1. Sesuai dengan amanat PP No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air, Pemerintah Provinsi melakukan pengendalian pencemaan air
pada sumber air yang lintas kabupaten/kota a.l. melalui penetapan daya tampung beban
pencemaran air pada sumber air.
3. Hasil pengkajian dimaksud sudah dipaparkan dalam berbagai FGD dan review berbagai pihak
yaitu:
a. FGD dengan para ahli dari Universitas Sumatera Utara pada tanggal 6 Maret 2016 di Medan;
b. FGD bersama SKPD terkait tingkat provinsi dan kabupaten sekawasan Danau Toba pada
tanggal 10 Maret 2017 di Medan;
c. FGD bersama KLHK, KKP dan Pusat Penelitian Limnologi LIPI serta beberapa pakar danau
pada tanggal 24 Maret 2017 di Jakarta;
d. Pemaparan di lingkungan internal KLHK, pada tanggal 20 Juli 2017;
e. Pemaparan di lingkungan internal KLHK dan para ahli KLHK, pada tanggal 26 Juli 2017;
f. Pemaparan kepada Kementerian/Lembaga Terkait (KKP, Menko Maritim, KLHK, BODT,
Menko Perekonomian, Litbang KKP, Staf Kepresidenan, para ahli dan pembudidaya ikan di
Danau Toba) pada tanggal 27 Juli 2017 di Jakarta;
4. Menindaklanjut pemaparan di lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI,
Menteri KLHK melalui Surat No. S.147/MENLHK/PPKL/PKL.2/4/2017 tanggal 3 April 2017
tentang Penetapan Status Trofik dan Daya Tampung Beban Pencemaran Danau Toba
merekomendasikan Gubernur Sumatera Utara untuk menetapkan status trofik Danau Toba
sebagai oligotrofik dan daya dukungnya untuk budidaya perikanan maksimum 10.000
ton/tahun.
7. Keputusan Gubernur tersebut juga diperkuat dengan Perpres 60 Tahun 2021 tentang
Penyelamatan Danau Prioritas Nasional yang menetapkan kegiatan penertiban budidaya ikan
pada keramba jaring apung dengan target capaian tahun 2021 s.d 2024 menjadi 10.000 ton
ikan/tahun (daya dukung maksimum) sedangkan produksi pada tahun 2020 sekitar 80.941 ton
ikan
8. Untuk mencapai target tersebut, serta menanggulangi dampak dari penertiban tersebut
Kemenko Marves, telah menyusun road map sebagai berikut: