Anda di halaman 1dari 6

No Indikator Materi

46 77. Menganalisis Pancasila sebagai prinsip Pembelajaran PPKn merupakan pembelajaran yang menekankan pada konteks transfer morality.
utama dalam pembelajaran PPKn Sebagai dasar Negara dan pandangan hidup bangsa Indnesia, Pacasila secara emparatif berlaku
sampai kapanpun dan dimanapun di Negara kesatuan republic Indonesia dan mewakili seluruh
keragaman dan kebutuhan masyarakat Indonesia. Sehingga dengan demikian seluruh kepentingan
bangsa dan Negara Indonesia haruslah berakar atau berprinsipkan pada Pancasila. PPKn sebagai
pendidikan moral secara utuh mengkonsepsi pembelajaran dan keilmuannya berdasarkan pada
Pancasila sebagai item principal. Prinsip yang demikian sangat relevan untuk mendukung main goal
PPKn yaitu membentuk warganegara yang bermoral, smart and good citizen serta dapat diandalkan
(Desirable). Dengan demikian prinsip dasar orientasi Pembelajaran PPKn mengutamakan transfer dan
implementasi nilai-nilai Pancasila sebagai sumber moril dan nilai yang penting untuk ditransfer
kepada peserta didik.

47 81. Menilai watak peserta didik yang sesuai


nilai Pancasila
48 85. Menunjukkan sikap yang sesuai dengan
prinsip dalam pembelajaran kewarganegaraan
49 5. Menganalisis prosedur pembelajaran PPKn
berbasis nilai sesuai dengan jati diri PPKn
sebagai program pendidikan politik setelah
melakukan penelusuran kepustakaan
50 32. Menemukan prosedur Pembelajaran Beberapa langkah prosedur pembelajaran PPKn yang terstruktur, strategis, refresentatif perlu
Pendidikan Kewargenagaraan setelah kiranya:
melakukankajian pustaka a. Mengacu pada kurikulum 2013, pembelajaran PPKn di tingkat menengah dari dasar dan atas maka
pembelajaran PPKn merupakan pembelajaran yang berkonsepkan deep knowledge dan constructed
knowledge. Dengan pengembangan materi yang sesuai dengan amanah kompetensi kurikulum 2013
pada tingkat menengah yaitu untuk tingkat mengengah pertama, “Menunjukkan perilaku menghargai
dengan dasar moral, norma, prinsip dan spirit kewarganegaraan” dan untuk tingkat menengah ke
atas, “Mengamalkan dengan dasar kesadaran nilai, moral, norma, prinsip, spirit dan tanggung jawab,
makna kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia yang berkeadaban” (Lampiran Permendikbud
Nomor 21 Tahun 2016 tentang Standar Isi Pendidikan dasar dan Menengah).
b. Kemudian pembelajaran PPKn juga harus bersendikan pesan moril bapak pendidikan Ki Hadjar
Dewantara yaitu pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan (ing ngarso
sung tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangun karso), dan mengembangkan kreativitas
peserta didik dalam proses pembelajaran (tut wuri handayani).
c. Pembelajaran PPKn yang berlandaskan pada nilai-nilai Pancasila, dimana seorang guru juga harus
mampu menyusun perangkat pembelajaran yang memungkinkan untuk dapat membentuk peserta
didik yang cakap kompetensinya dan menjadi lulusan ynag kompeten
51 38. Mengkombinasikan prosedur proses
pembelajaran setelah melakukan inkuiri
kepustakaan,
52 84. Menunjukkan perilaku Pancasilais sesuai Prilaku dan sikap yang sesuai dengan nilai-nilai pancasila:
pandangan hidup bangsa 1. Nilai-nilai sila ke-1 : Ketuhanan
-Beribadah sesuai dengan kepercayaan yang dianut
-menghargai orang lain yang agamanya berbeda
-Tolong meonolong walaupun berbeda agama
2. Nilai-nilai sila ke-2 : Kemanusiaan
- Tidak membeda-bedakan orang yang ada disekitar kita
- saling membantu , misalnya member bantuan pada korban bencana alam
3. Nilai-nilai sila ke-3 : Persatuan
- Mencintai bangsa dan Negara dengan menjaga warisan budaya yang ada
-Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa
4. Nilai-nilai sila ke-4 ; Kerakyatan
- Menyelesaikan masalah dengan musyawarah
-tidak memaksakan kehendak kita saat bermusyawarah
-Menerima Musyawarah dengan lapang dada
5. Nilai-Nilai sila ke-5 : keadilan
-Bersikap adil pada setiap orang yang ada di sekitar kita
-mejalankan kewajiban kita dan menghormati hak orang lain
53 95. Menganalisis arah rekonstruksi Merujuk pada berbagai hasil kajian filosofis, sosiologis, yuridis, dan pedagogis, dalam konteks
pembelajaran PPKn di sekolah konsepsi utuh pengembangan Kurikulum 2013 dilakukan strategi penguatan dan penyempurnaan
secara komprehensif terhadap mata pelajaran PPKn dalam kerangka pengembangan Kurikulum 2013
pada jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah sebagai berikut.
1. Mengubah nama mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) menjadi Pendidikan Pancasila
dan Kewarganegaraan (PPKn);
2. Menempatkan mata pelajaran PPKn sebagai mata pelajaran yang memiliki misi pengokohan
kebangsaan dan penggerak pendidikan karakter yang bersumberkan nilai dan moral Pancasila.
3. Mengorganisasikan pengembangan kompetensi dasar (KD) PPKn dalam bingkai kompetensi inti
(KI) yang secara psikologis-pedagogis menjadi pengintergrasi kompetensi peserta didik secara utuh
dan koheren dengan penanaman, pengembangan, dan/atau penguatan nilai dan moral Pancasila;
nilai dan norma UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945; nilai dan semangat bhineka tunggal ika;
serta wawasan dan komitmen Negara Kesatuan Republik Indonesia.
4. Mengembangkan dan menerapkan berbagai model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik
PPKn secara holistik/utuh dalam rangka peningkatan kualitas belajar dan pembelajaran yang
berorientasi pada pengembangan karakter peserta didik sebagai warganegara yang cerdas dan baik
secara utuh dalam bingkai Kompetensi Inti (sikap, pengetahuan, keterampilan).
5. Mengembangkan dan menerapkan berbagai model penilaian proses pembelajaran dan hasil
belajar PPKn yang mengintegrasikan sikap kewarganegaraan, pengetahuan kewarganegaraan, dan
keterampilan kewarganegaraan dalam wadah tanggung jawab dan partisipasi kewarganegaraan.
54 16. Mampu menjelaskan pembelajaran PPKn Pendidikan kewarganegaraan merujuk pada esensi yang termaktub dalam Pasal 2, Pasal 3, dan Pasal
berbasis nilai falsafah Pancasila 37 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Penjelasan Pasal
37. Dinyatakan dengan tegas bahwa: “...pendidikan 19 kewarganegaraan dimaksudkan untuk
membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air”.
Untuk mengakomodasikan perkembangan baru dan perwujudan pendidikan sebagai proses
pencerdasan kehidupan bangsa dalam arti utuh dan lugas, maka mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan yang selama ini digunakan perlu disesuaikan menjadi Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan (PPKn). Secara substantif-pedagogis PPKn bertujuan untuk membentuk peserta
didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air yang dijiwai oleh nilai-nilai
Pancasila, nilai dan norma Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, semangat
Bhinneka Tunggal Ika dan komitmen kolektif ber-Negara Kesatuan Republik Indonesia.
55 21. Menggambarkan konsep-konsep dasar Secara substansial dalam salah satu komponen civics yaitu civic knowledge, indikator-indikator pada
PPKn setelah melakukan mini workshop komponen tersebut juga teradapat satu hal penting yang membahas tentang apa dan bagaimana
pengetahuan hukum seorang warganegara yang pada dasarnya akan menjadi tolak ukur untuk
mewujudkan kesadaran hukum seseorang. Satu hal penting dalam komponen tersebut adalah
bagaimana pemerintah yang dibentuk oleh UUD 1945 menjebatani nilai-nilai, tujuan-tujuan dan
prinsip-prinsip demokrasi Indonesia (Winarno, 2013). Elemen civic knowledge ini menjelaskan kepada
kita bahwa seorang warganegara harus mengetahui dan memahami bahwa pemerintah pada
dasarnya kedudukannya terbatas, bahkan termasuk penyebaran dan pembagian kekuasaan yang
dilakukan juga terbatas. Disinilah sebenarnya fungsi warganegara yang tergabung kedalam civil
society, dimana civil society memiliki peran advokasi dan social control terhadap pemerintahan.
Dalam (Samsuri, 2012) dijelaskan bahwa konstitusi Indonesia atau UUD 1945 dibentuk agar hak-hak
asasi manusia dan didalamnya hak-hak warganegara turut terjamin dan dilindungi oleh negara
terutama penyelenggaraan negara serta yang paling penting adalah dengan adanya kesadaran
konstitusi yang tinggi dari para warganegara akan memiliki kontribusi penting bagi control terhadap
jalannya kekuasaan yang sehat dan kuat. Konsep seperti ini sesungguhnya adalah cita-cita
keberadaan dari masayarakat madani dan good government yang berupaya menyelaraskan peran
dan partisipasi antara warganegara dengan Negara dalam konteks hukum. Hal ini pula yang menjadi
wujud aktualisasi PPKn sebagai wahana pendidikan hukum
56 20. Menggambarkan metode kajian ilmu
kewarganegaraan, hukum, politik kenegaraan,
sejarah perjuangan bangsa,
57 61. Menggambarkan kontribusi kajian ilmu Secara substansial dalam salah satu komponen civics yaitu civic knowledge, indikator-indikator pada
hukum dalam Pendidikan Kewarganegaran komponen tersebut juga teradapat satu hal penting yang membahas tentang apa dan bagaimana
setelah melakukan inkuiri kepustakaan pengetahuan hukum seorang warganegara yang pada dasarnya akan menjadi tolak ukur untuk
mewujudkan kesadaran hukum seseorang. Satu hal penting dalam komponen tersebut adalah
bagaimana pemerintah yang dibentuk oleh UUD 1945 menjebatani nilai-nilai, tujuan-tujuan dan
prinsip-prinsip demokrasi Indonesia (Winarno, 2013).
58 12. Membuktikan bahwa semboyan Bhinneka Bhinneka Tunggal Ika sendiri adalah sebagai motto Negara, yang diangkat dari penggalan kakawin
Tunggal Ika adalah fakta kehidupan bangsa Sutasoma karya besar MPU Tantular pada zaman Keprabonan Majapahit (abad 14) secara harfiah
Indonesia yang akan tetap relevan dalam diartikan sebagai bercerai berai tetapi satu atau Although in pieces yet One (Setiawan & Yunita,
kehidupan Indonesia pasca modern setelah 2017). Motto ini digunakan sebagai ilustrasi dari jati diri bangsa Indonesia yang secara natural, dan
melakukan mini riset sosial-kultural dibangun di atas keanekaragaman. (etnis, bahasa, budaya dll). Jika dikaji secara
akademis, bhineka tunggal ika tersebut dapat dipahami dalam konteks konsep generik
multikulturalism atau multikulturalisme. Indonesia dikonsepsikan dan dibangun sebagai multicultural
nation-state dalam konteks Negara kebangsaan Indonesia modern, bulcan sebagai monocultural
nation-state. Hal itu dapat dicermati dari dinamika praksis kehidupan bernegara Indonesia sejak
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 sampai saat ini dengan mengacu pada konstitusi
yang pernah dan sedang berlaku, yakni UUD 1945, Konstitusi RIS 1949, dan UUDS 1950, serta praksis
kehidupan bernegara dan bermasyarakat yang menjadi dampak langsung dan dampak pengiring dari
berlakunya setiap konstitusi serta dampak perkembangan internasional pada setiap zamannya itu.
Secara historis-filosofis bahwa multikulturalisme Bhineka Tunggal Ika Indonesia terpatri (tersemat)
kedalam nilai-nilai filosofis bangsa Indonesia yaitu Pancasila.
