Anda di halaman 1dari 9

TUGAS

ORGANISASI MANAJEMEN DAN PERILAKU ORGANISASI

Dosen:
Dr. Syahrir A. Pasinringi, MS.

Oleh:

Nama : Nurunnisa Yustikarini

NIM : K022221034

PROGRAM STUDI MAGISTER ADMINISTRASI RUMAH SAKIT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022
1. Beberapa Definisi Dari Perilaku Organisasi
 Larry L.Cummings. Perilaku Organisasi yaitu Suatu cara berpikir, suatu cara untuk
memahami persoalan-persoalan dan menjelaskan secara nyata hasil-hasil penemuan
berikut tindakan-tindakan pemecahan. Larry L. Cummings juga menekankan bahwa
perilaku organisasi adalah suatu cara berpikir, penemuan beserta tindakan-tindakan
pemecahan.

 Joe Kelly. perilaku organisasi dapat dipahami lewat suatu penelaahan dari bagaimana
organisasi itu dimulai, tumbuh, dan berkembang, dan bagaimana pula suatu struktur,
proses, dan nilai dari suatu sistem tumbuh bersama-sama yang memungkinkan mereka
dipelajari dan disesuaikan pada lingkungan. Pandangan ini memperlakukan organisasi
sebagai suatu sistem tempat tinggal (a living system), sebagai suatu raksasa “amoeba”
yang hidup di tempat tinggalnya sendiri.

Pengertian dari rumusan Kelly menjelaskan bahwa perilaku organisasi didalamnya


terdapat interaksi dan hubungan antara organisasi di satu pihak dan perilaku individu
di pihak lain. Selain hal tersebut, untuk memahami perilaku organisasi sementara
sarjana berpendapat, sebaiknya diketahui dari ilmu perilaku itu sendiri (behavioral
science). Ilmu ini mencoba menelaah perilaku secara sistematis.

 Thoha, Perilaku organisasi merupakan suatu studi yang menyangkut aspekaspek


tingkah laku manusia dalam suatu organisasi atau suatu kelompok tertentu. Perilaku
organisasi meliputi aspek yang ditimbulkan dari pengaruh organisasi terhadap
manusia, serta aspek yang ditimbulkan dari pengaruh manusia terhadap aspek
organisasi. Menurut Thoha, berbagai definisi tentang perilaku organisasi selalu
bermula dari perilaku manusia dan atau lebih banyak menekankan pada 5 aspek-aspek
psikologi dari tingkah laku individu

 Fred Luthans, perilaku organisasi merupakan pemahaman, prediksi, dan manajemen


perilaku manusia dalam organisasi.
Perilaku organisasi adalah secara langsung berhubungan dengan pengertian, ramalan,
dan pengendalian terhadap tingkah laku orang-orang di dalam suatu organisasi, dan
bagaimana perilaku orang-orang tersebut mempengaruhi usaha-usaha pencapaian
tujuan oragnisasi.

2. Penjelasan terkait Good Governance dalam Rumah Sakit Good Clinical Governance

Tata Kelola Rumah Sakit atau Klinis sudah dirumuskan dalam UU sehingga dapat
dijadikan semacam “Pintu Masuk” untuk menerbitkan Pedoman maupun Standar tata
kelola yang baik. Selama ini masing-masing Rumah Sakit sudah memiliki Standar
Prosedur Operasional atau yang biasa disingkat SOP (Standard Operating Procedure)
yang menjadi rujukan utama dalam melakukan berbagai tindakan seperti medis,
pengadaan obat, pengadaan alat kesehatan dsb. Rumah sakit yang baik bahkan sudah
memiliki sertifikasi ISO.

a. Good Corporate Governance


Konsep Good Corporate Governance baru populer di Asia dan berkembang sejak tahun
1990-an dan baru dikenal di Inggris pada tahun 1992 dan negara-negara maju yang
tergabung dalam kelompok OECD (kelompok negara-negara maju di Eropa Barat dan
Amerika Utara) mempraktikkan pada tahun 1993. Komite Nasional Kebijakan
Coroporate Governance (KNKCG) berpendapat bahwa perusahaan – perusahaan di
Indonesia mempunyai tanggung jawab untuk menerapkan standar Good Corporate
Governance (GCG).

Dalam UU tentang Rumah Sakit (UU no. 44 tahun 2009) penjelasan pasal 36 disebutkan
bahwa Tata Kelola Rumah Sakit yang baik adalah penerapan fungsi-fungsi manajemen
rumah sakit berdasarkan prinsip TARIK (Transparansi, Akuntabilitas, Responsibilitas,
Independensi dan Kewajaran) yang identik dengan prinsip Good Governance.
Tata kelola organisasi yang baik (Good Corporate Governance) bagi rumah sakit
merupakan langkah awal yang dapat dilakukan untuk dapat mengikuti landscape yang
berubah dan akan selalu berubah. Tata kelola organisasi rumah sakit yang baik dapat
membuat seluruh stakeholder rumah sakit merasakan keadilan (fairness) transparansi
(transparency), kemandirian (independency), akuntabilitas (accountability) dan
pertanggungjawaban (responsibility) sehingga setiap organ rumah sakit dari bawah
sampai tingkat atas dapat berjalan dengan baik. Rumah sakit yang berjalan dengan
seluruh aktivitasnya yang baik diharapkan akan lebih dapat bertahan dan
mengembangkan dirinya sesuai landcapenya serta mencapai visi dan misi rumah sakit.

b. Good Clinical Governance

Clinical Governance didefinisikan sebagai kerangka kerja dalam sebuah institusi atau
organisasi pelayanan kesehatan yang bertanggung jawab atas peningkatan mutu
pelayanan secara berkesinambungan dan mampu menjaga standar pelayanan yang tinggi
dengan menciptakan lingkungan yang kondusif. Pengembangan Clinical governance
memerlukan peran aktif dari semua pihak agar tercipta mutu dan profesionalisme
pelayanan kesehatan. Selanjutnya clinical governance bertugas memastikan bahwa
terdapat sistem untuk memonitor kualitas pelayanan yang berfungsi dengan baik dan
berdampak positif terhadap meningkatnya kepercayaan pasien sehingga rumah sakit
mampu eksis dan berkompetisi dalam persaingan global.

Tata Kelola Klinis yang baik adalah penerapan fungsi manajemen klinis yang meliputi
kepemimpinan klinik, audit klinis, data klinis, risiko klinis berbasis bukti, peningkatan
kinerja, pengelolaan keluhan, mekanisme monitor hasil pelayanan, pengembangan
profesionalis dan akreditasi rumah sakit. (UU no. 44 tahun 2009 penjelasan pasal 36)

Prinsip dasar dalam clinical governance adalah mengembangkan sistem untuk


meningkatkan mutu klinik (rumah sakit) sebagaimana tujuan dari clinical governance
adalah untuk peningkatan kualitas pelayanan kesehatan. Peningkatan mutu dengan cara
memadukan pendekatan manajemen, organisasi, dan klinik secara bersama (Roland, dkk
2001).

Good Clinical Governance memiliki prioritas strategis sesuai dengan 7 domain Standards
for Better Health. Ketujuh domain tersebut adalah keselamatan (safety), efektivitas
klinik dan biaya (clinical and cost effectiveness), managerial dan kepemimpinan
(governance), berfokuskan pasien (patient focus), pelayanan yang terjangkau dan
responsive (accessible and responsive care), lingkungan perawatan (care environment
and amenities), dan kesehatan masyarakat (public health).

Clinical governance bertugas memastikan bahwa tersedia sistem untuk memonitor


kualitas praktik klinik yang berfungsi dengan baik, selalu dievaluasi dan hasil
evaluasinya digunakan untuk melakukan perbaikan. Sumber daya utama dalam aplikasi
clinical governance adalah para personel dalam sistem baik para staf, tenaga medis dan
non medis, termasuk pemilik. Diperlukan suatu strategi untuk merubah kebiasaan &
kultur guna meningkatkan kualitas dalam pelayanan.
Strategi-strategi Clinical governance diterapkan dalam the seven pillars, yaitu:
1. Patient and public involvement
2. Clinical risk management
3. Clinical audit
4. Clinical effectiveness
5. Staffing and staff management
6. Education, training and continous professional development
7. Use of information to support clinical govrence and healthcare delivery

Clinical Governance (CG) adalah suatu cara atau sistem penjaminan dan peningkatan
mutu pelayanan klinik yang efisien. Secara konsep komponen utama CG terdiri dari :
Akuntabilitas yang jelas bagi mutu pelayanan, adanya kegiatan peningkatan mutu yang
berkesinambungan, kebijakan manajemen resiko, identifikasi prosedur profesi beserta
perbaikannya. Bila implementasi CG dilakukan beberapa keuntungan yang dapat
diperoleh :
1. Komplain Pasien makin kecil (Fewer patient complaints)
2. Berkurangnya variasi prosedur klinis yang tidak sesuai (Less unjustified variation
in clinical practice)
3. Berkurangnya penggunaan penunjang diagnostic yang inefektif (Less use of
ineffective investigations and treatments)
4. Pemberdayaan sarana yang ada menjadi lebih baik (Better use of resources)
5. Meningkatnya kepuasan pasien (Increased patient satisfaction)
6. Terdokumentasinya prosedur klinis dengan lebih baik (Documented changes in
clinical practices)
7. Perkembangan spesifik pada perawatan pasien (Specific improvements in patient
care)
8. Lebih dekatnya teamwork antara manajer dan dokter (Closer working between
clinicians and managers)
9. Budaya perusahaan kearah lebih baik (Positive changes in organizational culture)
10. Perbaikan manajemen perubahan di manajemen klinis (Better at managing
changes in clinical practice)
11. Manajemen lebih mengetahui tentang kualitas dari pelayanan

3. Formularium Nasional

Formularium Nasional (FORNAS) merupakan daftar obat terpilih yang dibutuhkan dan
digunakan sebagai acuan penulisan resep pada pelaksanaan pelayanan kesehatan dalam
penyelenggaraan program jaminan kesehatan. Dalam hal obat yang dibutuhkan tidak
tercantum dalam FORNAS, dapat digunakan obat lain secara terbatas berdasarkan
persetujuan Kepala atau Direktur Rumah Sakit setempat. Setiap perubahan dalam Lampiran
ini ditetapkan oleh Menteri Kesehatan setelah mendapat rekomendasi dari Komite Nasional
Penyusunan Formularium Nasional.

FORNAS merupakan daftar obat terpilih yang dibutuhkan dan harus tersedia di fasilitas
pelayanan kesehatan dalam rangka pelaksanaan JKN. Dalam hal obat yang diperlukan tidak
tercantum dalam FORNAS maka dapat digunakan obat lain secara terbatas berdasarkan
persetujuan komite medik atau Direktur Utama Rumah Sakit setempat14. Obat yang termuat
dalam FORNAS adalah obat yang telah dipilih dengan mempertimbangkan mutu, khasiat dan
biaya yang paling efisien dan diharapkan mampu mengatasi 80% penyakit yang diderita oleh
masyarakat. Selain itu, FORNAS juga telah mengatur jenis obat yang dapat digunakan di
setiap tingkatan fasilitas kesehatan (TK1, TK2, TK3), dosis serta peresepan maksimal yang
dapat diberikan sebagai upaya untuk mencegah penggunaan obat yang tidak rasional. Dalam
perjalanannya, sejak diterbitkan pertama kali pada 2013, FORNAS telah mengalami
beberapa kali perubahan baik penambahan/pengurangan item/sediaan maupun penambahan/
pengurangan retriksi penggunaan untuk mengakomodasi kebutuhan JKN. Berikut tabel yang
memperlihatkan regulasi FORNAS dan perubahannya.

FORNAS sebagaimana telah ditetapkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor


HK.01.07/MENKES/659/2017 tentang Formularium Nasional sebagaimana telah beberapa
kali diubah, terakhir dengan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
HK.01.07/MENKES/707/2018, perlu disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi serta perkembangan hukum sesuai kajian pola penyakit yang terjadi di
masyarakat. Serta aturan terbaru yakni Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor Hk.01.07/Menkes/813/2019 Tentang Formularium Nasional yang berisi Lampiran
Fornas dan juga adanya aturan terbaru Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor Hk.01.07/Menkes/200/2020 Tentang Pedoman Penyusunan Formularium Rumah
Sakit.

4. Human Capital vs MSDM

Human Capital Management (HCM) adalah upaya untuk mengelola dan mengembangkan
kemampuan manusia untuk mencapai tingkat kinerja yang lebih tinggi. (Chatzkel, 2004).
HCM didefinisikan sebagai serangkaian kegiatan tersistemasi yang berkaitan dengan
bagaimana memperoleh, menganalisis dan melaporkankan data yang menginformasikan nilai
tambah strategis dan keputusan operasional yang dituangkandalam proses manajemen orang-
orang di tingkat korporasi hingga tingkat manajemenlapangan untuk mencapai tingkat kinerja
perusahaan yang lebih tinggi.

Berdasarkan definisi tersebut, dapat dirumuskan 4 tujuan utama dalam HCM, yaitu sebagai
berikut.

 Menentukan seperti apa dampak dari orang-orang di dalam organisasi sertakontribusi


mereka terhadap masyarakat;
 Menunjukkan bahwa praktek hr menghasilkan nilai dalam uang, misalnya,
pengembalian investasi (ROI).
 Memberikan bimbingan pada masa depan sdm dan pemngembangan
strategiorganisasi;
 Menyediakan data diagnostik serta prediksi yang akan memberikan informasi
untukstrategi dan praktek yang dirancang dalam rangka meningkatkan efektivitas
manajemen sdm di dalam organisasi

Human Resource Management atau Manajemen sumber daya manusia didefinisikan sebagai
pendekatan strategis dan koheren untuk pengelolaan aset paling berharga yang dimiliki
organisasi yaitu orang-orang yang bekerja di sana yang secara individual dan kolektif
berkontribusi pada pencapaian tujuan. Manajemen sumber daya manusia merupakan
manajemen yang menitikberatkan perhatiannya kepada faktor produksi manusia dengan
segala kegiatannya untuk mencapai tujuan perusahaan. Sumber daya manusia merupakan
investasi yang memegang peranan penting bagi perusahaan. Tanpa adanya sumber daya
manusia, faktor produksi lain tidak dapat dijalankan dengan maksimal untuk mencapai tujuan
perusahaan. Tujuan utama dari manajemen sumber daya manusia adalah untuk memastikan
bahwa organisasi mampu mencapai keberhasilan melalui orang.
1. Baca permenkes no 56 thn 2014 standar alkes
2. Baca regulasi sarana prasarana, sdm, tenaga kerja yang harus dan wajib di rs
3. Baca konsep OCB
4. Baca teori2 tentang perkembangan (evolusi teori manajemen)

Anda mungkin juga menyukai