AKREDITASI
FASILITAS KESEHATAN TINGKAT
PERTAMA (FKTP)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan hidayatNya,
sehingga penyusunan buku Pedoman Pengendalian Dokumen Klinik Al Barokah dapat diselesaikan
dengan baik.
Dengan tersusunnya buku Pedoman Pengendalian Dokumen dan Rekaman Klinik Al Barokah, kami
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi
dalam penyusunan buku ini.
Kami sadari buku ini belum sempurna, oleh karenanya masukan dan saran perbaikan sangakami
harapkan guna penyempurnaannya.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan rahmat dan hidayaNya kepada kita semua
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI iii
DAFTAR LAMPIRAN iv
DAFTAR GAMBAR v
BAB I. PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Maksud dan Tujuan 1
C. Sasaran 2
D. Dasar Hukum 2
BAB II. DOKUMENTASI AKREDITASI FKTP 4
A. Jenis Dokumen BerdasarkanSumber 4
B. Jenis Dokumen Akreditasi FKTP 4
C. Jenis Dokumen yang Perlu Disediakan 5
BAB III. PENYUSUNAN DOKUMEN AKREDITASI 7
A. Kebijakan 7
B. Manual Mutu 9
C. Rencana Lima Tahunan Puskesmas 12
D. Perencanaan Tingkat Puskesmas(PTP)Tahunan 16
E. Pedoman/Panduan 18
F. Penyusunan Kerangka Acuan Program/Kegiatan 20
G. Standar Operasional Prosedur(SOP) 23
H. Prosedur Pengendalian Dokumen diFKTP 31
I. Rekam Implementasi 34
BAB IV. PENUTUP 35
LAMPIRAN 39
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Contoh Kerangka Program Kesehatan Usaha
Kesehatan Gigi Masyarakat (UKGM)..............................................39
Lampiran 2 Contoh Surat Keputusan Tentang Kebijakan Mutu dan
Keselamatan Pasien 44
Lampiran 3 Contoh Template Pedoman Mutu 47
Lampiran 4 Contoh SOP 54
Lampiran 5 Contoh Rencana Kinerja Lima Tahunan Puskesmas 56
BAB I
PENDAHULUAN (dentisari 44 hal )
Akreditasi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama merupakan upaya peningkatan mutu dan kinerja
pelayanan yang dilakukan melalui membangun sistem manajemen mutu, penyelenggaraan Upaya
Kesehatan, dan sistem pelayanan klinis untuk memenuhi standar akreditasi yang ditetapkan dan peraturan
perundangan serta pedoman yang berlaku.
Untuk membangun dan membakukan sistem manajemen mutu, sistem pelayanan, perlu disusun
pengaturan-pengaturan (regulasi) internal yang menjadi dasar dalam pelaksanaan upaya kesehatan di FKTP,
baik manajemen klinik maupun upaya kesehatan perorangan. Regulasi internal tersebut berupa Kebijakan,
Pedoman, Standar Operasional Prosedur (SOP) dan dokumen lain disusun berdasarkan peraturan
perundangan dan pedoman-pedoman eksternal yang berlaku. Untuk memudahkan dalam mempersiapkan
regulasi internal tersbut, maka perlu disusun pedoman penyusunan dokumen akreditasi FKTP.
Pedoman ini disusun untuk dapat digunakan sebagai pedoman penyusunan dokumen bagi Penanggung
Jawab Klinik dan pelaksana Klinik dan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama lainnya.
Pedoman ini disusun sebagai bahan bagi Klinik untuk menyusun kelengkapan pedoman tata naskah terkait
dengan dokumen-dokumen yang dipersyaratkan oleh standar akreditasi. Dalam pedoman tata naskah perlu
dimasukkan bagaimana penyusunan kebijakan, standar prosedur operasional, dengan tata penomorannya.
BAB I
PENDAHULUAN
( buku pedoman )
LATAR BELAKANG
Salah satu unsur penting dan sangat vital yang menentukan keberhasilan
akreditasi FKTPadalahbagaimanamengatur sistem pedokumentasian dokumen.
Pengaturan sistem dokumentasi dalam satu dalam proses implementasi
akreditasi FKTP dianggap penting karena dokumen merupakan acuan kerja,
bukti pelaksanaan dan penerapan kebijakan, program dan kegiatan, serta
bagian dari salah satu persyaratan Akreditasi FKTP. Dengan adanya sistem
dokumentasi yang baik dalam suatu institusi/organisasi diharapkan fungsi-
fungsi setiap personil maupun bagian-bagian dari organisasi dapat berjalan
sesuai dengan perencanaan bersama dalam upaya mewujudkan kinerja yang
optimal.
