Anda di halaman 1dari 2

UPAYA BANGSA INDONESIA MENGHADAPI ANCAMAN DISINTEGRASI BANGSA

Sebagai negara yang memiliki berbagai macam keragaman, mulai dari agama hinnga suku,
Indonesia menjadi sedikit rentan dengan sebuah disintegrasi. Ancaman disintegrasi bangsa
(perpecahan) bangsa memang bukan persoalan yang bisa dianggap remeh. Tidak hanya
merupakan persoalan dimasa lalu. Potensi disintegrasi bangsa pada masa kinipun bukan tidak
mungkin terjadi. Karena itulah kita harus terus dan selalu memahami betapa berbahayanya
disintegrasi bangsa bila terjadi, pada bangsa kita. Sejarah Indonesia telah menyebutkan hal
tersebut.

Sejarah pergolakan dan konflik yang terjadi di Indonesia selama masa tahun 1948-1965 dalam
bab ini dibagi kedalam tiga bentuk pergolakan yaitu

1. Peristiwa konflik dan pergolakan yang berkaitan dengan ideologi


2. Peristiwa konflik dan pergolakan yang berkaitan dengan kepentingan
3. Peristiwa konflik dan pergolakan yang berkaitan dengan sistem pemerintahan

Untuk pertemuamn kali ini kita akan bahas poin yang pertama yaitu Peristiwa konflik dan
pergolakan yang berkaitan dengan ideologi. Setidaknya ada 3 peristiwa penting dalam sejarah
terkait dengan pergolakan yang berkaitan dengan sistem ideologi, diantaranya pemberontakan
Partai Komunis Indonesia (PKI) di Madiun, Pemberontakan DI/TII, dan Gerakan 30 September
1965 atau yang dikenal dengan G30S/PKI.

Untuk mengetahui lebih jelas mengenai pergolakan yang terjadi di tanah air berkaitan dengan
sistem ideologi, berikut penjelasannya.

1. Pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) di Madiun

PKI merupakan partai yang telah berdiri sebelum proklamasi tepatnya pada tahun 1914, tetapi
sempat dibekukan oleh pemerintah Hindia Belanda karena memberontak pada tahun 1926.
Setelah era kemerdekaan PKI kembali aktif dan sangat mendukung pemerintah karena masih
menjadi bagian dari golongan kiri yang memegang kekuasaan.

Setelah golongan kiri tidak mempunyai kuasa atas pemerintahan, maka PKI mengubah haluan
politiknya menjadi pihak oposisi. Saat itu, tampuk kekuasaan PKI dikendalikan oleh Musso yang
kemudian membawa partai tersebut dalam pemberontakan bersenjata di Madiun pada 18
September 1948.

Adanya pergolakan ini disebabkan oleh tujuan ideologis PKI yang menginginkan Indonesia
menjadi Negara komunis. Pemberontakan PKI ini cukup sukses karena mampu menggaet partai
dari golongan kiri, selain itu berhasil menambah pasukan bersenjatanya karena menjadi
provokator demonstrasi buruh dan petani terhadap pemerintah.

Akhirnya pada September 1948 pemerintah mengerahkan kekuatan bersenjata untuk


memberantas PKI dan berhasil membuat Musso tewan dalam pertempuran tersebut, sehingga PKI
kalah dan tokoh-tokohnya ditangkap dan dijatuhi hukuman mati.
2. Pemberontakan DI/TII

Pemberontakan ini dipimpin oleh Sekarmadji Maridjan Kartosuwiryo seorang tokoh Partai
Sarekat Islam Indonesia (PSII). Pemberontakan ini dilatarbelakangi sistem Ideologi yang dimiliki
Kartosuwiryo untuk menjadikan Indonesia sebagai sebuah Negara Islam.

Konflik ini bermula dari keputusan Renville yang mengharuskan pasukan tentara RI berpindah
dari daerah yang diklaim sebagai milik Belanda. Divisi Siliwangi yang harusnya pindah dari
Jawa Barat ke Jawa Tengah menolak pindah dan memilih untuk membentuk Tentara Islam
Indonesia (TII) dan bertujuan untuk peran melawan Belanda tetapi akhirnya berambisi untuk
menjadikan Indonesia menjadi Negara Islam.

Pada Agustus 1948 di Jawa Barat, Karosuwiryo menyatakan pembentukan Darus Islam (Negara
Islam/DI) bersama dengan TII dan menolak mengakui adanya RI. Demi menjaga keutuhan
bangsa maka pemerintah melakukan operasi “pagar betis” untuk membatasi ruang gerak DI/TII.
Pada tahun 1962 Kartosuwiryo berhasil ditangkap dan dijatuhi hukuman mati.

Gerakan DI/TII ini tidak hanya terjadi di wilayah Jawa Barat, namun juga di beberapa wilayah
lain Indonesia. Daerah yang kala itu diklaim dimotori DI/TII meliputi Jawa Tengah, Sulawesi
Selatan, Kalimantan Selatan, dan Aceh. Baca juga: Sejarah Pemberontakan DI-TII Kartosoewirjo
di Jawa Barat

3. Gerakan 30 September 1965 (G30S/PKI)

Gerakan ini merupakan biang dari aksi kudeta yang dilakukan oleh PKI. Terlepas dari
pemberontakan yang dilakukan di Madiun, PKI kembali membangun diri dan terus berkembang
sebagai sebuah partai oposisi di tengah masyarakat. Bahkan PKI menjadi dekat dengan Presiden
Soekarno setelah dirangkul untuk menghindari konflik dengan tentara.

Peristiwa G30S/PKI dilatarbelakangi adanya isu Dewan Jenderal ditubuh angkatan darat yang
akan menggulingkan pemerintahan Soekarno. Hingga akhirnya pasukan pemberontakan PKI
yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Untung yang merupakan perwira angkatan darat yang dekat
dengan PKI melaksanakan aksi “Gerakan 30 September” dengan menculik dan membunuh 7
Jenderal dan perwira kemudian memasukannya kedalam sumur tua di daerah Lubang Buaya.

Dalam situasu ini, Panglima Komando Strategis Angkatan Darat Mayor Jenderal Soeharto
mengambil alih pimpinan di tubuh angkatan darat dan melaksanakan aksi pemberantasan dan
penumpasan PKI baik di pusat maupun daerah.

Anda mungkin juga menyukai