbagai macam upaya seperti pembangunan di segala
bidang, serta berusaha untuk selalu menciptakan kondisi perekonomian yang selalu stabil.

3. Fungsi pertahanan
Fungsi pertahanan menjadi satu di antara fungsi yang sangat penting. Fungsi ini
diperlukan untuk menjaga kemungkinan terjadinya serangan dari luar.

Jadi, negara wajib nampu melindungi rakyat, wilayah dan pemerintahannya dari berbagai
ancaman, tantangan, serangan dan gangguan baik dari dalam maupun dari luar negeri.
Maka dari itu, penting bagi setiap negara mempunyai alat-alat pertahanan serta personel
keamanan yang terlatih dan tangguh.

4. Fungsi keadilan

Fungsi negara ini dilaksanakan oleh badan penegak hukum, khususnya badan-badan
peradilan. Negara harus dapat menegakkan hukum secara tegas dan tanpa adanya unsur
kepentingan tertentu.

Negara memiliki fungsi untuk menegakkan keadilan bagi seluruh warganya meliputi
seluruh aspek kehidupan lewat badan-badan peradilan di bidang politik, ekonomi, sosial
budaya, pertahanan, keamanan, dan lain-lain.

B. BENTUK PEMERINTAHAN

Bentuk pemerintahan adalah suatu istilah yang digunakan untuk merujuk pada rangkaian
institusi politik yang digunakan untuk mengorganisasikan suatu negara untuk
menegakkan kekuasaannya atas suatu komunitas politik. Definisi ini tetap berlaku bahkan
untuk pemerintahan yang tidak sah atau tidak berhasil menegakkan kekuasaannya. Tak
tergantung dari kualitasnya, pemerintahan yang gagalpun tetap merupakan suatu bentuk
pemerintahan.

1. Monarki Monarki adalah bentuk dari pemerintahan yang dipimpin oleh raja atau ratu
sebagai pemegang kekuasaan negara. Monarki juga termasuk bentuk dalam
pemerintahan tertua di dunia, lho. Setiap raja dan ratu ini memiliki julukannya
masing-masing seperti di Jepang, raja dipanggil dengan sebutan Kaisar, Brunei
Darussalam dengan sebutan Sultan, dan sebutan Yang di-Pertuan Agong di Malaysia.
2. Tirani Sekilas, tirani sama seperti monarki yang kekuasaan negaranya dipegang oleh
satu orang. Tapi, teman-teman, tirani dijalankan dengan sewenang-wenang secara
otoriter dan absolut. Contoh negara yang pernah menjalankan bentuk tirani adalah
Adolf Hitler di Jerman dan Joseph Stalin dari Uni Soviet.
3. Aristokasi Jika monarki dan tirani dipegang oleh satu orang, berbeda dengan
aristokrasi yang dipegang oleh beberapa orang. Orang-orang tersebut memiliki
peranan penting seperti halnya kaum cendikiawan. Pada tahun 1700-an, Prancis
pernah menganut aristokrasi dimana kekuasaan yang mereka miliki ditunjukkan
untuk kepentingan umum, lho.
4. Oligarki Seperti aristokrasi, kekuasaan dalam oligarki juga dipegang oleh beberapa
orang, temanteman. Tetapi, yang memiliki peranan dalam oligarki dibedakan
berdasarkan kekayaan, keluarga, ataupun militer. Negara yang pernah menganut
bentuk oligarki salah satunya adalah Afrika Selatan yang berakhir pada tahun 1994
ketika Nelson Mandela menjabat sebagai presiden.
5. Demokrasi Coba tebak, negara apa yang bentuk pemerintahannya demokrasi? Yap,
salah satunya adalah Indonesia! Dalam demokrasi, setiap warga negara memiliki hak
setara dalam mengambil keputusan. Oleh karena itu, kita juga mengenal istilah dari
rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat yang dicetuskan oleh Abraham Lincoln. Karena
memang, dalam demokrasi pemegang kekuasannya adalah rakyat.
6. Teknokrasi Tidak hanya politisi yang memiliki kekuasaan dalam suatu negara,
ternyata pakar teknis juga memiliki kesempatan untuk mengambil keputusan negara,
lho. Yap, teknokrasi adalah bentuk dari pemerintahan dimana pakar teknis
mempunyai kekuasaan. Dalam teknokrasi, para pengambil keputusan akan dipilih
berdasarkan seberapa jauh mereka menguasi bidang tertentu seperti insinyur,
ilmuwan, dan profesional kesehatan.
7. Timokrasi Timokrasi adalah bentuk dari pemerintahan dengan ideal tertinggi negara
diatur oleh para pemimpin yang memiliki kehormatan dan kelayakan. Timokrasi ini
merupakan lawan dari kepemimpinan yang berdasarkan kelas, keturunan, kekuasaan,
dan hak istimewa.
8. Kleptokrasi Teman-teman apa sudah tahu, ternyata ada, lho, bentuk dalam
pemerintahan dimana pemegang kekuasaan menggunakan posisinya untuk mencuri
kekayaan negara atau korupsi. Mereka mengambil pajak yang berasal dari rakyat
untuk memperkaya kelompok tertentu atau dirinya sendiri. Semakin massal tindak
korupsi yang dilakukan pejabat publik, maka negara tersebut semakin merujuk
kepada kleptokrasi.
9. Oklokrasi Oklokrasi terjadi saat negara dalam anarki massa dengan pemerintahan
yang tidak legal, Squad. Mereka memiliki kekuasaan senjata dalam jumlah besar,
sehingga rakyat lain menjadi takut. Pada tahun 1930-an, Amerika Serikat hampir
masuk ke dalam kategori ini dimana keluarga mafia mengendalikan negara secara
ilegal dan inkonstitusional.
10. Plutokrasi Ketimpangan antara yang kaya dan yang miskin sangat telihat pada
plutokrasi. Hal ini karena bentuk dalam pemerintahan tersebut disetir oleh orang-
orang kaya yang tercipta dari suatu kondisi ekstrem. Mereka tidak hanya menguasi
sumber ekonomi dan politik, tetapi juga sumber militer seperti senjata, dan lain-lain.
Negara yang memiliki sumber daya alam seperti minyak dan logam mulia berpotensi
mengalami jenis pemerintahan ini, lho. Karena pada umumnya, badan yang
mengontrol sumber daya tersebut ingin mempertahankan kondisi yang
menguntungkan mereka.

C. ESENSI KEBIJAKAN PUBLIK


Istilah kebijakan publik terdiri dari dua kata, yaitu kebijakan dan publik. Kebijakan
merupakan suatu kumpulan keputu-san yang diambil sese-orang / badan / lembaga yang
pada umumnya memegang kekuasaan untuk mengatasi masalah–masalah atau tujuan
tertentu, terutama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Publik
artinya hal yang berkenaan dengan masyarakat luas atau umum. Kebijakan publik pada
dasarnya adalah kebijakan yang dinyatakan, dikeluarkan, dilakukan ataupun yang tidak
dilakukan oleh pemerintah yang memuat program dan kegiatan yang dijalankan.
Kebijakan publik mencakup hukum, peraturan perundang – undangan, keputusan dan
pelaksanaan yang dibuat oleh lembaga eksekutif, legislatif dan yudikatif, birokrasi
pemerintahan, aparat penegak hukum dan badan – badan pembuat keputusan publik.
Menurut Kartasasmita, kebijakan publik adalah merupakan upaya memahami dan
mengartikan apa yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh pemerintah mengenai satu
masalah, apa penyebabnya dan apa pengaruhnya. Sedangkan menurut Anderson :
Serangkaian tindakan yang mempunyai tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan
oleh pelaku atau sekelompok pelaku guna memecahkan masalah. Menurut Anderson
(1994:5) mengartikan kebijakan sebagai suatu rangkaian tindakan bertujuan yang diakui
oleh seseorang atau sekelompok aktor berkenaan dengan suatu masalah atau suatu hal
yang menarik perhatian. Dengan pengertian ini anderson juga mengingatkan bahwa
kebijakan publik adalah unik, karena berkaitan dengan institusi pemerintah. Adapun
implikasi dari konsepnya mengenai kebijakan publik tersebut antara lain:
1. Kebikan publik adalah tindakan yang berorientasi pada tujuan.
2. Kebijakan publik adalah rangkaian tindakan yang diambil sepanjang waktu.
3. Kebijakan publik adalah tanggapan dari kebutuhan akan adanya suatu kebijakan
mengenai hal-hal tertentu.
4. Kebijakan publik merupakan gambaran dari kegiatan pemerintah.
5. Kebijakan pemerintah merupakan kegiatan aktif atau pasif dalam menghadapi suatu
masalah. Dari berbagai pandangan tentang kebijakan publik bahwa kebijakan publik
adalah pola tindakan yang ditetapkan oleh pemerintah dn terwujud dalam bentuk
peraturan perundang-undangan

D. SISTEM PEMERINTAHAN

Proses kebijakan publik juga di pengaruhi oleh system pemerintaham. Setiap negara
selain mempunyai bentuk negara dan bentuk pemerintahan, juga mempunyai sistem
pemerintahan. Sistem pemerintahan merupakan suatu sistem sebagai alat untuk mengatur
jalannya pemerintahan sesuai pada kondisi negara dengan tujuan menjaga kestabilan
negara. Istilah Sistem pemerintahan berasal dari dua kata, yakni sistem dan pemerintahan.
Sistem dapat disebut sebagai susunan, tatanan, dan jaringan yang mempunyai hubungan
fungsional baik antara bagian maupun hubungan fungsional terhadap keseluruhan bagian
yang akibatnya jika salah satu bagian tidak bekerja dengan baik maka akan
mempengaruhi keseluruh tatanan tersebut. Sedangkan menurut Bahasa Indonesia karya
W.J.S. Poerwadarminta, sistem adalah sekelompok bagian yang bekerja bersama-sama
untuk melakukan sesuatu maksud. Sedangkan pemerintahan berarti perbuatan
memerintah yang dilakukan oleh badan legislatif, eksekutif, dan yudikatif di suatu negara
dalam rangka mencapai tujuan penyelenggaraan negara.

Sistem parlementer adalah sebuah sistem pemerintahan yang parlemennya memiliki


peranan penting dalam pemerintahan. Dalam hal ini parlemen memiliki wewenang dalam
mengangkat perdana menteri dan parlemen pun dapat menjatuhkan pemerintahan, yaitu
dengan cara mengeluarkan semacam mosi tidak percaya. Berbeda dengan sistem
presidensial, sistem parlemen dapat memiliki seorang presiden dan seorang perdana
menteri, yang berwenang terhadap jalannya pemerintahan. Dalam presidensial, presiden
berwenang terhadap jalannya pemerintahan, tetapi dalam sistem parlementer presiden
hanya menjadi simbol kepala negara.

E. MAKNA DAN KARAKTERISTIK KEBIJAKAN PUBLIK

Menurut Woll sebagaimana dikutip Tangkilisan (2003:2) menyebutkan bahwa kebijakan


publik ialah sejumlah aktivitas pemerintah untuk memecahkan masalah di masyarakat,
baik secara langsung maupun melalui berbagai lembaga yang mempengaruhi kehidupan
masyarakat. Menurut Thomas R Dye sebagaimana dikutip Islamy (2009: 19)
mendefinisikan kebijakan publik sebagai “is whatever government choose to do or not to
do” (apapaun yang dipilih pemerintah untuk dilakukan atau untuk tidak dilakukan).
Definisi ini menekankan bahwa kebijakan publik adalah mengenai perwujudan
“tindakan” dan bukan merupakan pernyataan keinginan pemerintah atau pejabat publik
semata. Di samping itu pilihan pemerintah untuk tidak melakukan sesuatu juga
merupakan kebijakan publik karena mempunyai pengaruh dampak yang sama dengan
pilihan pemerintah untuk melakukan sesuatu. Menurut Easton definisi kebijakan publik
sebagai the authoritative allocation of values for the whole society atau sebagai
pengalokasian nilai-nilai secara paksa kepada seluruh anggota masyarakat. Menurut
Laswell dan Kaplan mengartikan kebijakan publik sebagai a projected program of goal,
value, and practice atau sesuatu program pencapaian tujuan, nilai-nilai dalam praktek-
praktek yang terarah. Menurut Chandler dan Planosebagaimana dikutip Tangkilisan
(2003: 1) yang menyatakan bahwa kebijakan publik adalah pemanfaatan yang strategis
terhadap sumberdaya-sumberdaya yang ada untuk memecahkan masalah-masalah publik
atau pemerintah. Selanjutnya dikatakan bahwa kebijakan publik merupakan suatu bentuk
intervensi yang dilakukan secara terus-menerus oleh pemerintah demi kepentingan
kelompok yang kurang beruntung dalam masyarakat agar mereka dapat hidup, dan ikut
berpartisipasi dalam pembangunan secara luas.

