Anda di halaman 1dari 10

PORTER FIVE COMPETITIVENESS FORCE MODEL,

BCG MATRIX

Dirangkum oleh:
Agus Daman (55117120104)

FAKULTAS PASCA SARJANA


JURUSAN MAGISTER MANAGEMENT
MATA KULIAH STRATEGIC MANAGEMENT
UNIVERSITAS MERCU BUANA
JAKARTA
A. Analisis Lima Kekuatan Porter (Porter’s Five Forces Analysis)
Analisis Lima Kekuatan Porter atau dalam bahasa Inggris disebut denggan Portes’s Five Forces Analysis
adalah suatu alat yang sederhana namun sangat berguna untuk memahami dimana letak kekuatan
perusahaan kita dalam menghadapi situasi persaingan di dunia bisnis. Dengan mengunakan Analisis
Lima Kekuatan ini, kita dapat memahami kekuatan posisi persaingan saat ini dan kekuatan posisi
persaingan pada bisnis yang sedang direncanakan.

Konsep Analisis Lima Kekuatan (Five Forces) ini pertama kali dikemukakan oleh Michael Porter dari
Universitas Harvard pada tahun 1979. Michael Porter juga dikenal sebagai Bapak Strategi Bisnis
Modern. Analisis Lima Kekuatan Porter atau Porter’s Five Forces Analysis ini merupakan salah satu
Analisis yang sering digunakan dalam Manajemen Strategi sebuah perusahaan.
Porter mengacu pada kekuatan-kekuatan ini sebagai lingkungan mikro, untuk membedakannya
dengan istilah makro lingkungan yang lebih umum. Mereka terdiri dari kekuatan-kekuatan yang dekat
dengan perusahaan yang mempengaruhi kemampuannya untuk melayani pelanggan dan
menghasilkan keuntungan. Perubahan dalam salah satu kekuatan biasanya membutuhkan unit bisnis
untuk menilai ulang pasar mengingat perubahan keseluruhan dalam informasi industri. Daya tarik
industri secara keseluruhan tidak berarti bahwa setiap perusahaan dalam industri akan
mengembalikan profitabilitas yang sama. Perusahaan dapat menerapkan kompetensi inti mereka,
model bisnis atau jaringan untuk mencapai laba di atas rata-rata industri. Contoh nyata dari ini adalah
industri penerbangan.

Sebagai industri, profitabilitas rendah karena struktur yang mendasari industri dari biaya tetap yang
tinggi dan biaya variabel rendah memberikan keleluasaan besar dalam harga perjalanan maskapai.
Airlines cenderung bersaing dalam hal biaya, dan itu menurunkan profitabilitas operator individual
serta industri itu sendiri karena menyederhanakan keputusan oleh pelanggan untuk membeli atau
tidak membeli tiket. Beberapa operator - Richard Branson Virgin Atlantic adalah salah satu - telah
mencoba, dengan keberhasilan yang terbatas, untuk menggunakan sumber diferensiasi untuk
meningkatkan profitabilitas.

Seperti namanya, Porter’s Five Forces Analysis ini mengunakan 5 Kekuatan Industri untuk menentukan
intensitas persaingan dalam suatu industri. Berikut ini adalah kelima Kekuatan menurut Michael
Porter atau lebih dikenal dengan Porter’s Five Forces Analysis.

1. Threat of new entrants (Hambatan bagi Pendatang Baru)

Kekuatan ini menentukan seberapa mudah (atau sulit) untuk masuk ke industri tertentu. Jika Industri
tersebut bisa mendapatkan profit yang tinggi dengan sedikit hambatan maka pesaing akan segera
bermunculan. Semakin banyak perusahaan saingan (kompetitor) yang bersaing pada market yang
sama maka profit atau laba akan semakin menurun. Sebaliknya, semakin tinggi hambatan masuk bagi
pendatang baru maka posisi perusahaan kita yang bergerak di industri tersebut akan semakin
diuntungkan.

