Anda di halaman 1dari 65

Refleksi

POTENSI, TANTANGAN, ISU & PERMASALAHAN


PENYELENGGARAAN PERUMAHAN & KAWASAN PERMUKIMAN

Telaahan Praktek PENYELENGGARAAN PKP Secara


Makro dan Mikro Untuk Akselerasi Perumahan Di Indonesia

Encep R Marsadi
Pendiri Klinik Rumah Indonesia / Inisiator Riset Pasar Perumahan RUMI Mobile
/ Ketua AKPPI Jawa Barat / Sekretaris Pokja PKP Jawa Barat
Inisiator Forum Pokja PKP Nasional
Benchmarking Sesi Ini :

A. Kenapa Pemerintah “MENGURUSCAMPURI” Urusan Perumahan..?


B. Apa “HAKIKAT/VISI” Penyelenggaraan Perumahan Indonesia..?
C. Apakah “ISU, POTENSI & TANTANGAN” Penyelenggaraan
Perumahan Secara Makro-Mikro Di Indonesia..?
Kenapa
Pemerintah Meng -”uruscampuri “ Urusan PKP…..?

3
MENGAPA PEMERINTAH
“MENGURUSCAMPURI” PEMBANGUNAN PKP  RUMAH*)

• Menjalankan tanggung jawab seperti yang diamanatkan konstitusi UUD 1945


dan UU Lainnya (UU 1/2011 PKP, UU 20/2011 RUSUN, UU 4/2016 TAPERA, UU
23/2014 Pemda, UU 39/1999 HAM )  Penerapan Kebijakan Sosial
• Mengimplementasikan suatu kebijakan ekonomi:
• Produksi rumah sebagai aktifitas ekonomi ( Terkait 117 Sektor Ikutan) Livelihood

• Rumah sebagai sarana produksi (rumah produktif)


• Perumahan permukiman sebagai sarana pengamanan (Bencana, Pengungsi
(Tugas UU 23/2014), Permukiman Perbatasan, dll)

• Pembangunan perumahan permukiman sebagai bagian dari penataan


kota/kawasan : (Urban Renewal, Re-settlement, Rusunawa, Kasiba-Lisiba, dll)
• Pengendalian pasar rumah  “MBR terjangkau”  rumah sebagai komoditi
*) Dari Pak Tjuk Kuswartoyo (alm)
Apa “HAKIKAT”
Penyelenggaraan Perumahan & Kawasan Permukiman ..?

5
Visi PKP
UUD 45, psl. 28 H ayat (1), “Setiap orang berhak hidup
sejahtera lahir dan bathin, bertempat tinggal, dan
SEJAHTERA
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat,
serta berhak mendapatkan pelayanan kesehatan”
“SETIAP orang berhak BERTEMPAT TINGGAL serta berkehidupan yang layak”
(ps. 40 UU No. 39 Tahun 1999 ttg. HAM)
SEHAT
“SETIAP orang berhak untuk menempati dan/atau menikmati dan/atau memiliki/memperoleh RUMAH YANG LAYAK dalam
LINGKUNGAN yang sehat, aman, serasi dan teratur”
(UU No. 1 Tahun 2011 ttg. PKP)

“Satu Rumah Sehat Untuk Satu Keluarga”


…Pembangunan Perumahan Yang Layak Bagi Rakyat Yang Telah Hidup Merdeka, Beradab Dan Bermartabat
PKP
(memiliki harga diri)…..Pidato Moch Hatta (Wapres), Kongres Perumahan Rakyat-1 di Bandung, 1950
LAYAK
Meneguhkan Kembali Visi PKP…!! Terjadi Kompetisi Antara Pangan, Papan,
Sandang Di “LAHAN”, Dengan Alih Fungsi
Lahan Pangan Oleh Papan & Industri
 Vertikal Housing

UUD 45, psl. 28 H ayat


(1), “Setiap orang berhak
hidup sejahtera lahir dan Papan SUBSIDI

bathin, bertempat BPJS


tinggal, dan mendapatkan BOS Sandang Pangan

lingkungan hidup yang


baik dan sehat, serta Pendidikan
Transportasi
Dan
Rekreasi
Kesehatan

berhak mendapatkan
pelayanan kesehatan” Prasyarat Sejahtera

• Rumah Layak • 5 Hak Dasar Bermukim


• Lingkungan Layak
Sumber Dasar : Prof. Arief Sabaruddin, Puskim
• 6 Tugas Pemerintah
Terjadi Kompetisi Antara Pangan, Papan, Sandang Di “LAHAN”,
Dengan Alih Fungsi Lahan Oleh Papan & Industri

• BAGAN RELASI SEKTOR MENEMUKAN


• Simpul Antar Sektor
BAHWA TERDAPAT 1 SEKTOR PENENTU LEVEL
KEMISKINAN • Pondasi Sektor
YANG PERLU DIPERHATIKAN: SEKTOR PKP TOTAL SEKTOR

• SEKTOR PERTANIAN DAN INDUSTRI


MERUPAKAN SEKTOR YANG SALING
BERKOMPETISI TERKAIT LAHAN: 20%
LAHAN INDUSTRI DI JABAR BERASAL DARI EKONOMI UMAT
KONVERSI LAHAN PERTANIAN
PESANTREN

• SEKTOR PERTANIAN DAN PERUMAHAN LEVEL UKM


PARIWISATA
MERUPAKAN SEKTOR YANG SALING KEMISKINAN
SEK.PAR ACCOMMODATION
PSU+CLEAN
PRODUCTION
BERKOMPETISI TERKAIT LAHAN: 36%
LAHAN PERUMAHAN DI JABAR BERASAL LEVEL
KEMISKINAN
DARI KONVERSI LAHAN PERTANIAN SEK. UMKM
LAHAN
PKP LEVEL
KEMISKINAN
• JIKA TINGKAT KEMISKINAN DIUKUR PER HOUSING
SEK. UMKM

SEKTOR MAKA INOVASI DAN INTERVENSI LEVEL


PERTANIAN
DEMAND
INDUSTRI
SOLUSI BISA DIKEMBANGKAN LEBIH BAIK; KEMISKINAN
SEK. PERT. RTP ≥ 70% LABOURS
KETIMBANG MENGUKURNYA DI TINGKAT
ADMINISTRASI KAB/KOT LAHAN
PERDESAAN
TINGKAT ADMINISTRATIF
DESA / KEL

8
Transformasi & Tahapan Menuju : 403/KPTS/M/2002 Rev. 403/PRT/M/20--

Var. Standar [emosional]


RUMAH SEJAHTERA Rumah Sejahtera
(Indeks Kebahagian)
Rumah Sejahtera, adalah skim penyediaan perumahan yang ditujukan untuk
menjawab visi nasional, yaitu mewujudkan “kesejahteraan masyarakat”.
Pemerintah memiliki kewajiban memberikan intervensi untuk rumah
sejahtera dengan batas luas maksimum 45 m2. Rumah sejahtera
memungkinkan sebuah keluarga dapat hidup sehat sepenuhnya. Semua aspek Rumah Sehat
keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan sudah terpenuhi
dilengkapi dengan aspek keberlanjutan. Luas Rumah Sejahtera harus lebih
besar dari 36 m2.
Rumah Sehat, adalah skim penyediaan rumah dengan batas luas minimum 36 m2,
secara teknis bangunan rumah sehat telah memenuhi kelengkapan minimal Rumah Sehat-2 Rumah Tumbuh
sebuah rumah yang memungkinkan keluarga yang tinggal di dalamnya hidup
dan tumbuh dengan sehat. Tipe ini selain memenuhi aspek keselamatn dan
kesehatan juga sudah memenuhi aspek kenyamanan dan kemudahan

Standar [fungsional]
bangunan. Batas Rumah Sehat tidak diizinkan lebih atau kurang dari 36 m2.
Rumah Tumbuh, adalah skim penyediaan perumahan yang memenuhi luas minimum Rumah Sehat-1 Rumah Inti
36 m2 akan tetapi secara konstruksi baru memenuhi aspek keselamatan dan
kesehatan bangunan, yang sifatnya sangat fungsional. Definisi Rumah Tumbuh
setara dengan Rumah Sehat – 2 (RSh 02) pada Permen Kimpraswil
403/KPTS/M/2002. Rumah tumbuh adalah rumah yang dimungkinkan untuk
dikembangkan menjadi Rumah Sehat. Luas Rumah Tumbuh tidak Rumah Inti
diperkenankan lebih atau kurang dari 36 m2. Tumbuh -2
Rumah Inti, adalah rumah dengan spesifikasi maupun luas ruang (spasial) paling
minimal dan dimungkinkan untuk dikembangkan menjadi Rumah Tumbuh.
Batas ruang minimal adalah 12 m2, setara dengan RIT-01 pada Permen
Kimpraswil 403/KPTS/M/2002. Bangunan dengan luas kurang dari 36 m2 Rumah Inti
dikatagorikan sebagai bangunan Rumah Inti dengan batas terkecil 12 m2, Minimum 12 m2
kurang dari 12 m2 tidak diizinkan.
Tumbuh-1
Sumber Dasar : Prof. Arief Sabaruddin, Puskim
Apa Isu Kritis
Dalam Penyelenggaraan Perumahan Rakyat..?

10
(catatan pakar) SENSE OF CRISIS PKP  Fokus Sektor Rumah
K O N D I S I S A AT INI

• Sektor Perumahan dan Kawasan Permukiman Adalah “SIMPUL KETERKAITAN ANTAR SEKTOR”
• Penyelengaraan Perumahan sudah dianggap ultra esensial/darurat perumahan, namun banyak tantangannya:
• Konon seperti “Tari Poco-Poco” dalam penanganan perumahan
• Perumahan  Rumit dan Sulit  Dinamis
• Tidak bisa diselesaikan dengan membagi urusan “konkuren” (pusat-provinsi-kab/kota) Kolaborasi
• Target yang direncanakan sulit tercapai (RPJMN, SEJUTA RUMAH, DLL), ditengah-tengah GAP besar (yang
jarang diperhatikan), seperti : Menurunkan Backlog, Rumah Tidak Layak Huni, Kumuh (seperti amanat
RPJMN 2015-2019), Target 2020-2024 (misal : 1 Juta Publik Houisng, TOD, Rumah Millenials, Rumah
Komunitas)
• Masih Kurang Populer (mainstream), Dinas di daerah 70% Type C (Mulai ada yang di merger dengan dinas
lainnya), Efektifitas Anggaran Perumahan Rendah
• Multi pelaku di tengah lemahnya koordinasi dan ketidakjelasan pembagian peran dan fungsi
stakeholders (Konkurensi-UU 23/2014, Kemitraan UU 1/2011  Kolaborasi)
• Permasalahan Klasik, yang tidak pernah tuntas : Pertanahan, Perijinan, Pembiayaan, Tata Ruang,
Teknologi, Bahan Bangunan, Data, dll
• Tantangan Baru Covid-19 : Perubahan “MEGA PARADIGMA” Penyelenggaraan Perumahan Kedepan
Apa Tantangan Bidang PKP …??
 Makro : Mikro,  Kebijakan : Operasional Pusat : Daerah

12
IN-HARMONISASI : BERGERAK DI TENGAH ATURAN YANG KURANG HARMONIS

• KOMPLIKASI UU 23/2014 • UU 23/2014 vs UU 1/2011 • UU 1/2011 vs PP 14/2016


• Permen PUPR 12/2020
Pusat
UU 23/2014
Komplikasi :
Pasal 12 vs Lampiran • Dokumen RP3KP vs RP3 & RKP
Provinsi
• Forum PKP vs Pokja PKP vs Pokja PPAS

UU 1/2011
Semangat
Kab/Kota Desentralisasi Siasat : PP Konkuren

Inisiasi : Omnibus Law  RUU Cipta Kerja  PKP : “AKSELERASI”


1). Badan Percepatan Penyelenggaraan Perumahan ( BP3), 2). Kemudahan Perijinan Perumahan
Sandingan Kesinambungan Regulasi Sektoral dan Regulasi terkait Kepemerintahan Daerah
A. Penyediaan Lahan
Regulasi Sektoral Regulasi Kepemerintahan Daerah

UU 1/2011 UU 20/2011 UU Cipta Kerja PP 64/2019 UU 23/2014 Kepmendagri

Penyediaan Lahan x x
Perumahan MBR
Ket. Simbol Diatur Tidak Diatur Diatur terbatas X Tidak termasuk dalam prasyarat kegiatan

Nomenklatur Program/Kegiatan Pemda dalam Permendagri 90/2019 (Dimuktahitkan dengan Kepmendagri)


1. Pengadaan Tanah untuk Kepentingan 2. Penyelesaian Ganti Rugi atas Program Catatan:
Umum Pemerintah Kewenangan daerah untuk
• Provinsi: terbatas pada penetapan • Provinsi: Penyelesaian masalah ganti rugi pemanfaatan aset tanah milik BUMN
lokasi, pendataan awal, dan konsultasi atas program pemerintah kab/kota.
publik. Pengadaan tanah hanya untuk • Kab/Kota: Penyelesaian masalah ganti rugi
dan BUMD, pemanfaatan tanah
provinsi dengan kode khusus. atas program pemerintah kab/kota. wakaf, dan pengadaan tanah bagi
• Kab/Kota: disebutkan tidak ada kepentingan umum untuk
kewenangan kab/kota. pembangunan perumahan MBR
3. Konsolidasi Tanah 4. Pemanfaatan Tanah Kosong belum jelas.
• Provinsi: Koordinasi dan sinkronisasi • Provinsi: Pemanfaatan Tanah Kosong dan
pelaksanaan konsolidasi tanah segala administrasinya.
kewenangan provinsi. • Kab/Kota: Pemanfaatan Tanah Kosong dan
• Kab/Kota: Koordinasi dan sinkronisasi segala administrasinya.
pelaksanaan konsolidasi tanah
kewenangan kab/kota.
www.24slides.com 14
Sandingan Kesinambungan Regulasi Sektoral dan Regulasi terkait Kepemerintahan Daerah

B. Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh (Pemugaran dan Permukiman Kembali)


PEMUGARAN PERMUKIMAN KEMBALI

UU 1/2011 PUPR 14/2018 UU 23/2014 Kepmendagri UU 1/2011 PUPR 14/2018 UU 23/2014 Kepmendagri
Perencanaan

Peningkatan Kualitas Rumah x x x x


Pembangunan Rumah Baru x x
Penyelenggaraan PSU

Pengadaan Tanah x x x x
Pemeliharaan Lingkungan

Pembinaan KSM

Penyadaran Publik

Catatan terkait Pemugaran dan Permukiman Kembali Masyarakat Permukiman Kumuh


1. Belum jelas definisi operasional dari pembagian luas penanganan permukiman kumuh kewenangan provinsi (10-15 Ha) dan
Kab/Kota (di bawah 10 Ha).
2. Pembangunan rumah baru dalam permukiman kembali focus hanya pada pembangunan Rumah Khusus, yang mana hanya
dapat ditempati dengan status sewa dalam jangka waktu tertentu oleh masyarakat dan tidak ada kewenangan bagi
pemerintah daerah untuk melaksanakan subsidi sewa.
www.24slides.com 15
Sandingan Kesinambungan Regulasi Sektoral dan Regulasi terkait Kepemerintahan Daerah

B. Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh (Pola Peremajaan)


Regulasi Sektoral Regulasi Kepemerintahan Daerah

UU 1/2011 PUPR 14/2018 UU 23/2014 Kepmendagri


Perencanaan

Peningkatan Kualitas Rumah

Pembangunan Rumah Baru

Penyelenggaraan PSU

Pemeliharaan Lingkungan

Pembinaan masyarakat

Penyadaran Publik

Hunian Sementara

Pengadaan Tanah (jika di lokasi non-milik)

Catatan terkait Peremajaan Permukiman Kumuh:


Pemerintah daerah tidak memiliki kewenangan untuk menyediakan perumahan baru pasca konsolidasi, padahal hal tersebut merupakan hal
penting dalam pelaksanaan konsolidasi. Hal ini menghambat pelaksanaan inisiatif berbagai daerah untuk peremajaan, seperti Kota Surakarta
yang akhirnya menggantungkan pendanaan pembangunan baru rumah pasca peremaaan kepada pemerintah pusat.
www.24slides.com 16
Sandingan Kesinambungan Regulasi Sektoral dan Regulasi terkait Kepemerintahan Daerah

C. Pengembangan Sistem Pembiayaan Perumahan


Regulasi Sektoral Regulasi Kepemerintahan Daerah

UU 1/2011 UU 20/2011 UU Cipta Kerja PP 64/2019 UU 23/2014 Kepmendagri


Subsidi perolehan rumah/sewa x x
Stimulan rumah swadaya x x x

Catatan terkait Pengembangan Sistem Pembiayaan Perumahan:


