TAHUN 2020
IDENTITAS PENYULUH AGAMA KRISTEN NON PNS
2020
7. Lokasi / Sasaran Penyuluh : GKJ Sumberagung dan warga Kristini (Oikumene) Kec. Jetis
8. Kelurahan : Sumberagung
9. Kecamatan : Jetis
TEMPAT
NAMA : Gatot Isriady : Gereja Kristen Jawa Sumberagung dan sekitar
PENYULUH
NO. Urut SK : ALAMAT : Ds. Sawo, Sumberagung, Jetis, Bantul
DESA : Sumberagung
KOTA : Bantul
1. Persekutuan Pemuda
BULAN MEI
NO Hari/Tanggal Wkt Materi Penyuluhan/ Uraian kegiatan Peseta Tujuan peyuluhan Keterangan
1 Sabtu, Meniti Masa Depan di Masa Pandemi Kaum Pemuda mampu Di Gedung GKJ Sumberagung
memahami akan kesetaraan (Tidak terlaksana)
Kegiatan : dan peran gender sehingga
Mengajak semua pemuda berdo’a (untuk mampu memberikan
penghargaan dan
mengawali kegiatan pembelajaran)
perlindungan atas hak-hak
Melakukan komunikasi tentang kehadiran perempuan dan anak
pemuda
Mengajak berdinamika dengan membaca
Alkitab dan sharing tentang tantangan
pemuda saat ini
Dilanjutkan dengan bernyanyi syair lagu,
Tanya jawab dan doa penutup
Tema renungan :
Bacaan : 1 Samuel 3 : 1 - 9
“Samuel yang muda itu menjadi pelayan Tuhan
di bawah pengawasan Eli”
2 Sabtu, Menghargai diri dengan sehat jasmani dan Di Gedung GKJ Sumberagung
rohani (Tidak terlaksana)
Kegiatan :
Mengajak semua pemuda berdo’a (untuk
mengawali kegiatan pembelajaran)
Melakukan komunikasi tentang kehadiran
pemuda
Mengajak berdinamika dengan membaca
Alkitab dan sharing tentang tantangan
iman di era modern
Dilanjutkan dengan bernyanyi syair lagu,
Tanya jawab dan doa penutup
Tema renungan :
Bacaan : Yosua 1 : 1 - 11
“Jangan engkau lupa memperkatakan kitab
Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan
malam…sebab dengan demikian perjalananmu
akan berhasil….”
3 Sabtu, Meningkatkan rasa empati dan simpati Di Gedung GKJ Sumberagung
(tidak terlaksana)
Kegiatan :
Mengajak semua pemuda berdo’a (untuk
mengawali kegiatan pembelajaran)
Melakukan komunikasi tentang kehadiran
pemuda
Mengajak berdinamika dengan membaca
Alkitab dan sharing tentang tantangan
iman di era modern
Dilanjutkan dengan bernyanyi syair lagu,
Tanya jawab dan doa penutup
Tema renungan :
4 Sabtu, 4 Mei Apa itu Lockdown yang sesungguhnya bagi kita Pemuda memahami arti Di Gedung GKJ Sumberagung
Kegiatan : penting pertobatan dan (tidak terlaksana)
Mengajak semua pemuda berdo’a (untuk mengarahkan hati kepada
mengawali kegiatan pembelajaran) pewartaan Tuhan tentang
Melakukan komunikasi tentang kehadiran Kerajaan Sorga
pemuda
Mengajak berdinamika dengan membaca
Alkitab dan sharing tentang tantangan
iman di era modern
Dilanjutkan dengan bernyanyi syair lagu,
Tanya jawab dan doa penutup
Tema renungan :
Bacaan : 1 Korintus 12 : 1 - 11
“Ada rupa-rupa karunia, tetapi satu Roh. Dan
ada rupa-rupa pelayanan, tetapi satu Tuhan”
Gatot Isriady
2. Persekutuan Remaja
BULAN MEI
NO Hari/Tanggal Wkt Materi Penyuluhan/ Uraian Penyuluhan Peserta Tujuan Penyuluhan Keterangan
1 Minggu, Masih ada harapana di masa mendatang Kaum Remaja mampu Di Ruang SM Remaja GKJ
mengenali konsep dirinya, Sumberagung
Kegiatan : kelebihan dan (tidak terlaksana)
Mengajak semua pemuda berdo’a (untuk kekurangannya, serta tujuan
mengawali kegiatan pembelajaran) hidupnya.
Melakukan komunikasi tentang kehadiran
pemuda
Mengajak berdinamika dengan membaca
Alkitab, beraktifitas dan sharing
Dilanjutkan dengan bernyanyi syair lagu,
Tanya jawab dan doa penutup
Renungan : Belajar dari Kegagalan
Bacaan : Yohanes 14 : 25 - 26
“…Dialah yang akan mengajarkan segala
sesuatu kepadamu dan akan mengiatkan kamu
akan semua yang telah Kukatakan
2 Minggu, Menghibur diri dan orang lain (mulai dari diri
sendiri)
Kegiatan :
Mengajak semua pemuda berdo’a (untuk
mengawali kegiatan pembelajaran)
Melakukan komunikasi tentang kehadiran
pemuda
Mengajak berdinamika dengan membaca
Alkitab dan sharing
Dilanjutkan dengan bernyanyi syair lagu,
Tanya jawab dan doa penutup
3 Minggu, Mulutmu adalah maskermu
Kegiatan :
Mengajak semua pemuda berdo’a (untuk
mengawali kegiatan pembelajaran)
Melakukan komunikasi tentang kehadiran
pemuda
Mengajak berdinamika dengan membaca
Alkitab dan sharing
Dilanjutkan dengan bernyanyi syair lagu,
Tanya jawab dan doa penutup
Bacaan : Matius 28 : 16 - 20
“… dan ajarlah mereka melakukan segala
sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu.”
4 Minggu, Gaya Hidup Sehat Jasmani dan Rohani
Kegiatan :
Mengajak semua pemuda berdo’a (untuk
mengawali kegiatan pembelajaran)
Melakukan komunikasi tentang kehadiran
pemuda
Mengajak berdinamika dengan membaca
Alkitab dan sharing
Dilanjutkan dengan bernyanyi syair lagu,
Tanya jawab dan doa penutup
Tema renungan:
Tantangan Iman Kristen (nilai-nilai Kristiani)
Mengetahui Bantul, 30 Mei 2020
Pengurus SM Remaja GKJ Sumberagung Penyuluh Agama Kristen Non PNS
Gatot Isriady
3. Persekutuan Keluarga Kristen Oikumene
BULAN MEI
NO Hari,Tanggal Materi Penyuluhan/ Uraian Kegiatan Tempat Peserta Tujuan Penyuluhan
1 Rabu, Persekutuan kasih di masa krisis Rumah Jemaat Diharapkan kehidupan para
Kegiatan : Gereja Lokal keluarga sehingga setiap anggota
Mengajak semua jemaat berdo’a (untuk (belum keluarga mampu mencintai dengan
mengawali kegiatan pembelajaran) terlaksana) kebenaran. Keluarga yang penuh
Memuji Tuhan memakai (KPK) Kidung cinta pada gilirannya membentuk
Pasamuan Kristen persekutuan yang juga mencintai
Mengajak berdinamika dengan membaca dengan kebenaran
Alkitab dan sharing
Dilanjutkan dengan persembahan diiringi lagu
pujian, dan doa penutup
Gatot Isriady
4. Persekutuan Sekolah Minggu GKJ Sumberagung
Gatot Isriady
LAPORAN PENYULUH AGAMA KRISTEN NON PNS
TATAP MUKA PENYULUHAN
TEMPAT
NAMA : Gatot Isriady : Gereja Kristen Jawa Sumberagung dan sekitar
PENYULUH
NO. Urut SK : ALAMAT : Ds. Sawo, Sumberagung, Jetis, Bantul
DESA : Sumberagung
KOTA : Bantul
1. Persekutuan Pemuda
BULAN JUNI
NO Hari/Tanggal Wkt Materi Penyuluhan/ Uraian kegiatan Peseta Tujuan peyuluhan Keterangan
1 Sabtu, Masa krisis bukan berarti pengharapan tipis Di Gedung GKJ Sumberagung
Kegiatan : (tidak terlaksana)
Mengajak semua pemuda berdo’a (untuk
mengawali kegiatan pembelajaran)
Melakukan komunikasi tentang kehadiran
pemuda
Mengajak berdinamika dengan membaca
Alkitab dan sharing
Dilanjutkan dengan bernyanyi syair lagu,
Tanya jawab dan doa penutup
Tema renungan:
Bacaan : Roma 14 : 1 - 12
“Demikian setiap orang di antara kita akan
memberi pertanggungan jawab tentang dirinya
sendiri kepada Allah”
Roma 14 : 12
Gatot Isriady
1. Persekutuan Remaja
BULAN JUNI
NO Hari/Tanggal Uraian kegiatan Peseta Tujuan peyuluhan Keterangan
Wkt
1 Sabtu, Mengasah Talenta Di Gedung GKJ Sumberagung
Kegiatan : (tidak terlaksana)
Mengajak semua pemuda berdo’a (untuk
mengawali kegiatan pembelajaran)
Melakukan komunikasi tentang kehadiran
pemuda
Mengajak berdinamika dengan membaca
Alkitab dan sharing
Dilanjutkan dengan bernyanyi syair lagu,
Tanya jawab dan doa penutup
Tema renungan:
Mengembangkan minat dan bakat pada masa muda
Gatot Isriady
2. Persekutuan Keluarga Kristen (Oikumene)
BULAN JUNI
NO Hari/Tanggal Wkt Materi Peseta Tempat Tujuan Penyuluhan
Penyuluhan
1 Rabu, JUNI LOCKDOWN (Komunikasi,sharing informasi - Diharapkan kehidupan para keluarga
Pk.19.00-Selesai terkini,saling menguatkan) via WA grop sehingga setiap anggota keluarga mampu
mencintai dengan benar. (Penghayatan
2 Rabu, JUNI - Paskah)
Pk.19.00-Selesai
3 Rabu, JUNI -
Pk.19.00-Selesai
Gatot Isriady
3. Persekutuan SM Anak
BULAN JUNI
NO Hari/Tanggal Uraian kegiatan Peseta Tujuan peyuluhan Keterangan
Wkt
1 Minggu, Membuka pelajaran dengan menyapa dan Tujuan Pembelajaran Di Gedung GKJ Sumberagung
memberi link ibadah online Umum :
Anak didik diajak berdoa untuk mengawali Agar anak dapat
pelajaran mengetahui bahwa
penyuluh bertanya pada anak sekolah minggu Tuhan memberi kuasa
tentang arti hidup sehat jasmani dan rohani untuk mengatur hidup
penyuluh menyuruh anak sekolah minggu ini dan dapat hidup
menyebutkan macam-macam unsur ibadah saling berbagi kepada
Penutup sesama dan mengasihi
penyuluh meminta agar anak Tuhan
sekolah minggu mempelajari lagi pelajaran
yang sudah dijelaskan
penyuluh memberi tugas untuk
belajar di rumah tentang pelajaran yang sudah
dijelaskan
Doa penutup pelajaran
Tema renungan:
2 Minggu,
3 Minggu,
A. Problematika Keluarga
Keluarga yang bahagia bukanlah keluarga yang tanpa konflik, tanpa masalah. Masalah akan
selalu muncul dan selalu ada. Keluarga yang bahagia ialah keluarga yang dapat mengelola setiap
problem kehidupan/konflik yang muncul dalam keluarga mereka. Pernikahan merupakan
pertemuan dua pribadi yang berbeda dan unik untuk saling berbagi hidup. Perbedaan diantara
dua pribadi itu tidak dapat dihindari. Mereka hidup terpisah lebih kurang 20 – 25 tahun, dan
selama jangka waktu itu mereka telah mengembangkan selera, kesukaan, kebiasaan, kesenangan
dan ketidaksenangan serta nilai-nilai hidup yang dipegangnya.Sangat tidak masuk akal apabila
kita menuntut dua orang – yang karena menikah – harus selalu melakukan hal yang sama dengan
cara yang sama dan pada waktu yang sama.
Faktor pemicu masalah keluarga
Kadangkala masing-masing pribadi dapat menjadi pesaing, seperti juga penolong dan pelengkap
bagi pasangannya. Setiap pasangan harus menghindari sikap menjauhkan diri yang sering
muncul ketika konflik terjadi; dan membenahi hubungan mereka supaya tidak ada lagi sakit hati,
keinginan untuk saling membalas atau saling menuduh. Untuk dapat mencapai hal itu,
perbedaan-perbedaan harus didiskusikan secara terbuka. Sehingga komunikasi yang baik dapat
dipulihkan. Reaksi kemarahan memang tak dapat dihindari dalam kehidupan seseorang, tetapi
yang paling penting adalah apa yang diperbuat seseorang dengan amarahnya itu.”
Ada beberapa faktor yang berubah pada lembaga pernikahan yang dapat menimbulkan masalah
dalam kehidupan rumah tangga,antara lain yaitu:
1. Seks
Alkitab memiliki hal-hal yang penting untuk dikatakan mengenai kelajangan, pernikahan dan
seks. Karenanya gereja harus mengajarkan topik ini, dan juga kebenaran Trinitas yang Suci,
masa-masa akhir dan Anugerah yang tidak dapat ditolak. Gereja mengajarkan topik-topik ini
dalam khotbah, dalam kelas-kelas katekisasi, dalam kelas-kelas persiapan sebelum menikah
(premarital) dan (kini) dalam tulisan. Orangtua yang bijak juga akan membicarakannya kepada
anak-anak mereka dalam masalah ini sebagaimana Salomo juga membicarakannya kepada
anaknya dalam Amsal (mis, Ams. 2:16-19, 5:3-23; 6:24-35; 7:6-27; 9:13-18).
Tentu saja, tingkah laku dan juga persoalan dari ajaran Kristen pada pernikahan dan seks sangat
berbeda dari hal yang dari dunia. Kita tidak bertujuan untuk berlagak alim, maupun berpura-pura
munafik. Malahan kita memberitakan ajaran alkitabiah mengenai seksualitas secara murni dan
otoritatif.
Yesus Kristus adalah Tuhan, dan ini berarti bahwa Dia adalah Tuhan dari pernikahan dan tempat
tidur itu juga. Ia memiliki hal-hal untuk dikatakan di sini. Karenanya cita-cita kista adalah
memuliakan Allah dalam Yesus Kristus dan pengabdian dari orang-orang kudus. Dalam
kerangka ini dan dengan semangat ini, marilah kita mempertimbangkan tugas seks dalam
pernikahan.
I Korintus 7:3 berkata mengenai suami dan istri mengenai ”memenuhi kewajibannya” kepada
satu sama lain: ”Hendaklah suami memenuhi kewajibannya terhadap isterinya, demikian pula
isteri terhadap suaminya”. ”Memenuhi kewajibannya” ini tidak berarti bahwa suami dan istri
sekadar harus menunjukan kebaikan satu dengan yang lain pada pengertian umum. Pikirkanlah
konteks tersebut. Suatu tujuan pernikahan adalah untuk ”menghindari percabulan” (2). Dalam
pernikahan, pasangan anda mempunyai otoritas atas tubuhmu, khususnya dalam pernikahan di
tempat tidur (4). ”Saling menjauhi” dalam ayat 5 mengacu pada tidak adanya penguasaan
seksual diri. Maka “memenuhi kewajibannya” dalam I Korintus 7:3, khususnya mengacu pada
kebaikan memenuhi tugas kepada pasangan kita dalam persetubuhan seksual.
“Kewajiban” seksual ini adalah “pemenuhan” bagi pasangan/istri anda. Hal itu adalah hutang,
yang terkadang anda berhutang kepada suami atau istri anda. Hal ini bukanlah sekadar suatu
perkenanan akan anda relakan jikalau pasangan anda telah berbuat baik. Jelaslah ada beberapa
orang, sekalipun mengalami usia lanjut atau kecacatan, dsb. yang tidak mampu memenuhi
hutang ini, tetapi pasangan-pasangan orang Kristen harus membayar hutang tersebut pada
umumnya. Adakah anda sudah membayar hutang ini?
Sebagaimana kaum yang menikah, berhutang untuk pakaian atau makanan yang mereka beli,
begitu pula mereka berhutang persetubuhan seksual dengan pendamping mereka: ”Isteri tidak
berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi suaminya, demikian pula suami tidak berkuasa atas
tubuhnya sendiri, tetapi isterinya.” (IKor. 7:4). Pendamping (istri) anda memiliki otoritas atas
tubuh anda secara seksual; bukan anda.
Beberapa orang mungkin keberatan bahwa mereka tidak ingat memberikan otoritas atas tubuh
mereka dalam kaul/sumpah pernikahan mereka. Bisa jadi bahwa hal ini tidak disebutkan dalam
banyak kata-kata, tetapi natur pernikahan sebagai ”satu daging” menyiratkan bahwa pasangan
anda memiliki otoritas atas tubuh anda secara seksual dan bukan diri anda. Inilah yang benar,
meyakini pemikiran Kristen. Tentu saja, hal ini juga merefleksikan pernikahan agung seseorang
di mana pernikahan-pernikahan kita tersebut direfleksikan. Apakah gereja, mempelai Kristus,
memiliki tubuhnya sendiri? Bukan, mempelai Kristus ada di bawah kepemilikan dan otoritas
dari Kristus, suaminya.
Kini kita dalam posisi lebih penuh untuk menganalisa dosa dari pernikahan tanpa seks (dugaan
bahwa seks bisa dilakukan secara fisik). Hal itu merupakan pencurian, tidak mengerjakan apa
yang seharusnya. Hal itu merupakan pencurian dari sesama kita yang paling dekat, pendamping
kita. Hal itu menipu dia. Hal ini menyebabkan ide penipuan dan pembodohan. Pernikahan, dari
definisinya, mencakup memberikan diri anda bagi pasangan anda. Dengan menolak memberikan
diri anda secara seksual, sebagai yang anda janjikan, anda telah melakukan pengkhianatan. Hal
inilah akar dari keegoisan, hasrat untuk melakukan apa yang anda inginkan dan bukan apa yang
pendamping anda inginkan. Keegoisan ini mengalir dari ketidakpercayaan, ketidakpercayaan
akan persatuan rohani yang vital antara Kristus dan gereja-Nya, di mana pernikahan anda dan
persetubuhan seksual harus diwujudkan.
Dosa ini memiliki konsekuensi-konsekuensi. Allah akan menghakimi dan menuntut anda akan
hal itu. Pendamping anda akan terluka, benar-benar terluka. Menolak kemajuan seksualnya
adalah jahat. Membelakanginya adalah keji. Kritus bukan memperlakukan istri-Nya secara
demikian! Pendamping anda akan merasa tidak terpuaskan dan tertipu dan mungkin akan (secara
berdosa) menjadi kecut hati dan marah. Demikianlah pernikahan anda akan menyengsarakan.
Keintiman fisik dari segala tatanan tersebut akan menjadi kering dan anda akan kehilangan
keintiman emosi dan rohani juga.
Dosa-dosa pernikahan menghalangi doa-doa anda (I Petrus 3:7). Doa pada altar keluarga
menjadi sukar; doa-doa tidak terjawab. Pembacaan Kitab Suci hanya menjadi rutinitas. Akhirnya
hal ini mungkin mengakibatkan altar keluarga menjadi kendor atau benar-benar terabaikan.
Tidak ada persetubuhan dalam pernikahan juga menyebabkan kedua pasangan menjadi lebih
rentan terhadap dosa perzinahan. Ingatlah, tujuan pernikahan kita adalah untuk menghindari
percabulan (2; bdk. Ams. 5:18-20). Dalam tempat tidur kita ada iblis yang “berjalan keliling” (I
Petrus 5:8). Janganlah saling menipu!
Cara mengatasi problematika dalam keluarga antara lain:
Salah satu kunci keberhasilan dalam menjalani kehidupan berkeluarga ialah kemampuan dalam
mengatasi setiap permasalahan yang muncul dalam keluarga sehingga setiap anggota keluarga
dapat memainkan perannya secara optimal. Jangan biarkan masalah menguasai kehidupan
keluarga anda, tetapi kuasailah masalah dan carilah solusi bersama atas masalah tersebut.
Memang ini bukan hal yang mudah tetapi harus diupayakan. Bukankah cara terbaik untuk keluar
dari masalah yang kita hadapi adalah dengan menuntaskannya.
Setiap keluarga harus menyadari bahwa cara yang tepat dalam penyelesaian problematika
kehidupan rumah tangga (setiap keluarga mempunyai caranya sendiri) memungkinkan
terciptanya suatu proses pertumbuhan. Setiap pasangan kristen seharusnya belajar dari berbagai
konflik dan tidak mengulang-ngulang hal yang sama tanpa adanya perubahan sikap yang lebih
dewasa. Rumah memerlukan ketenangan yang hangat dan kehangatan yang tenang. Oleh sebab
itu, berbicara mengenai cara mengatasi dan menyelesaikan problematika yang ada.
Pasangan yang berhasil membina keharmonisan bukanlah mereka yang memiliki pemikiran,
perilaku dan sikap yang persis sama — mereka bukan jiplakan dari pasangannya. Mereka adalah
pasangan yang sudah belajar menerima keberbedaan melalui proses penerimaan, pengertian, dan
akhirnya saling melengkapi. Untuk mewujudkan pernikahan yang berhasil dan langeng
dibutuhkan dua orang tetapi untuk menghancurkan cukup diperlukan satu orang saja, entah
suami atau istri.
Kita harus ingat bahwa pernikahan adalah satu-satunya permainan yang dapat dan harus
dimenangkan oleh kedua belah pihak. Selain itu, pernikahan juga dapat diibaratkan seperti
sebuah gunting, yang berpadu sehingga tak terpisahkan; sering bergerak ke arah yang
berlawanan, tetapi selalu memotong segala sesuatu yang hadir di antara mereka.
Di akhir tulisan ini saya akan mengutip pentingnya sebuah keluarga yang mampu mengelola
konflik bagi kehidupan bersama dari sudut pandang Kong Fut Tze yang menurut saya penting
untuk kita simak.
Kitab 1 Samuel mengisahkan awal permulaan sejarah Israel sebagai sebuah kerajaan. Kitab ini
dimulai dengan riwayat hidup Samuel, pemimpin terakhir Israel sebelum bangsa itu dipimpin
oleh raja-raja, yang dimulai dari pengurapan Saul sebagai raja Israel. Bagian yang menjadi
bahasan kita di sini adalah 1 Samuel 2:26 dan 3:19 yang merupakan cuplikan dari dua kisah
kehidupan Samuel di masa kecilnya. Kisah dalam 1 Samuel 2:26 melukiskan bagaimana Samuel
kecil bertumbuh menjadi orang yang disukai banyak orang.
Bacaan dari 1 Samuel 2:26 melukiskan bagaimana Samuel semakin lama semakin disukai orang.
Ia bertumbuh menjadi matang dan bijaksana, sehingga kelak memang sungguh layak bahwa
Samuel-lah yang dipilih Tuhan untuk menjadi pemimpin bangsa Israel.
Emosi seringkali ditampilkan oleh orang-orang yang tidak matang pribadinya, tidak siap
menerima kekalahan secara terhormat, dan karena itu bersedia melakukan apa saja untuk
mencapai tujuannya. Dengan kata lain, secara fisik mereka sudah bertumbuh, tetapi secara
emosional dan kepribadian mereka tetap seperti anak kecil. Mereka tidak bisa berpikir dengan
matang dan bertanggung jawab. Hal seperti ini dapat kita temukan pula di berbagai aspek
kehidupan.
Materi penyuluhan:
A. Keuangan dalam keluarga
Alkitab tidak menunjuk siapakah yang mengelola keluarga keluarga, namun ada prinsip yang
diajarkan tentang dinamika hubungan antara suami dan istri dalam semua aspek pernikahan.
Dalam kata lain, prinsip yang Tuhan ajarkan dalam Efesus 5:22-33 dan Kolose 3:18-19 dapat
diterapkan pada setiap bagian hubungan suami istri. Ini berarti bahwa keseimbangan rohani
dalam hubungan suami istri dipengaruhi secara langsung oleh hubungan antara setiap pasangan
secara pribadi dengan Allah. Dalam setiap hubungan ada berkat dan penderitaan yang datang
akibat keterhubungan mereka, dan prinsip ini digerakkan oleh ketaatan setiap pihak kepada
Tuhan.
Baik suami maupun istri membawa kelebihan dan kekurangan mereka ke dalam pernikahan.
Membentuk sifat-sifat ini supaya berguna dalam hubungan suami istri tergantung pada
pengertian tentang Allah serta kasih karunia-Nya. Keputusan ekonomi yang dapat
mempengaruhi kesuksesan keluarga merupakan tanggung-jawab bersama. Darimanapun juga
sumber kekayaan mereka, baik melalui pemeliharaan Allah dalam pekerjaan sang suami atau
istri atau keduanya, semua aset tersebut merupakan tanggung-jawab keduanya sebagai satu tim.
Prinsip yang penting dalam mengambil keputusan ekonomi adalah melakukan "semuanya itu
untuk kemuliaan Allah" (1 Korintus 10:31; Roma 14:8; Kolose 3:23-24).
Adapun pengertian yang menempel pada pernikahan Kristen, yakni, bahwa suami adalah
otoritas tertinggi dalam keluarga. Ia bertanggung-jawab pada Allah untuk memimpin dan
menggembalakan keluarganya, sedangkan istrinya bertanggung-jawab untuk tunduk kepadanya
dan membantunya. Dalam hal keuangan rumah tangga, ini mungkin berarti bahwa suami
menguasai tabungan mereka, melunasi semua tagihan, dan mengelola keuangan serta
berinvestasi dan menyumbang; secara bersamaan meminta nasehat dari istrinya sebelum
mengambil keputusan final. Mungkin juga dapat ditafsirkan bahwa ia mendelegasikan tugas ini
kepada istrinya, terutama jika istrinya mampu dan senang mengerjakan hal itu. Akan tetapi sang
suami masih bertanggung-jawab mengawasi proses tersebut. Pada akhirnya, suami istri yang
bekerjasama dalam mengelola keuangan keluarga dapat berkomunikasi dengan baik dan saling
menghormati.
Pada akhirnya dalam hal keuangan rumah tangga, kita diberi prinsip dalam Lukas 6:38 bahwa
semakin kita memberi maka semakin besar berkatnya. Ini berarti ada hubungan antara
pemberian kepada Tuhan dan berkat yang kita terima kembali, baik secara rohani maupun secara
keuangan. Kita tidak mungkin memberi lebih banyak daripada Tuhan. Semakin kita setia
mengembalikan harta kita pada Tuhan, semakin kita menyadari bahwa yang kita simpan telah
berlipat ganda, dan lebih dari cukup.
B. Keluarga yang Harmonis (Bacaan 1: Imamat 19:1-2, 12-15)
Istilah “kasih” tidak asing bagi orang Kristen, bahkan sering didengung-dengungkan dalam
berbagai kesempatan acara gerejawi. Karena seringnya mendengar istilah ini, orang Kristen
kadang justru kurang memberi perhatian secara serius. Akibatnya, kasih menjadi sekadar slogan.
Mengakhiri Bulan Keluarga ini, umat diajak untuk meningkatkan komitmen menghidupi kasih.
Komitmen ini diawali dari keluarga-keluarga karena keluarga adalah unit terkecil dalam
masyarakat maupun gereja. Ketika kasih dihidupi dalam keluarga, maka gereja dan masyarakat
pada umumnya pasti juga akan dipenuhi oleh kasih. Melalui ibadah hari ini diharapkan keluarga-
keluarga kristen semakin berkomitmen untuk menghidupi kasih secara riil dalam kehidupan
sehari-hari.
Sebagai umat perjanjian, umat Israel diminta oleh Tuhan untuk menjadi umat yang kudus karena
Tuhan Allah yang adalah sesembahan umat adalah kudus (ay. 1-2). Kekudusan itu mesti nampak
dalam kehidupan sehari-hari (ay. 12-15). Yaitu dalam bentuk: jangan bersumpah dusta demi
nama Tuhan (ay. 12), jangan memeras sesama, jangan merampas apa yang menjadi hak orang
lain, jangan menahan upah buruh harian, jangan mengutuki orang tuli atau sengaja pasang batu
di depan orang buta, jangan berbuat curang dalam peradilan, berbuatlah adil dan jangan
terpengaruh orang-orang besar.
Bacaan pertama ini mengajak kita untuk menyadari status kita (sebagai umat Tuhan) dan
menjalani hidup seturut dengan status tersebut. Status tidak boleh hanya sekadar disandang saja,
tetapi juga harus dihidupi. Untuk semua itu dibutuhkan komitmen yang kuat.
Ungkapan dengan segenap hati, jiwa dan akal budi (pikiran – ay. 37) menunjuk pada totalitas
tenaga rohani kita dalam mengasihi Tuhan. Artinya kita mengasihi Tuhan bukan hanya di dalam
hati dan pikiran kita saja tetapi juga di dalam jiwa kita yang mewujud dalam sikap dan perbuatan
sehari-hari. Jadi, mengasihi Tuhan berarti kita hidup dekat dengan Tuhan, merasakan kasih-Nya
dan membagikan kasih itu dalam kehidupan riil. Mengasihi Tuhan juga berarti menyerahkan
kehendak kita kepada Tuhan dan menaati Tuhan dengan setia.
Selanjutnya Tuhan Yesus menyebutkan hukum yang kedua yang sama pentingnya dengan yang
pertama itu. Yaitu mengasihi sesama seperti diri sendiri (ayat 39). Di sini bukan perasaan yang
ditekankan tetapi perbuatan-perbuatan baik yang riil. Jadi, mengasihi sesama berarti
mengusahakan apa yang baik dan apa yang berguna bagi sesama, sama seperti kita secara
otomatis mencari apa yang baik dan berguna bagi diri kita sendiri. Mengasihi sesama itu tidak
pandang bulu, tidak membedakan siapa pun. Alasannya, karena semua orang adalah ciptaan
Tuhan. Jadi jika kita mengasihi Tuhan, maka mestinya kita juga mengasihi ciptaan-Nya.
Kaitan kedua perintah itu adalah bahwa manusia bisa mengasihi sesama dengan sungguh-
sungguh ketika ia sungguh-sungguh mengasihi Tuhan. Relasi manusia yang dekat dengan Tuhan
memampukan manusia mengasihi sesama dan ciptaan Tuhan lainnya. Dalam relasi tersebut
muncul aliran kekuatan dan kuasa ilahi dalam diri manusia yang memampukannya mengasihi
sesama seperti diri sendiri.
C. Nikmat membawa nikmat (Part.2)
Dosa-dosa terhadap kesucian kelamin dan kesetiaan
1. Masturbasi (Rancap)
Arti keinginan seksual yang timbul dan mengingini adanya pemuasan alat kelamin.
Masturbasi dosa karena
a. Menyalahgunakan kemungkinan-kemungkinan kehidupan seksual.
b. Masturbasi adalah egosentris (mementingkan diri sendiri) daripada hidup untuk pesertalain.
c. Masturbasi berkecenderungan kepada menyesuaikan diri kepada keadaan batin .
d. Masturbasi adalah tidak mementingkan manusia yang lain.
e. Mesturbasi adalah dosa terhadap kasih kepada sesama manusia.
2. Promiskuitas : Promiskuitas dalam arti luas
Arti : Segala persetubuhan diluar nikah yang dilakukan dengan bayaran (pelacuran).
Promiskuitas dalam arti sempit :
Persetubuhan dengan patner berganti-ganti, berdasarkan suka sama suka, rela sama rela.
Promiskuitas dosa karena :
a. karena promiskuitas merupakan gejala persetubuhan yang liar.
b. karena promiskuitas merupakan gejala persetubuhan yang kurang sabar di dalam hal cinta birahi.
c. karena promiskuitas merampas anugerah Tuhan dalam persekutuan pernikahan.
d. karena bersetubuh sebelum (di luar) pernikahan secara illegitim/ dianggap tidak sah (gelap).
e. karena pesertayang melakukannya hanya mau nikmatnya, tetapi tidak mau menanggung
bebannya akibat persetubuhan itu. Mau anugerahnya, tidak mau tanggung jawabnya, mau
kesenangannya, tetapi tidak mau kewajibannya
3. Prostitusi (Pelacuran)
Kata Prostitusi berasal dari bahasa Latin prostituare yang berarti : menyerahkan diri dengan
terang-terangan kepada perzinahan. Perkataan itu diambil dari akar kata secara etimologi dengan
perkataan.
Proetare artinya : menjual, menjajakan. Perkataan-perkataan itu sejak zaman dahulu telah
dipakai dalam perpustakaan Junani-Romawi untuk wanita-wanita yang menjual tubuhnya.
Mengapa pelacuran itu dosa :
a. karena Tuhan menganugerahkan tubuh ini kepada kita, tidak untuk disalahgunakan dengan
kehendak Tuhan.
b. pelacuran adalah dosa terhadap diri kita sendiri. Di dalam Alkitab tubuh ini disebut : Rumah
Roh Kudus. Barang siapa melacur, iapun berbuat dosa terhadap tubuhnya sendiri dan merusak
anugerah Tuhan kepadanya.
c. pelacuran adalah dosa terhadap sesamanya manusia yaitu suatu penghinaan yang kasar terhadap
sesama manusia. Karena hanya untuk memuaskan keinginannya yang egoistis.
4. Homoseksualitas
Hasrat perhubungan kelamin terhadap yang sama jenis kelaminnya. Cinta seksual antara lelaki
dan lelaki atau perempuan dan perempuan.
Dosa apakah homoseksualitas?
homoseksualitas bertentangan dengan maksud dan tujuan seksualitas.
homoseksualitas bertentangan penyalahgunakan pemberian Tuhan yang baik; membelikan
dan “memperkosa” maksud Tuhan dengan seksualitas.
Bahan Penyuluhan
A. Problematika Keluarga (Keturunan atau anak)
Kis 5:29 menunjukkan suatu masa dimana bukanlah sikap yang terbaik untuk mentaati orang
tua kita. "Kita harus mentaati Allah lebih daripada manusia" Jika orang tua kita meminta agar
kita berbuat yang bertentangan dengan kehendak Tuhan, kita harus mentaati Allah. Allah
berbicara kepada anak-anak, dan kehendak Allah harus menjadi yang pertama, bahkan sebelum
kehendak orang tua. Samuel hanyalah seorang anak kecil ketika dengan cara yang ajaib Tuhan
datang pada malam hari di tempat tidurnya dan berbicara kepadanya. Lihatlah dalam 1Sa 3.
Bahkan ketika maksud untuk mentaati Tuhan bertentangan dengan kehendak orang tua kita tidak
boleh begitu saja meremehkan keinginan orang tua kita. Kita harus berusaha sedemikian untuk
mencapai suatu persetujuan. Kita tidak boleh marah terhadap mereka, atau membuat mereka
marah. Kita hendaknya menunjukkan kepada mereka segala bentuk kasih dan penghormatan
meskipun mereka menentang kehendak Tuhan.
Yesus Kristus wajib menerima, menghargai dan mengasihi sesamanya tanpa memandang
berbagai perbedaan yang ada.
Menerapkan Kesadaran dan Praktik Hidup Multikultur
Tuhan menciptakan manusia dalam kepelbagaian supaya dapat saling mengisi dan melengkapi
satu dengan yang lain. Dalam diri manusia juga dianugerahi kebaikan dan kemampuan untuk
beradaptasi dalam kaitannya dengan alam dan lingkungan hidup terutama dengan sesamanya.
Manusia juga diciptakan sebagai makhluk mulia yang memiliki harkat dan martabat. Di era
modern sekarang ini, masyarakat dunia memiliki kesadaran multikultur yang jauh lebih baik,
bahkan pemenuhan hak setiap orang untuk diterima dan dihargai. Hak untuk memperoleh
keadilan, demokrasi dan HAM telah menjadi kewajiban yang harus dipenuhi baik oleh negara
terhadap warganya maupun oleh sesama warga negara termasuk warga gereja.