Faktor-faktor berikut dapat berpengaruh pada seberapa banyak ancaman yang dapat diajukan oleh
para pendatang baru:

 Adanya hambatan masuk (paten, hak, dll.). Segmen yang paling menarik adalah segmen di
mana hambatan masuk tinggi dan penghalang keluarnya rendah. Namun perlu diperhatikan,
bahwa hambatan tinggi untuk masuk hampir selalu membuat jalan keluar lebih sulit.
 Kebijakan pemerintah.
 Kebutuhan modal.
 Biaya mutlak.
 Kerugian biaya tidak bergantung pada ukuran.
 Skala ekonomi.
 Diferensiasi produk.
 Ekuitas merek.
 Mengalihkan biaya.
 Pembalasan yang diharapkan.
 Akses ke saluran distribusi.
 Loyalitas pelanggan terhadap merek-merek mapan.
 Profitabilitas industri (industri yang lebih menguntungkan, semakin menarik bagi para pesaing
baru).
 Efek Jaringan

2. Bargaining power of suppliers (Daya Tawar Pemasok)

Daya tawar pemasok yang kuat memungkinkan pemasok untuk menjual bahan baku pada harga yang
tinggi ataupun menjual bahan baku yang berkualitas rendah kepada pembelinya. Dengan demikian,
keuntungan perusahaan akan menjadi rendah karena memerlukan biaya yang tinggi untuk membeli
bahan baku yang berkualitas tinggi.

Sebaliknya, semakin rendah daya tawar pemasok, semakin tinggi pula keuntungan perusahaan kita.
Daya tawar pemasok menjadi tinggi apabila hanya sedikit pemasok yang menyediakan bahan baku
yang diinginkan sedangkan banyak pembeli yang ingin membelinya, hanya terdapat sedikit bahan
baku pengganti ataupun pemasok memonopoli bahan baku yang ada.

Adapun Faktor-faktor penyebab, diantaranya:

 Pemasokan biaya switching relatif terhadap biaya switching perusahaan.


 Tingkat diferensiasi input.
 Dampak input pada biaya dan diferensiasi.
 Kehadiran input pengganti.
 Kekuatan saluran distribusi.
 Konsentrasi pemasok untuk rasio konsentrasi perusahaan.
 Solidaritas karyawan (misalnya serikat buruh).
 Persaingan Pemasok: kemampuan untuk memadukan secara vertikal dan memotong pembeli.

3. Bargaining power of buyers (Daya Tawar Pembeli)

Kekuatan ini menilai daya tawar atau kekuatan penawaran dari pembeli/konsumen, semakin tinggi
daya tawar pembeli dalam menuntut harga yang lebih rendah ataupun kualitas produk yang lebih
tinggi, semakin rendah profit atau laba yang akan didapatkan oleh perusahaan produsen. Harga
produk yang lebih rendah berarti pendapatan bagi perusahaan juga semakin rendah. Di satu sisi,
Perusahaan memerlukan biaya yang tinggi dalam menghasilkan produk yang berkualitas tinggi.
Sebaliknya, semakin rendah daya tawar pembeli maka semakin menguntungkan bagi perusahaan kita.
Daya tawar pembeli tinggi apabila jumlah produk pengganti yang banyak, banyak stok yang tersedia
namun hanya sedikit pembelinya.

Adapun Faktor-faktor penyebab, diantaranya:

 Konsentrasi pembeli untuk rasio konsentrasi perusahaan.


 Tingkat ketergantungan pada saluran distribusi yang ada.
 Tawar menawar, khususnya di industri dengan biaya tetap tinggi.
 Pembeli mengganti biaya.
 Ketersediaan informasi pembeli.
 Ketersediaan produk pengganti yang ada.
 Sensitivitas harga pembeli.
 Keunggulan diferensial (keunikan) dari produk industry.
 Analisis RFM (nilai pelanggan)

4. Threat of substitutes (Hambatan bagi Produk Pengganti)

Hambatan atau ancaman ini terjadi apabila pembeli/konsumen mendapatkan produk pengganti yang
lebih murah atau produk pengganti yang memiliki kualitas lebih baik dengan biaya pengalihan yang
rendah. Semakin sedikit produk pengganti yang tersedia di pasaran akan semakin menguntungkan
perusahaan kita.

Adapun faktor-faktor penyebab, diantaranya :

 Kecenderungan pembeli untuk mengganti


 Kinerja harga relatif pengganti
 Biaya pengalihan pembeli
 Tingkat diferensiasi produk yang dirasakan
 Jumlah produk pengganti yang tersedia di pasar
 Kemudahan substitusi
 Ketersediaan pengganti yang dekat

5. Rivalry among existing competitors (Tingkat Persaingan dengan Kompetitor)

Kekuatan ini adalah penentu utama, perusahaan harus bersaing secara agresif untuk mendapatkan
pangsa pasar yang besar. Perusahaan kita akan semakin diuntungkan apabila posisi perusahaan kita
kuat dan tingkat persaingan pada pasar (Market) yang sama tersebut yang rendah. Persaingan
semakin ketat akan terjadi apabila banyak pesaing yang merebut pangsa pasar yang sama, loyalitas
pelanggan yang rendah, produk dapat dengan cepat digantikan dan banyak kompetitor yang memiliki
kemampuan yang sama dalam menghadapi persaingan.

Adapun faktor-faktor penyebab, diantaranya:


 Keunggulan kompetitif yang berkelanjutan melalui inovasi.
 Persaingan antara perusahaan online dan offline.
 Tingkat biaya iklan.
 Strategi bersaing yang kuat.
 Rasio konsentrasi perusahaan.
B. BCG Matrix
a. Pengertian Analisis Matriks BCG dan Contohnya
Matriks BCG atau BCG Matrix adalah alat analisis bisnis yang digunakan untuk membantu
perusahaan dalam mempertimbangkan peluang pertumbuhan dengan perencanaan strategis
jangka panjang dan meninjau portofolio produk perusahaan tersebut agar dapat mengambil
keputusan untuk berinvestasi, mengembangkan atau menghentikan produknya. Matrik BCG
ini juga membantu perusahaan dalam menentukan pengalokasian sumber daya dan sebagai alat
analisis dalam pemasaran merek, manajemen produk, manajemen strategis dan analisis
Portofolio. Matriks BCG dikembangkan oleh Bruce Henderson pada tahun 1970-an. Bruce
Henderson juga merupakan pendiri Boston Consulting Group (BCG) yaitu sebuah perusahaan
konsultan manajemen global yang terkemuka yang pernah menduduki peringkat ketiga
perusahaan terbaik untuk bekerja versi Forbes pada tahun 2014. Karena Matriks ini
dikembangkan oleh pendiri Boston Consulting Group (BCG) maka matriks ini dinamakan
dengan Matrik BCG yang singkatan dari Boston Consulting Group. Matriks BCG ini juga
berkaitan erat dengan siklus hidup produk (Products life cycle) sehingga sering disebut juga
dengan Product Portfolio Matrix (Matriks Portofolio Produk). Nama-nama lain Matriks BCG
diantaranya adalah BCG Growth-Share Matrix (Matriks Pertumbuhan dan Pangsa Pasar BCG),
Boston Box dan Portfolio Diagram (Diagram Portofolio).
Matriks BCG terdiri dari matriks yang berukuran 2 baris x 2 kolom atau terdiri dari 4 sel (4
kuadran). 4 sel tersebut pada dasarnya mewakili 4 kategori portofolio produk perusahaan dari
2 dimensi klasifikasi bisnis unit yaitu Relative Market Share (pangsa pasar relatif) dan Market
Growth Rate (tingkat pertumbuhan pasar). Kategori-kategori tersebut masing-masing diwakili
oleh Bintang (Star), Sapi Perah (Cash Cows), Anjing (Dogs) dan Tanda Tanya (Question
Marks).

Gambar 2. BCG Matrix

1) Stars (Bintang) Yang termasuk dalam kategori Stars atau Bintang adalah produk atau unit
bisnis yang memiliki pangsa pasar yang dominan dan pertumbuhan yang cepat serta
menghasilkan uang (pendapatan) yang besar. Ini berarti produk-produk yang dihasilkan
merupakan produk-produk terkemuka yang diminati oleh pasar. Perusahaan membutuhkan
banyak investasi untuk mempertahankan posisi produk-produk tersebut dan untuk mendukung
pertumbuhan lebih lanjut serta mempertahankan keunggulan-keunggulan atas produk tersebut
agar dapat tetap bersaing dengan produk kompetitor lainnya. Produk-produk di kategori
Bintang ini dapat berubah menjadi kategori Sapi perah (Cash Cows) apabila mereka tetap dapat
mempertahankan keberhasilan mereka hingga tingkat pertumbuhannya mengalami penurunan.

2) Cash Cows (Sapi Perah) Yang termasuk dalam kategori Cash Cows atau Sapi Perah adalah
produk atau unit bisnis yang merupakan pemimpin pasar, menghasilkan uang atau pendapatan
yang lebih banyak dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaannya. Produk
atau unit bisnis pada kategori ini memiliki pangsa pasar yang tinggi namun prospek
pertumbuhan kedepan akan sangat terbatas. Pendapatan yang didapat pada tingkat Cash Cows
ini biasanya digunakan sebagai pendanaan untuk penelitian dan pengembangan produk-produk
baru yang masih berada di kategori Question Marks (Tanda Tanya) atau membayar
hutanghutang perusahaan serta membayar dividen kepada pemegang saham. Perusahaan
disarankan untuk tetap berinvestasi pada produk-produk dalam kategori Cash Cows ini untuk
mempertahankan produktivitas dan kualitas atau dapat juga dijadikan pendapatan pasif bagi
perusahaan.

3) Dogs (Anjing) Dogs (Anjing) atau juga dikenal dengan istilah hewan peliharaan, yang
termasuk pada kategori Dogs ini adalah produk atau unit bisnis yang memiliki pangsa pasar
rendah dan mengalami tingkat pertumbuhan yang rendah. Produk-produk pada kategori ini
biasanya hanya memberikan kontribusi keuntungan yang sangat rendah atau bahkan harus
menderita kerugian. Produk atau bisnis unit kategori Dogs ini umumnya merupakan beban bagi
perusahaan karena dapat menguras waktu manajemen dan sebagian besar sumber daya
perusahaan. Unit bisnis atau produk yang telah berada pada kategori ini biasanya akan
mengalami pengurangan, divestasi ataupun likuidasi oleh manajemen perusahaan.

4) Question Marks (Tanda Tanya) Kategori Question Marks kadang-kadang disebut juga
dengan problem children atau wildcats). Yang termasuk dalam kategori Question Marks ini
adalah produk atau bisnis unit yang memiliki prospek pertumbuhan yang tinggi tetapi pangsa
pasarnya masih sangat rendah. Penghasilan (uang) yang didapat umumnya tidak sebanding
dengan biaya-biaya yang dikeluarkan (lebih banyak pengeluaran daripada pendapatan). Namun
karena prospek pertumbuhannya sangat pesat sehingga berpotensi untuk berubah menjadi Stars
atau Bintang. Manajemen perusahaan tersebut disarankan untuk tetap berinvestasi pada produk
atau bisnis unit yang berada dalam kategori Question Marks ini karena pertumbuhan yang
tinggi. Dari penjelasan 4 kategori pada Matriks BCG diatas, terlihat bahwa analisis matriks
BCG memiliki hubungan yang erat dengan Siklus Hidup Produk (Product Life Cycle) seperti
pada gambar dibawah ini.
Gambar 3. Hubungan Siklus Hidup Produk dengan Matriks BCG

b. Strategi setelah Analisis Matriks BCG


Setelah mengetahui posisi produk dan bisnis unit kita berada, tahap selanjutnya adalah
menerapkan strategi yang sesuai dengan kondisi pasar dan tingkat persaingan yang ada. Berikut
ini terdapat empat strategi yang dapat diterapkan pada bisnis unit atau produkproduk yang
berada dalam Matriks BCG.
 Build atau Membangun, yaitu meningkatkan investasi pada produk atau unit bisnis agar
dapat meningkatkan pangsa pasar. Strategi ini biasanya dilakukan untuk mendorong
produk-produk dalam kategori Question Marks menjadi Stars dan akhirnya menjadi
Cash Cows.
 Hold atau Mempertahankan, yaitu strategi untuk mempertahankan produk-produk agar
tetap pada kategori yang sama. Strategi tersebut biasanya digunakan pada kategori
Stars.
 Harvest atau Memanen, yaitu strategi untuk mengurangi investasi dan mencoba untuk
mendapatkan uang tunai (cash) semaksimum mungkin dari produk atau meningkatkan
profitabilitas secara keseluruhan. Strategi ini biasanya digunakan pada produk-produk
atau unit bisnis yang berada di kategori Cash Cows.
 Divest atau Melakukan Divestasi, yaitu strategi yang melakukan penutupan usaha atau
likuidasi terhadap unit bisnis atau produk yang mengalami kerugian atau produk yang
memiliki pangsa pasar rendah. Strategi Divestasi ini biasanya dilakukan pada produk
atau unit bisnis yang berada di kategori Dogs.
c. Cara Menggunakan Analisis Matriks BCG
Berikut ini adalah langkah-langkah dalam menganalisis produk atau unit bisnis dengan
menggunakan Matriks BCG:
 Langkah 1. Pilih Unit atau Produk yang ingin dianalisis Analisis Matriks BCG dapat
digunakan untuk menganalisis Bisnis unit strategis, merek, produk atau bahkan
perusahaan itu sendiri. Langkah pertama adalah menentukan pilihan terhadap unit mana
yang akan dianalisis.
 Langkah 2. Tentukan Pasar (Market) Menentukan Pasar merupakan hal yang paling
penting dalam melakukan analisis. Kesalahan menentukan pasar akan menyebabkan
klasifikasi yang tidak tepat. Sebagai contoh, jika kita menganalisis mobil bermerek
BMW di pasar pengangkutan umum maka akan mendapatkan hasil di kategori Dogs.
Karena mobil bermerek BMW lebih dominan dan kuat di pasar mobil mewah.
 Langkah 3. Menghitung Pangsa Pasar Relative (Relative Market Share) Relative
Market Share dapat dihitung berdasarkan segi Pangsa Pasar ataupun segi Pendapatan.
Perhitungannya adalah dengan membagi Pangsa Pasar atau Pendapatan merek kita
sendiri dengan Pangsa Pasar atau Pendapatan merek pesaing terbesar kita dalam
industri yang sama. Misalnya, jika perusahaan kita adalah memproduksi Smartphone,
pangsa pasar pesaing kita adalah sekitar 25% sedangkan pangsa pasar kita hanya 10%
pada tahun yang sama, maka nilai Relative Market Share kita adalah 0,4 saja. Dalam
Matriks BCG, Relative Market Share diletakkan pada sumbu X. Di sudut kiri paling
atas berikan nilai 1, ditengah matriks berikan nilai 0,5 dan sudut kanan atas berikan
nilai 0. Relative Market Share = Pangsa Pasar atau Pendapatan Perusahaan kita / Pangsa
Pasar atau Pendapatan Perusahaan pesaing terbesar
 Langkah 4. Ketahui tingkat pertumbuhan pasar (Growth Market Rate) Tingkat
pertumbuhan industri dapat diketahui dari laporan industri yang biasanya tersedia
secara online. Tingkat Pertumbuhan pasar dapat dihitung dengan melihat pertumbuhan
pendapatan rata-rata dari perusahaan terkemuka. Tingkat pertumbuhan pasar diukur
dengan persentase (%). Titik tengah sumbu Y biasanya ditetapkan pada tingkat
pertumbuhan 10%, tetapi dapat juga bervariasi sesuai dengan aktual pencapaian
industri yang bersangkutan. Beberapa industri mengalami pertumbuhan selama
bertahun-tahun tetapi hanya pada tingkat pertumbuhan ratarata 1% hingga 2% per
tahun. Oleh karena itu, ketika melakukan analisis kita harus mengetahui tingkat
pertumbuhan yang dianggap paling signifikan (titik tengah) untuk memisahkan Cash
Cows dengan Stars dan Question Marks dengan Dogs.
 Langkah 5. Menggambar Siklus di Matriks BCG Setelah melakukan perhitungan pada
setiap variabel pengukuran, gambarkan posisi merek atau produk anda ke dalam
matriks dengan bentuk lingkaran. Gambarkan juga merek atau produk lainnya dengan
bentuk lingkaran sesuai dengan proporsi pendapatan atau pangsa pasar yang didapat
oleh merek yang bersangkutan.
d. Contoh Analisis Matriks BCG
Berdasarkan langkah-langkah yang disebutkan diatas, berikut ini adalah contoh untuk Analisis
Matriks BCG atau BCG Growth-Share Matrix.
Referensi:
1. Hapzi Ali, 2018. Modul Manajeen Strategic, UMB Jakarta.
2. https://ilmumanajemenindustri.com/analisis-lima-kekuatan-porter-porters-five-forces-
analysis/

Anda mungkin juga menyukai