Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Suatu industri berbeda antara satu dan lainnya didasarkan atas karekteristik ekonomi, situasi
persaingan, dan prospek perkembangannya di masa datang. Tingkat perubahan berbagai
faktor seperti teknologi, ekonomi, pasar dan persaingan akan bergerak dalam satu range
tetentu mulai dari yang lambat sampai dengan yang cepat. Analisis industri dan persaingan
akan menggunakan alat dan teknik tertentu bagi perusahaan untuk dapat menyesuaikan
dengan perubahan dan kemudian membentuk kekuatan dalam menghadapi persaingan.
Pengertian industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang
setengah jadi menjadi barang, jadi barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk
mendapatkan keuntungan.
Beberapa hal yang dapat diidentifikasikan sebagai faktor ekonomi yang utama yang
berpengaruh dalam membentuk kekuatan suatu industri adalah market size, lingkup
persaingan, tingkat pertumbuhan pasar dan siklus kehidupan industri, jumlah pesaing dan
besaran relatif dari masing-masing perusahaan pesaing, jumlah dan besaran relatif pembeli
potensial, dorongan untuk melakukan integrasi ke depan dan ke belakang, serta kemudahan
dan hambatan untuk memasuki atau keluar dari jenis industri.
Industri sangat erat kaitannya dengan persaingan. Karena tak mungkin suatu industri hanya
berdiri sendiri tanpa adanya hubungan dengan industri lain. Suatu industri memproduksi
suatu produk tentunya juga menggunakan bahan yang diperoleh dari industri lain. Untuk itu,
satu industri dengan industri lain itu selalu berhubungan dan tak jarang melakukan
persaingan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja lima model kekuatan persaingan ?
2. Bagaimana analisis profil perusahaan

BAB II
PEMBAHASAN
A. Model Lima Kekuatan Persaingan

1. Persaingan Antar Perusahaan Sejenis


Kekuatan ini adalah penentu utama, perusahaan harus bersaing secara agresif untuk
mendapatkan pangsa pasar yang besar. Perusahaan kita akan semakin diuntungkan apabila
posisi perusahaan kita kuat dan tingkat persaingan pada pasar (Market) yang sama tersebut
yang rendah. Persaingan semakin ketat akan terjadi apabila banyak pesaing yang merebut
pangsa pasar yang sama, loyalitas pelanggan yang rendah, produk dapat dengan cepat
digantikan dan banyak kompetitor yang memiliki kemampuan yang sama dalam menghadapi
persaingan.
Persaingan antar perusahaan saingan (Rivalry Among Existing Firms) biasanya merupakan
kekuatan terbesar dalam lima kekuatan kompetitif. Strategi yang dijalankan oleh perusahaan
dapat berhasil jika ia memberikan keunggulan kompetitif dibanding strategi yang dijalankan
perusahaan pesaing. Perubahan strategi oleh satu perusahaan mungkin akan mendapat
serangan balasan, seperti menurunkan harga, meningkatkan kualitas, penambahan fitur,
penyediaan layanan, memperpanjang garansi, dan meningkatkan iklan (David, 2006).
Intensitas persaingan diantara perusahaan sejenis yang bersing cenderung meningkat karena
jumlah pesiang semakin bertambah karena pesaing semakin seragam dalam hal ukuran dan
kemampuan dan permintaan untuk produk industry menurun, dan karena pemotongan harga
semakin umum. Persaingan juga meningkat ketika pelanggan dapat berpindah merek dengan
mudah ketika produk mudah rusak, perusahaan pesiang berbeda dalam hal strategis, tempat
mereka berasal dan budaya, merger dan akuisisi menjadi umum dalam suatu industry, serta
persaingan antar perusahaan sejenis semakin intensif, laba perusahaan menurun, dalam
beberapa kasus bahkan membuat suatu industri menjdi sangat tidak menarik (David, 2006).
Perseteruan diantara perusahaan yang bersaing cenderung meningkat kalau jumlah pesaing
bertambah karena perusahaan yang
bersaing menjadi setara dalam ukuran dan kemampuan, permintaan produk industry
menurun, dan potongan harga menjadi biasa. Strategi yang
dijalankan oleh salah satu perusahaan dapat berhasil hanya sejauh bahwa strategi itu
menyediakan keunggulan bersaing atas strategi yang dijalankan oleh perusahaan pesaing
(David, 2011).