Dalam regulasi terkait kepemerintahan daerah, tidak ada kewenangan sama sekali bagi pemerintah daerah untuk melaksanakan
pengembangan system pembiayaan perumahan, kecuali hanya terbatas pada sosialisasi mekanisme pembiayaan FLPP.

www.24slides.com 17
Sandingan Kesinambungan Regulasi Sektoral dan Regulasi terkait Kepemerintahan Daerah
D. Pembangunan Baru dan Peningkatan Kualitas Rumah
Regulasi Sektoral Regulasi Kepemerintahan Daerah

UU 1/2011 UU 20/2011 UU Cipta Kerja PP 64/2019 UU 23/2014 Kepmendagri


Kemudahan Perizinan

Penerapan hunian berimbang x


Insentif perpajakan x
Subsidi perolehan rumah/sewa x x
Stimulan rumah swadaya x x x
Penyediaan tanah x x
Insentif PSU x x
Sertifikasi Lahan/Bangunan x x
Pelaksanaan Peningkatan x x
Kualitas
Penerbitan SLF

Dukungan PSU x x
Pemanfaatan/Rekayasa Teknologi x x x
Pembangunan Rumah
www.24slides.com 18
KITA SEDANG BERGERAK DIANTARA : HAK AZASI vs AMANAT UU vs TANTANGAN

5 Hak Dasar Bermukim 6 Tugas Pemerintah 9 Tantangan Klasik


• Tata Ruang • Menurunkan Backlog • Kebijakan Lemah  Data Lemah  Anggran
Rendah
• Menurunkan RTLH
• Tanah • Kelembagaan
• Menurunkan Kumuh • Wasdal
• Infrastruktur Dasar • Meningkatkan Daya Beli / Daya Cicil / Daya • Minimnya Pengembangan & Pemanfaatan
• Bangunan & Bahan Bangunan Sewa Teknologi
• Meningkatkan Keswadayaan Masyarakat • Pendanaan & Pembiayaan
• Pembiayaan • Lahan / Tanah + Tantangan
• Meningkatkan Kemitraan dan Kolaborasi
Pelaku PKP • Perijinan
Milenials :
• Bahan Bangunan
• Keterpaduan Infrastruktur Covid-19

 KONKUREN (UU)
 KOLABORATIF

?
Dibatasi Geraknya : UU 23 / 2014  KOMPREHENSIF
Terbatas Geraknya : Pelaku Utama Masyarakat &  INOVATIF
Swasta (90%)
Spirit AKSELERASI

RTLH, Backlog Rumah MBR, ASN, TNI/POLRI, Kawasan


Kumuh, Permukiman Rawan Bencana, Pelanggaran Ruang
LUASNYA LINGKUP PENANGANAN
PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN MENURUT UU 1/ 2011 & UU 23/2014

KAWASAN PERMUKIMAN

LINGKUNGAN HUNIAN
(KASIBA)

PERMUKIMAN

PERUMAHAN
(LISIBA)

RUMAH

TUSI YANG HARUS DI GARAP


Contoh : Refleksi RPJMN 2015-2019 Tantangan, Menurunkan :
TARGET SULIT
2,6 Jt Backlog (Penghunian)
6,7 Jt Backlog (Kepemilikan)
TERCAPAI
EKSISTING (CONTOH 2019)
2,51 Jt RTLH
BACKLOG: 119.914 Ha Kumuh BACKLOG :
7,6 Jt (penghunian) • Mengandalkan Pelaku Utama : 5 Jt (penghunian)
Masyarakat, Dunia Usaha
13,5 Jt (kepemilikan) • Peran Pemerintah Kecil (6 % dari 6,8 Jt (kepemilikan)
Backlog, 34 % dari RTLH)
RTLH : • GAP Selalu Besar….! RTLH :
3,4 Jt RTLH 1,9 Jt RTLH
PKP Sudah Dianggap Ultra Essensial dan
Darurat Perumahan, Tapi Tantangan
KUMUH : Penyelenggaraannya Besar : KUMUH:
38.431 Ha (perkotaan) 1. Perumahan : COMPLEX DAN COMPLICATED
78.384 Ha (perdesaan)
0%
2. Perumahan  Belum Mainstream
3.099 Ha (khusus)
3. Perumahan Kurang Perhatian
4. Perumahan  Anggaran Kecil Apa Target RPJMN 2020-2024..?
RTLH : …………….%
5. Perumahan  Koordinasi Lemah (Padahal
Catatan : Banyak Pelaku) Backlog : …………. Unit “LAYAK”
RPJMN 2010-2024, Di Susun Sebelum Kumuh : ……………. Ha
6. Klasik : Tata Ruang, Perijinan, Sertifikasi, Public Housing, Milenils, TOD, Komunitas..?
Covid-19, akan menjadi “Tantangan” Lain PSU, Pembiayaan, Data Lemah, dll Bagaimana Menangani GAP Besar…??
FAKTA : PERHATIAN PADA BIDANG PKP MASIH “RENDAH/KECIL” PERLU DITINGKATKAN

KESEHATAN PKP &


PENDIDIKAN
PERMUKIMAN

Pasal 31 Ayat 1 Pasal 28 H Ayat 1 Pasal 28 H Ayat 1


Setiap warga negara berhak mendapat Setiap orang berhak memperoleh ……. Setiap orang berhak hidup sejahtera
pendidikan layanan kesehatan lahir dan batin, bertempat tinggal,
dan mendapatkan lingkungan hidup
Pasal 34 Ayat 3 yang baik dan sehat …….
Negara bertanggungjawab atas penyediaan UU HAM 39/1999, UU 1/2011,
fasilitas pelayanan kesehatan……..” UU 20/2011, UU 4/2016, UU 23/2014

IMPLIKASI
Memperoleh sekurang-kurangnya 20% Diupayakan memperoleh alokasi sebesar PKP mendapatkan kurang dari
APBN dan APBD untuk penyelenggaraan 5% dari total APBN 2016 atau kurang lebih 1% APBN maupun APBD
pendidikan Rp. 100 Triliun
Padahal PKP  PONDASI IPM KESEHATAN  JUGA PENDIDIKAN
Di Negara lain : Pondasi-nya Di Bereskan, Pembiayaan Kesehatan Akan Berkurang
PENDIDIKAN KESEHATAN PKP
UU 20 / 2003 SITEM UU 1 / 2011 PKP
UU 36 / 2009 KESEHATAN
PENDIDIKAN NASIONAL ++ UU 39/2009 HAM

PP 48 TAHUN 2008 TENTANG 5 % - 10 %


PENDANAAN PENDIDIKAN
100-200 T ± 1%
Perlu Langkah Strategis ???
20 %  Contoh Angg. di Prov. JBR 0,68% – 12 %
400 T  Anggaran 12% (Info : Un-Habitat)

Memasuki Covid-19, Anggaran Dinas PKP, Prov/Kab/Kota :


Di Pangkas 40%-70%
REGULASI BIDANG PKP YANG “BELUM PERNAH UTUH”
UU Rusun 16/1985 dan UU PP 4 /1992 (22 tahun yang lalu), tidak ada kemajuan yang signifikan, fluktuatif
dan cendrung tidak tuntas / tidak komprehensif serta tumpang tindih

UU 1 / 2011 UU 20 / 2011 UU 4 / 2016 UU 23 / 2014


PKP RUSUN TAPERA PEMDA

PP…?
3 PP, PP 14/2016, 64/2016 PP…? PP…? Ada Yang Tumpang
(dari 20 PP) + 6 Permen (dari 13 PP, 3 Permen) 5 PP Tindih..?

SE. Kemendagri 2015 : Dukungan Daerah Untuk Gerakan Sejuta Rumah, PP 83/2015 : Perumnas, Perpres 3/2016 : Percepatan Proyek Stranas,
Inpres 1/2016 Percepatan Pelaksanaan Proyek Stranas, Inpres 3/2016 : Penyederhanaan Perijinan Pembangunan PKP, dll..Kepmen

Angin Segar ++ NAHP  Kebijakan, Kelembagaan, Capacity Building Pemda  “Reformasi PKP” + Omnibus Law??