59 74. Menguasai semangat kewarganegaraan Konseptualitas PPKn yang mengarah pada tradisi citizenship transmision menjadikan PPKn dilihat dari
Indonesia agar menumbuhkan rasa patriotik kacamata historis sebagai suatu pendidikan yang berkonsentrasi pada pembentukan cultural unity
dan rasa persatuan dalam bingkai kehidupan (kebangsaan) yang cinta akan nilai luhur bangsanya sendiri. Hal ini dipertegas dalam (Wahab dan
berbangsa dan bernegara Sapriya, 2011) bahwa melalui tradisi sosial yang pertama yaitu “social studies taught as citizenship
transmision” dimana di setiap bangsa di dunia dihadapkan pada upaya pembentukan cultural unity
yang didasarkan pada pemahaman bahwa generasi muda mengetahui sejarah bangsanya, disamping
itu juga harus diajarkan tentang patriotisme. Selain itu cultural unity juga menghendaki adanya
pembentukan nilai terhadap kesadaran individu (warganegara) yang memiliki rasa kesamaan
terutama dalam segi bahasa. Hal ini sebagai bentuk spirit kewarganegaraan Indonesia yang
mengutamakan tumbuh kembangnya rasa persatuan bangsa melalui bahasa. Lynch dalam (Wahab
dan Sapriya, 2011) menjelaskan bahwa “kewarganegaraan seringkali diidentikan dengan ideologi
nasionalistik yang dicangkokkan kedalam kesadaran individu dan identitas nasional dalam bentuk
superioritas nilai. Selanjutnya kewarganegaraan nasional diperkuat oleh bahasa dan kebijakan
tentang kebudayaan yang mengesahkan kebudayaan nasional melalui satu bahasa persatuan.
Kedudukan bahasa nasional sebagai pemersatu bangsa sangat penting bagi eksistensi
kewarganegaraan dan pencapaian kesatuan identitas nasional”. Paradigma ini menunjukkan bahwa
dalam menampilkan rasa spirit atau semangat kewarganegaraan, perlu adanya Pendidikan
Kewarganegaraan bagi bangsa Indonesia untuk ditingkatkannya rasa persatuan melalui bahasa
sebagai salah satu identitas nasional. Dengan pola aktualisasi kewarganegaraan yang demikian, bagi
bangsa Indonesia sendiri spirit kewarganegaraan dapat muncul dengan adanya perasaan patriotisme
yang tinggi dan kedudukan bahasa punya efek yang baik bagi seluruh warganegara Indonesia yang
majemuk untuk membentuk rasa persatuan kebangsaan. Paradigma ini sebagai cikal bakal lahirnya
semangat kewarganegaraan Indonesia yang menginginkan adanya rasa patriotik dan rasa persatuan
dalam bingkai kehidupan berbangsa dan bernegara
60 24. Mempresentasikan bahwa semboyan Bhinneka Tunggal Ika sendiri adalah sebagai motto Negara, yang diangkat dari penggalan kakawin
Bhinneka Tunggal Ika tetap relevan dalam Sutasoma karya besar MPU Tantular pada zaman Keprabonan Majapahit (abad 14) secara harfiah
kehidupan Indonesia pasca modern setelah diartikan sebagai bercerai berai tetapi satu atau Although in pieces yet One (Setiawan & Yunita,
melakukan diskusi 2017). Motto ini digunakan sebagai ilustrasi dari jati diri bangsa Indonesia yang secara natural, dan
sosial-kultural dibangun di atas keanekaragaman. (etnis, bahasa, budaya dll). Jika dikaji secara
akademis, bhineka tunggal ika tersebut dapat dipahami dalam konteks konsep generik
multikulturalism atau multikulturalisme. Indonesia dikonsepsikan dan dibangun sebagai multicultural
nation-state dalam konteks Negara kebangsaan Indonesia modern, bulcan sebagai monocultural
nation-state. Hal itu dapat dicermati dari dinamika praksis kehidupan bernegara Indonesia sejak
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 sampai saat ini dengan mengacu pada konstitusi
yang pernah dan sedang berlaku, yakni UUD 1945, Konstitusi RIS 1949, dan UUDS 1950, serta praksis
kehidupan bernegara dan bermasyarakat yang menjadi dampak langsung dan dampak pengiring dari
berlakunya setiap konstitusi serta dampak perkembangan internasional pada setiap zamannya itu.
Secara historis-filosofis bahwa multikulturalisme Bhineka Tunggal Ika Indonesia terpatri (tersemat)
kedalam nilai-nilai filosofis bangsa Indonesia yaitu Pancasila.

Anda mungkin juga menyukai