Anda di halaman 1dari 11

10 Kisah Cinta Paling Indah Dalam Islam

27 November 2013 pukul 18:06

1. Ali bin Abi Thalib dan Fatimah Az-Zahra


Cinta Ali dan Fatimah luar biasa indah, terjaga kerahasiaanya dalam sikap, ekspresi,
dan kata, hingga akhirnya Allah menyatukan mereka dalam suatu pernikahan. Konon
saking rahasianya, setan saja tidak tahu menahu soal cinta di antara mereka. Subhanallah.
Ali terpesona pada Fatimah sejak lama, disebabkan oleh kesantunan, ibadah, kecekatan
kerja, dan paras putri kesayangan Rasulullah Saw. itu. Ia pernah tertohok dua kali saat Abu
Bakar dan Umar ibn Khattab melamar Fatimah sementara dirinya belum siap untuk
melakukannya. Namun kesabarannya berbuah manis,lamaran kedua orang sahabat yang tak
diragukan lagi kesholehannya tersebut ternyata ditolak Rasulullah Saw. Akhirnya Ali
memberanikan diri. Dan ternyata lamarannya kepada Fatimah yang hanya bermodal baju
besi diterima.
Di sisi lain, Fatimah ternyata telah memendam cintanya kepada Ali sejak lama.
Dalam suatu riwayat dikisahkan bahwa suatu hari setelah kedua menikah, Fatimah berkata
kepada Ali: “Maafkan aku, karena sebelum menikah denganmu. Aku pernah satu kali
merasakan jatuh cinta pada seorang pemuda dan aku ingin menikah dengannya”. Ali pun
bertanya mengapa ia tetap mau menikah dengannya, dan apakah Fatimah menyesal
menikah dengannya. Sambil tersenyum Fathimah menjawab, “Pemuda itu adalah dirimu”

2. Umar bin Abdul Aziz


Umar bin Abdul Aziz, khalifah termasyhur dalam Bani Umayyah, suatu kali jatuh
cinta pada seorang gadis, namun istrinya, Fatimah binti Abdul Malik tak pernah
mengizinkannya menikah lagi. Suatu saat dikisahkan bahwa Umar mengalami sakit akibat
kelelahan dalam mengatur urusan pemerintahan. Fatimah pun datang membawa kejutan
untuk menghibur suaminya. Ia menghadiahkan gadis yang telah lama dicintai Umar, begitu
pun si gadis mencintai Umar. Namun Umar malah berkata: "Tidak! Ini tidak boleh terjadi.
Saya benar-benar tidak merubah diri saya kalau saya kembali kepada dunia perasaan
semacam itu,"
Umar memenangkan cinta yang lain, karena memang ada cinta di atas cinta. Akhirnya
ia menikahkan gadis itu dengan pemuda lain. Tidak ada cinta yang mati di sini. Karena
sebelum meninggalkan rumah Umar, gadis itu bertanya, "Umar, dulu kamu pernah
mencintaiku. Tapi kemanakah cinta itu sekarang?" Umar bergetar haru, tapi ia kemudian
menjawab, "Cinta itu masih tetap ada, bahkan kini rasanya lebih dalam!"

3. Abdurrahman ibn Abu Bakar


Abdurrahman bin Abu Bakar Ash Shiddiq dan istrinya, Atika, amat saling mencintai
satu sama lain sehingga Abu Bakar merasa khawatir dan pada akhirnya meminta
Abdurrahman menceraikan istrinya karena takut cinta mereka berdua melalaikan dari jihad
dan ibadah. Abdurrahman pun menuruti perintah ayahnya, meski cintanya pada sang istri
begitu besar.
Namun tentu saja Abdurrahman tak pernah bisa melupakan istrinya. Berhari-hari ia
larut dalam duka meski ia telah berusaha sebaik mungkin untuk tegar. Perasaan
Abdurrahman itu pun melahirkan syair cinta indah sepanjang masa: Demi Allah, tidaklah
aku melupakanmu Walau mentari tak terbit meninggi Dan tidaklah terurai air mata merpati
itu Kecuali berbagi hati Tak pernah kudapati orang sepertiku Menceraikan orang seperti dia
Dan tidaklah orang seperti dia dithalaq karena dosanya Dia berakhlaq mulia, beragama, dan
bernabikan Muhammad Berbudi pekerti tinggi, bersifat pemalu dan halus tutur katanya
Akhirnya hati sang ayah pun luluh. Mereka diizinkan untuk rujuk kembali. Abdurrahman
pun membuktikan bahwa cintanya suci dan takkan mengorbankan ibadah dan jihadnya di
jalan Allah. Terbukti ia syahid tak berapa lama kemudian.

4. Rasulullah Saw. dan Khadijah binti Khuwailid


Teladan dalam kisah cinta terbaik tentunya datang dari insan terbaik sepanjang masa:
Rasulullah Saw. Cintanya kepada Khadijah tetap abadi walaupun Khadijah telah
meninggal. Alkisah ternyata Rasulullah telah memendam cintanya pada Khadijah sebelum
mereka menikah. Saat sahabat Khadijah, Nafisah binti Muniyah, menanyakan kesedian
Nabi Saw. untuk menikahi Khadijah, maka Beliau menjawab: “Bagaimana caranya?” Ya,
seolah-olah Beliau memang telah menantikannya sejak lama. Setahun setelah Khadijah
meninggal, ada seorang wanita shahabiyah yang menemui Rasulullah Saw. Wanita ini
bertanya, "Ya Rasulullah, mengapa engkau tidak menikah? Engkau memiliki 9 keluarga
dan harus menjalankan seruan besar."
Sambil menangis Rasulullah Saw menjawab, "Masih adakah orang lain setelah
Khadijah?" Kalau saja Allah tidak memerintahkan Muhammad Saw untuk menikah, maka
pastilah Beliau tidak akan menikah untuk selama-lamanya. Nabi Muhammad Saw menikah
dengan Khadijah layaknya para lelaki. Sedangkan pernikahan-pernikahan setelah itu hanya
karena tuntutan risalah Nabi Saw, Beliau tidak pernah dapat melupakan istri Beliau ini
walaupun setelah 14 tahun Khadijah meninggal. Masih banyak lagi bukti-bukti cinta
dahsyat nan luar biasa islami Rasulullah Saw. kepada Khadijah. Subhanallah.

5. Rasulullah Saw. dan Aisyah


Jika Rasulullah SAW ditanya siapa istri yang paling dicintainya, Rasul menjawab,
”Aisyah”. Tapi ketika ditanya tentang cintanya pada Khadijah, beliau menjawab, “cinta itu
Allah karuniakan kepadaku”. Cinta Rasulullah pada keduanya berbeda, tapi keduanya lahir
dari satu yang sama: pesona kematangan.
Pesona Khadijah adalah pesona kematangan jiwa. Pesona ini melahirkan cinta sejati
yang Allah kirimkan kepada jiwa Nabi Saw. Cinta ini pula yang masih menyertai nama
Khadijah tatkala nama tersebut disebut-sebut setelah Khadijah tiada, sehingga Aisyah
cemburu padanya. Sedangkan Aisyah adalah gabungan dari pesona kecantikan, kecerdasan,
dan kematangan dini. Ummu Salamah berkata, “Rasul tidak dapat menahan diri jika
bertemu dengan Aisyah.”
Banyak kisah-kisah romantis yang menghiasi kehidupan Nabi Muhammad dan
istrinya, Aisyah. Rasul pernah berlomba lari dengan Aisyah. Rasul pernah bermanja diri
kepada Aisyah. Rasul memanggil Aisyah dengan panggilan kesayangan ‘Humaira’. Rasul
pernah disisirkan rambutnya, dan masih banyak lagi kisah serupa tentang romantika suami-
istri.

6. Thalhah ibn ‘Ubaidillah


Berikut ini kutipan kisah Thalhah ibn ‘Ubaidillah. Satu hari ia berbincang dengan
‘Aisyah, isteri sang Nabi, yang masih terhitung sepupunya. Rasulullah datang, dan wajah
beliau pias tak suka. Dengan isyarat, beliau Shallallaahu ‘Alaihi wa Sallam meminta
‘Aisyah masuk ke dalam bilik. Wajah Thalhah memerah. Ia undur diri bersama gumam
dalam hati, “Beliau melarangku berbincang dengan ‘Aisyah. Tunggu saja, jika beliau telah
diwafatkan Allah, takkan kubiarkan orang lain mendahuluiku melamar ‘Aisyah.”
Satu saat dibisikannya maksud itu pada seorang kawan, “Ya, akan kunikahi ‘Aisyah jika
Nabi telah wafat.”
Gumam hati dan ucapan Thalhah disambut wahyu. Allah menurunkan firmanNya
kepada Sang Nabi dalam ayat kelimapuluhtiga surat Al Ahzab, “Dan apabila kalian
meminta suatu hajat kepada isteri Nabi itu, maka mintalah pada mereka dari balik hijab.
Demikian itu lebih suci bagi hati kalian dan hati mereka. Kalian tiada boleh menyakiti
Rasulullah dan tidak boleh menikahi isteri-isterinya sesudah wafatnya selama-lamanya.”
Ketika ayat itu dibacakan padanya, Thalhah menangis. Ia lalu memerdekakan budaknya,
menyumbangkan kesepuluh untanya untuk jalan Allah, dan menunaikan haji dengan
berjalan kaki sebagai taubat dari ucapannya. Kelak, tetap dengan penuh cinta dinamainya
putri kecil yang disayanginya dengan asma ‘Aisyah. ‘Aisyah binti Thalhah. Wanita jelita
yang kelak menjadi permata zamannya dengan kecantikan, kecerdasan, dan
kecemerlangannya. Persis seperti ‘Aisyah binti Abi Bakr yang pernah dicintai Thalhah.
Subhanallah.

7. Kisah cinta yang membawa surge


Al-Mubarrid menyebutkan dari Abu Kamil dari Ishaq bin Ibrahim dari Raja' bin Amr
An-Nakha'i, ia berkata, "Adalah di Kufah, terdapat pemuda tampan, dia sangat rajin dan
taat. Suatu waktu dia berkunjung ke kampung dari Bani An-Nakha'. Dia melihat seorang
wanita cantik dari mereka sehingga dia jatuh cinta dan kasmaran. Dan ternyata cintanya
pada si wanita cantik tak bertepuk sebelah tangan. Karena sudah jatuh cinta, akhirnya
pemuda itu mengutus seseorang untuk melamar gadis tersebut. Tetapi si ayah mengabarkan
bahwa putrinya telah dojodohkan dengan sepupunya. Walau demikian, cinta keduanya tak
bisa padam bahkan semakin berkobar. Si wanita akhirnya mengirim pesan lewat seseorang
untuk si pemuda, bunyinya, 'Aku telah tahu betapa besar cintamu kepadaku, dan betapa
besar pula aku diuji dengan kamu. Bila kamu setuju, aku akan mengunjungimu atau aku
akan mempermudah jalan bagimu untuk datang menemuiku di rumahku.' Dijawab oleh
pemuda tadi melalui orang suruhannya, 'Aku tidak setuju dengan dua alternatif itu,
sesungguhnya aku merasa takut bila aku berbuat maksiat pada Rabbku akan adzab yang
akan menimpaku pada hari yang besar. Aku takut pada api yang tidak pernah mengecil
nyalanya dan tidak pernah padam kobaranya.'
Ketika disampaikan pesan tadi kepada si wanita, dia berkata, "Walau demikian,
rupanya dia masih takut kepada Allah? Demi Allah, tak ada seseorang yang lebih berhak
untuk bertaqwa kepada Allah dari orang lain. Semua hamba sama-sama berhak untuk itu."
Kemudian dia meninggalkan urusan dunia dan menyingkirkan perbuatan-perbuatan
buruknya serta mulai beribadah mendekatkan diri kepada Allah. Akan tetapi, dia masih
menyimpan perasaan cinta dan rindu pada sang pemuda. Tubuhnya mulai kurus karena
menahan rindunya, sampai akhirnya dia meninggal dunia karenanya. Dan pemuda itu
seringkali berziarah ke kuburnya, Dia menangis dan mendo'akanya. Suatu waktu dia
tertidur di atas kuburannya. Dia bermimpi berjumpa dengan kekasihnya dengan
penampilan yang sangat baik. Dalam mimpi dia sempat bertanya, "Bagaimana keadaanmu?
Dan apa yang kau dapatkan setelah meninggal?"
Dia menjawab, "Sebaik-baik cinta wahai orang yang bertanya, adalah cintamu.
Sebuah cinta yang dapat mengiring menuju kebaikan."
Pemuda itu bertanya, "Jika demikian, kemanakah kau menuju?" Dia jawab, "Aku
sekarang menuju pada kenikmatan dan kehidupan yang tak berakhir. Di Surga kekekalan
yang dapat kumiliki dan tidak akan pernah rusak."
Pemuda itu berkata, "Aku harap kau selalu ingat padaku di sana, sebab aku di sini
juga tidak melupakanmu." Dia jawab, "Demi Allah, aku juga tidak melupakanmu. Dan aku
meminta kepada Tuhanku dan Tuhanmu (Allah SWT) agar kita nanti bisa dikumpulkan.
Maka, bantulah aku dalam hal ini dengan kesungguhanmu dalam ibadah."
Si pemuda bertanya, "Kapan aku bisa melihatmu?" Jawab si wanita: "Tak lama lagi kau
akan datang melihat kami." Tujuh hari setelah mimpi itu berlalu, si pemuda dipanggil oleh
Allah menuju kehadiratNya, meninggal dunia.
Hmm, sebuah kisah cinta yang agung dengan berdasarkan janji bertemu di surga.
Luar biasa. AllahuAkbar.

8. Ummu Sulaim dan Abu Thalhah


Ummu Sulaim merupakan janda dari Malik bin Nadhir. Abu Thalhah yang
memendam rasa cinta dan kagum akhirnya memutuskan untuk menikahi Ummu Sulaim
tanpa banyak pertimbangan. Namun di luar dugaan, jawaban Ummu Sulaim membuat
lidahnya menjadi kelu dan rasa kecewanya begitu menyesakkan dada, meski Ummu Sulaim
berkata dengan sopan dan rasa hormat, "Sesungguhnya saya tidak pantas menolak orang
yang seperti engkau, wahai Abu Thalhah. Hanya sayang engkau seorang kafir dan saya
seorang muslimah. Maka tak pantas bagiku menikah denganmu. Coba Anda tebak apa
keinginan saya?"
"Engkau menginginkan dinar dan kenikmatan," kata Abu Thalhah.
"Sedikitpun saya tidak menginginkan dinar dan kenikmatan. Yang saya inginkan
hanya engkau segera memeluk agama Islam," tukas Ummu Sualim tandas.
"Tetapi saya tidak mengerti siapa yang akan menjadi pembimbingku?" tanya Abu
Thalhah.
"Tentu saja pembimbingmu adalah Rasululah sendiri," tegas Ummu Sulaim.
Maka Abu Thalhah pun bergegas pergi menjumpai Rasulullah Saw. yang mana saat itu
tengah duduk bersama para sahabatnya. Melihat kedatangan Abu Thalhah, Rasulullah Saw.
berseru, "Abu Thalhah telah datang kepada kalian, dan cahaya Islam tampak pada kedua
bola matanya."
Ketulusan hati Ummu Sulaim benar-benar terasa mengharukan relung-relung hati
Abu Thalhah. Ummu Sulaim hanya akan mau dinikahi dengan keislamannya tanpa
sedikitpun tegiur oleh kenikmatan yang dia janjikan. Wanita mana lagi yang lebih pantas
menjadi istri dan ibu asuh anak-anaknya selain Ummu Sulaim? Hingga tanpa terasa di
hadapan Rasulullah Saw. lisan Abu Thalhah basah mengulang-ulang kalimat, "Saya
mengikuti ajaran Anda, wahai Rasulullah. Saya bersaksi, bahwa tidak ada ilah yang berhak
diibadahi kecuali Allah dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah utusanNya."
Menikahlah Ummu Sulaim dengan Abu Thalhah, sedangkan maharnya adalah keislaman
suaminya. Hingga Tsabit –seorang perawi hadits- meriwayatkan dari Anas, "Sama sekali
aku belum pernah mendengar seorang wanita yang maharnya lebih mulia dari Ummu
Sulaim, yaitu keislaman suaminya." Selanjutnya mereka menjalani kehidupan rumah
tangga yang damai dan sejahtera dalam naungan cahaya Islam.
9. Kisah seorang pemuda yang menemukan apel
Alkisah ada seorang pemuda yang ingin pergi menuntut ilmu. Dictengah perjalanan
dia haus dan singgah sebentar di sungai yang airnya jernih. dia langsung mengambil air dan
meminumnya. tak berapa lama kemudian dia melihat ada sebuah apel yang terbawa arus
sungai, dia pun mengambilnya dan segera memakannya. setelah dia memakan segigit apel
itu dia segera berkata "Astagfirullah"
Dia merasa bersalah karena telah memakan apel milik orang lain tanpa meminta izin
terlebih dahulu. "Apel ini pasti punya pemiliknya, lancang sekali aku sudah memakannya.
Aku harus menemui pemiliknya dan menebus apel ini".
Akhirnya dia menunda perjalanannya menuntut ilmu dan pergi menemui sang pemilik
apel dengan menyusuri bantaran sungai untuk sampai kerumah pemilik apel. Tak lama
kemudian dia sudah sampai ke rumah pemilik apel. Dia melihat kebun apel yang apelnya
tumbuh dengan lebat.
"Assalamualaikum...."
"Waalaikumsalam wr.wb.". Jawab seorang lelaki tua dari dalam rumahnya.
Pemuda itu dipersilahkan duduk dan dia pun langsung mengatakan segala sesuatunya tanpa
ada yang ditambahi dan dikurangi. Bahwa dia telah lancang memakan apel yang terbawa
arus sungai.
"Berapa harus kutebus harga apel ini agar kau ridha apel ini aku makan pak tua".
tanya pemuda itu.
Lalu pak tua itu menjawab. "Tak usah kau bayar apel itu, tapi kau harus bekerja di
kebunku selama 3 tahun tanpa dibayar, apakah kau mau?"
Pemuda itu tampak berfikir, karena untuk segigit apel dia harus membayar dengan
bekerja di rumah bapak itu selama tiga tahun dan itupun tanpa digaji, tapi hanya itu satu-
satunya pilihan yang harus diambilnya agar bapak itu ridha apelnya ia makan."Baiklah pak,
saya mau."
Alhasil pemuda itu bekerja di kebun sang pemilik apel tanpa dibayar. Hari berganti
hari, minggu, bulan dan tahun pun berlalu. Tak terasa sudah tiga tahun dia bekerja dikebun
itu. Dan hari terakhir dia ingin pamit kepada pemilik kebun.
"Pak tua, sekarang waktuku bekerja di tempatmu sudah berakhir, apakah sekarang
kau ridha kalau apelmu sudah aku makan?"
Pak tua itu diam sejenak. "Belum."
Pemuda itu terhenyak. "Kenapa pak tua, bukankah aku sudah bekerja selama tiga
tahun di kebunmu."
"Ya, tapi aku tetap tidak ridha jika kau belum melakukan satu permintaanku lagi."
"Apa itu pak tua?"
"Kau harus menikahi putriku, apakah kau mau?"
"Ya, aku mau." jawab pemuda itu.
Bapak tua itu mengatakan lebih lanjut. "Tapi, putriku buta, tuli, bisu dan lumpuh,
apakah kau mau?"
Pemuda itu tampak berfikir, bagaimana tidak...dia akan menikahi gadis yang tidak
pernah dikenalnya dan gadis itu cacat, dia buta, tuli, dan lumpuh. Bagaimana dia bisa
berkomunikasi nantinya? Tapi diap un ingat kembali dengan segigit apel yang telah
dimakannya. Dan dia pun menyetujui untuk menikah dengan anak pemilik kebun apel itu
untuk mencari ridha atas apel yang sudah dimakannya.
"Baiklah pak, aku mau."
Segera pernikahan pun dilaksanakan. Setelah ijab kabul sang pemuda itupun masuk
kamar pengantin. Dia mengucapkan salam dan betapa kagetnya dia ketika dia mendengar
salamnya dibalas dari dalam kamarnya. Seketika itupun dia berlari mencari sang bapak
pemilik apel yang sudah menjadi mertuanya.
"Ayahanda...siapakah wanita yang ada didalam kamar pengantinku? Kenapa aku
tidak menemukan istriku?"
Pak tua itu tersenyum dan menjawab. "Masuklah nak, itu kamarmu dan yang di dalam
sana adalah istimu."
Pemuda itu tampak bingung. "Tapi ayahanda, bukankah istriku buta, tuli tapi kenapa
dia bisa mendengar salamku?
Bukankah dia bisu tapi kenapa dia bisa menjawab salamku?"
Pak tua itu tersenyum lagi dan menjelaskan. "Ya, memang dia buta, buta dari segala
hal yang dilarang Allah. Dia tuli, tuli dari hal-hal yang tidak pantas didengarnya dan
dilarang Allah. Dia memang bisu, bisu dari hal yang sifatnya sia-sia dan dilarang Allah,
dan dia lumpuh, karena tidak bisa berjalan ke tempat-tempat yang maksiat."
Pemuda itu hanya terdiam dan mengucap lirih: "Subhanallah....."
Dan merekapun hidup berbahagia dengan cinta dari Allah.

10. Zulaikha dan Yusuf As. 


Cinta Zulaikha kepada Yusuf As. konon begitu dalam hingga Zulaikha takut cintanya
kepada Yusuf merusak cintanya kepada Allah Swt. Berikut sedikit ulasan tentang cinta
mereka Zulaikha adalah seorang puteri raja sebuah kerajaan di barat (Maghrib) negeri
Mesir. Beliau seorang puteri yang cantik menarik. Beliau bermimpi bertemu seorang
pemuda yang menarik rupa parasnya dengan peribadi yang amanah dan mulia. Zulaikha
pun jatuh hati padanya. Kemudian beliau bermimpi lagi bertemu dengannya tetapi tidak
tahu namanya.
Kali berikutnya beliau bermimpi lagi, lelaki tersebut memperkenalkannya sebagai
Wazir kerajaan Mesir. Kecintaan dan kasih sayang Zulaikha kepada pemuda tersebut terus
berputik menjadi rindu dan rawan sehingga beliau menolak semua pinangan putera raja
yang lain. Setelah bapanya mengetahui isihati puterinya, bapanya pun mengatur risikan ke
negeri Mesir sehingga mengasilkan majlis pernikahan dengan Wazir negri Mesir.
Memandang Wazir tersebut atau al Aziz bagi kali pertama, hancur luluh dan kecewalah
hati Zulaikha. Hatinya hampa dan amat terkejut, bukan wajah tersebut yang beliau temui di
dalam mimpi dahulu. Bagaimanapun ada suara ghaib berbisik padanya: “Benar, ini bukan
pujaan hati kamu. Tetapi hasrat kamu kepada kekasih kamu yang sebenarnya akan tercapai
melaluinya. Janganlah kamu takut kepadanya. Mutiara kehormatan engkau sebagai
perawan selamat bersama-sama dengannya.”
Perlu diingat sejarah Mesir menyebut, Wazir diraja Mesir tersebut adalah seorang
kasi, yang dikehendaki berkhidmat sepenuh masa kepada baginda raja. Oleh yang demikian
Zulaikha terus bertekat untuk terus taat kepada suaminya kerana ia percaya ia selamat
bersamnya.
Demikian masa berlalu, sehingga suatu hari al-Aziz membawa pulang Yusuf a.s. yang
dibelinya di pasar. Sekali lagi Zulaikha terkejut besar, itulah Yusuf a.s yang dikenalinya
didalam mimpi. Tampan, menarik dan menawan.
Sabda Nabi Saw. yang diriwayatkan oleh Hammad dari Tsabit bin Anas
memperjelasnya: "Yusuf dan ibunya telah diberi oleh Allah separuh kecantikan dunia."
Kisah Zulaikha dan Yusuf direkam di dalam Al Quran pada Surah Yusuf ayat 21 sampai 36
dan ayat 51. Selepas ayat tersebut Al Quran tidak menceritakan kelanjutan hubungan
Zulaikha dengan Yusuf a.s. Namun Ibn Katsir di dalam Tafsir Surah Yusuf memetik bahwa
Muhammad bin Ishak berkata bahawa kedudukan yang diberikan kepada Yusuf a.s oleh
raja Mesir adalah kedudukan yang dulunya dimiliki oleh suami Zulaikha yang telah
dipecat. Juga disebut-sebut bahwa Yusuf telah beristrikan Zulaikha sesudah suaminya
meninggal dunia, dan diceritakan bahwa pada suatu ketika berkatalah Yusuf kepada
Zulaikha setelah ia menjadi isterinya, “Tidakkah keadaan dan hubungan kita se¬karang ini
lebih baik dari apa yang pernah engkau inginkan?”
Zulaikha menjawab, “Janganlah engkau menyalahkan aku, hai kekasihku, aku sebagai
wanita yang cantik, muda belia bersuamikan seorang pemuda yang berketerampilan dingin,
menemuimu sebagai pemuda yang tampan, gagah perkasa bertubuh indah, apakah salah
bila aku jatuh cinta kepadamu dan lupa akan kedudukanku sebagai wanita yang bersuami?”
Dikisahkan bahwa Yusuf menikahi Zulaikha dalam keadaan gadis (perawan) dan dari
perkawinan itu memperoleh dua orang putra: Ifraitsim bin Yusuf dan Misya bin Yusuf.

Demikianlah kisah-kisah cinta yang menggugah hati saya baru-baru ini. Semoga kisah
cinta kita sekalian –saya dan anda, wahai para pembaca- seindah cinta mereka. Wallahu wa
Rasulullahu bisshowab.

(Dari blog.myrednotes)

Anda mungkin juga menyukai