Secara Umum Kebijakan publik adalah serangkaian tindakan yang dilakukan atau tidak
dilakukan oleh pemerintah yang berorientasi pada tujuan tertentu guna memecahkan
masalah-masalah publik atau demi kepentingan publik. Kebijakan untuk melakukan
sesuatu biasanya tertuang dalam ketentuan-ketentuan atau peraturan perundang-undangan
yang dibuat pemerintah sehingga memiliki sifat yang mengikat dan memaksa.
Karakteristik dari Kebijakan Publik Kebijakan publik merupakan sesuatu yang mudah
untuk dipahami, karena maknanya adalah hal-hal yang dikerjakan untuk mencapai tujuan
nasional; Kebijakan publik merupakan sesuatu yang mudah diukur, karena ukurannya
jelas yakni sejauh mana kemajuan pencapaian cita-cita sudah ditempuh.
Ciri-ciri Kebijakan Publik Kebijakan lebih merupakan tindakan yang mengarah pada
tujuan daripada sebagai prilaku atau tindakan yang serba acak dan kebetulan. Kebijakan
pada hakikatnya terdiri atas, tindakan-tindakan yang saling terkait dan yang mengarah
pada tujuan tertentu yang dilakukan oleh pejabat-pejabat. Kebijakan bersangkut paut
dengan apa yang senyatanya dilakukan pemerintah dalam bidang-bidang tertentu.
Kebijakan pemerintah mungkin berbentuk positif, mungkin pula negatif. Dalam bentuk
yang positif, kebijakan mungkin akan mencakup beberapa bentuk tindakan yang
dimaksudkan untuk mempengaruhi masalah tertentu. Sementara dalam bentuk yang
negatif, kemungkinan meliputi keputusan pejabat pemerintah untuk tidak bertindak atau
tidak melakukan tindakan apapun dalam masalah-masalah dimana campur tangan
pemerintah justru diperlukan.

F. POLITIK KEBIJAKAN PUBLIK


Noam Chomsky, seorang filosof ternama dari Massachusetts Institute of Technology
(MIT), dalam penggalan kutipannya di atas seolah ingin mengingatkan bahwa politik dan
kebijakan adalah dua hal yang tak dapat dipisahkan (lihat juga Mead 2013). Di mana ada
kebijakan, maka di situ terdapat kekuatan politik, kepentingan, dan aktor politik yang
“bekerja” dan membentuk interseksi, atau bahkan terkadang persinggungan yang
berujung pada konflik. Dengan demikian, setiap kebijakan sebetulnya tidaklah bersifat
benar-benar netral (baca: bebas kepentingan). Eksistensi sisi politis dari sebuah kebijakan
itu yang pada praktiknya mewarnai kehidupan manusia di manapun mereka tinggal dan
berada. Sebagai contoh kecil, Michael Hash (2008), seorang konsultan kesehatan
Amerika Serikat (AS), dalam pidatonya ketika memberikan masukan kepada Komisi
Energi dan Perdagangan, Subkomisi Kesehatan dan Lingkungan Parlemen AS
mengatakan bahwa hubungan (intersection) antara politik dan kebijakan ada pada
kepentingan itu dan tak jarang antara politics dan policy goals merupakan dua hal yang
berbeda. Politik berbicara tentang tujuan seperti memperjuangkan nilai dan jabatan
(offices) berhadapan dengan lawan politik, sementara kebijakan bertujuan untuk
menghasilkan solusi terhadap masalah penting yang perlu mendapat dukungan dari pihak
yang terkena dampak dari kebijakan tersebut. Konteks pidato Hash adalah tanggapannya
terhadap kontroversi rencana digulirkannya kebijakan The Clinton Health Plan pada saat
itu. Meskipun demikian, bukan berarti tak ada pandangan yang bertolak belakang dengan
perspektif di atas. Ada juga tesis yang menganggap bahwa justru kebijakan itu sendiri lah
yang menentukan politik. Pan dangan itu datang dari Theodore Lowi yang percaya bahwa
“Policies determine politics” (kebijakan menentukan seperti apa politik). Singkatnya,
Lowi berpendapat bahwa sebuah kebijakan ada untuk redistribusi dan alokasi costs and
benefits yang bersifat unequal dan bertemu dalam arena yang bercirikan konflik (baca:
politik) (Lowi 1972 dalam Heinelt 2007, 109). Artikel-artikel di dalam nomor ini secara
garis besar mengulas tentang hal yang berhubungan dengan politik dan kebijakan
(publik). Artikel-artikel yang dimaksud, adalah policy transfer (dalam artikel Alexander
Hamonangan Nainggolan), kebijakan BPJS (dalam artikel Haryo Ksatrio Utomo),
kebijakan pemberian bantuan oleh pemerintah daerah (dalam artikel Hisab Akbar
Regaty), dan dalam konteks yang secara tidak langsung dalam perumusan RUU
Keistimewaan Yogyakarta menjadi UU (dalam artikel Carolus Bregas Pranoto) serta
dalam kaitannya kebijakan soal haji (dalam artikel Bayu Firdaus). Seperti nomor-nomor
sebelumnya, nomor ini terdiri dari 5 (lima) artikel dan 1 (satu) resensi). Jurnal ini dibuka
dengan artikel berjudul “Key Dynamics of Internationalization of Public Policy in the
Context of Policy Transfer”. Artikel ini membahas tentang sejauh mana kebijakan dapat
berpindah sebagai sebuah proses dengan kompleksitas tinggi serta bersifat dinamis dalam
kerangka internasionalisasi di era globalisasi. Artikel ini mengemukakan bahwa era
globalisasi telah banyak menantang gagasan sistem negara-berbangsa tunggal dan
otonomi negara-berbangsa majemuk yang ditandai adanya perubahan gerak dan dinamika
hubungan antarnegara dan elemen-elemen di dalam negara, dalam perspektif perpindahan
kebijakan.

G. SISTEM KEBIJAKAN PUBLIK

Sebagai sebuah sistem, kebijakan publik merupakan suatu rangkaian dari beberapa
komponen yang saling terkait, bukanlah satuan-satuan komponen yang berdiri sendiri.
Sistem kebijakan, sebagaimana dikemukakan oleh Dunn, sedikitnya terdiri atas tiga
komponen, yaitu kebijakan publik (public policies), stakeholders kebijakan (policy
stakeholders), dan lingkungan kebijakan (policy environment).

Komponen pertama, kebijakan publik (public policies) merupakan isi kebijakan itu
sendiri (policy content) yang terdiri dari sejumlah daftar pilihan keputusan tentang urusan
publik (termasuk keputusan untuk tidak melakukan apa-apa) yang dibuat oleh lembaga
dan pejabat pemerintah. Isi sebuah kebijakan merespon berbagai masalah publik (public
issues) yang mencakup berbagai bidang kehidupan mulai dari pertahanan, keamanan,
energi, kesehatan, pendidikan, kesejahteraan dan semacamnya. Tingkat ketepatan
keputusan sebuah kebijakan tergantung pada ketepatan dalam merumuskan masalah
publik yang ingin dipecahkan.

Komponen kedua, stakeholder kebijakan (policy stakeholder), yaitu individu atau


kelompok yang berkaitan langsung dengan sebuah kebijakan yang dapat mempengaruhi
atau dipengaruhi oleh keputusan atau kebijakan tersebut. Stakeholder kebijakan tersebut
bisa terdiri dari sekelompok warga, organisasi buruh, pedagang kaki lima, komunitas
wartawan, partai politik, lembaga pemerintahan, dan semacamya. Stakeholder kebijakan
memberikan respon yang berbeda-beda terhadap suatu kebijakan publik, tergantung pada
lingkungan kebijakan dan karakteristik dampak yang diterima masing-masing.

Komponen ketiga, lingkungan kebijakan (policy environment), yaitu konteks khusus


dimana sebuah kebijakan terjadi, yang berpengaruh dan dipengaruhi oleh stakeholder
kebijakan dan kebijakan publik itu sendiri. Lingkungan kebijakan ini bisa bermacam-
macam bentuknya, seperti tingkat keamanan, kemampuan daya beli masyarakat, tingkat
pengangguran, tingkat demokratisasi pemerintahan dan semacamnya. Lingkungan
kebijakan ini akan menentukan apakah sebuah kebijakan publik bisa dilaksanakan dengan
duungan atau penolakan dari para pelaksana atau sasaran kebijakan tersebut.

Sependapat dengan Dunn, Mustopadidjaja  memisahkan komponen stakeholder kebijakan


menjadi 2 komponen, yaitu (a) pembuat dan pelaksana kebijakan (b) kelompok sasaran
kebijakan. Komponen pertama adalah orang atau sekelompok orang atau organisasi
tertentu yang mempunyai peran dalam pembuatan atau pelaksanaan sebuah kebijakan.
Sedangkan komponen kedua adalah orang atau sekelompok orang atau organisasi yang
mendapat pengaruh atas sebuah kebijakan publik. Lebih lanjut, Mustopadidjaja 
menegaskan bahwa sebuah sistem kebijakan berperan dan berpengaruh terhadap proses
dalam siklus sebuah kebijakan (policy cycle).

Anda mungkin juga menyukai