Anda di halaman 1dari 2

Kebijakan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dalam Pengendalian Pencemaran

Danau Toba dari Budidaya Perikanan

1. Sesuai dengan amanat PP No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air, Pemerintah Provinsi melakukan pengendalian pencemaan air
pada sumber air yang lintas kabupaten/kota a.l. melalui penetapan daya tampung beban
pencemaran air pada sumber air.

2. Berdasarkan amanat PP tersebut, Pemerintah Provinsi Sumatera Utara melalui Dinas


Lingkungan Hidup, telah melakukan pengkajian dalam rangka penentuan daya tampung beban
pencemaran di Danau Toba. Berdasarkan hasil pengkajian tersebut, dapat disimpulkan
beberapa hal sebagai berikut:
a. Sumber beban pencemar dominan untuk parameter total Phospor; salah satu pollutan yang
menyebabkan eutrofikasi adalah budidaya perikanan, yang menyumbang hingga 75% total
Phospor ke Danau Toba, sedangkan pollutan dari daratan seperti limbah domestik, pertanian,
peternakan, pariwisata dan lainnya (seperti kehutanan, persawahan) hanya menyumbang
25%;
b. Rata-rata total Phosor di Danu Toba yang diukur tahun 2016 pada 22 titik sampling meliputi
daerah litoral dan pertengahan danau sudah melebihi oligotrofik (10µg/l) namun 45% data
belum mencapai batas atas mesotrofik (30 µg/l). Ditinjau dari Indeks Carslon (indeks yang
menentukan status trofik suatu perairan), maka indeks status trofik Danau Toba masih
dibawah 40, dengan demikian status trofiknya adalah oligotrofik. Selain hal tersebut, Danau
Toba juga merupakan sumber air baku air minum utama bagi masyarakat yang hidup
disekitaran danau.
c. Sesuai dengan Permenlh No. 28 Tahun 2009 tentang Daya Tampung Beban Pencemaran Air
Danau dan/atau Waduk, dengan mengacu kepada status oligotrofik diketahui bahwa daya
tampung beban pencemaran maksimum air Danau Toba untuk parameter total Phospor
adalah 192.57 mgP/m2/tahun yang setara dengan produksi maksimum budidaya perikanan
sebesar 9.898,81≈ 10.000 ton ikan/tahun.
d. Jumlah produksi budidaya perikanan dari Danau Toba pada tahun pengkajian dilakukan
(2016) mencapai 84.000 ton/tahun.

3. Hasil pengkajian dimaksud sudah dipaparkan dalam berbagai FGD dan review berbagai pihak
yaitu:
a. FGD dengan para ahli dari Universitas Sumatera Utara pada tanggal 6 Maret 2016 di Medan;
b. FGD bersama SKPD terkait tingkat provinsi dan kabupaten sekawasan Danau Toba pada
tanggal 10 Maret 2017 di Medan;
c. FGD bersama KLHK, KKP dan Pusat Penelitian Limnologi LIPI serta beberapa pakar danau
pada tanggal 24 Maret 2017 di Jakarta;
d. Pemaparan di lingkungan internal KLHK, pada tanggal 20 Juli 2017;
e. Pemaparan di lingkungan internal KLHK dan para ahli KLHK, pada tanggal 26 Juli 2017;
f. Pemaparan kepada Kementerian/Lembaga Terkait (KKP, Menko Maritim, KLHK, BODT,
Menko Perekonomian, Litbang KKP, Staf Kepresidenan, para ahli dan pembudidaya ikan di
Danau Toba) pada tanggal 27 Juli 2017 di Jakarta;
4. Menindaklanjut pemaparan di lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI,
Menteri KLHK melalui Surat No. S.147/MENLHK/PPKL/PKL.2/4/2017 tanggal 3 April 2017
tentang Penetapan Status Trofik dan Daya Tampung Beban Pencemaran Danau Toba
merekomendasikan Gubernur Sumatera Utara untuk menetapkan status trofik Danau Toba
sebagai oligotrofik dan daya dukungnya untuk budidaya perikanan maksimum 10.000
ton/tahun.

5. Menindaklanjuti rekomendasi tersebut, sesuai dengan kewenangannya Gubernur Sumatera


Utara telah menetapkan status trofik Danau Toba sebagai oligotrofik melalui Keputusan
Gubernur Sumatera Utara No. 188.44/209/KPTS/2017 tentang Status Trofik Danau Toba
tanggal 3 Mei 2017 serta No. 188.44/213/KPTS/2017 tentang Daya Tampung Beban
Pencemaran dan Daya Dukung Danau Toba untuk Budidaya Perikanan tanggal 3 Mei 2017.
Dengan demikian regulasi tentang status trofik danau dan daya dukung Danau Toba
untuk budidaya perikanan sudah berkekuatan hukum tetap.

6. Menindaklanjuti Keputusan Gubernur Sumatera Utara tentang Daya Tampung Beban


Pencamaran serta Daya Dukung Danau Toba untuk Budidaya Perikanan, Gubernur Sumatera
Utara melalui Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Utara sudah membentuk Tim
Koordinasi Daya Dukung Beban Pencemaran dan Daya Dukung Danau Toba untuk Budidaya
Perikanan melalui SK No. 188.44/232/KPTS/2018. Tim ini al. bertugas untuk mengumpulkan,
memverifikasi, dan menganalisa data dan informasi tentang Danau Toba sampai terlaksananya
realisasi skenario distribusi produksi Keramba Jaring Apung (KJA) di Danau Toba dari tahun
2019 sebesar 30.000 ton menjadi 10.000 ton pada tahun 2023.

7. Keputusan Gubernur tersebut juga diperkuat dengan Perpres 60 Tahun 2021 tentang
Penyelamatan Danau Prioritas Nasional yang menetapkan kegiatan penertiban budidaya ikan
pada keramba jaring apung dengan target capaian tahun 2021 s.d 2024 menjadi 10.000 ton
ikan/tahun (daya dukung maksimum) sedangkan produksi pada tahun 2020 sekitar 80.941 ton
ikan

8. Untuk mencapai target tersebut, serta menanggulangi dampak dari penertiban tersebut
Kemenko Marves, telah menyusun road map sebagai berikut:

Anda mungkin juga menyukai