FAKTA : “PROGRAM REAKTIF, TIDAK TERSTRUKTUR DENGAN BAIK”


(PENDANAAN DAN PENGANGGARAN BELUM SINKRON DENGAN DAERAH  CENDRUNG TOPDOWN)
AMANANAT DOKUMEN PKP DALAM PERUNDANGAN
UU 1 / 2011 :
Cat : Selama 5 Tahun sudah PKP
dijalankan, banyak kab/kota yang
sudah menyusunnya dan sdh di
RP3KP
perdakan PP 14 / 2016 :
PP

RP3 RKP CK

Jangka Panjang RP3KP


(permen)

RPIJM PKP
? DOK. RKP..?
(permen)
Jangka Panjang RISPAM, SSK,
RP2KPKP
Jangka Menengah Jangka Menengah
RPIJM CK
Jangka Pendek Jangka Pendek

Postur Dinas..?, tdk cocok


PP & PEMBIAYAAN CIPTA KARYA
Perumahan & KP (5 Sub Urusan) Renstra OPD PKP Pekerjaan umum & TTR; (11 Sub Urusan)
PROV/KAB/KOTA..?
(bersama Pokja PKP)
Pokja WASPOLA I (tahun 1998) dan WASPOLA II (tahun 2003)  Pokja AMPL (Tahun 2004) ADA POKJA YANG HARUS DI
Maret 2010 – 2017  POKJA PKP melalui Kegiatan Dekonsentrasi Dirjen Penyediaan Perumahan HARMONISASI..!!
30 November 2012
Tahapan :
5 Tahun 25 Mei 2016 1. SE-Pokja PKP-AMPL (2017-2019)
2. Permen PPN Pokja PKP (2019-2025)
PP 14/2016 31 Mei 2016

31 Januari 2017 Permen PPN/PUPR/DEPDAGRI


(-) Permen Pokja Permen PUPR 02/PRT/M/
PKP 2016 Tentang PK Kumuh Kepmen PPN KEP.9/
SE Kemendagri M.PPN/HK/01/2017 Permen PUPR No. 12/2020 Tentang
Surat Edaran Dirjen Peran Masyarakat Dalam
660/4919/SJ-
Penyelenggaraan PKP
Ped. PPSP CK 40/DC/SE/2016
TP POKJA PPAS
POKJA SANITASI POKJA PKP POKJA PKP KOTAKU POKJA PKP (perumahan) + NEW POKJA….???  PKP
Air Minum + Sanitasi
NEW FORUM  PKP
Jumlah Yang Sudah Jumlah Yang Sudah Jumlah Yang Sudah Jumlah Yang Sudah 1. Harus Tegas dan harus Teges (jelas),
pilihannya : POKJA PKP (sesuai perundangan)
Terbentuk: Terbentuk: Terbentuk: Terbentuk:
2. Akomodatif Terhadap Sektoral/Entitas Yang
…………… Provinsi 34 Provinsi …………… Provinsi …………… Provinsi Sudah Ada (mungkin masuk di isinya saja),
…………………Kab/Kota 100 Kab/Kota 115 Kab/Kota …………………Kab/Kota pilihannya : POKJA PKP
3. Forward Planning (Pokja RSID, dll yad), diatur
kemungkinan keberadaan dan kebutuhan
Bagaimana Provinsi/Kota/Kabupaten menyikapi kluster Pokja sectoral tersebut…………?? pokja lain terkait PKP
4. Perlu Generik, Tidak Menunjukan Entitas
Tertentu (seperti : PKP Generik)
Ada Tantangan Lemahnya “Data” Bidang PKP …!!
Data Makro Vs Data Mikro  Harus BNBA-BF

27
#Mengusik : Ruang Kosong  Kebijakan
Perumahan Karena Lemahnya Data Bidang
Perumahan & Tidak Terlaksananya Rencana
RPJMN
PERMASALAHAN (KLASIK, SEJAK 1992)
1 Dukungan Kebijakan Bidang PKP
Belum Memadai
 UU 1/2011 dan UU 20/2011 belum implementatif karena peraturan
2
Koordinasi dan Kelembagaan
Pembangunan PKP belum optimal
 Ketidakjelasan pembagian peran dan kewenangan antara Pemerintah Pusat
perundangan turunannya belum selesai
dan Daerah
 Belum tersedia kebijakan dan strategi nasional dalam penyelenggaraan
 Lemahnya koordinasi dan sinkronisasi antar pelaku pembangunan PKP (Pokja
PKP yang terpadu dengan perencanaan pembangunan nasional dan
PKP)
kebijakan lintas sektor (Grand Desain PKP, Baru By People, Belum By
 Belum optimalnya pemberdayaan dan peningkatan kapasitas bagi pemangku
System)
kepentingan
 Lemahnya perencanaan kebijakan karena tidak didukung oleh data yang
 Belum optimalnya dukungan kelembagaan dalam pembangunan PKP
memadai

8
Lemahnya Pengawasan Terbatasnya dan

3 dan Pengendalian
dalam
Penyelenggaraan
Mahalnya Bahan
Bangunan untuk
Pembangunan PKP
Pembangunan PKP BACKLOG
RTLH Tidak Efisiennya

7
Minimnya Pengembangan

4 dan Pemanfaatan
dan Proses dan Mahalnya
Teknologi untuk KUMUH Biaya Perizinan untuk
Pembangunan PKP Pembangunan PKP

Terbatasnya dan

6
Belum Optimalnya Pemanfaatan

5 Pendanaan Pembangunan PKP serta Mahalnya Harga Lahan


Belum terintegrasinya

9
Terbatasnya Akses untuk Pembiayaan untuk Pembangunan
infrastruktur
Pembangunan PKP Khususnya Bagi MBR PKP
perumahan
KEBIJAKAN PKP DALAM RPJM 1-4

RPJM 1 RPJM 2 RPJM 3 RPJM 4


(2005-2009) (2010-2014) (2015-2019) (2020-2024)

• Kondisi maju & sejahtera


• Ketersediaan infrastruktur
makin terwujud dengan
sesuai tata ruang
• Percepatan pembangunan terselenggaranya jaringan
• Mendorong • Berkembangnya jaringan
infrastruktur dengan lebih transportasi pos dan
pertumbuhan ekonomi transportasi
meningkatkan kerja sama telematika yang andal bagi
melalui penciptaan iklim • Terpenuhinya pasokan tenaga
antara Pemerintah dan seluruh masyarakat yang
yang lebih kondusif, listrik yang handal & efisien
dunia usaha menjangkau seluruh wilayah
• Mulai dimanfaatkannya
termasuk membaliknya • Pengembangan jaringan NKRI
tenaga nuklir untuk
infrastruktur infrastruktur transportasi • Tercapainya elektrifikasi
• Percepatan pembangkit listrik
serta pos dan telematika perdesaan & elektrifikasi
• Terwujudnya konservasi
pembangunan • Peningkatan pemanfaatan rumah tangga
sumber daya air dan
infrastruktur didorong energi terbarukan, • Terpenuhinya kebutuhan
melalui peningkatan terpenuhinya penyediaan air
khususnya bioenergi, hunian yang dilengkapi
peran swasta dengan minum untuk kebutuhan
panas bumi, tenaga air, dengan prasarana dan sarana
meletakkan dasar-dasar dasar pengembangan
tenaga angina, dan tenaga pendukung bagi seluruh
kebijakan dan regulasi infrastruktur perdesaan
surya untuk kelistrikan masyarakat yang didukung
mendukung pertanian
serta reformasi dan • Pengembangan sumber oleh sistem pembiayaan
restrukturisasi • Pemenuhan kebutuhan
daya air & pengembangan perumahan jangka panjang
kelembagaan hunian didukung sistem
perumahan dan dan berkelanjutan, efisien,
pembiayaan jangka panjang
permukiman dan akuntabel sehingga
Dasar2 • Terwujudnya kota tanpa
terwujud kota tanpa
Kebijakan Data permukiman kumuh
permukiman kumuh

RPJM 1 RPJM 2 RPJM 3 RPJM 4


(2005-2009) (2010-2014) (2015-2019) (2020-2024)
01
HOUSING COST
EKSLUDISASI DESIL MBR
AFFORDABILITY PLANNING

0.8*decil 5
Low income

25.61
Komposisi harga lahan 0.5*decil 5
=37.85% Very low-income 18.11

15.61
0.3*decil 5
Asumsi Harga Dasar Lahan Extremely low-income
13.12
= Rp. 40,459,832.00
10.62

9.37
Harga jual empiris rumah Hsg cost Aff. Inex = 10 8.49
T36/72 = Rp 202 juta 3 8.12
9 7.73
Harga jual empiris rumah Hsg cost Aff. Inex = 6.87
5.61
T36/72 = Rp 171 juta 3 6.42 8 5.46 5.31
7 4.71 5.00
Harga jual empiris rumah Hsg cost Aff. Inex = 4. 76
3
4.54 4.03
T36/72 = Rp 145 juta 6 3.96
3.91
Desain harga rumah Hsg cost Aff. Inex =
T36/72 = Rp 122 juta 3 3.42
3.29 5 3.20
4 2.83
Komposisi Konstruksi 2.66
2.56
Bangunan =49.78% 3 2.45
2.35
2.10
2.10 2 2.07
Asumsi Harga Konst Bgn 2.03

= Rp. 53,211,709 .00 1.72 1.60


1.30 1 1.51
1.25 1.20
Hsg cost Aff. Inex = 0.98 0.98
10.37 0.94
0.96
0.70

2015

2016
2006

2014
2013

RPJM 1 RPJM 2 RPJM 3 RPJM 4


(2005-2009) (2010-2014) (2015-2019) (2020-2024)

meletakkan dasar-dasar pengembangan perumahan dan • Pemenuhan kebutuhan hunian


kebijakan dan regulasi serta permukiman didukung sistem pembiayaan
reformasi dan restrukturisasi jangka panjang
kelembagaan Pengembangan produk
perumahan yang terjangkau • Terwujudnya kota tanpa
(terbeli) oleh MBR permukiman kumuh
Perencanaan penyediaan
perumahan berbasis data Pengembangan skema
[UMP masih dalam range LOW pembiayaan kepemilikan rumah 31
INCOME GROUPS] khusus kelompok buruh
INKLUDISASI DESIL MBR

0.8*decil 5
Low income

25.61
0.5*decil 5
Very low-income 18.11

15.61
0.3*decil 5
Extremely low-income
13.12

10.62

9.37
10 8.49
8.12
9 7.73
6.87
5.61
6.42 8 5.46 5.31
7 4.71 5.00
4. 76
4.54 4.03
6 3.96
3.91
Desain harga rumah Hsg cost Aff. Inex =
T36/72 = Rp 122 juta 3 3.42
3.29 5 3.20
4 2.83
2.66
2.56
3 2.45
2.35
Selisih = Rp.86.42 juta 2.10 2 2.07
2.10
2.03

1.72 1.60
1.30 1 1.51
1.25 1.20
Desain harga rumah Hsg cost Aff. Index = 0.98 0.98
T36/72 = Rp 35,58 juta 3 0.94
0.96
0.70

2015

2016
2014
2013
2006

RPJM 1 RPJM 2 RPJM 3 RPJM 4


(2005-2009) (2010-2014) (2015-2019) (2020-2024)

meletakkan dasar-dasar kebijakan dan • Pemenuhan kebutuhan hunian


regulasi serta reformasi dan pengembangan perumahan dan
permukiman didukung sistem pembiayaan jangka
restrukturisasi kelembagaan
panjang
Pengembangan pola • Terwujudnya kota tanpa permukiman
pembangunan/pembiayaan/pere kumuh
ncanaan/sistem pembentuk Pengelolaan sistem penyediaan
komoditas perumahan yang perumahan (Housing Delivery
terjangkau oleh MBR system) berkemampuan 32
stabilisasi harga jual rumah MBR
INKLUDISASI DESIL MBR

DESAIN SKENARIO SUBSIDI


SKB Mendagri, Menteri PU, dan Menegpera No: 648—384/1992, No:
739//KPTS//1992, No: 09//KPTS//1992, Tentang Pedoman Pembangunan
Perumahan Dan Permukiman Dengan Lingkungan Hunian Yang Berimbang
Sederhana Menengah Mewah

Luas kavling Luas kavling Luas kavling


54-200 m2 200-600 m2 600-2000 m2
60-200 m2 - -
Luas lantai bangunan
-
≥ 36 m2
Harga jual = 1 sampai 4 Harga jual = 4 kali
kali rumah sederhana rumah sederhana

Desain harga rumah


T36/72 = Rp 122 juta Desain Harga Desain Harga Selisih biaya Selisih Desain Harga Jual Rumah
M ax KPRS
Rumah Sederhana Rumah Tipe harga jual yang M enengah terhadap Desain Harga Keterangan
(Rp. Juta)
M BR M enengah harus disubsidi Rumah Inisial (NON M BR)
Selisih =
Rp.86.42 juta 19,344,000

19,344,000 Pola Subsidi 1 rumah sederhana


35,586,000 60 142,344,000 87,414,000
19,344,000 :5 rumah menengah
Desain harga rumah 19,344,000
T36/72 = Rp 35,58 juta 19,344,000
96,720,000

RPJM 1 RPJM 2 RPJM 3 RPJM 4


(2005-2009) (2010-2014) (2015-2019) (2020-2024)
• Pemenuhan kebutuhan hunian
pengembangan perumahan dan
didukung sistem pembiayaan jangka
permukiman
panjang
• Terwujudnya kota tanpa permukiman
kumuh
Pelaksanaan pola subsidi 1 EKSTENSIFIKASI dan
rumah sederhana MBR: 5 PRIORITASISASI Pola subsidi 1
rumah Menengah (Non MBR) rumah sederhana MBR: 5 rumah 33
Menengah (Non MBR)
Menurut Anda,
Apa Yang Harus Dilakukan Untuk Menyelesaikan Tantangan
“Data PKP” Tersebut…??

1. Peran Balai Perumahan…?


2. NAHP : Riset Pasar Perumahan..?, HREIS..?, Si-KASEP..?
34
UPAYA BESAR NYA  MENGGERAKAN DAERAH/PELAKU LAIN
 Contoh Upaya Yang Dilakukan Di Daerah..!!

35
• Pelaku Utama Pembangunan PKP, (Rumah) Bukan Pemerintah
Konsideran : • Harus Diselesaikan Dengan Membagi Urusan Pemerintah
(pusat-provinsi-kab/kota) dan Pelaku Lain
URUSAN FORUM PKP
PEMERINTAHAN
Pemeduli

PEMERINTAHAN KONKUREN
UMUM DIBAGI Bersama
antar tingkatan
(pusat/provinsi/kab/kota) Swasta
dan/atau susunan
pemerintahan Pusat 10%-20%

ABSOLUT Masyarakat
70%
1. Moneter dan Fiskal
2. Agama
3. Kehakiman Provinsi
4. Pertahanan
5. Keamanan
6. Luar Negeri
POKJA PKP Kabupaten/ Kota
Kemitraan
5%-10% Penanganan PKP :
Konkuren, Kolaboratif,
Komprehensif, Komunitas

Pak Dirjen CK : KOTAKU, Hanya Menangani Infrastruktur Saja…!!


Ditjen PnP : BSPS, hanya rumah nya saja,  PS Komunitas…. REFORMASI PKP..!!!
Isu Umum Hasil Refleksi s.d Tahun 2015 : TANTANGAN PKP DI DAERAH
Sehingga Perlu Membangun & Memperkuat Kelembagaan, Membangun Sistem Manajemen Pendataan dan
Meningkatkan Kualitas Perencanaan + Penganggaran Bidang PKP di Kab/Kota..!!
Untuk Akselerasi, Inovasi & Kolaborasi Dalam Penyelenggaraannya

PERUMAHAN BELUM KOMITMEN & DATA KUALITAS APBD


JADI ISU SENTRAL KOORDINASI LEMAH PERUMAHAN MINIM RENDAH

Cara Pandang Yg Kurang


Alokasi Rendah,
Pembangunan PKP Program dan
Capaian Kinerja
Tepat, Perhatian Kurang, Lambat, Tumpang Kegiatan “Kurang”
“Miskin Kreatifitas” Program Bidang Perumahan
Tindih Kewenangan, Terencana Dengan
dan Kegiatan Perumahan “Relatif Rendah”
Pelanggaran Ruang Baik

FAKTA : “MASIH BANYAK WARGA KBB YANG BELUM MENEMPATI RUMAH YANG LAYAK”
(BACKLOG, RTLH, KAWASAN KUMUH, RAWAN BENCANA, PELANGGARAN RUANG)
DIBUAT 1 RESEP PRAKTEK AKSELERASI PKP DI DAERAH
4 OBAT BERSAMA

POLITICAL WILL SISTEM MANAJEMEN MASTERPLAN PKP 20


CAPACITY BUILDING PENDATAAN BIDANG THN (RP3KP)  Roadmap
PELAKU PKP, EKSEKUTIF DINAS & POKJA PKP
+ LEGISLATIF PERUMAHAN (RPIJM Perumahan),
PROV/KAB/KOTA PROV/KAB/KOTA 5 THN
Membangun Paradigma, Dukungan Basis Data
Wadah Koordinasi, Multiaktor, Multi Sektor,
Membangun Pemahaman Perumahan Yang Up To
Kolaborasi dan Multi Tahun, Keterpaduan
Bersama Dan Membangun Date dan Valid di Kab/Kota
Komunikasi Untuk Lokasi, Program &
Komitmen Bersama  Perencanaan Yang Operasional &
Membangun Sinergi Anggaran
Responsif

1. PENG-ARUSUTAMA-AN PERUMAHAN DI KABUPATEN/KOTA (MAINSTREAMING) ANGGARAN NAIK


2. MENINGKATKAN EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PEMBANGUNAN BIDANG PERUMAHAN DI KABUPATEN/KOTA
Rekomendasi Dari : 1 RESEP 4 OBAT  PRAKTIK REFORMASI PERUMAHAN RAKYAT DI DAERAH

SISTEM MANAJEMEN PERENCANAAN TERPADU


POLITICAL WILL CAPACITY BUILDING PENDATAAN BIDANG
PELAKU PKP, EKSEKUTIF DINAS/POKJA PKP / BIDANG PKP  RP3KP (20
PERUMAHAN Tahun) & 5 Tahunan (RP3..?
+ LEGISLATIF FORUM PKP
PROV/KAB/KOTA
PROV/KAB/KOTA / RKP…?/ RPIJM Perumahan)
Membangun Pemahaman Wadah Koordinasi, Dukungan Basis Data Perumahan Multiaktor, Multi Sektor, Multi Tahun,
Bersama Dan Membangun Kolaborasi dan Komunikasi Yang Up To Date, Valid dan BNBA Keterpaduan Lokasi, Program &
Komitmen Bersama Untuk Membangun Sinergi di Kab/Kota Anggaran, Memorandum Program

TA Penyusun
Pokja Harus “NENDANG” (Pak Budi P) 158 Aplikasi PUPR, Data Pihak Ketiga
X Paradigma, x Housing Policy Si-KASEP, KPR Online (BTN) ,
(Pak Tjuk K) HRC  Klinik Rumah Sehat e-RTLH (Dit. Swadaya). dll
KLINIK RP3KP
(Tahap Penyiapan Instrumen)
“BRANDING PROGRAM” UNIT KLINIK RUMAH APLIKASI RISET PASAR
KONSEP GRYA KITA GRYA KITA PERUMAHAN (RUMI MOBILE)
Menghasilkan Kualitas Perencanaan
Mainstreaming Paradigma : Rumah Sebagai Yang Operasional (bisa dijalankan) &
Unit Kegiatan Pelayanan Langsung Kepada Upaya Melalui : NAHP  Riset Pasar Responsif (Sesuai Kebutuhan daerah)
HAK AZASI Bukan Sekedar Fungsi
MBR Untuk Bisa Mengakses Rumah Layak. Perumahan, Si-KASEP, HREIS Serta lolos passing grade
Penyediaan, Operasionalisasi  Urusan
Terjangkau & Berkelanjutan
Wajib Pelayanan Dasar
Membangun  “OTOMATISASI”
System Penyelenggaraan Perumahan

40
CONTOH PENGALAMAN PENDAMPINGAN KLINIK RUMAH UNTUK PROSES PEMANFAATAN APLIKASI RUMI MOBILE
Data Diserahkan juga Ke Pengembang, Pengembang Memberikan
1 2 Beli Dari 3 Informasi dan Tawaran Termasuk Fasilitasi Kunjungan Lapangan, Sehingga
Akhirnya Masyarakat Memnentukan Pilihan Lokasi Untuk Rumahnya
Sosialisasi / Pengembang
Entry Data & Verifikasi, Analisis & Bisnis Gathering /
Pemasyarakatan
Informasi Masyaraat Penafisan Data & Sewa Chanelling Sesuai
RUMI MOBILE &
(Riset Pasar Berbasis Penyiapan Dokumen Minat Pembangunan
Penyiapan
Masyarakat) Masyarakat Bangun Sendiri (PS) Rumah
Masyarakat

Menempati Rumah Baru

Bagaimana Kita Tahu


MBR Yag Mau bangun /
perbaiki Secara
Swadaya (individu /
kelompok..!!

Dilakukan Melalui Kegiatan Masyarakat Secara langsung Berdasarkan Data Entry Ambil Contoh Data
Data Masyarakat Diserahkan Ke Proses Wawancara Oleh Bank Akad Kridit Dengan Bank
Sosialisasi Langsung (workshop, Memberikan Informasi Untuk Masyarakat, Bisa Di olah dan Masyarakat Yang Minat
Bank, Bank Memproses Sesuai
lokakarya, rembug, Klinik Kebutuhan rumah Sesuai Kategori, kelompokan peminat perumahan, Penyediaan Rumahnya
Aturan Yang Berlaku
Rumah), Dan Tidak Langsung Kelompok, Minat Dan missal dari cara penyediaannya : Melalui Pengembang
(Kendaraan PEPELING, dll) Kemampuan beli, sewa, bangun sendiri
Apa Respon Terhadap Pandemi Covid-19
(diantara tantangan klasik & pandemi)

42
vs Penduduk Perkotaan Di Jepang (91,8%) :
Penduduk Perkotaan Di Indonesia: 13 % Rumah Perdesaan Terbengkalai
Selama Covid-19  Ada Trend Kembali Ke Desa
Tren ke Depan Di Tokyo (3 Bulan Terakhir), orang yang pulang kampung lebih banyak
dari yang datang

• 2045: 72.8% penduduk tinggal di 1.400.000,00


perkotaan 1.200.000,00
1.000.000,00
• Tidak semua isu perkotaan bisa 800.000,00

GDP
600.000,00
ditangani di kota/kab, bahkan 400.000,00
propinsi 200.000,00
-
2005 2006 2007 2008 2009 2010
• Kebijakan Perkotaan Nasional: Kecil 4.480, 5.567, 6.402, 7.344, 9.466, 10.631
• Kebijakan untuk permasalahan Sedang 200.60 225.79 301.35 301.35 310.77 346.25
perkotaan yang multidimensi dan Besar 269.80 310.11 430.91 430.91 478.71 544.85
lintas batas administratif Metropolitan 612.55 710.96 978.62 978.62 1.096. 1.250.
• Mengambil manfaat sebesar-
besarnya dari urbanisasi bagi
kesejahteraan masyarakat luas.

Sumber : Bappenas, 2020 43


Urbanisasi: Pertumbuhan
Kesempatan dan Persoalan Penduduk
Pertumbuhan
Ekonomi

China Asia Timur & Pasifik* Indonesia Urbanisasi yang tak terencana akan menyebabkan
*Kecuali China and Indonesia tingginya biaya yang harus ditanggung oleh
60 16.000 60 16.000 masyarakat  Bencana Kota..?
60 16.000

50 50
12.000
50
12.000
45,9% Rumah 74,58% penduduk
40
12.000
40 40 tangga tinggal memiliki akses
di rumah tidak sanitasi layak
30 8.000 30 8.000 30 8.000
layak huni
20 20 20 72.14% penduduk
4.000
10
4.000
10
4.000
16.9% kab/kota memiliki akses air
10
memiliki minum layak
0 0
0 0 0 0
pengelola
1996
2001
2006
2011
2016

1996
2001
2006
2011
2016
1996
2001
2006
2011
2016

persampahan
Grafik 3: Urbanisasi dan Pertumbuhan Ekonomi Penggunaan
13.4% kab/kota transportasi umum
Di China Di Asia Timur & Di Indonesia memiliki masih rendah
pertumbuhan 1% Pasifik pertumbuhan pertumbuhan 1% pengelola limbah (Jakarta<20%,
penduduk, 1% penduduk, penduduk, hanya domestik Bangkok 43%,
meningkatkan 3% meningkatkan 2.7% meningkatkan 1.4% Singapura 48%,
PDB per kapita PDB per kapita PDB per kapita Tokyo 51%)
Pengelolaan Urbanisasi yang Optimal akan memberikan Sumber: Bappenas (2019)
manfaat bagi Pertumbuhan Ekonomi Nasional
44
Sumber: World Urbanization Prospects (2018)  PDB = Produk Domestik Bruto
ISU
STRATEGIS Bermukim Yang Mengabaikan Tata Ruang dan Potensi Bencana

Pembangunan perumahan dan kawasan permukiman yang mengabaikan rencana tata ruang dan daya dukung
lingkungan serta lingkungan yang potensi bencana menyebabkan lokasi perumahan dan kawasan permukiman
menjadi rentan terhadap bencana, seperti yang terjadi di DIY Yogyakarta (2006 dan Prov. Sulawesi Tengah
(Kota Palu, Kab. Donggala, Kab. Sigi, dan Kab. Parigi Moutong) (2018)

Sumber: tirto.id, 2019 Sumber: pojoksatu.id, 2019


Sumber : Bappenas, 2020
MENINGKATKAN RUMAH TANGGA YANG MENEMPATI PERUMAHAN
DAN PERMUKIMAN YANG : LAYAK  AMAN  SEHAT  SEJAHTERA
100%

90,32% 91,04% 91,91%


91,45%
90%
87,54% 87,75%
86,96% 86,44% Rumah tangga yang
80% 78,43% 79,60% 80,04%
77,47%
73,07% 01 menempati rumah
71,78% 74,58%
70% 67,95% layak huni (nasional)
tahun 2018 hanya
60%
51,73% 53,31% 54,09% sebesar 54,09%
50% 47,99%

40%
Aspek dengan tingkat
30%
02 kelayakan paling
20% rendah adalah sanitasi
10%

0%
2015 2016 2017 2018 Contoh Jateng Sudah Menaikan Level,
RLH Fisik bangunan luas bangunan akses air akses sanitasi Tidak Hanya Menggarap RLH,
Sumber : Bappenas, 2020 Tapi Rumah Sehat Tangguh Bencana
1/19/2021
Sumber: Susenas 2015 – 2018, diolah 46
BEST PRACTICE PROGRAM/KEGIATAN PEMBANGUNAN BARU OLEH DAERAH

PROVINSI JAWA TENGAH

Pembangunan Rumah Baru


Pembangunan Rumah Baru Untuk Mekanisme Cetak Ruspin
Masyarakat Miskin Di Kawasan Rawan Klinik Rumah (Pinjam Pakai Alat Cetak
Bencana : Bantuan Stimulan Rumah Sehat Ruspin)
Tahan Bencana.
Penjaminan Pinjaman Bank Kelompok
Melalui skema tersebut, tahun 2020 ini telah Informal
dibangun 250 unit rumah inti tumbuh (RIT) Kerjasama Dengan Jamkrida
27 m2 menuju 36 m2 dengan teknologi
RUSPIN, harga bangunan Rp. 35 juta,
tersebar di 15 kab/kota.

Made In Cinunuk Kabupaten Bandung

Perumahan RSTB
Transformasi & Tahapan Menuju : 403/KPTS/M/2002 Rev. 403/PRT/M/20--

Var. Standar [emosional]


RUMAH SEJAHTERA Rumah Sejahtera
(Indeks Kebahagian)
Rumah Sejahtera, adalah skim penyediaan perumahan yang ditujukan untuk
menjawab visi nasional, yaitu mewujudkan “kesejahteraan masyarakat”.
Pemerintah memiliki kewajiban memberikan intervensi untuk rumah
sejahtera dengan batas luas maksimum 45 m2. Rumah sejahtera
memungkinkan sebuah keluarga dapat hidup sehat sepenuhnya. Semua aspek Rumah Sehat
keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan sudah terpenuhi
dilengkapi dengan aspek keberlanjutan. Luas Rumah Sejahtera harus lebih
besar dari 36 m2.
Rumah Sehat, adalah skim penyediaan rumah dengan batas luas minimum 36 m2,
secara teknis bangunan rumah sehat telah memenuhi kelengkapan minimal Rumah Sehat-2 Rumah Tumbuh
sebuah rumah yang memungkinkan keluarga yang tinggal di dalamnya hidup
dan tumbuh dengan sehat. Tipe ini selain memenuhi aspek keselamatn dan
kesehatan juga sudah memenuhi aspek kenyamanan dan kemudahan

Standar [fungsional]
bangunan. Batas Rumah Sehat tidak diizinkan lebih atau kurang dari 36 m2.
Rumah Tumbuh, adalah skim penyediaan perumahan yang memenuhi luas minimum Rumah Sehat-1 Rumah Inti
36 m2 akan tetapi secara konstruksi baru memenuhi aspek keselamatan dan
kesehatan bangunan, yang sifatnya sangat fungsional. Definisi Rumah Tumbuh
setara dengan Rumah Sehat – 2 (RSh 02) pada Permen Kimpraswil
403/KPTS/M/2002. Rumah tumbuh adalah rumah yang dimungkinkan untuk
dikembangkan menjadi Rumah Sehat. Luas Rumah Tumbuh tidak Rumah Inti
diperkenankan lebih atau kurang dari 36 m2. Tumbuh -2
Rumah Inti, adalah rumah dengan spesifikasi maupun luas ruang (spasial) paling
minimal dan dimungkinkan untuk dikembangkan menjadi Rumah Tumbuh.
Batas ruang minimal adalah 12 m2, setara dengan RIT-01 pada Permen
Kimpraswil 403/KPTS/M/2002. Bangunan dengan luas kurang dari 36 m2 Rumah Inti
dikatagorikan sebagai bangunan Rumah Inti dengan batas terkecil 12 m2, Minimum 12 m2
kurang dari 12 m2 tidak diizinkan.
Tumbuh-1
Sumber Dasar : Prof. Arief Sabaruddin, Puskim
ISU
STRATEGIS
Perlunya Perluasan Akses Air Minum : LAYAKAMANSEHAT

Air Minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses
pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.
Standar kualitas air minum ditetapkan sesuai Permenkes No. 492 tahun 2010
Permenkes No.492/Menkes/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum, PP 122/2015 tentang Sistem Penyediaan Air Minum

ISU DAN TANTANGAN


2018 1. Masih lemahnya tata kelola dan
kelembagaan
2. Masih rendahnya kapasitas dan
Rumah Tangga dengan komitmen pemerintah daerah
akses sumber air minum “pada tahun 2030, 3. Menurunnya kuantitas dan kualitas
layak (ledeng, air hujan, air baku
mencapai akses universal
sumur bor, air terlindung) 4. Manajemen operator air minum yang
dan merata terhadap air masih lemah (baru 59% PDAM
88% minum yang aman dan
terjangkau bagi semua” 5.
berkinerja sehat)
Tingkat kebocoran masih tinggi
(33%)
Akses air minum aman adalah akses air minum 6. Masih banyak kapasitas terpasang
Jaringan dari sumber yang layak, berada didalam/halaman yang belum dimanfaatkan (57.000
Perpipaan 20 % rumah, tersedia setiap saat dibutuhkan, dan liter per- detik)
memenuhi standar kualitas secara fisik, kimia, dan 7. Tarif air minum belum Full Cost
Bukan Jaringan biologi. Recovery (FCR) (baru 35,83% PDAM
Air minum dengan tarif FCR)
Perpipaan 68%
aman 7% 8. Keterbatasan pembiayaan pemerintah
Sumber : Bappenas, 2020
ISU
STRATEGIS
Perlunya Perluasan Akses Sanitasi : LAYAKAMANSEHAT

CAPAIAN TARGET
100% • Capaian akses sanitasi layak tahun 2018 adalah
7,42% 74,58%, termasuk akses aman 7,42%.
20% • Peningkatan akses terhadap sanitasi layak rata-rata
sebesar 1,4% per tahun (2010-2018).
80%
• Penurunan tingkat praktek Buang Air Besar
74,58% akses Sembarangan (BABS) di tempat terbuka rata-rata
90% akses
sanitasi layak sebesar 1,2% per tahun (2010-2018).
60% (termasuk
sanitasi layak
7,42% aman) (termasuk
20% aman) ISU STRATEGIS
40% • Rendahnya kesadaran masyarakat dalam
Akses Aman pencapaian akses layak dan aman sanitasi
ditunjukkan dengan tingginya angka BABS
Akses Layak
20%
di tempat terbuka dan BABS tertutup
Akses Belum Layak • Belum optimalnya pendanaan
pengembangan sektor sanitasi
9,36% BABS 0% BABS Buang Air Besar • Rendahnya jumlah kab/kota yang memiliki
lembaga pengelola air limbah domestik:
0%
Sembarangan (BABS)
2018* 2024 di Tempat Terbuka hanya 13,4% kab/kota yang sudah memiliki
Sumber: Susenas KOR 2018, diolah Bappenas berdasarkan SDGs
lembaga layanan air limbah domestik50
Sumber : Bappenas, 2020
Mendorong Konsekwensi Perubahan Mega Paradigma Bermukim (Perubagan Prilaku Hidup Sehat (35%)
yang Didukung Oleh Prasarana Dasar Bermukim Yang Layak (40%)  Menuju Aman-Sehat 75%)
Prilaku + Budaya Baru Serta Lingkungan Baru

1. Perubahan Prilaku Hidup Sehat  PHBS Sejak


1996  Ada Momentum
PERUBAHAN PARADIGMA 2. Standar Luasan Rumah ( vs Daya Dukung
RUMAH & LINGKUNGANNYA : Ruang/Lahan)  Vertical Jepang
3. Standar Desain Fungsi Ruang  Kerja, Pendidikan,
1. Tempat Berlindung Usaha, Ibadah
2. Tempat Persemaian Budaya 4. Standar Kesehatan (Penghawaan, Pencahayaan, dll)
& Prilaku  Standar AC Covid-19 (AC Sekarang Konon ++ Sebaran)
3. Tempat Interaksi Sosial 5. Standar Keselamatan (Struktur Bangunan, Bahan
4. Tempat Usaha (Rumah Bangunan Yang Tidak Mudah Menularkan Wabah)
Produktif)  Online 6. Standar Air Minum (Revisi Standar Pemakaian Air
5. Tempat Belajar Minum & Air Bersih)  Ketersedian Air baku 
6. Tempat Kerja Tabungan Air  Kawasan Lindung
7. Tempat Ibadah 7. Standar Sanitasi (Revisi Standar Limbah Domestik) 
8. Tempat Isolasi (RS) Ditemukan Virus Covid-19 di Tinja
8. Standar Sampah  Momentum Zero Waste 
(Pengelolaan sampah Plastik Meningkat +Limbah
Rumah Tangga  Medis + B3)  Desain
TPS/TPST/TPA  Konvensional  Sanitary Lanfil
(+ B3), bagaimana Memilah di rumah Tangga-nya
9. Standar Ruang Terbuka Hijau (BCR dirubah, 1 orang 3
pohon, RTH >30%  20% Publik + 10% Private)
Perubahan Prilaku (35%)  GAYA HIDUP BARU :
 Budaya Masker, Jaga Jarak Di Area Publik
(Kereta Jepang)

Less Waste  Sampah RT Covid (+B3)


PISMAN (Kota Bandung)

Perubahan Standar Pelayanan Lingkungan, Infrastruktur Bermukim (40%) :

• SPM = Standar Pelayanan Minimal  75%  Aman Menuju Sehat


• SPP = Standar Pelayanan Prima

Tangga Kesejahteraan Bermukim Indonesia Melalui Rumah:


Konklusi Materi Hari Ini
Refleksi Potensi, Tantangan, Isu & Masalah PKP

54
TANTANGAN KEBIJAKAN vs OPERASIONAL DAN
TANTANGAN MAKRO – MIKRO PENYELENGGARAAN PKP

UU
23/2014
Pemda

GRAND DESIGN PKP (X) RENSTRA


ROADMAP PKP (X) RENJA
TANTANGAN MISSMATCH : RANTAI PASOK PKP
“Perumahan bukanlah sebuah produk, namun sebuah proses.
Perumahan bukan sesuatu yang dapat diselesaikan dalam satu
waktu bergantung pada sebuah rencana, namun dibangun secara
bertahap, sebagai kebutuhan rumah tangga dan perubahan
sumber daya” (UNESCAP)

PEMENUHAN BERTAHAP SESUAI PERKEMBANGAN


KEBUTUHAN DAN KEMAMPUAN

Sumber : Bappenas 2019


Antara Harapan dan
Kenyataan
Sejauh ini tidak ada system di dunia yang secara
sempurna dapat memenuhi atau menyediakan
semua kebutuhan yang berbeda-beda akan
perumahan. Hampir selalu terjadi kekurangan dan
kelebihan dan banyak juga rumah tangga yang
tinggal dalam perumahan yang tidak sesuai
dengan apa yang mereka butuhkan, inginkan, atau
yang mampu mereka beli. (UNESCAP)

Sumber : Bappenas 2019


1. SANDANG
• P2KP 2. PANGAN
• PNPM 3. PAPAN
• CO-BILD 4. PENDIDIKAN
• KIP I • NUSP 5. KESEHATAN
6. TRANSFORTASI &
REKREASI

PKP 1.0 PKP 2.0 PKP 3.0 PKP 4.0 MASYARAKAT


FISIK TRIBINA TRIDAYA Kolaborasi.?? SEJAHTERA

BSPS
• KIP II Hunian Layak,
SUBSIDI-SUBSIDI
• KIP III Lingkungan Layak
FLPP, BP2BT, KOTAKU, DLL
• P3KT
• P2PP
• P2LDT
• P2BPK
MEMASTIKAN SEMUA MASYARAKAT (TERUTAMA MBR) PUNYA AKSES

Sumber : Bappenas 2019


INTERVENSI UMUM
PEMERINTAH DALAM
PEMBANGUNAN
SUBSIDY PERUMAHAN DAN
PERMUKIMAN
Termasuk di dalamnya regulasi
perizinan, tata ruang dan
pertanahan
PAJAK REGULASI

Sumber : Bappenas 2019


Langkah Strategis yang Diperlukan

FORMULASI Equity and Fairness Progressif Effective and Efficient Avoiding Bias
BERBAGAI STRATEGI Untuk semua Orang yang lebih Mencari program Menghindari bias vertikal-
DAN segmentasi dalam mampu diberi yang memiliki daya horizontal dan
PENGEMBANGAN pemberian subsidi/ bantuan lebih sedikit ungkit terbesar kepentingan politik.
PROGRAM bantuan

PENYEDIAAN POLICY Regulasi yang Kelembagaan


SUPPORT SYSTEM
diperlukan dan
YANG LENGKAP
Instrumennya

Sumber : Bappenas 2019


KUALITAS DATA BIDANG PKP  PERENCANAAN PEMBANGUNAN &
PENGANGGARAN PELAKU PKP  KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

 Peningkatan hasil-hasil pembangunan yang


dirasakan/diterima masyarakat ditentukan oleh kualitas
Sistem Perencanaan Sistem Pengelolaan APBD dan pengelolaannya;
Pembangunan Daerah Keuangan Daerah
 Kualitas penganggaran (APBD) ditentukan oleh kualitas
perencanaan pembangunan daerah;
 Kualitas perencanaan pembangunan antara lain ditentukan
oleh sejauh mana dokumen perencanaan dapat
memecahkan permasalahan & menjawab isu strategis
Kesejahteraan pembangunan (perencanaan yang responsif dan
Masyarakat
operasional)
 Kualitas Dokumen Perencanaan salah satunya ditentukan
oleh Kualitas Data Yang Valid dan Up to date (Baseline 
Futureline)  Disinilah Peran Pendataan Risat Pasar 
Penyediaan Hunian Yang Sesuai Dengan Kebutuhan dan
Kemampuan Masyarakat
63
Baiti Jannati Home Sweet Home
BAHAGIA
• Fungsional √
SEJAHTERA • Emosional
• Rumah Tempat Persemaian Budaya
• RTH
• Rumah Sehat Produktif (Covid-19)
• Fasos/Fasum • LIVELIHOOD
• PSU • LINGKUNGAN LAYAK & SEHAT • keselamatan,
• RUMAH LAYAK & SEHAT • kesehatan, SLF
• kenyamanan, dan SPM
• kemudahan

5 HAK DASAR BERMUKIM 5 HDS 6 TUGAS PEMERINTAH


Tata Ruang, Tanah , Infrastruktur Lahan, Infrastruktur, Bahan Menurunkan : Backlog, RTLH, Kumuh
Dasar, Bangunan & Bahan Bangunan, Bangunan, Tenaga Kerja, Meningkatkan : Daya Beli / Daya Cicil / Daya Sewa,
Pembiayaan Keswadayaan Masyarakat, Kemitraan dan Kolaborasi
Pembiayaan Pelaku PKP
• Penyelamatan : 2020
• Pemulihan : 2021
• Penormalan : 2023

AKAR PERSOALAN (KLASIK) (NEW) TANTANGAN COVID-19 (Kapan Berakhir…?)


Rumah Sebagai Tempat : Berlindung, Interaksi Sosial-Budaya,
ISU / TANTANGAN / KENDALA / HAMBATAN PKP
Pendidikan, Kerja, Ibadah, Usaha, dll
Sekian, Semoga Bermanfaat….!!
Encep R Marsadi, Founder#Klinik Rumah Indonesia
Kontak : 0822.3433-3435
65

Anda mungkin juga menyukai