2. Masuknya Pesaing Baru


Kekuatan ini menentukan seberapa mudah (atau sulit) untuk masuk
ke industri tertentu. Jika Industri tersebut bisa mendapatkan profit yang tinggi dengan sedikit
hambatan maka pesaing akan segera bermunculan.
Menurut Porter (1987) menyatakan bahwa ancaman masuknya pendatang baru ke dalam
industri tergantung pada rintangan masuk yang ada, digabung dengan reaksi dari para pesaing
yang sudah ada yang dapat diperkirakan oleh si pendatang baru. Jika rintangan atau hambatan
ini besar dan/atau pendatang baru memperkirkan akan ada perlawanan yang keras dari muka-
muka lama, maka ancaman masuknya pendatang baru akan rendah. Ada enam sumber utama
rintangan yang masuk yaitu Porter (1987) 2. Masuknya Pesaing Baru
Kekuatan ini menentukan seberapa mudah (atau sulit) untuk masuk
ke industri tertentu. Jika Industri tersebut bisa mendapatkan profit yang tinggi dengan sedikit
hambatan maka pesaing akan segera bermunculan.1
Menurut Porter (1987) menyatakan bahwa ancaman masuknya pendatang baru ke dalam
industri tergantung pada rintangan masuk yang ada, digabung dengan reaksi dari para pesaing
yang sudah ada yang dapat diperkirakan oleh si pendatang baru. Jika rintangan atau hambatan
ini besar dan/atau pendatang baru memperkirkan akan ada perlawanan yang keras dari muka-
muka lama, maka ancaman masuknya pendatang baru akan rendah. Ada enam sumber utama
rintangan yang masuk yaitu Porter (1987)2. Masuknya Pesaing Baru
Kekuatan ini menentukan seberapa mudah (atau sulit) untuk masuk
ke industri tertentu. Jika Industri tersebut bisa mendapatkan profit yang tinggi dengan sedikit
hambatan maka pesaing akan segera bermunculan.1
Menurut Porter (1987) menyatakan bahwa ancaman masuknya pendatang baru ke dalam
industri tergantung pada rintangan masuk yang ada, digabung dengan reaksi dari para pesaing
yang sudah ada yang dapat diperkirakan oleh si pendatang baru. Jika rintangan atau hambatan
ini besar dan/atau pendatang baru memperkirkan akan ada perlawanan yang keras dari muka-
muka lama, maka ancaman masuknya pendatang baru akan rendah. Ada enam sumber utama
rintangan yang masuk yaitu Porter (1987) yaitu : skala ekonomis, diferensiasi produk,
kebutuhan modal, biaya beralih pemasok, akses ke saluran distribusi, dan biaya tak
menguntungkn terlepas dari skala.

3. Pengembangan Produk Substitusi


Semua perusahaan dalam suatu industri bersaing, dalam arti yang luas dengan industri-
industri yang menghasilkan produk pengganti. Produk pengganti membatasi laba potensial
dari industri dengan menetpkan harga pagu (ceiling price) yang dapat diberikan oleh
perusahaan dalam industri. Makin menarik alternative harga yang ditawarkan oleh produk
pengganti, makin ketat pembatasan laba industri. Mengenali produk-produk subtitusi
(pengganti) adalah persoalan mencari produk lain yang dapat menjalankan fungsi yang sama
seperti produk dalam industri. Posisi dalam menghadapi produk pengganti mungkin
merupakan persoaln tindakan industri secara
kolektif. Produk pengganti menempatkan batas atas dari harga yang dapat ditetapkan sebelum
konsumen akan peindah ke produk pengganti. Kekuatan persaingan dari produk pengganti
paling baik diukur dengan pangsa pasar yang direbut oleh produk tersebut, di samping
rencana perusahaan itu yang meningkatkan kapasitas dan penetrasi pasar (David, 2011).
Pengantian ini terjadi apabila pembeli/konsumen mendapatkan produk pengganti yang lebih
murah atau produk pengganti yang memiliki kualitas lebih baik dengan biaya pengalihan
yang rendah. Semakin sedikit produk pengganti yang tersedia di pasaran akan semakin
menguntungkan perusahaan kita.

