Anda di halaman 1dari 10

ULANGAN AKHIR SEMESTER KEWARGANEGARAAN

MAKALAH “HUBUNGAN SELARAS ANTARA AGAMA


DAN NEGARA DI INDONESIA”
BAB I

PENDAHULUAN

a. Latar Belakang

Belakangan ini, terutama saat – saat pemilihan gubernur dan wakil gubernur DKI
Jakarta tahun 2017 dan juga saat pemilihan presiden dan wakil presiden tahun 2019,
Indonesia dilanda dengan berbagai isu atau masalah yang berkaitan dengan hubungan
antara ajaran agama dan kebijakan – kebijakan Negara. Masalah ini terjadi karena adanya
kebijakan Negara yang tidak sesuai dengan ajaran dari agama Muslim, yang merupakan
agama dari mayoritas masyarakat Indonesia.

Adanya konflik antara ajaran suatu agama dengan kebijakan Negara ini tentunya
dapat menimbulkan dampak negatif, salah satu dampak yang paling kelihatan adalah
adanya perpecahan pada warga negara. Ada masyarakat yang sangat ingin untuk menaati
ajaran dari agamanya dan menutup mata pada kebijakan seakan – akan kebijakan Negara
itu salah dan melanggar ajaran agama. Ada juga masyarakat yang berpihak pada kebijakan
Negara dan merasa masyarakat yang menolak kebijakan tadi adalah fanatik pada agama.
Hal ini tentunya menjadi suatu polemik dalam menjalankan kehidupan bernegara, karena
dalam menjalankan sebuah Negara agama dan Negara semestinya dapat berjalan
berdampingan. Walaupun ajaran agama tidak dapat menjadi dasar dalam pembuatan
kebijakan yang mengatur sebuah Negara, tetapi agama dapat diposisikan sebagai pedoman
bagaimana seharusnya masyarakat berperilaku dalam kehidupan sehari – hari. Misalnya
menjunjung perilaku yang sesuai dengan ajaran agama yang umum, seperti saling
mengasihi, saling menghormati, kejujuran, dan ajaran – ajaran kebaikan lainnya.

b. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut:


1. Apakah pengertian dari agama?
2. Apakah pengertian dari Negara?
3. Bagaimana hubungan agama dan Negara menurut paradigma integralistik,
simbiotik, sekurelistik?
4. Bagaimana hubungan agama dan Negara di Indonesia?

c. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui pengertian dari agama


2. Mengetahui pengertian dari Negara
3. Mengetahui hubungan agama dan Negara menurut paradigma integralistik,
simbiotik, sekurelistik
4. Mengetahui hubungan agama dan Negara di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Agama

Menurut etimologi, agama berasal dari bahasa Sansekerta. Dalam kitab upadeca
tentang ajaran-ajaran agama Hindu, disebutkan bahwa kata agama berasal dari bahasa
sansekerta yang tersusun dari kata “A” berarti tidak dan “gama” yang berarti pergi
dalam bentuk harfiah yang terpadu perkataan agama berarti tidak pergi tetap ditempat,
langgeng, abadi, diwariskan secara terus menerus dari generasi ke generasi1

Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti dari agama
adalah sebuah ajaran, system yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan
peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan
dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya.

Menurut Emile Durkheim, agama adalah suatu sistem yang terpadu yang terdiri
atas kepercayaan dan praktik yang berhubungan dengan hal yang suci, dan sebagai
umat beragama beruaha semaksimal mungkin untuk meningkatkan keimanan melalui
rutinitas ibadah.

Menurut James Martineau, agama adalah kepercayaan kepada Tuhan yang selalu
hidup. Yakni kepada jiwa dan kehendak ilahi yang mengatur alam semesta dan
mempunyai hubungan moral dengan umat manusia.

Sedangkan menurut Friedrich Schleiermacer, menegaskan bahwa agama tidak


dapat di lacak dari pengetahuan rasional, juga tidak dari tindakan moral, akan tetapi
agama berasal dari perasaan ketergantungan mutlak kepada yang tak terhingga
(feeling of absolute dependence).2

1
Nurvita Eka Adiyati, Hubungan Agama dan Negara, 2010, hal. 3

2
Nurvita Eka Adiyati, Hubungan Agama dan Negara, 2010, hal. 3
Dari pengertian – pengertian agama yang telah disebutkan dari beberapa tokoh
dan juga kamus, maka dapat disimpulkan pengertian dari agama adalah sebuah ajaran
atau kepercayaan yang mengajar kita untuk percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa,
dan kepercayaan itu berkaitan juga dengan perilaku kita terhadap sesame, lingkungan
sekitar.

2. Pengertian Negara

Kata negara diterjemahkan dari kata “staat” (berasal dari bahasa Jerman dan
Belanda) dan “state” (berasal dari bahasa Inggris), “etat” (berasal dari bahasa Prncis”.
Kata state, staat, dan etat tersebut diambil dari kata “status atau statum” dari bahasa
latin , yang artinya keadaan yang tegak dan tetap atau suatu yang memiliki sifat yang
tegak dan tetap. Kata Negara juga berasal dari bahasa sansekerta, yaitu “nagari” atau
“nagara” yang berarti wilayah atau penguasa.

Menurut Roger H. Soltau, negara adalah agen (agency) atau kewenangan


(authority) yang mengatur atau mengendalikan persoalan – persoalan bersama atas
nama masyarakat.

Negara merupakan suatu oragnisasi atau lembaga tertinggi dari kelompok


masyrakat yang terdiri dari sekelompok orang yang berada di wilayah, memiliki cita –
cita dan tujuan yang sama, serta system pemerintahan berdaulat, memiliki peraturan
dan system yang berlaku bagi masyarakatnya, dan berdiri secara independen.

Konsep negara adalah sebagai integrasi dari kekuasaan politik. Negara


merupakan suatu alat dari masyarakat yang berkuasa untuk mengatur hubungan
manusia dalam masyarakat dan menertibakn gejala – gejala kekuasaan dalam
masyarakat.

Dari penjelasan - penjelasan di atas, maka negara merupakan suatu lembaga


tertinggi dalam bangsa yang merupakan wadah bagi masyarakat untuk mendapatkan
kesejahteraan dan keadilan.
3. Hubungan Agama dan Negara menurut Paradigma Integralistik, Simbiotik,
Sekuleristik

Menurut para ahli ada beberapa teori untuk menganalisa hubungan antara agama
dengan negara yang dirumuskan dalam beberapa paradigm, yaitu paradigm
integralistik, paradigm simbiotik, dan paradigm sekuleristik.

a. Paradigma integralistik

Menurut paradigm integralistik ini, hubungan antara agama dan negara


adalah menyatu. Hal ini dapat berarti bahwa negara selain sebagai lembaga
kenegaraan atau lembaga politik, juga berfungsi sebagai lembaga keagamaan.
Kepala negaranya juga berperan sebagai pemegang kekuasaan agama dan
politik. Menurut paradigm ini, negara dijalankan berdasarkan kedaulatan Ilahi,
karena pendukung teori ini meyakini bahwa kedaulatan berasal dan berada di
tangan Tuhan

Paradigma ini akhirnya memunculkan sebuah paham yang dinamakan


teokrasi. Dalam paham teokrasi ini dijelaskan bahwa agama dan negara tidak
dapat jalan terpisah. Keduanya tidak dapat dipisahkan karena negara dijalankan
berdasarkan ajaran, firman Tuhan.

b. Paradigma simbiotik

Menurut paradigm ini, hubungan antara agam dan negara adalah saling
menguntungkan. Kaitan antara agama dan negara ini tidak berhubungan secara
langsung, melainkan keduanya berjalan berdampingan.

Dalam konteks ini, agama memerlukan negara, karena melalui negara,


agama dapat melakukan perkembangan. Sebaliknya, negara juga memerlukan
agama, karena agama dapat membantu negara sebagai pembimbing dalam hal
moral, spiritual.
Karena sifatnya yang simbiotik, maka hukum agama masih mempunyai
peluang untuk mewarnai hukum-hukum negara, bahkan dalam masalah tertentu
tidak menutup kemungkinan hukum agama dijadikan sebagai hukum negara. 3

c. Paradigma sekuleristik

Paradigma ini menganggap bahwa negara dan agama adalah dua hal yang
terpisah. Negara dan agama adalah hal yang berbeda dan memiliki bagiannya
masing – masing, sehingga keduanya tidak dapat disatukan.

Paradigm ini melahirkan paham sekuler. Dalam paham sekuler, negara


dengan agama tidak ada kaitannya. Negara adalah urusan seorang manusia
dengan manusia lain, sedangkan agama adalah urusan manusia dengan Tuhan.
System hukum yang dibuat adalah berdasarkan keputusan bersama manusia dan
tidak berdasarkan ajaran – ajaran agama. Golongan ini menolak pendasaran
negara pada agama atau formalisasi norma-norma agama ke dalam sistem
hukum negara.4

4. Hubungan Agama dan Negara di Indonesia

Dilihat dari pemerintahan di Indonesia, Indonesia merupakan sebuah negara yang


menjalankan system negara yang religious. Dalam hal ini, negara tidak menolak peran
agama. Sebaliknya, agama juga tidak menolak keberadaan dari negara itu sendiri.
Antara agama dan negara memiliki peran penting dalam menyukseskan cita-cita
kemerdekaan RI, yaitu mewujudkan kesejahteraan sosial dan mencerdaskan
kehidupan berbangsa dan bernegara.

Adanya hubungan antara negara dan agama juga dapat dilihat dari sila Pancasila
yang pertama, yang berbunyi: “Ketuhanan yang Maha Esa”. Dari sila ini, kita dapat
melihat bahwa negara Indonesia salah satunya berdasar atau berlandaskan Ketuhanan.
Relasi agama dan negara yang terjadi di Indonesia ini dapat termasuk dalam relasi
3
Nurvita Eka Adiyati, Hubungan Agama dan Negara, 2010, hal. 5
4
Moh Dahlan, HUBUNGAN AGAMA DAN NEGARA DI INDONESIA, ANALISIS: Jurnal Studi
Keislaman, 2014, hal. 11
simbiotik, dimana satu dengan yang lainnya saling memberi atau menguntungkan.
Walaupun agama dan negara saling berhubungan, keduanya tidak saling mengatur.
Agama tidak mengatur dalam system pemerintahan di negara, begitu juga sebaliknya,
negara tidak mengatur agama apayang harus diyakini, dan lain sebagainya.
BAB III
PENUTUP

a. Kesimpulan

Secara umum agama adalah sebuah ajaran atau kepercayaan yang mengajar kita
untuk percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan kepercayaan itu berkaitan juga
dengan perilaku kita terhadap sesame, lingkungan sekitar.

Sedangakan negara adalah suatu lembaga tertinggi dalam bangsa yang


merupakan wadah bagi masyarakat untuk mendapatkan kesejahteraan dan keadilan.

Ada beberapa paradigma yang menjelaskan tentang keterkaitan antara agama dan
negara, yaitu paradigm integralistik, paradigm simbiotik, dan paradigma sekurelistik.
Negara Indonesia sendiri termasuk negara yang menerapkan paradigma simbiotik, di
mana agama dan negara saling berhubungan dan saling memberi.

Sebagai warga negara dan juga umat beragama, sebaiknya kita dapat
menjalankan kewajiban dengan sebaik – baiknya. Kita sebaiknya mampu menaati
hukum yang berlaku di Indonesia, karena hukum yang berlaku juga bercermin dari
ajaran – ajaran kebaikan yang berasal dari agama. Sebaiknya juga jangan asal
menganggap bahwa pemerintahan Indonesia adalah pemerintah yang tidak
“Ketuhanan”. Kita seharusnya dapat menjadi seseorang yang beragama dan juga
bernegara. Artinya adalah kita tidak hanya taat pada ajaran – ajaran agama, tapi juga
kita juga harus tunduk pada hukum yang berlaku di negara Indonesia, dan begitu juga
sebaliknya.
DAFTAR PUSTAKA

Adiyati, Nurvita Eka. 2010. Hubungan Agama dan Negara. Dikutip dari
https://www.academia.edu/8338293/Hubungan_Agama_dan_Negara

Sholikin, Ahmad. 2012. Pemikiran Politik Negara dan Agama. Jurnal Politik Muda. 2(1):
194-203. Dikutip dari www.journal.unair.ac.id/filerPDF/194-203%20Solikhin.pdf

Dahlan, Moh. 2014. Hubungan Agama dan Negara di Indonesia. ANALISIS: Jurnal Studi
Keislaman. 14(1). Dikutip dari
http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/analisis/article/viewFile/635/533

Santosa, Sanyata Jaka. Agama dan Negara Dalam Perspektif Pancasila. Dikutip dari
https://mrcumlaude.files.wordpress.com/2010/04/negara-dan-agama-dalam-perspektif-
pancasila.pdf

Asy’ari, Hasyim . 2011. Relasi Negara dan Agama Di Indonesia. Dikutip dari
https://rechtsvinding.bphn.go.id/jurnal_online/Relasi%20Negara%20dan%20Agama
%20di%20Indonesia.pdf

Anda mungkin juga menyukai