Dokumen yang dimaksud dalam Akreditasi FKTP secara garis besar dibagi atas
dua bagian yaitu dokumen internal dan eksternal. Dokumen tersebut
digunakan untuk membangun dan membakukan sistem manajemen mutu dan
sistem manajemen pelayanan. Dokumen internal tersebut adalah Kebijakan,
Pedoman, Standar operasional prosedur (SOP) dan dokumen lain disusun
berdasarkan peraturan perundangan dan pedoman-pedoman eksternal yang
berlaku.
Agar para pemangku kepentingan Akreditasi FKTP memiliki acuan dan
memudahkan dalam melakukan dokumentasi perlu disusun Pedoman
Penyusunan Dokumen Akreditasi FKTP.
MAKSUD DAN TUJUAN
1. Maksud
Pedoman ini dimaksudkan agar semua pemangku kepentingan memiliki
acuan dalam melakukan standarisasi tata naskah seluruh dokumen terkait
akreditasi FKTP.
2. Tujuan
a. Tersedianya pedoman bagi Kepala, penanggung jawab dan pelaksana
upaya kesehatan di FKTP dalam menyusun dokumen-dokumen yang
dipersyaratkan dalam standar akreditasi,
b. Tersedianya Pedoman bagi pendamping akreditasi di Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota untuk melakukan pendamping pada FKTP,
c. Tersedianya pedoman bagi Surveior dalam melakukan penilaian
akreditasi FKTP,
d. Tersedianyapedoman penyusunan dokumen
untukpelatihanakreditasi FKTP.
C. SASARAN
a. Pelatih akreditasi
b. Pendamping dan surveior akreditasiFKTP
c. Kepala FKTP, penanggungjawab, pelaksana dan Tim Mutu/Akreditasi FKTP
d. Pemerhati akreditasi FKTP
D. DASAR HUKUM
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1999 Nomor 42;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tetang
Pelayanan Publik, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 112;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116;
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor144
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2014 tentang
Kesehatan Jiwa;
6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah;
7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014 tentang
Tenaga Kesehatan;
8. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2014 tentang
Keperawatan;
9. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan
Kesehatan;
10. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2012 tentang Kerangka
Kualifikasi Nasional Indonesia, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012
Nomor 24;
11. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2012 tentang
Sistem Kesehatan Nasional, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2012 Nomor 193;
12. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 tentang
RPJMN Tahun 2015 – 2019;
13. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 148 Tahun 2010
tentang Izin dan Penyelenggaraan PraktikPerawat;
14. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1464 Tahun 2010
tentang Izin dan Penyelenggaran Praktik Bidan;
15. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2052 Tahun 2011
tentang Izin Praktik dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran;
16. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2013
tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor HK.02.02/
MENKES/148/3/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Perawat;
17. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2013
tentang Pelayanan Kesehatan pada Jaminan Kesehatan Nasional;
18. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 001 Tahun 2012
tentang Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan Perorangan;
19. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2014
tentang Klinik;
20. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2014
tentang Penyelenggaraan Surveilans Kesehatan;
21. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014
tentang Pusat Kesehatan Masyarakat;
22. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2015
tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik Pratama, Tempat Praktik Mandiri
Dokter, dan Tempat Praktik Mandiri Dokter Gigi;
23. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2016
tentang Pedoman Manajemen Puskesmas
24. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 52 Tahun 2015 tentang Renstra
Kementerian Kesehatan Tahun 2015 –2019;
25. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 432 Tahun 2016 tentang Komisi
Akreditasi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama.
Sistem manajemen mutu, sistem pelayanan, dan sistem penyelenggaraan upaya Klinik perlu
dibakukan berdasarkan regulasi internal. Regulasi internal ini disusun dalam bentuk dokumen akreditasi
yang harus dipersiapkan oleh Klinik/Praktik mandiri untuk memenuhi standar akreditasi.
Penyusunan regulasi internal, perlu didukung regulasi eksternal yang berupa peraturan
perundangan dan pedoman-pedoman yang diberlakukan oleh Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan
Provinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan organisasi profesi, yang merupakan acuan bagi Klinik
dalam menyelenggarakan manajemen Klinik dan upaya kesehatan perorangan. Dokumen-dokumen tersebut
sebaiknya ada di Klinik, dan merupakan dokumen eksternal yang dikendalikan, meskipun dokumen
eksternal tersebut tidak merupakan persyaratan dalam penilaian akreditasi.
Dokumen-dokumen yang perlu dipersiapkan oleh Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama lainnya, seperti
klinik pratama dan praktik dokter/dokter gigi mandiri, antara lain adalah:
1. Rencana tahunan
2. Kebijakan Kepala Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
3. Pedoman Mutu
4. Kerangka Acuan Kegiatan
5. Standar Operasional Prosedur (SOP)
3. Dokumen tidakterkendali
Dokumen yang didistribusikan untuk kebutuhan eksternal atau atas
permintaan pihak di luar FKTP digunakan untuk keperluan insidentil,
tidak dapat digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan pekerjaan dan
memiliki tanda/stempel “TIDAK TERKENDALI”. Yang berhak mengeluarkan
dokumen ini adalah Penanggung jawab Manajemen Mutu dan tercatat
pada Daftar Distribusi Dokumen TidakTerkendali.
4. Dokumen Kedaluwarsa
Dokumen yang dinyatakan sudah tidak berlaku oleh karena telah
mengalami perubahan/revisi sehingga tidak dapat lagi menjadi acuan
dalam melaksanakan pekerjaan. Dokumen ini harus ada tanda/stempel
“KEDALUWARSA”. Dokumen induk diidentifikasi dan dokumen sisanya
dimusnahkan.
Rencana lima tahunan tersebut harus sesuai dengan visi, misi, motto, dan tata nilai
klinik, berdasarkan pada analisis kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan
sebagi upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara optimal.
Dalam menyusun rencana lima tahunan, kepala klinik bersama seluruh karyawan
melakukan analisis situasi yang meliputi analisis pencapaian kinerja, mencari
faktor-faktor yang menjadi pendorong maupun penghambat kinerja, sehingga
dapat menyusun program kerja lima tahunan yang dijabarkan dalam kegiatan dan
rencana anggaran.
Kata Pengantar
Bab I. Pendahuluan
A. Bab I.Keadaan Umum Klinik
B. Tujuan penyusunan rencana lima tahunan
Bab III. Indikator dan standar kinerja untuk tiap upaya dan jenis pelayanan Klinik
Klinik mentepakan indikator kinerja capaian tiap upaya / program dan jenis pelayanan.
3. Penutup
Panduan ini disusun dengan harapan akan membantu Kepala Klinik dalam menyusun rencana
kinerja lima tahunan, yang kemudian diuraikan dalam rencana tahunan dalam bentuk Rencana
Usulan Kegiatan dan Rencana Pencapaian Kegiatan.
Perencanaan adalah: suatu proses kegiatan secara urut yang harus dilakukan untuk mengatasi
permasalahan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan dengan memanfaatkan
sumberdaya yang tersedia secara berhasil guna dan berdaya guna.
Perencanaan klinik diartikan sebagai proses penyusunan rencana kegiatan klinik pada tahun yang
akan datang, dilakukan secara sistematis untuk mengatasi masalah atau sebagian masalah kesehatan
masyarakat diwilayah kerjanya.
Perencanaan klinik mencakup semua kegiatan upaya klinik sebagai rencana Tahunan klinik yang
dibiayai oleh pemilik klinik
Proses penyusunan Perencanaan Tingkat Klinik dengan menggunakan format- format sesuai
dengan Pedomanan Perencanaan Tingkat FKTP yang dikeluarkan Kementrian Kesehatan
Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, tahun 2017. Aturan penulisan perencanaan
tingkat FKTP(PTP) tahunan adalah sebagai berikut
1. Kertas ukuran Folio (Widght : 21.50cm , Height : 33.00 cm)
2. Jenis huruf Times New Roman
3. Ukuran huruf 12
4. Spasi 1,15
5. Batas kertas:
a. Batas kanan : 2,5 cm
b. Batas kiri : 2,5 cm
c. Batas atas : 2,5 cm
d. Batas bawah : 2,5 cm
C. Kebijakan
Kebijakan adalah Peraturan/Keputusan yang ditetapkan oleh Kepala Klinik yang merupakan garis
besar yang bersifat mengikat dan wajib dilaksanakan oleh: penanggung jawab maupun pelaksana.
Berdasarkan kebijakan tersebut, disusun pedoman/panduan dan Standar Operasional Prosedur (SOP)
yang memberikan kejelasan langkah-langkah dalam pelaksanaan kegiatan di Klinik/Praktik Mandiri.
Penyusunan Peraturan/Surat Keputusan tersebut harus didasarkan pada peraturan perundangan, baik
Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, Peraturan Daerah, Peraturan Kepala
Daerah, Peraturan Menteri dan pedoman-pedoman teknis yang berlaku seperti yang ditetapkan oleh
Kementerian Kesehatan, Kementerian Dalam Negeri, Dinas Kesehatan Provinsi, dan Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
2. Diktum:
a. Diktum “Memutuskan” ditulis simetris di tengah, seluruhnya dengan huruf capital, serta
diletakkan di tengah margin;
b. Diktum “Menetapkan” dicantumkan setelah kata memutuskan disejajarkan ke bawah dengan kata
menimbang dan mengingat, huruf awal kata menetapkan ditulis dengan huruf capital, dan diakhiri
dengan tanda baca titik dua ( : );
c. Nama keputusan sesuai dengan judul (kepala), seluruhnya ditulis dengan huruf capital dan
diakhiri dengan tanda baca titik ( . ).
3. Batang Tubuh.
a. Batang tubuh memuat semua substansi keputusan yang dirumuskan dalam diktum-diktum,
misalnya:
Kesatu :
Kedua :
Dst
b. Dicantumkan saat berlakunya peraturan/keputusan, perubahan, pembatalan,pencabutan ketentuan,
dan peraturan lainnya.
c. Materi kebijakan dapat dibuat sebagai lampiran peraturan/keputusan, dan pada halamanterakhir
ditandatangani oleh pejabat yang menetapkan peraturan/keputusan.
d. Kaki:
Kaki peraturan/keputusan merupakan bagian akhir substansi peraturan/keputusan yang memuat
penanda tangan penerapan peraturan/keputusan, pengundangan peraturan/keputusan yang teridiri
atas tempat dan tanggal penetapan, nama jabatan, tanda tangan pejabat, dan nama lengkap pejabat
yang menanda tangani.
e. Penandatanganan:
Peraturan/Keputusan Kepala Klinik ditandatangani oleh Kepala Klinik, dituliskan nama tanpa
gelar.
f. Lampiran peraturan/keputusan:
1). Halaman pertama harus dicantumkan judul dan nomor peraturan/keputusan
2). Halaman terakhir harus ditandatangani oleh Kepala Klinik.
D. Pedoman Mutu
Pedoman Mutu adalah: dokumen yang memberi informasi yang konsisten ke dalam maupun ke luar
tentang sistem manajemen mutu. Pedoman mutu disusun, ditetapkan, dan dipelihara oleh organisasi,
yang meliputi:
1. Pendahuluan
a) Latar belakang
1) Profil Klinik
2) Kebijakan mutu
3) Proses pelayanan (proses bisnis)
b) Ruang lingkup
c) Tujuan
d) Landasan hukum dan acuan
e) Istilah dan definisi
2. Sistem Manajemen Mutu dan Sistem Penyelenggaraan Pelayanan:
a) Persyaratan umum
b) Pengendalian dokumen
c) Pengendalian rekaman
3. Tanggung Jawab Manajemen
a) Komitmen manajemen
b) Fokus pada sasaran/pasien
c) Kebijakan mutu
d) Perencanaan sistem manajemen mutu dan pencapaian sasaran kinerja/mutu
e) Tanggung jawab, wewenang dan komunikasi
f) Wakil manajemen mutu/penanggung jawab manajemen mutu
g) Komunikasi internal
4. Tinjauan Manajemen:
a) Umum
b) Masukan tinjauan manajemen
c) Luaran tinjauan
5. Manajemen sumber daya:
a) Penyediaan sumber daya
b) Manajemen sumber daya manusia
c) Infrastruktur
d) Lingkungan kerja
6. Penyelenggaraan pelayanan:
Pelayanan klinis (Upaya kesehatan perorangan)
7. Penutup &Lampiran (jika ada)
E. Pedoman/ Panduan
Pedoman/ panduan adalah: kumpulan ketentuan dasar yang memberi arah langkah-langkah yang
harus dilakukan. Pedoman merupakan dasar untuk menentukan dan melaksanakan kegiatan.
Panduan adalah petunjuk dalam melakukan kegiatan, sehingga dapat diartikan pedoman mengatur
beberapa hal, sedangkan panduan hanya mengatur 1 (satu) kegiatan. Pedoman/ panduan dapat
diterapkan dengan baik dan benar melalui penerapan SOP.
Mengingat sangat bervariasinya bentuk dan isi pedoman/panduan maka klinik pratama
menyusun/membuat sistematika buku pedoman/ panduan sesuai kebutuhan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk dokumen pedoman atau panduan yaitu :
1. Setiap pedoman atau panduan harus dilengkapi dengan peraturan atau keputusan Kepala klinik untuk
pemberlakuan pedoman/ panduan tersebut.
2. Peraturan Kepala klinik tetap berlaku meskipun terjadi penggantian Kepala klinik.
3. Setiap pedoman/ panduan sebaiknya dilakukan evaluasi minimal setiap 2-3 tahun sekali.
4. Bila Kementerian Kesehatan telah menerbitkan Pedoman/ Panduan untuk suatu kegiatan/ pelayanan
tertentu, maka klinik dalam membuat pedoman/ panduan wajib mengacu pada pedoman/ panduan
yang diterbitkan oleh Kementerian Kesehatan.
5. Format baku sistematika pedoman panduan yang lazim digunakan sebagai berikut :
a. Format Pedoman Pengorganisasian Unit Kerja
BAB I Pendahuluan
BAB II Gambaran Umum klinik
BAB III Visi, Misi, Falsafah, Nilai dan Tujuan klinik
BAB IV Struktur Organisasi klinik
BAB V Struktur Organisasi Unit Kerja
BAB VI Uraian Jabatan
BAB VII Tata Hubungan Kerja
BAB VIII Pola Ketenagaan dan Kualifikasi Personil
BAB IX Kegiatan Orientasi
BAB X Pertemuan/ Rapat
BAB XI Pelaporan
1. Laporan Harian
2. Laporan Bulanan
3. Laporan Tahunan
Sistematika panduan pelayanan klinik dapat dibuat sesuai dengan materi/isi panduan.
Pedoman/panduan yang harus dibuat adalah pedoman/panduan minimal yang harus ada di klinik yang
dipersyaratkan sebagai regulasi yang diminta dalam elemen penilaian.
Bagi klinik yang telah menggunakan e-file tetap harus mempunyai hardcopy pedoman/panduan yang
dikelola oleh tim akreditasi klinik atau bagian manajement klinik.
Kerangka acuan disusun untuk program atau kegiatan yang akan dilakukan oleh klinik, misalnya:
program pengembangan SDM, program peningkatan mutu dan Keselamatan Pasien, Program
pencegahan bencana, Program pencegahan kebakaran, Program Imunisasi, dsb. Dalam menyusun
kerangka acuan harus jelas tujuan dan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan dalam mencapai
tujuan. Tujuan dibedakan atas tujuan umum yang merupakan tujuan secara garis besar dari
keseluruhan program/kegiatan, dan tujuan khusus yang merupakan tujuan dari tiap-tiap kegiatan
yang akan dilakukan. Dalam kerangka acuan harus dijelaskan bagaimana cara melaksanakan
kegiatan agar tujuan tercapai, dengan penJadwalan yang jelas, dan evaluasi serta pelaporan.
Jika diperlukan, dapat ditambahkan butir-butir lain sesuai kebutuhan, tetapi tidak diperbolehkan
mengurangi, misalnya rencana pembiayaan dan anggaran
Petunjuk Penulisan
a. Pendahuluan
Yang ditulis dalam pendahuluan adalah hal-hal yang bersifat umum yang masih terkait dengan
upaya/ kegiatan
b. Latar belakang
Latar belakang adalah merupakan justifikasi atau alasan mengapa program tersebut disusun.
Sebaiknya dilengkapi dengan data-data sehingga alasan diperlukan program tersebut dapat lebih
kuat.
f. Sasaran
Sasaran program adalah target pertahun yang spesifik dan terukur untuk mencapai tujuan-tujuan
upaya/ kegiatan. Sasaran Program/kegiatan menunjukkan hasil antara yang diperlukan untuk
merealisir tujuan tertentu. Penyusunan sasaran program perlu memperhatikan hal-hal sebagai
berikut :
Sasaran yang baik harus memenuhi “SMART” yaitu :
1) Specific : sasaran harus menggambarkan hasil spesifik yang diinginkan, bukan cara
pencapaiannya. Sasaran harus memberikan arah dan tolok ukur yang jelas sehingga dapat
dijadikan landasan untuk penyusunan strategi dan kegiatan yang spesifik.
2) Measurable : sasaran harus terukur dan dapat dipergunakan untuk memastikan apa dan kapan
pencapaiannya. Akontabilitas harus ditanamkan kedalam proses perencanaan. Oleh
karenanya meetodologi untuk mengukur pencapaian sasaran (keberhasilan upaya/ kegiatan)
harus ditetapkan sebelum kegiatan yang terkait dengan sasaran tersebut dilaksanakan.
3) Agressive but Attainable : apabila sasaran harus dijadikan standar keberhasilan, maka sasaran
harus menantang, namun tidak boleh mengandung target yang tidak layak.
4) Result oriented : sedapat mungkin sasaran harus menspesifikkan hasil yang ingin dicapai.
Misalnya : mengurangi komplain masyarakat terhadap pelayanan rawat inap sebesar 50%
5) Time bound : sasaran sebaiknya dapat dicapai dalam waktu yang relatif pendek, mulai dari
beberapa minggu sampai beberapa bulan (sebaiknya kurang dari 1 tahun). Kalau ada
Program/kegiatan 5 (lima) tahun dibuat sasaran antara. Sasaran akan lebih mudah dikelola
dan dapat lebih serasi dengan proses anggaran apabila dibuat sesuai dengan batas-batas tahun
anggaran di klinik.
i. Penutup
Aturan penulisan kerangka acuan program/kegiatan adalah sebagai berikut
1. Kertas ukuran Folio (Widght : 21.50cm , Height : 33.00 cm)
2. Jenis huruf Times New Roman
3. Ukuran huruf 12
4. Spasi 1,15
5. Batas kertas:
a. Batas kanan : 2,5 cm
b. Batas kiri : 2,5 cm
c. Batas atas : 2,5 cm
d. Batas bawah : 2,5 cm
2. Instruksi kerja adalah petunjuk kerja terdokumentasi yang dibuat secara rinci, spesifik dan bersifat
instruktif, yang dipergunakan oleh pekerja sebagai acuan dalam melaksanakan suatu pekerjaan
spesifik agar dapat mencapai hasil kerja sesuai persyaratan yang telah ditetapkan (Susilo, 2003).
3. Langkah didalam penyusunan instruksi kerja sama dengan penyusunan prosedur, namun ada
perbedaan, instruksi kerja adalah suatu proses yang melibatkan satu bagian/unit/ profesi, sedangkan
prosedur adalah suatu proses yang melibat lebih dari satu bagian/ unit/ profesi. Prinsip dalam
penyusunan prosedur dan instruksi kerja adalah kerjakan yang ditulis, tulis yang dikerjakan, buktikan
dan tindak-lanjut, serta dapat ditelusur hasilnya.
7. Manfaat SOP
a. Memenuhi persyaratan standar pelayanan klinik
b. Mendokumentasi langkah-langkah kegiatan
c. Memastikan staf klinik pratama memahami bagaimana melaksanakan pekerjaannya.
Contoh :
SOP Pemberian informasi, SOP Pemasangan infus, SOP Pemindahan pasien dari tempat tidur ke
kereta dorong
8. Format SOP
a. Format SOP dibakukan agar tidak terjadi banyak format yang digunakan, contoh pada lampiran,
dan diberlakukan sesuai dengan akreditasi ini diberlakukan,
b. Format merupakan format minimal, oleh karena itu format ini dapat diberi tambahan
materi/kolom misalnya, nama penyusun SOP, unit yang memeriksa SOP. Untuk SOP tindakan
agar memudahkan didalam melihat langkah- langkahnya dengan bagan alir, persiapan alat dan
bahan dan lain- lain, namun tidak boleh mengurangi item-tem yang ada di SOP.
c. Petunjuk penulisan SOP yang harus tetap didalam tabel/kotak adalah :nama klinik dan logo,
judul SOP, nomor dokumen, tanggal terbit dan tandatangan Kepala klinik, sedangkan untuk
pengertian, tujuan, kebijakan, prosedur/ langkah- langkah, dan unit terkait boleh tidak diberi
kotak/ tabel.
1) Bagi klinik, logo yang dicantumkan adalah logo klinik
2) Kotak Judul: masing-masing kotak (FKTP, judul SOP, No. Dokumen, No. Revisi, Halaman,
SOP, Tanggal Terbit, ditetapkan Kepala FKTP) diisi sebagai berikut :
a) Kolom Judul hanya dicetak halaman.
b) Kotak Nama FKTP diberi nama klinik.
c) Judul SOP : diberi Judul /nama SOP sesuai proses kerjanya.
d) No. Dokumen: diisi dengan nomor urut SOP [XXX]/SOP/[DDD]/[DS]/[YYYY],
penomoran SOP dibuat oleh sekretariat umum akreditasi klinik
XXX : nomor urut dokumen
DDD : jenis upaya pelayanan ;
- ADM : administrasi dan manajemen klinik
- UKP : upaya kesehatan perseorangan
DS : Denti Sari
YYYY : tahun terbit dokumen
e) No. Revisi : diisi dengan status revisi, diisi menggunakan angka, misalnya untuk
dokumen baru dapat diberi nomor 00, sedangkan dokumen revisi pertama diberi
nomor 01, revisi kedua diberi nomor 02, dan seterusnya.
f) Halaman : diisi nomor halaman dengan mencantumkan juga total halaman untuk SOP
tersebut (misalnya ; halaman pertama : 1/5, halaman kedua : 2/5, dan seterusnya),
namun di tiap halaman selanjutnya dibuat footer misalnya pada halaman kedua:2/5,
halaman terakhir: 5/5
g) SOP diberi penamaan sesuai ketentuan (istilah) yang digunakan klinik pratama,
misalnya :SOP.
h) Tanggal terbit : diberi tanggal sesuai tanggal terbitnya atau tanggal diberlakukannya
SOP tersebut.
i) Ditetapkan Kepala klinik pratama: diberi tandatangan Kepala klinik pratama dan
nama jelasnya. (termasuk gelar)
3) Isi SOP
Isi dari SOP minimal adalah sebagai berikut:
a) Pengertian : berisi penjelasan dan atau definisi tentang istilah yang mungkin sulit
dipahami atau menyebabkan salah pengertian/menimbulkan multi persepsi.
b) Tujuan : berisi tujuan pelaksanaan SOP secara spesifik. Kata kunci : “Sebagai
acuan……”
c) Kebijakan : berisi kebijakan Kepala klinik pratamayang menjadi dasar dibuatnya SOP
tersebut. Dicantumkan kebijakan yang mendasari SOP tersebut, contoh untuk SOP
imunisasi pada bayi, pada kebijakan dituliskan: Keputusan Kepala klinik pratama No
........... tentang Pelayanan Imunisasi.
d) Referensi: berisikan dokumen ekternal sebagai acuan penyusunan SOP, bisa
berbentuk buku, peraturan perundang- undangan, ataupun bentuk lain sebagai bahan
pustaka.
e) Langkah- langkah prosedur : bagian ini merupakan bagian utama yang menguraikan
langkah-langkah kegiatan untuk menyelesaikan proses kerja tertentu.
f) Unit terkait : berisi unit-unit yang terkait dan atau prosedur terkait dalam proses kerja
tersebut.
Dari keenam isi SOP sebagaimana diuraikan di atas, dapat ditambahkan antara lain:
bagan alir, dokumen terkait.
g) Diagram Alir/ bagan alir (Flow Chart):
Didalam penyusunan prosedur maupun instruksi kerja sebaiknya dalam langkah-
langkah kegiatan dilengkapi dengan diagram alir/bagan alir untuk memudahkan
dalam pemahaman langkah-langkahnya. Adapun bagan alir secara garis besar dibagi
menjadi dua macam, yaitu diagram alir makro dan diagram alir mikro.
(1) Diagram alir makro/ Macro flow chart, menunjukkan kegiatan-kegiatan secara
garis besar dari proses yang ingin kita tingkatkan, hanya mengenal satu simbol.
Bentuk balok :
(2) Diagram alir mikro/ micro flow chart, menunjukkan rincian kegiatan-kegiatan dari
tiap tahapan diagram makro, bentuk simbul sebagai berikut:
o Awal kegiatan :
o Akhir kegiatan :
Ya
o Keputusan : ?
Tidak
o Penghubung :
o Dokumen : , Arsip :
h) Dokumen Terkait : berisi nama-nama dokumen yang ada kaitannya dengan SOP
tersebut.
i) Rekaman historis perubahan : berisi riwayat jika dilakukan revisi SOP.
1) Ada komitmen dari Kepala Klinik yang terlihat dengan adanya dukungan
fasilitas dan sumber daya.
3) Ada target waktu yaitu ada target dan jadwal yang disusun dan disepakati
9) Evaluasi SOP.
Evaluasi SOP dilakukan terhadap isi maupun penerapan SOP.
a) Evaluasi penerapan/kepatuhan terhadap SOP dapat dilakukan dengan
meniai tingkat kepatuhan terhadap langkah-langkah dalam SOP. Untuk
evaluasi ini dapat dilakukan dengan menggunakan daftar tilik/check
list
Daftar tilik adalah daftar urutan kerja (actions) yang dikerjakan secara konsisten, diikuti
dalam pelaksanaan suatu rangkaian kegiatan, untuk diingat, dikerjakan, dan diberi tanda
(check-mark).
Daftar tilik merupakan bagian dari sistem manajemen mutu untuk mendukung standarisasi
suatu proses pelayanan.
Daftar tilik tidak dapat digunakan untuk SOP yang kompleks.
Daftar tilik digunakan untuk mendukung, mempermudah pelaksanaan dan memonitor
SOP, bukan untuk menggantikan SOP itu sendiri.
(1) Langkah-langkah menyusun daftar tilik
Langkah awal menyusun daftar tilik dengan melakukan Identifikasi prsedur yang
membutuhkan daftar tilik untuk mempermudah pelaksanaan dan monitoringnya
Gambarkan flow-chart dari prosedur tersebut,
Buat daftar kerja yang harus dilakukan,
Susun urutan kerja yang harus dilakukan,
Masukkan dalam daftar tilik sesuai dengan format tertentu,
Lakukan uji-coba,
Lakukan perbaikan daftar tilik,
Standarisasi daftar tilik.
Daftar tilik untuk mengecek kepatuhan terhadap SOP dalam langkah- langkah kegiatan,
dengan rumus sebagai berikut.
2. Susunan
Surat tugas terdiri atas :
a. Kepala Surat Tugas
Kepala surat tugas terdiri atas :
1) Tulisan “Surat Tugas”;
2) Nomor.
b. Isi surat tugas :
Isi surat tugas memuat dasar pertimbangan penugasan, jenis tugas yang harus dilaksanakan.
c. Bagian akhir surat perintah :
1) Hari, Tanggal, Bulan, dan Tahun;
2) Waktu kegiatan
3) Tempat
d. Tanggal surat tugas dibuat
e. Tanda tangan Kepala Klinik dan Nama jelas Kepala Klinik beserta gelarnya
f. Lampiran surat tugas :
Lampiran surat tugas berisi:
1) Nama yang ditugaskan
I. Surat Undangan
1. Pengertian
Surat undangan adalah naskah dari pejabat yang berwenang berisi undangan kepada pejabat/
pegawai yang tersebut pada alamat tujuan untuk mengahdiri suatu acara kedinasan.
2. Susunan
Surat Undangan terdiri atas :
a. Kepala Surat Undangan
Kepala Surat Undangan terdiri atas :
1) Nama tempat, tanggal, bulan dan tahun ditempatkan di kanan atas,
2) Nomor, lampiran dan hal diketik secara ventrikal, ditempatkan disebelah kiri atas.
b. Isi Surat Undangan
Isi Surat Undangan terdiri atas :
1) Maksud dan Tujuan;
2) Hari penyelenggaraan ;
3) Tanggal, waktu dan tempat penyeleggaraan;
4) Acara yang akan diselenggarakan;
5) Tulisan Penutup.
c. Bagian Akhir Surat Undangan
Bagian Akhir Surat Undangan terdiri atas :
1) Nama Jabatan Pengundang;
2) Tanda tangan pengundang
3) Nama Jelas dan gelar Pengundang;
4) Stempel Instansi.
3. Surat Undangan yang ditandatangani oleh Kepala Klinik Denti Sari atas wewenang jabatannya
dibuat diatas kertas ukuran folio, dengan menggunakan Kop Klinik Denti Sari dan lambang
Klinik Denti Sari di bagian kiri atas.
J. SURAT KELUAR
1. Pengertian
Surat keluar adalah segala komunikasi tertulis yang diterima oleh suatu badan usaha dari instansi
lain atau perorangan.
2. Susunan
a. Susunan Surat Keluar terdiri dari :
Kepala Surat Edaran;
1) Kepada Pejabat Alamat yang dituju ditempatkan di sebelah kanan atas;
2) Nomor, lampiran dan hal diketik secara ventrikal, ditempatkan disebelah kiri atas.
b. Isi Surat Keluar
Isi Surat Keluar dituangkan / dirumuskan dalam bentuk uraian.
c. Bagian Akhir Surat Keluar.
Bagian Akhir Surat Keluar terdiri atas :
1) Nama pengundang;
2) Tanda Tangan Pengundang;
3) Nama, Jabatan;
4) Stempel Instansi.
K. Surat Keterangan
1. Pengertian
Surat keterangan adalah naskah dinas yang berisi pernyataan tertulis dari pejabat
sebagai tanda bukti untuk menerangkan atau menjelaskan kebenaran sesuatu hal.
2. Susunan
Surat Keterangan terdiri atas :
a. Kepala Surat Keterangan terdiri atas:
a) Kata “Surat Keterangan” ditempatkan di bagian tengah lembar naskah;
b) Nomor dan Thun atau dapat menggunakan Nomor panjang menurut kebutuhan.
b. Isi Surat Keterangan;
isi Surat Keterangan terdiri atas :
a) Nama dan jabatan yang menerangkan;
b) Jabatan;
c) Maksud Keterangan.
c. Bagaian Akhir Surat Keterangan.
Bagian Akhir Surat Keterangan terdiri atas :
a) Nama Tempat;
b) Tanggal. Bulan dan Tahun;
c) Tanda tangan Jabatan;
d) Jabatan;
e) Stempel Instansi.
3. Penandatanganan
Surat Ketarangan yang ditandatangani oleh Kepala Klinik Denti Sari atas wewenangn jabatannya
dibuat diatas kertas ukuran folio, dengan menggunakan Kop Klinik yang bersangkutan dengan
lambang Klinik Denti Sari.
4. Bentuk / model naskah Surat Keterangan, sebagaimana tertera apda halaman berikut.
BAB IV
PENUTUP
( BUKU PEDOMAN )
LAMPIRAN