4. Kekuatan Tawar-menawar Penjual/Pemasok


Daya tawar pemasok yang kuat memungkinkan pemasok untuk menjual bahan baku pada
harga yang tinggi ataupun menjual bahan baku yang berkualitas rendah kepada pembelinya.
Dengan demikian, keuntungan perusahaan akan menjadi rendah karena memerlukan biaya
yang tinggi untuk membeli bahan baku yang berkualitas tinggi. Sebaliknya, semakin rendah
daya tawar pemasok, semakin tinggi pula keuntungan perusahaan kita.
Daya tawar pemasok menjadi tinggi apabila hanya sedikit pemasok yang menyediakan bahan
baku yang diinginkan sedangkan banyak pembeli yang ingin membelinya, hanya terdapat
sedikit bahan baku pengganti ataupun pemasok memonopoli bahan baku yang ada.
Daya Tawar Pemasok (Bargaining power of supplier) dapat menjadi sebuah ancaman bagi
perusahaan yang selama ini memperoleh input dari pemasok apabila terjadi ketergantungan
perusahaan pada salah satu pemasok yang menjadi semakin besar dari waktu ke waktu.
Indikator yang dapat digunakan untuk melihat ketergantungan perusahaan kepada salah satu
pemasok adalah indikator rasio konsentrasi (concentration ratio) yang dapat menunjukkan
rasio antara jumlah nilai pasokan dari pemasok tertentu dengan keseluruhan nilai persediaan
yang dipasok oleh berbagai pemasok. Pemasok dapat menggunakan kekuatan tawar menawar
terhadap para peserta industri dengan mengamcam akan menaikkan harga atau menurunkan
mutu produk atau jasa yang dibeli. Pemasok yang kuat karenanya dapat menekan
kemampulabaan industri yang tidak mampu mengimbangu kenaikan hargnya (Porter, 1987).

5. Kekuatan Tawar-Menawar Pembeli / Konsumen


Kekuatan ini menilai daya tawar atau kekuatan penawaran dari pembeli/konsumen, semakin
tinggi daya tawar pembeli dalam menuntut harga yang lebih rendah ataupun kualitas produk
yang lebih tinggi, semakin rendah profit atau laba yang akan didapatkan oleh perusahaan
produsen. Harga produk yang lebih rendah berarti pendapatan bagi perusahaan juga semakin
rendah. Di satu sisi, Perusahaan memerlukan biaya yang tinggi dalam menghasilkan produk
yang berkualitas tinggi. Sebaliknya, semakin rendah daya tawar pembeli maka semakin
menguntungkan bagi perusahaan kita. Daya tawar pembeli tinggi apabila jumlah produk
pengganti yang banyak, banyak stok yang tersedia namun hanya sedikit pembelinya.
Kekuatan tawar-menawar konsumen juga lebih tinggi ketika yang dibeli adalah produk
standar atau tidak terdirefensiasi. Ketika kondisinya
seperti ini, konsumen sering kali dapat bernegosiasi tentang harga jual, cakupan garansi, dan
paket aksesori hingga ke tingkat yang lebih tinggi
(David, 2006). Disamping itu, Kekuatan menawar konsumen juga lebih besar kalau produk
yang dibeli standar atau tidak berbeda. Perusahaan pesaing mungkin menawarakan garansi
lebih panjang atau pelayanan khusus untuk memperoleh loyalitas pelanggan kalau kekuatan
menawar dari konsumen luar biasa. Konsumen sering dapat melakukan negosiasi harga jual,
jaminan, dan asesoris kemasan sampai tingkat tertentu (David, 2011).

A. Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Tantangan perusahaan dalam analisis SWOT

Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk


mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan
ancaman (threats) dalam suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis. Keempat faktor itulah yang
membentuk akronim SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, dan threats). Proses ini
melibatkan penentuan tujuan yang spesifik dari spekulasi bisnis atau proyek dan
mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mendukung dan yang tidak dalam
mencapai tujuan tersebut. Analisis SWOT dapat diterapkan dengan cara menganalisis dan
memilah berbagai hal yang mempengaruhi keempat faktornya, kemudian menerapkannya
dalam gambar matrik SWOT, dimana aplikasinya adalah bagaimana kekuatan (strengths)
mampu mengambil keuntungan (advantage) dari peluang (opportunities) yang ada,
bagaimana cara mengatasi kelemahan (weaknesses) yang mencegah keuntungan (advantage)
dari peluang (opportunities)yang ada, selanjutnya bagaimana kekuatan (strengths) mampu
menghadapi ancaman (threats) yang ada, dan terakhir adalah bagaimana cara mengatasi
kelemahan (weaknesses) yang mampu membuat ancaman (threats) menjadi nyata atau
menciptakan sebuah ancaman baru.

1. Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan

Kekuatan (strength) segala sesuatu yang bagus yang dapat diperbuat oleh perusahaan,
atau suatu karakteristik yang memiliki kapabilitas penting. Kekuatan itu dapat berupa
keahlian (skill), keunggulan/kompetensi inti (core competence), sumberdaya, kemampuan
bersaing, tehnologi superior dan lain-lain. Kelemahan (weakness) adalah segala sesuatu yang
merupakan kekurangan perusahaan, atau suatu kondisi yang tidak menguntungkan
perusahaan.

Contoh kekuatan dan kelemahan :

Kekuatan (strength) Kelemahan (weakness)

Keunggulan inti Arah strategi tidak jelas

Keuangan bagus Fasilitas using

Reputasi baik Profitabilitas kurang

Pemimpin pasar Manajemen kurang

Mencapai skala ekonomi Keahlian tidak pas

Tehnologi canggih Reputasi kurang

Biaya rendah Kurang riset dan pengembangan

Periklanan lebih baik Citra pasar jelek

Inovasi produk Jaringan distribusi kurang

Berpengalaman Pemasaran kurang

Pabrik lebih bagus Biaya tinggi


Perusahaan harus dapat menggunakan kekuatannya untuk memenangkan persaingan.
Sedangkan kelemahan yang ada, harus diperbaiki. Strategi dibangun berdasarkan kekuatan
perusahaan dan apa yang terbaik yang dapat diperbuat oleh perusahaan, serta berusaha
menghindari kelemahan dan kekurangmampuan perusahaan.

a. Identifikasi Peluang dan Tantangan

Peluang pasar merupakan faktor terbesar yang membentuk strategi perusahaan. Peluang
industri berbeda dengan peluang perusahaan. Tidak semua perusahaan bisa memanfaatkan
peluang industri. Hal ini tergantung dengan posisi dan kemampuan perusahaan dalam
mengejar peluang yang ada.

Peluang (opportunities) Tantangan (threats)

Tambahan group konsumen Pesaing biaya rendah

Masuk pasar/segmen baru Barang substitusi naik

Mengisi kekosongan barang Pertumbuhan pasar lambat

Integrasi vertikal Perubahan peraturan/UU

Terjadi pertumbuhan Perubahan selera konsumen

Peluang dan tantangan tidak hanya mempengaruhi dayatarik dari suatu situasi
perusahaan, tetapi intinya diperlukan untuk pelaksanaan suatu strategi. Untuk bisa cocok dan
sesuai dengan situasi perusahaan, strategi harus ditujukan untuk mencapai peluang dan sesuai
dengan kapabilitas perusahaan. Pentingnya analisis SWOT menyangkut evaluasi kekuatan,
kelemahan, peluang dan tantangan, serta menggambarkan kesimpulan mengenai dayatarik
situasi perusahaan untuk pelaksanaan suatu strategi (strategic action).

2. Seberapa baik strategi yang sedang dijalankan

Salah satu model perencanaan strategis adalah analisis SWOT (Strength, Weaknesses,
Opportunities dan Threats).

S dan W mengidentifikasikan kekuatan dan kelemahan internal perusahaan dalam hal ini
berkaitan dengan fungsi manajemen (perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pemberian
motivasi dan pengendalian). S dan W juga mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan pada
fungsi bisnis yaitu : merancang pemasaran dan produk; produksi dan penawaran; sumber
daya manusia; dan keuangan.

O dan T merupakan analisis eksternal – berupa peluang dan ancaman yang meliputi aspek
: sosial, teknologi, ekonomi, politik, hukum, lingkungan, demografi dan pesaing.

Dalam analisis matrix SWOT diterapkan sistem “skoring” untuk unsur-unsur yang
dianggap penting. Makna pemberian persentase skor dapat terlihat pada tabel berikut.

Skor SWOT Makna


%

90 – 100 Tertinggi untuk SWOT


80 – 89 Sangat tinggi atau jelas SWOT
70 – 79 Tinggi SWOT
60 – 69 Unsur penting SWOT
50 – 59 Parsial SWOT
40 – 49 Salah satu atau dua wilayah saja SWOT
30 – 39 Kecil sekali SWOT
20 – 29 Hampir tidak ada SWOT

0 – 19 Tidak ada SWOT

“Bobot” menunjukkan kepentingan relatif dari sub-elemen dalam komponen SWOT pada
setiap perusahaan dari waktu ke waktu. Untuk perusahaan baru, aspek S dan W –nya tentu
berbeda dengan perusahaan yang sudah berdiri, khususnya di aspek kinerja. Di sini analisis
harus mencatat berbagai macam perbedaan yang ada pada laporan tersebut.
Analisis Boston Consulting Group (BCG)

Teknik analisis ini berwujud matriks yang mencerminkan kajian “heterogen product”.
Pada matriks ini diketengahkan berbagai “keputusan diagnostik” yang mengisyaratkan bahwa
suatu perusahaan bisa mengalokasikan sumberdayanya pada berbagai produk dan atau jasa
yang produktif .

Asumsi dasar yang melingkupi analisis BCG :

§ Pangsa pasar suatu produk atau jasa relatif besar dan sedang menanjak secara pesat,
umumnya cenderung menghasilkan profitabilitas yang tinggi dan berada pada tingkat
persaingan yang stabil.

§ Sebaliknya bila suatu produk perusahaan mengalami pertumbuhan pasar yang lamban,
upaya peningkatan pangsa pasarnya memerlukan biaya besar. Dalam kondisi ini BCG
menganjurkan agar dana tunai yang didistribusikan untuk kegiatan usaha disesuaikan
dengan pengembangan pangsa pasarnya.

§ Setiap perusahaan akan mengambil opsi strategi pertumbuhan pangsa pasar bila
memiliki keunggulan daya saing dan mempunyai uang cukup untuk pengembangan itu.

3. Perusahaan Kompetitif dalam Biaya

Keunggulan kompetitif perusahaan dapat dibangun dari tiga disiplin nilai. Pertama,
operasional prima (operational excellence). Perusahaan yang menggunakan strategi ini
berupaya mencapai biaya paling efisien pada setiap proses bisnis yang menghasilkan kualitas
jasa dan barang sesuai harapan pelanggan. Kedua, keakraban dengan pelanggan (customer
intimacy). Perusahaan yang menggunakan strategi ini mempertahankan bisnis dengan
menunjukkan pemahaman luar biasa pada kebutuhan dan harapan pelanggan melebihi rata-
rata kompetitor. Ketiga, produk atau layanan yang senantiasa inovatif dan terdepan (product
leadership).
Perusahaan yang menggunakan strategi ini membangun keunggulan kompetitif dengan
terus-menerus menciptakan produk atau layanan yang paling canggih, paling baik, paling
inovatif. Manajemen puncak, manajer madya dan karyawan perlu memahami implikasi setiap
strategi. Perbedaan tema strategi membutuhkan seperangkat indicator keberhasilan yang
berbeda pula. Menjalankan bisnis seperti biasa, akan mendapatkan hasil yang biasa-biasa.
Menjalankan bisnis dengan luar biasa, dengan disiplin eksekusi strategi, akan memberikan
hasil yang lebih baik.

4. Posisi Perusahaan di Pasar

Dalam memperebutkan pangsa pasar, semua perusahaan akan melakukan apa saja yang
bisa dilakukan agar produknya benar-benar diminati oleh pelanggan. Dalam posisi persaingan
ini akan muncul beberapa hal:

1. Dominan (Dominant)

Suatu perusahaan dapat menguasai lebih banyak pangsa pasar, dimana perusahaan tersebut
memahami strategi pemasaran dan memiliki banyak pilihan strategi untuk tetap exis di hati
masyarakat tanpa dipengaruhi oleh strategi pesaingnya.

2. Kuat (Strong)

Perusahaan yang memiliki kekuatan lebih akan mampu bertahan dan lebih leluasa dalam
memasuki pasar dalam jangka waktu yang lebih panjang.

3. Baik (Favorable)

Suatu perusahaan dapat masuk pada pasar dengan menggunakan strategi-strategi tertentu
dimana kondisi perusahaan cukup baik dan memiliki kemampuan lebih dibanding dengan
perusahaan pesaing.

4. Sedang (tenable)

Perusahaan ini pada prinsipnya memiliki kekuatan lebih dibanding dengan perusahaan
pesaing, namun kadang-kadang ia kalah dalam memperebutkan pasar.

5. Lemah (Weak)

Perusahaan tidak mampu bersaing dengan sempurna dibanding dengan perusahaan lain,
namun perusahaan ini masih diterima oleh pelanggan. Berarti perusahaan masih memiliki
harapan untuk hidup lebih baik, tentunya perusahaan akan mengubah apa saja yang bisa
diubah agar perusahaan itu tetap diterima oleh pelanggan, misalnya mengubah strategi
pemasaran, penetapan harga atau memberikan pelayanan lebih dibanding dengan pesaing
dengan harapan perusahaan ini kembali menguasai pasar.

6. Tidak ada harapan (Non Viable)

Perusahaan yang menghadapi kondisi seperti ini sangat tipis harapan untuk
berkembang dengan baik. Hal ini bisa saja disebabkan oleh beberapa faktor antara lain:
produknya sudah tidak disukai lagi oleh konsumen mungkin karena sudah ketinggalan zaman
atau harga tidak sesuai dengan harapan pelanggan atau bisa saja faktor lain yang bersifat
politik.

BAB III

Penutup

Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi Analisis profil perusahaan yang
menjadi pokok bahasan dalam makalah ini. Tentunya masih banyak kekurangan dalam
makalah ini. Kami berharap pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang membangun
demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah-makalah di kesempatan lainnya.
Semoga makalah ini berguna bagi kami pada khususnya juga para pembaca pada umumnya.

A. Kesimpulan

Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk


mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan
ancaman (threats) dalam suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis. Keempat faktor itulah yang
membentuk akronim SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, dan threats).

Kekuatan (strength) segala sesuatu yang bagus yang dapat diperbuat oleh perusahaan,
atau suatu karakteristik yang memiliki kapabilitas penting. Kekuatan itu dapat berupa
keahlian (skill), keunggulan/kompetensi inti (core competence), sumberdaya, kemampuan
bersaing, tehnologi superior dan lain-lain. Kelemahan (weakness) adalah segala sesuatu yang
merupakan kekurangan perusahaan, atau suatu kondisi yang tidak menguntungkan
perusahaan.

Peluang dan tantangan tidak hanya mempengaruhi dayatarik dari suatu situasi
perusahaan, tetapi intinya diperlukan untuk pelaksanaan suatu strategi. Untuk bisa cocok dan
sesuai dengan situasi perusahaan, strategi harus ditujukan untuk mencapai peluang dan sesuai
dengan kapabilitas perusahaan. Pentingnya analisis SWOT menyangkut evaluasi kekuatan,
kelemahan, peluang dan tantangan, serta menggambarkan kesimpulan mengenai dayatarik
situasi perusahaan untuk pelaksanaan suatu strategi (strategic action).
DAFTAR PUSTAKA

1. Foris,P.J, dan Ronny Mustamu. 2015. Analisis Strategi Pada Perusahaan Plastik
Dengan Poster Five Forces. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Petra. 2. Kho,
Budi. 2017. Analisis Lima Kekuatan Porter (Porter’s Five Forces Analysis).

https://ilmumanajemenindustri.com/analisis-lima-kekuatan-porter-porters-

five-forces-analysis. Diakses 31 Agustus 2018

3. Prakoso, Kukuh. 2012. 5 Kekuatan Bersaing Perusahaan (Michael Porter).

https://kukuhprakoso.wordpress.com/2012/10/01/5-kekuatan-bersaing- perusahaan-
michael-porter. Diakses 31 Agustus 2018

4. https://id.scribd.com/document/388390947/MAKALAH-5-Kekuatan-Dasar-
Persaingan-Dalam-

5. https://id.scribd.com/document/350879623/Analisis-Profil-Perusahaan

6. http://hendry96.blogspot.com/2014/09/analisis-profil-perusahaan.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai